Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan

kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang

mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan

memelihara kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat

dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan

berfokus pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana

manfaat itu didistribusikan.

Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai

negara. Sejumlah pendapat menyatakan bahwa sektor kesehatan sama seperti

spons – menyerap banyak sumber daya nasional untuk membiayai banyak

tenaga kesehatan. Pendapat yang lain mengemukakan bahwa sektor kesehatan

seperti pembangkit perekonomian, melalui inovasi dan investasi dibidang

technologi bio‐medis atau produksi dan penjualan obat‐obatan, atau dengan

menjamin adanya populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi.

Sebagian warga masyarakat mengunjungi fasilitas kesehatan sebagai pasien

atau pelanggan, dengan memanfaatkan rumah sakit, klinik atau apotik; atau

sebagai profesi kesehatan – perawat, dokter, tenaga pendukung kesehatan,

apoteker, atau manajer. Karena pengambilan keputusan kesehatan berkaitan

dengan hal kematian dan keselamatan, kesehatan diletakkan dalam kedudukan

yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.

1
Kesehatan juga dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada

kaitannya denganlayanan kesehatan : kemiskinan mempengaruhi kesehatan

masyarakat, sama halnya dengan polusi, air kotor atau sanitasi yang buruk.

Kebijakan ekonomi, seperti pajak merokok, atau alkohol dapat pula

mempengaruhi perilaku masyarakat. Penyebab mutakhir meningkatnya

obesitas ditengah masyarakat mencakup kesediaan makanan cepat saji yang

murah namun tinggi kalori, penjualan soft drinks disekolah, juga menurunnya

kebiasaan berolah raga.

Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu

sendiri menjadi sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan utama yang terjadi saat ini meningkatnya

obesitas, wabah HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat, sekaligus

memahami bagaimana perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada

kesehatan. Kebijakan kesehatan memberi arahan dalam pemilihan teknologi

kesehatan yang akan dikembangkan dan digunakan, mengelola dan membiayai

layanan kesehatan, atau jenis obat yang dapat dibeli bebas. Untuk memahami

hal tersebut, perlu mengartikan apa yang dimaksud dengan kebijakan

kesehatan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Kebijakan Kesehatan


2. Untuk mengetahui tentang Pengertian Analisis Kebijakan Kesehatan
3. Untuk mengetahui tentang Peran Analisis Kebijakan Kesehatan
4. Untuk mengetahui tentang Perumusan Masalah Kebijakan
5. Untuk mengetahui tentang Pendekatan Analisis Kebijakan
6. Untuk mengetahui tentang Kebijakan Kesehatan di Indonesia
7. Untuk mengetahui tentang Dasar-dasar Kebijakan Kesehatan
8. Untuk mengetahui tentang Dasar Pembangunan Kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Kesehatan

3
Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta tentang

kesehatan. Dalam makalah ini kebijakan kesehatan diasumsikan untuk

merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang mempengaruhi

tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan pembiayaan dalam

system kesehatan. Kebijakan ini mencakup sektor publik (pemerintah)

sekaligus sektor swasta. Tetapi karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak

faktor penentu diluar system kesehatan, para pengkaji kebijakan kesehatan

juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari

organisasi diluar system kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan

(missalnya : pangan, tembakau atau industri obat).


Sama halnya dengan beragam definisi kebijakan kesehatan, ada banyak

gagasan mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta penekanannya:

seorang ahli ekonomi mungkin berpendapat bahwa kebijakan kesehatan

adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang langka bagi

kesehatan; seorang perencana melihatnya sebagai cara untuk mempengaruhi

faktor‐faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat; dan bagi seorang dokter, kebijakan merupakan segala

sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt 1994). Menurut

Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala penawaran terbuka

kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan, bagaimana

mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan persyaratan apa.

B. Pengertian Analisis Kebijakan Kesehatan


Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti

atau dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.

4
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti

karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai Pustaka, 1991).


Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih

berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis

yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada

keputusan tentang alternative terbaik. Kebijakan adalah rangkaian dan asas

yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau

pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh:

Kebijakan Kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis

besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan

bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana

suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan

dinamika penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).


Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan. Kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992). Pengertian ini

cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO, yaitu:

Kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,

kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.

Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara

fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

5
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Jadi, konsep dari analisis

kebijakan kesehatan adalah “what the goverment do or not to do”,artinya

segala keputusan yang pemerintah lakukan atau tidak dilakukan dalam bidang

kesehatan berdasarkan atas kemanfaatan masyarakat di bidang kesehatan.

C. Peran Analisis Kebijakan Kesehatan


Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari

analisis kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan

kebutuhan akan analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya

bidang kajian analisis kebijakan kesehatan muncul.


Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan

memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah

adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus

pada masalah yang akan diselesaikan.


Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu.

