Vous êtes sur la page 1sur 21

HSC 2012

week
4

BLOK 2.3: Childhood

Lectures
23.L33 Gastrointestinal Problems in Children Requiring Surgery ............................... 1
23.L35 Drug Use in Neonate, Infant, and Children ..................................................... 3
23.L26 Patient Autonomy and Informed Consent in Incompetent Groups ................... 5
23.L43 Allergy, Autoimmunity, and Immunodeficiency in Children .......................... 6
23.L44 Immunization in Children .............................................................................. 9
23.L46 Genitourinary Problems in Children............................................................... 12
23.L47 Ear Infection, Allergic Rhinitis, and Important ENT Cases in Children ........... 14
23.L33 Non-infectious Skin Disease in Children......................................................... 17

Practical Session
23.P4 Pharmacology – Writing Prescription for Children ......................................... 18
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Gastrointestinal Problems in Children Requiring Surgery
Kuliah: dr. Akhmad Mahmudi, Sp.B, Sp.BA
by: Mega

Klasifikasi umum penyakit : - Eventration of the diaphragm


1. Infeksi - Esophageal atresia and tracheal esophageal atresia
2. Kongenital anomaly - Hypertrophic pyloric stenosis**
3. Neoplasma - Atresia duodenum**
4. Degeneratif - Pancreas annulare
5. Trauma - Meconium ileus
- Volvulus*
Untuk menentukan diagnosis dan treatment dengan tepat, kita - Anorectal anomalies
harus mampu mendiagnosis dengan tepat agar terapi yg - Meconium ileus
dilakukan juga tepat dan efektif. Penyakit dapat dibedakan : - Hirschsprung
- Masalah medis  cukup dengan tindakan konservatif,
seperti diberi obat. Obstruksi
- Masalah bedah  butuh tindakan operatif. Untuk masalah Merupakan gejala yang mengganggu jalannya organ viscus yang
bedah dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu berlubang (hollow viscus organ). Contoh organnya a.l :
emergency atau elective. intestinum, ductus billiaris, ductus pancreaticus, traktus
urinarius, tuba falopii.
Manifestasi klinis curiga kongenital anomaly : Terdapat beberapa kondisi yang memerlukan surgery terkait
- Respiratory distress dengan obstruksi pada GIT :
- Hipersalivasi 1. High GIT obstruction
- GER > 8 minggu Gastric outlet obstruction  HPS, anthral web,
- Icteric > 2 minggu pyloric mucosa prolaps.
- Abdomen distended
Duodenal obstruction  atresia/stenosis
- Delay meconium passage > 24 jam
duodenum, pancreas annulare, ladd’s membrane
- Feculent/ green stained-billious vomitting
2. Mechanical lower GIT obstruction
- Anatomical defect
- meconium ileus
- meconium plug syndrome
Sign and symptoms GIT problem :
- neonatal small left colon syndrome
- Abdominal pain – visceral-somatic pain
- malrotation with volvulus
- Obstipasi – konstipasi
- incarcerated hernia
- Distensi
- jejunoileal atresia
- Vomiting
- colonic atresia
- Abdominal sign : inspeksi, palpasi, auskultasi, digital rectal
- intestinal duplication
exam
- intussusception
Sistem digestivus  terdiri atas foregut, midgut, hindgut, yg - hernia inguinalis
berasal dari dorsal part yolk salk pada minggu ke-4. 3. Functional GIT Obstruction
1. foregut: pharynx, lower respiratory tract, oesophagus, NEC (Necroticans Enterocolitis)
gaster, duodenum, proximal biliary tract, liver, pancreas, Intrakranial Hemorrhage
biliary apparatus. Morbus Hirschprung’s
2. midgut: duodenum (distal bile duct), jejunum, ileum,
coecum, ver miform appendix, ascending colon, Dihubungkan dengan usia mengenai penyebab umum pada
2/3proximaltranversecolon. obstruksi pada traktus alimentarius :
1. Birth – atresia (duodenum, illeus), meconium ileus,
3. hindgut: 1/3 distal transverse colon, descent colon,
sigmoid, rektum,upper part anus volvulus nenonatorum.
2. 3 minggu – Congenital hyperthropic Pyloryc stenosis
3. 6-9 bulan – intussusepsi
Early intestinal pathology :
- obstipasi, ditended abdominal, vomiting  caused ileus. 4. Usia belasan (teen-age) – appendicitis (inflammatory
mass), intussusepsi pada Meckel’s diverticulum/polyp.
- Colicy abdominal pain  simple ileus.
- Strangulated pain  strangulated ileus 5. Young adult – hernia dan adhesi
 Cardinal symptom untuk illeus (obstruksi intestinal) : 6. Adult – hernia, adhesi, inflamasi (appendicitis, Crohn’s
obstipasi (konstipasi absolut), distensi, colicky pain, disease), carcinoma.
7. Elderly – carcinoma, inflamasi (diverticilitic), sigmoid
vomiting.
polpulus.
Beberapa kasus yang membutuhkan tindakan operatif pada infant
(kasus complain abdomen yang butuh tindakan bedah yaitu pada Tanda-tanda obstruksi pada anak dapat dilihat dari
ada/tidaknya abdominal pain, vomiting, obstipasi, dan distensi
nyeri abdomen akut / <24 jam) :
abdomen. Jika terdapat tanda-tanda tersebut harus dicurigai
- Appendicities*
anak memiliki kelainan yang berkaitan dengan obstruksi dan
- Intussusceptions*
butuh tindakan pembedahan.
- Strangulated inguinal hernia*
- Meckel’s diverticulum*
Konstipasi
- Gastroschisis** gangguan pada pola defekasi/ frekuensi defekasi. Hal-hal yg
- Omphalocele** perlu diperhatikan untuk konstipasi ini antara lain adanya
- Diaphragmatic hernia

1/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
perubahan pada : frekuensi, ukuran, konsistensi, mudah Distensi Abdomen
tidaknya mengeluarkan feses. Ingat 6F :
Frekuensi normal pengeluaran feses : 1. Fetus  distensi abdomen bisa disebabkan karena
1. Dewasa  3 stool per week (at least). adanya fetus dalam abdomen, seperti pada kasus fetus
2. Minggu pertama kehidupan  4x sehari in feto  kegagalan dlm pembentukan bayi kembar,
3. Usia 4 tahun  1-2 stool per hari. akhirnya bayi yg satu lagi ada di dalam abdomen bayi yg
lebih besar.
Selain konstipasi, terdapat istilah anorectal continence : 2. Flatus  disebabkan krn adanya gas dalam usus yg
merupakan suatu kesatuan fungsional yang mengatur berlebihan.
continence terhadap feses dan memfasilitasi defekasi. Yang 3. Feses  misal karena adanya obstruksi pada kasus
terdiri dari motilitas kolon, waktu defekasi, dan continence obstipasi, sehingga feses menumpuk di usus kemudian
(kemampuan untuk kontrol pergerakan usus, untuk bisa mengeras dan berubah menjadi tumor
mengontrol menahan defekasi  gross : m. Puborectalis, fine : (fecalith/fecaloma).
m. Sphingter ani). Jika terjadi gangguan pada sistem ini akan 4. Fibroid  tumor solid
terjadi encopresis (soiling) = defekasi di celana 5. Fat  pada orang obesitas
Obstipasi  merupakan konstipasi yg sudah parah dan 6. Fluid bisa dalam bentuk free atau encyst (dl bntuk
persisten, biasanya obstipasi inilah yg merupakan masalah cyst jadi cairan terbungkus suatu kantung membran
bedah karena dapat disebabkan karena adanya obstruksi. dalam tubuh), ex: asites.

Selain 6F juga bisa disebabkan :


- Tumor solid lainnya : fibroid, hepatomegali/
spleenomegali, polycystic kidney, retroperitoneal
sarcoma. Pada anamnesis ditemukan saluran feses
normal, tetapi pada pemeriksaan fisik terdapat
ballotement, perkusi redup yang bergantian, fluid thrill
dan fluctuates.

Terdapat 2 tipe dari distensi abdomen, yaitu :


1. Distensi usus kecil/ small intestines dilatation : distensi
ke depan, sejajar dg pubo-xypoid line.
2. Distensi usus besar/ colon dilatation : distensi ke arah
samping, sejajar dengan angulus costa- SIAS (frog-like
abdomen).

