Vous êtes sur la page 1sur 26

MODUL PEMERIKSAAN FISIK

ABDOMEN

Disusun Oleh:
Anindita Laksmi, dr.

Pembimbing :
Hendarsyah S, dr., SpPD-KP

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1. ANATOMI ABDOMEN..................................................................................3

2. PERSIAPAN PEMERIKSAAN.......................................................................5

3. TEKNIK PEMERIKSAAN.............................................................................6
3.1 Inspeksi..............................................................................................................6
3.2 Auskultasi...........................................................................................................6
3.3 Perkusi................................................................................................................7
3.4 Palpasi Halus......................................................................................................7
3.5 Palpasi Dalam....................................................................................................8

4. PEMERIKSAAN HEPAR...............................................................................8
4.1 Perkusi................................................................................................................8
4.2 Palpasi................................................................................................................9

5. PEMERIKSAAN LIEN.................................................................................10
5.1 Perkusi..............................................................................................................10
5.2 Palpasi..............................................................................................................12

6. PEMERIKSAAN GINJAL............................................................................13
6.1 Ginjal Kiri........................................................................................................13
6.2 Ginjal Kanan....................................................................................................13
6.3 Nyeri Ketok CVA.............................................................................................14

7. PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH........................................................14

8. PEMERIKSAAN AORTA.............................................................................14
9. PEMERIKSAAN ABDOMEN KHUSUS…………………………………16
9.1 PEMERIKSAAN ASITES 16
9.2 PEMERIKSAAN APPENDISITIS 18

1
9.3 PEMERIKSAAN KHUSUS PENYAKIT KANTUNG EMPEDU ….…….19
9.4 PEMERIKSAAN MASSA ABDOMEN………………………………...... 20
9.5 PEMERIKSAAN KHUSUS PANKREATITIS……………………………22
9.6 PEMERIKSAAN ILEUS OBSTRUKTIF………………………………….23
9.7 PEMERIKSAAN VENEKTASI ABDOMEN……………………………..23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…..25

2
PENDAHULUAN

Keluhan gastrointestinal merupakan salah satu alasan yang sering membawa


pasien datang untuk berobat. Gejala gangguan saluran makan bagian atas yang
bisa dihadapi seorang pemeriksa sangat bervariasi mulai dari nyeri perut,
heartburn, mual, muntah, kesulitan menelan, muntah darah, kehilangan nafsu
makan, dan penyakit kuning. Gejala gangguan saluran makan bagian bawah juga
merupakan hal yang umum ditemukan seperti diare, konstipasi, ataupun darah di
feses.
Berbagai gejala yang juga bersumber dari saluran kemih seperti kesulitan
dalam buang air kecil, buang air kecil menjadi sering, buang air kecil tidak
lampias, buang air kecil sering di malam hari, buang air kecil disertai darah, nyeri
pinggang, dan nyeri kolik seringkali disertai dengan gejala saluran cerna seperti
nyeri perut, mual, dan muntah.1
Manifestasi klinis penyakit terkait abdomen sangat bervariasi karena
banyaknya organ yang terlibat dimana setiap organ memiliki karakteristik spesifik
yang berbeda. Pemeriksaan fisik abdomen yang baik akan menunjang anamnesis
keluhan yang sudah dilakukan sehingga diagnosis klinis yang sesuai dapat
ditegakkan.
Tujuan pembuatan modul ini adalah sebagai acuan bagi pemeriksa agar dapat
melakukan teknik pemeriksaan fisik abdomen dengan baik sehingga jika
dikombinasikan dengan anamnesis, diagnosis klinis terkait kelainan pada
abdomen dapat dibuat dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dapat digunakan
secara efektif dan efisien
1. ANATOMI ABDOMEN

Merupakan bagian batang tubuh diantara toraks dan pelvis. Berisi organ
system alimentari dan urogenital, dibungus di bagian anterolateral oleh dinding
muskulo-aponeurotik (yang menempel di inferor margin kosta di superior, rongga
pelvis di inferior, dan kolumna vertebra lumbal di posterior), superior oleh
diafragma, inferior oleh otot otot pelvis3

Gambar 1. Batas batas Abdomen3


Gambar dikutip dari: Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy:
Wolters Kluwer Lippincott Williams and Wilkins; 2014.

