Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GIZI BURUK

DISUSUN OLEH :

DESTURA
I4051181034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

GIZI BURUK

1. Definisi
Gizi adalah suatu suatu proses organism yang menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbs, dan tranfortasi, penyimpanan metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan dan fungi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energy (supariasa, 2001).
Kurang gizi adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan
vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh (Moehji S, 2003) .
Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat. Dibedakan antara statys gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status Gizi Kurang adalah
ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan
dan tinggi badan anak. Status gizi Kurang juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Sunita Almatsier,
2009).
Jadi, kurang gizi adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan. Defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapatkan
makanan cukup bergizi dalam waktu lama.

2. Etiologi
Menurut suprijadi (1999), gizi kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor diet/ makanan
Makanan yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein dapat menyebabkan akan
menderita Kwashiorkor sedangkan anak yang kurang energi walaupun zat-zat gizi
essensialnya seimbang akan menyebabkan anak menderita marasmus. Asupan makanan
yang kurang diantara lain disebabkan oleh:
 Tidak tersedianya makanan secara adekuat
 Anak tidak cukup mendapat gizi seimbang
 Pola makan yang salah
b. Faktor infeksi/ penyakit
Penyakit infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi karena di sebabkan karena
penurunan daya tubuh terutama pada anak karena asupan yang kurang akibat anak tidak
nafsu makan. Penyakit Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di
negara negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan/ personal hygine yang masih kurang, serta ancaman
endemisitas penyakit tertentu.
c. Faktor sosial
Dimasyarakat pedesaan masih memegang tradisi yang sebenarnya salah bila dilihat dari
segi kesehatan, pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu banyak sekali di
temukan, dapat mempengaruhi status gizi terutama anak-anak, faktor sosial yang lain
diantaranya keluarga yang mempunyai banyak anak dan berpenghasilan rendah.
d. Faktor infeksi/ penyakit
Penyakit infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi karena di sebabkan karena
penurunan daya tubuh terutama pada anak karena asupan yang kurang akibat anak tidak
nafsu makan. Penyakit Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di
negara negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan/ personal hygine yang masih kurang, serta ancaman
endemisitas penyakit tertentu.
e. Faktor kemiskinan
Kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP, serta penghasilan masyarakat negara yang
rendah dapat menyebabkan ketidakmampuan masyarakat memenuhi bahan makanan
sendiri di tambah dengan banyak timbulnya penyakit infeksi dan lingkungan yang kotor,
maka timbul gejala KEP lebih cepat.
Pada umumnya menurut Departement Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2011), adapun
faktor penyebab yang lain yaitu:
a. Faktor eksternal
 Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.
 Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik.
 Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
 Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
b. Faktor Internal
 Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak.
 Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan
anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup
ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
 Kurangnya asupan gizi dari makanan
Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan.
 Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan.

3. Manifestasi Klinis
Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya:
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat
pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok
b. Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga
untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa lemas
c. Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti
batuk, pilek dan diare
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental. Kekurangan
gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan
IQ dan motorik yang terhambat
e. Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang, cengeng
dan apatis
f. Perubahan rambut dan kulit
Rambut kepala mudah dicabut dan tampak kusam, kering, halur, jarang dan berubah
warna. Sedangkan pada kulit terapat garis-garis kulit yang lebih dalam dan lebar,
hiperpigmentasi serta bersisik
g. Pembesaran hati
h. Anemia
i. Kelainan kimia darah
Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, dan kadar
kolesterol serum rendah.
Status Gizi Kurang tidak selalu menyebabkan kurang berat badan. Kelelahan, lemah,
gelisah dan iritabilitas merupakan manisfestasi yang sering ada. Kegelisahan dan overaktifitas
sering kali disalah artikan oleh orang tua sebagai bukti kurang lelah. Anoreksia, gangguan
digestive yang dengan mudah terimbas dan konstipasi merupakan keluhan yang sering ada,
dan bahkan pada anak yang lebih tua mungkin ditemukan diare dengan tinja mukoid tipe
kelaparan (Richard E. Behrman. 2000).
Menurut Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2011), gejala Satatus Gizi Kurang
antara lain:
a. Protein kalori malnutrisi (kwashiorkor dan marasmus)
b. Anemia
c. Hipovitaminosis A dan Xerophathalmia
d. Endemik Goiter

4. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi kurang umumnya
terjadi pada balita dengan keadaan lahir BBLR (bayi berat lahir rendah) atau dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi
kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-
anak menderita gizi kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk atau kurang energi
kalori. Pada akhirnya anak tersebut akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Penyebab mendasar dari masalah ini adalah ketidakcukupan pasokan zat gizi
ke dalam sel. Meskipun banyak disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang esensial, tetapi
faktor penyebabnya sangat kompleks. Faktor relatif penting sebagai penyebab status gizi yang
kurang sesuai dengan keadaan waktu dan tempat yang diperoleh individu tersebut. Sebaliknya,
bila pengaruh faktor-faktor ini hanya bersifat sementara, status gizi yang kurang bersifat akut
dan apabila tidak segera diperbaiki dengan cepat, kehidupannya tidak akan menjadi lebih
panjang bahkan kehidupannya akan terrancam. Demikian sebaliknya, sedangkan bila sifatnya
tetap dan tidak disembuhkan, status gizi yang kurang menjadi kronis. Bila situasi ini berjalan
dalam waktu yang lama dan berat, akan terjadi kematian (Depertemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat 2011).