Muntah
- Muntah tanpa cairan empedu  merupakan tanda adanya
obstruksi pada gastric outlet pada bayi, tapi tidak selalu
merupakan tanda dari Hypertonic Pyloric Stenosis (HPS).
HPS menyebabkan muntah yg tidak disertai dengan
empedu (pada bayi) yg biasanya mulai pada usia 2-5
minggu.
- Muntah dengan cairan empedu pada hari pertama
kehidupan tanpa distensi abdominal  cardinal sign dari
obstruksi duodenal.
- Muntah dengan cairan empedu lebih dari 1 minggu
kehidupan bayi dapat disebabkan karena adanya volvulus
malrotation.

Abdominal Pain
nyeri perut dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nyeri somatik  nyeri yang biasanya termanifestasi pd
peritoneal iritatif (defans musculer)
2. Nyeri viscera  merupakan nyeri rujukan dari nervus
thoracal X, biasanya sakit pada bagian periumbilikal.
Nyeri viscera ini biasanya berasal dari organ-organ
intraabdomen (hollow organ  usus,esofagus,dll atau
dari solid organ  hepar, limfa, dll).
Nyeri viscera dibagi 2 yaitu :
a. Colicky/cramping pain (nyeri kram/kolik) : nyeri
hilang-timbul, misal : karena obstruksi parsial/
simple obstruction.
b. Constant pain  nyeri yg terus-menerus, biasanya
disebabkan karena obstruksi total/ jaringan yg
iskemik.
Contoh nyeri viscera :
Nyeri gall bladder/ kantung empedu  nyeri akan
menjalar ke bagian punggung dan kanan, hingga
mencapai ujung pundak.

2/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Nyeri gaster dan duodenum  langsung ke Bila terdapat pasien dg keluhan nyeri perut, perhatikan :
punggung. - Riwayat : penyebab nyeri abdomen.
Nyeri pankreas  cenderung ke arah punggung trauma  bisa terjadi di hollow organ/sollid organ.
tetapi ke bagian kiri juga. Non-trauma  di hollow organ saja.
- Lokasi/ tempat nyeri
Penyebab abdominal pain : - Waktu dan onset nyeri (sejak kapan)
- Non-organic : emosional, central nervus disorder, organ - Keparahan
intraabdominal normal. - Nature/ jenis nyeri/ rasa nyerinya  seperti dibakar,
- Organic : disorder organ intraabdominal dan abdominal ditusuk, berdenyut-denyut, dll.
wall.

Drug Use in Neonate, Infant, and Children


Kuliah: Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, Ph.D
by: Yodi

Anak – anak sangat berbeda dari orang dewasa pada berbagai - Empedu
aspek seperti sosial, psikososial, sikap, dan medis. Sejak lebih dari Kemampuan melarutkan dan mengabsorbsi obat-obat
100 tahun yang lalu, Dr. Abraham Jacombi (Bapak pediatri lipofilik dipengaruhi fungsi empedu. Konjugasi dan
Amerika) menyadari pentingnya dan perlunya farmakoterapi yang transport garam empedu ke lumen usus menghasilkan
tepat usia. Beliau menyatakan, "Pediatri tidak berurusan dengan tingkat intraduodenal yang rendah sehingga menurunkan
pria dan wanita miniatur, dengan dosis yang lebih kecil dan absorpsi obat lipofilik.
derajat penyakit yang sama dalam tubuh yang lebih kecil, tapi - Proses transportasi
memiliki range dan horizonnya sendiri. " Proses transportasi aktif dan pasif sepenuhnya matur saat
usia 4 bulan.
Sebelum integrasi farmakologi developmental, berbagai macam - Gastric emptying & motilitas intestinal
rumus direkomendasikan untuk menentukan dosis pediatri Pada anak-anak, waktu pengosongan lambung naik
(Formula Young, Clark). Tetapi kesalahan dalam penggunaan sehingga menyebabkan obat tertahan di lambung dan
rumus ini adalah adanya asumsi bahwa ada hubungan linear menurunkan absorpsi obat. Tetapi, karena motilitas
antara massa (misalnya, massa sel dan berat badan) dan luas intestinal menurun maka waktu kontak obat dengan
permukaan tubuh pada bayi, anak-anak, remaja, dan orang mukosa usus meningkat sehingga menaikkan absorpsi obat.
dewasa. Padahal pertumbuhan manusia bukan proses linear; Secara umum, waktu untuk mencapai Cmax menurun.
artinya perubahan2 yang terjadi pada komposisi tubuh manusia - Flora normal
dan fungsi organ adalah dinamis. Sehingga, rumus-rumus Memengaruhi absorpsi beberapa jenis obat (cth. Digoxin
sederhana tidak dapat menentukan dosis obat untuk anak-anak. maaf, gk dapet referensi).
- Luas permukaan & panjang usus
ABSORPSI OBAT Bayi dengan atresia usus kongenital atau pengangkatan
Berbagai metode digunakan untuk mengadministrasi obat kepada usus atau yang memiliki tabung makan mungkin memiliki
anak, umumnya melewati rute ekstravaskuler dimana obat cacat absorpsi tertentu tergantung pada panjang usus
melewati berbagai barrier, seperti barrier mekanik, fisik, kimia yang hilang atau bagian usus yang dilewati dan lokasi
dan biologis. Perubahan perkembangan di berbagai organ anak2 segmen yang hilang.
mempengaruhi kecepatan dan tingkat bioavailabilitas obat. - Aktivitas enzim metabolisme
Oral Keberadaan enzim-enzim metabolisme obat pada usus
Absorpsi lewat rute oral dipengaruhi: anak2 akan mengurangi absorpsi obat.
- pH
Sekresi asam lambung menurun sehingga pH pada anak2 Parenteral
biasanya lebih basa (>4) daripada dewasa yang akan - Absorpsi percutaneous lebih tinggi
mempengaruhi absorbsi obat. Sehingga obat-obat yang Peningkatan penyerapan perkutan selama masa bayi
gampang hancur di suasana asam seperti penicillin G disebabkan oleh stratum korneum yang tipis pada
diabsorpsi lebih tinggi. Sedangkan, obat2 yang tergolong neonatus prematur dan dengan tingkat perfusi kulit yang
asam lemah (seperti fenobarbital) akan menurun lebih tinggi dan hidrasi epidermis (relatif terhadap orang
absorpsinya. dewasa) sepanjang masa kanak2. Rasio total luas
permukaan tubuh dengan massa tubuh pada bayi dan
anak-anak jauh melebihi pada orang dewasa. Sehingga,
bayi dan anak-anak dapat terkena efek sistemik obat2
topikal (misalnya, kortikosteroid, antihistamin, dan
antiseptik) yang melebihi efek pada orang dewasa, dengan
efek toksik dalam beberapa kasus.
- Absorpsi permuscular lebih rendah
Berkurangnya aliran darah ke otot skelet dan kontraksi
otot yang tidak efisien (bertanggung jawab untuk dispersi
obat) dapat mengurangi tingkat obat intramuskular obat
pada neonatus (misal, fenitoin, diazepam, digoxin). Tetapi,
jumlah kapiler otot rangka pada bayi relatif lebih tinggi
dari kapiler otot rangka pada anak yang lebih tua. Sehingga,

