Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
MEDAN
2016
PERANAN MARSIUS SITOHANG SEBAGAI PARGONSI
DALAM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk
melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin
Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan
Panitia Ujian:
No Nama Tanda Tangan
1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. ( )
2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( )
3. Drs. Fadlin, M.A. ( )
4. Drs. Bebas Sembiring, M.Si. ( )
5. Drs. Prikuten Tarigan, M.Si. ( )
DISETUJUI OLEH:
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
The title of this bachelor thesis is The Role of Marsius Sitohang as A Tradition
Musician (Pargonsi) in the Toba Batak Musical Culture. It will analyse the role of
Marsius Sitohang in Toba Batak culture, his existence as Gondang Batak musician and
also the description of Marsius Sitohang’s biography as Batak musician deemed
important by the Bataknese precisely in North Sumatera. In this study, the author
describes the qualitative research methods as well as finding out informations by
interviewing key informant and base informant then compile that informations in
accordance with scientific principles in the context of the study of ethics. This study
used the theory musician role in society by Alan P. Merriam (1964) and biography
theory. Through these methods and techniques will be obtained from the research are:
(1) Marsius Sitohang exist as Batak musician until 1963 to nowdays (2016), in the habit
and family’s musicians. The roles of Marsius Sitohang in Batak society are: (a) active to
developing Batak music, (b) as a senior pargonsi which performed Batak music in
local, national, and international strata; (c) doing aesthetic creativity in Batak music;
dan (c) directing the musicians social behaviour.
v
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Peranan Marsius Sitohang sebagai Pargonsi dalam Kebudayaan
Musik Batak Toba. Tulisan ini akan mengkaji peranan Marsius Sitohang dalam
kebudayaan musik Batak serta biografi Marsius Sitohang sebagai seorang pemusik
Batak yang dianggap penting oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara. Dalam kajian
ini penulis menerapkan metode penelitian kualitatif serta mencari tahu berbagai
informasi dengan mewawancari informan kunci dan informan pangkal kemudian
menyusun informasi tersebut sesuai dengan kaidah ilmiah dalam konteks studi
etik.Penelitian ini juga menggunakan teori peranan pemusik dalam masyarakat yang
dikemukakan Merriam (1964) dan teori biografi. Melalui teori dan metode tersebut akan
diperoleh dua hasil penelitian yaitu (1) Marsius Sitohang eksis sebagai pemusik Batak
terutama sejak tahun 1963 sampai saat ini (2016), dalam lingkungan dan keluarga yang
juga pemusik. Peranan beliau di dalam budaya musik Batak Toba adalah: (a) berperan
aktif dalam memajukan perkembangan msuik Batak, (b) sebagai pargonsi yang
berpengalaman dan mengenalkan musik Batak baik di peringkat daerah, nasional, dan
intenasional, (c) melakukan kreativitas estetika musik Batak, (d) mengarahkan tingkah
laku sosial musisi lain.
Kata kunci: Marsius Sitohang, peranan, pargonsi, gondang, musik, Batak Toba.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ............................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii
vii
BAB IV PERANAN MARSIUS SITOHANG SEBAGAI PEMUSIK GONDANG
DALAM BUDAYA MUSIK BATAK......................................................... 71
4.1 Peranan Marsius SitohangpadaPerkembanganMusikBatak ...................... 71
4.2 Peranan Marsius Sitohang sebagaiPemusik ............................................. 74
4.3 Peranan MarsiusSitohang dalam EstetikaMusikBatak ............................. 75
4.4 Peranan Marsius Sitohang dalam Pola Tingkah Laku Sosial Terhadap
Musisi Lain ................................................................................................. 78
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4.1 Keterangan nama ayah dan ibu serta saudara/i Marsius Sitohang
..................................................................................................................... 23
Tabel 2.4.1 Keterangan nama-nama keluarga Marsius Sitohang .................... ` 24
Tabel 2.4.2 Riwayat Pendidikan Marsius Sitohang ........................................ 25
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut B.A. Simanjuntak kata Batak merupakan satu kata dari masyarakat
Batak itu sendiri yang arti harfiahnya adalah penunggang kuda. Dari sisi inilah
nama Batak itu muncul. Lebih jauh lagi, sebahagian etnik Batak merupakan
keturunan dari etnik Tartar dan Suriah. Awalnya kurang lebih 5000 tahun lalu
tentara Mongolia berperang dengan bangsa Tartar kemudian bangsa Tartar terpojok
dan lari menuju kepulauan Indonesia bagian timur melalu China. Tentara Mongolia
pada saat itu mengendarai kuda dalam membantai bangsa jarahannya. Sejalan
bentuk seni yang dihasilkan dari kebiasaan-kebiasaan serta pola hidup masyarakat
Tarutung, Balige, Siborong-borong, dan Balata. Musik ini biasanya dimainkan oleh
orang-orang dari suku Batak yang tidak jarang pula diiringi dengan tarian Toba
(tortor).
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi
1
seni seperti komposer, penulis lirik, pencipta melodi, dan lain sebagainya. Adapun
tokoh musik dan tari yang terkenal secara nasional atau internasional yang berasal
dari Sumatera Utara antara lain adalah: Guru Sauti, Tilhang Gultom, Jaga Depari,
Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-lain. Mereka menyumbangkan karya dan
pikirannya untuk kesenian dan menjadi bahagian dari pembangunan dan enkulturasi
budaya masyarakatnya. Hal ini menjadi alasan mengapa sejarah hidup tokoh-tokoh
kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi barang perenungan, transmisi nilai-nilai,
musik kreasinya, seperti Gondang Sabangunan pada etnik Batak Toba, Gondang
Lima Sedalanen pada etnik Karo, Gordang Sambilan pada etnik Mandailing, dan
lain sebagainya. Selain itu, tidak jarang pula para pemusik itu mengadopsi genre-
genre musik dunia seperti jazz, yang kemudian diolah sesuai dengan citarasa
dirinya yang dapat diterima oleh masyarakatnya, seperti halnya permainan sulim
Toba yang diadopsi dari teknik permainan seruling India), yang kemudian diubah
Tidak jarang pula para pemusik mengadopsi alat musik dari luar dan
sering ditemukan dalam budaya global saat ini misalnya Gambus Melayu yang
diadopsi dari Oud dari Timur Tengah, jadi baik Gambus maupun Oud memiliki
kesamaan fisik yang umum selanjutnya lama kelamaan alat musik yang diadopsi
2
Ini pula yang terjadi di kalangan pemusik Toba, Marsius Sitohang sebagai
pemain sulim dalam grup musiknya memilih karakter khusus dalam menghasilkan
Selain peranannya di bidang estetika dalam komposisi musik Toba peranan lain
Marsius Sitohang adalah peranan sosial. Ia terlibat secara aktif sebagai pemimpin
grup musik dan yang tak kalah penting adalah peranannya sebagai natua-tuani huta
Sumatera Utara yang tahun ini (2016) berusia 62 tahun merupakan pemusik yang
dituakan di kalangan grupnya. Beliau mulai terjun ke musik Toba sejak usia 10
tahun dengan keahlian awal sebagai pemain sulim di sebuah acara Opera Batak.
keahliannya bermain sulim, beliau tidak pernah diajari oleh seorang guru, beliau
hanya belajar sulim lewat mendengar permainan sulim orang lain, kemudian
suatu saat pemain sulim dalam opera tersebut keluar kemudian pemimpin opera
meminta Marsius Sitohang untuk memainkan sulim. Dari situlah awal mulanya ia
menekuni sulim dalam Opera Batak. Pada tahun 1969 beliau bergabung dengan
grup Opera Batak yang bernama Dos Roha milik pamannya Dariuhum Sitohang.
