Vous êtes sur la page 1sur 10

TINJAUAN KUAT TEKAN BATA RINGAN MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH

FOAMING AGENT
Deri Arita1), Alex Kurniawandy2), Hendra Taufik2)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : myderi1992@gmail.com

ABSTRACT
Lightweight bricks could be used as the substitute of conventional bricks for building wall materials.
Lightweight brick has a weights beetween 600 to 1800 kg/m3. In this research, lightweight bricks were
made by trial and errors made by adding combination of 0.3%, 0.6%, 0.9%, 1.2% and 1.5% of foam
agent by cellular lighweight concrete (CLC) method. The optimum compresive strength was gain at
0.9% of foam agent. CLC lightweight brick is the type of bricks which is constructed by adding air
bubbles/foam agent to mortar mixture. It is necessary for the air bubbles to retain their shapes during
the curing process of the mortar without triggering chemical reaction. An airlock was in a mixture of
mortar structure of the cells that produce material, which contains the cavity the air with the size of
the between 0,1 to 1,0 mm thick and spread uneven so that makes the nature of concrete better to
prevent heat and more voice The curing process was performed by storing the samples indoor, in
which the room temperatur varies over time. The sample size was 60x20x7.5 cm, made to investigate
the impact of foaming agent to the compressive strength of the lightweight bricks. The experiment
method was carried out based on SNI 03-6825-2002. As a result, the compressive strength was 0.49
MPa at 7 days, 0.23 MPa at 14 days, and 0.67 MPa at 28 days. In addition, according to the furnace
tests, the lightweight bricks resist for heat temperature of 500ºC. Also, The acoustic test results also
shows that the lightweight bricks absorb sound by 3%.
Keywords : brick light, foam agent, strong press, acoustic monitoring, furnace

1. PENDAHULUAN signifikan mengurangi berat sendiri bangunan,


Dalam dunia konstruksi terdapat yang selanjutnya berdampak kepada
berbagai hal yang dapat dikembangkan. Salah perhitungan pondasi.
satunya adalah pengembangan material bata Salah satu cara pembuatan bata ringan
ringan. Bata ringan adalah batu bata yang ialah dengan memasukkan butiran gelembung
memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata udara pada campuran mortar bata, dimana
pada umumnya. Bata ringan juga dapat dibuat butiran udara tersebut mampu
dengan menggunakan bahan aditif, seperti mempertahankan struktur gelembung tersebut
bubuk alumina yang memproduksi gas saat selama periode pengerasan (curing) tanpa
beton masih keadaan plastis atau dengan memyebabkan reaksi kimia. Bata ringan inilah
menggunakan agregat yang memiliki densitas yang disebut Cellular Lightweight Concrete
kecil, misalnya batu apung, abu vulkanik, dan (CLC).
batuan diatomit yang merupakan agregat alam Foaming Agent digunakan sebagai
yang banyak digunakan. Selain itu juga dapat pengembang karena ketika dicampurkan
digunakan bahan-bahan sisa seperti fly-ash. dengan campuran yang lainnya menjadi bata
Teknologi bata ringan ini sudah ada sejak ringan, foaming agent bereaksi dengan kalsium
tahun 1907 di Inggris. ( A.Short & hidrosida (Caa(OH)2) atau kapur non aktif
W.Kinniburgh,, 1978) dengan air dan membentuk hidrogen. Gas
Pada umumnya berat bata ringan hidrogen mengembang dan melipatkan volume
berkisar antara 600-1800 kg/m3, sehingga salah campuran untuk bata ringan (menciptakan
satu keunggulan dari bata ringan adalah gelembung hingga diameter lebih dari 1/8
beratnya yang lebih ringan dari bata normal inchi) hingga dua kali lipat dan juga
(Tjokrodimuljo, 1996). Disisi lain kekuatan mempercepat pengembangan adonan bahan.
bata ini mempunyai kekuatan tekan antara 1 Tabel 1 Menjelaskan kesimpulan mengenai
MPa sampai 15 MPa (Andres, 1989). Bata bata ringan dan beton ringan dari Penelitian
ringan digunakan pada proyek bangunan tinggi Terdahulu sebagai berikut :
(high rise building) akan dapat secara

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 1


Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Kesimpulan
1. Boby Dean Lumpur sidoarjo bakar, fly ash 1. Lumpur sidoarjo dan fly ash dapat
Pehlevi tahun sebagai subtitusi semen dan digunakan sebagai subtitusi semen
2013 kapur untuk campuran beton dalam pembuatan beton ringan.
ringan dengan menggunakan 2. Pasta ringan yang didapat dari hasil kuat
bubuk alumunium sebagai tekan optimum yaitu 25,96 MPa.
bahan pengembang 3. Berat sampel yang di dapat yaitu 1013
kg/m3 dan 966 kg/m3.
2. Bayu Prio Tinjauan kuat tekan dan kuat 1. Nilai kuat tekan beton normal sebesar
Nugroho lentur balok tanpa tulangan 8,205 MPa, sedangkan alumunium
tahun 2013 beton ringan menggunakan pasta 3,339 MPa.
batu apung sebagai agregat 2. Nilai kuat lentur beton normal sebesar
kasar dengan bahan tambah 2,695 MPa, sedangkan alumunium
kapur dan alumunium pasta pasta 1,145 MPa.
3. Randy Studi untuk bahan mortar mutu 1. Hasil penelitian nilai kuat tekan rerata
Factsha tahun normal umur 28 hari mortar normal dengan
2013 penambahan albumin yaitu 26,773
MPa, sedangkan kuat tekan mortar
normal yaitu 30,323 MPa.
2. Berat mortar rerata yaitu 0,275 Kg,
sedangkan memakai albumin beratnya
yaitu 0,259 Kg.
4. Nadia Studi pembuatan cellular 1. Kuat tekan CLC sangat dipengaruhi
Krisanti dan lightweight concrete (CLC) oleh densitasnya, semakin tinggi
Anita dengan menggunakan densitas maka kuat tekan akan semakin
Tansajaya beberapa foaming agent tinggi. Selain itu kuat tekan CLC juga
tahun 2008 meningkat seiring dengan pertambahan
umur beton.
2. Foaming agent tipe SL 100 memiliki
kestabilan bentuk gelumbung lebih baik
dibandingkan tipe lainnya. Foaming
agent tipe SLF 20 tidak sesuai
digunakan dalam pembuatan CLC
dengan densitas rencana 800 kg/m3
sebab hasil kuat tekan yang diperoleh
sangat rendah.
5. Lilik Sri Pengaruh foam agent dan 1. Penambahan foam agent 0,7 lt/m3, 0,9
Widodo tahun serbuk gypsum terhadap lt/m3, 1,1 lt/m3, dan sebuk gypsum 5%
2015 kualitas bata ringan pada beton ringan hasil pengujian kuat
tekan, kuat tarik belah, kuat lentur
maksimal didapat pada penambahan
foam agent 0,7 lt/m3 dan serbuk gypsum
5%.
2. Untuk bata beton normal kuat tekan dan
kuat lentur lebih besar dari bata ringan
fascon dan duracon, pada penambahan
foam agent 0,7 lt/m3, 0,9 lt/m3, 1,1 lt/m3
dan serbuk gypsum 5% mengalami
penurunan, tetapi kuat tekan dan kuat
lentur bata beton ringan lebih besar dari
bata ringan fascon dan duracon.
Sumber : dari berbagai jurnal

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 2


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai Jenis semen portland dibagi menjadi
berikut : lima yaitu:
1. Menganalisis kuat tekan bata ringan dengan 1. Jenis I yaitu semen Portland untuk
campuran foaming agent optimum dalam penggunaan umum yang tidak
pembuatan CLC. memerlukan persyaratan-persyaratan
2. Meneliti sifat fisik (ukuran gelembung) dan khusus seperti yang disyaratkan pada
kimia dari CLC. jenis-jenis lain.
3. Menguji Akustik bata ringan. 2. Jenis II yaitu semen Portland yang dalam
4. Menguji ketahanan bata ringan terhadap penggunaannya memerlukan ketahanan
temperatur tinggi. terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Jenis III semen Portland yang dalam
Adapun batasan masalah dalam penelitian penggunaannya memerlukan kekuatan
ini adalah : tinggi pada tahap permulaan setelah
1. Semen yang digunakan adalah semen pengikatan terjadi.
Portland Composite Cement (PCC) 4. Jenis IV yaitu semen Portland yang dalam
produk Semen Padang. penggunaannya memerlukan kalor hidrasi
2. Agregat yang dipakai adalah pasir halus rendah.
sungai Kampar. 5. Jenis V yaitu semen Portland yang dalam
3. Kuat tekan rencana bata ringan 1 Mpa. penggunaanya memerlukan ketahanan
4. Bahan tambah foaming agent yang tinggi terhadap sulfat.
digunakan dari Pabrik Byru Bata Ringan
CLC Pekanbaru. c. Agregat Halus
5. Presentase variasi campuran foam agent Agregat halus atau pasir diartikan
adalah 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% 1,5% dari sebagai butiran mineral yang bentuknya
berat pasir. mendekati bulat dengan ukuran butiran lebih
6. Benda uji untuk trial mix berupa kubus kecil dari 4,75 mm atau lolos saringan no. 4
dengan ukuran 15x15x15 cm dan benda standar (ASTM, C.33-03-2002).
uji pembuatan sampel dengan ukuran
60x20x7,5 cm. d. Air
7. Umur pengujian 7, 14, dan 28 hari. Air merupakan bahan pembuat beton
8. Pengujian yang dilakukan : yang sangat penting namun harganya paling
a. Uji kuat tekan murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan
b. Uji akustik semen sehingga terjadi reaksi kimia yang
c. Uji SEM dan EDX menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya
d. Uji Furnace proses pengerasan pada beton, serta untuk
menjadi bahan pelumas antar butir-butir
2. TINJAUAN PUSTAKA agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Bata beton adalah suatu jenis unsur Untuk bereaksi dengan semen, air diperlukan
bangunan berbentuk bata yang dibuat dari 25% dari berat semen. Selain itu, air juga
bahan utama semen portland, air dan agregat digunakan untuk perawatan beton dengan cara
halus yang digunakan untuk pemasangan pembasahan setelah dicor (Tjokrodimuljo K. ,
dinding. (SNI, 03-0349-1989) 1996).