5. Klasifikasi
a. Kwarshiorkor
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein
berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang
normal atau tinggi.
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu:
 Gagal untuk menambah berat badan
 Wajah membulat dan sembap
 Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut
 Pertumbuhan linear terhenti
 Edema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit)
 Diare yang tidak membaik
 Dermatitis perubahan pigmen kulit, karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu
disebut dengan flaky paint dermatosis
 Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut
 Penurunan masa otot
 Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi
 Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
 Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan berakhir
dengan kematian.
b. Marasmus
Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya walau
asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang (misalnya
nasi ataupun sumber energi lainnya). Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang
berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan
hidup.
Penderita marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein,
namun dalam batas tertentu ia masih menerima “zat gizi sumber energi” (sumber kalori)
seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein)
maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah
timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus, yaitu:
 Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah
waktu lahir
 Wajahnya seperti orang tua
 Kulit keriput
 Pantat kosong, paha kosong
 Tangan kurus dan iga nampak jelas
Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu,
apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan,
maka anak tersebut menjadi kurus-kering.
c. Marasmus-Kwashiorkor
Gambaran dua jenis penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang
menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema,
menurunnya kadar protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta otot
menjadi lemah.
d. Busung Lapar
Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO).
Adalah kwarshiorkor pada orang dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan
makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung lapar
terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh
karenanya disebut busung lapar).
6. Pathway

7. Komplikasi
Status Gizi yang kurang nutrisi dapat menyebabkan infeksi kronik, penyakit yang
menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja dan keadaan ketidak
mampuan metabolic untuk mensintesis protein. (Richard E. Behrman. 2000).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Test Diagnostik
 Hemoglobin (Hb)
 Hematokrit
 Besi serum
 Ferittin serum (Sf)
 Trasferrin saturation (TS)
 Free erythrocytes protophohyrin (FEP)
 Unsaturated iron-binding capacity serum (Supariasa, dkk, 2002).

9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang:
a. Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan, vitamin dan mineral.
b. Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)
c. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga
d. Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan susu menjelang
waktu makan
e. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan bertahap
setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
f. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam untuk meningkatkan
selera makan
g. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan secara
teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

10. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Keperawatan
 Identitas klien dan orang tua
 Riwayat
 Riwayat kesehatan sekarang: Kaji keluhan pasien saat ini
 Riwayat kesehatan masa lalu: Kaji pola makan pasien
 Riwayat kesehatan keluarga: Kaji kesehatan keluarga
 Riwayat psikososial dan spiritual: Kaji kemampuan interaksi sosial, dan
kepercayaan
 Pemeriksaan Fisik
 Sistem kardiovaskuler : untuk mengetahui tanda-tanda vital, edema, pertumbuhan
dan mental, perkembangan mental apatis
 Sistem musculo skeletal : untuk mengetahui kondisi otot menyusut (kurus), tampak
hanya tulang dan kering, layu dan kering
 Sistem integumen : berkerut/keriput, turgor kulit jelek
 Diagnostik
Pemeriksaan metabolik tak normal, .mis : hemoglobin (HB), hematokrit, besi serum,
ferritin serum (SF). Tranferrin saturation (TS), Free erythrocytes protophohyrin (FEP),
Unsaturated iron-binding capacity serum.
 Psikososial
 Psikologi
Pasien dapat menerima dengan keadaan yang dia alami sekarang dan bersyukur atas
apa yang diberikan sama allah sehingga pasien tidak merasa minder
 Sosial
Pasien dapat berinteraksi sosial dengan masyarakat dan lingkungannya sehingga
dia dapat diterima oleh orang lain

b. Diagnosa Keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang kurang
 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang
ditandai: Keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya
 Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit

c. Intervensi Keperawatan
 Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake makanan yang kurang
Tujuan: Kebutuhan nutrisi kembali normal
Kriteria Hasil:
 Perubahan pola makan dan kebiasaan individu
 Menunjukan kenaikan berat badan yang ideal
Intervensi:
 Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
R/ menganalisa penyebab melaksanakan intervensi
 Perkirakan/ hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal
R/ Mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah
membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
 Beri makan sedikit tapi sering
R/ Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
 Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
R/ Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
 Memberi makanan yang bervariasi
R/ Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
 Diagnosa Keperawatan: Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit
anaknya.
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya
Kriteria hasil:
 Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya
 Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan
 keluarga mentaati setiap proses keperawatan
Intervensi:
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga
R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat.
 Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kurang gizi
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan
keluarga
 Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan
R/ Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
 Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan
secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
R/ sebagai upaya mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi dan memantau
masalah kesehatan
 Diagnosa Keperawatan: Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
Tujuan: Pertumbuhan seimbang
Kriteria Hasil:
 Menunjukkan perbaikan nutrisi
 BB meningkat
Intervensi:
 Kaji penyebab kekurangan gizi dan buat rencana makan dengan pasien
R/ Mengidentifikasi penentuan intervensi
 Timbang berat badan pasien secara rutin
R/ Mendorong pasien untuk menyusun program pemenuhan kebutuhan nutrisi lebih
nyata dan sesuai dengan rencana
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan kebutuhan kalori dan nutrisi untuk
kenaikan berat badan yang ideal
R/ Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat dan vitamin untuk menambah
nafsu makan
R/ Terjadi kenaikan berat badan yang ideal
DAFTAR PUSTAKA

Lynda, Juall C. (2006). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta.

Marilyn E. Doenges. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Moehji, S. (2003). Ilmu Kesehatan Gizi. EGC: Jakarta.

Sunita, Almatsier. (2009). Kebutuhan dan Masukan Nutrient. Salemba Medika: Jakarta.

Supariasa. (2001). Penyakit Pada Anak. Bina Aksara: Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi