Vous êtes sur la page 1sur 7

Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Melalui

Model Pembelajaran Audio Visual Berbasis Android

Farid Helmi Setyawan


STKIP Modern Ngawi
Email: fasahelmy001@gmail.com

Abstract :
Language skills are the abilities, skills, wealth greeting human thoughts and feelings through sound
arbitrator, used to work together, interact, and identify themselves in a good conversation. In this study
a problem Is the Audio Visual Learning Model-Based Android can improve Proficiency in Early
Childhood Group A. The purpose of this study was to determine the improvement of language skills of
early childhood through audio visual media in group A . The design of this research is a Class Action
Research with research subjects are 12 children in PAUD Nawakartika Beran village District of Ngawi
in the academic year 2016/2017. Technique of collecting Data are used such as observation,
documentation and questionnaires. Classroom action research on learners' class A, it can be concluded
that the audio visual media can improve language skills, it is shown that indicator of increased mastery
learning students is increasing from the first cycle (50%) and cycles II (83.3%). Improved performance
indicators can be shown by the child is able to interact with their peers using the newly acquired
language, liveliness children in participating in learning activities increased significantly, the
atmosphere of teaching and learning activities are very conducive. Teacher is advised be able to
develop audio-visual media more varied and fun for children.

Key word: language ability, early childhood, learning, audio visual

Abstrak: Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran
Audio Visual Berbasis Android. Kemampuan bahasa adalah kesanggupan, kecakapan, kekayaan
ucapan pikiran dan perasaan manusia melalui bunyi yang arbiter, digunakan untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam percakapan yang baik. Rumusan masalahpenelitian
adalah Apakah Model Pembelajaran Audio Visual Berbasis Android dapat meningkatkan Kemampuan
Berbahasa Anak Usia Dini Kelompok A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini melalui media audio Visual kelompok A. Bentuk
penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian 12 anak
PAUD Nawakartika Desa Beran Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2016/2017.
Teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan kuesioner. Penelitian tindakan kelas
pada peserta didik kelas A dapat disimpulkan bahwa media audio Visual dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa terlihat dengan indikator peningkatan ketuntasan belajar siswa yang selalu
meningkat dari siklus I (50%) dan siklus II (83,3%). Peningkatan indikator kinerja ini dapat
ditunjukkan dengan anak mampu berinteraksi dengan teman sebayanya dengan menggunakan bahasa
baru yang diperolehnya, keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat secara
signifikan, suasana kegiatan belajar mengajar sangat kondusif. Guru disarankan mampu
mengembangkan media audio visual yang lebih bervariasi dan menyenangkan bagi anak.
Kunci : kemampuan berbahasa, anak usia dini, pembelajaran, audio visual

Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan

92
93 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, hal 1-75

lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa didekat anak untuk memberikan rangsangan
juga merupakan suatu cara merespon orang lain. berbahasa anak salah satunya dengan membacakan
Bromley (Dhieni, 2011:1.11) mendefinisikan cerita atau memperdengarkan cerita pada anak.
bahasa adalah sebagai sistem simbol yang teratur
untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi Tampubolon (1991:50) menyatakan bahwa
yang terdiri simbol-simbol visual maupun verbal. bercerita kepada anak memainkan peranan penting
Simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan bukan saja dalam menumbuhkan minat dan
dibaca. Sedangkan simbol verbal dengan diucap kebiasaan membaca, tetapi juga dalam
dan didengar. Bromley (Dhieni, 2011:1.11) mengembangkan bahasa dan pikiran anak, dengan
menyebutkan bahwa pada awal kehidupan demikian fungsi dari kegiatan bercerita bagi anak
manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah itu usia 3-5 tahun adalah membantu perkembangan
belajar berbicara, kemudian membaca, dan bahasa anak. Dengan bercerita melatih
menulis. Perkembangan pendengaran anak yang difungsikan dengan baik
untuk membantu kemampuan bicara, dengan
berbicara pada anak berawal dari membeo maupun menambah perbendaharaan kosakata, kemampuan
menggumam. Ketika anak tumbuh dan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai
berkembang, maka akan terjadi perubahan dan kalimat sesuai dengan tahapan perkembangannya,
peningkatan dalam hal kualitas maupun kuantitas selanjutnya anak dapat mengekspresikannya
produk bahasanya. melalui bernyanyi, bersyair, menulis, ataupun
menggambar. Salah satu cara melatih pendengaran
Berdasarkan pendapat tersebut maka dan menumbuhkan minta anak dalam bercerita,
kemampuan menyimak merupakan salah satu diantaranya dengan menggunakan media audio
kemampuan berbahasa yang seharusnya khususnya era sekarang ini adalah eranya android,
dikembangkan pada anak usia dini. Kemampuan dimana anak dapat mendengarkan cerita-cerita
ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan- menarik, sehingga imajinasi anak dapat terlatih
kemampuan berbahasa lainnya seperti kemampuan dan berkembang dengan baik.
menyimak dipadukan dengan kemampuan
berbicara adalah mengungkapkan kembali isi Beberapa peranan penting media dalam
cerita. Pada anak usia dini (3-5 tahun) kemampuan kegiatan pembelajaran adalah memperjelas
berbahasa yang paling umum dan efektif penyajian pesan dan mengurangi verbalitas,
dilakukan adalah kemampuan berbicara, hal ini memperdalam pemahaman anak didik terhadap
sesuai dengan karakteristik umum kemampuan materi pelajaran, memperagakan pengertian yang
bahasa anak pada usia tersebut. Belajar abstrak kepada pengertian yang konkret dan
berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan jelas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
orang tuanya atau orang dewasa yang berada daya indera manusia, penggunaan media yang
disekitarnya, melalui percakapan, dengan tepat dalam pembelajaran akan mengatasi sikap
bercakap-cakap anak mendapatkan pengalaman pasif pada anak, mengatasi sifat unik pada setiap
dan meningkatkan pengetahuannya serta anak didik yang diakibatkan oleh lingkungan yang
mengembangkan bahasanya. Pemerolehan bahasa berbeda, media mampu memberikan variasi dalam
seorang anak juga berawal dari menyimak ucapan proses belajar-mengajar, memberi kesempatan
di lingkungan keluarga. Bila seorang anak sering pada anak didik untuk mengulang pelajaran yang
mendengarkan atau dilatih untuk selalu diberikan, memperlancar pelaksanaan kegiatan
mendengarkan cerita dimasa awal kehidupannya, belajar- mengajar dan mempermudah tugas guru.
maka perkembangan bahasa dan kosakata anak
akan berkembang dengan sangat baik. Skinner Media berdasarkan cara penyampaian dan
dalam (Dhieni, 2009:2.9) berpendapat bahwa penerimaannya terbagi menjadi tiga, yaitu media
perkembangan bahasa seorang anak tidak audio, media visual dan media audio visual. Media
diperoleh dengan begitu saja, tetapi melalui imitasi audio atau media dengar adalah media yang dapat
rangsangan yang diberikan oleh lingkungan menyampaikan pesan melalui suara-suara atau
terdekat anak, yaitu orang tua, maka kewajiban bunyi yang diperdengarkan. Media ini sangat
orang tua dan orang dewasa lainnya yang berada mengandalkan kemampuan pendengaran dari para
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, hal 1-75 94

penggunanya. Unsur suara ini memiliki komponen lapangan, yaitu media audio visual cerita yang
bahasa, musik, dan sound effect yang dapat berbasis Android sebagai penyampai informasi
dikombinasikan untuk menguatkan isi pesan. pada anak dalam meningkatkan kemampuan
Media Audio juga merupakan media yang sangat berbahasa. Sebagaimana yang telah disampaikan
fleksibel, relatif murah, praktis dan singkat serta oleh Schramm (Eliyawati, 2005: 108) media
mudah dibawa, oleh karena itu para guru dan pembelajaran dapat dijadikan sebagai wahana
orang tua dapat menggunakan media ini sebagai penyalur informasi atau pesan.
alat atau fasilitas penunjang perkembangan
bahasa anak. Media Audio Visual