3/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
penyerapan intramuskular obat tertentu (misalnya, dosis yang lebih kecil dari obat yang diberikan pada bayi dan anak-
amikasin dan sefalotin) bisa juga lebih efisien pada anak.
neonatus dan bayi dibandingkan anak yang lebih tua. Nah, pentingnya belajar metabolisme obat pada neonatus
- Absorpsi per rectal lebih rendah digambarkan dengan tragedi kloramfenikol (Grey Baby Syndrome).
Bioavailabilitas obat2 yang cepat dimetabolisme apabila Neonatus yang diberi kloramfenikol mengalami kolaps
diberikan per rektal dapat meningkatkan absorpsi pada kardiovaskuler, pernapasan ireguler, dan kematian. Ketika dosis
neonatus dan bayi sangat muda, karena imaturitas nya dikurangi dari 100 mg/kg jadi 50 mg/kg, ternyata jadi aman
metabolisme hepatik. Namun, bayi memiliki lebih banyak bagi neonatus. Akhirnya dikembangkan regimen dosis yang age-
kontraksi berdenyut di dubur daripada orang dewasa, yang appropriate bagi banyak obat-obat yang biasa digunakan pada
dapat meningkatkan pengusiran bentuk padat obat, secara neonatus dan bayi muda, seperti methylxanthines, nafcillin,
efektif mengurangi penyerapan obat-obatan seperti sefalosporin generasi ketiga, captopril, dan morfin.
eritromisin dan acetaminophen. Tujuan biologis metabolisme obat adalah untuk mengkonversi
senyawa lipofilik ( larut dalam lemak ) menjadi zat yang lebih
DISTRIBUSI OBAT polar supaya lebih banyak obat hidrofilik yang lebih mudah
Distribusi obat dalam tubuh dipengaruhi: diekskresikan lewat empedu atau urin. Tempat utama
- Sifat fisikokemis obat metabolisme obat adalah dalam hati. Saluran pencernaan, sel-sel
- Cardiac Output/Aliran darah regional darah dan organ lain juga terlibat dalam metabolisme obat. Jalur
- Tingkat ikatan ke protein/jaringan utama yang terlibat dalam metabolisme obat dibagi menjadi
Perubahan komposisi dan jumlah protein plasma seperti reaksi fase 1 dan fase 2. Fase 1 meliputi oksidasi, reduksi,
albumin dan α1-acid glycoprotein juga mempengaruhi hidrolisis dan hidrasi reaksi. Jalur utama adalah oksidasi yang
distribusi obat. Jumlah protein plasma pada neonatus dan melibatkan enzim sitokrom P450 (CYP). Enzim CYP utama adalah
infant menurun sehingga jumlah obat bebas dalam darah CYP1A2, CYP2B6, CYP2C8-10, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1 dan
meningkat, dan bioavailabilitas obat meningkat. Obat yang CYP3A4 dan 5. Jalur utama untuk fase 2 melibatkan glukuronidasi,
terikat albumin (cth. ceftriaxone, penicillin, phenytoin, sulfasi, metilasi, asetilasi dan konjugasi glutation. Kandungan total
obat sulfa). Obat yang terikat α1-acid glycoprotein (cth. sitokrom P450 di hati janin adalah antara 30 % dan 60 % dari nilai
lidocaine, propranolol) dewasa dan mendekati nilai-nilai dewasa saat usia 10 tahun.
- Komposisi tubuh (Cairan extraseluler/jaringan adipose) Metabolisme obat bervariasi dengan usia dan tergantung pada
obatnya, tetapi sebagian besar obat-obatan, dan terutama
fenitoin, barbiturat, analgesik, dan glikosida jantung, memiliki
waktu paruh 2 sampai 3 kali lebih lama pada neonatus
dibandingkan pada orang dewasa .
Aktivitas fase I menurun pada neonatus, meningkat secara
progresif selama 6 bulan pertama kehidupan, melebihi tingkat
dewasa pada umur beberapa tahun pertama untuk beberapa obat,
menurun selama masa remaja, dan biasanya mencapai tingkat
dewasa pada akhir pubertas. Tapi, beberapa obat (misalnya,
barbiturat, fenitoin) mencapai tingkat metabolisme dewasa pada
umur 2 sampai 4 minggu postnatal. Aktivitas CYP450 juga dapat
diinduksi (mengurangi konsentrasi obat dan efek) atau dihambat
(menambah konsentrasi dan efek) oleh obat. Obat-obat ini dapat
menyebabkan toksisitas ketika aktivitas CYP450 dihambat. Ginjal,
paru-paru, dan kulit juga berperan dalam metabolisme beberapa
obat. Metabolisme fase II tergantung obatnya. Pematangan enzim
Dosis obat yang lebih tinggi diperlukan untuk obat-obat yang bertanggung jawab untuk konjugasi bilirubin dan
yang hidrofilik karena sebagian besar berat tubuh anak- acetaminophen tertunda, tapi enzim yang bertanggung jawab
anak adalah air. Sebaliknya, semakin tua anak semakin untuk konjugasi morfin malah udah matang bahkan pada bayi
kecil dosis yang diperlukan untuk menghindari toksisitas prematur.
karena perubahan komposisi tubuh. Sedangkan untuk
obat-obat yang lipofilik, umur anak tidak terlalu ELIMINASI RENAL OBAT
mempengaruhi distribusinya karena sebagian besar Maturasi fungsi ginjal adalah proses dinamis yang dimulai selama
didistribusikan di jaringan. organogenesis janin dan selesai pada anak usia dini . Peningkatan
perkembangan GFR bergantung pada keberadaan nephrogenesis,
sebuah proses yang dimulai pada 9 minggu kehamilan dan selesai
pada usia kehamilan 36 minggu, diikuti dengan perubahan aliran
darah ginjal. GFR adalah sekitar 2 sampai 4 ml per menit pada
neonatus term, tapi mungkin serendah 0,6-0,8 ml per menit pada
neonatus prematur. GFR meningkat pesat selama dua minggu
pertama kehidupan dan kemudian naik terus sampai nilai-nilai
dewasa dicapai pada umur 8 sampai 12 bulan. Demikian pula,
sekresi tubular belum matang saat lahir dan mencapai kapasitas
dewasa selama tahun pertama kehidupan. Secara kolektif,
perubahan perkembangan fungsi ginjal secara dramatis dapat
mengubah clearance obat yang dieliminasi lewat ginjal dan
DRUG METABOLISM dengan demikian merupakan penentu utama pemilihan rejimen
Bayi baru lahir memiliki kapasitas yang kurang untuk dosis. Studi farmakokinetik obat-obatan seperti ceftazidime dan
memetabolisme obat dibandingkan dengan bayi yang lebih tua famotidine, yang diekskresikan terutama oleh glomeruli, telah
dan anak-anak. Hal ini lebih jelas pada neonatus prematur. Sampe menunjukkan korelasi antara klirens obat dan maturitas fungsi
bisa2nya terjadi toksisitas obat. Neonatus biasanya membutuhkan

4/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
ginjal. Misalnya, tobramycin diekskresi terutama oleh filtrasi betametason dan indomethacin dapat mempengaruhi maturitas
glomerulus, yang memerlukan dosis interval 36 sampai 48 jam ginjal pada neonatus. Dengan demikian, untuk obat yang
pada bayi baru lahir prematur dan 24 jam pada bayi baru lahir terutama dieliminasi oleh ginjal, dokter harus menentukan
atterm. Kegagalan untuk memperhitungkan ontogeni fungsi ginjal resimen dosis yang paling cocok dengan mempertimbangkan
dan menyesuaikan rejimen dosis yang sesuai dapat umur, maturasi fungsi ginjal, dan kondisi klinis pasien.
mengakibatkan toksisitas obat. Juga, administrasi obat seperti

