Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
p-ISSN 1978-3000
ABSTRACK
The study aimed to evaluate the respiratory rate, heart rate and rectal temperature of mature Bali cattle, which is
related to the temperature and humidity of the air within the enclosure at different roof height of the enclosure.
The housing was made up of two different housing roofs, namely 200-250 cm (housing I) and housing roof
height> 250-300 cm (housing II). This study used 40 mature cows of Bali cattle, at each height of different
housing roof as many as 20 heads. The research method was done by direct observation and description, and
using the follow-up analysis (Multiple Linear Regression), observation was done three times per day, such as
morning (07.00-09.00 WIB), noon (11.30-13.30 WIB) and afternoon (16.00-18.00 WIB ). The observed
variables were microclimate housing (temperature and humidity) and physiological response of mature Bali
cattle (respiratory rate, heart rate and rectal temperature) at different roof height of the housing. The results
showed that the height of the roof of different housing had an effect on the temperature and humidity of the air in
the cage, which was related to respiratory rate, heart rate and rectal temperature of mature Bali cattle.
Key words: Housing roofs, microclimate housing, physiological response, mature Bali cattle.
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengevaluasi frekuensi pernapasan, denyut jantung dan suhu rektal sapi Bali dewasa, yang
berkaitan dengan mikroklimat dalam kandang (suhu dan kelembaban udara) pada tinggi atap kandang yang
berbeda. Kandang terdiri dari dua tinggi atap kandang yang berbeda, yaitu 200-250 cm (Kandang I) dan tinggi
atap kandang >250-300 cm (Kandang II). Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dari tanggal 25 April 2017
sampai 28 Juni 2017 di kandang peternak di Kec. XIV Koto, Kab. Mukomuko. Penelitian ini menggunakan
ternak Sapi Bali dewasa sebanyak 40 ekor, pada masing-masing tinggi atap kandang yang berbeda sebanyak 20
ekor. Metode penelitian dengan cara pengukuran langsung dan deskripsi, pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali, yaitu pagi, siang, dan sore. Variabel yang diamati meliputi respon fisiologis Sapi Bali dewasa dan
mikroklimat pada tinggi atap kandang yang berbeda, yang dideskripsikan dan dianalisis menggunakan
persamaan regresi. Tinggi atap kandang memberikan pengaruh terhadap mikroklimat dalam kandang, semakin
tinggi atap kandang mempengaruhi penurunan suhu udara dan peningkatan kelembaban udara dalam kandang.
Frekuensi pernapasan dan denyut jantung meningkat seiring dengan meningkatnya suhu udara dan kelembaban
udara dalam kandang.
Kata kunci: Tinggi atap kandang, mikroklimat kandang, respon fisiologis, sapi bali dewasa.
398 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000
400 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000
WIB), siang (11.30-13.30WIB), dan sore dewasa pada kandang dengan tinggi atap
(16.00-18.00). kandang berbeda.
Denyut jantung diamati melalui urat
nadi (Vena Cava Superior) yang terdapat Analisis Data
di leher Sapi dengan cara sedikit menekan Pengolahan data dilakukan secara
menggunakan jari tangan, serta deskripsi, dengan mendeskripsikan
menghitung denyut selama satu menit variabel hasil penelitian, meliputi evaluasi
dengan satuan (kali/menit). Pengukuran kandang, mikroklimat dalam kandang
dilakukan sebanyak tiga kali setiap ekor (suhu dan kelembaban udara), pengamatan
ternak dalam sehari, yaitu pagi, siang, dan dan pengukuran fisiologis (frekuensi
sore. Mengukur suhu rektal diukur dengan pernapasan, denyut jantung, dan suhu
memasukkan termometer klinik sedalam rektal).Menggunakan analisis lanjutan
10 cm selama satu menit (oC). Pengukuran Analisis Regresi Linear Berganda
dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari, (persamaan regresi, korelasi linear
yaitu pagi, siang, dan sore. berganda, determinasi dan Uji t). Tiga
Variabel Dependen dalam respon fisiologis
Rancangan Penelitian Sapi Bali dewasa yang akan dianalisis,
Penelitian ini dilakukan dengan yaitu frekuensi pernapasan (Y1), denyut
cara pengamatan dan pengukuran jantung (Y2) dan suhu rektal (Y3). Analisis
lingkungan mikroklimat dalam kandang ini memiki dua Variabel Independen dalam
(suhu dan kelembaban udara) dan respon mikroklimat kandang, yaitu suhu udara
fisiologi sapi Bali dewasa (frekuensi (X1) dan kelembaban udara (X2). Data
pernapasan, denyut jantung dan suhu yang digunakan adalah data rata-rata dari
rektal) pada kandang dengan tinggi atap setiap variabel yang diamati pada
kandang yang berbeda. Pengukuran ketinggian atap kandang yang berbeda.
dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari,
pada pukul 07.00-09.00 WIB (pagi), 11.30- HASIL DAN PEMBAHASAN
13.30 WIB (siang) dan 16.00-18.00 WIB
Evaluasi Kandang
(sore). Untuk memperoleh data penelitian Evaluasi kandang dilakukan secara
membutuhkan waktu kurang lebih selama
langsung dengan melakukan pengukuran
dua bulan. Penelitian dilaksanakan pada untuk mengetahui rata-rata ukuran panjang,
saat matahari cerah. Sapi Bali yang diukur
lebar dan luas kandang pada masing-
dan diamati dalam keadaan sehat,
masing tinggi atap kandang yang berbeda.
pemeliharaannya tidak dimandikan dan
Kandang I dengan tinggi atap 200-250 cm
sudah berumur dewasa.
dan Kandang II dengan tinggi atap >250-
Sapi Bali dipelihara dalam kandang
300 cm. Hasil penelitian menunjukkan
individu, sehingga untuk melakukan bahwa bahan atap kandang terbuat dari
pengukuran respon fisiologis mudah seng, lantai kandang terbuat dari semen,
dilakukannya. Selain itu juga, respon dan dinding kandang tipe terbuka. Rataan
fisiologis yang akan diukur dapat
panjang, lebar dan luas kandang pada
memberikan data yang sesuai dengan
tinggi atap yang berbeda terdapat pada
tujuan penelitian yaitu mengetahui
Tabel 1.
pengaruh mikroklimat dalam kandang
Data rataan yang terdapat pada
terhadap respon fisiologis Sapi Bali
Tabel 1 menunjukkan bahwa ukuran
kandang memiliki perbedaan pada setiap Tabel 1. Rataan panjang, lebar, dan luas
tinggi atap kandang. Kandang II memiliki kandang pada tinggi atap kandang
ukuran panjang, lebar dan luas yang lebih berbeda
besar dari pada ukuran Kandang I. Kandang Panjang Lebar Luas
Semakin luas kandang dan semakin tinggi (cm) (cm) (cm)
atap akan memberikan pengaruh terhadap I 285 146 4,2
sirkulasi udara dalam kandang semakin II 309 157 4,8
besar, sehingga dapat menurunkan suhu Keterangan: I: Tinggi kandang 200-250 cm; II:
dalam kandang. Rataan pada Tabel 1 tinggi atap kandang > 250- 300 cm
menunjukkan luas kandang Sapi Bali
dewasa pada Kandang I sebesar 4,2 m2 dan Mikroklimat dalam Kandang
Kandang II sebesar 4,8 m2. Evaluasi mikroklimat dalam
Hasil penelitian menunjukkan kandang yang diukur yaitu suhu dan
bahwa luas kandang individu Sapi Bali kelembaban udara dalam kandang.
memenuhi persyaratan, baik Kandang I Evaluasi lingkungan mikroklimat kandang
maupun Kandang II. Hal tersebut tidak dilakukan dengan mengukur secara
jauh berbeda dengan pendapat Rasyidi & langsung pada pagi, siang dan sore hari,
Hartati (2007), bahwa kandang individu evaluasi lingkungan mikroklimat pada
sapi potong memiliki panjang 2,5 meter, tinggi atap kandang yang berbeda memiliki
lebar 1,5 meter dan memiliki luas 3,7 pengaruh terhadap suhu dan kelembaban
meter. yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan suhu dan kelembaban udara dalam kandang pada tinggi atap kandang berbeda
Suhu udara dalam kandang pagi hari di Kandang I sebesar 27oC dan
merupakan salah satu unsur mikroklimat Kandang II sebesar 26oC, suhu udara
dalam kandang yang diukur pada setiap maksimum pada siang hari di Kandang I
tinggi atap kandang yang berbeda. Hasil sebesar 35oC dan pada Kandang II sebesar
penelitian menunjukkan bahwa rataan suhu 34oC. Rata-rata suhu udara harian Kandang
udara Kandang I lebih tinggi dari pada I sebesar 31oC dan pada Kandang II
Kandang II, tinggi atap kandang yang sebesar 30oC. Terdapat perbedaan suhu
berbeda memiliki selisih suhu kandang udara kandang dipengaruhi luas dan tinggi
yang berbeda. Hasil penelitian bahwa suhu kandang, sehingga suhu udara harian
udara kandang minimum pada pengamatan Kandang II lebih rendah dari pada
pagi hari sebesar 26oC, suhu maksimum Kandang I.
