Vous êtes sur la page 1sur 33

BAB I

PEMBUKAAN

1.1.Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus-menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya
hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
perubahan tersebut.
Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena focus
asuhan keperawatan bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan
keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang
menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan,
S1 keperawatan atau kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih
tinggi, yaitu S2.
Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat
secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai
anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai
profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan
professional menggambarkan trend dan praktik keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan
keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan
kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik.
Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut
untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya
setiap saat.

1
1.2.Rumusan masalah
1. Apa Definisi Trend Dan Issue Keperawatan Maternitas?
2. Apa Bentuk-Bentuk Dari Trend Dan Issue Dalam Keperawatan ?
3. Apa Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan ?
4. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis ?
5. Apa Peran Perawat Terhadap Trend Dan Issue ?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Trend Dan Issue Keperawatan Maternitas
2. Mengetahui Bentuk-Bentuk Dari Trend Dan Issue Dalam Keperawatan
3. Mengetahui Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan
4. Mengetahui Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Trend Dan Issue
Keperawatan Kritis
5. Mengetahui Peran Perawat Terhadap Trend Dan Issue

2
BAB II
PEMBAHSAN

2.1.Definisi Trend Dan Issue Keperawatan Maternitas


a. Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun
informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di
kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki
era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN
dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri.
Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat yang maju.Keadaan itu menyebabkan
berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya
aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik
yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga
dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi,
peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis.Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang
profesional.

3
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan
khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka
terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek. Namun demikian upaya untuk
mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum
menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih
rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan.
Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan ( standart, bentuk
praktik keperawatan, lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia


kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan
bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2020
“, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam
pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi
keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan
berkelanjutan.Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional
dibidang keperawatan.Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata
dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.

4
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun
registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan.Selain itu semua
penerapan model praktik keperawatan professional dalam
memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan
cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap
kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat
dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi
yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya
jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih
baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang


bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan
keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik
keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

5
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan.Menurut Beauchamp & Walters
(1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik. Aspek moral
yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan
keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien.
(Johnstone, 1994)
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social
budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien
sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang
dimiliki.
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin
membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang
memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual
klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk
melakukan tindakan secara mandiri.Hak otonomi merujuk kepada
pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat
memiliki kendali terhadap fungsi mereka.Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai
pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan
terhadap sesuatu atau seseorang.Bagi profesi keperawatan, harus
ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran,
fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti
perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien

6
b. Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya. Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
1. Euthanasia : Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah
euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi
kontroversi.Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.
2. Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh
publik.Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau
kesehatan.Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu
menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba.Kematian dapat
dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal
kejadiannya.Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.
3. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara
tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai
bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan
mengakhiri hidupnya.

7
c. Keperawatan Maternitas
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta
kwalitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada
kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru
lahir. (May & Mahlmeister, 1990)
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan
kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya
untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal,
dan masa interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional
berkualitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan
psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas,
keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan
keluarga sebagai sentral pelayanan. (Reede, 1997).
Tujuan keperawatan maternitas adalah:
1. Membantu wanita usia subur & keluarga dalam masalah produksi &
menghadapi kehamilan
2. Membantu PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, & nifas
adalah normal.
3. Member dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, &
nifas adalah pengalaman positif & menyenamgkan.
4. Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini.
5. Member informasi tentang kebutuhan calon orang tua.
6. Memahami keadaan social & ekonomi ibu.

8
d. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari profesi
keperawatan untuk melihat suatu kondisi dan fenomena yang terkait
secara langsung dengan aktifitas yang terjadi dalam profesi tersebut.
Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi
manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan.(Konfensi sedunia IV
tentang wanita,Beijing 1995.
1. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas,
antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh,
merupakan mahluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang memiliki sifat
berbeda secara individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh
kembangnya. Salah satu tugas perkembangan wanita adalah
pengalaman melahirkan danak yang dapat merupakan krisis situasi
dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu beradaptasi dengan
baik.
2. Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses
kehamilan danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota
keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan
suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting,
sehingga pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif
dari orang tua, bayi dan angota keluarga lainnya dengan
menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.