Patients Autonomy and Informed Consent in Incompetent Groups


Kuliah: Prof. dr. Sri Suparyati Soenarto, Sp.A(K), Ph.D.
by: Yoga Fathori

Kali ini kita akan membahas tentang cara memberikan Informed mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan, sehingga
Consent kepada anak, namun sebelumnya kita ulang kembali apa anak merasa dibutuhkan.
saja prinsip yang harus dipegang dokter dalam melakukan
diagnosis dan terapi kepada pasien. Seperti yang sudah kita Nah, biasanya anak/remaja ingin tahu mengenai penyakit yang
ketahui, dalam berhubungan kepada pasien, dokter harus mereka derita dan apa yang akan terjadi pada mereka
menjunjung tinggi prinsip beneficiance, non-maleficence, dan kedepannya. Kita sebagai dokter harus memberikan informasi
autonomy. Dalam ilmu bioetik sendiri. Prinsip autonomy dibagi 3 yang dapat dimengerti dan sesuai umur dan tingkat kematangan
yaitu berkata jujur / truth telling, disclosure, serta informed mereka mengenai:
consent sendiri. Oke sekarang kita bahas informed consent ya. 1. Kondisi yang dialami anak
2. Tujuan pemeriksaan dan terapi
Dikutip dari Black HC dalam bukunya Black’s Law Dictionary, 3. Kemungkinan suksesnya terapi dan risiko terapi
informed consent is general principle of law that imposes on 4. Siapa yang paling bertanggung jawab terhadap mereka
physicians a duty to disclose to their patients the benefits &risks 5. Memberitahukan hak mereka untuk berubah pikiran atau
associated with each of the following : (1) Proposed course of memberikan second opinion
treatment, (2) Alternative treatment, (3) No treatment at all
Lalu, bagaimana apabila anak yang datang ke dokter sendirian,
Pemberian informed consent ini dalam kenyataannya memiliki atau ditemani bukan oleh orang yang dapat memberikan consent
pengecualian, jadi pada kasus ini tidak perlu dilakukan informed secara legal (misalnya teman pasien atau orang yang bukan
consent. Yaitu saat terjadi kasus emergensi, dan jika pasien secara saudara pasien)? Kita harus memastikan ia tidak memiliki kondisi
psikis tidak stabil (Permenkes no 290/Menkes/Per/III/2008) gawat darurat, dan memberikan terapi yang mencegah komplikasi
yang serius ke anak.
Informed consent yang valid harus memiliki 3 aspek :
1. Informed Pada kasus gawat pediatric (emergency pediatric care) petugas
Yang harus diinformasikan ialah kesehatan dapat langsung memberikan treatment jika keempat
- Diagnosis pasien jika diketahui kondisi berikut terpenuhi:
- Prosedur dan tujuan terapi yang akan dilakukan 1. Anak dengan kondisi emergensi yang membahayakan jiwa
- Risiko dan keuntungan terapi yang akan dilakukan (life threatening)
- Alternatif terapi (jika ada) 2. Orang yang dapat memberikan consent tidak ada atau
- Risiko dan keuntungan terapi alternatif tidak mampu memberikan consent
- Risiko dan keuntungan jika tidak diberikan terapi 3. Terapi atau transportasi tidak dapat ditunda lagi untuk
2. Competent menunggu diberikannya consent
Orang yang dapat memberikan informed consent haruslah 4. Selain itu petugas kesehatan juga hanya diperbolehkan
orang yang kompeten. Dikatakan kompeten apabila memberikan terapi yang sesuai dengan kondisi darurat
memenuhi 3 syarat berikut : yang dialami pasien
- Dapat mengerti dan mengingat informasi terhadap
terapi yang mereka terima Masih dalam kondisi darurat, seorang dokter juga harus
- Dapat menggunakan informasi untuk memutuskan mendokumentasikan :
apakah ia harus menggunakan intervensi-intervensi 1. deskripsi penyakit (nature of illness) kasus
yang tersedia 2. alasan pasien (anak) membutuhkan terapi sesegera
- Dapat mengkomunikasikan atau menyatakan harapan mungkin
mereka 3. usaha apa saja yang sudah dilakukan untuk mendapatkan
3. Voluntary consent
Orang yang memberikan informed consent harus
melakukannya secara sukarela, tanpa paksaan pihak Referensi :
manapun Black HC. Black’s Law Dictionary. St Paul, MN: West Publishing Co;
1991
Pada lingkungan pediatric sendiri, informed consent biasanya PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.
diberikan pada orangtua pasien, tetapi walaupun hanya
dibutuhkan consent dari orangtua saja, kita sebagai dokter harus

5/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Allergy, Autoimmunity, and Immunodeficiency in Children
Kuliah: dr. Sumadiono, Sp.A(K)
by: Prisca

Sebenarnya, materi ini sudah lengkap dibahas di hsc 2010, jadi Allergen
yang di hsc ini, sumbernya hanya dari penjelasan sewaktu 1) Dust mite (bisa ada di karpet, bulu boneka, dll)  biasanya
lecture… pada alergi hirupan, seperti asthma dan rhinitis (paling
Mekanisme Alergi banyak)
Alergi yang dimaksud dalam materi ini adalah hipersensitivitas
tipe 1. Untuk hpersensitivitas yang tipe lain, bisa dibaca di hsc
2010 ya..
Mekanisme: paparan allergen pertama  antigen mengaktivasi
sel T helper 2  stimulasi limfosit B untuk berdiferensiasi menjadi
sel plasma  sel plasma menyekresi IgE  IgE berikatan dengan
reseptor Fc-epsilon di sel mast. Terjadi paparan allergen kedua 
allergen nempel di IgE yang sudah nempel di sel mast  aktivasi
sel mast  pelepasan mediator kimia, ex: histamine
(menyebabkan dilatasi pembuluh darah, meningkatkan 2) Kecoa  alergi biasanya disertai dengan asthma parah
permeabilitas vaskuler, dan stimulasi kontraksi otot polos), 3) Poolen (serbuk sari)  musim semi
leukotrine (stimulasi kontraksi otot polos secara kontinyu), 4) Grass, tree
prostaglandin (dilatasi vaskuler), protease (kerusakan jaringan 5) Jamur
ikat), cytokine (merekrut leukosit). 6) Hewan piaraan, ex: anjing, kucing, kelinci, dll.
7) Makanan  paling sering ditemukan pada bayi: alergi susu
sapi

35 29
30
22
25 1818
20 15 16 15
12 13
15 8 9 87
10 6 4
5 0
0
ur

n
ah

itif
su

al
n

ng

ra
ika

re
l

ad
te

su

bu

ca

yu
se
ka

sa
Atopy adalah reaksi alergi yang ada faktor keturunan/herediter.
Sedangkan, individu yang memiliki atopy disebut atopic. Atopy anak dewasa
bisa berkembang menjadi beberapa bentuk alergi (allergic march),
seperti:

Allergy diagnostic steps


1) Allergy history, pasien datang pasti dengan keluhan. Nah,
kita perlu menulusuri keluhan pasien tsb agar bisa
mengarah ke kasus alergi. Beberapa hal yang perlu
ditanyakan:
- Kumat-kumatan atau tidak? Jadi, jangan langsung
mendiagnosis asthma kalau pasien baru pertama kali
datang dengan keluhan sesak napas.
- Ada temporal time. (contoh: ada pasien A datang
dengan keluhan gatal dan kulit kemerahan. Setelah
ditelusuri, ternyata gejala tsb muncul ½ jam setelah
pasien A makan udang. ½ jam itu tadi melambangkan
- Cow’s milk allergy  muncul pada anak usia 2-3 bulan
temporal time atau bisa kita simpulkan, maksud dari
(keluar di ujian) tapi anak akan toleran setelah
temporal time: interval waktu dari mulai terpaparnya
bertambah dewasa
pasien terhadap allergen sampai timbul manifestasi
- Dermatitis atopic  muncul usia 2-3 bulan  bisa
pertama kali)
berkembang jadi dermatitis kronis
- Ada riwayat alergi di keluarga? (penting! tanyakan:
- Asthma  muncul pada anak-anak usia 5-7 tahun 
ayah, ibu, dan saudara kandung)
berlanjut hingga dewasa
2) Clinical Signs and Symptoms (manifestasi khusus)
- Allergic rhinitis  muncul pada anak usia kurang lebih 10
- Multiorgan  pada alergi, biasanya gejalanya tidak
tahun berlanjut hingga dewasa
hanya menyangkut 1 organ, tapi banyak organ.
Misalnya, pada kasus intoleransi laktosa  gejala:
diare, mual, kembung, pipi merah, pilek, merah-merah
di dubur, dll.