sebesar 35,5oC pada saat pengukuran siang Hasil penelitian tersebut sesuai
hari. Rataan suhu udara minimum pada dengan hasil penelitian Suherman et al.,
402 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000
Tabel 3. Rataan frekuensi pernapasan, denyut jantung, dan suhu rektal sapi Bali dewasa pada tinggi
atap kandang yang berbeda
404 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000
Kondisi suhu rektal Sapi Bali masih lingkungan yang tinggi atau rendah dari
normal, seperti yang dikemukakan oleh suhu tubuhnya maka ternak akan
Ensminger (1971), bahwa sapi pada daerah mempertahankan suhu tubuhnya yang
zona nyaman memiliki suhu rektal 38,1- konstan, oleh karena itu ternak akan
39oC. Suhu rektal 38,3 oC pada suhu udara memproduksi panas dalam tubuhnya dan
kandang 30 sampai 31 oC tidak mengalami mengeluarkannya kesekitar lingkungannya
kenaikan secara signifikan, dikarenakan secara terus menerus.
suhu udara harian dalam kandang tidah
Regresi Berganda Respon Fisiologis
berbeda, sehingga suhu rektal harian tidak
terhadap Mikroklimat Kandang
terdapat perbedaan. Hasil penelitian Respon fisiologis meliputi frekuensi
tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil pernapasan, denyut jantung dan suhu rektal
penelitian Sulistyowati (1991), melaporkan Sapi Bali dewasa yang di pengaruhi
bahwa rektal temperatur meningkat secara mikroklimat dalam kandang (suhu dan
signifikan dari 38,7oC (suhu lingkungan
kelembaba udara) pada tinggi atap kandang
26,7oC) menjadi 38,9oC (suhu lingkungan yang berbeda memiliki persamaan regresi
27,1oC). Menurut Kadarsih (2004), berganda yang tertera pada Tabel 4.
menerangkan bahwa dengan adanya suhu
406 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000
denyut jantung Sapi Bali (P<0,05). Nilai t Basyarah, W. 1995. Pengaruh Ketinggian
hitung kelembaban udara di Kandang II Naungan dari Bahan Seng terhadap
(0,083 < 2,109), maka secara parsial Respons Termoregulasi Sapi Fries
kelembaban udara dalam kandang tidak Holland Dara. Skripsi. Fakultas
berpengaruh signifikan terhadap denyut Peternakan, IPB, Bogor.
jantung Sapi Bali (P>0,05). Berman, A. 2005. Estimates of heat stress
Berdasarkan nilai t hitung suhu udara relief needs for Holstein dairy cows.
dalam Kandang I (-0,321 < - 2,109) dan di J Anim Sci. 83:1377-1384.
Kandang II (-1,723 < -2,109), maka secara
parsial suhu udara dalam kandang tidak Carpenter, G. A. 1981. Ventilation System.
berpengaruh signifikan terhadap suhu In: Environmental Aspect of Housing
rektal Sapi Bali (P>0,05). Nilai t hitung for Animal Production. J.A. Clark
kelembaban udara dalam Kandang I (0,637 (Ed). Butterwoths, London. p.331-
< 2,109), dan di Kandang II (-1,535 < 350.
2,109), maka secara parsial kelembaban Chantalakhana, C. H., dan P. Skunmun.
udara dalam kandang tidak berpengaruh 2002. Sustainable Smallholder
signifikan terhadap suhu rektal Sapi Bali Animal Systems in the Tropics.
(P>0,05). Bangkok: Kasetsart University Perss.
KESIMPULAN Direktorat Jenderal Peternakan. 2006.