a. Bahan Penyusun Bata e. Foaming Agent


Bahan yang digunakan dalam Foaming agent adalah suatu larutan
pembuatan bata ringan terdiri dari semen, pekat dari bahan sulfaktan, dimana apabila
agregat halus, foaming agent dan air. hendak digunakan harus dilarutkan dengan air.
Dengan membuat gelembung-geleembung
b. Semen Portland gas/udara dalam adukan semen. Dengan
Semen portland adalah semen hidraulis demikian akan terjadi banyak pori-pori udara
yag dihasilkan dengan cara menghaluskan didalam bata.
klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidraulis, dan bahan tambahan
berupa gypsum (SNI, 15-2049-2004).

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 3


Ada 2 macam foaming agent yaitu : Namun untuk pekerjaan struktur, densitas CLC
1. Bahan sintetis dengan kepadatan diatas yang baik untuk digunakan berkisar antara
1000 kg/m3 1200 kg/m3 hingga 1400 kg/m3.
2. Bahan protein dengan kepadatan 400-1600
kg/m3 Keuntungan yang dapat diperoleh dari
pengunaan CLC antara lain :
Foaming agent berbahan dasar sintetis a. Memberikan insulasi panas dan suara
memiliki kepadatan sekitar 40 kg/m3 dan dapat yang baik. Sebagai contohnya dinding
mengembang sekitar 25 kali. Foaming agent CLC 125 mm memberikan insulasi empat
jenis ini sangat stabil untuk bata dengan kali lebih baik daripada dinding bata 230
kepadatan diatas 1000 kg/m3. Foaming agent mm
ini dapat bertahan hingga 16 bulan dalam b. Bentuk stabil walaupun terkena air
keadaan tertutup. Bentuk foaming agent yang tambahan. Sedangkan pada bata ringan
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.5. yang menggunakan bubuk alumina, bata
Perbandingan konsentrasi foaming agent 1:19, akan mengembang lagi bila terkena air
contohnya 1 liter Noaite SA-1 + 19 liter air = tambahan.
20 liter foaming agent. 20 liter foaming agent c. Keuntungan untuk daerah terpencil karena
dapat mengembang menjadi sekitar 500 liter hanya membutuhkan semen dalam
foaming agent yang stabil dengan berat sekitar pembuatannya. Berbeda dengan aerated
40 kg/m3. concrete menggunakan bubuk alumunia
Foaming agent berbahan dasar protein yang masih menggunakan pasir dalam
yang didapat dari bahan-bahan alami memiliki pembuatannya.
berat sekitar 80 kg/m3 dan dapat d. Lebih mudah dipompa saat pengecoran
menggembang sekitar 12,5 kali. Foaming karena tidak ada agregat.
agent ini relatif lebih stabil dan memiliki
kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
dengan foaming agent sintetis. Tetapi foaming pembuatan CLC antara lain :
agent ini hanya dapat bertahan hingga 12 bulan a. Tipe foaming agent
dalan keadaan terbuka. Bentuk foaming agent b. Foam generator yang digunakan
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.6. c. Komposisi campuran dan waktu
Perbandingan konsentrasi foaming agent dapat pencampuran (mixing time)
berkisar antara 1:33 sampai 1:39, contohnya 1 d. Tipe dan ukuran pasir
liter Noraite PA-1 + 39 liter air = 40 liter e. Metode curing
foaming agent. 40 liter foaming agent dapat
mengembang menjadi sekitar 500 liter foaming Cellular Lighweight Concrete (CLC)
agent yang stabil dengan berat sekitar 80 dapat diproduksi dengan berbagai macam jenis
kg/m3. kepadatan, yang berkisar antara 400 kg/m3
sampai 1800 kg/m3 yang disesuaikan dengan
f. Bata Ringan CLC kebutuhan penggunaannya yaitu :
Bata ringan CLC adalah salah satu tipe 1. Kepadatan rendah (400-600 kg/m3) biasa
bata ringan yang diproduksi dengan digunakan utuk bahan isolasi, sebagai
memasukan butiran gelembung udara pada alternatif lain yang dapat digunakan untuk
campuran mortar bata, dimana butiran udara menggantikan thermocole, glasswool,
tersebut harus mampu mempertahankan woodwool, dan lain-lain.
struktur gelembung tersebut selama periode 2. Kepadatan sedang (800-1000 kg/m3)
pengerasan (curing) tanpa menyebabkan reaksi dapat digunakan untuk pembuatan precast
kimia. blocks dengan dimensi 500x250x200/100
Campuran dari CLC antara lain semen, mm yang digunakan sebagai dinding
pasir halus, air dan foam khusus begitu (pengganti batu bata).
mengeras menghasilkan bata ringan yang kuat 3. Kepadatan tinggi (1200-1800 kg/m3)
dengan kandungan juataan sel atau gelembung dengan kuat hancur (crushing strength)
udara halus dengan ukuran yang konsisten dan antara 65-250 kg/m3, biasa dipakai
terdistibusi secara merata. CLC memiliki sebagai struktur :
densitas antara 400 kg/m3 hingga 1800 kg/m3.