4
Gambar 2. Anatomi Abdomen3
Gambar dikutip dari: Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy:
Wolters Kluwer Lippincott Williams and Wilkins; 2014.

Gambar 3. Kuadran Abdomen


Gambar kiri dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017
Gambar kanan dikutip dari: Innes JA, Dover AR, Fairhurst K. Macleod’s Clinical examination.
14th Edition. Elsevier. 2018

5
Gambar 4. Sudut kostovertebral
Gambar dikutip dari: Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy:
Wolters Kluwer Lippincott Williams and Wilkins; 2014.

2. PERSIAPAN PEMERIKSAAN

Menyapa pasien dan memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien,


menjelaskan dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. Setelah
mendapatkan persetujuan, kemudian pemeriksa mencuci tangan dan meminta
pasien berbaring terlentang dan pastikan pasien memiliki sandaran kepala.
Menaruh bantal dibawah lutut dapat membantu fleksi pinggul dan lutut sehingga
memberikan kenyamanan bagi pasien dan merelaksasi otot dinding perut.
Abdomen harus ditutupi dengan selimut di bagian pubis ke kaki. Payudara wanita
ditutup dengan handuk yang dilipat atau dengan gown.2

Gambar 5. Draping pada pemeriksaan abdomen


Gambar dikutip dari: Le Blond RF, Brown DD, Suneja M, Szot JF. DeGowin’s Diagnostic
Examination. 10th Edition. New York: McGraw-Hill Education. 2015.

6
3. TEKNIK PEMERIKSAAN

3.1 Inspeksi
Observasi keadaan umum pasien, apakah pasien tenang, gelisah, atau
memegang satu sisi tubuhnya. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien,
inspeksi permukaan, kontur, dan pergerakan abdomen, serta apakah terdapat
tonjolan atau peristalsis. Pada pemeriksaan kulit lihat warna (lebam, eritema,
kuning), luka (deskripsikan bentuk dan lokasi), striae (warna pink-ungu
merupakan tanda cushing, warna perak normal karena stretch mark), dilatasi vena
(mengarah ke hipertensi porta dari sirhosis atau obstruksi vena kava inferior),
ruam atau ekimosis (mengarah ke perdarahan intraperitoneal atau retroperitoneal).
Pada pemeriksaan umbillikus perhatikan kontur dan lokasinya, apakah ada
tanda-tanda inflamasi atau hernia. Pada pemeriksaan kontur abdomen periksa
apakah abdomen datar, cembung, menonjol, atau scaphoid (cekung). Apakah ada
tonjolan di suprapubik (distensi buli, hamil), inguinal, atau femoral (hernia).
Abdomen simetris atau tidak (massa, pembesaran lien dan hepar). Pada
pemeriksaan peristaltik, pada kecurigaan obstruksi usus, amati peristaltik selama
beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat
terlihat. Pulsasi aorta abdominalis normal kadang terlihat di epigastrium.1

3.2 Auskultasi
Pada abdomen, auskultasi dilakukan sebelum perkusi atau palpasi. Perkusi
atau palpasi dapat merubah karakteristik suara dan frekuensi bising usus.
Tempelkan diafragma stetoskop di satu tempat, seperti kuadran kanan bawah.
Karena distribusi suara yang baik di abdomen, auskultasi di satu tempat biasanya
cukup. Bising usus normal 5-34 kali per menit. Terkadang bisa didapatkan suara
gerung dari hiperperistalsis yang disebut borborygmi. Vascular bruit terutama
pada pasien hipertensi, cek bruit diatas aorta, arteri iliaka, arteri femoralis. Bruit
bisa menandakan stenosis arteri renalis, bruit dengan komponen sistolik dan

7
diastolik bisa menandakan turbulensi aliran darah dari penyakit aterosklerosis
arteri. Dengarkan venous hum pada keadaan yang menyebabkan hipertensi porta.
Dengarkan di atas hepar dan lien untuk friction rub. Dapat ditemukan pada
hepatoma, infeksi gonokokal di sekitar liver, infark limpa, karsinoma pankreas1

Gambar 6. Auskultasi bruit


Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

3.3 Perkusi
Yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum menyentuh perut pasien.
Tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah yang melekat erat dengan
dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah. Perkusi
abdomen di keempat kuadran. Perkusi abdomen normalnya menghasilkan bunyi
timpani. Perhatikan bunyi pekak dan batasnya bila terdeteksi1