9
3. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar,
bersifat dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial
mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak
untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
4. Keperawatan ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional
yang ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada masa usia
subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan,
melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai
umur 40 hari, beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keperawatan
ibu memberikan asuhan keperawatan holistik dengan selalu
menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan
keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk
dirinya.

10
2.2.Bentuk-Bentuk Trend Dan Issue Keperawatan
a. Trend dan Issue Keperawatan Maternitas
a. Masalah
o Penyebab angka kematian bayi masih tinggi
Kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti
radang paru-paru, diare dan malaria, Penyakit yang merenggut
paling banyak korban jiwa adalah radang paru-paru 18 persen, atau
sebanyak 1,58 juta anak diare (15 persen, 1,34 juta) dan malaria 8
persen, 0.73 juta anak.
o Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi
Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan
kesehatan yang semakin meningkat, kurangnya pengetahuan
masyarakat progam KB
o Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas
faktor- factor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan
dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah
banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya
terbukti sulit. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas
perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan
antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya masih
banyak dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta
previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya (Chalik TMA, 1997). Secara sempit, risiko obstetrik
diartikan sebagai probabilitas kematian dari seorang perempuan atau
ibu apabila ia hamil. Indikator yang lebih kompleks adalah adalah
risiko seumur hidup (lifetime risk) yang mengukur probabilitas
kematian perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan

11
persalinan yang dialaminya selama hidup. Bila istilah pertama hanya
mencantumkan kehamilan maka yang kedua mempunyai dimensi
yang lebih lebar yaitu kemampuan dan jumlah fertilitas.
Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh
timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan merujuk
disebabkan berbagai faktor seperti masalah keuangan, transportasi
dsb. (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005)
o Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang
dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual.. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS,
3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. Hampir seluruh
PMS dapat diobati.
Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah
menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS
lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS
yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya
bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes,
hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal
sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada
berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker
serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan
mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.

12
b. Penemuan Teknologi Terbaru
o Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB
generasi ke tiga yang dinamakan Gestplan. Kelebihan alat
kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun di badingkan implant
saat ini yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian
dari jurusan Farmatologi dan Toksikologi UGM.
o Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di
dalam air, manfaaatnya ibu akan merasakan lebih relaks karena
semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi lebih
elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar
sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan, di
dalam air proses proses pembukaan jalan lahir akan lebih cepat.
o USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D
Alat USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D adalah alat USG yang
berkemampuan menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi
ini janin dapat terlihat utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang
sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog
Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh bayi
berikut gerak- geriknya teknologi 3 dan 4 dimensimenjadi pelengkap
bila di duga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu di cari
kelainan bawaannya seperti bibir sumbing, kelaina pada jantung dan
sebagainya. Secara lebih detail kelebihan USG ( Ultrasonografi ) 3D
dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih akurat, karena
teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa.

13
o Pil KB Terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang
memberikan perlindungan kontrasepsi yang dapat diandalkan,
dengan berbagai manfaat tambahan dalam suatu kombinasi yang
unik Pil Kb dengan dorspirenone adalah pil yang membuat
seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung progestin baru
dorspirenone yaitu homon yang sangat menyerupai progesteron
salah satu hormon dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil
farmakologis yang sangat mirip dengan progesteron alami dengan
karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan antiandrogenik
tidak memiliki aktifitas ekstrogenik, androgenik, glukortikoid dengan
sifat antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat
memberikan manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan berat badan,
mengurangi gejala kembung, Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri
haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan
darah dengan androgennya. Pil KB dengan dorspirenone dapat
memberikan manfaat tambahan yaitu mengurangi jerawat, dan
mempercantik rambut dan kulit.
o Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit
Diagnostik ini robot akan menggunakan penelitian global untuk
memberikan pendapat ahli, beberapa dokter yang akan berani untuk
diabaikan. Pelatihan medis akan beralih dari apa yang orang tahu,
untuk mendapatkan data yang akurat yang robot bisa membuat
keputusan, dan menyediakan “high-touch” dukungan emosional. Ahli
bedah akan selalu berada pada premium, bersama-sama dengan
tangan-on wali yang akan semakin berbasis masyarakat, dengan
kualifikasi yang sangat khusus. Operasi remote akan menjadi bagian
rutin setiap pusat spesialis rutin. Batas antara dokter dan perawat
akan terus kabur sebagai perawat berwenang untuk membuat lebih
banyak keputusan. Akibatnya pelatihan perawat akan semakin
panjang dan perawat kelas atas akan lebih mahal)

