Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Auditing merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang
telah ditetapkan. Seorang auditor harus dapat memperoleh bukti dengan kualitas dan
jumlah yang mencukupi, harus menentukan jenis dan jumlah bukti yang diperlukan
serta mengevaluasi apakah informasi itu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Jadi, bukti audit memegang peranan penting dalam proses auditing, dengan kata lain
proses auditing tidak dapat berjalan tanpa adanya bukti audit. Para auditor dituntut
untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bukti audit untuk memudahkan
tugasnya dalam mengaudit suatu entitas tertentu. Independensi seorang auditor sangat
diperlukan apabila seorang auditor berhubungan dengan bukti-bukti audit untuk
menghasilkan laporan audit yang relevan dan dapat dijadikan evaluasi bagi suatu
entitas tertentu mengenai kinerjanya dalam suatu periode tertentu. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai bukti audit dalam menunjang setiap proses dalam auditing
yang akan membantu pencapaian tujuan dari suatu audit.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud bukti audit dan apa saja sifatnya?
b. Bagaimana mengidentifikasi keputusan bukti audit yang diperlukan dalam
menyusun program audit?
c. Bagaimana merinci karakteristik yang menentukan persuasivitas bukti audit?
d. Bagaimana mengidentifikasi dan menerapkan jenis bukti di dalam auditing?
e. Apa saja tujuan dokumentasi audit?
f. Bagaimana kasus manupulasi bukti audit PT. Kimia Farma dapat terjadi?
BAB II

PEMBAHASAN

1. BUKTI AUDIT DAN SIFATNYA


Bukti audit adalah setiap informasi yang dikumpulkan, digunakan, dan dievaluasi oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengumpulkan bukti audit yang tepat dan mencukupi dalam setiap audit untuk memenuhi
standar profesi.
Berikut merupakan perbedaan karakteristik bukti untuk eksperimen ilmiah, kasus
hukum, dan audit atas laporan keuangan.

Kasus Hukum
Dasar Eksperimen Ilmiah Audit atas Laporan
Seseorang yang
Perbandingan untuk Menguji Obat Keuangan
Dituduh Mencuri
Menentukan apakah
Menentukan bersalah
Menentukan pengaruh laporan keuangan
Penggunaan Bukti atau tidaknya si
obat disajikan secara
tertuduh
wajar
Berbagai jenis bukti
Bukti dan kesaksian
audit yang
Sifat Bukti yang Hasil pengulangan langsung dari para
dihasilkan oleh
Digunakan eksperimen saksi dan pihak-pihak
auditor, pihak
yang terlibat
ketiga, dan klien.
Pihak yang
Ilmuwan Juri dan Hakim Auditor
Mengevaluasi Bukti
Kepastian Bervariasi dari yang Apabila bersalah harus
Tiingkat kepastian
kesimpulan yang tidak pasti sampai dipertimbangkan
yang tinggi
diperoleh dari bukti hampir pasti dengan layak
Merekomendasikan atau Bersalah atau tidak Menerbitkan salah
Sifat kesimpulan tidak bersalahnya pihak satu dari beberapa
merekomendasikan tersebut alternatif jenis
penggunaan obat itu laporan audit
Pihak yang bersalah Para pemakai
Konsekuensi umum Masyarkat akan
tidak terkena hukuman laporan mengambil
dari kesimpulan menggunakan obat yang
atau pihak yang tidak keputusan yang
yang salah dari tidak efektif atau
bersalah dinyatakan salah dan auditor
bukti membahayakan
bersalah dapat dituntut

2. KEPUTUSAN BUKTI AUDIT


Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa
banyak, yaitu:
1. Prosedur audit yang akan digunakan
Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus
diperoleh selama audit.
2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih dari populasi
Auditor dapat mengubah ukuran sampel dari hanya satu hingga semua item dalam
populasi yang sedang diuji. Keputusan tentang berapa banyak item yang akan diuji
harus dibuat oleh auditor pada setiap prosedur audit. Ukuran sampel untuk setiap
prosedur tertentu mungkin akan berbeda antara satu audit dengan audit lainnya.
3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi.
Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus
memutuskan item-item mana dalam populasi yang akan diuji.
4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut
Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup suatu periode seperti satu tahun.
Biasanya suatu audit baru dianggap selesai setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan setelah berkhirnya suatu periode.oleh karena itu waktu pelaksanaan prosedur
audit bervariasi dari awal periode akuntansi hingga berakhirnya periode akuntansi
tersebut. Keputusan penetapan waktu audit, sebagian, dipengaruhi oleh kapan klien
menginginkan audit itu diselesaikan.