3.4 Palpasi Halus


Tangan diletakkan pada abdomen dengan gerakan lembut, kemudian
palpasi di keempat kuadran. Identifikasi organ superfisial, massa, area nyeri tekan
Jika ada tahanan, bedakan tahanan volunter dan involunter(menandakan inflamasi
peritoneal). Tahanan volunter berkurang dengan meminta pasien ekshalasi, yang

8
biasanya akan merelaksasi otot abdominal. Dan dengan meminta pasien bernapas
dengan mulut terbuka lebar1

3.5 Palpasi Dalam


Biasanya untuk mengidentifikasi tepi hepar, ginjal, dan massa di abdomen.
Menggunakan bagian palmar dari jari-jari tangan, tekan di keempat kuadran.
Identifikasi massa dan deskripsikan lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri
tekan, pulsasi, mobilitas dari respirasi atau tekanan tangan pemeriksa. Massa di
abdomen bisa dikategorikan menjadi massa fisiologis (uterus hamil), inflamasi
(divertickulitis), vaskular (Aneurisma Aorta Abdominal), neoplastik (kanker
kolon), obstruktif (distensi buli atau dilatasi usus)1

4. PEMERIKSAAN HEPAR

4.1 Perkusi
Berguna untuk menentukan liver span. Tentukan linea midklavikularis
kanan. Perkusi mulai dari kuadran kanan bawah sejajar dengan linea
midklavikular kanan di bawah umbilicus hingga mencapai hepar. Tentukan batas
bawah pekak hepar di midclavicular line. Identifikasi batas atas pekak hepar di
linea midklavikularis dekstra mulai dari garis puting, perkusi kebawah hingga
suara sonor paru berubah menjadi pekak hepar. Hitung liver span secara vertikal
dalam cm. Normal 6-12 cm di linea midklavikularis, 4-8 cm di linea midsternalis.
Yang dapat mempengaruhi perkusi liver span diantaranya adanya udara bebas di
diafragma dari perforasi hollow viscus (mengurangi span), efusi pleura
(menambah span), produksi gas berlebih di kolon (mengurangi span)1

9
Gambar 7. Perkusi liver
Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

4.2 Palpasi
Hanya dapat menentukan bagian bawah hepar. Tangan kiri di punggung
bawah, paralel dengan kosta 11-12 pasien. Angkat tangan kiri ke arah atas,
tempatkan tangan kanan di abdomen sebelah kanan lateral dari otot rektus. Posisi
jari-jari tangan kanan menghadap kepala pasien atau sedikit miring. Minta pasien
menarik nafas, hepar akan turun kebawah (normalnya hingga 3 cm dibawah
margin kosta di linea midklavikularis dekstra) dan menabrak jari-jari pemeriksa,
longgarkan tekanan jari agar hepar bisa turun dibawah permukaan jari sehingga
pemeriksa bisa meraba permukaan anterior hepar. Hepar normal teraba lembut,
tepi tajam, permukaan rata. Teknik hook bisa digunakan pada pasien obesitas.
Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien, gunakan 2 tangan di abdomen kann
dibawah batas pekak liver. Tekan jari-jari ke dalam dan ke arah margin kosta
sambil menyuruh pasien menarik nafas dalam.1

10
Gambar 8. Posisi tangan pemeriksa
Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

Gambar 9. Teknik hook


Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to
Physical Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

5. PEMERIKSAAN LIEN

5.1 Perkusi
Perkusi Ruang Traube, perkusi di dinding dada anterior kiri bawah, dari
tepi pekak jantung di costa 6, perkusi ke linea aksilaris anterior dan ke bawah
margin kosta, Periksa splenic percussion sign menggunakan metoda Castell
dengan perkusi di intercostal terendah di linea aksilaris anterior sebelah kiri. Bila
setelah pasien menarik nafas tetap timpanik, maka lien tidak membesar.1

11
Gambar 10. Ruang Traube
Gambar dikutip dari: Simel DL, Rennie D. JAMAevidence. The Rational Clinical
Examination: McGraw Hill; 2009.

