Vous êtes sur la page 1sur 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat makalah dari mata kuliah
KEPERAWATAN MATERNITAS II yang berjudul Kasus Tutorial 2 Keperawatan
Maternitas II – Abortus Inkomplit ini dapat selesai dengan baik.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing Bu Efroliza


S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing tutor Keperawatan Maternitas II serta dosen mata
kuliah ini yang telah memberikan tugas ini untuk diselesaikan agar dapat melatih penulis
untuk tetap berkarya dan dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu
untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedia menerima saran dan kritik dari pembaca yang
membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya.
Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb

Palembang, 24 Mei 2019


Penulis

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan yang tidak
direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan
mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara
berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan
Indonesia sering kali mencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga nonmedis yang
menggunakan cara-cara antara lain dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan
melakukan pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena banyak kasus abortus
provokatus tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas
umur kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu
tidak melapor atau berobat. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini disebabkan oleh kegagalan
gamet (misalnya sperma dan disfungsi oosit).
Di Indonesia saat ini hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum kesehatan
tahun 1992.Walaupun bahasa yang digunakan untuk aborsi adalah samar-samar, secara umum
hukum tersebut mengizinkan aborsi bila perempuan yang akan melakukan aborsi
mempunyai surat dokter yang mengatakan bahwa kehamilannya membahayakan
kehidupannya, surat dari suami atau anggota keluarga yang mengijinkan penguguran
kandungannya, test laboratorium yang menyatakan perempuan tersebut positif dan pernyataan yang
menjamin bahwa setelah melakukan aborsi perempuan tersebut akan menggunakan kontrasepsi.

I.2 RUMUSAN MASALAH


I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit?
I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit?

I.3 TUJUAN
I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit.
I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit.
BAB II

KASUS TUTORIAL 2

KASUS TUTORIAL 2

KEPERAWATAN MATERNITAS II

Ny. S usia 30 tahun mengakui hamil 2 bulan datang ke puskesmas dengan keluhan
perdarahan dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Usia kehamilan saat ini (berdasarkan hari
pertama haid terakhir) adalah 8 minggu. Sejak 6 jam yang lalu, keluar darah dari kemaluan
berwarna merah kehitaman, disertai kontraksi yang sering. Dari pemeiksaan fisik, didapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg \, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi pernapasan 20x/menit,
dan suhu 37 C. Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik. Abdomen lemas, tidak ada nyeri tekan
maupun nyeri lepas. Tampak perdarahan mengalir dari kemaluan. Pada pemeriksaan
inspekulo, tampak ostium licin, terbuka dan terdapat jaringan keluar dari ostium. Perdarahan
mengalir dari ostium. Pada pemeriksaan dalam, korpus uteri berukuran setelur bebek, ostium
terbuka. Teraba jaringan keluar dari ostium, dikeluarkan secra digital. Pada adneksa tidak
teraba massa dan tidak ada nyeri tekan.

A. STEP 1 : KLARIFIKASI ISTILAH


1. Kontraksi (monica) : Kondisi rahim mengencang lalu
mengendur. Rasanya seperti ibu mengalami keram perut saat menstruasi (mifta)
2. Konjungtiva (hesti) : Lapisan tipis yang berada dimata
yang berguna untuk melindungi sklera (area putih dari mata) (indah)
3. Sklera ikterik (fuji) : Kondisi dimana kulit mukosa dan
bagian putih mata berubah menjadi kuning (nur azizah)
4. Abdomen (larisa) : Perut (mifta)
5. Nyeri tekan & nyeri lepas (meireza) : Nyeri saat ditekan & nyeri saat
melepas tekanan (hani)
6. Pemeriksaan Inspekulo (jeihan) : Pemeriksaan spekulum untuk
mencari penyebab keputihan (monica)
7. Ostium (pariska) : Pembukaan ke dalam sinus untuk
pertukaran bebas udara dan lendir (jeihan)
8. Korpus uteri (nur azizah) : Bagian bawah uterus yang paling
utama dan terbesar (hani)
9. Adneksa (indah) : Organ reproduksi wanita berupa
jaringan yang berada diasamping kanan dan kiri melekat pada rahim, yang
bernama tuba fallopi dan ovarium (larisa)