3
Tidak hanya berkarir di grup Opera Dos Roha, Marsius Sitohang juga
bermain dalam grup opera lain yang dipimpin oleh ayahnya yang bernama Opera
Batak Saut Sinta Nauli yang kemudian manajemen dan kepemimpinannya, setelah
ayahnya meninggal dunia, diambilalih oleh abang kandungnya. Pada tahun 1986
beliau mulai memasuki grup musik Horas Musik. Ketika bergabung dengan grup
ini beliau tidak lagi bermain dalam grup opera, melainkan dalam upacara-upacara
adat Batak Toba seperti upacara pernikahan, mangongkal holi, kematian, dan lain
sebagainya. Dalam grup ini Marsius Sitohang tidak hanya bermain sulim tetapi juga
bermain musik tiup seperti terompet. Grup musik yang berangggotakan 7-8 orang
ini dipimpin oleh Sirait dan bertempat di Jalan Jati II, Medan.
Marsius Sitohang ahli dalam memainkan sulim, sarune, taganing, dan alat-
alat musik Batak Toba lainnya. Dalam kebudayaan masyarakat bBtak Toba,
seorang seniman musik disebut dengan pargonsi (dibaca pargotci). Khusus untuk
pemain sulim selalu disebut parsulim, untuk pemain sarune disebut parsarune, dan
Toba, pemain musik ini mendapat kedudukan dan gelar “istimewa.” Untuk pemain
sarune digelari dengan Batara Guru Na Manguntar dan untuk pemain taganing
diberi gelar kehormatan Batara Guru Na Humundul. Begitu juga dengan pemusik
lainnya, pargonsi, mereka mendapat status khusus yang dihormati dan ditinggikan
karena perannya secara social dan budaya di dalam masyarakat. Tidak terkecuali
Marsius Sitohang. Dalam hal ini, Marsius Sitohang adalah seorang pargonsi,
4
perkembangan kontemporer budaya Batak di Indonesia, Marsius Sitohang diberi
gondang (pargonsi) pada tradisi Batak di atas, penulis melihat hal ini sangat
relevan untuk dikaji peranannya, baik secara estetika (garapan melodi menurut
peran sosial (peran membina hubungan baik dengan para pemusik, seniman, dan
definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Etnomusikologi adalah fusi dari dua
multidisiplin dan interdisiplin yang masuk baik itu ke dalam bidang ilmu
humaniora maupun sosial. Walaupun awalnya mengkaji budaya musik non barat,
namun sekarang ini semua jenis musik menjadi kajiannya, dengan tidak lepas dari
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mantle Hood dan Willi Apel
metode pembelajaran musik apapun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga
5
melihat hubungannya dalam konteks budaya pendukung yang terkait, serta
dasar yang tentunya dilandaskan pada beberapa teori dasar yang menjadi landasan
Adapun tujuan dan manfaat penulis dalam mnyusun karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan
Marsius Sitohang sebagai pemusik gondang dalam budaya musik Batak Toba.
Peranan ini mencakup seluruh gagasan, aktivitas pertunjukan musik, dan beberapa
1.3.2 Manfaat
etnomusikologi.
6
2. Dapat mengetahui peranan Marsius Sitohang sebagai pemusik gondang dalam
kebudayaan Batak.
1.4.1 Konsep
peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991). Dengan
demikian konsep ini berasal dari kenyataan-kenyataan sosial budaya eksakta dan
lainnya. Peranan adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam sebuah peristiwa, Marsius Sitohang atau bisa juga dikatakan
biografi.
7
Lebih jauh lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
2003:145), disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis
oleh orang lain, sedangkan dalam wikipedia Indonesia, yang dimaksud biografi
adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Berikutnya dalam kajian
ini peranan Marsius Sitohang dalam sebuah tulisan biografi adalah untuk melihat
juga dapat diartikan sebagai orang-orang yang dapat memainkan alat musik dan
adalah sebuah ensambel yang terdiri dari berbagai instrumen musik atau alat musik,
alat-alat musik tersebut adalah sulim, taganing, sarune bolon, hesek, gong, hasapi.
Dalam hal ini Marsius Sitohang lebih fokus bermain pada sarune bolon dan sulim.
pemain musik adalah pargonsi. Istilah ini merujuk kepada pemain alat-alat musik
tradisional disebut parende, yang lazim menyanyikan berbagai ende pada musik
Taylor dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture, adalah keseluruhan bentuk
kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat serta kebiasaan yang didapat manusia
8
sebagai anggota kelompok masyarakat. Dengan demikian, budaya mencakup semua
halnya yang dikemukakan oleh Merriam (1964) bahwa salah satu fungsi musik
adalah fungsi hiburan. Musik juga memiliki bentuk yang khas, baik dari struktural
Musik Batak Toba adalah aliran musik tradisional yang ada dan
berkembang di wilayah utara Sumatera. Musik ini biasanya dimainkan oleh orang-
orang suku Toba dan seringkali diiringi dengan tarian khas Toba atau Tortor.
Musik ini juga sering dimainkan dalam upacara-upacara kerajaan yang mana
1.4.2 Teori
biografi. Teori biografi digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, dalam bidang
sastra misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Biografi (1999:3-
mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan. Dalam tulisan ini juga dijelaskan
bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek, yaitu:
1. Latar belakang, meliputi (a) keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal
(jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara, dan anak); (b)
pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai
9
perguruan tinggi (jika ada); (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang
menjadi pengarang.
2. Karya-karya pengarang itu didaftar menurut jenisnya baik yang berupa buku
maupun berupa karya terbitan secara komersil bahkan yang masih berbentuk
Karena biografi termasuk dalam salah satu kajian sastra maka teori di atas
juga dapat digunakan dalam kajian ini dan kali ini mengganti objek kajian yang
Dalam ilmu sejarah, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai kisah
riwayat hidup seseorang. Dalam tulisannya biografi dapat berbentuk berupa baris
kalimat saja namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya terdapat
10
Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang, melalui biografi akan ditemukan hubungan keterangan arti dari tindakan
tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai
tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang tokoh
terkenal atau tidak terkenal, namun demikian biografi tentang orang biasanya akan
Batak Toba, penulis menggunakan teori peran pemusik dalam masyarakat, sesuai
salah satu di antaranya adalah pemusik itu sendiri, yang dalam hal ini
etnomusikolog. Dari sekian hal yang penting adalah latihan untuk menjadi pemusik.
musiknya atau teknik menyanyi ddari orang lain, atau apakah ia menjalani latihan
yang ketat dalamwaktu tertentu? Siapa saja pengajarnya, dan bagaimanakan metode
11
profesional; atau pemusik dapat saja tidak dianggap sebagai spesialis. Bentuk dan
cara memberi penghargaan dapat sangat berbeda untuk setiap masyarakat, dan
pemusik dianggap sebagai seseorang yang mempunyai bakat luar biasa, atau
hubungan tertentu. Orang yang bukan pemusik pun dapat menganut konsep-konsep
prilaku musikal yang dapat atau tidak dapat diterima, dan membentuk sikap-sikap
terhadap pemusik dan tindakannya dengan dasarr ini. Tentu saja pemusik dapat
juga dianggap mempunyai sebuah kelas sosial tertentu dan mereka dapat
masyarakat. Mereka dapat memiliki musik yang dihasilkan, jadi memunculkan lagi
berbagai masalah ekonomi, dalam hal ini hubungan dengan barang-barang yang
dapat digunakan; meskipun tidak ada pengkajian bebas budaya sejauh ini yang
12
pemusik, seperti yang ditentukan masyarakat dan di dalam hubungan perorangan
Metode adalah cara teratur dan tersusun rapi untuk mencapai maksud atau
tujuan seseorang (KBBI edisi ke-II 1996:652). Pendapat ini juga didukung oleh
pendapat Gorys Keraf, (1984:310) yang juga mengatakan bahwa metodologi adalah
Dalam kajian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan
mencari tahu dan mewawancari informan pangkal dan informan kunci. Penulis juga
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang maupun perilaku yang diamati (Bogdan Taylor dalam Moleong, 1989:3).