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 4


a. Load bearing walls dan atap 4. Mengoperasikan mesin hingga didapat
perumahan pembebanan maksimum saat benda uji
b. Reinforced structural cladding atau hancur,
panel partisi 5. Menghitung nilai kuat tekan bata ringan
c. Pre-cast blocks untuk dinding dari dengan membandingkan beban
bangunan tingkat rendah maksimum dan luas permukaan benda uji.

3. METEDOLOGI PENELITIAN d. Pengujian SEM dan EDX


Pelaksanaan penelitian dilakukan di Scanning Electronic Microscope (SEM)
Laboratorium Teknologi Bahan Fakultas dan Energy Dispersive X-Ray (EDX) adalah
Teknik Universitas Riau. Pengujian instrumen yang menghasilkan gambar yang
dilanjutkan dengan trial mix design benda uji, diperbesar dengan menggunakan elektron
benda uji dibuat berbentuk kubus 15x15x15 sebagai pengganti cahaya untuk membentuk
cm dengan campuran foaming agent. Setelah sebuah gambar. Prinsip kerja SEM dan EDX
membuat sampel trial mix akan didapat adalah menembakkan permukaan benda
perbandingan kuat tekan optimum yang dengan berkas elektron berenergi tinggi.
dijadikan benda uji dengan satu variasi mix. Tujuan pengujian SEM dan EDX adalah untuk
Umur pengujian bata ringan adalah 7, 14, dan menganalisa dan memunculkan mikro dari
28 hari dengan pengujian kuat tekan, SEM dan benda uji suatu penelitian, dalam proses
EDX, akustik, dan furnace. analisa karakteristik, struktur mikro suatu
material seperti mineral, ukuran butiran, batas
a. Pelaksanaan Penelitian butiran dan penyemenan antar butir yang
Penelitian ini dilakukan proses trial mix hanya bisa diindefikasi dengan perbesaran
untuk mendapatkan komposisi variasi yang diatas 1000X. Pengujian ini dilakukan di
akan dipakai pada pembuatan bata ringan. Universitas Padang. Adapun prosedur
Pengerjaan trial mix dengan variasi foam pengujian SEM dan EDX sebagai berikut :
sebesar 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2%, 1,5% dengan 1. Sebelum dilakukan pengujian, sampel
kuat tekan rencana 1 Mpa. Dari proses trial harus dalam keadaan kering dan
mix menghasilkan kuat tekan optimum sebesar dipecahkan dengan ukuran panjang 1 cm,
0,9% yang akan dijadikan variasi foam dalam lebar 1 cm, dan tinggi 1 cm.
pembuatan benda uji. Kuat tekan rencana pada 2. Sampel disimpan pada spesimen holder
bata ringan sebesar 1 Mpa. dan diberi lem konduktif untuk
penempatan benda uji sebelum dilakukan
b. Tahap Pengujian pemotretan pada alat SEM.
Pada tahap ini dilakukan pengujian bata 3. Sampel dibersihkan dengan hand blower
sesuai umur rencana 7, 14 dan 28 hari. agar bebas dari kotoran (debu), tidak
Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian kuat berminyak dan lainnya sebelum
tekan, muffle furnace, SEM dan EDX, dan penempatan pada specimen.
akustik. 4. Sampel diberi lapisan tipis (coating
dengan gold paladium – Pd AU) dengan
c. Pengujian Kuat Tekan mesin ion sputter JFC – 1100 yang
Pengujian kuat tekan adalah kemampuan spesifikasi alat tersebut antara lain dengan
bata ringan untuk menerima gaya tekan tengan 1,2 KV, arus listrik 6-7,5 mA,
persatuan luas. Besarnya kuat tekan dapat kevakuman 0,2 Torr, dan waktu 4 menit.
dihitung dengan cara membagi beban Dengan spesifikasi tersebut akan
maksimum pada saat benda uji hancur dengan didapatkan tebal lapisan 400 amstrong.
luas penampang benda uji mengacu pada (SNI, Coating ini dimaksudkan agar benda uji
03-6825-2002) dengan prosedur pengujian yang akan dilakukan pemotretan menjadi
sebagai berikut : penghantar listrik.
1. Memotong benda uji dengan ukuran 5. Sampel dimasukkan pada specimen
kubus 7,5x7,5x7,5 cm, chamber yang ada pada mesin SEM
2. Menimbang benda uji, (JSM-35 : 6360 LA) yang selanjutny
3. Meletakkan benda uji pada mesin uji dilakukan pemotretan pada benda uji.
tekan dengan posisi mendatar,

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 5


e. Pengujian Furnace frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga
Furnace / tungku adalah sebuah jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar
peralatan yang digunakan untuk melelehkan SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan
logam untuk pembuatan bagian mesin casting pendekatan yang terbaik dalam pengukuran
atau untuk memanaskan bahan serta mengubah tingkat kebisingan total. Respon manusia
bentuknya (misalnya rolling/penggulungan, terhadap suara bermacam-macam sesuai
penempaan) atau merubah sifat-sifatnya dengan frekuensi dan intensitasnya.
(perlakuan panas). Pengujian furnace Pengujian kebisingan dilakukan di
dilakukan di Laboratorium Material Laboratorium Struktur Universitas Riau.
Anorganik, Geokimia dan Minerologi FMIPA Adapun prosedur uji kebisingan sebagai
Universitas Riau. Adapun prosedur pengujian berikut :
furnace sebagai berikut : 1. Mengambil bata ringan dengan ukuran
1. Memotong sampel dengan ukuran 60x20x7,5 cm sebanyak 5 bata.
7,5x7,5x7,5 cm. Dengan suhu uji 250, 500 2. Mengaduk semen, pasir, dan air menjadi
dan 750ºC. pasta semen.
2. Menghidupkan alat muffle furnace. 3. Mengambil satu bata ringan dengan posisi
Membuka penutup muffle furnace, lalu bata rebah, dan meletakan pasta semen ke
masukkan sampel ke dalam muffle sisi pingir bata tersebut. Setelah pasta
furnace. sama rata, mengambil satu bata ringan
3. Menutup kembali muffle furnace, dan meletakan dengan tegak diatas pasta
menghidupkan tanur dengan menekan tersebut.
tombol power “ON”. 4. Melakukan sampai bata menjadi kotak.
4. Menyetel suhu sebesar 250ºC dengan Mendiamkan bata 24 jam sampai semen
menekan tombol “SET”. Setelah muffle menjadi kering.
furnace sampai ke suhu 250ºC, stopwatch 5. Meletakan alat kebisingan dan loudspeker
selama 1 jam. kedalam bata. Menghidupkan alat
5. Setelah 1 jam, menurunkan suhu muffle kebisingan dan memberi sumber suara
furnace ke 25ºC (suhu ruang). Kemudian dari loudspeker, kemudian menutup bata
mematikan tanur dengan menekan tombol tersebut.
“OFF”. Mengeluarkan sampel dari dalam 6. Merekam suara selama 5 menit, setelah
muffle furnace, mengecek sampel terekam menekan tombol Max/Min untuk
tersebut. membaca maksimal dan minimum suara
yang terekam dengan satuan dezibel (dB).
f. Pengujian Akustik
Suara atau bunyi memiliki intensitas g. Bagan Alir
yang berbeda, contohnya jika berteriak suara
lebih kuat daripada berbisik sehingga teriakan Mulai
itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai
jarak yang lebih jauh. Unit mengukur Persiapan Bahan / Material
intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala
desibel merupakan skala yang bersifat
Air Semen Agregat Halus Foaming Agent
logaritmik, penambahan tingkat desibel berarti
kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar.
Ada beberapa macam peralatan pengukuran Pencampuran Bahan / Material Variasi Trial Mix 14
hari 0.3%, 0.6%, 0.9%, 1.2%, dan 1.5%
kebisingan antara lain sound survey meter, Tidak Ya
sound level meter, octave band analyzer,
narrow band analyzer, dan lain-lain. Dalam Variasi Optimum dari Trial Mix

penelitin ini memakai alat Sound Level Meter


(SLM). Variasi optimum di pakai untukPembuatan Benda Uji / Bata Ringan
Sound Level Meter (SLM) adalah
instrumen dasar yang digunakan dalam A
pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas
mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon Gambar 1. Bagan Alir