Satu disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini

analisis kebijakan kesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian

menjadi sub kajian baru dalam khazanah keilmuan. Adanya analisis kebijakan

kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis tindakan kebijakan apakah

yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Memberikan kepastian dengan

memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu masalah yang

awalnya tidak pasti. Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-

fakta yang muncul kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah

diputuskan/diundangkan.
D. Perumusan Masalah Kebijakan

6
Masalah kebijakan adalah nilai kebutuhan atau kesempatan yang belum

terpenuhi, tetapi dapat di identifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik.

Tingkat permasalahan tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang

dipandang paling penting.


Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi

kebutuhan), cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai

masalah mandasar dari pada orang yang punya komitmen pada kualitas

pelayanan kesehatan. Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah

pokok dari masalah kebijakan, adalah :

1. Interdepensi (saling tergantung) :

Interdepensi yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali

mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini

menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan

pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan

diukur sendirian.

2. Subjektif :

Subjektif yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah

diindentifikasi, diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi

udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran

yang beragam (Gangguan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi

problematis, bukan problem itu sendiri.

3. Artifisial :

Artifisial yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis,

sehingga dapat menimbulkan masalah kebijakan.

7
4. Dinamis :

Dinamis yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana

perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat

memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah

lanjutan.

5. Tidak terduga :

Tidak terduga yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan

dan sistem masalah kebijakan.


Terjadinya masalah-masalah tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa

faktor, yaitu:
a. Faktor Sosial Ekonomi :Pendidikan rendah, penghasilan rendah

sehingga menyebabkan kurangn`ya kesadaran dalam pemeliharaan

kesehatan

b. Gaya hidup dan perilaku masyaralat :Kebiasaan yang merugikan

kebiasaan Adat istiadat yang tidak menunjang kesehatan


c. Lingkungan masyarakat (peran masyarakat)
d. Sistem pelayanan kesehatan :Cakupan pelayanan kesehatan yang

belum menyeluruh, sarana dan prasarana yang kurang menunjang,

keterbatasan tenaga dan penyebaran tenaga kesehatan yang belum

merata, upaya pelayanan masih bersifat kuratif.

E. Pendekatan Analisis Kebijakan


Upaya untuk menghasilkan informasi dan argumen, analis kebijakan

dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris,

Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).


1. Pendekatan Empiris :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu

apakah sesuatu itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih

8
menekankan penjelasan sebab akibat dari kebijakan publik. Contoh,

Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara untuk

kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah

Penandaan.
2. Pendekatan evaluatif :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu

berkaitan dengan penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari

beberapa kebijakan. Jenis informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif.

Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam kebijakan KIA –

KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan

biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.


3. Pendekatan normative :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu

Tindakan apa yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang

dapat memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan inti

pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau rekomendasi.

Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadi

Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas

pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan

masyarakat.
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan

dapat memanfaatkan berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan.

Adapun model panelitian yang lazim digunakan adalah penelitian operasional,

terapan atau praktis.


Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat

penandaan, evaluatif, dan anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur

9
analisis yang jelas (metode penelitian). Menurut Dunn (1988), dalam Analisis

Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:


1. Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan

informasi mengenai sebab akibat kebijakan di masa lalu.


2. Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan

informasi mengenai akibat kebijakan di masa depan.


3. Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa

lalu dan masa datang.


Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris,

evaluatif, dan anjuran, maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi

3 jenjang, yaitu:
1. Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen

dengan memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan

masalah, peliputan, dan peramalan.


2. Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen

dengan memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan

masalah, peliputan, peramalan, dan rekomendasi.


3. Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen

dengan memanfaatkan seluruh jenjang metode analisis, yaitu perumusan

masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan

praktis.
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih

dekat agar masalah kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan

pada dekatnya hubungan kesimpulan yang diambil dengan nilai dan norma

sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab kesalahpahaman

mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang

kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang

sesungguhnya.

F. Kebijakan Kesehatan di Indonesia

10
Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan terdiri atas visi, misi, strategi

dan program kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk mewujudkan

masyarakat Indonesia yang sehat. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain:

1. Pemantapan kerjasama lintas sektor.


2. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat, dan kemitraan swasta.
3. Peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Peningkatan upaya kesehatan.
5. Peningkatan sumber daya kesehatan.
6. Peningkatan kebijakan dan menejemen pembangunan kesehatan.
7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan

obat, makanan dan alat kesehatan yang illegal.


8. Peningkatan IPTEK kesehatan.

G. Dasar-dasar Kebijakan Kesehatan


Amandemen UUD 1945 dan TAP No. VII / MPR / 2001 merupakan visi

Indonesia untuk bertanggung jawab dalam hal kesehatan warga negaranya,

menjaga hak asasi manusia dalam kesehatan, dan menjadikannya sebagai

jaminan sosial. Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena

tidak ada kegiatan yang dapat dilaksanakan secara maksimal yang dapat

dilakukan oleh orang sakit. Oleh karena itu cerminan negara sejahtera diukur

dalam bentuk HDI (Human Development Indeks) atau pembanguna manusia

yang mencakup kesehatan, pendidikan, ekonomi. Jika HDI tinggi maka ketiga

cakupan tadi akan berada pada tingkat yang tinggi pula.