Sejalan dengan definisi tersebut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah sebuah tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial dimana secara
Melalui pendekatan metode ini penulis memutuskan objek yang akan dikaji
13
Menurut Curt Sachs (1962:16) dalam penelitian etnomusikologi terdapat
dua hal yang harus dilakukan yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium.
sedangkan kerja laboratorium adalah untuk membahas dan menganalisis data yang
Batak Toba kemudian penulis bertanya kepada Bapak Muhammad Takari, selaku
Utara mengenai tokoh pemusik Toba. Beliau menyarankan Bapak Marsius Sitohang
eksistensi musik Toba. Bapak Marsius Sitihang juga sekaligus sebagai salah satu
dosen praktik musik Batak Toba (Uning-uningan I, I, III, dan IV serta Gondang
14
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam penelitian ini guna mendapatkan data yang konkret untuk menjawab
menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera
lainnya seperti mata, hidung, kulit dan mulut (Burhan Bungin, 2007:115, penelitian
pencarian data dilakukan di lokasi Marsius Sitohang tinggal di jalan Martoba II,
bermusiknya pada berbagai tempat, baik di Kota Medan, juga berbagai kota dan
1.5.2.2 Wawancara
15
bertatap muka antara peneliti dengan sang informan kunci secara mengalir dengan
1.5.2.3 Merekam
Selain dari data audio, penulis juga merekam data-data penelitian berupa
internasional. Data gambar (foto) lainnya adalah gambar Bapak Marsius Sitohang
Sitohang yang telah penulis peroleh di lapangan diolah melalui kerja laboratorium
Dalam kerja ini, penulis berdasar kepada pokok masalah yang telah ditentukan
yaitu peranan Marsius Sitohang sebagai pargonsi di dalam kebudayaan music Batak
16
Toba. Peranan yang dikaji ini, meliputi aspek-aspek: (a) biografi, yang diuraikan
dimalui dari masa Marsius Sitohang lahir, tumbuh dan berkembang ke masa anak-
anak, dalam lingkungan Opera Batak dan keluarga seniman, sekolahnya, sampai
senima, lalu berlanjut diangkat sebagai dosen luar biasa Etnomusikologi Fakultas
Sastra, USU di era 1980-an, kemudian berkarir sebagai seniman music Batak Toba
diperolehnya. (b) Aspek sumbangsihnya kepada budaya music Batak Toba, baik
pribadi, dan aspek-aspek sejenis. (c) Pekerjaan transkripsi dan analisis dari lagu
yang dimainkan dna hasil karya lagu yang diciptakannya, yang diperoleh dari
lapangan.
17
BAB II
musik Batak, penting diuraikan mengenai gondang dalam pengertian sebagai musik
Medan, yang berhubungan dengan tempat tinggal dan aktivitas Marsius Sitohang
sebagai pargonsi (pemain sulim dan sarune bolon) dalam masyarakat Batak Toba,
pencaharian sebagai petani yang bekerja di persawahan dan ladang di mana mereka
dapat bercocok tanam dan beternak. Selain itu masyarakat Batak juga berprofesi
sebagai nelayan di pinggir Danau Toba namun seiring perkembangan zaman profesi
ini dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga banyak masyarakat
Batak ini pergi merantau ke luar dari Tapanuli bahagian utara untuk mencari
kehidupan yang lebih layak. Khususnya sekarang ini banyak masyarakat Batak
yang telah maju dan berpendidikan bahkan sudah mendapatkan gelar dan profesi
18
yang tinggi sehingga menjadi masyarakat yang berpengaruh di kota-kota besar
Indonesia.
Bahasa yang digunakan oleh suku Batak disebut bahasa Batak. Bahasa
Batak juga dianggap sebagai dasar dialek bahasa sub suku Batak lainnya (Siahaan,
selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat, dan adat merupakan bagian dri
tertinggi adalah Ompu Mulajadi Nabolon (Tuhannya orang Batak). Di mana dalam
hal ini manusia dan segala isinya diciptakan oleh Mulajadi Nabolon. Beberapa
teori metologi Mulajadi Nabolon mengatakan bahwa terdapat tiga wujud kuasa
Mulajadi Nabolon, yaitu: (1) Batara Guru, (2) Ompu Tuan Soripada, dan (3) Ompu
Tuan Mangalabulon.
sampai ia meninggal dalam tiga tutur yang disebut Dalihan Na Tolu. dalam
19
berbagai aspek mengenai masyarakat Batak, istilah tersebut selalu diartikan ke
dalam bahasa Indonesia yang berarti Tiga Tungku Sejarangan yaitu : (1) Dongan
Tubu, ini dapat diartikan sebagai pengelompokan orang-orang yang semarga, (2)
Hula-hula, adalah keluarga dari pihak istri, (3) Boru yaitu pihak yang memberi
istri.
saling melengkapi dalam sistem adat. Sistem ini bersifat kontekstual di mana setiap
Dongan Tubu, dan sebagai Boru. Selain sistem kekerabatan yang kompleks, suku
Batak juga mempunyai kesenian yang beragam seperti : sastra, seni rupa, seni tari,
seni musik. Dalam masyarakat ini seni musik tergolong dalam dua bagian, yaitu
Seperti yang dijelaskan pada sub bab di atas mengenai pembagian seni
musik pada masyarakat Batak dibagi menjadi dua bagian, yaitu: musik vokal
disebut juga dengan Ende dan musik instrumental disebut Gondang. Ende dapat
dibag lagi menurut fungsi dan tujuan lagu tersebut. Beberapa jenis dari pembagian
Ende adalah (a) Sipaingot, yaitu nyanyian yang berisi pesan kepada anak
perempuan yang akan menikah, (b) Tumba, adalah nyanyian untuk mengiringi tari
Tumba yang biasanya diadakan pada saat bulan purnama, (c) Mandideng, adalah
nyanyian untuk menidurkan anak, (d) Pargaulan, adalah nyayian solo yang
dinyanyikan oleh kaum muda pada waktu senggang, (e) Pasu-pasuan, adalah
20
bentuk nyanyian yang bertujuan untuk pemberkatan, biasanya lirik dalam Ende ini
berkenaan dengan kuasa Tuhan, umumnya dinyanyika orang tua kepada anaknya,
(f) Andung, yaitu nyanyian yang menceritakan kesedihan atas seorang yang telah
meninggal, Andung ini biasanya dinyanyikan di depan jenazah atau setelah dikubur.
Nyanyian ini biasanya dilakukan secara spontanitas dengan melodi yang bebas
dikenal dengan sebutan Gondang. Gondang terdiri dari dua bagian, yakni Gondang
besar fungsi kedua ensambel ini tak jauh berbeda. Keduanya memiliki peranan baik
dalam segi upacara ritual, religi, adat maupun acara seremonial lainnya.
Masyarakat Batak adalah kelompok protonesia yang secara garis besar pada
umumnya memeluk agama Kristen dan Katolik. Kedatangan agama ini membawa
dampak yang sangat besar dalam perubahan struktur sosial dan kebudayaan
Pearaja, Tarutung (untuk pertama kalinya). Selanjutnya segala bentuk kegiatan adat
1
Kepercayaan animisme bagi masyarakat Batak Toba.
