Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK II
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sistemik Lupus Eritematosus” dengan
sebaik-baiknya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ii
tubuhnya sendiri. Manifestasi klinik yang paling sering dijumpai
adalah skin rash, arthritis, dan lemah. Pada kasus yang berat, SLE
bisa menyebabkan nefritis, masalah neurologi, anemia, dan
trobositopenia.
B. RUMUSAN MASALAH
iii
5. Apa klasifikasi dari SLE?
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
v
Suatu peradangan kronis jaringan ikat mengenai
sendi,ginjal,selaput serosa permukaan dan dinding pembuluh darah
yang belum jelas penyebabnya. Peradangan kronis ini mengenai
prempuan muda dan anak-anak 90% penderita [penyakit SLE
adalah prempuan.
B. Etiologi
vi
direspon sebagai benda asing tersebut (Herfindal et al,2000).
Makanan seperti wijen (alfafa sprouts) yang mengandung asam
aino L-cannavine dapat mengurangi respon dari sel limfosit T dan B
sehingga dapat menyebabkan SLE (Delafuente 2002). Selain intu
infeksi virus dan bakteri juga menyebabkan peningkatan antibody
entiviral sehingga mengaktivasi sel B limfosit yang akan memicu
terjadinya SLE (Herfindal et al,2000).
vii
C. Patofisiologi
Faktor Lingkungan
Faktor Genetik Faktor Imunologi Faktor Hormonal
SLE
Gangguan
darah
Gangguan
imun
Antibody
antinuklir
(ANA)
viii
Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses
diawali dengan faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat pula infeksi,
sinar ultraviolet atau bahan kimia. Cetusan ini menimbulkan abnormalitas
respon imun didalam tubuh yaitu : Sel T dan B menjadi autoreaktif,
Pembentukan silokin yang berlebihan, Hilangnya regulator control pada
sistem imun anatara lain : Hilangnya kemampuan membersihkan antigen
dikompleks imun maupun sitokin didalam tubuh, Menurunnya kemampuan
mengendalikan apoptosis. Hilangnya toleransi imun sel T mengenali
molekul tubuh sebagai antigen karena adanya mimikri molekul. Akibat
proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibody didalam tubuh
yang disebut sebagai autoantibodi. Selanjutnya antibody 2 yang
membentuk kompleks imun tersebut terdeposisi pada jaringan / organ
yang akhirnya menimbulkan gejala inflamasi atau kerusakan jaringan.
ix
D. PATHWAY
x
E. Manifestasi
1. Manifestasi Konstitusional
xi
badan, khusus pada pasien yang diterapi dengan glukokortikoid,
dapat menjadi lebih jelas lebih jelas pada tahap selanjutnya.
Kelelahan dan malaise merupakan salah satu gejala yang
paling umum dan seringkali merupakan gejala yang
memperberat penyakit. Penyebab pasti gejala-gejala ini belum
jelas. Aktivitas penyakit, efek samping pengobatan, gangguan
neuroendokrinologis, dan faktor psikogenik terlibat dalam
timbulnya gejala konstitusional. Pada kasus ini dijumpai gejala
demam namun gejala ini mungkin juga disebabkan oleh infeksi
pneumonia. Penurunan berat badan juga ditemukan pada
pasien. Sesuai dengan teori yang mengatakan kelelahan dan
malaise merupakan salah satu gejala yang paling umum yang
memperberat penyakit,gejala ini turut ditemukan kasus ini.
2. Manifestasi Mukokutan
xii
dapat dipicu oleh pacaran sinar ultraviolet. Lesi lupus subakut
dan kronik lebih sering ditemukan di kulit yang terpapar sinar
matahari dalam waktu lama (lengan depan, daerah V dileher )
tanpa pacaran sinar matahari dalam waktu dekat. Lesi kulit
lainnya termasuk livedo riticularis, eritema periungual, eritema
palmaris, nodulpalmaris, vesikel atau bula, urtikaria akut atau
kronik, panniculitis, purpuravaskulitis, dan ulkus vaskulitis.
