Vous êtes sur la page 1sur 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SKABIES

A. Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var.hominis dan produknya (
Mansjoer, 2000 : 110).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya
scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Penyakit adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman parasitik
(Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch,
gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter.

B. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di
lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di
dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut
menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes
betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).

C. Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain
(Sungkar, S, 1995):
1) Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga
sangat sukar ditemukan.
2) Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih
bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3) Skabies nodular.
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat
didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih
dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama
beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
4) Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembangbiak dengan mudah.
5) Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
6) Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

D. Manifestasi Klinis
1. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran
fesesnya.
2. Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang,
berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-
jari tangan serta pada pergelangan tangan.
3. Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik) yang disebabkan karena peningkatan
kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut.
4. Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta.
5. Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan papula.
6. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung
sendi siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara yang
menggantung, dan pada atau di dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau skrotum.
7. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit di
sekitarnya.
8. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
9. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
10. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung
menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum
komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
11. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
12. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul
likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
E. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat (Bersalaman, bergandengan)

Timbul lesi (Pergelangan tangan)

Gatal (Sensitivitas terhadap secret)

Waktu 1 bulan setelah infestasi

Timbul papul,vesikel,urtika timbul erosi,eks koriosi, krusta

Digaruk infeksi sekunder

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas


Patway

F. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan
furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal.Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
• Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas
tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa
gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya
berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
• Infeksi sekunder
• Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang
terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak
beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk
keropeng.
• Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan
subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari
tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah.
Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk
pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit
darah.
• Infiltrat
• Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal
yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur, nimfaatau
skibala (butiran feses)  scabies
Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel.
Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup
dan lhat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis
dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
H. Penatalaksanaan
Farmakologis
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salepyang
dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi.Banyak sekali obat-obatan yangtersedia di
pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :tidak berbau, efektif
terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutudewasa), tidak menimbulkan iritasi
kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.

Sistemik
1. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnyaklorfeniramin
maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
2. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.
Topikal
Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
1. Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini menimbulkan
bau tak sedap (belerang), mengotoripakaian, tidak efektif membunuh stadium telur,
dan penggunaannya haruslebih dari 3 hari berturut-turut.
2. Emulsi benzil-benzoas 20 ? 25%, efektif terhadap semua stadium, diberikansetiap
malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapatmenimbulkan iritasi kulit.
3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semuastadium kutu,
mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit.Namun obat ini tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anakdibawah usia 6 tahun, karena bersifat
toksik terhadap susunan sarafpusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh
tubuh. Dapatdiulang satu minggu kemudian bila belum sembuh.
4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek antiskabies,juga
bersifat anti gatal.
5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalutoksik.
Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
6. Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung
sampai sekitar 4 minggu lamanya.Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau
pun antihistamin untuk mengatasinya.
Non-farmakologis (+Pencegahan)
Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikanadalah upaya
peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih atau merebusdengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita
skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga kering.
Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhanmengenai higiene
perorangan dan lingkungan.

2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama


3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu skabies tidak hidup
disana.

I. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama
pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena
garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap,
kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi
perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolic
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x
sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan
normal.
g. Pola peran hubungan
h. Pola konep diri
i. Pola seksual reproduksi
j. Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k. Pola koping
· Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien
menjadi malas untuk bekerja.
· Kehilangan atau perubahan yang terjadi
perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
· Takut terhadap kekerasan : tidak
· Pandangan terhadap masa depan
klien optimis untuk sembuh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biolgi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian sekunder
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
NO Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan  Kaji nyeri secara
berhubungan keperawatan selama …x24 jam, komprehensif termasuk
dengan agen diharapakan nyeri dapat teratasi. lokasi, karakteristik,
cidera biologi Kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas
 Nyeri terkontrol dan faktor presipitasi.
 Gatal mulai berkurang  Observasi reaksi
 Tidak terdapat adanya pus nonverbal dari
 Vital sign dalam batas ketidaknyamanan.
normal  Berikan perawatan kulit
dengan sering, hilangkan
rangasangan lingkungan
yang kurang
menyenangkan.
 Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik dan
antibiotic.
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur.