21
baik upacara maupun hiburan diatur oleh agama. Konsep ini lahir karena ajaran
Tuhan (hubungan vertikal) serta hubungan manusia terhadap sesama dan alam
masyarakat Batak yang harus diikuti dan bersifat mutlak yang disebut hukum
taurat. Beberapa kegiatan sosial yang diatur oleh agama adalah bagaimana seorang
keinginan manusia sebagai pelaku budaya, tetapi tidak melanggar ketentuan yang
(pemiliknya), bahasa juga merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Melihat
tingkah pola individu, keluarga, etnik, ataupun bangsa dapat dilihat melalui bahasa
yang digunakan (H. Amir Ridwan, 2002:108). Sikap dan kebiasaan berbahasa dari
suatu kelompok atau individu merupakan wujud dari kebudayaan yang dihasilkan
oleh ide, norma, dan gagasan. Penutur bahasa Batak adalah masyarakat yang
merupakan kelompok homo loques yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lain, oleh karena itu meskipun pada dasarnya penutur bahasa Batak
kesamaan mutlak tetap tidak memungkinkan, karena bahasa Batak sangat cinderung
22
dinamis, dan dapat disesuaikan dengan perubahan serta perkembangan
Setiap suku bangsa (etnik) memiliki peraturan adat yang berbeda dengan
etnik lainnya, sesuai dengan pedoman dan pandangan hidup budaya mereka.
istiadat yang berhubungan dengan alam, dalam kehudupan mereka dikenal istilah
Rites The Passage (Ritus Peralihan) adalah upacara adat istiadat dalam
dunia. Setiap peralihan tersebut selalu disertai dengan upacara khusus baik dari
gereja maupun adat. Misalnya, acara pembaptisan adalah peralihan masa balita
yang ditabalkan sebagai anak Yesus Kristus dan diadakan di gereja, dan acara
peralihan lainnya.
Musik Batak Toba memiliki daya tarik yang luar biasa bagi manusia
tak terlepas dari musik etnik yang dimilikinya. Musik tidak hanya sekedar kreasi
Di sisi lain, musik juga bersatu dengan berbagai aspek kehidupan, bersatu
suku bangsa itu sendiri. Hal ini sama seperti bahasa, di mana musik juga dapat
sebagai alat komunikasi sosial, dan sebagai media yang menghubungkan manusia
23
terhadap alam. Musik juga memiliki peranan penting dalam interaksi sosial antara
2002:284).
ketika adanya warga Batak yang berimigrasi ke kota Medan yang berawal pada
tahun 1910. Beberapa tahun kemudian setelah Indonesia merdeka pada tahun 1954
migrasi warga Batak ke kota Medan bertambah besar yang menyebabkan interaksi
dengan suku lain di kota Medan, baik suku-suku yang berimigrasi maupun suku asli
Dalam lingkungan multietnik ini banyak masyarakat Batak yang tidak dapat
beberapa warga yang dapat dengan mudah menerima dan bergabung dengan etnik
lain di kota Medan khususnya Melayu Deli. Hal ini disebabkan oleh aspek bahasa,
kebudayaan, dan tradisinya yang berbeda satu sama lain. Kedatangan warga Batak
dari kampung menuju kota Medan kebanyakan adalah untuk merubah nasib, tak
sedikit dari mereka yang menjadi makmur dan sering membiayai upacara-upacara
adat yang berada di kampung seperti upacara tugu dan perayaan lain di desanya.
Mereka yang telah tinggal lama di kota Medan perlahan membawa estetis
diekspresikan dengan afinitas kepada apa yang dianggap modern. Misalnya pada
saat ini studi kasus dapat dilihat dalam beberapa pesta atau upacara seolah-olah
musik grup keyboard yang memainkan lagu Poco-poco dan Maumere lebih laris
24
dan dihargai dari pada musik gondang yang telah lama memiliki peran sangat
Sekarang ini upacara perkawinan modern tidak lagi dianggap lengkap tanpa
menyertakan keyboard atau musik brass yang pada saat upacara memainkan lagu
pop atau lagu barat, sebaliknya ensambel musik gondang dianggap lebih
Untungnya beberapa kumunitas kecil yang terlahir dari studi kampus sudah mulai
mengambil langkah untuk mengantisipasi hal ini dibidang konservatif musik tradisi,
Gondang adalah sebutan salah satu komponen musik Batak, terdapat tiga
arti dalam kutipan “Gondang”, yaitu: (a) Gondang adalah suatu jenis musik tradisi
Sihutur Sanggul, dan lain sebagainya, (c) Gondang adalah sebutan untuk alat musik
mengenai jenis gondang tersebut, gondang dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1)
25
(1) Gondang Sabangunan, terdiri dari sarune bolon, taganing (beserta
gordang), gong (yang terdiri dari empat buah), dan hesek (botol atau
bergetar. Alat musik ini adalah alat tiup double reed yang memiliki
kemiripan dengan beberapa alat tiup double reed lainnya yang berada
panjang.
2
Sebutan umum untuk pemain sarune bolon, termasuk Marsius Sitohang.
26
yang terdiri dari lima buah gendang, di mana masing-masing gendang
memiliki nada yang berbeda serta ukuran yang tak sama. Taganing
memiliki peran melodis yang sama dengan sarune bolon. Tangga nada
nada pentatonis dengan patokan nada dasar berapa pada gendang yang
Alat musik ini juga sekaligus menjadi alat musik perkusi terkecil
yang sumber penghasil suaranya berasal dari tubuh alat musik itu
yang terdiri dari empat buah gong dan masing-masing memiliki peran
dalam struktur irama. Biasanya alat musik ini dimainkan oleh empat
disebut doal.
yang mana sumber penghasil suaranya berasal dari tubuh alat musik
(2) Gondang hasapi beberapa alat musik gondang hasapi sama dan
27
dan sarune etek. Penjelasan spesifikasi repertoar gondang hasapi adalah
sebagai berikut:
terdiri dari dua jenis, yaitu: hasapi ende (berfungsi sebagai pembawa
hasapi jantan.
Sulim adalah sejenis alat musik suling bambu yang tergolong dalam
angin yang bergetar keluar dan masuk pada bagian ronggal sulim.
sama dengan tangga nada Barat (diatonis) Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Si,
Do’. Alat musik ini di mainkan oleh satu orang, biasanya dalam
28
1. Jarak nada 1 1 1/5
1 1 1/2
2. Tangga nada
Sol La Si Do
Do Re Mi Fa
bergetar. Sarune etek mirip dengan klarinet dalam ukuran lebih kecil,
dianggap sakral oleh masyarakat Batak, upacara ini sering dijumpai dalam kegiatan
pemanggilan roh nenek moyang pada masyarakat parmalim. Dahulu ensambel ini
juga digunakan untuk menyambut raja-raja dan menghantarkan prajurit yang akan
berangkat menuju medan perang. Banyak upacara ritual yang berkaitan dengan roh
melibatkan ensambel gondang sabangunan, oleh sebab itu tak sembarang orang
29
dapat memainkan ensambel ini di setiap rangkaian ritual, semuanya tergantung
ketentuan konteks ritual serta instruksi dari dukun sebagai kepala upacara.
terhadap suatu hal yang terjadi. Biasanya didapati gondang hasapi sebagai
pengiring pesta naposo, pesta panen, peresmian gedung gereja dan lain sebagainya.