6/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
3) Skin Test (skin prick test, atopy patch test)  jangan lain yang mengandung allergen (ex. keju, es krim
anjurkan electodermal skin test-VEGA test-bioresonance margarine, dll)
c. Menghindari (pantang) makanan-makanan yang
mengadung allergen, tapi jangan lupa seimbangkan gizi
pasien dengan cara memberi makanan pengganti
2) Education  bisa menyangkut diet atau obat (ex. cara
meminum obat yang tepat, cara memakai inhaler pada
penderita asthma, dll)
3) Drug-therapy, ex: antihistamin (memblok reseptor
 electodermal histamine sehinnga menghambat reaksi alergi),
skin test-VEGA test-bioresonance kortikosteroid (mengurangi inflamasi dengan cara
- Skin Prick Test, metode in vivo: bersihkan daerah kulit menurunkan: permeabilitas kapiler, pelepasan mediator,
yang akan dites  beri nomor untuk membedakan sekresi sitokin, dan aktivasi sel inflasmasi), dll.
jenis allergen  buat kontrol (+) dan kontrol (-)  4) Immunotherapy  tujuan: menurunkan kadar IgE spesifik
prick (menggunakan lancet, 1 lancet untuk 1 alergen) dengan cara: 1) meningkatkan IgG yang memblok allergen
 kalau bersihin bekas tusukkan dengan kapas, dan 2) mengganggu respon Th1/Th2 dengan menurunkan
jangan dioleskan, tapi hanya disentuh lalu segera sekresi IL-4/IL-5 dan rekrutmen eosinophil.
angkat kapasnya supaya tidak terjadi kontaminasi ke
daerah sekitarnya  tunggu selama 10 menit. Selama COW’S MILK ALLERGY
menunggu, beritahu pasien, kalau gatal, jangan 1) Diagnosis
a. Anamnesis: tanyakan 3 pertanyaan seperti diagnosis
digaruk supaya hasil tidak false-positive  lihat hasil:
positif bila timbul benjolan dengan diameter indurasi alergi (ada di bagian allergy history). Ditambah dengan
3 mm lebih besar dibanding kontrol (-) (keluar di 2 pertanyaan: 1)apa bayi mendapat susu sapi? dan 2)
ujian). Usia minimal bayi untuk dilakukan skin prick apa bayi mendapat ASI eksklusif? (karena 0,5% dari
test: 4 bulan. bayi yang mendapat ASI eksklusif bisa alergi susu sapi.
Nah, kalo uda begini ceritanya, yang harus pantang
susu sapi adalah ibunya)
b. Allergy test, ada 2: 1) Skin prick test (metode in vivo 
allergen disuntikkan ke tangan pasien); dan 2) Specific
IgE test (metode in vitro  darah pasien diambil, terus
di tes kadar IgE spesifik pada kasus alergi susu sapi)
c. Elimination and Provocation test  misalnya untuk
ngetes intoleransi laktosa. Awalnya, pasien disuruh
pantang makanan apapun yang mengandung protein
sapi selama 2 minggu (eliminasi). Setelah 2 minggu,
mulai berikan susu sapi (provokasi), mula-mula 1
sendok  2 sendok  3 sendok  ..  ¼ gelas  ½
gelas  1 gelas. Amati gejala yang timbul pada pasien
- Atopy patch test  hampir sama dengan skin prick setiap ¼ jam, apakah ada tanda-tanda alergi. Bila pada
test, tapi yang ini caranya dengan menempelkan patch eliminasi tidak ditemukan gejala apapun (gejala
yang ada kandungan alergennya. Biasanya digunakan negatif), tapi pada provokasi muncuk gejala (gejala
untuk reaksi hipersensitivitas non-IgE (biasanya yang positif), maka diagnosis positif. Yang perlu
delayed-reaction). Patch ditempelkan terus, hasil baru diperhatikan ialah bahwa tes ini harus dilakukan di
dibaca 2 hari atau 48 jam kemudian. Kemarin, di tempat praktik/klinik/RS untuk menghindari bahaya
lecture ada diputarin satu video untuk diagnosis syok anaphylaxis.
hipersensitiitas yang tipe delayed juga, tapi aku 2) Management
kurang tahu namanya apa. Alatnya: chamber yang a. Hindari segala produk makanan yang mengandung
diisi allergen  diletakkan di kulit punggung  hasil protein susu sapi. Yang perlu diingat  munculnya
dibaca 72 jam kemudian. Mekanismenya bukan reaksi alergi tidak dipengaruhi oleh dosis paparan
melibatkan IgE. Tapi, allergen dipresentasikan oleh sel terhadap allergen  jadi, sedikit saja terkontaminasi,
dendritik ke sel T sel T merekrut sel2 inflamasi,ex. bisa menimbulkan efek alergi (misal, pada sendok
eosinophil. Nah, tapi migrasinya eosinophil & sel2 lain makan untuk bayi, ada sedikit sisa margarine  bisa
ke tempat paparan allergen butuh waktu. Karenanya, muncul reaksi alergi) jadi, “menghindari” itu sangat
hasil baru bisa dibaca 72 jam kemudian. penting
4) Specific IgE test (RAST), metode in vitro: sampel darah Bechamel sauce Butter, butter solids
diambil  dicek kadar antibody IgE spesifik. Masing-masing Butter fat Butter flavor
allergen akan memicu keluarnya IgE yang spesifik. Jadi IgE Buttermilk Casein
yang muncul pada paparan dust mite tidak akan sama Caseinates Cheese (any kind)
dengan IgE yang muncul pada paparan serbuk sari. Cottage cheese Cream
5) Elimination & Provocation test  dijelaskan di bagian Curds Custard
Cow’s Milk Allergy
Dried milk solids Evaporated milk
ALLERGY MANAGEMENT Ghee Half-and-half
1) Diet  kalau pasien alergi makanan, yang perlu dilakukan: High protein flour Ice cream, ice milk
a. Identifikasi allergen  cari tau apa alergennya Lactate solids Lactoglobulin, lactalbumin
b. Identifikasi allergen dalam makanan (food supply), baik Lactose Malted milk
dalam bentuk original (ex. susu sapi), maupun makanan Margarine Milk (any kind, except soy)
Milk protein Milk solids

7/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Non-fat dry milk Nougat 2) Manajemen (keluar di ujian, terutama beda controller &
Pudding Rennet reliever)
Sodium casein Sour or whipping cream
Whey Yogurt (any kind, except
soy)

b. Bila bayi mendapat ASI eksklusif, ibu yang pantang


produk susu sapi
c. Konsultasi gizi  beri makanan pengganti untuk bayi,
makanan pengganti disesuaikan dengan tingkat
keparahan alergi
- Gejala ringan/sedang: beri susu formula
terhidrolisat ekstensif (extensively hydrolysate/
hypoallergenic formulas)
- Gejala berat: beri susu berbahan asam amino.
- Tapi kalau bagi pasien, ke-2 susu di atas: 1)mahal;
2)tidak tersedia; atau 3)rasanya tidak enak 
maka bisa berikan susu formula kedelai (murah,
rasa lumayan enak, mudah didapatkan, bisa
diberikan sejak awal kehidupan) a. Controller = inhalasi corticosteroid
- Pada pasien yang berisiko alergi (misal, ada - Efek: membuat kerja otot polos bronkus yang
riwayat alergi pada keluarga) tekankan pada terdisorganisasi menjadi lebih teratur  sehingga
upaya pencegahan, yaitu dengan pemberian susu tujuan: kumat-nya makin jarang
formula terhidrolisat parsial (partially - Kalau misalnya pasien sudah diresepkan, tapi
hydrolysate/hypoallergenic formulas) (keluar di pasien tetap kumat-kumatan, berarti
ujian). Tapi, ternyata susu terhidrolisat ekstensif controllernya tidak bagus  1)CEK, apa obat
pun juga bisa untuk upaya pencegahan benar2 dibeli atau ndak; 2)cara pemakaian yang
(penjelasan di lecture). salah (makanya, untuk edukasi, penting dijelaskan
ke pasien bagaiman cara pemakaian inhaler)
DERMATITIS ATOPIK - Dosis pemberian, bergantung pada frekuensi
1) Definisi: inflamasi kronis pada kulit, terjadi pada pasien munculnya gejala (kumat-kumatannya). Jadi, kalau
atopik memang sering kumat, berikan 3x/ hari. Kalau
2) Gejala  Pada bayi 2-4 bulan, akan muncul gejala: kedua sudah berkurang dikit kumatnya, berikan 2x/hari.
pipi merah, terasa gatal, dan ada bekas garukan. Pada anak Intinya, semakin jarang kumat, semakin jarang
usia 1-3 tahun, biasanya timbul gejala gatal, kemerahan di dipake. Tapi, Jangan pernah dihentikan
bagian lipatan-lipatan tubuh (siku, leher, belakang lutut, dll) - (Controller tetap diberikan meskipun tidak ada
3) Manajemen gejala. Kortikosteroid inhalasi selain menekan
a. CTM (antihistamin: antagonis-H1 generasi I)  inflamasi, juga mengurangi gejala asma,
ngurangi rasa gatal, bikin ngantuk (sehingga garukan menurunkan reaktivitas bronkus dan memperbaiki
berkurang) fungsi paru. Tetapi di samping keunggulan yang
b. Pelembap (moisturizer) disebutkan di atas kortikosteroid mempunyai
c. Anti-inflamasi (local corticosteroid), berikan salep beberapa kelemahan. Kortikosteroid tidak
hydrocortisone 1% (untuk gejala ringan; durasi menyembuhkan penyakit, artinya bila obat tadi
pemakaian boleh > 1 minggu) atau salep mometasone dihentikan pemakaiannya, gejala akan muncul
(untuk gejala sedang, waktu pemakaian tidak boleh > 1 kembali.).
minggu) b. Reliever (pelega)= Salbutamol, aminofilin, dll 
d. Mandi jangan pakai air terlalu panas diberikan hanya saat sesak  tujuan: meredakan
e. Avoidance  Hindari faktor risiko (alergen) gejala asthma saat terjadi serangan
f. Antibiotik  diberikan kalau ada infeksi sekunder c. Additional therapy = antileukotrine (leukotrine=
mediator kimia pada kasus alergi yang datang ke
ASTHMA bronkus; kalau histamine biasanya pada kasus
1) Diagnosis dermatitis atau rhinitis alergi).
a. Ada wheezing/mengi  bisa kedengaran telinga d. Pada pasien yang datang ke klinik Anda dengan status
maupun lewat auskulatasi asthmaticus, jangan ragu-ragu berikan injeksi
b. Gejala Asthma-nya (ex. batuk, sesak napas, napas Corticosteroid (kalau perlu IV).
pendek, dll) Kumat-kumatan (bisa dipengaruhi e. Avoidance  hindari alergen
stress, asap rokok, dll), biasanya terjadi pada malam
hari, setelah beraktivitas, biasanya terjadi pada pasien RHINITIS ALERGI
atopic 1) Gejala
c. Positive response to bronchodilator  kalau diberi a. Gejala umum = Trias Rhinitis Alergi: 1)gatal di hidung;
bronkodilator, sesak napas akan berkurang dan napas 2)hidung berair; dan 3)bersin-bersin. Ketiganya
kembali normal. Tapi, kalau setelah diberi merupakan efek dari histamine.
bronkodilator, sesak napas tidak berkurang dan napas b. Kalau gejala berat = trias rhinitis alergi + hidung buntu
tidak kembali normal, maka pikirkan penuakit lain, (obstruksi saluran hidung, dimana pasien ditemukan
seperti bronkopneumoni, bronkolitis, aspirasi benda bernapas lewat mulut/ palatum mole-nya
asing, fibrosis, Croup syndrome, dll. bergelombang)  merupakan efek eosinophil (keluar
di ujian) (granul-granul eosinofil yang dilepaskan