Daftar prosedur audit untuk bidang audit tertentu atau untuk keseluruhan audit
disebut sebagai program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedur audit,
dan biasanya mencakup ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan penetapan waktu
pengujian. Sebagian besar auditor menggunakan komputer untuk mempermudah
penyusunan program audit.
3. PERSUASIVITAS BUKTI AUDIT
a. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran mutu baik yang berarti relevansi dan
reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan
sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar.
Relevansi Bukti, bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit
yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Relevansi hanya
dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena bukti audit mungkin
relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit lainnya.
Reliabilitas Bukti, mengacu pada tingkat di mana bukti tersebut dianggap
dapat dipercaya atau layak dipercaya. Realibilitas dan ketepatan, tergantung pada
enam karakteristik bukti yang dapat diandalkan berikut:
 Independensi penyedia bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas
lebih dapat diandalkan ketimbang yang diperoleh dari dalam entitas.
 Efektivitas pengendalian internal klien. Jika pengendalian internal klien
efektif, bukti audit yang diperoleh lebih dapat diandalkan ketimbang jika
pengendalian internalnya lemah.
 Pengetahuan langsung auditor. Bukti audit yang diperoleh langsung oleh
auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi
akan lebih dapat diandalkan ketimbang informasi yang diperoleh secara tiddak
langsung.
 Kualifikasi individu yang menyediakan informasi. Bukti audit tidak akan dapat
diandalkan kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi
kualifikasi untuk itu, termasuk seorang auditor.
 Tingkat objektivitas. Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan ketimbang
bukti yang memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti
tersebut benar. Contoh bukti objektif yaitu konfirmasi piutang usaha dan saldo
bank. Contoh bukti subjektif yaitu observasi atas persediaan yang using
selama pemeriksaan fisik dan tanya-jawab dengan manajer kredit tentang
ketagihan piutang usaha tidak lancar. Apabila reliabilitas bukti yang subjektif
sedang dievaluasi, penting bagi auditor untuk menilai kualifikasi orang yang
menyediakan bukti tersebut.
 Ketepatan waktu. Ketepatan waktu bukti audit dapat merujuk pada kapan
bukti itu dikumpulkan maupun pada periode yang tercakup oleh audit itu.
Bukti ini biasanya lebih dapat diandalkan untuk akun-akun neraca apabila
diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Untuk akun-akun laba rugi,
bukti yang diperoleh akan lebih dapat diandalkan ketimbang jika ada sampel
dari keseluruhan periode yang diaudit.
b. Kecukupan
Kecukupan bukti (sufficiency of evidence) diukur terutama oleh ukuran sampel
yang dipilih auditor. Beberapa faktor akan menentukan ketepatan ukuran sampel
dalam audit. Dua faktor yang paling penting adalah ekspektasi auditor atas salah saji
dan keefektifan pengendalian internal klien. Selain ukuran sampel, masing-masing
item yang diuji akan mempengaruhi kecukupan bukti audit. Sampel yang terdiri dari
item-item populasi dengan nilai uang yang besar, item-item yang kemungkinan besar
salah saji, dan item-item yang mewakili populasi umumnya dianggap sampel yang
ada tidak mencukupi jikahanya mengandung item-item yang bernilai besar, kecuali
item-item tersebut merupakan bagian terbesar dari jumlah total populasi.
c. Dampak Gabungan
Kombinasi antara ketepatan dan kecukupan beserta faktor-faktor yang
memengaruhi ketepatan dan kecukupan tersebut akan menghasilkan persuasivitas
bukti. Standar auditing mensyaratkan bahwa auditor harus yakin secara layak bahwa
tidak ada yang mengandung salah saji yang material. Karena itu, auditor harus
memperoleh bukti yang relevan dan dapat diandalkan dalam jumlah yang mencukupi
tentang persediaan.
Keputusan bukti audit Kualitas yang mempengaruhi persuasivitas bukti
Ketepatan
 Relevansi
 Reliabilitas
Prosedur audit dan penetapan
 Independensi penyedia bukti
waktu
 Efektivitas pengendalian internal
 Pengetahuan langsung auditor
 Kualifikasi penyedia bukti
 Objektivitas bukti
 Ketepatan waktu
 Kapan prosedur dilaksanakan
 Bagian periode yang diaudit