Alopesia dapat timbul akibatlesi pada kulit kepala, namun
biasanya muncul pada puncak SLE. Alopesia bersifat reversible,
kecuali jika terdapat lesi discoid kepala. Ulkus oral dan nasal
cukup sering terjadi dan harus dibedakab dari infers virus
maupun jamur. Mata dan mulut kering (sindrom Sicca) dapat
disebabkan oleh inflamasi autoimun pada kelenjar lakrimal dan
saliva, yang mungkin tumpang tindih dengan sindrom sjogren.
Umumnya mata dan mulut kering merupakan efek samping
pengobatan. Pada kasus ini ditemukan manifestasi mukokutan.
Sesuai dengan teori, pada pasien ini ditemukan fotosensitivitas,
yaitu eksaserbasi ruam dengan pajanan pada sinar matahari.
Pada kasus ini juga ditemukan ruam berbentuk kupu-kupu
(malar rash atau butterfly rash) pada bagian pipi dan hidung
pasien. Alopesia juga ditemukan pada pasien ini yang mengeluh
rambutnya yang sering rontok waktu menyikat rambut.
3. Manifestasi Muskuloskeletal
xiii
merupakan gejala yang tumpah tindih. Tenosinovitis dan bursitis
jarang ditemukan. Ruput tendon dapat merupakan komplikasi
terapi glukokortikoid. Ostenekrosis (nekrosisavaskuler) dapat
disebabkan oleh penyakit maupun efek pengobatan
gukokortikoid, biasanya terjadi pada kaput femoralis, kaput
hormonal, lempemg tibia dan talus. Artralgia dan myalgia
merupakan gejala lain yang sering ditemukan, dapat
disebabakanoleh penyakit, efek samping pengobatan,
glucocorticoid withdrawal syndrome, endokrinopati dan faktor
psikogenik. Pada kasus ini, ditemukan nyeri pada sendi yaitu
nyeri pada sendi jari pada kedua tangan yang tidak disertai
dengan gangguan pergerakkan. Ini sesuai dengan manifetasi
muskuloskletal yang ditemukan pada pasien SLE yaitu non
erosive dan non deforming arthritis.
4. Manifestasi Kardiovaskular
xiv
kronik,menopause premature, serta faktor diet dan gaya hidup
dapat menyebabkan arterosklerosis. Fenomena Raynaud,
vasospasme yang diindikasi dingin pada jari.sering ditemukan
pada SLE. Penyempitan arteri ireversibel ditangan dan kaki
sering tumpang tindih dengan scleroderma. Gambaran patologis
yang sama pada sirkulasi paru dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal, komplikasi yang jarang namun seringkali fatal.
Sebagian besar cedera vascular trombotik pada pasien SLE
dimediasi oleh antibody antifosfolipid (aPL), ditemukan pada
sekitar 30% pasien SLE. aPL dapat menyebabkan thrombosis
arteri dan vena spontan pada semua ukuran pembuluh darah.
Keadaan hiperkoagulasi lain, seperti defisiensi protein C dan
protein S, faktor V Leiden dan antitrombin III dapat
menyebabkan terjadinya trombisis, namun defisiensi faktor-
faktor ini lebih dihubungkan dengan terjadinya thrombosis vena
dibandingkan trpmbosis arteri.
5. Manifestasi Paru
xv
rekuren disebabkan oleh antibody antifosfilipid harus
disingkirkan pada pasien dengan gejala paru yang tidak dapat
dijelaskan.
6. Manifestasi Ginjal
xvi
dengan bukti inflamasi. Gambaran alternatis lupus SSP adalah
gangguan psikiatrik mayor yaitu psikosis. Pada kasus ini cairan
serebrospinal dan pencitraan menujukkan hasil normal dan
diagnosis banding dari penysakit psikogenik primer dan/atau
reaksi obat sangat sulit untuk ditentukan. Masalah ini adalah
gangguan kognitif dan kepribadian ringan. Sakit kepala sering
ditemukan dengan intesitas yang beragam. Sakit kepala lupus
yang berat dan menyerupai migren yang hanya responsive
terhadap glikokortikoid merupakan kasus yang jarang.