Dalam beberapa kasus dijumpai juga fungsi gondang hasapi sebagai pengiring
upacara pernikahan, dan upacara kematian (saur matua) dalam hal ini meskipun
bermain dalam konteks upacara kematian yang mana pada dasarnya adalah upacara
pelepasan beban orang yang meninggal dan siap untuk menghadap Bapa di Surga,
semua tugas dan tanggung jawabnya di bumi dianggap telah selesai dan sudah
waktunya untuk menikmati hidup di surga, itulah sebabnya tak ada lagi kesedihan
yang tersisah dalam upacara saur matua sehingga dimainkan ensambel gondang
yang dianggap sebagai Tuhan (bagi orang Batak) yaitu Mula Jadi Na Bolon. Inilah
30
yang menjadi tumpuan hudup masyarakat Batak khususnya masyarakat parmalim.
Berbagai kegiatan adat yang berkaitan dengan ritual maupun hiburan semuanya
harus mengikuti ketentuan yang telah diatur oleh Mula Jadi Na Bolon dangan
masyarakat. Setiap upacara tak lepas dari musik yang dalam hal ini gondang
setiap upacara, hal ini dikarenakan pemusik dianggap sebagai orang yang
pertunjukan ini menampilkan cerita-cerita rakyat orang Batak. Secara umum Opera
Batak terdiri dari tiga sampai enam babak, di setiap penampilannya selalu disertai
dengan musik/instrumen, vokal serta tarian. Opera Batak pertama kali berkembang
di daerah Sitamiang, Samosir. Opera ini pertama kali dipelopori oleh Tilhang
Gultom sekitar tahun 1928. Pertunjukan Opera Batak biasanya diadakan pada
malam hari untuk mengisi kekosongan waktu masyarakat Batak dan melepas
sehari-hari masyarakat Batak, bahkan ada yang berisi sindiran dan kritikan terhadap
31
setiap selingan lakon diselipkan beberapa lagu yang sesuai dengan alur cerita.
dapat berubah, baik bersifat inovatif maupun konservatif. Proses perkembangan ini
disebabkan oleh variasi-variasi tambahan, baik dari segi ide, gagasan kreatif,
mengenai Use and function (penggunaan dan fungsi) yang dikemukakan oleh Alan
2. Fungsi estetika,
3. Fungsi hiburan,
4. Fungsi komunikasi,
32
Menurut Koentjaraningrat (2002) mengenai fungsi dalam konteks budaya
yaitu:
2. Pemakaian yang menerangkan kaitan kolerasi antar satu hal dengan hal
lain.
Dalam konteks ini penulis melihat kaitan fungsi dari alat musik gondang
dalam budaya Batak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Alan P.
Merriam, yaitu:
33
3. Fungsi gondang sebagai alat komunikasi. Dalam hal ini gondang
ensambel gondang umumnya digunakan pada pertunjukan kultural dan juga seni
kegiatan tradisi, contoh sebuah pertunjukan kultural masyarakat Batak adalah pesta
gondang naposo. Kegiatan ini bertujuan untuk proses pencarian jodoh oleh
kalangan muda-mudi Batak. Musik yang digunakan untuk kegiatan ini biasanya
bersifat hiburan.
mata untuk kebutuhan seni saja. Contohnya sebuah pertunjukan musik Opera Batak
pada masyarakat Batak. Tradisi Opera Batak ini bertujuan untuk menghibur para
tamu yang datang dengan membawakan sebuah cerita baik bersifat folklor ataupun
kejadian nyata.
terhadap upacara yang bersifat pertunjukan ataupun upacara yang bersifat ritual.
Hal ini dikarenakan alat musik gondang memiliki histori atau sejarah terhadap
34
2.9 Jenis Alat Musik yang Lazim Dimainkan Marsius Sitohang
menekuni sulim dan sarune bolon, tetapi seiring berjalannya waktu ia belajar untuk
bermain alat musik lainnya, seperti: taganing, sarune bolon, sarune etek, hasapi,
dan garantung. Keahlian tersebut didapatkan tidak jauh beda dengan keahliannya
bermain sulim, yaitu dengan cara melihat dan mengamati permainan orang lain, lalu
35
Gambar 2: Sulim Milik Marsius Sitohang
36
Gambar 4: Penulis dengan Marsius Sitohang Saat Penelitian
37
BAB III
keahliannya dibidang 3Sulim. Meskipun demikian beliau juga dapat memainkan alat
musik lain yang tergabung dalam ensambel gondang sabangunan dan gondang
hasapi, seperti: sarune bolon, sarune etek, taganing, hasapi, dan garantung.
Keahlian dan ketekunannya dalam bermain musik membuat Marsius Sitohang tidak
hanya dikenal dalam masyarakat Sumatera Utara saja khususnya etnik Batak,
1953. Beliau merupakan anak ke lima dari dua belas bersaudara. Ayah dan ibunya
berasal dari etnik Batak Toba. Darah seniman Marsius Sitohang sesungguhnya
diturunkan oleh ayahnya yang berprofesi sebagai pimpinan sebuah Opera Batak.
Sebelum memimpin Opera Batak yang bernama Seni Ragam Daerah, ayah
Gultom, namun karena beberapa kendala beliau akhirnya memutuskan untuk keluar
3
Sulim merupakan sebutan untuk suling atau seruling pada masyarakat
Batak. Alat music ini secara etnomusikologis adalah aerofon, yang ditiup melalui
lubang hembusan pada sisi ujung badannya, dan memiliki lubang-lubang nada,
termasuk klasifikasi side blown flute.
38
dari grup tersebut. Kemudian Opera Batak yang digawangi oleh ayahnya berubah
nama menjadi Saut Sinta Nauli yang dikutip dari nama anak kesepuluhnya yaitu
Sinta Uli Br. Sitohang. Di sisi lain ibunda Marsius Sitohang yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga mengurus dan merawat anak-anaknya serta melengkapi
Dari semua saudara dan saudarinya, hanya Sarikawan Sitohang dan Jalima
Sitohang yang juga menekuni bidang seni, khususnya musik Batak seperti halnya
Marsius Sitohang. Tak jarang kedua saudaranya tersebut menjadi rekannya dalam
bermain musik Batak di berbagai acara, serta dalam menjalankan misi kebudayaan
saudari yang menekuni musik Batak sehingga mereka dapat berdiskusi dan belajar
satu sama lain dimana hal ini akhirnya membuat kedekatan emosional mereka
Tabel 3.1: Keterangan nama ayah dan ibu serta saudara/i Marsius Sitohang
No Keterangan Nama
39
8 Anak Keenam Jalima Sitohang
No Keterangan Nama
40
3.2 Riwayat Pendidikan Marsius Sitohang
Marsius Sitohang tahun 1960 sampai 1962 sekolah di Sekolah Dasar Swasta
Marsius Sitohang.
2 SLTP - - -
3 SLTA - - -
4 Perguruan Tinggi - - -
Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa Marsius Sitohang hanya
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar dan tidak menamatkan diri, seperti pada
ketentuan pendidikan di masa itu Sekolah Dasar ditempuh dalam kurun waktu 3
tahun. Marsius Sitohang hanya menjalani Sekolah Dasar selama 2 tahun. Hal ini
lebih tertarik begabung dengan grup Opera Batak yang sedang populer pada saat
itu. Inilah yang menyebabkan Marsius Sitohang kurang dalam hal membaca serta
menulis dan hal ini sangat disesali beliau karena selalu menjadi kendala dalam
41
setiap langkah karirnya. Dengan pengalaman ini, beliau sungguh berharap agar
kejadian serupa tidak terjadi pada anak-anaknya dan dapat dijadikan sebagai batu
kaki di Medan pada tahun 1983 untuk mengubah nasib (wawancara, 20 Februari
2016). Tak sesuai dengan apa yang dibayangkan sebelumnya tentang bertahan
hidup di kota Medan dengan harapan dapat memiliki pekerjaan yang lebih layak
Medan hanya dibekali dengan talenta bermain musik bahkan ijazah Sekolah Dasar
Sampai beliau dihadapkan pada suatu pekerjaan yang sesungguhnya tidak benar-
becak, terpaksa beliau harus menyewa sebuah becak dengan harga Rp. 1.500,- per
hari.