Kecukupan
Ukuran sampel dan item yang
 Ukuran sampel yang memadai
dipilih
 Memilih item populassi yang tepat

Persuasivitas dan biaya merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam


membuat keputusan tentang bukti pada audit tertentu. Auditor harus memperoleh
sejumlah bukti audit yang tepat dan mencukupi dengan biaya total serendah mungkin.
Namun, biaya bukan alasan yang tepat untuk menghilangkan suatu prosedur yang
diperlukan atau tidak mengumpulkan ukuran sampel yang memadai.

4. JENIS-JENIS BUKTI AUDIT


a. Pemeriksaan fisik (physical examination)
Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor
atas aktiva berwujud. Jenis bukti ini paling sering berkaitan dengan persediaan dan
kas, tetapi juga dapat diterapkan pada verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aktiva
tetap berwujud. Pemeriksaan fisik adalah cara langsung untuk memverifikasi apakah
suatu aktiva benar-benar ada (tujuan eksistensi), dan pada tungkat tertentu apakah
aktiva yang ada itu telah dicatat (tujuan kelengkapan). Pada umumnya, pemeriksaan
fisik bukan merupakan bukti yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa aktiva
yang ada memang dimiliki oleh klien (tujuan hak dan kewajiban), dan dalam banyak
kasus, auditor tidak memiliki kualifikasi untuk menilai faktor-faktor kualitatif seperti
keusangan atau otentisitas aktiva (tujuan nilai yang dapat direalisasi).
b. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan respons tertulis atau lisan dari pihak
ketiga yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diajukan oleh
auditor. Jenis bukti audit ini sangat dipercaya dan merupakan jenis bukti yang sering
digunakan karena konfirmasi berasal dari sumber yang independen terhadap klien.
keputusan auditor tentang apakah akan menggunakan konfirmasi atau tidak
tergantung pada kebutuhan akan reabilitas situasi serta bukti alternatif yang tersedia.
Standar auditing mengidentifikasikan dua jenis permintaan konfirmasi yang
umum: konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi positif meminta si
penerima untuk memberikan respons dalam semua situasi. Apabila auditor tidak
menerima respons atas konfirmasi positif, biasanya auditor akan mengirimkan
permintaan kedua atau ketiga dan, dalam beberapa kasus, bahkan meminta klien
untuk menghubungi pihak ketiga yang independen dan memintanya untuk
memebrikan respons kepada auditor. Sebaliknya, dengan konfirmasi negatif penerima
diminta untuk merespons hanya bila informasinya tidak benar, dan tidak adapengujian
tambahan yang dulaksanakan bila respons tidak diterima. Akibatnya, konfirmasi
negatif memberikan bukti yang kurang dapat diandalkan ketimbang konfirmasi
positif.
Konfirmasi harus dikendalikan oleh auditor sejak konfirmasi tersebut
disiapkan hingga dikembalikan agar dapat menjadi bukti yang andal. Jika klien yang
mengendalikan penyiapan konfirmasi, mengirimkannya, atau menerima respons,
auditor telah kehilangan kendali dan independensinya, sehingga mengurangi
reliabilitas bukti itu.
Jenis-jenis informasi utama yang sering kali dikonfirmasikan, bersama dengan
sumber konfirmasi itu, akan ditunjukan dalam tabel berikut.

Informasi Sumber
Aktiva
Kas di Bank Bank
Piutang usaha Pelanggan
Wesel tagih Pembuat surat
Persediaan yang dimiliki atas dasar Consignee
konsinyasi
Persediaan yang tersimpan dalam gudang Gudang umum
umum
Nilai penyerahan tunai asurans jiwa Perusahaan asuransi
Kewajiban
Utang usaha Kreditor
Wesel bayar Pemberi pinjaman
Uang muka dari pelanggan Pelanggan
Utang hipotik Pemberi hipotik
Utang obligasi Pemegang obligasi
Ekuitas pemilik
Saham yang beredar
Informasi lain
Cakupan asuransi Perusahaan asuransi
Kewajiban kontinjen Bank, pemberi pinjaman, dan penasihat
hukum klien
Perjanjian obligasi Pemegang obligasi
Agunan yang ditahan kreditor Kreditor

c. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi adalah inspeksi oleh auditor atas dokumen dan catatan klien
untuk mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya tersaji, dalam laporan
keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang digunakan klien
untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang terorganisasi,
yang bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain.
Dokumen dapat dengan mudah diklasifikasikan sebagai dokumen internal dan
dokumen eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang disiapkan dan
digunakan dalam organisasi klien dan disimpan tanpa pernah disampaikan kepada
pihak luar, mencakup salinan faktur penjualan, laporan jam kerja karyawan, dan
laporan penerimaan persediaan. Dokumen eksternal adalah dokumen yang ditangani
oleh seorang di luar organisasi klien yang merupakan pihak yang melakukan transaksi
tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan segera dapat
diakses oleh klien. Apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung
pencatatan transaksi atau jumlah, prosesnya sering kali disebut sebagai vouching.
d. Prosedur analisis (analytical procedures)
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar dibandingkan dengan harapan
auditor. Auditing Standards Board (ASB) telah menyimpulkan bahwa prosedur
analitis begitu penting sehingga dibutuhkan selama fase perencanaan dan
penyelesaian pada semua audit. Prosedur analitis yang digunakan untuk tujuan yang
berbeda pada suatu audit akan dibahas berikut ini.
 Memahami industri dan bisnis klien, dengan melakukan prosedur analitis di
mana informasi tahun berjalan yang belum diaudit dibandingkan dengan
informasi tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau data industri,
perubahannya akan disoroti. Perubahan ini bisa merupakan tren yang penting
atau peristiwa khusus, yang semuanya akan memengaruhi perencanaan audit.
 Menilai kemampuan entitas untuk terus Going Concern, prosedur analitis
tertentu dapat membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya
kegagalan bisnis.
 Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan,
Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun
berjalan yang belum diaudit dan data lainnya yang digunakann dalam
perbandingan biasanya disebut fluktuasi tidak biasa (unusual fluctuations).
 Mengurangi pengujian audit yang terinci, Apabila prosedur analitis tidak
mengungkapkan fluktuasi tidak biasa, ini menyiratkan bahwa salah saji yang
material mungkin telah diminimalkan. Dalam kasus semacam ini, prosedur
analitis memberikan bukti substantif dalam mendukung pernyataan yang wajar
atas saldo akun terkait, dan hal itu memungkinkan untuk melakukan pengujian
terinci yang lebih sedikit dalam hubungannya dengan akun-akun tersebut.
e. Wawancara dengan klien (inquiries of the client)
Wawancara dengan klien adalah upaya untuk memperoleh informasi secara
lisan maupun tertulis dari klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan
auditor. Apabila auditor memperoleh bukti melalui tanya jawab, biasanya auditor juga
perlu memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya.
f. Rekalkulasi (recalculation)
Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang
dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas
keakuratan perhitungan klien dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur
penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan
kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar dimuka.
g. Pelaksaaan ulang (reperformance)
Pelaksanaan-ulang adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas
prosedur atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian
dari sistem akuntansi dan pengendalian internal klien. Pelaksanaan ulang melibatkan
pengecekan atas prosedur lain. Jenis pelaksanaan ulang lainnya adalah mengecek
ulang transfer informasi dengan menelusuri informasi yang tercantum dalam lebih
dari satu tempat untuk memverifikasi bahwa hal itu dicatatpada jumlah yang sama
setiap waktu.
h. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien. Selama
menjalani penugasan dengan klien, auditor mempunyai banyak kesempatan untuk
menggunakan inderanya, yaitu penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman,
guna mengevaluasi berbagai item. Observasi kurang dapat diandalkan karena risiko
personil klien akan mengubah perilakunya akibat kehadiran auditor. Mereka mungkin
melaksanakan tenggung jawabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan di hadapan
auditor, tetapi kembali melakukan hal yang biasa dilaukan setelah auditor tidak ada.
Namun demikian, observasi berguna dalam pelaksanaan sebagian besar audit.