B. STEP 2 : PERTANYAAN
1. Mengapa si Ibu tidak merasakan nyeri tekan dan nyeri lepas padahal ia
mengalami perdarahan ? (jeihan)
2. Apa penyebab si Ibu keguguran pada usia muda ? (
3. Apa faktor penyebab si Ibu abortus inklompit ? (
4. Kenapa Ibu bisa kontraksi di usia kehamilan 2 bulan/8 minggu? (
5. Apa penyebab perdarahan yang mengalir dari kemaluan ? (
6. Dari data yang didapat si Ibu sklera ikterik, apa mungkin si Ibu menderita
penyakit hepatitis ? (

C. STEP 3 : MENJAWAB PERTANYAAN


1. Si ibu mengalami kontraksi menerus, mungkin sangking kuat nya si Ibu
mengalami kontraksi, jadi si ibu sampai tidak merasakan nyeri tekan dan nyeri
lepas lagi (

2. Penyebab keguguran itu sangat beragam pada tiap orang misalnya akibat penyakit
yang diderita ibu tersebut atau akibat janin yang tidak berkembang secara normal
atau bisa juga karena si Ibu terlalu strees dan pola hidup tidak sehat (

3. Pada dasarnya, penyebab abortus inkomplit sama dengan keguguran lainnya,


salah satunya karena masalah plasenta, atau karena adaya sel telur dan sel sperma
yang rusak, atau ganguan kromosom maupun kelainan genetik pada janin.
Adapun beberapa faktor lain seperti : obesitas, kurang gizi, pola hidup tidak
sehat, narkoba, merokok, mengalami infeksi, penyakit kronis yang tak terkendali
seperti diabetes, keracunan makanan, kehamilan di usia > 35 tahun, dan
hipertensi. (

4. Kontraksi pada hamil muda disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron yang
dihasilkan plasenta, dan tubuh masih sedang masih sedang dalam proses
penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan. (

5. Penyebab perdarahan yang mengalir dari kemaluan adalah hormon yang tidak
seimbang, hal ini disebabkan oleh perubahan kebiasaan makan, mengonsumsi pil
KB, kelenjar tiroid, dan masalah pada ovarium. Penyebab lain antara lain adalah
kista, dan polip. (

6. Bisa jadi si Ibu resiko terkena penyakit hepatitis, karena sklera ikterik adalah
salah satu tanda terjangkit nya pada hepatits, dimana kadar bilirubin yang
meningkat yang menyebab kan sklera berubah warna menjadi kuning. Sebaiknya
si Ibu dianjurkan untuk pemeriksaan laboratorium untuk memastikan hal tersebut
benar atau tidak. (
D. STEP 4 : PATHWAY
E. STEP 5 : LEARNING OBJEKTIF
1. Mahasiswa lebih mengetahui tanda dan gejala abortus
2. Mahasiswa lebih memahami komplikasi apa yang akan muncul pada kasus
tersebut
3. Mahasiswa lebih memahami tindakan apa yang akan dilakukan pada kasus
abortus inkomplit
4. Mahasiswa lebih mengetahui pada trimester berapa ibu hamil normal mengalami
kontraksi
5. Mahasiswa lebih mengetahui faktor yang berhubungan dengan abortus inkomplit
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abortus inkomplit adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan
biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada
jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus.
Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa
jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian
terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk
kemudian disiapkan tindakan kuretase. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa
hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus
segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa
berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Pascatindakan perlu diberikan
uretonika parenteral ataupun peroral dan antibiotika.