Orangtua pada masa sekarang ini memiliki Menurut Gagne dalam (Arif, 2005: 6)
kesibukan yang lain maka membacakan cerita atau menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
memperdengarkan cerita pada anak sudah jarang komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
dilakukan, oleh karena itu anak hanya merangsang untuk belajar. Gerlach dan Ely dalam
mendengarkan cerita dari sekolah saja, dan itupun (Arsyad, 2010: 3) menyatakan bahwa media
kebanyakan ibu guru di sekolah tidak selalu setiap apabila dipahami secara garis besar adalah
hari membacakan cerita, dari kedua manusia, materi atau kejadian yang
permasalahan ini berdampak pada berkurangnya membangun kondisi yang membuat siswa
kemampuan anak untuk bercerita, mereka seolah mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan
kehilangan imajinasi yang seharusnya banyak atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks,
terdapat didalam pikiran mereka, atau mungkin dan lingkungan sekolah merupakan media. Ahmad
saja mereka memiliki imajinasi namun mereka Rohani (2007: 3) menyatakan bahwa media adalah
tidak mempunyai kemampuan untuk segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi
mengungkapkannya. Agar kegiatan dalam sebagai perantara/sarana/alat untuk proses
meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak komunikasi (proses belajar mengajar). Media
dapat terlaksana dan tujuan pembelajaran dapat merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan
terrcapai secara optimal, maka diperlukan sebuah pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
media yang dapat membantu anak dalam dan kemampuan audien sehingga dapat
meningkatkan kemampuannya untuk bercerita, mendorong proses belajar pada dirinya.
diantaranya adalah dengan menggunakan media
audio visual cerita berbasis Android. Audio visual adalah media kombinasi antara
audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan slide dikombinasikan dengan kaset audio”
serta kejadian yang dialami oleh peneliti di PAUD (Wingkel, 2009: 321). Sedangkan menurut Wina
Nawakartika kelompok A sebagian besar anak Sanjaya (2010:172) audio visual adalah media
belum memiliki kemampuan untuk menyimak, yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar
seperti anak belum mampu mengulang cerita yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai
dibacakan oleh guru atau mengulang cerita teman ukuran film, slide suara, dan sebagainya. Audio
serta belum dapat menceritakan pengalaman yang visual adalah media instruksional modern yang
pernah dialaminya. Kondisi tersebut disebabkan sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media
kurangnya peran guru dalam memberikan fasilitas yang dapat dilihat dan didengar (Rohani, 1997: 97-
dan motivasi pada anak, selain itu media yang 98).
digunakan dalam bercerita hanya menggunakan
buku cerita dan terkadang media boneka dan Dari pendapat di atas penulis simpulkan
belum pernah menggunakan media lain. Padahal bahwa media audio visual adalah media kombinasi
media memegang peranan penting dalam kegiatan antara audio dan visual yang dikombinasikan
pembelajaran bahasa di PAUD. Berdasarkan dengan kaset audio yang mempunyai unsur suara
kondisi di lapangan yang tidak memiliki media dan gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman
audio visual, maka peneliti mencoba video, berbagai ukuran film, slide suara dan
memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sebagainya.
95 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, hal 1-75

Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini pembelajaran yang kurang tepat, ketertiban anak
dalam mengikuti pembelajaran masih rendah
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk
pikiran dan perasan manusia secara teratur, memperbaiki pembelajaran dan hasil belajar anak.
yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya Subyek penelitian anak kelompok A di P A U D
(Depdiknas, 2005: 3). Sementara itu menurut Nawakartika Desa Beran Kecamatan Ngawi
Harun Rasyid & Suratno (2009: 126) bahasa Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2016/2017
merupakan struktur dan makna yang bebas dari yang seluruhnya berjumlah 12 anak terdiri dari 7
penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Tehnik
suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian
besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002: 88) ini adalah observasi dan dokumentasi
bahasa berarti sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau a. Metode Observasi
anggota masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam b. Metode Dokumentasi
bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang
baik, sopan santun yang baik. c. Kuesioner

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Langkah-langkah dalam peneltian adalah