Statistik Peternakan. Direktorat
Hasil penelitian dapat disimpulkan
Jenderal Peternakan, Jakarta.
bahwa tinggi atap kandang memberikan
pengaruh terhadap mikroklimat kandang, Direktorat Jenderal Peternakan. 2007.
semakin tinggi atap kandang Statistik Peternakan. Direktorat
mempengaruhi penurunan suhu udara dan Jenderal Peternakan, Jakarta.
peningkatan kelembaban udara dalam Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle
kandang. Perbedaan mikroklimat dalam Science. The Interstate Printers and
kandang akan memberikan pengaruh Publisher. Inc. Danville, Illinois.
terhadap respon fisiologis Sapi Bali
dewasa. Kelembaban udara kandang Gordeyase, I. K. M., R. Hartanto, dan W.
meningkat seiring dengan menurunnya D. Pratiwi. 2006. Proyeksi Daya
suhu udara kandang. Frekuensi pernapasan Dukung Pakan Limbah Tanaman
dan denyut jantung meningkat seiring Pangan untuk Ternak Ruminansia di
dengan meningkatnya suhu udara. Jawa Tengah. J. Indon. Trop. Anim.
Agric. 32(4): 285−292.
408 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000
Jones, G. M., Stallings, C. C., 1999. Purwanto, B. P. 1993. Heat and Energy
Reducing heat stress for dairy cattle. Balance in Dairy Cattle Under High
Virgina Cooperative Extension. Environmental Temperatute.
Publication Number 404-420. Doctoral Thesis, Hiroshima
http;//www.edu/index.html. [21 Juni University.
2017]. Putra, D. K. H. 2012. Fisiologi Hewan:
Kariyasa, K. 2005. Sistem integrasi Thermoregulasi. Udayana University
tanaman ternak dalam perspektif Press. Denpasar.
reorientasi kebijakan subsidi pupuk Radostits, O. M., C. C. Gay and J. H.
dan peningkatan pendapatan petani. Arundel. 2005. Veterinary Medicine:
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian A Textbook of the Diseases of Cattle,
3(1): 68−80. Sheep, Pigs And Horse. Blackwell
Lakitan, B. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Publishing Professional. Iowa, USA.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Rasyidi, A. dan Hartati. 2007. Petunjuk
McDowell, R.E. 1972. Improvement of Teknis Perkandangan Sapi Potong.
Livestock Production in Warm Lokasi Penelitian Sapi Potong.
Climate. W.H. Freeman and Co., San Gerati.
Frascisco.p.1-128.
Santoso, A. B. 1996. Pengaruh Lingkungan
McNeilly AS. 2001. Reproduction, fertility, Mikro terhadap Respons Fisiologi
and development. CSIRO Publishing Sapi Dara Peranakan Fries Holland.
13: 583-590. Thesis. Program Pascasarjana, IPB,
Bogor.
Mersyah, R. 2005. Desain sistem budi daya
sapi potong berkelanjutan untuk Suherman, D. 2013. Upper critical
mendukung pelaksanaan otonomi temperature of Fries Holland heifers
daerah di Kabupaten Bengkulu based on physiological responseses
Selatan. Disertasi, Sekolah for feeding management using
Pascasarjana, Institut Pertanian Artificial Neural Network simulation.
Bogor. Disertasi. IPB, Bogor.
Nurfitri, E. 2008. Sistem Pemeliharaan dan Suherman, D., B. P. Purwanto, W. Manalu
Prokduvitas Sapi Potong pada dan I.G. Permana. 2013. Simulasi
Berbagai Kelas Kelompok Peternak Artifical Neural Network untuk
di Kabupaten Ciamis. Skripsi. Menentukan Suhu Kritis pada Sapi
Fakultas Peternakan, Institut Fries Holland Berdasarkan Respon
Petanian Bogor. Fisiologis. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner. 18(1): 70-80.
Nuriyasa, I. M. Puspani E., Sumatra I. G.
N. 2010. Peningkatan Efisiensi Sulistyowati, E. 1991. Effects of Added
Produksi Ayam Petelur Melalui Dietary NaC1, KC1, and KHCO3 on
Peningkatan Kenyamanan Kandang Production and Physiological
di Desa Bolangan, Journal Performances of Lactating Dairy
Pengabdian Kepada Masyarakat, During Heat Stress. Thesis.
ISSN: 1412-0925. University of Kentucky.
410 | Evaluasi Mikroklimat Kandang Menggunakan Tinggi Atap Berbeda (Suherman et al., 2017)