menarik becak dari pukul enam pagi hingga pukul 7 malam. Situasi ini sering
42
menghadapkannya dengan berbagai kendala baik dari keadaan cuaca buruk seperti
hujan sampai jumlah penumpang yang tak sesuai harapan. Sepulang dari menarik
temannya. Dalam kesempatan ini seringkali beliau diminta untuk bermain sulim
gitar, dan hesek, mereka sering menghabiskan waktu bernyanyi dan bernostalgia
bersama.
penghasilan sebesar Rp. 3.000,- Penghasilan ini akan dipotong untuk biaya sewa
becak sebesar Rp. 1.500,- sehingga keuntungan bersih yang dapat dibawa pulang
adalah Rp. 1.500,-. Keuntungan ini lantas membuatnya tidak dapat memenuhi
sampingan yaitu sebagai pargoci (pemain gondang). Pekerjaan ini tak setiap hari ia
untuk bermain gondang. Dalam bermain gondang beliau bergabung dengan grup
dan bermain gondang dalam sebuah acara “Seminar Hasapi” yang digelar di Taman
Budaya Medan. Acara ini dihadiri oleh beberapa dosen dan aktivis di bidang
yang terlibat dalam seminar ini adalah (a) Universitas Sumatera Utara, (b) Institut
Keguruabn dan Ilmu Pendidikan Medan (kini menjadi Unimed, Universitas Negeri
43
Medan), (c) Universitas HKBP Nommensen, dan universitas lainnya. Pada
kesempatan ini beliau bersama grupnya berperan sebagai pengisi acara selingan
dengan bermain beberapa repertoar gondang Batak. Tak beda dengan penghasilan
yang ia peroleh ketika menarik becak, pada acara ini ia hanya mendapatkan honor
sebesar Rp. 2.000,-. Meskipun demikian, jauh di hati Marsius Sitohang ia merasa
lebih puas mendapatkan pekerjaan seperti ini. Alasannya karena beliau dapat
Marsius Sitohang membuat beberapa mata tertuju padanya. Hal ini dikarenakan
teknik permainan sulim beliau berbeda dengan teknik permainan sulim pada
umumnya. Salah satu audiens yang terkagum pada teknik permainan sulimnya
adalah Rizaldi Siagian, selaku aktivis kesenian sekaligus menjabat sebagai Ketua
pekerjaan, dan keseharian Marsius Sitohang. Beberapa hari setelah acara seminar
pimpinan grup musik Pirtondi Matogu agar datang ke kantor beliau tepatnya di
antusias, alm. Marpaung mengajak Marsius Sitohang yang saat itu sedang menarik
44
di kantor jurusan Etnomusikologi, Rizaldi Siagian menyambut hangat kedatangan
Rizaldi Siagian atas penampilan Marsius Sitohang dalam acara Seminar Hasapi.
Sumatera Utara. Hal tersebut membuat Marsius Sitohang sangat terkejut dan tidak
keterbatasannya dalam hal edukasi dan teknik mengajar akademis ditambah lagi
Kendala ini disampaikan Marsius Sitohang dengan berat hati kepada Rizaldi
Siagian. Kemudian bukan malah menarik kembali tawaran tersebut, Rizaldi Siagian
justru mencari alternatif lain agar Marsius Sitohang dapat mengajar di Program
dalam proses mengajar di program studi ini bukan terletak pada bidang teoretis
karena lewat pekerjaan ini Marsius Sitohang berpikir bahwa ke depannya pekerjaan
ini dapat menjadi wadah untuk mengembangkan bakatnya bermain gondang Batak.
Tepatnya pada tahun 1985 Marsius Sitohang resmi menjadi dosen luar biasa
45
Awal Marsius Sitohang mengajar ia menempatkan pekerjaan ini hanya
sela waktu kosongnya mengajar, beliau segera menarik becak demi memenuhi
kebutuhannya. Walaupun hanya mendapatkan gaji mengajar sebesar Rp. 2.000,- per
mata kuliah gondang Batak. Beberapa mahasiswa beliau yang sekarang menjadi
M.A., Drs. Muhammad Takari, M.Hum, P.hD., Dra. Rithaony Hutajulu, M.A., Dra.
menarik becak sebesar Rp. 1.500,- tak urung membuat kebutuhan hidup Marsius
Sitohang tercukupi, profesi kenek bus juga sempat menjadi pilihannya bekerja
untuk menambah upah harian. Tahun kedua beliau mengajar di program studi
tawaran bermain gondang, dimulai dari Rektor Universitas Sumatera Utara yang
pada saat itu dijabat oleh bapak A.P. Parlindungan memintanya untuk bermain
dalam acara Universitas, sampai membawanya sebagai guru privat seorang konsulat
tukang becak dan kenek bus perlahan beralih profesi menjadi dosen dan seniman
Batak. Setelah Marsius cukup diperhitungkan dalam bidang musik Batak beliau
46
Telah banyak pengabdian dan kontribusi yang diberikan Marsius Sitohang
dosen tanpa status pendidikan yang layak. Situasi ini biasanya ia hadapi setiap
Berbagai tantangan ini tidak membuat beliau berputus asa, bahkan dengan
situasi saat ini dimana beliau hanya menerima gaji senilai Rp. 500.000,- per bulan
yang sesungguhnya tidak sebanding dengan pengabdian beliau selama lebih dari 30
tahun dan biaya hidup saat ini yang begitu tinggi, justru di era postmodern saat ini
bidang sulim pada tahun 1963 yakni pada saat beliau berusia 10 tahun. Selama karir
mengenai materi musik baik teori maupun teknik memainkan sulim. Keahliannya
meniup sulim didapatkan melalui tradisi oral yaitu dengan cara melihat dan
Batak yang menampilkan drama Batak dengan diiringi oleh berbagai musik Batak,
kemudian beliau mulai tertarik dengan alunan musik yang berasal dari tiupan sulim
47
Awal bermain sulim Marsius Sitohang dimulai ketika beliau mengikuti
sebuah perjalanan pertunjukan Opera Batak dengan berperan sebagai teknisi bidang
persiapan pertunjukan Opera Batak, ada seorang pemain sulim yang seharusnya
bermain dalam Opera Batak tidak dapat hadir, kemudian pemimpin Opera Batak
mengetahui bahwa Marsius Sitohang yang pada saat itu sedang menata panggung
kesediaan beliau untuk bermain sulim dalam Opera Batak sebagai pengganti
pemain sulim yang berhalangan hadir, dengan senang hati Marsius Sitohang
alunan sulim dalam iringan drama Opera Batak, pemimpin opera terkagum dan
Perlahan Marsius Sitohang mulai disenangi oleh tim Opera Batak lainnya,
pada tahun 1968 Marsius Sitohang resmi menjadi pemain tetap dalam Opera Batak,
kerendahan hati serta keleluasaannya dalam bermain sulim opera menjadi salah dua
alasan pemain musik Opera Batak lainnya senang terhadap pribadi Marsius
menjajahi beberapa wilayah Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 1969 beliau
bergabung dengan grup Opera Batak yang bernama Dos Roha milik pamannya
Tidak hanya berkarir di grup Opera Dos Roha, Marsius Sitohang juga
bermain dalam grup opera lain yang dipimpin oleh ayahnya saat hidup, yang
48
bernama Opera Batak Saut Sinta Nauli yang kemudian diambil oleh abang
kandungnya. Pada tahun 1983 beliau mulai memasuki/bergabung dalam grup musik
Horas Musik, ketika bergabung dengan grup ini beliau tidak lagi bermain dalam
pernikahan, mangokal holi, kematian, dan lain sebagainya. Dalam grup ini Marsius
Sitohang tidak hanya bermain sulim tetapi juga bermain musik tiup seperti terompet
yang rutin dimainkan dalam beberapa acara gerejawi. Grup musik yang
berangggotakan 7-8 orang ini dipimpin oleh Sirait dan bertempat di Jalan Jati II,
Medan.