14
b. Trend dan issue dalam keperawatan anak (senam otak)
Beberapa riset menunjukkan bahwa keberuntungan dan peluang
bermula dari cara berpikir seseorang yang menentukan pola tindakannya,
Banyak orang sukses di Indonesia dan negara Timur lainnya,
menggunakan intuisi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Di
pihak lain, orang yang juga sukses di Barat justru lebih banyak
menggunakan rasionya. Berarti kesuksesan akan lebih mudah diperoleh
bila kita mampu menggunakan intuisi (otak kanan) dan rasio (otak kiri).
Sayangnya, menurut riset yang pernah dilaporkan, hanya 3% penduduk
dunia yang menggunakan otaknya secara seimbang (Olivia F, 2008).
Berikut adalah cara melatih agar otak kiri dan otak kanan anak
berkembang sama baiknya dan menjadi seimbang. Seimbang antara
kecerdasan emosional (EQ) dan Intelektual (IQ) sehingga munculah
kecedasan spritual (SQ) yang baik juga. Latihan yang bisa dilakukan
adalah :
1. Tangan kanan menepuk-nepuk kepala, tangan kiri melakukan gerakan
memutar di atas perut. Lakukan dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang
sebaliknya.
2. Kepalkan tangan kanan dan lakukan gerakan seperti menumbuk pada
paha kanan, sementara tangan kiri melakukan mengelus paha kiri.
Lakukan dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang sebaliknya.

15
c. Trend dan issue dalam keperawatan dewasa (palliative dan hospice care)
Hospice adalah suatu sistem asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien sakit kronis atau terminal bersama keluarganya. Sistem ini
khusus didesign untuk memenuhi tujuan perawatan yang berpusat pada
keluarga dan dapat melibatkan perawatan dirumah. Perawatan pada unit
day care dan tempat hospice yang sebenarnya (unit perawatan terminal).
Hospice care telah mengembangkan filosofi yang menyatakan
bahwakematian adalah sebuah proses alami yang tidak boleh dipercepat
atau ditunda dan bahwa orang tersebut harus tetap dalam keadaan
nyaman. Hospice care adalah:
o Perawatan yang diberikan pada orang-oranng penderita penyakit
terminal yang harapan hidupnya enam bulan atau kurang.
o Jika diperlukan,melibatkan perawatan fisik langsung. Bersifat
mendukung keluerga pasien.
o Diberikan difasilitasi khusus hospic, di fasilitasi peerawatan lain di
rumah. Lebih banyak dilakukan oleh asisten perawatan rumah atau
asisten keperawatan dibawah arahan pemberi asuhan kesehatan
profesional.
o Dilakukan konseling kehilangan untuk membantu orang-orang yang
masih hidup agar menerima kematian orang yang dicintainya.
o Sebuah program di mana sukarelawan memainkan peran penting,
melakukan kunjungan pribadi yang teratur ke pasien dan keluarga.