Yang diukur dalam kesehatan salah satunya adalah usia harapan hidup.

Usia harapan hidup berbanding lurus dengan pendidikan dan ekonomi.

Maksudnya adalah jika ekonomi dan pendididkan seseorang tinggi maka

harapan hidupnya pun akan tinggi pula. Seperti yang terjadi di Kalimantan

Selatan sendiri harapan hidup warganya masih kalah dengan provinsi

11
tetangganya yakni Kalimantan Tengah. Menurut perkiraan angka harapan

hidup yang rendah ini disebabkan karena masih tingginya angka kematian ibu

dan bayi.
Menurut HR. Blum derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat

faktor dari yang paling dominant :


1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetic
Perilaku menjadi faktor yang paling mendasar sebab perilaku melekat

pada individu dan memiliki kemungkinan untuk menyebarkannya atau ditiru

oleh orang lain. Misalnya orang tua yang memiliki perilaku hidup yang tidak

sehat akan ditiru oleh anak-anaknya. Meskipun pelayanan yang diberikan

pemerintah telah bagus tetapi jika perilaku masyarakat tidak berubah maka

derajat kesehatan tetap tidak akan meningkat karena tidak ada kemandirian

dari individu atau masyarkat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatannya

sendiri.

H. Dasar Pembangunan Kesehatan


Ada empat dasar pemikiran untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan :

1. Dasar 1 yakni Kemanusiaan :


Merupakan pundamen moral perikemanusiaan yang berdasarkan kepada

Ketuhanan yang Maha Esa. Maksudnya adalah dalam pembangunan kesehatan

kita mampu mementingkan kepentingan nasional dan rakyat banyak. Selain itu

bagaimana kita sebagai pemberi layanan kesehatan mampu memanusiakan

masyarakat yang kita berikan pelayanan.


2. Dasar 2 yakni Pemberdayaan dan Kemandirian :

12
Dalam prakteknya sebagai pelayan kesehatan kita mampu meningkatkan

kesadaran individu dan masyarakat agar mau dan mampu melakukan

pencegahan kesakitan dan mampu meningkatkan kesehatannya sendiri

maupun masyarakatnya. Sehingga mereka secara mandiri mampu menjadi

kader kesehatan bagi diri sendiri, keluarga, kelompok, dan masyarakatnya.


3. Dasar 3 yakni Memberikan Pelayanan Kesehatan secara adil dan merata :
Merupakan tanggung jawab negara untuk memelihara kesehatan warga

negaranya dengan memberikan pelayanan kesehatan secara adil dan merata.

Perluasan layanan kesehatan teramasuk dalam program ini selain pengobatan

gratis di setiap puskesmas di Indonesia. Hanya saja apakah pengobatan gratis

untuk segenap warga negara ini dapat dikatakan adil? Tidak. Sebab

masyarakat yang mampu pun turut menikmatinya sehingga masyarakat yang

benar-benar miskin yang seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang

lebih akan berbagi biaya kesehatan dari pemerintah dengan warga yang

mampu ekonominya.

4. Dasar 4 yakni Pengutamaan dan Manfaat :


Merupakan pelayanan kesehatan bermutu dengan mengutamakan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit

dengan berdaya guna dan berhasil guna.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta tentang

kesehatan. Tetapi karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor penentu

diluar system kesehatan, para pengkaji kebijakan kesehatan juga menaruh

perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari organisasi diluar

system kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan (missalnya : pangan,

tembakau atau industri obat).


Untuk mendapatkan hasil kesehatan yang diinginkan, pemerintah

melakukan suatu kebijakan kesehatan. Secara keseluruhan sistem perawatan

14
kesehatan, termasuk sektor publik dan swasta, dan kekuatan politik yang

mempengaruhi bahwa sistem yang dibentuk oleh perawatan kesehatan, sangat

mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.


Ada banyak gagasan mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta

penekanannya: seorang ahli ekonomi mungkin berpendapat bahwa kebijakan

kesehatan adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang

langka bagi kesehatan, sedangkan bagi seorang dokter, kebijakan merupakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt 1994).

Menurut Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala

penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan

kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan

persyaratan apa.
Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode

penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi

yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik

dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.

B. Saran
1. Seharusnya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional

didukung oleh kerjasama dengan semangat kemitraan antar semua pelaku

pembangunan, baik pemerintah secara lintas sektor, pemerintah pusat dan

daerah, badan legislatif dan yudikatif, serta masyarakat, termasuk swasta.

Dengan demikian, penyelenggaraan pembangunan kesehatan dapat

dilaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.


2. Dalam menanggulangi permasalahan sistem kesehatan nasional,

pemerintah hendaknya berusaha meningkatkan berbagai program

15
kesehatan yang telah dicanangkan dengan melihat kekurangan yang ada

sebelumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Siagian SP. 1985. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi

Organisasi. Jakarta : PT. Gunung Agung

Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

Dunn WN. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta : PT. Hanindita

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat edisi 2.

Jakarta:EGC.

17

Vous aimerez peut-être aussi