Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja

Pengertian bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) -
definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaianmemerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang
aman.
Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan
dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga
dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian memang merupakan
salah satu tugas dari manager. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan
pengawasan adalah berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila
pengendalian dilakkan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan
adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.
Pengendalian bahaya di tempat kerja adalah proses yang dilakukan oleh instansi atau
perusahaan dalam mencapai tujuan agar para pekerja di instansi atau perusahaan dapat
menghindari resiko aktivitas yang dapat berpotensi menimbulkan cedera dan penyakit akibat
kerja sebagai tujuan awal dari suatu perusahaan. (Minal,2014).
B. Tujuan Pengendalian Bahaya
Tujaun dari pengendalian adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi
kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan
pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksana rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat dimabil
tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan
datang.
C. Faktor/ potensi Bahaya di Tempat Kerja
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di
tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan
upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin
terjadi.

Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari
berbagai faktor, antara lain:

faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk
antara maupun hasil akhir.
faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia
yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima
baik fisik maupun psikis.

Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut:

1. Potensi bahaya fisik/mekanik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan


gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang
memadai, getaran, radiasi.
a) Radiasi; Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita,
contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave
oven), komputer, dan lain-lain. Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam
radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Pengaruh radiasi terhadap manusia yaitu sel
dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel
telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah
sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat
dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan
adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan
radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu
yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik
sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek
segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam
waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya
rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah.
Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
b) Kebisingan; Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab
penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai
istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan mempengaruhi
kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai
kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang
dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas
60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi
mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat)
telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat
mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak
didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau
pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss
communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa
berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini
maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa
jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap
marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan
konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan
akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
c) Penerangan / pencahayaan ( illuminasi ); Penerangan yang kurang di lingkungan
kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan
pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam
lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping
itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Berkaitan dengan
pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu
lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga
mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat
kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan
intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin
tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua
dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi
daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan
kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau
pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-
pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi
mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur. Dalam
ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut: kelelahan mata yang akan berakibat
berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelemahan mental, kerusakan alat penglihatan
(mata), keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d) Getaran; Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif
pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan
cengkram dan sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic
tools, chain saws. Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi
yang mengenai tubuh: 3 -9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut, 6 - 10
Hz : dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2
dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak
perubahan sistem peredaran darah, 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan
tulang akan beresonansi, 13 -15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi, < 20
Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa
tidak enak dan kurang ada perhatian.

2. Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui: inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui
kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya
acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam
tubuh dapat melalui: pernapasan ( inhalation ), kulit (skin absorption ) dan tertelan (
ingestion ). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut, kronis atau kedua-duanya.
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah:
a) Korosi; bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain
tubuh yang paling umum terkena, contoh; konsentrat asam dan basa , fosfor.
b) Iritasi; iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (
bengkak ), contoh; kulit : asam, basa,pelarut, minyak. Pernapasan : aldehydes,
alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
c) Reaksi alergi; bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi
pada kulit atau organ pernapasan, contoh; kulit yaitu colophony ( rosin),
formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
d) Asfiksiasi; asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer
yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen
pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia
mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah
oksigenasi normal pada kulit, contoh: asfiksian sederhana; methane, ethane,
hydrogen, helium. Asfiksian kimia; carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen
cyanide, hidrogen sulphide.
e) Kanker; karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan, contoh: terbukti
karsinogen pada manusia: benzene ( leukaemia), vinylchloride ( liver
angiosarcoma), 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ), asbestos
(kanker paru-paru , mesothelioma). Kemungkinan karsinogen pada manusia:
formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium.
f) Efek Reproduksi; bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan
seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang
dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai
contoh :aborsi spontan, contoh: manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl
ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide,
lead, thalidomide, pelarut.
g) Racun Sistemik; racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh, contoh : Otak : pelarut, lead, mercury, manganese. Sistem
syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide. Sistem pembentukan
darah : benzene, ethylene glycol ethers. Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated
hydrocarbons. Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis ).

3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada
tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B,
Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan
salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor
biologi eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian
seringkali luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol,
diantisipasi dan cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit
diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma
sebagai berikut :
Bakteri; bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi
yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak
dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
Virus; virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus
tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya.
Jamur; Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek
karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan
hidup dari organisme atau hewan lain.
Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja; beberapa literatur telah
menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di tempat kerja,
diantaranya : daerah pertanian, lingkungan berdebu(pabrik/pertambangan), daerah
peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari hewan,
dilaboratorium, dan di perkantoran( terutama yang memakai pendingin tanpa ventilasi
alami).

4. Potensi bahaya bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-
norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja,
termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat,
beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara
manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat,
minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang
dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang
digunakan dalam proses produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk), pallet
(tertimpa), dan bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed additive
(kerusakan mata akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las (kerusakan
mata akibat terpercik geram, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru
akibat terhirup debu las), luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan panas
dari blow down otomatis, kebakaran, dan peledakan.

D. Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja ( HIRARKI)


Pada kegiatan pengkajian resiko (risk assesment), hirarki pengendalian (hierarchy of
control) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan.

Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi


sehingga resiko menurun dan menjadi resiko yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatu
organisasi. Secara efektifitas, hirarki control pertama diyakini memberikan efektifitas yang
lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua.

Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko
yaitu melaui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat
keparahan suatu kecelakaan atau paparan.

Pada ANSI Z10: 2005, hirarki pengendalian dalam sistem manajemen keselamatan,
kesehatan kerja antara lain:

1. Eliminasi; Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat


desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya
merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku
pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap
bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat
dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya
bising, bahaya kimia.
2. Substitusi; Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan
pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun
desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada
mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator,
menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan,
kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi
bahan yang cair atau basah.
3. Pengendalian Teknis; Pengendalian secara teknis yakni pengendalian yang ditunjukan
terhadap sumber bahaya atau lingkungan ,seperti:
Subtitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang atau tidak berbahaya sama sekali.
Isolasi,yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja , misalnya pengadaan
ruang panel,larangan memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan,menutup
unit operasi yang berbahaya.
Cara basah,dimaksudkan untuk menekan jumlah partikel yang mengotori udara karena
partikel debu mengalami berat.
Merubah proses,misalnya pada proses kering dirubah menjadi proses basah untuk
menghindari debu.
Ventilasi keluar setempat ( lokal exhaust ventilation ), yaitu suatu cara yang dapat
menghisap bahan-bahan berbahaya sebelum bahan berbahaya tersebut masuk keudara
ruang kerja.
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja
serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam
suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi metode ini misal
adalah adanya penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up
alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure.
4. Sistem peringatan/warning system; Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan
memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan
adanya bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan
memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka dapat
mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak kepadanya. Aplikasi di
dunia industri untuk pengendalian jenis ini antara lain berupa alarm system, detektor
asap, tanda peringatan (penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan
tinggi, dll).
5. Pengendalian Administrasi; Pengendalian secara administratif adalah peraturan-
peraturan administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu kontaknya (
pemaparan )dengan faktor bahaya atau contaminant. Kontrol administratif ditujukan
pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan
metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian
cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain
seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi
prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat,
investigasi atau pemeriksaan kesehatan.
6. Alat Pelindung Diri; Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak
dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua
usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri
merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,karena
APD hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya
hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung
diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti : Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik., meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman. Alat pelindung diri
Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet), kacamata keselamatan, Masker,
Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain
yang dibutuhkan untuk kondisi khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya:
faceshield, respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.

Vous aimerez peut-être aussi