16
Hospice care diberikan oleh tim yang bekerja sama dengan Penderit
penyakit terminal dan keluarganya. Tim tersebut biasanya terdiri dari
dokter, perawat profesional, asisten keperawatan, dan profesional lain
seperti pekerja sosial dan pemuka agama jika dibutuhkan dan diinginkan.
Tujuan hospice care antara lain:
1. Pengendalian nyeri sehingga individudapat tetap berpartisipasi aktif
dalam hidup sampai ia meninggal.
2. Mengkoordinasikan layanan dukungan psikologis, spiritual dan sosial
untuk pasien dan keluarga.
3. Mengadakan konseling hukumdan finansial untuk pasien dan keluarga.
Karena hospice care bersifat filosofi, hal tersebut menjadi bagian dari
panduan tindakan perawat ketika merawat orang yang berpenyakit
terminal. Perawatan ini diberikan sebagai mana perawat memberikan
perawatan yang biasa. Tetapi ada beberapa hal yang harus diingat:
o Melaporkan nyeri dengan segera dan memberi perhatian ketat untuk
tindakan yang memberi rasa nyaman.
o Menganjurkan orang tersebut untuk melakukan sendiri perawatan diri
sebanyak mungkin.
o Siap sedia untuk mendengarkan. Habiskan waktu bersama pasien
sebanyak mungkin dan sebanyak yang di iginkannya.
o Mengenal keluarga dan mendukungnya.
o Memberi perawatan yang sama dengan yang akan diberikan jika
diagnosa terminal belum di putuskan.
o Melakukan semua aktivitas dengan hormat dan menghargai.

17
Kerawatan paliatif adalah perawatan yang di lakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminalakibat penyakit
yang di deritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi
kuratif yang di sebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya.
Menurut WHO pada 2005 perawatan palliative adalah sistem
perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup,
dengancara merigankan rasa nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa di tegakkan
sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/
berduka.
Lebih lanjut, organisasi kesehatan dunia (WHO) menekankan lagi
bahwa pelayanan palliative berpijak pada pola dasar berikut ini:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita pad keluarga.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup penderita kanker pada
stadium terminal. Upayanya dengan pencegahan, deteksi dini, serta
mengatasi gejala dan masalah psikososial.

18
d. Trend dan issue dalam keperawatan jiwa (psikososial)
Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan
jiwa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada
saat onsetterjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di
Indonesia banyak gangguan jiwaterjadi mulai pada usia 19 tahun dan
kita jarang sekali melihat fenomena masalahsebelum anak lahir.
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara
masalahkesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi atau bahkan
harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian yang menunjukkan
adanya keterkaitan masa dalamkandungan dengan kesehatan fisik dan
mental seseorang di masa yang akan datang.Penelitian-penelitian
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada
masa konsepsi
2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh
jumlah penderitasakit jiwa di provinsi lain dan Daerah Istimewa
Yogyakarta terus meningkat.Penderita tidak lagi didominasi masyarakat
kelas bawah, kalangan pejabat danmasyarakat lapisan menengah ke
atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.Kasus-kasus
gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di
RSJmenunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial
maupun usia.

19
3. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan
berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World
Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yangsangat serius.
WHO (2001) menyataan, paling tidak ada satu dari empat orang
didunia mengalami masalah mental.
4. Kecenderungan situasi di era globalisasi
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas
sebagai ciriglobalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk
kesehatan. Perawat dituntutmampu memberikan askep yang
profesional dan dapat mempertanggung jawabkansecara ilmiah.
Perawat dituntut senantiasa mengembangkan ilmu dan teknologi di
bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam
era globalharus membekali diri dengan bahasa internasional,
kemampuan komunikasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill
yang tinggi dan jiwa entrepreneurship.
5. Perubahan Orientasi Sehat
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan
termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan
persaingan penyelenggaraan pelayanan.(persaingan kualitas).tenaga
kesehatan(perawat “jiwa”) harusmempunyai standar global dalam
memberikan pelayanan kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan.
Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator kesehatan jiwa di masa
mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa.
melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial. Fokus
kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan pada
peningkatan kualitas hidup.