Gambar 11. Perkusi ruang Traube


Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

12
5.2 Palpasi
Relaksasi dinding abdomen dengan menyuruh pasien meletakkan tangan
di samping, ditambah fleksi kaki. Letakkan tangan kiri di bagian bawah pasien,
yaitu di bawah iga kiri bawah. Dengan tangan kanan, tekan ke arah lien di bawah
margin costa kiri. Minta pasien menarik nafas dalam, kemudian perhatikan apakah
ada nyeri tekan. Rasakan kontur lien dan ukur jarak lien dengan left costal margin.
Ulangi dengan pasien berbaring ke sisi kanan, dengan hip dan knee flexion. Posisi
ini diharapkan membawa lien ke depan dan ke kanan oleh gravitasi1

Gambar 11. kiri: palpasi lien, kanan: palpasi lien dengan miring kanan
Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

6. PEMERIKSAAN GINJAL

6.1 Ginjal Kiri


Ginjal kiri jarang bisa dipalpasi. Untuk memulai, periksa di sisi kiri pasien.
Tangan kanan di bawah pasien, paralel iga 12 dengan ujung jari mencapai sudut
kostovertebral, lakukan penekanan ke arah anterior. Letakkan tangan kiri di
kuadran kiri atas abdomen, lateral dan paralel dengan otot rektus. Minta pasien
menarik nafas. Saat puncak inspirasi, tekan tangan kiri ke dalam dan pemeriksa

13
menangkap ginjal di antara kedua tangan. Minta pasien menghembuskan nafas
sedikit, dan tahan nafas Lepas kedua tangan, rasakan ginjal kembali ke tempatnya
Bila ginjal terpalpasi, Deskripsikan ukuran, kontur, nyeri tekan.1

6.2 Ginjal Kanan


Ginjal kanan normal lebih mungkin terpalpasi, terutama bila pasien kurus
dan otot abdomen rileks. Di sisi kanan pasien. Tangan kiri menekan dari bawah
dan tangan kanan menekan di kuadran kanan atas.1

Gambar 12. Ballotement ginjal kanan


Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

6.3 Nyeri Ketok CVA


Apabila ginjal nyeri saat dipalpasi, assess nyeri ketok di sudut
kostovertebral. Sentuhan jari harusnya bisa memicu nyeri, bila tidak gunakan
perkusi ketuk. Letakan bagian palmar di sudut kostovertebral, dan dengan tangan
satu lagi pukul menggunakan permukaan ulnaris dari tangan.1

7. PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH

14
Biasanya tidak dapat diperiksa kecuali terdapat distensi yang membuat
kandung kemih terdorong keatas simfisis pubis. Perkusi untuk mencari suara
pekak dan perkiraan tinggi kandung kemih. 1

8. PEMERIKSAAN AORTA

Tekan mendalam di bagian epigastrium, sedikit ke kiri dari garis tengah


tubuh.. Identifikasi pulsasi aorta. Pada usia di bawah 50 tahun, nilai lebar aorta
dengan menekan dalam di bagian atas abdomen dengan masing-masing tangan di
sisi-sisi aorta. Aorta normal tidak lebih dari 3 cm.1

Gambar 13. Pemeriksaan aorta


Gambar dikutip dari: Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

9. Pemeriksaan Abdomen Khusus

Pemeriksaan abdomen khusus merupakan teknik pemeriksaan, biasanya berupa


tanda dan maneuver khusus yang spesifik mengarahkan diagnosis penyakit
tertentu.

15
9.1 Pemeriksaan Asites
Asites merupakan kondisi patologis akumulasi cairan pada peritoneum. Perut
cembung dengan panggul yang menonjol (bulging flank) merupakan sebuah tanda
kemungkinan adanya asites. Cairan asites mengikuti arah gravitasi, sehingga pada
saat perkusi abdomen, perut bagian samping terdengar dull (pekak samping).1

Gambar 14. Distribusi Cairan Asites1

Tiga teknik tambahan dapat digunakan untuk mengkonfirmasi asites:


a. Tes untuk shifting dullness (pekak pindah).
Setelah perkusi batas antara timpani dan dull dengan pasien pada posisi
supinasi, minta pasien untuk miring ke salah satu sisi. Perkusi dan tandai
batasnya lagi. Pada pasien asites, timpani pindah ke atas dan dull ke bawah.