Ketepatan Jenis Bukti

1. Keefektifan pengendalian internal klien memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


reliabilitas sebagian besar jenis bukti audit. Jadi, dokumentasi internal dari suatu
perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang efektif akan lebih dapat
diandalkan, karena dokumen terserbut cenderung lebih akurat.
2. Baik pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi mungkin lebih dapat diandalkan jika
pengendalian internalnya efektif, tetapi penggunaan kedua jenis bukti itu sangat
berbeda. Ini mengilustrasikan secara efektif bahwa kedua jenis bukti yang sama sekali
berbeda itu sama-sama dapat diandalkan.
3. Jenis bukti yang spesifik jarang mencukupi untuk memberikan bukti audit yang tepat
dalam memenuhi setiap tujuan audit.

Biaya Jenis-Jenis Bukti

Pemeriksaan fisik dan konfirmasi akan menghabiskan biaya yang paling besar
dibandingkan dengan yang lainnya. Pemeriksaan fisik memerlukan biaya yang besar karena
umumnya mewajibkan kehadiran auditor ketika klien sedang menghitung aktiva, yang sering
kali dilakukan pada tanggal neraca. Konfirmasi membutuhkan biaya yang besar karena
auditor harus mengikuti prosedur dengan seksama dalam penyiapan, pengiriman, dan
penerimaan konfirmasi, serta dalam menindaklanjuti konfirmasi yang tidak menerima
respons atau pengecualian. Dokumentasi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak
begitu mahal. Biaya pengujian ulang tergantung pada sifat prosedur yang sedang diuji. Tiga
jenis bukti audit yang paling murah adalah observasi, tanya-jawab dengan klien, dan
rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya. Tanya-
jawab dengan klien dilakukan secara ekstensif dalam setiap audit dan umumnya memerlukan
biaya yang rendah, meskipun beberapa di antaranya mungkin cukup mahal. Rekalkulasi
biasanya memerlukan biaya yang rendah karena hanya melibatkan perhitungan dan
penelusuran yang sederhana, yang dapat dilakukan sesuai dengan keperluan auditor.

Aplikasi Jenis Bukti pada Empat Keputusan Bukti

Aplikasi jenis bukti audit memiliki tujuan secara keseluruhan, yaitu memperoleh
bukti persuasif dengan biaya yang minimum untuk memverifikasi bahwa persediaan itu
secara material sudah benar.