Neuropati kranial dan perifer dapat terjadi dan dapat
menggambarkan vaskulitis pembuluh darah kecil atau infark
pada pasien ini disuspek lupus serbri karena
penurunankesadaran.
8. Manifestasi Gastrointestinal
xvii
9. Manifestasi Hematologi
xviii
sjogren. Kebutaan singkat atau permanen dapat disebabkan
oleh neuritis optic atau oklusi arteri atau vena retina.
F. Klasifikasi
3. Fotosensitivitas
4. Ulkus dimulut
6. Gangguan ginjal
8. Arthritis
xix
immunological disorder,neurologic disorder, Malar rash,Discoid
rash Ann Rheum Dis 2001.
G. Penatalaksanaan Medis
H. Pemeriksaan Penunjang
xx
antibody ini juga dapat ditemukan pada wanita yang tidak
menderita SLE. Antibody yang kurang spesifik adalah antibouble
standed DNA antibody (anti DNA), pengukuran bermanfaat untuk
menilai ruam pada lupus. Anti-Ro, anti-La dan antibody
antifosfolipidpenting untuk diukur karena meningkatkan resiko pada
kehamilan. Penatalaksanaan SLE harus dilaksanakan secara
multidisiplin. Priode aktifitas penyakit dapat sulit untuk didiagnosa.
Keterlibatan ginjal sering kali disalah artikan dengan pre-eklamsia,
tetapi temuan adanya peningkatan antibody anti DNA serta
penurunan tingkat komplemen membantu mengarahkan pada
ruam.
I. Kompilkasi
xxi
1. Ginjal : Sebagaian besar penderita menunjukan adanya
penimbunan protein didalam sel-sel tetapi hanya 50% yang
menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang menetap) pada
akhirnya bias terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu
mengalami dialysis atau pencangkokan ginjal.
xxii
jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan
penyebab dari nyeri didaerah tersebut.
xxiii
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
xxiv
demam, kelelahan, nyeri dada pleuritik, pericarditis, bengkak
pada pergelangan kaki, kejang, ulkus dimulut.
e. Riwayat Pengobatan
g. Pemeriksaan Fisik
xxv
jari tangan,siku,jari kaki dan permukaan ekstensor lengan
dibawah atau sisi lateral tangan.
B. Diagnosa
xxvi
C. Perencanaan/Intervensi
xxvii
1. Nyeri kronis berhubunganComfort level Pain management
dengan ketidak mampuan
Pain control Monitor kepuasan pasien
fisik-psikososial kronis
terhadap manajemen nyeri
(metastase kanker, injuriPain level
neurologis, arthritis). Tingkat istirahat dan tidur
Tujuan : Setelah dilakukan
yang adekuat
tindakan keperawatan
selama 24 jam nyeri kronisKelola antianalgesik
pasien berkurang dengan
Jelaskan pada pasien
kriteria hasil:
penyebab nyeri
Tidak ada gangguan tidur
Lakukan tehnik
Tidak ada gangguannonfarmakologis ( relaksasi
konsetrasi masase punggung)
Thermoregulasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
xxix
(vaskulitis) dan radang ginjal. Sama dengan rematik,SLE juga
merupakan penyakit auroimun,tetapi jauh lebih jarang terjadi dan
terutama timbul pada prempuan. Sebabnya tidak
diketahui,penanganannya dengan kortikosteroida atau secara
alternative dengan sediaan enzim (papain 200mg + pangkreatin
100mg + vitamin E 10mg) 2 dd 1 kapsul (tan&kirana,2007)
xxx
DAFTAR PUSTAKA
xxxi
Paediatrics And Child Health 18:2. Published By Elsevier Ltd.
Symposium: Bone & Connective Tissue.
xxxii
1