(Hasan Alwi, 2002: 707-708) kemampuan berasal perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa refleksi, dapat digambarkan sebagai berikut:
(bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua
berada. Kemampuan sendiri mempunyai arti
kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan.
Sedangkan kemampuan menurut bahasa berarti
kemampuan seseorang menggunakan bahasa
yang memadai dilihat dari sistem bahasa, antara
lain mencakup sopan santun, memahami giliran
dalam bercakap- cakap.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan


Gambar 1.
bahwa kemampuan bahasa merupakan
Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus
kesanggupan, kecakapan, kekayaan ucapan pikiran
dan perasaan manusia melalui bunyi yang arbiter,
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri dalam percakapan yang baik. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

1. Hasil Penelitian Siklus I


METODE Berdasarkan pengamatan peneliti, rata-rata
anak sudah mampu memberikan pendapat dan
Bentuk penelitian ini merupakan penelitian yang
aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat
dilakukan di dalam kelas, karena itu peneliti
melalui tingkat ketuntasan belajar anak pada
menganalisis degan metode penelitian tindakan
siklus I. Kriteria ketuntasan belajar anak dapat
kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini
dilihat pada tabel berikut:
didesain untuk memecahkan masalah-masalah
yang diaplikasikan secara langsung di dalam Tabel 1
kelas. Lokasi yang digunakan untuk melaksanakan Ketuntasan Belajar Anak Siklus I
penelitian adalah Nawakartika Desa Beran
Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi dengan Skor Jumlah Anak Ketuntasan (%)
alasan beberapa anak memiliki kemampuan ● 6 50
berbahasa yang rendah, media dan metode
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, hal 1-75 96

√ 4 33,3 meningkat.
○ 2 16,7
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II

1. Hasil Penelitian Siklus II


Hasil pengamatan kemampuan mengajar
guru selama penelitian dengan bantuan teman Berdasarkan pengamatan peneliti, rata-rata
sejawat, dapat diamati melalui tabel berikut: anak sudah mampu memberikan pendapat dan
aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat
melalui tingkat ketuntasan belajar anak pada
Tabel 2.
siklus II. Kriteria ketuntasan belajar anak dapat
Kemampuan Mengajar Guru
dilihat pada tabel berikut.
Kategori Ketuntasan (%)
Tabel 3.
Baik Ketuntasan Belajar Anak
Sedang 68
Cukup - Skor Jumlah Anak Ketuntasan (%)
● 10 83,3
√ 2 16,7
2. Pembahasan Siklus I ○ - -

a. Waktu yang digunakan untuk menyampaikan


kegiatan pembelajaran kurang efisien
Hasil pengamatan kemampuan mengajar
sehingga waktu untuk diskusi kelompok
guru selama penelitian dengan bantuan teman
menjadi berkurang. Seharusnya waktu diatur
sejawat, dapat diamati melalui tabel berikut:
dengan sebaik- baiknya.
Tabel 4.
b. Bahasa yang digunakan guru untuk
Kemampuan Mengajar Guru
menjelaskan materi kurang dapat dimengerti
oleh beberapa anak sehingga ada anak yang Kategori Ketuntasan (%)
tidak merespon pertanyaan yang diberikan
Baik 90
oleh guru. Penggunaan bahasa pada saat
penjelasan materi, dianjurkan memakai Sedang -
bahasa yang sederhana sehingga mudah Cukup -
diterima dan dipaami anak.

c. Saat mendemonstrasikan penggunaan media 2. Pembahasan Siklus II


hendaknya anak diajak untuk membantu agar
anak ikut aktif baik secara fisik maupun a. Respon anak cepat menjawab pada saat guru
pikirannya sehingga anak menjadi terampil. memberikan pertanyaan dan memberikan
jawaban yang benar, hal ini ditunjukkan anak
d. Beberapa anak takut bertanya dan cepat mengacungkan jari tangannya untuk
mengungkapkan pendapat serta mencoba menjawab.
melakukan kegiatan. Ini disebabkan karena
belum terlatih, maka anak perlu diajak dialog b. Anak tambah terampil dalam menggunakan
secara personal atau dibentuk kelompok agar media audio visual baik secara idividu
anak berani mengeluarkan pendapat di depan maupun kelompok.
teman-temannya.
c. Anak berlomba-lomba ingin memahami
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan kegiatan atau menyampaikan hasil di depan
diatas, dapat disimpulkan pada siklus I perlu kelas, rasa percaya diri telah tumbuh
diulang atau perlu dilakukan siklus II sehingga sehingga diberikan kesempatan agar
perkembangan kemampuan berbahasa anak tersalurkan keinginannya
97 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, hal 1-75