B. ETIOLOGI
Aborsi memiliki banyak faktor penyebab, tetapi beberapa studi menunjukkan 60% disebabkan
oleh kelainan kromosom.
Berikut adalah penyebab yang umum didapatkandalam kasus aborsi:
1. Faktor janin:
a. Aborsi aneuploidi
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi disebabkan oleh kesalahan
gametogenesis. Trisomi autosomal paling sering ditemukan berkaitan dengan
kelainan kromosom pada aborsi pada trimester pertama. Sedangkan
monosomy X adalah kelainan kromosom tunggal spesifik yang paling sering ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih jauh di kemudian hari
dibandingkan dengan aborsi aneuploidi. Angka kejadian dari aborsi
euploidi berkurang dramatis setelah umur ibu lebih dari 35 tahun.
2. Faktor ibu:
a. Infeksi
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson dan teman-
teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat infeksi. Studi lain yang
dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002) menunjukkan hubungan antara aborsi
pada trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari hipotiroid
sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun peningkatan
autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan peningkatan angka kejadian
dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka kejadian
aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari aborsi
euploidi. Resiko ini meningkat sesuai dengan peningkatan frekuensi dan dosis dari
merokok itu sendiri.
e. Alkohol
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan erat dengan
peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang mengkonsumsi kafein lebih
dari 500 mg per hari.
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada trimester
kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan penggembungan dari membran ke
vagina sehingga terjadi expulsi dari janin prematur.
C. KLASIFIKASI
Secara umum aborsi dibagi menjadi:
1. Abortus Spontan:
a. Abortus yang mengancam (iminens)
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang tidak disertai dengandilatasi
servix dan pengeluaran janin
b. Abortus insipiens
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang disertai
dengandilatasi servix dan nyeri
c. Abortus inkomplit
Ditandai oleh pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteru
d. Abortus komplit
Ditandai oleh pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus tertunda
Ditandai oleh kematian janin tanpa disertai pengeluaran hasil konsepsi
f. Abortus Habitualis
Ditandai oleh abortus yang berlangsung selama 3 kali atau lebih secara berurutan
g. Abortus Septik
Abortus yang disertai dengan infeksi pada uterus

2. Abortus yang diinduksi:


Aborsi yang dicetuskan karena pertimbangan medis atau secara elektif.

D. PATOFISIOLOGI
Walau sebagian besar kasus abortus spontan disebabkan oleh karena kelainan
kromosom, pada prakteknya banyak ditemukan anak lahir dengan kelainan kromosom tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami proses terjadinya abortus secara umum. Dalam
sebagian besar dari kasus aborsi, terdapat plasentasi yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
kegagalan dari sel-sel trofoblast untuk masuk dalam arteri spiralis. Kegagalan dari sel-sel trofoblast
tersebut mengakibatkan terjadinya peredarahan dari dari ibu ke anak yang prematur.
Masuknya darah ibu tersebut lama-kelamaan menyebabkan terjadinya ekspulsi dari kantung
kehamilan. Selain hal tersebut, kegagalan sel-sel trofoblast di atas mengakibatkan peningkatan tekanan
oksigen di ruang intervili sehingga terjadi peningkatan stres dan berkurangnya fungsi dari plasenta.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada abortus pada umumnya sama, antara lain:
a. Perdarahan atau bercak darah dari jalan lahir pada trimester pertama
b. Jumlah darah umumnya sedikit
c. Warna darah bervariasi dari kecoklatan hingga merah segar
d. Perdarahan bisa berlangsung hingga beberapa hari
e. Biasa didahului oleh mulas-mulas atau sakit pinggang

G. DIAGNOSA
a. Abortus iminens:
 Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Biasa berupa bercak-bercak
 Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan
jaringan

b. Abortus insipiens:
 Anamnesis:
o Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
o Biasa berupa darah segar yang mengalir
o Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, tidak ditemukan
jaringan
c. Abortus inkomplit:
Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Biasa berupa darah segar yang mengalir
 Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, bisa
ditemukan jaringan di jalan lahir

d. Abortus komplit:
 Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Darah biasa berupa bercak-bercak
 Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan
jaringan

e. Abortus tertunda:
 Anamnesis:
o Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia kehamilannya
o Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak
ditemukan jaringan

f. Abortus septik:
Anamnesis:
 Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
 Riwayat sedang menggunakan IUD
 Riwayat percobaan aborsi sendiri
Pemeriksaan Fisik:
 Demam > 38 °C
 Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Penunjang:
o Serum β – hCG
Serum β - hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal merefleksikan 90%
kehamilan intrauterine
Serum β - hCG > 6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen merefleksikan
90%kehamilan intrauterine
o USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi 6 - 7 minggu