5. DOKUMENTASI AUDIT
Dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur auditing yang diterapkan,
bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam melaksanakan
penugasan. Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam memberikan
kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar
audit.
Dasar bagi perencanaan audit, file untuk perencanaan audit meliputi informasi
perencanaan sebagai informasi deskriptif, tentang pengendalian internal, anggaran waktu
untuk masing-masing area audit, program audit dan hasil audit tahun sebelumnya.
Catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian, Auditor harus mampu
memperlihatkan kepada lembaga pembuat peraturan dan pengadilan bahwa audit telah
direncanakan dengan baik dan diawasi secara memadai, bukti yang dikumpulkan tepat dan
mencukupi dan laporan audit tepat dengan mempertimbangkan hasil audit. File audit harus
mendokumentasikan temuan atau masalah audit yang signifikan, tindakan yang diambil
untuk menanganinya dan dasar kesimpulan yang dicapai. Data untuk menentukan jenis
laporan audit yang tepat, dokumentasi audit menyediakan sumber informasi untuk
membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah
dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu. Dasar bagi
review oleh supervisor dan partner, file audit adalah kerangka referensi utama yang
digunakan oleh supervisor untuk mereview pekerjaan asisten.
Selain itu, fungsi lain file audit adalah sebagai sumber informasi untuk
mengkomunikasikan kepada manajemen dan pihak yang ditunjuk pemerintah dan sebagai
kerangka referensi yang berguna untuk melatih personil serta sebagai sarana bantuan
dalam merencanakan dan mengoordinasikan audit-audit berikutnya.
 Kepemilikan file audit
Properti auditor adalah dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan,
termasuk skedul yang disiapkan oleh klien untuk auditor.
 Kerahasiaan file audit
Kebutuhan untuk membina hubungan rahasia dengan klien dinyatakan dalam
Aturan 301 dari Kode Perilaku Profesional yang menyatakan: Seorang anggota tidak
boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama penugasan
professional kecuali dengan persetujuan klien.
 Persyaratan untuk menyimpan dokumentasi audit
SEC telah mengeluarkan aturan final tentang penyimpanan catatan audit dan
review yang mewajibkan auditor perusahaan public untuk menyelenggarakan
dokumentasi berikut:
1. Kertas kerja atau dokumen lain yang membenuk dasar bagi audit atas laporan
keuangan tahunan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan
perusahaan.
2. Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru, catatan, termasuk catatan
elektronik.
 File permanen
Berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan
audit saat ini. File ini menjadi sumber informasi tentang audit yang penting adanya
dari tahun ke tahun. File permanen umumnya meliputi hal-hal berikut:
1. Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting artinya seperti
akte pendirian, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak.
2. Analisis akun tahun-tahun sebelumnya yang terus penting artinya bagi auditor
3. Informasi yang berhubuungan dengan pemahaman atas pengendalian internal dan
penilaian risiko pengendalian.
4. Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya.
 File tahun berjalan
File tahun berjalan (current file) mencakup semua dokumentasi audit yang
dapat diterapkan pada tahun yang diaudit. Ada satu set file permanen untuk klien dan
satu set file tahun berjalan untuk audit setiap tahun. Berikut ini adalah jenis informasi
yang sering tercakup dalam arsip tahun berjalan:
1. Program Audit
Program audit ini biasanya dicatat dalam file terpisah untuk
memperbaiki koordinasi dan integrasi semua bagian audit, meskipun beberapa
kantor akuntan juga menyertakan salinan program audit untuk setiap bagian
audit pada dokumentasi audit. Selama audit berlangsung, setiap auditor
menandatangani program untuk prosedur audit yang dilakukan dan
menunjukkan tanggal penyelesaian. Pencantuman program audit yang
dirancang dengan baik dan diselesaikan dengan cara seksama dalam file audit
adalah bukti dari audit yang bermutu tinggi.
2. Informasi Umum
Beberapa file audit mencakup informasi periode berjalan yang bersifat
umum, bukannya bukti yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan
keuangan tertentu. Ini mencakup item-item seperti memo perencanaan audit,
salinan notulen rapat dewan direksi, salinan kontrak atau perjanjian yang tidak
dicantumkan dalam file permanen, catatan tentang diskusi dengan klien,
komentar review penyelia, dan kesimpulan umum.
3. Neraca Saldo Berjalan