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 6


b. Berat Jenis Agregat Halus
A
Hasil dari pemeriksaan berat jenis dan
penyerapan agregat halus masing-masing
1. Pengujian Kuat Tekan pada umur 7, 14 dan 28 hari
sebesar 2,60 gr/cm3. Nilai ini memenuhi
kriteria persyaratan spesifikasi yaitu untuk
2. Pengujian SEM dan EDX pada umur 28 hari
berat jenis adalah 2,58 - 2,83 gr/cm3,
3. Pengujian Furnace pada suhu 250ºC, 500ºC, dan 750ºC
sedangkan dari hasil pemeriksaan penyerapan
4. Pengujian Akustik
agregat halus sebesar 0,30 %. Nilai ini tidak
memenuhi standar spesifikasi penyerapan yaitu
Hasil dan Pembahasan 2% - 7%.

Kesimpulan
c. Analisa Saringan Agregat Halus
Hasil dari pemeriksaan saringan agregat
halus diperoleh modulus kehalusan sebesar
Selesai 3,64. Nilai ini telah memenuhi persyaratan
spesifikasi modulus kehalusan yaitu 1,5 - 3,8.
Gradasi butiran yang diperoleh memenuhi
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN batasan gradasi pada zona III (pasir halus).
Hasil penelitian ini merupakan Gambar 2 gradasi butiran zona III hasil analisa
karakteristik material yang diperlukan saat saringan agregat halus.
perencanaan campuran bata (mix design) yang
dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Gradasi Pasir Daerah III
(Berdasasarkan gradasi SNI 03-2834-1993)
Bahan Fakultas Teknik Universitas Riau. 100 100 100 100
95
100
95
100

Seluruh pengujian karakteristik material pada 90 90


80 80
Persentase Lewat ayakan

penelitian ini telah dilaksanakan sesuai 70


prosedur. Agregat memberikan konstrubusi 60
yang besar terhadap campuran bata, agregat 50 50
yang disarankan untuk memenuhi syarat mutu 40
Min
yang sudah ditetapkan sehingga bata yang 30
Max
20
dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. 10
15 15
DATA
0 0
a. Analisa Propertis Agregat Halus 0.1 1
Lobang Ayakan (mm)
10

Pengujian dilakukan untuk mengetahui Gambar 2. Gradasi Butiran zona III


karakteristik dan spesifikasi agregat halus yaitu Sumber : dokumentasi, 2016
pasir yang berasal dari Kabupaten Kampar.
Tabel 2 hasil pengujian karakteristik dasar d. Kadar Air Agregat Halus
material agregat halus Hasil dari pemeriksaan dilihat kadar air
agregat halus sebesar 4,016 %, nilai ini
Tabel 2. Hasil Pengujian Karakteristik memenuhi standar spesifikasi kadar air agregat
Dasar Material Agregat Halus A halus yaitu 3% - 5%.
Hasil Standar
No Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Spesifikasi
1. Kadar Lumpur (%) 2,73 <5
e. Kadar Organik Agregat Halus
2. 3
Berat Jenis (gr/cm ) Hasil dari pemeriksaan kadar organik
a. Apparent Specific Gravity 2,67 2,58 – 2,83 yang diperoleh adalah warna no.3 pada
b. Bulk Specific Gravity on Dry 2,63 2,58 – 2,83 organic plate. Warna ini memenuhi standar
c. Bulk Specific Gravity on SSD 2,65 2,58 – 2,83
spesifikasi kadar organik agregat halus yaitu
d. Absorption (%) 0,50 2,0 - 7,0
3. Kadar Air (%) 4,016 3-5
tidak boleh lebih dari warna no.3 (ASTM C-
4. Berat Volume 40). Dari hasil tersebut agregat halus yang
a. Kondisi Padat 1618,79 1400 - 1900 digunakan tidak mengandung organik yang
b. Kondisi Gembur 1507,27 1400 - 1900 tinggi sehingga bagus untuk campuran bata.
5. Kadar Organik No. 3 Maks No. 3
6. Modulus Kehalusan 3,64 1,5 - 3,8
f. Berat Volume Agregat Halus
Sumber : dokumentasi, 2016 Hasil dari pemeriksaan berat volume
agregat halus adalah sebesar 1514,03 kg/m3