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan  berikan kenyamanan pada


tidur asuhan keperawatan selama …. klien (kebersihan tempat
berhubungan X24jam diharapkan tidur klien tidur klien)
dengan nyeri tida terganggu dengan KH :  kolaborasi dengan dokter
 mata klien tidak bengkak pemberia analgeti
lagi  catat banyaknya klien
 klien tidak sering terbangun terbangun dimalam hari
dimalam hari  berikan lingkungan yang
 klien tidak pucat – kaji tidur nyamandan kurangi
klien kebisingan
 berikan minum hangat
(susu) jika perlu

3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan  Kaji secara verbal dan


tubuh keperawatan selama …x24 jam, nonverbal respon klien
berhubungan diharapkan klien tidak terhadap tubuhnya.
dengan mengalami gangguan dalam cara  Monitor frekuensi
perubahan dalam penerapan cintra diri. mengkritik dirinya.
penampian  Jelaskan tentang
sekunder Kriteria hasil : pengobatan, perawatan,
 Body image positif kemajuan dan prognosis
 Mampu mengidentifikasi penyakit.
kekuatan personal.  Dorong klien untuk
 Mengungkapkan penerimaan mengungkapkan
atas penyakit yang perasaannya.
dialaminya.  Dorong individu untuk
 Mengakui dan memantapkan mengekspresian perasaan
kembali dukungan yang ada. khususnya mengenai
pikiran, pandangan
dirinya
 Dorong individu untuk
bertanya mengenai
masalah penanganan,
perkembangan kesehatan.

4. Cemas Setelah dilakukan tindakan  Identifiasi kecemasan


berhubungan asuhan keperawatan selama ….  Gunakan pendekatan
dengan X24jam diharapkan klien tidak yang menenangan
perubahan status cemas lagi dengan KH :  Temani pasien untuk
kesehatan  Klien tidak resah memberian keamanan
 Klien tampak tenang dan dan mengurangi takut
mampu menerima  Bantu pasien mengenal
kenyaataan situasi yang
 klien mampu mengidentifiasi menimbulkan kecemasan
dan mengungkapkan gejala  Berikan informasi faktual
cemas tentang diagnosis,
 Postur tubuh ekspresi wajah, tindakan prognosis
bahasa tubuh dan tingkat  Berikan obat untuk
aktivitas menunjukkan mengurangi kecamasan
bekurangnya kecemasan

5. resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan  Monitor kerentanan


berhubungan asuhan keperawatan selama …. terhadap infeksi
dengan jaringan X24jam diharapkan klien tidak  Batasi pengunjung bila
kuit rusak dan terjadi resiko infeksi dengan KH perlu
prosedur infasif :  Instruksikan pada
 Klien bebas dari tanda dan pengunjung untk mencuci
gejala infeksi tangan saatberkunjung
 Menunjukan kemampuan dan setelah meninggalkan
untuk mencegah timbulnya pasien
infeksi  Pertahankan lingkngan
 Menunjukkan perilaku aseptic selama
hidup sehat pemasangan alat
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan,panas
 Inspeksi kondisi luka
 Berikan terapi anibiotik
bila perlu
·
6. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan pasien
integritas kulit asuhan keperawatan elama …. menggunakan pakaian
berhubungan X24jam diharapkan lapisan kulit yang longgar
dengan edema klien terlihat normal, dengan  Jaga kebersihan kulit agar
KH : tetap bersih dan kering
 Integritas kulit yang bak  Monitor kulit akan
dapat dipetahankan (sensasi, adanya kemerahan
elastisitas, temperatur)  Mandikan pasien dengan
 Tidak ada luka atau lesi pada air hangat dan sabun
kulit
 Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit serta
perawatan alami
 Perfusi jaringan baik
DAFTAR PUSTAKA

http://askep-poltekesjyp.blogspot.co.id/2012/12/askep-pasien-dengan-skabies_29.html
Mansjoer, Arif, et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Diagnosis Keperawatan NANDA Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. 2010.

Vous aimerez peut-être aussi