20
Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi
optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social
Paradigma sehat Depkes, lebih menekankanupaya proaktif untuk
pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upayakesehatan jiwa
lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan
jiwa bergeser dari hospital base menjad community base. Empat Ciri
Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
o Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun
yg diperalatoleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada
yang diperalat/ memperalatdiri sendiri, dimana manusia itu menjadi
pusat dari semua aktivitas ekonomimaupun politik diturunkan pada
tujuan perkembangan diri manusia.
o Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,
merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu
membuat manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya
berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
o Masyarakat terhindar dari sifat-sifat rakus, eksploitatif, pemilikan
berlebihan,narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup
keuntungan material tanpa batas.
o Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam
dimensi-dimensiyang dapat dipimpin dan diobservasi. Partisipasi
aktif dan bertanggung jawabdalam kehidupan masyarakat. Untuk
mewujudkan struktur masyarakat sehat,kuncinya : Setiap orang
harus meningkatkan kualitas hidup yang dapat menjaminterciptanya
kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung
padaorang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa.

21
6. Kecenderungan Penyakit
Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of
disease“ (Michard &Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan
bagi ”Public Health Policy” yang secara tradisional memberi perhatian
yang lebih pada penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan
kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat
penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan
masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty
Adjusted Lfe Year)diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan
masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial
ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan,
dankejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan
gangguan jiwadalam kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).
7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman
trauma yangumum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari.
Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk
tidak mengalami stress yang demikian. Merekamenjdi manusia yang
invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjaditidak
produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat
individual,trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara
ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang
eksistensi kejiwaan.
8. Meningkatnya Masalah Psikososial
Lingkup masalah kesehatan jiwa, sangat luas dan kompeks juga
saling berhubungandengan segala aspek kehidupan manusia.
Mengacu pada undang-undang Nomor 23Tahun 1992 tentang
Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa (psychitri), secara garis besar
masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi :

22
o Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan
kualitas, hidupyaitu masalah kejiwaan yang berkait dengan makna
dan nilai-nilai kehidupanmanusia, misalnya:
o Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan
manusia,mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan,
balita, anak, remaja,dewasa, usia lanjut.
o Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan
disabilitas.
o Pemukiman yang sehat.
o Pemindahan tempat tinggal

e. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya


Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi
dalam berbagai bidang yang meliputi:
1. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak
jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi
biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan,
mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan
pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999).
Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara
perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga
konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners.
Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti
di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang
meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.

23
Definisi lain dari telenursing :
o Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk
memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan
saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik)
dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video.
Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,
menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau
komputer.
o Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan
beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-
medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
o Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using
telecommunications technology (National Council of State Boards of
Nursing).
o Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral
dari telemedicine atau telehealth).

24
f. Trend dan issue keperawatan komunitas
Tren yang sedang dibicarakan adalah:
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara
individu ada beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald,
Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah mempengaruhi dalam
pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di hargai
sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada
perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau
meyakinkan seseorang untuk memihak pada pemerintah untuk
memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut membentuk hasil
yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas
perawat adalah wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki
(Marson,1990) . Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan
perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan, organisasi
professional, dan tempat perawtan professional. Organisasi
keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada
Nursing Agenda For Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum
keperawatan, sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi,
memperluas lingkungan praktik klinik, dan menjalankan tempat
pelayanan kesehatan.

25
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung
semakin berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan
kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan masyarakat sangat
dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi
di masa yang akan datang karena mengikuti perubahan secara
keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada
peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan
masarakat diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar
dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat
o Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat
(population) dan perubahan dalam gambaran penduduk, diantaranya
perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan kepadatan
penduduk kota besar.
o Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit
yaitu perubahan penyakit menular ke penyakit degenerative, seperti
penyakit jantung, kanker, depresimental dan ansietas, stroke,
peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak
adalah penyalahgunaan narkotika.
o Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social.
Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social yang
cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali, gaya hidup,
kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh
individu, dan masyarakat.
o Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan
kesehatan akan meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu
pelayanan keperawatan dan kesehatanpola pelayanan kesehatan
yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua
orang pada tahun 2000.