8/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
bersifat toxin  granul datang ke target cellnya yang 3) Terapi
ada di hidung  menimbulkan reaksi inflamasi  a. Anti-histamin  berikan antagonis-H1 generasi II (non-
menyebabkan hidung buntu). Atau bisa juga trias gejala sedative), ex: setirizin, loratadine, fexofenadin,
+ salah satu/ beberapa dari gejala berikut:1)mata gatal, terfenadin, astemizol (tapi, untuk astenistol tidak boleh
merah, berair (untuk gejala ini, beri obat tetes diberikan lagi karena menyebabkan aritmia jantung).
corticosteroid pada mata); 2)salute sign; dan 3)grimace Keuntungan generasi II: 1)efek kantuk dikit; 2)ada anti-
inflamasi; dan 3)dosis bisa 1-2x/hari, tidak perlu sampe
3x/hari.
b. Tetes hidung corticosteroid/intra-nasal steroid  ex:
Avamyx, Nasonex (dua2nya brand name)
c. Jangan berikan intranasal/oral decongestant >1
minggu karena bisa muncul efek samping: 1)iritasi
hidung, 2)recurrent phenomenon, dan 3)atropi septum
nasi. A decongestant or nasal decongestant is a type of
pharmaceutical drug that is used to relieve nasal
congestion in the upper respiratory tract.
d. Avoidance  Hindari allergen
e. Immune-therapy  kalo pasien tidak bisa merespon
terhadap obat-obatan

2) Klasifikasi
Intermiten Persisten
Gejala timbul < 4x/minggu Gejala timbul > 4x/minggu
atau terjadi gejala <4 selama > 4 minggu
minggu
Gejala bisa ringan atau Gejala bisa ringan atau
sedang-berat sedang-berat
Dikatakan gejala sedang-berat bila ada: 1) gangguan tidur, 2)
gangguan aktivitas, 3) gangguan tidak bisa sekolah/tidak
bisa kerja, 4) bila ada gejala berat (gejala tambahan, selain
Trias Rhinitis alergi yang dijelaskan di atas)

Immunization in Children
Kuliah: dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D, Sp.A(K)
by: Mega

Kenapa imunisasi itu penting? Karena secara umum, imunisasi - Aktif : sistem imun yang diproduksi oleh tubuh secara
dapat mencegah hampir sekitar 50% dari penyebab kematian bayi langsung, biasanya karena didapat dari infeksi alami, atau
di Indonesia. Terutama untuk kematian yang disebabkan karena imunisasi. Sistem imun yang seperti ini lebih permanen.
infeksi.
Vaksinasi
Imunitas Imunitas dan imunologi memorynya (prosesnya yang terjadi)
1. Non spesifik  innate dan non adaptive. Sistem imun ini sama/mirip denagn infeksi alami tapi tanpa resiko untuk
yang biasanya sebagai first line pertahanan tubuh kita. timbulnya sakit. Memiliki dua komponen :
2. spesifik  adaptive. - immunogenicity  efek dari imunisasi yang diinginkan
yang spesifik kita bagi lagi : - reaktogenisity  AEFI (adverse event following imunisasi)
- Pasif : imunitas yang langsung didapat, jadi tubuh tidak perlu
membuat lagi. Tetapi biasanya bersifat sementara/ Proses reaksi imun terhadap vaksin  mirip seperti antigen biasa
temporary, karena tidak ada sistem imun yang diproduksi oleh Pertama ditangkap oleh APC (langerhan, dendrit, makrofag, lalu
tubuh. Contohnya : antibodi (IgG) sebagai proteksi yg limfosit B dengan bantuan Sel Th1 akan berubah menjadi sel
ditransfer dari orang lain/hewan, maternal antibodi, HBIG, plasma lalu menghasilkan antibodi, sebagian sel B juga akan
ATS, ADS. berubah menjadi sel memori. Fungsi sel memori itu adalah untuk
menyimpan memori tentang infeksi itu, jadi kalo kena infeksi lagi
langsung terbentuk antibodi, sehingga ga lama sakitnya dan ga

9/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
parah, tapi pembentukan antibodi ini agak lama sektar 7 hari pada NB : vaksin yang protein itu T-dependent, tapi vaksin yang
paparan pertama. Tapi pada paparan kedua karena udah ada sel polisakarida bisanya T-independen sehingga tidak bisa diberikan
memori jadinya cepat. dibawah 2 tahun, kalo pun harus diberikan, maka harus
Goal vaksinasi: dikonjugasi dengan protein untuk memboost sel T-nya.
1. individu  mencegah atau mengurangi keparahan dari
suatu penyakit Hal yang harus diperhatikan saat memberikan vaksin :
2. Global  eradikasi (menghilangkan bakteri dari suatu - risiko adanya penyakit spesifik umur
tempat). Contohnya : variola, poliomyelitis  ERAPO. - adanya respon imun spesifik pada umur tertentu kepada
3. Eliminasi  Menghilangkan penyakit tetapi penyebab vaksin
penyakitnya masih ada. Contoh : tetanus neonatorum - adanya potensi interferensi terhadap imun yang didapat dari
4. Reduksi  menurunkan keparahan penyakit. Contoh: cacar antibodi ibu
- komplikasi akibat vaksin yang spesifik terhadap umur
Herd immunity  ke komunitas - programme feasibility
- harus memiliki cakupan yang tinggi untuk mengurangi - rekomendasi  kelompok usia muda yang punya resiko
transmisi penyakit untuk berkembangnya penyakit, mengembangkan respon
- eradikasi : karena manusia adalah host satu-satunya, bila antibodi yang adekuat, tanpa efek samping.
yang dewasa sudah terproteksi maka yang anak2 juga
terproteksi  interupsi transmisi VAKSIN (KEMENKES) :
Jika cakupannya tidak luas, maka kemungkinan orang-orang yang Dasar (bayi): LIL (Lima Imunisasi dasar Lengkap)
rentan akan mudah terjangkit penyakitnya dan akan banyak bisa - Hep. B1 (lahir): setelah injeksi vit K
menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), seperti pada skenario 1 - OPV (Oral Polio Vaccine): sebelum pulang RS (kecuali
(di slide dosen yang orang2nya warna merah, karena banyak yang DIY  Injeksi)
terjangkit penyakitnya). Untuk populasi yang punya herd - BCG: 0-3 bulan
immunity, contohnya ada di skenario 2, yang warna biru - DPT-hep B (DPT combo), DPT-HepB-HiB (penta Bio): 2, 3
terlindungi karena dikelilingi oleh yang udah kebal akibat vaksin dan 4 bulan
 jarang muncul kejadian luar biasa, karena sebagian besar - IPV: 2, 3 dan 4 bulan
masyarakatnya sudah terlndungi. - Campak: 9 bulan
Ada dua jenis vaksin (berdasarkan isinya) yaitu :
1. Vaksin hidup dilemahkan (live attenuated vaccine) Boster (penguat): menaikkan kadar kekebalan yang sudah
- replikasinya sendiri dan efektif secara alamiah, jadi mulai turun
kemungkinan dapat menimbulkan reaksi yang severe. - DPT-Hep B-HiB: 18 bulan
contoh pada vaksin polio, 1 dari 5 juta yang vaksin bakal - Campak: 2 tahun
lumpuh. Selain itu, ibu hamil serta orang yang - Klas 1: campak dan DT
imunodefisiensi ga boleh pake vaksin hidup dilemahkan. - Klas 2 dan 3: Td
- respone imun mirip seperti infeksi alami
- dapat berinterferensi dengan antibodi yang telah ada, Hepatitis B
jadi malah ga bisa membentuk antibodi lagi. Jadi vaksin - 3 dosis, dengan interval dosis 1-2 sekitar 4 minggu, dosis
ini ga boleh diberikan pada orang dengan titer ketiga diberikan sekitar 6 bulan setelah dosis pertama
antibodinya sedang tinggi ex : bayi menyusu. diberikan.
- tidak stabil tapi tahan suhu dingin - Pada negara-negara yang banyak terjadi transmisi
- pemberiannya bisa oral, intradermal, dan subkutan perinatal, harus diberikan ketika baru melahirkan
- viral  MMR, OPV, varicella, yellow fever, influenza (dalam 12 jam) : karena makin muda terkena infeksi
- Bacterial  BCG, oral tipus maka makin tinggi kemungkinannya akan menjadi
2. Vaksin inaktif carrier dan malignancy, IgG maternal tidak
- tidak dapat bereplikasi sendiri sehingga aman bagi berinterferensi dengan respon terhadap vaksin.
orang yang imunodefisiensi
- tidak seefektif vaksin hidup sehingga harus diberi kan 3- BCG
5 dosis - Vaksin hidup dari attenuated strain Mycobacterium
- interferensi dengan circulating antibodinya minimal bovis
- pemberiannya I.M - WHO merekomendasikan negara2 dengan insidensi TB
- tidak tahan dingin yang tinggi  universal vaksin BCG pada/ segera
- Whole cell  influenzia, IPV, Hep. A, pertussis, tipus setelah kelahiran.
- fraksional  heb. B, accelular pertusis, tifus Vi, toxoid - 0,05ml, intrakutan.
(teteanus,dipteria)
- polisakarida  terkonjunggasi ex : pneumococcal, Hib Kontraindikasi dan precaution BCG :
- BCG tidak diberikan pada orang dengan respon imun :
yang telah tersuppresi oleh steroid, alkylating agent,
antimetabolit, atau radiasi. Atau yang tidak seimbang
karena immunodefisiensi kongenital, leukimia,
lymphoma, malignancies general, atau infeksi HIV.
- WHO merekomendasikan vaksin BCG untuk anak yang
terinfeksi HIV-asimptomatik dalam populasi dengan
risiko tinggi TB.