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 7


kondisi padat dan 1669,48 kg/m3 kondisi a. Loudspeaker dan alat akustik didalam bata
gembur. Nilai ini telah memenuhi kriteria ringan diperoleh :
persyaratan spesifikasi berat volume yaitu Maksimal : 112,6 dB
sebesar 1400 s/d 1900 kg/m3. Minimal : 47,3 dB

g. Kadar Lumpur Agregat Halus


Hasil dari pemeriksaan kadar lumpur
agregat halus sebesar 0,657 %. Nilai ini telah
memenuhi kriteria dan persyaratan spesifikasi
kadar lumpur agregat halus yaitu kecil dari 5%
(ASTM C-142).

h. Pengujian Kuat Tekan Gambar 3. Loudspeaker dan alat akustik


Pengujian kuat tekan bata ringan didalam bata ringan
dilakukan pada umur bata ringan 7, 14 dan 28
hari dimulai dari pengeringan bata ringan. b. Loudspeaker didalam dan alat akustik
Benda uji yang digunakan adalah benda uji diluar bata ringan diperoleh :
yang dengan ukuran 60x20x7,5 cm, kemuadian Maksimal : 109,6 dB
dipotong dengan ukuran kubus tinggi 7,5 cm; Minimal : 51,5 dB
lebar 7,5 cm; dan panjang 7,5 cm setiap umur
pengujian benda uji sebanyak empat (4). Hasil
uji kuat tekan bata dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini

Tabel 3. Kuat Tekan Bata Ringan


Presentase Kuat Hasil Kuat
Hari Berat
Foaming Agent Tekan Tekan Rata-rata
ke- (gr)
(%) (KN) (MPa) Gambar 4. Loudspeaker didalam dan alat
3,25 3 0,533
akustik diluar bata ringan
3,01 2 0,356
7 0,489
3,20 3 0,533
3,54 3 0,533
c. Loudspeaker diluar dan alat akustik
2,05 3 0,533 didalam bata ringan diperoleh :
3,41 3 0,533 Maksimal : 115,1 dB
9% 14 0,231
2,45 3 0,533 Minimal : 42,5 dB
3,86 4 0,711
2,83 3 0,533
2,88 4 0,711
28 0,667
2,73 4 0,711
4,01 4 0,711

Sumber : dokumentasi, 2016

Dari hasil yang didapat tidak sesuai


dengan kuat tekan rencana yaitu 1 Mpa,
sedangkan dari hasil penelitian di dapatkan
Gambar 5. Loudspeaker diluar dan alat
rata-rata kuat tekan pada umur 7 hari yaitu
akustik didalam bata ringan
0,489 Mpa, 14 hari 0,231 Mpa, dan 28 hari
yaitu 0,667 Mpa. Permasalahannya ketika diuji
Bata ringan meredam bunyi sebesar
kuat tekan sampel cepat runtuh karena
= 112,6 - 109,6 dB
banyaknya gelembung udara yang terdapat di
= 3 dB
sampel bata ringan.
j. Pengujian Furnace
i. Pengujian Akustik
Furnace / tungku adalah sebuah
Pengujian dengan alat akustik Sound
peralatan yang digunakan untuk melelehkan
Level Meter DEI-534 dengan 3 ali pengujian
logam untuk pembuatan bagian mesin casting
didapatkan :
atau untuk memanaskan bahan serta mengubah
Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 8
bentuknya (misalnya rolling/penggulungan, sebuah gambar. Tujuan pengujian SEM dan
penempaan) atau merubah sifat-sifatnya EDX adalah untuk menganalisa dan
(perlakuan panas). Bata ringan yang memunculkan mikro dari benda uji suatu
dimasukan dalam furnace, kemudian di penelitian, dalam proses analisa karakteristik,
diamkan selama 1 jam pada suhu 250ºC tidak struktur mikro suatu material seperti mineral,
mengalamai keretakan dapat dilihat pada ukuran butiran, batas butiran dan penyemenan
Gambar 6, di suhu 500ºC mengalami keretekan antar butir yang hanya bisa diindefikasi dengan
halus dapat dilihat pada Gambar 7, dan di suhu perbesaran diatas 1000X. Gambar 9 dan 10
750ºC mengalami keretakan besar dapat dilihat hasil scanning perbesar SEM 100x dan 2500x.
pada Gambar 8. Dari hasil tersebut di Tabel 4 merupakan komposisi kimiawi
simpulkan bata ringan bisa digunakan sampai pengujian EDX
suhu 500ºC.