d. Guru mampu mengatur waktu sebaik- mendampingi anaknya dalam belajar dan
baiknya sehngga anak mengerjakan semua memakai aplikasi android, karena
kegiatan dengan tertib bai secara individu interaksi antara orang tua dan anak dapat
maupun kelompok. membentuk rasa percaya diri pada anak
sehingga anak akan berani
e. Media Audio Visual berbasis Android mengungkapkan hal baru yang mereka
mampu menarik minat anak untuk belajar, pelajari.
dikarenakan mereka sudah familiar dengan
aplikasi pada smart phone yang dimiliki
orang tua mereka. DAFTAR PUSTAKA

f. Peran orang tua di rumah dalam Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa
mendampingi anak belajar sudah mulai Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Arif Sadirman, dkk. 2005. Media Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

SIMPULAN Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Berdasarkan penelitian tindakan kelas pada
peserta didik kelas A PAUD Nawakartika Desa Depag RI. 2004. Pedoman Umum Penilaian
Beran Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun Perkembangan Anak. Jakarta: Dirjen
Pelajaran 2016/2017, dapat disimpulkan bahwa Kelembagaan Agama Islam.
media audio visual berbasis Android dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah
dini terlihat melalui: Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
a . Indikator peningkatan ketuntasan hasil Nasional Pendidikan. Jakarta : Sesjend,
belajar siswa yang selalu meningkat dari Depdiknas, Balitbang.
siklus I (50%) dan siklus II (83,3%). Dhieni, Nurbiana dan Fridani, Lara. 2009. Metode
b . Peningkatan indikator kinerja ini dapat Pengembangan Bahasa: Hakikat
ditunjukkan dengan keaktifan anak Perkembangan Bahasa Anak. Semarang:
mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat, IKIP Veteran
kemampuan bahasa anak meningkat,
penggunaan media audio visual berbasis Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain . 2007.
Android mampu merangsang keterlibatan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
intelektual dan emosional, suasana kegiatan Cipta
belajar mengajar sangat kondusif.
c . Keberhasilan dalam proses pembelajaran Eliyawati, C., dkk. 2005. Pemilihan dan
tersebut tidak hanya terbatas pada aktivitas Pengembangan Sumber Belajar untuk
guru dan anak saja, tetapi juga mendapat Anak Usia Dini. Jakarta : Dikti Depdiknas
dorongan dari orang tua.
Harun Rasyid, Mansyur, dan Suratno. 2009.
Saran Asesmen Perkembangan Anak Usai Dini.
Yogyakarta: Multi Presindo
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat
memberikan saran: Hurlock, Elizabeth.B. 2000. Psikologi
a. Bagi guru yang memiliki masalah yang Perkembangan: Suatu Pendekatan
sama dengan perkembangan bahasa pada Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
anak, dapat menggunakan metode ini Erlangga
sebagai salah satu alternative pemecahan
Kemendiknas. 2010. Penilaian Perkembangan
masalah.
Anak. Jakarta
b. Bagi orang tua hendaknya selalu
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, hal 1-75 98

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di


Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka
Cipta. Musfiroh, T. (2008). Memilih,
Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Rohani, Ahmad. 2007. Media Intruksional


Edukatif . Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Suharsimi, Arikunto. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan


Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Susanto, Ahmad. 2001. Perkembangan Anak


Usia Dini Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media
Group

Tampubolon. 1991. Mengembangkan Minat dan


Kebiasaan Membaca Pada Anak.
Bandung: Angkasa.

Winkel, W. S. 2009. Psikologi Pengajaran.


Yogyakarta : Media Abadi

Vous aimerez peut-être aussi