Sedini mungkin setelah tanggal neraca, auditor harus memperoleh atau
menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir tahunnya. Skedul
ini disebut sebagai neraca saldo berjalan (working trial balance). Teknik
yang digunakan oleh banyak perusahaan memformat neraca saldo berjalan
auditor dalam format yang sama dengan laporan keuangan. Setiap baris pos
pada neraca saldo didukung oleh skedul utama (lead schedule), yang berisi
rincian akun-akun dari buku besar yang membentuk total baris pos. Setiap
akun yang terinci pada skedul utama itu, pada gilirannya, didukung oleh
skedul pendukung yang tepat bagi pekerjaan audit yang dilakukan dan
kesimpulan yang dicapai.
4. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi
Apabila auditor menemukan salah saji yang material dalam catatan
akuntansi, laporan keuangan harus dikoreksi dengan mengusulkan untuk
membuat ayat jurnal penyesuaian. Ayat jurnal reklasifikasi sering kali dibuat
dalam laporan untuk menyajikan informasi akuntansi secara tepat, meskipun
saldo buku besar sudah benar. Contoh yang umum adalah reklasifikasi untuk
tujuan laporan keuangan dari saldo kredit piutang usaha yang material ke
utang usaha. Karena saldo piutang usaha dalam buku besar mencerminkan
piutang usaha yang tepat dari sudut pandang operasi perusahaan sehari-hari,
ayat jurnal reklasifikasi tidak termasuk dalam buku besar klien. Hanya ayat
jurnal penyesuaian dan reklasifikasi tersebut yang mempengaruhi secara
signifikan kewajaran penyajian laporan keuangan yang harus dicatat.
Auditorlah yang memutuskan kapan salah saji harus disesuaikan berdasarkan
materialitas. Pada saat yang sama, auditor harus tetap ingat bahwa beberapa
salah saji nonmaterial yang tidak disesuaikan dapat menghasilkan salah saji
yang material secara keseluruhan, apabila digabungkan.
5. Skedul Pendukung
Auditor harus memilih jenis skedul yang tepat bagi aspek audit tertentu
untuk mendokumentasikan kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain dari
dokumentasi audit. Berikut ini adalah jenis utama skedul pendukung:
 Analisis. Analisis dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam
akun buku besar umum selama keseluruhan periode audit, yaitu
menghubungkan saldo awal dan akhir. Jenis skedul ini biasanya
digunakan untuk akun seperti sekuritas; wesel tagih; penyisihan untuk
piutang tak tertagih; properti, pabrik, dan peralatan; utang jangka
panjang; dan semua akun ekuitas.
 Neraca saldo atau daftar. Jenis skedul ini terdiri dari rincian yang
membetuk saldo akhir tahun dari akun buku besar umum. Skedul ini
berbeda dengan analisis yang hanya meliputi pos-pos yang membentuk
saldo akhir periode. Contoh yang umum meliputi neraca saldo atau
daftar yang mendukung piutang usaha, utang usaha, biaya perbaikan
dan pemeliharaan, beban hukum, dan pendapatan rupa-rupa.
 Rekonsiliasi jumlah. Rekonsiliasi yang mendukung jumlah tertentu dan
biasanya diharapkan akan mengaitkan jumlah yang dicatat dalam
catatan klien dengan sumber info lainnya. Contohnya meliputi
rekonsiliasi saldo kas dengan rekening koran, rekonsiliasi saldo
piutang usaha dengan konfirmasi dari pelanggan, dan rekonsiliasi saldo
utang usaha dengan pernyataan vendor atau pemasok.
 Pengujian kelayakan. Skedul pengujian kelayakan, berisi informasi
yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi apakah saldo klien
tampak mengandung salah saji dengan mempertimbangkan situasi
penugasan. Fokus utama pengujian ini adalah pada prosedur analitis.
 Ikhtisar prosedur. Skedul ikhtisar mendokumentasikan luas pengujian,
salah saji yang ditemukan, dan kesimpulan auditor berdasarkan
pengujian. Contohnya adalah ikhtisar hasil konfirmasi piutang usaha
dan ikhtisar observasi persediaan.
 Pemeriksaan dokumen pendukung. Skedul ini tidak memperlihatkan
jumlah total, dan tidak terkait dengan buku besar karena tujuannya
adalah mendokumentasikan pengujian yang dilakukan dan hasil yang
diperoleh. Namun, skedul itu harus menyatakan kesimpulan positif
atau negatif tentang tujuan pengujian itu.
 Informasional. Jenis skedul ini berisi informasi yang berlawananan
dengan bukti audit. Skedul ini mencantumkan informasi tentang SPT
pajak dan data Formulir 10-K SEC serta data seperti anggaran waktu
dan jam kerja klien, yang berguna dalam administrasi penugasan.
 Dokumentasi dari luar. Sebagian besar isi file audit ini terdiri dari
dokumentasi luar yang dikumpulkan oleh auditor, seperti jawaban
konfirmasidan salinan perjanjian dengan klien. Walaupun bukan
“skedul” dalam arti sebenarnya, dokumen ini diindeks dan diarsip.
Prosedur audit ditunjukkan pada skedul itu dengan cara yang sama
seperti pada skedul lainnya.