I. PENATALAKSANAAN

Secara umum tatalaksana aborsi dibagi 2, yaitu:


a. Terapi medikasi
Terapi medikasi menggunakan mifepristone yang disusul dengan penggunaan misoprostol
atau mungkin hanya misoprostol saja. Terapi medikasi ini digunakan pada aborsi
dengan masa gestasi 4-9 minggu dan lebih dari 14 minggu. Terapi bedah cenderung digunakan
pada masa gestasi 9-14 minggu. Regimen lain seperti methotrexate disusul dengan misroprostol
juga sering digunakan. Indikasi penggunaan terapi medikasi:
 Pilihan pasien
 Masa gestasi yang kecil
 Obesitas (BMI > 30) tanpa kelainan kardiovaskular
 Fibroma uterus
 Malformasi uterus
 Riwayat bedah sevik sebelumnyaKontraindikasi terapi medikasi;
 Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi medikasi lainnya
 Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang
 Gagal ginjal kronik
 Kelainan pembekuan darah
 IUD yang masih terpasang
 Infeksi daerah panggul yang berat

Rekomendasi WHO dan IPPF:


o Mifeprostone 200mg oral diikuti misprostol 800µg 36-48 jam setelahnya (oral,
sublingual, bukal atau intravaginal) dalam satu dosis atau dibagi menjadi dua dosis
400µg yang diberikan selang 2 jam
Rekomendasi FDA Amerika Serikat:
o Hari pertama: Mifepristone 600mg per oral dalam satu kali minum
o Hari kedua: Rh-imunoglobin 50µg tidak lebih dari 48 jam sesudah terjadinya tanda-
tanda aborsi pada pasien dengan Rh -
o Hari ketiga: bila proses aborsi belum selesai dan dikonfirmasi dengan USG,
berikanmisoprostol 400µg
o Hari keempat belas: cek kembali keadaan aborsi pasien dengan USG atau serum -
hCG. Serum β - hCG seharusnya berada di bawah 1.000IU/L setelah 2 minggu
pemberian mifepristone. Bila proses aborsi belum selesai, dilanjutkan dengan aspirasi
vakum.
b. Terapi bedah
Indikasi terapi bedah:
 Pilihan pasien
 Sterilisasi
 Terdapat kontraindikasi pada pemakaian terapi medikasi
 Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi medikasi

Pendekatan terapi bedah yang umum dilakukan yaitu:


1. Aspirasi Vakum
Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan menjadi terapi
pilihan sebelum teknik dilatasi dan kuretase. Teknik ini bisa digunakan hingga
masa gestasi 12 minggu dan 99,5% efektif. Komplikasi teknik ini lebih rendah
dibandingkan teknik dilatasi dan kuretase, dilatasi servik yang dibutuhkan lebih kecil, harga
yang lebih murah, tidak diperlukan anastesi umum.
2. Dilatasi dan Kuretase
Teknik ini lebih berbahaya dan lebih sakit dibandingkan teknik aspirasi vakum
sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi bila aspirasi dan terapi medikasi tidak bisa
diberikan. Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi 12 mingguan 99% efektif.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi pada aborsi dibagi dua antara lain:


a. Komplikasi akut
Komplikasi ini terjadi selama prosedur atau 3 jam sesudah proses abortus selesai:
 Perdarahan
 Luka serviks
 Perforasi uterus
 Hematometra
b. Komplikasi lanjut:
o Infeksi
o Jaringan sisa
o Sensitisasi Rh

K. PROGNOSIS
Resiko dari kematian atau komplikasi medis yang serius lebih banyak terjadi pada
wanita dengan kehamilan cukup bulan dibandingkan aborsi, kesehatan secara umum lebih baik
pada pasien aboertus dibandingkan kelahiran cukup bulan. Resiko kematian yang
berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran berkisar 7 - 8 per 100.000 kelahiran sedangkan bila
dikaitkan dengan abortus, berkisar kurang dari 1 per 100.000 kelahiran. Beberapa studi tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan antara aborsi dengan penurunan kesuburan
atau resiko terjadinya kehamilan ektopik. Sebuah studi di Cina berkaitan dengan
pemakaian mifepristone dan misoprostol menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemakaian
obat tersebut dengan peningkatan resiko kehamilan prematur

Vous aimerez peut-être aussi