Utara, sebagai dosen luar biasa dibidang praktik musik Batak. Selama bertahun-
tahun berkarir dan berkembang dalam grup musik orang lain, timbul keinginan
beliau untuk membuat grup musik sendiri, sejak tahun 2008 Marsius Sitohang
mulai merintis keinginan tersebut dan akhirnya pada tahun 2010 impian beliau
tercapai, dimulai pada tahun 2010 Marsius Sitohang Memiliki grup musik yang
bernama “Marsius Sitohang” nama tersebut dipilih karena beliau adalah pemimpin
sekaligus pemilik grup musik tersebut, sehingga beliau memilih namanya sendiri
Hingga saat ini grup musik Marsius Sitohang sangatterkenal, tidak hanya
dalam negeri atau Sumatera Utara, nama beliau sudah tercatat dalam banyak
49
penghargaan ini beliau memperoleh royalti sebesar 25 juta setiap tahunnya. Tidak
hanya itu, Marsius Sitohang juga mendapatkan undangan oleh sebuah acara
talkshow ternama, di salah satu stasiun televisi swasta Metro TV, yaitu Kick Andy.
sudah tak memiliki bentuk aslinya dan hilang, beberapa yang tersisah saat ini telah
50
Gambar 5: Piagam Penghargaan Kedutaan Besar Republik Indonesia-Doha
51
Gambar 6: Tanda Penghargaan untuk Kerajaan Belgia dan
Keharyapatihan Luksemburg.
52
Gambar 7: Sertifikat atas partisipasi dalam The 3rd
53
Gambar 8: Piagam Penghargaan Kedutaan Besar Republik Indonesia-Lisabon
54
Gambar 9: Sertifikat dalam acara ASEAN UNIVERSITIES FOLKS
ARTS FESTIVAL 1990
55
Gambar 10: Sertifikat dalam acara Festival of Indonesia
56
Gambar 11: Tanda Kenang-kenangan dan Terima kasih
57
Gambar 12: Sertifikat dalam acara Secours Populaire Francais
58
Gambar 13: Piagam Penghargaan Program Revitalisasi
59
Gambar 14: Piagam penghargaan dari Kepala Perwakilan
60
Gambar 15: Piagam penghargaan dari Duta Besar
61
Gambar 16: Piagam penghargaan dari Direktorat Kesenian
62
Gambar 17: Piagam penghargaan dari Panitia
63
Gambar 18: Sertifikat dari Panitia Pagelaran Akbar
64
Gambar 19: Piagam penghargaan dari Kedutaan Besar
65
Gambar 20: Piagam penghargaan dari Panitia Pagelaran Lagu-lagu Gereja dan
66
Gambar 21: Piagam penghargaan dari Kedutaan Besar
Republik Indonesia-Paris
67
Gambar 22: Piagam penghargaan dari Duta Besar Liar Biasa dan Berkuasa Penuh
68
Gambar 23: Sertifikat dalam acara Asia Pacific Festival
69
Gambar 24: Sertifikat dalam acara IMT-GT VARSITY CARNIVAL
70
Gambar 25: Tanda penghargaan dari Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
71
BAB IV
sebagai pargonsi dalam budaya Batak, ada beberapa hal yang dapat dijadikan
sebagai sudut pandang. Untuk menganalisis peranan ini seperti sudah diuraikan
pada bagian teori maka, peranan Marsius Sitohang adalah mencakup jawaban atas
pertanyaan apa saja peran tersebut sesuai arahan Merriam. Peranan itu melibatkan
aspek-aspek:
(6) Peranan Marsius Sitohang dalam pola tingkah laku sosial terhadap musisi
lain.
Sitohang tidak dipaksa oleh masyarakat Batak Toba untuk menjadi pemusik. Beliau
72
sendirilah yang memilih sendiri karirnya sebagai pemusik. Namun demikian,
Sitohang menjadi pemusik tradisional Batak Toba. Walau tidak ada yang memaksa,
memainkan alat musiknya atau teknik bermain dari orang lain melalui tradisi
Toba yang lebih senior dan berpengalaman, kemudian secara diam-diam ia latih
mandiri dan berkelompok jika dirasakan perlu, terutama dalam rangka persiapan
untuk sebuah pertunjukan yang telah dipesan, dalam tempat dan waktu tertentu. Di
dalam grup, latihan dilakukan secara bersama, pengajarnya adalah diri mereka
masing-masing yang selama ini juga ada yang belajar secara formal di universitas-
universitas, perguruan tinggi, kursus musik, dan juga secara otodidak. Di dalam
bentuk kelompok ini, menurut Marsius Sitohang tidak ada guru khusus, mereka
dalam arti mereka memproduksi pertunjukan musikal, dan atas pertunjukan tersebut
73
mereka dibayar. Para pemusik ini mengutamakan profesinya sebagai pemusik,
dipandang sebagai pemusik senior, pemain sarune dan sulim, dan juga sebagai
pargonsi, sekaligus adalah parsulim, parsarune (dengan gelar budaya Batara Guru
Dalam kasus perkembangan lainnya ia juga memperoleh gelar “Raja Sulim.” Ini
mempunyai bakat luar biasa, atau apakah semua anggoata masyarakat tersebut
kemampuannya dan apabila demikian dari siapa dan dengan cara apa?
Dalam hal ini Marsius baik di kalangan pemusik maupun masyarakat Batak
Toba pada umumnya dipandang memiliki bakat yang luar biasa sebagai pemain
sulim khususnya dan alat-alat musik lain. Demikian pula adik beliau, Sarikawan
Sitohang juga dipandang memiliki bakat yang luar biasa terutama di dalam
74
memainkan alat musik hasapi. Kemampuan yang diperoleh dari bakat yang luar
dengan orang-orang lain, dan dengan demikian ia dapat melihat dirinya sendiri dan
pargonsi.
dengan dasar ini. Mereka sangat menghormati pemusik, merasa memerlukan jasa-
jasa pemusik dalam konteks adat. Para pemusik (pargonsi) juga dianggap
mempunyai sebuah kelas sosial tertentu dan mereka membentuk berbagai asosiasi
musik tiup, dan lainnya) yang didasarkan atas keterampilan mereka di dalam
masyarakat. Mereka dapat memiliki musik yang dihasilkan, yang berkaitan dengan
aspek ekonomi, dan juga barang-barang yang tidak tersangkut langsung, seperti
75
4.4 Peranan Marsius Sitohang untuk Perkembangan Musik Batak
Dewasa ini perkembangan budaya musik Batak terjadi sangat dinamis ini
sejalan dengan peradaban dari masyarakat Batak itu sendiri, umumnya disebabkan
karena kedatangan misionari yang dibarengi oleh datangnya para penjajah Belanda.
Hal ini menyebabkan musik gerejawi yang notabenenya dibawa oleh para
misionaris seolah memberi ruang sempit terhadap musik Batak. Fenomena tersebut
dapat dilihat dari banyaknya gereja-gereja saat ini melarang masuknya musik Batak
peradaban suatu bangsa khususnya di bidang budaya. Hal ini dapat berdampak
internet dan kecanggihan gadget, belum lagi kemudahan akses berbagai informasi
76
yang dirasakan oleh masyarakat baik dalam dunia pendidikan, perdagangan
tersebut.
