Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
VERTIGO
Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi G, Sp.S
Disusun oleh :
Ibrahim Rizal Latuconsina
1102013129
2.1.2. Epidemiologi
Vertigo merupakan keluhan yang sangat umum setelah nyeri kepala. Vertigo
merupakan 15% penderita yang dikonsulkan ke ahli saraf atau ahli THT.1 Pada oarang
dewasa vertigo adalah salah satu masalah kesehatan yang paling umum. National Institute of
Health (NIH) menemukan kira-kira Amerika 40% orang di USA pernah mengalami pusing
minimal sekali dalam hidupnya. Prevalensi sedikit lebih sering pada wanita dan meningkat
sesuai sesuai dengan pertambahan usia. Terdapat sekitar 50 % pasien usia 75 tahun yang
datang ke dokter dengan keluhan vertigo.1
1
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis VIII, dan
nuclei vestibularis di batang otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terdiri daripada
utrikulis, sakulus, dan tiga kanalis semisirkularis. Utrikulus, sakulus dan ampula mengandung
organ reseptor keseimbangan. 1,2
Kanalis semisirkularis lateral terletak dibidang horizontal, manakala dua kanalis yang
lain tegak lurus antara satu sama lain. Kanalis posterior sejajar dengan aksis os petrosus,
sedangkan kanalis anterior tegak lurus dengan dengannya. Aksis os petrosus 45° terhadap
garis tengah. Jadi, kanalis anterior telinga satunya parallel dengan kanalis posterior telinga
satunya.
Utrikulus dan sakulus mengandung organ reseptor lainnya, disebut macula utrikularis
dan macula sakularis. Macula sakularis terletak vertical di dinding medial sakulus, manakala
macula utrikularis terletak di dasar utrikulus parallel dengan dasar tengkorak. Sel-sel rambut
macula tertanam di membrane gelatinosa yang mengandung Kristal kalsium karbonat disebut
statolit. Kristal tersebut ditopang sel penunjang.
Reseptor ini menghantarkan impuls static yang menunjukkan posisi kepala terhadap
ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh kepada tonus otot.
Impulse yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung reflex
yang berfungsi mengkoordinasikan otot ekstraokuler, leher dan tubuh sehingga keseimbangan
tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.2
2
Impulse kemudiannya akan dihantar ke nervus vestibulocochlearis. Ganglion
vestibular terletak didalam canalis auditory interna. Nervus ini akan melewati subarachnoid
space di cerebellopontine angle, dan memasuki batang otak di pontomedullary junction.
Serabut sarafnya kemudiaannya akan menuju ke nuclei vestibular yang terletak di lantai
ventrikel 4.2
Alat keseimbangan tubuh tersusun dari 3 organ, yaitu vestibulum, visual dan
proprioseptif. Masing-masing terdiri atas bagian perifer kiri dan kanan, serta bagian sentral.
Bagian perifer dari system vestibulum kanan dan kiri terdiri atas tiga buah reseptor yang
disebut Krista ampularis dari ketiga buah kanalis semisirkularis, dua buah reseptor yang
disebut organ otolitik macula dari utrikulus dna sakulus. Bagian perifer dari system
vestibulum juga disambung oleh ganglion vestibularis dan nevus vestibularis.1
3
System non vestibular terdiri atas system visual dan proprioseptif. Bagian perifer
daripada visual ialah retina, sedangkan bagian perifer dari proprioseptif ialah reseptor di
tendon dan sendi serta sensibilitas dalam.
Bagian sentral dari AKT terdiri dari nuclei vestibularis batang otak, serebelum,
formasio retikularis (termasuk lokus seruleus) system limbic, korteks prefrontral dan
hipotalamus.1
Stimulus gerakan akan diterima oleh reseptor AKT, dan diubah menjadi impuls saraf
(transduksi). Impuls saraf ini akan ditransmisikan melalui nevus vestibularis, nevus optikus,
dan nevus spinovestibularis ke bagian sentral AKT. Di bagian sentral, terjadi proses modulasi
dimana impuls tadi akan diintegrasikan, dikoordinasi, dikommparasi, diredam, diperkuat dan
dipersepsi, serta disimpan untuk kemudian dijawab sebagai respon. Outputnya akan dikirim
ke korteks serebri (kesadaran terhadap gerak tubuh), ke medulla spinalis dan
serebelum(control keterampilan motorik dan sikap tubuh), dan fasikulus longitudinalis
medialis(control gerakan mata).