Efficacy, Reactogenicity, and complication BCG vaccine


Efficacy  2 meta-analysis dipublikasikan bahwa
berdasarkan penelitian case control dan clinical trial

10/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
menyimpulkan bahwa BCG terbukti bisa memproteksi OPV
sekitar 80% dari milliary dan meningeal TB pada anak- - Murah, mudah diadministrasikan
anak, clinical efficacy dalam mencegah pulmonary TB - Live attenuatted
berkisar dari 0-80% dlam melindungi. - IgG & IgAs, intestinal immunity interupsi transmisi
Durasi proteksi : valid data missing. wild virus  polio eradication
Reactogenicity dan komplikasi  1-2% reaksi efek samping - Bisa menjadi neurovirulent  vaccine-associated
lokal, seperti abses, lymphadenopathy, isolated reports of paralytic poliomyelitis (VAAP)
complication (osteitis, disseminated BCG).
 vaccine derived polio virus (VDPV)
DPT IPV
- Mengandung : 1) diphteria toxoid dan tetanus toxoid -Mahal, perlu skilled-person.
dimana racun diphteria/tetanus dipersiapkan dalam -inactive
formaldehyd-inactivated yang diabsorb ke dalam garam -IgG
aluminium untuk meningkatkan reaksi antigenicity. 2)
-Safer  not cause VAAP and VDPV
whole-cell-pertussis vaccine (DTwP ) atau acellular
-Dapat diberikan pada Immunodeficiency child
pertussis vaccine (DTaP).
-Consideration:
- Imunisasi primer  3 dosis, dosis pertama pada 2 bulan
High coverage > 90 %
dengan interval minimal 4 minggu.
Good surveillance of AFP
- Booster  1 tahun setelah vaksin ketiga.
 No wild virus 3 years
- Mengandung aluminium adjuvant  deep
intramuskular.
Measles
- Tujuan : untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas 
Immunogenicity, efficacy DPT pemerataan vaksin cacar merupakan indikator MDGs 4.
- Dipteria :
- Vaksin  live attenuated vaccine. Single (measles),
 durasi imunitas setelah imunisasi primer dan
combine (MMR, MMRV).
booster : paling sedikit 10 tahun.
- Rekomendasi WHO : untuk negara berkembang  pada
 efficacy : sekitar 90%, jika penyakit terjadi pada
usia 9 bulan. Pada daerah yang berisiko tinggi measles
orang dengan fully imunized akibatnya tidak terlalu
 dosis pertama : usia 6 bulan harus diikuti dengan
fatal. dosis kedua pada usia 9-13 bulan.
- Pertussis :
- Banyak negara yang merekomendasikan 2 dosis jadwal
 durasi imunitas pertusis : 5-10 tahun setelah
imunisasi, dosis kedua pada school-age atau pre-school
imunisasi pertusis primer.
age (paling sedikit 4 minggu setelah dosis pertama).
 efficacy : 70-90% setelah 3 dosis.
- Tetanus :
Immunogenicity, reactogenicity, dan efficacy dari vaksin
 durasi imunitas setelah imunisasi primer dan
measles
booster : paling sedikit 10 tahun. - 95-98% dari vaksin membentuk imunitas setelah dosis
 efficacy : sekitar 90%
pertama.
Efek samping DPT : - 99% orang menerima dosis 2 dosis terpisah dengan 4
- Sistemik  demam. Jarang  hypotonic- minggu pembentukan imunitas measles.
hyporesponsive episode, kejang, shock. - Durasi immunitas : lifelong (after 2 doses)
- Lokal  bengkak, pain, redness. - Country-wide programmes berdasarkan jadwal dosis
kedua dan mencapai high coverage ( 95%) membuat
Kontraindikasi dan precaution DPT measles semakin tereliminasi.
- Reaksi alergi severe terhadap komponen vaksin. - Reactogenicity and complications:
- Moderate/severe acute illness - 5-15% fever; 5% rash  5 days after immunization
- Reaksi severe mengikuti prior dose : temperatur
≥40.5⁰C atau hypotonic-hyporesponsive episode atau Efek samping
persistent crying ≥ 3 jam dalam 48 jam. Kejang dlam 3 - Ringan (demam, rewel, menangis, kemerahan)
hari. - sementara (1-2 hari)
Poliovaccines - Respon wajar: makan pedes  perut mules
Ada 2 tipe poliovaccines : - Dipantau ketat oleh
- Live attenuated poliovaccine untuk administrasi oral Vaccine Adverse Event Reporting System
(oral poliovaccine-OPV). (VAERS) FDA
- Inactivated poliovaccine (IPV), injeksi. KOMNAS KIPI (kejadian ikutan paska imunisasi):
Kedua vaksin mengandung ketiga tipe vaksin virus. Kedua menganalisis semua kejadian ikutan paska imunisasi
vaksin highly immunogenic dan efektif (rasio serokonversi : - Pemerintah menjamin keamanan vaksin: bila ada KIPI dan
99-100% setelah 3 dosis) perlu pengobatan/perawatan  gratis di klas 3

11/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Genitourinary Problems in Children
Kuliah: dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK (K)
by: Wahid