26
o Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab
atau wewenang pada perawat.
o Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Banyak pelayanan yang akan dilaksanakan di luar
rumah sakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi, kesehatan jiwa,
dan lain-lain.

2.3. Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan


Pemanfaatan tekhnologi telehealth mempunyai banyak manfaat dan
keuntungan bagi berbagai pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan dan
pemerintah. Aspek kemudahan dan peningkatan jangkauan serta
pengurangan biaya menjadi keuntungan yang bisa terlihat secara langsung
Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di
rumah atau homecare, akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan
oleh pasien dan keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan dan
termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan.
Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang
keperawatan banyak sakali tantangan dan hambatannya misalnya: faktor
biaya, sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku.
Perawat sangat berpeluang dalam menerapkan teknologi Telenursing ini
dimana perawat dapat memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga
pelayanan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Telenursing
adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan
perawatan bagi pasien (Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan
kepada klien. Teknologi berupa saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara,
data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,
menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau computer.
Salah satu contoh program tlehealth adalah homecare.

27
Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara
lanjut usia di rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data
pasien secara elektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan
kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke pasien.

2.4.Faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis


a. Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama
dalam membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk
memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya.
Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan
semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal
siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk
dengan berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk
yang menjadi warga negara Indonesia harus beragama/berkeyakinan. Ini
sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa,
dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling
utama. Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan
yang dianutnya.
b. Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan
etis. Faktor ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem
kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada
program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan
pendekatan tim kesehatan.

28
c. Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia
pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai
bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas
hidup serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai
mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-
obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang
usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami
kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-
kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan etika.
d. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
Perubahan sosial dan legislasi secara konsta saling berkaitan. Setiap
perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang
merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan
tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai
hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi
permasalahan etika kesehatan sedang menjadi topik yang banyak
dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu, dan
perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan
permasalahan hukum kesehatan.

29
e. Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat
menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan berbagai
program yang dibiayai pemerintah.
f. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam
pembuatan suatu keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat
dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan dengan keputusan/aturan
tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi
sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai
konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin
kehilangan pekerjaan.
g. Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti
penting dalam penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi.
Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari
masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap
masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba
menganalisis permasalahan-permasalahan etis.

30
h. Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak
manusia. Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari
interpretasi konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi.
Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara,
hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas
dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi
informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang
pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak untuk
mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak
untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan
dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk
kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk
mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian
dengan bangga.
2.5.Peran Perawat Terhadap Trend Dan Issue
Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan
perannya sebagai pembari asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih
baik. Pemberian asuhan keperawatan akan lebih baik dengan adanya
Telehealth atau Telenursing yang berbasis teknologi. Dengan adanya
telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan lebih efisien dan tepat.
Dengan demikian Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dengan
asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional dan mengedepankan
perkembangan teknologi kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan.
Dengan memanfaatkan kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan
tersebut bisa diberikan hasil yang lebih baik. Perawat juga dapat melakukan
perannya sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lain dengan
memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan kepada
pasien lebih meningkat.

31
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit
kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara
akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online).
Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan
kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan
keluarga-keluarga merek Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di
banyak Negara.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat
secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai
anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai
profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi, dan kode etik.

3.2.Saran
Diharapkan kepada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan
Keperawatan yang nantinya sebagai tenaga kesehatan di masyarakat dapat
mengetahui Trend dan Isu Keperawatan dan dapat memberikan
pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.

32
DAFTAR PUSTAKA

 https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/04/tren-dan-issue-
legal-dalam-keperawatan-profesional/
 Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth
edition. St.Louis: Mosby.
 Emily Slone McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing.
W.B.Saunders Company.
 BKKBN, 2004. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi:
Kebijakan Program dan Kegiatan tahun 2005-2009. Jakarta:
BKKBN.

33

Vous aimerez peut-être aussi