4
Vestibulum:
Labirin
Ganglion
vestibularis
Nervus vestibularis
Perifer
Visual:
Alat Retina
keseimbangan Proprioseptif:
tubuh Reseptor di tendon
dan sendi
Nuklei vestibularis
Serebellum
Jadi, vertigo akan berlaku apabila adanya konflik dari pada ketiga-tiga sensorik ini,
dikenal melalui hipotesis konflik sensoris atau polysensory mismatch. Sebagai contoh ialah
wisatawan dengan motion sickness yang berada di bawah dek kapal besar. System visual
melaporkan bahawa lingkungan tidak bergerak, tetapi system vestibularis melaporkan
bahawa adanya gerakan terus menerus. Hal ini salah satu contoh dari pada mekanisme
berlakunya vertigo.
Pada penderita vertigo juga, dapat kita temukan adanya mual, pucat, hipotensi, fatigue,
menguap, muntah dan diaphoresis. Ini merupakan suatu respon dari pada system otonom kita
terhadap pergerakan yang “tidak biasa”.
Setelah memahami kerja dan pembagian dari alat keseimbangan tubuh, maka dapat
kita lanjutkan dengan pembagian vertigo. Pembagian ini sebenarnya penting buat memahami
5
masalah vertigo yang kita temukan diklinis. Seperti yang kita ketahui, alat keseimbangan
tubuh terbagi antara sentral dan perifer (proprioseptif, visual, vestibulum), jadi vertigo bisa
berlaku apabila adanya ketidakseimbangan antara komponen-komponen ini.1
Perifer
Vestibular
Sentral
Vertigo
Proprioseptif
Non Vestibular
Visual
Sinkop,
Pseudovertigo disekuilibrium, ill
defined dizziness
6
dizziness ill defined (hiperventilasi, neurosis anxietas, neurosis histerik, agoraphobia,
depresi), dan penyakit berat lain (pneumonia, iskemia otak akibat anemia berat, uremia,
gangguan hati).
Ada juga buku yang mengklasifikasikan dizziness non vestibular sebagai dizziness
non vertigo atau pseudovertigo. Selain itu, ada juga yang disebut sebagai sindrom vertigo
dimana berlakunya hiperaktif dari saraf simpatik, menyebabkan vertigo, pallor, mual dan
penderitaan hebat. Kemudiaannya terjadi vomitus dan rasa takut. Namun setelah muntah,
semua keluhan hilang dan pasien merasa lebih segar.
2.1.5. Diagnosis
Anamnesis
7
Pemeriksaan Fisik
Gejala pada gangguan saraf vestibularis atau hubungannya dengan sentral akan menyebabkan
terjadinya:4
1) Vertigo
2) Rasa tidak stabil
3) Kehilangan keseimbangan
4) Nistagmus
5) Salah tunjuk (past pointing)
Manuver Hallpike
Digunakan untuk menimbulkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan
gangguan system vestibular.
1) Pasien duduk ditempat.
2) Pasien direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut 30 derajat
dibawah horizon dan kepala ditolehkan kekiri.
3) Pasien tetap membuka matanya, dan diobservasi ada atau tidak nistagmus.
4) Perhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama, dan jenis.
5) Tanyakan pada pasien adakah vertigo yang dialaminya sama dengan yang sering
dialaminya.
6) Ulang tes pada sisi kanan.
8
Berikut ialah ciri-ciri nistagmus posisional:
Nistagmus ialah gerak involunter, rithmik dari bola mata. Gejala obyektif dari vertigo
adalah adanya nistagmus. Jadi, nistagmus perlu diperiksa apabila adanya keluhan vertigo.
Nistagmus perlu diperiksa ciri-cirinya yaitu bidang gerakannya, arah gerakan, amplitude, dan
lamanya.
Pada nistagmus vestibuler, komponen cepat ke arah kontralateral dari lesi, past
pointing akan menunjukkan ke arah lesi. Ia juga biasanya tidak menetap dan akan
menghilang setelah beberapa waktu. Sifatnya bisa horizontal dan horizontal rotatoar. Pada
nistagmus sentral, nistagmus dapat menetap atau berlalu, dapat bersifat horizontal, vertical
atau rotatoar.
9
Tes Kalori
1) Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan
air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
2) Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
3) Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance
ke kiri atau ke kanan.
4) Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang
air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau N. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.
10
2) Tes melangkah di tempat(stepping test)
i) Penderita menutup mata dan disuruh berjalan ditempat sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan berjalan seperti biasa.
ii) Hasil tes ini abnormal apabila kedudukan akhir penderita berganjak lebih dari 1
meter dari awalnya, atau badan berputar lebih 30 derajat.