Gambar 15 Pemeriksaan Pekak Samping


b. Tes gelombang air (fluid wave/undulasi)
Minta pasien atau seorang asisten untuk menekan sisi kedua tangannya di
garis tengah abdomen. Tekanan ini membantu menghentikan transmisi

16
gelombang melalui lemak. Tepuk ringan salah satu sisi abdomen dengan
ujung-ujung jari pemeriksa, rasakan impuls yang ditransmisikan melalui
cairan di sisi abdomen yang berlawanan.3

Gambar 16 Pemeriksaan Fluid Wave (undulasi)

c. Pemeriksaan Puddle Sign


Pasien diminta untuk telungkup selama 5 menit kemudian bertopang pada
siku dan lutut, letakkan stetoskop pada abdomen paling bawah, pemeriksa
mengetuk area flank beberapa kali dan diauskultasi. Suara gelombang
cairanakan terdengar, paling keras terdengar di batas cairan.
Pemeriksaan ini bisa mendeteksi cairan asites dengan volume kecil (140
cc), dalam pelaksanaannya sensitivitas pemeriksaan ini rendah (40-50%)
dan teknik pemeriksaan agak merepotkan pasien sehingga tidak
direkomendasikan untuk evaluasi rutin asites.4

Gambar 17 Pemeriksaan Puddle Sign

17
9.2 Pemeriksaan Appendisitis
Appendisitis merupakan kasus yang sering ditemukan di emergensi.
Terdapat pemeriksaan khusus yang bisa mengarahkan diagnosis. Pada
pemeriksaan appendicitis, maneuver yang digunakan diantaranya adalah
a. Tanda Mc Burney
Titik mc burney terletak 1.5-2 inchi.atau 2/3 bagian dari garis imajiner
yang menghubungkan umbilicus ke spina iliaka antero superior.
Spesifisitas 75-85%, hasil positif bila nyeri di titik Mc Burney saat palpasi.
Tanda khas untuk pemeriksaan apendisitis

Gambar 18 Titik Mc Burney

b. Rovsing’s Sign
Palpasi dengan dalam kuadran kiri bawah, kemudian lepaskan dengan
cepat. Rovsing’s sign positif ditandai dengan nyeri di kuadran kanan
bawah ketika kuadran kiri bawah dipalpasi.
c. Iliopsoas Test
Pasien dalam posisi supine dan diminta melakukan fleksi tungkai bawah
pada sendi panggul melawan tekanan di atas lutut. Iliopsoas test positif
ditandai dengan nyeri pelvis

Gambar 19 Iliopsoas test

18
d. Obturator Test
Pemeriksa berada di sisi tungkai yang diperiksa . Pasien dalam posisi
supine, tungkai bawah difleksikan di sendi panggul. Paha digerakkan
dengan rotasi internal dan eksternal. Nyeri di pelvis menandakan adanya
inflamasi1,5

Gambar 20 Obturator test

9.3 Pemeriksaan Khusus Penyakit Kantung Empedu


a. Murphy sign
Pemeriksaan murphy’s sign merupakan tanda spesifik untuk kolesistitis
akut. Letakkan telunjuk jari-jari tangan kanan di perpotongan Antara batas
lateral otot rectus abdominis dan costa. Minta pasien untuk menarik napas
dalam. Murphy’s sign positif ditandai dengan nyeri tekan yang disertai
dengan napas yang berhenti tiba-tiba6
b. Courvoisier law
Jika kita berhadapan dengan kasus pasien ikterik, kita periksa kita bisa
meraba kantung empedu dan pasien tidak merasa sakit maka ikterik
sugestif karena obstruksi ekstrahepatik bukan penyakit hepatoselular.
Pemeriksaan ini tidak sensitive, penyebab obstruksi bisa disebabkan
karena tumor atau batu walaupun kecenderungan penyebabnya adalah
tumor lebih besar.
c. Fist percussion test
Telapak tangan kiri pemeriksa diletakan di kosta kanan bawah (sepanjang
liver dan empedu) lalu perkusi ringan dengan kepalan tangan kanan.
Bandingkan nyerinya dengan bagian kontralateral. Interpretasi nyeri
disebabkan oleh peregangan atau peradangan pada kapsul organ.1

19
Gambar 21 Fist Percussion Test

9.4 Pemeriksaan Massa Abdomen


Benjolan terlokalisir di dinding abdomen meliputi hernia ventral seperti hernia
umbilical, hernia epigastric, hernia
insisional dan tumor subkutan seperti
lipoma.2