 Penyusunan dokumentasi audit


Penyusunan skedul yang tepat untuk mendokumentasikan bukti audit yang
dikumpulkan, hasil yang ditemukan, dan kesimpulan yang dicapai adalah bagian yang
penting dari audit. Karakteristik dokumentasi audit:
1. Setiap file harus diidentifikasi secara wajar dengan informasi seperti nama
klien, periode yang dicakup, gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang
menyiapkan, tanggal persiapan, dan kode indeks.
2. Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi silang untuk
membantu pengaturan dan pengarsipannya.
3. Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas menujukkan pekerjaan
audit yang dilakukan, yang dapat dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan
tertulis dalam bentuk memorandum, dengan menandatangani prosedur audit
dalam program audit, dan dengan notasi langsung pada skedul. Notasi pada
skedul dilakukan dengan menggunakan tanda centang (tick marks), yaitu
simbol yang berdekatan dengan rincian skedul. Notasi ini harus dijelaskan
secara gamblang pada bagian bawah skedul.
4. Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi
tujuan yang telah dirancang. Untuk menyiapkan dokumentasi audit dengan
benar, auditor harus mengetahui tujuannya.
5. Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus
dinyatakan dengan jelas.
 Pengaruh e-commerce terhadap bukti audit dan dokumentasi audit
Semakin banyak audit yang disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik,
dan auditor harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik itu mempengaruhi
kemampuannya untuk mengumpulkan bukti yang layak dan mencukupi. Auditor
harus mempertimbangkan ketersediaan bukti elektronik pada awal audit dan
merencanakan pengumpulan bukti yang sesuai. Selain itu, apabila bukti hanya dapat
diperiksa dalam bentuk yang bisa dibaca mesin, auditor menggunakan komputer
untuk membaca dan memeriksa bukti itu. Contohnya, dengan menggunakan ACL
Software dan Interactive Data Extraction and Analysis (IDEA). Auditor akan
memperoleh salinan database atau file induk klien dalam bentuk yang bisa dibaca
mesin dan menggunakan perangkat lunak tersebut di atas untuk melakukan berbagai
pengujian atas data elektronik klien. Auditor juga dapat menggunakan perangkat
lunak spreadsheet untuk melakukan pengujian audit. Auditor juga dapat menggunakan
teknologi untuk mengubah dokumentasi berbasis kertas tradisional menjadi file
elektronik untuk mengatur dan menganalisis dokumentasi audit. Perangkat lunak
lainnya seperti ACE (Automated Client Engagement) dapat membantu auditor dalam
menyusun neraca saldo, skedul utama, dokumentasi audit pendukung, dan laporan
keuangan, serta melakukan analisis rasio. Auditor juga menggunakan local area
networks (LAN) dan program perangkat lunak kelompok untuk mengkases
dokumentasi audit secara simultan dari lokasi yang jauh.
6. KASUS MANIPULASI BUKTI AUDIT PT. KIMIA FARMA
Laporan keuangan merupakan salah satu data akuntansi yang dapat dijadikan bukti
audit oleh auditor. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia.
PT. Kimia Farma pada tahun 2001 diduga melakukan manipulasi laba bersih pada
laporan keuangannya dengan menghasilkan laba sebesar Rp132 Miliar. Setelah dilakukan
audit ulang pada 3 Oktober 2002, terbukti bahwa PT. Kimia Farma melakukan kecurangan
dan hanya menghasilkan laba Rp99,56 Miliar. Kasus PT Kimia Farma merupakan salah
satu bentuk manipulasi dengan penyajian laporan keuangan yang overstated yang terjadi
di Indonesia. Kasus mark-up laporan keuangan PT Kimia Farma yang melebihsajikan laba
bersih yang seharusnya Rp. 99,594 miliar dicatat senilai Rp.132 miliar (Davidparsaoran,
2013).
Hal ini dilakukan agar PT. Kimia Farma dapat menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya. Namun, setelah kasus ini terbongkar, nilai perusahaan atau nilai
pasar PT. Kimia Farma terkena dampak buruknya di pasar modal. Nama dan reputasi PT.
Kimia Farma menjadi buruk. Laporan keuangan yang sudah di manipulasi oleh PT. Kimia
farma dapat menyesatkan para pemakai laporan keuangan, termasuk para auditor.
Manipulasi ini dapat mengakibatkan para auditor salah dalam menyatakan opininya
tentang suatu laporan keuangan.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam melakukan proses auditing, seorang auditor harus dapat mengetahui bukti apa
saja yang wajib dikumpulkan dengan menganalisis prosedur audit yang akan digunakan,
ukuran sampel yang akan dipilih dari populasi, item-item yang akan dipilih dari populasi, dan
kapan melaksanakan prosedur tersebut. Ada delapan bukti yang dapat digunakan oleh
seorang auditor, pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analisis, wawancara
dengan klien, rekalkulasi, pelaksaaan ulang, dan observasi. Jenis dan jumlah bukti audit harus
tepat dan cukup untuk mencapai persuasivitas bukti. Untuk lebih memudahkan proses
auditing, auditor perlu melakukan dokumentasi audit untuk membantunya dalam
memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan
standar audit.
Daftar Pustaka

Arens, Alvin A dkk. 2006. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-140-BAB%20I.pdf. Diakses pada


23 November 2016.

journal.unnes.ac.id/artikel_sju/aaj/1576/1518. Diakses pada 23 November 2016.

Vous aimerez peut-être aussi