Gambar 6. Furnace dengan suhu 200ºC


Sumber : dokumentasi, 2016 Gambar 9. Hasil Scanning perbesar 100x
Sumber : dokumentasi, 2016

Gambar 7. Furnace dengan suhu 500ºC


Sumber : dokumentasi, 2016
Gambar 10. Hasil Scanning perbesar 2500x
Sumber : dokumentasi, 2016

Tabel 4. Komposisi Kimiawi Pengujian


EDX
Element Berat Atom
(%) (%)
(1) (2) (3)
CK 9.20 15.41
OK 49.53 62.26
Na K 0.07 0.06

Gambar 8. Furnace dengan suhu 500ºC Mg K 0.38 0.32


Sumber : dokumentasi, 2016 Al K 1.57 1.17
Si K 5.38 3.85
SK 1.20 0.75
k. Pengujian SEM dan EDX
Cl K 0.08 0.04
Scanning Electronic Microscope (SEM)
KK 0.23 0.12
dan Energy Dispersive X-Ray (EDX) adalah Ca K 30.76 15.43
instrumen yang menghasilkan gambar yang Fe L 1.60 0.57
diperbesar dengan menggunakan elektron Total 100
sebagai pengganti cahaya untuk membentuk
Sumber : dokumentasi, 2016

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 9


Berdasarkan hasil uji EDX bahwa Dengan Menggunakan Beberapa
senyawa yang paling banyak adalah O K Foaming Agent.
sebesar 49,53%, Ca K 30,76%. Andres, S. d. (1989). Material of Construction
Fourth Edition. Singapore: McGraw-
5. KESIMPULAN Hill.
1. Nilai kuat tekan rata-rata pengujian dengan ASTM. (C.33-03-2002). Standard
compression machine 0,667 Mpa atau Spesification For Concrete
sebesar 67% dari kuat tekan rencana 1Mpa. Aggregates. USA: Annual Books Of
ASTM Standards.
2. Dari pengujian SEM dapat disimpulkan ASTM. (C-142). Pengujian Standar
sifat fisik dari beton mempunyai rongga Kandungan Lumpur Agregat Halus.
pori sebesar 36%, sedangkan dari EDX ASTM C-40. (n.d.). Standar Kandungan Zat
didapatkan OK dan CA K mempunyai Organik.
proporsi terbesar. Factsha, R. (2013). Studi untuk bahan mortar
mutu normal.
3. Dari uji akustik terhadap bata ringan Nugroho, B. P. (2013). Tinjauan kuat tekan
didapatkan bahwa bata ringan sanggup dan kuat lentur balok tanpa tulangan
meredam bunyi sampai 3%. beton ringan menggunakan batu apung
sebagai agregat kasar dengan bahan
4. Bata ringan yang dimasukan dalam furnace, tambah kapur dan alumunium pasta.
kemudian di diamkan selama 1 jam pada Pehlevi, B. D. (2013). Lumpur sidoarjo bakar,
suhu 250ºC tidak mengalamai keretekan, di fly ash sebagai subtitusi semen dan
suhu 500ºC mengalami keretekan, dan di kapur untuk campuran beton ringan
suhu 750ºC mengalami keretakan. Dari dengan menggunakan bubuk
hasil tersebut di simpulkan bata ringan bisa alumunium sebagai bahan
digunakan sampai suhu 500ºC. pengembang.
SNI. (03-0349-1989). Bata Beton Untuk
6. SARAN Pasangan Dinding. ICS 91.100.30:
a. Untuk pembuatan sampel bata ringan sesuai Badan Standar Indonesia.
spesifikasi yang telah direncanakan, SNI. (03-6825-2002). Metode Pengujian
diperlukan pemahaman yang baik dalam Kekuatan Tekan Mortar Semen
perencanaan bata ringan dan pelaksanaan Portalnd Untuk Pekerjaan Sipil.
yang baik dalam langkah-langkah Bandung: Bandar Standar Indonesia.
pembuatan benda uji bata ringan. SNI. (15-2049-2004). Semen Portalnd.
Bandung: Badan Standar Indonesia.
b. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dicoba Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton.
foam agent dengan penambahan bahan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta:
lainnya. Seperti sebuk gypsum, serat Nafiri.
polypropylene,serat seng dan lain-lain.
c. Dalam pembuatan busa yang dihasilkan
dari foam agent dengan adukan bata ringan
harus merata, agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Sebaiknya menggunakan molen
besar karna pengadukan cepat, sedangkan
molen kecil pengadukannya lambat.

DAFTAR PUSTAKA

A.Short & W.Kinniburgh,. (1978). Lightweight


Concrete. London: Applied Science
Publishers Ltd.
Nadia dan Anita. (2008). Studi Pembuatan
Cellular Lighweight Concrete (CLC)

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 10

Vous aimerez peut-être aussi