Di sisi lain dampak negatif yang banyak dirasakan oleh masyarakat adalah
semakin lunturnya nilai asli dari budaya itu sendiri karena seiring dengan
antar masyarakat Batak semakin terkikis, sayangnya hal ini didukung dengan
tingkah laku para pemusik yang tidak lagi bersemangat mempertahankan kearifan
Tidak hanya itu, aspek kehidupan sosial masyarakat Batak pun mengalami
ubahnya bertingkah laku seperti kebanyakan orang di suku lain yang menempatkan
posisinya sebagai out sider dalam perpsektif budaya sendiri. Interaksi sosial yang
memiliki beragam kearifan lokal baik dari bidang musik, tari, maupun kesenian
lainnya.
memepertahankan musik Batak baik melalui Opera Batak atau kegiatan masyarakat
77
lainnya ternyata tidak pula diteruskan oleh masyarakat terutama para pemusik
dengan musik Melayu namun kemudian kedatangan etnik Batak yang ingin
beberapa etnik yang mendiami kota tersebut namun musik Batak masih tetap eksis
karena beberapa alat musik tradisional telah sering diganti dengan keyboard yang
dinilai oleh masyarakat lebih efektif dan efisien, serta biaya yang murah. Tak jarang
lagu-lagu Batak yang populer di masa ini justru sudah dikolaborasikan dengan
musik modern di mana membuat masyarakat lebih mudah untuk menyukai jenis
perubahan yang terjadi dalam perkembangan musik Batak. Beliau telah mengecap
78
2. Dalam repertoar mangandung, Marsius Sitohang sangat populer dengan
lihat dari tinggi atau rendahnya biaya yang diperoleh, melainkan karena
Setiap pelaku seni memiliki penilaian berbeda terhadap musik, penilaian ini
menghasilkan sebuah ungkapan ide. Tentunya hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal. Marsius Sitohang dalam setiap perjalanan
karirnya sering dihadapkan dengan berbagai faktor tersebut, namun semua hanya
Berikut adalah salah satu repertoar sulim ciptaan Marsius Sitohang yang
79
80
81
4.4 Peranan Marsius Sitohang dalam Mengarahkan Tingkah Laku Sosial
Musisi Lain
tinggi nilai estetika budaya Batak, berdasarkan ungkapan beliau (27 Maret 2016) di
nilai tersebut. Terkadang fakta ini dapat berupa persaingan harga dikalangan
pemusik Batak, sebagai contah dalam permainan musik grupnya yang dikepalai
oleh beliau sendiri mematokkan harga minimum empat juta rupiah untuk sekali
gondang hasapi, namun oleh pemusik Batak lainnya hal ini menjadi fenomena yang
tak lazim. Oleh karenanya mereka membuat harga jauh lebih rendah dibanding
Marsius Sitohang yaitu dengan konsep perpaduan keyboard dengan kisaran harga
dua juta lima ratus ribu rupiah. Keadaan ini tentunya membuat masyarakat lebih
82
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
lain seni sastra, seni rupa, seni tari, dan seni musik. Seni musik dalam budaya Batak
terdiri dari musik vokal dan instrumental, sedangkan aktivitas musikal dalam
terdiri dari dua jenis ensambel, yakni Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) dan
adalah dua jenis ensambel musik yang terdapat pada tradisi musik Batak Toba.
ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora, ogung doal dan hesek, sedangkan
Gondang Hasapi terdiri dari beberapa alat musik seperti, hasapi ende, hasapi doal,
sarune etek, garantung, hesek. Keduanya selalu digunakan dalam upacara yang
Kedua ensambel ini sangat dikuasai oleh Marsius Sitohang karena pada
Batak khususnya sebagai pemain Gondang. Kecintaan beliau pada gondang Batak
lah yang telah menuntunnya menuju karir yang sukses seperti dewasa ini. Tiupan
sulim beliau yang begitu merdu yang kemudian menjadi lompatan karirnya dari
seorang tukang becak menjadi seorang dosen praktek musik Batak di Program
tidak mendapat gaji yang layak, beliau memilih untuk tetap bertahan
83
mengembangkan dan melestarikan musik Batak terutama Gondang Batak yang
belakangan ini justru ditinggalkan oleh para pemusik lainnya. Selama 30 tahun
pada tahun 2013 akhirnya menobatkan Marsius Sitohang sebagai Maestro Musik
Batak yang mana semakin memperjelas eksistensi beliau sebagai pemusik Gondang
Batak serta kedudukan musik Batak yang selalu beliau tampilkan dalam lingkungan
Utara.
sangat signifikan. Peranan beliau adalah sebagai berikut: (a) berperan aktif dalam
dan mengenalkan musik Batak baik di peringkat daerah, nasional, dan intenasional,
(c) melakukan kreativitas estetika musik Batak, (d) mengarahkan tingkah laku
84
5.2 Saran
Batak merupakan salah satu etnik di Sumatera Utara yang turut andil
pemusik Batak telah menjamur di kota ini, namun tak banyak dari mereka yang
musik Batak dengan harapan bahwa pembaca terutama masyarakat Batak dapat
turut serta dalam pelestarian musik Batak yang sesungguhnya merupakan jati diri
masyarakat Batak.
lebih terhadap para pemusik tradisional yang masih memanifestasikan musik tradisi
di tengah pengaruh budaya barat yang begitu kuat. Eksistensi dan kelayakan para
memilik sumber daya manusia yang masih mampu bersaing dengan bangsa lain
Melalui tulisan ini penulis juga menaruh harapan besar kepada para pemusik
tradisi agar terus berkarya dan berkreativitas serta mampu menyesuaikan keadaan
dengan arus globalisasi seperti saat ini.Nilai-nilai inovasi dalam melestarikan musik
juga sangat penting untuk ditingkatkan agar karya mereka dapat bernilai jual tinggi
85
serta dapat diapresiasi oleh masyarakat dan pada akhirnya masyarakat mulai turus
tulisan ini dapat membantu para mahasiswa-mahasiswi yang ingin meneliti lebih
jauh tentang biografi Marsius Sitohang, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
86
DAFTAR PUSTAKA
Malm, William, 1977. Music Culture of Pacific Music The Near East and Asia.
New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.
Merriam, Alan P., 1964. The Antropology of Music. Chicago: North Western
Universitiy Press.
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free
Press.
Pasaribu, Ben. 1986. Taganing Batak Toba: Suatu Kajjian dalam Konteks Gondang
Sabangunan. Medan: Skripsi Sarjana Etnomusikologi Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
Sachs, Curt. 1962. The Wellsprings of Music. New York: Da Capo Press Inc.
Siregar, Ahmad S., 2006. Opera Batak Sebagai Pertunjukan Drama. Medan:
Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra.
87
Inang dan Lagu Dua yang Dinyanyikannya. Medan: Skripsi Sarjana
Etnomusikologi FIB USU.
Sumber Penelusuran
www.usu.ac.id
www.google.com
88
DAFTAR INFORMAN
INFORMAN KUNCI
Nama : Marsius Sitohang
Alamat : Jl. Martoba II, kecamatan Medan Amplas, Medan.
Umur : 63 tahun
INFORMAN PANGKAL
Nama : Sarikawan Sitohang
INFORMAN KUNCI
Nama : Marsius Sitohang
Alamat : Jl. Martoba II, kecamatan Medan Amplas, Medan.
Umur : 63 tahun
89
INFORMAN PANGKAL
Nama : Sarikawan Sitohang
Alamat : Jl. Martoba II, kecamatan Medan Amplas, Medan
Umur : 60 tahun
Pekerjaan :Pargoci
90