4) Tes Heel-to-Knee
i) Pasien menyentuh lutut dengan menggunakan tumit kaki sebelahnya, dan turun
menelusuri bagian depan tibia.
ii) Kaki diletak disamping setiap kali habis menelusuri ke bawah, dan diulang
sebanyak 5x.
iii) Prosedur diulang dengan kaki yang sebelahnya lagi
Pemeriksaan Penunjang1
1) Audiometrik
2) ENG (electronystagmografi)
3) MRI
4) Auditory brainstem response (ABR)
Diagnosis Klinis
11
2) Labirintitis virus.1
i) Vertigo mendadak, intens, berlangsung beberapa hari sampai satu minggu.
ii) Sering disertai mual dan muntah
iii) Mungkin disertai hearing loss dan tinnitus
3) Neuritis vestibularis
i) Vertigo mendadak, intens.
ii) Tidak disertai hearing loss.
4) Penyakit Meniere
i) Vertigo mendadak dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
ii) Sifat khas ialah ia disertai hearing loss dan tinnitus yang mencolok.
5) Insuffisiensi vertebrobasiler
i) Vertigo disertai gangguan visual, kesulitan berbicara, disorientasi dan gangguan
koordinasi.
2.1.6. Tatalaksana
Farmakologis.1
1) Anthistamin seperti dimenhidrinate, diphenhidramine
2) Anticholinergik seperti scopolamine
3) Phenothiazine seperti chlorpromazine dan prochlorperazine
4) Tranquilizer ringan seperti diazepam, lorazepam.
5) Agen simpatomimetik seperti amphetamine, ephedrine.
6) Histaminergik seperti betahistine.
7) Antagonis kalsium seperti flunarizine.
Non farmakologis.1
1) Berbaring diam dalam ruangan gelap
2) Fiksasi visual
3) Relaksasi mental
4) Memberikan dukungan bahawa penyakitnya tidak berat (jika memang tidak berat)
5) Latihan vestibular sesuai indikasi
12
Fisioterapi (sesuai indikasi).1
1) Canalith repositioning procedure.
2) Vestibular habituation training.6
3) Balance coordination training
Berikut ialah table yang menunjukkan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi vertigo:5
1) Idiopatik
2) Trauma kepala
3) Degenerasi system vestibular
4) Infeksi virus
13
5) Stroke minor
Patofisiologi
Teori Kupulolitiasis
Melalui teori ini, dikatakan bahawa terdapat sejenis batu yang melekat pada cupula
canalis semicircularis posterior. Analoginya ialah seperti terdapat suatu beban yang
diletakkan pada hujung atas daripada tiang. Sudah tentulah tiang tersebut sukar untuk
mengekalkan kedudukan neutral, dan sudah tentu lebih cenderung untuk membengkok ke
suatu arah mengikut arah tiang itu ditolak. Apabila posisi tersebut telah tercapao, berat beban
tersebut akan menghalang cupula daripada kembali ke posisi neutral. Ini menjelaskan
nystagmus persisten pada pasien dan juga gejala pusing apabila pasien membaringkan
kepalanya kebelakang.
Teori Kanalolithiasis
Teori ini menyatakan bahawa simptom daripada BPPV adalah lebih konsisten jika
disebabkan oleh partikel yang bebas didalam canalis semicircularis posterior berbanding
partikel yang terfiksasi pada cupula. Apabila kepala dalam keadaan tegak, partikel ini akan
14
berada diposisi paling dependent terhadap gravitasi didalan canalis tersebut. Apabila kepala
dalam keadaan supine, partikel ini akan bergerak ke posisi 90 darejat pada arcus canalis.
Selepas inertial lag, gravitasi akan menarik partikel tersebut menuruni arcus. Ini akan
menyebabkan endolymph mengalir melawan ampula dan cupula terdefleksi. Defleksi cupular
akan menghasilkan nystagmus. Rotasi reversal(apabila duduk kembali) akan mengakibatkan
reversal defleksi cupular dan pusing serta nystagmus pada arah berlawanan.
Model ini mencontohkan partikel ini seperti guli didalam ban. Apabila ban berguling,
guli akan mengikut arah pergerakan ban karena momentum, dan pada satu tahap akan jatuh
karena graviti. Peristiwa “jatuh” ini akan merangsang saraf, menyebabkan sensasi berputar.
Gejala
15
Terapi
Semont Manuver.7
1) Pasien duduk dan kepala diposisikan 45° horizontal kearah telinga yang sihat(halfway
melihat lurus kehadapan dan melihat bertentangan dengan arah sisi vertigo).
2) Pasien menunduk dan dibaringkan 105° pada sisi telinga yang sakit, dengan posisi
hidung keatap. Posisi dipertahankan 3 menit. Debris seharusnya bergerak ke apex
kanalis.
3) Pasien digerakkan dengan cepat ke sisi sebelahnya, dengan posisi hidung ke bawah
dan posisi dipertahankan 3 menit. Debris seharusnya bergerak keluar daripada kanalis.
4) Pasien kemudiannya didudukkan semula.
A-C : Pasien berbaring dengan posisi kepala dihujung bed, posisi kepala dipertahankan 30
detik.
16
D : Kepala pasien dimiringkan kekiri dan ditahan 30 detik.
E : Pasien mengubah posisi ke kiri, kepala diposisikan sehingga hidung menatap ke
bawah. Dipertahankan 30 detik.
F : Pasien bangun dengan posisi muka menghadap ke kiri.
Brandt-Daroff Manuever.6
17
2) Berbaring miring dengan kepala diputar kira-kira 45°. Pertahankan 30 detik.
3) Kembali ke posisi duduk semula, tunggu 30 detik.
4) Baring selama 30 detik ke sisi yang sebelah lagi.
Vertigo berlaku akibat gangguan saraf otonom, dan jika trauma hebat, dapat disertai
kerusakan labirin yang sebenarnya. Gejala otonom yang dimaksudkan ialah pusing yang
disertai palpitasi, flushing dan berkeringat banyak. Sindroma vertigo post trauma dibedakan
menjadi:3
1) Vertigo post trauma akut
Juga disebut sindroma komosio labirintes karena disebabkan trauma, timbul paresis
vestibular unilateral yang dapat dibuktikan dengan test kalorik.
Pengobatan:
1) Scopolamin 0,5mg PO
2) Prochlorperazine. 2-5mg 3x/hari. Efek samping distonia akut.
Dapat dicegah efek sampingnya dengan Trihexyphenidyl 1-2mg 3x/hari.
3) Betahistine mesylate. 6mg.3x/hari.
18
Timbul setelah beberapa hari/minggu trauma kepala.
Gejala ini biasanya timbul setelah gejala vertigo post trauma akut menghilang, dan
vertigo hanya timbul apabila ada perubahan posisi kepala.
Neuronitis Vestibularis
Gejala:
1) Vertigo mendadak, berat dan disertai mual muntah, vertigo biasanya berlangsung
hingga beberapa hari dan diperberat pergerakan kepala.
2) Nistagmus spontan dengan komponen cepat berlawanan arah lesi.
3) Pada test kalorik ditemukan paralisis vestibular unilateral.
4) Pasien cenderung jatuh kearah lesi.
5) Malaise
6) Nistagmus posisional ditemukan pada 30% kasus.
7) Tinnitus atau perasaan seolah-olah liang telinga dimasuki air ditemukan pada 40%
kasus.
8) Tidak ditemukan gangguan pendengaran. Jika ada, harus difikirkan adanya infeksi
mumps, morbili, neurosifilis, herpes zoster oticus, acoustic neuroma, iskemi
a.labyrinthine, dan Meniere disease.
9) Vertigo dan unsteadiness akan membaik dalam 1-2minggu dan semua gejala
hilang selepas 3 minggu.
Pengobatan:3
1) Istirahat
2) Betahistine mesylate. 6mg. 3x/hari.
3) Minor tranquiliser seperti diazepam dapat ditambah karena emosi, anxiety dan
pikiran dapat mempermudah bangkitnya serangan vertigo.
19
Penyakit Meniere
Gejala:
1) Vertigo episodic
2) Hilang pendengaran episodic
3) Tinnitus
4) Aural fullness(telinga terasa penuh, tidak nyaman)
5) Gangguan keseimbangan pada stadium lanjut.
Pengobatan:
1) Vestibulosuppresent seperti meclizine, droperidol, prochlorperazine, diazepam
bekerja sebagai masking agent. Ia akan menumpulkan respon otak terhadap sinyal
daripada telinga.
2) Diuretik seperti hydrochlorothiazide, acetazolamide mengurangi produksi cairan,
tetapi tidak menghilangkan gejala sewaktu serangan. Juga, masih kurang uji klinis
yang membuktikannya.
3) Steroid. Dapat menghilangkan vertigo, tinnitus dan gangguan pendengaran.
Diduga daripada efeknya sebagai antiinflamasi sehingga menurunkan tekanan
endolimfatik.
4) Histamine agonist seperti betahistine juga banyak digunakan.
5) Aminoglikosida. Hanya buat pasien stadium lanjut.
Acoustic Neuroma
20
Merujuk kepada schwannoma yang muncul daripada serabut vestibularis. Pertama-
tama, tumor ini akan merusak serabut ini, kemudian secara perlahan dan progresif merusak
eksitabilitas organ vestibular sisi yang terkena.
Gejala:3
1) Pasien jarang mengeluh vertigo karena deficit ini dikompensasi oleh proses
vestibuler pada tingkat lebih tinggi.
2) Kompresi/iritasi nervus cochlearis akan menimbulkan tuli frekuensi
tinggi(audiometric)
3) Tumor yang lebih lanjut dapat menekan nervus fasialis, dan nervus trigeminus
sehingga gejala kompresi batang otak dan cerebellum.
4) Jika ia menekan aquaductus cerebri sylvii, dapat terjadi hydrocephalus.
Vertigo Cervikogenik
21
Apabila bagian saraf ini mengalami kerusakan, otak akan mengalami kesulitan
melacak posisi relative leher dan tubuh. Kejadian seperti ini ditemukan pada spondilosis
servikal yang tidak stabil, dengan gejala triad vertigo, tinnitus, dan ketulian.
Pusing Psikogen
Untuk mendiagnosa pusing psikogen, perlu kepada anamnesa yang cermat. Hal ini
perlu untuk mengelakkan dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak diperlukan.
Keluhan pusing ini biasanya dideskripsikan timbul apabila “kalau melihat banyak orang,
seperti di pasar, di stasium, gedung bioskop, jalanan yang ramai, anak-anak rebut, setelah
keluarga meninggal” dan sebagainya. 3
Apabila dilakukan pemeriksaan fisik seperti test berjalan, gait, akan ditemukan hasil
yang normal. Dan, kalau pun jatuh, dapat ditemukan bahawa tidak ada gangguan pada fungsi
koordinasi, atau kelainan di saraf saraf otak yang lain.
Namun kita harus ingat, tiap penderita yang disangka menderita pusing psikogen
perlu diperiksa dengan cermat, mengingat bahawa dapat tersembunyi suatu penyebab organic.
Serangan-serangan Stokes-Adams, emfisema dengan anemia ringan, tumor serebelli yang
22
masih kecil, tumor di lobus temporaliis adalah contoh kelainan organic yang dapat diwarnai
hal-hal psikogen.3
23
Proklorperasin 3mg +++ + + ++
3x1
Klorpromasin 25mg ++ +++ + +++
3x1
Benzodiazepin
Diazepam 2-5mg + +++ - -
3x1
Butirofenon
Haloperidol 0,5-2mg ++ +++ + ++
3x1
Histaminik
Betahistin 8mg + + + +
3x1
Antiepilepsi
Karbamazepin 200mg - + - -
3x1
Fenitoin 100mg - - - -
3x1
Betahistine
Berguna buat migren vestibular. Ada pendapat yang mengatakan efek supresant ini
datang daripada penekanan terhadap vestibular ocular reflex(VOR).9
24
Anticholinergik dan Benzodiazepin
25
KESIMPULAN
Dari anamnesis, dapat kita ketahui bahawa ada kata kunci bagi setiap kelainan
tersebut. Pasien dengan keluhan pusing vertigo akan mengeluhkan pusing berputar, ada juga
pasien yang nyeri kepala tetapi samar sehingga dikatakan pusing. Pasien dengan vertigo juga
dapat mengeluhkan pusing dengan perubahan posisi, tidak berasa apabila berjalan, dan
disertai mual muntah. Hal sama dapat ditemukan pada pasien dengan pusing psikogen tetapi
biasanya faktor pencetusnya ialah karena kondisi emosi yang berat. Pada gangguan
kardiovaskular pula, deskripsi pusing lebih kepala kepala ringan, keluhan apabila bangun dari
tempat tidur, adanya rasa berdebar dan sebagainya.
Contoh penyakit yang dapat menimbulkan vertigo perifer ialah BPPV, penyakit
Menierre, neuritis vestibular, acoustic neuroma. Vertigo vestibular central pula bisa
disebabkan oleh stroke. Penyakit yang dikaitkan dengan vertigo nonvestibular ialah tabes
dorsalis oleh syphilis. Penyakit yang menyebabkan pseudovertigo atau dizziness tidak jelas
ialah hipotensi orthostatic, anemia, gangguan irama jantung.
26
DAFTAR PUSTAKA
1: Aris Catur Bintoro, Dani Rahmawati, Dodik Tugasworo, Endang K, Yuslam S et al.
Vertigo. Semarang: Badan Penerbit Universitas Deponegoro; 2015.
4: M. Baehr, M. Frotscher. Diagnosis topic neurologi duus. 4th edition. Jakarta; EGC;
2017.hal.164-72.
27