Gambar 22 Massa abdomen

Massa abdomen bisa kita temukan di dinding abdomen atau intra abdomen. Cara
membedakannya dengan palpasi dengan posisi kepala pasien agak tinggi sehingga
otot abdomen akan lebih tegang. Interpretasinya jika massa intra abdomen maka
akan sulit teraba jika massa dinding abdomen makan akkan lebih teraba1,4

20
Gambar 23 Teknik Palpasi Untuk Menentukan Lokasi Massa Abdomen

Pemeriksaan massa abdomen bisa dengan teknik ballottement.


a. Teknik ballottement dengan 1 tangan.
Jari-jari tangan dirapatkan, ditekan ke abdomen dan ditahan. Massa akan
terpantul ke atas dan teraba oleh jari. Biasanya dilakukan untuk menilai
hepatomegali dalam keadaan ascites
b. Teknik ballottement dengan 2 tangan
Kedua tangan digunakan untuk menentukan ukuran organ atau massa
intraabdomen dan pembesaran organ retroperitoneal

Gambar 24 Teknik Ballotement

21
Jika kita menemukan massa abdomen yang berdenyut maka perlu evaluasi ke
diagnosis aneurisma aorta abdominal. Tekan lembut dan kuat di area atas
umbilikus, sedikit ke kiri dari garis tengah, rasakan pulsasi aorta..Pada pasien usia
> 50 tahun, normalnya teraba dengan diameter 2,5 – 3cm

9.5 Pemeriksaan Khusus Pankreatitis


Inspeksi di daerah umbilicus dan flank jika ditemukan hematoma menunjukkan
adanya perdarahan dari pankreatitis. Hematoma di daerah umbilikus disebut tanda
Cullen. Hematoma di daerah flank disebut tanda Grey Turner5

Gambar 25 Cullen Sign and Grey Turner sign

9.6 Pemeriksaan Ileus Obstruktif


Ileus obstruktif berat akan menyebabkan distensi dinding usus yang bisa kita
inspeksi saat melakukan pemeriksaan. Darm contour apabila dari inspeksi tampak
kontur usus. Darm steifung apabila dari inspeksi dapat dilihat gerakan peristaltic
usus. Dari pemeriksaan auskultasi abdomen didapatkan bunyi metalik seperti
logam yang berbenturan dengan logam.2

22
9.7 Pemeriksaan Venektasi Abdomen
Inspeksi abdomen, didapatkan abdomen tampak cembung dan tegang, terdapat
pelebaran vena atau venektasi. Tentukan arah venektasi (sentrifugal atau
sentripetal) dengan cara menekan vena menggunakan 2 jari, kemudian salah satu
jari menyusuri vena menjauhi jari yang lain, sampai vena tampak kolaps atau
tidak terlihat. Angkat salah satu jari, lihat arah pengisian vena. Lakukan lagi untuk
jari yang lainnya.. Jika pengisian menjauhi umbilikus lebih cepat, berarti
terdapat hipertensi portal. Venektasi dengan pengisian darah dari bawah menuju
umbilikus menunjukkan obstruksi vena cava inferior.1

Gambar 26 Pemeriksaan Venektasi Abdomen

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley LS, Szilagyi PG, Hoffman RM. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017

2. Le Blond RF, Brown DD, Suneja M, Szot JF. DeGowin’s Diagnostic


Examination. 10th Edition. New York: McGraw-Hill Education. 2015.

3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy:
Wolters Kluwer Lippincott Williams and Wilkins; 2014.
4. Innes JA, Dover AR, Fairhurst K. Macleod’s Clinical examination. 14th
Edition. Elsevier. 2018

5. Simel DL, Rennie D. JAMAevidence. The Rational Clinical Examination:


McGraw Hill; 2009.

6. McGee S. Evidence-Based Physical Diagnosis. Philadelphia: Elsevier.


2018.

7. Ball JW, Dains JE, Flynn JA, Solomon BS, Stewart RW. Seidel’s Guide to
Physical Examination: An Interprofessional Approach. 9th Edition.
Missouri: Elsevier. 2019

24
8. Talley NJ, O’Connor S. Clinical Examination: A Systematic Guide to
Physical Diagnosis. 7th Edition. New South Wales: Elsevier Australia. 2014

25

Vous aimerez peut-être aussi