Masalah genitourinary pada anak sebenarnya ada beberapa - Swollen


penyebab, misalnya - Rasa sakit pada vulva dan vagina
Kelainan anatomi - Discharge yang bersifat mucoid dan tipis
Inflamasi non infeksi
Infeksi non seksual Jika laki – laki dengan balanitis :
Infeksi seksual - Adanya erythema akut pada glans penis, akibat adanya
Tumor inflamasi yang terjadi.
Tetapi, pada lecture ini, yang dibahas lebih focus kepada dua
yang tercetak tebal di atas, ditambah sexual abuse. Anak – anak dengan balanitis dan vulvovaginitis secara
sistemik tidak ada kelainan, misalnya demam. Hanya saja,
Masalah genitourinary yang terjadi pada dewasa sebenarnya bisa kadang dapat terjadi demam bila streptococcus yang
juga terjadi pada anak dan secara umum sama. Tetapi yang menginfeksi mengeluarkan toxin. Dan dapat pula toxin ini
memebadakan disini adalah struktur anatomis antara dewasa secara sistemik menyebabkan pengelupasan kulit pada ujung -
dan anak – anak. Misalnya gonorrhea, pada dewasa hanya ujung jari.
menyerang cervix saja, sementara pada anak bisa menyerang Diagnosis vulvovaginitis cukup mudah, dapat dilakukan
cervix dan vagina, karena epitel pada anak masih sama antara dengan swab pada introitus vagina ataupun pada peri anal.
cervix dan vagina. Hal ini terjadi karena bakteri akan menyerang Namun hati – hati saat akan melakukan swab pada anak,
khusus sel tertentu saja (misalnya hanya menginfeksi kulit, hanya karena kita tidak ingin merobek hymen-nya.
menginfeksi GIT, atau hanya hepar saja yang terkena), dan inilah Jika kita menemukan kasus yang menyerupai balanitis atau
yang menjadi dasar. vulvovaginitis, harus bisa kita bedakan antara
balanitis/penyakit yang diakibatkan karena infeksi ini atau
Penyakit infeksi non sexual yang sering terjadi pada anak adalah, karena non infeksi. Penyakit non infeksi ini yang menyerupai
 Vulvovaginitis : yaitu radang pada vulva dan vagina balanitis atau vulvovaginitis misalnya:
 Balanitis : radang pada glans penis - Psoriasis merupakan penyakit inflamasi non infeksi yang
 Pinworm : akibat cacing terjadi pada anak – anak akibat pergantian sel – sel kulit
 Scabies : kutu Sarcoptes scabiei yang sangat cepat, akan timbul pada anak berupa bintik –
 Mulloscum contagiosum bintik kecil pada area genital.
 Infeksi jamur - Dermatitis akibat kontak terhadap suatu bahan tertentu,
dan terjadi peradangan hingga menyerupai balanitis.
I. VULVOVAGINITIS DAN BALANITIS Dermatitis pada anak permpuan dapat terjadi karena
Dapat disebabkan oleh beberapa hal: radang popok.
o Streptococcus - Selain itu bisa juga karena alergi obat, misalnya sulfa.
o Staphylococcus Disebut sebagai fixed drug eruption.
o Candida - Tomcat dapat juga menyemprotkan racunnya yang
o Shigella bersifat asam, dan jika mengenai glans penis akan terlihat
o Corpus alienum seperti balanitis.
Corpus alienum ini dapat menyebabkan peradangan pada
kasus vulvovaginitis. Kemarin, dokternya mencontohkan Treatment
sebuah kasus, dimana ada seorang anak berumur 13 tahun Karena akibat infeksi bakteri, maka tarepi yang dapat
mengalami keputihan dan belum diperiksakan karena takut diberikan adalah anti gram positif, antara lain :
dengan orang tuanya. Pada anamnesis, pertanyaan terhadap - Penicillin
keluhan keputihan salah satunya adalah sudah pernah - Amoxicyllin
melakukan hubungan seksual atau belum? Anak ini - Cephalosporin
menyebutkan pernah berhubungan dengan pacarnya. - Topical mupirocin
Akhirnya dokter (dosen yang ngajar kita) minta persetujuan
untuk dilakukan touche. Pada pemeriksaan touche, ternyata II. PINWORM
dokter menemukan benda asing di dalam vagina dan Masalah kedua yang paling sering dikeluhkan orang tua ini
menariknya keluar. Apa ituu? Glans penis? Mentimun? adalah akibat enterobius vermicularis.
Bukaan. Ternyata bekas tempat agar – agar kecil yang Meskipun banyak dari penderita enterobius vermicularis ini
biasanya dimakan anak kecil itu, yang diameter cup-nya asymptomatic, tetapi tanda yang paling khas dari penyakit
mungkin hamper sama dengan uang koin 500. Nah mungkin ini adalah gatal di daerah perianal, tapi bisa sampai juga di
karena butuh pengaman dan malu mau beli kondom, akhirnya daerah genital.
pake ini yaa.. :-v Pada zaman dahulu, penyakit ini dikira berasal dari kelapa
Foreign bodies inilah yang dapat menyebabkan peradangan parut yang dimakan. Tapi setelah zaman semakin maju,
bila tidak steril. akhirnya diketahui penyebabnya. Masa kelapa bisa sampai
pantat? Kalo kepala baru bisa.. :-D kepala penis, orang di
Penyebab paling sering dari balanitis dan vulvovaginitis adalah sodomi gitu.. :-v
Group α β-haemolytic streptococcus. Selain menginfeksi dan
inflamasi area genital, infeksi ini juga dapat mempengaruhi Treatment
area anal. - Oral mebendazole 100 mg
Vulvovaginitis pada wanita : - Pyrantel pamoat 11 mg/kgBB hingga 1 gram.
- Onset yang tiba – tiba
- Adanya erythematous/kemerahan

12/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
III. SCABIES
Scabies ini disebabkan karena kutu Sarcoptes scabiei. Hampir SEXUAL TRANSMITTED DISEASE (STD) pada anak – anak
sama dengan enterobiasis, penderita akan mengalami gatal Muncul karena adanya :
yang hebat pada malam hari. Kutu ini akan menggali kulit - Infeksi intrauterine
yang tipis pada bagain tubuh manusai tertentu kemudian - Transmisi vertical
membentuk terowongan. Selanjutnya, si betina akan - Infeksi postnatal
menaruh telur – telur dan kotorannya di terowongan - Sexual abuse
tersebut. Daerah kulit yang tipis dan sering diserang oleh
kutu ini misalnya area genitalia, daerah lipatan kulit, sela – I. Syphilis
sela jari tangan dan kaki, atau di daerah ketiak. Namun pada Disebabkan karena Treponema pallidum. Infeksi ini bersifat
anak - anak, semua kulit masih tipis sehingga sarcoptes sistemik. Infeksi dapat terjadi secara transplacental
scabiei ini bisa menyerang di daerah mana saja. Iritan dari (kongenital) atau postnatal (acquired). Untuk acquired,
kotoran yang ditaruh tadi yang akan mengiritasi kulit dan biasanya disebabkan karena sexual abuse.
menyebabkan rasa gatal. Syphilis congenital
Untuk mediagnosisnya, patokan yang mudah adalah bintik - Muncul pada awal (<2 tahun) maupun akhir (>2 tahun)
yang berderet. Karena predileksinya jelas, lokasinya jelas, - Infant dapat mengalami stillborn
akan menguatkan diagnosis bahwa penderita adalah scabies.
Bintik berderet ini diakibatkan karena peletakan telur – telur II. Gonorrhea
di terowongan yang digali tadi. Diperoleh secara perinatal, dari ibu yang terinfeksi, atau
Namun, ada beberapa hal yang menyebabkan misdiagnosis, karena kontak sexual. Pada newborn, bisa mengenai pharynx
antara lain : dan konjungtiva yang berasal dari mucous cervix ibu.
- Exzematisasi menyebabkan berair dan bernanah yang Manifestasi paling sering adalah konjungtivitis, terjadi pada 2-
diakibatkan karena infeksi sekunder. Gatal yang digaruk 5 hari awal setelah lahir. Komplikasinya antara lain,
menyebabkan lesi dan bakteri pyogen masuk dan akan - Keratitis
menyulitkan diagnosis. - Iridocyclitis
- Kecurigaan yang rendah - Ulserasi kornea dan perforasi
- Distribusi yang atypic termasuk kepala, leher, telapak - Kebutaan
tangan, telapak kaki.
Diagnosis :
Diagnosis yang dapat dilakukan antara lain : Gram-stained smears, EIA tests dan DNA probes tidak boleh
- Skin scraping digunakan. Yang biasa dilakukan adalah kultur standar.
Yaitu dengan mengeruk lapisan kulit yang dicurigai
menjadi tempat bertelur sarcoptes scabiei, kemudian Treatment :
melihatnya di bawah mikroskop. - Penicillin
- Ekstraksi kutu dengan jarum - Cephalosporin generasi ketiga saat ini digunakan sebagai
- Biopsi epidermal first line therapy
- Dalam anamnesis dapat ditanyakan apakah memelihara
kucing atau anjing yang terkena scabies, atau ada III. Chlamydia trachomatis
anggota keluarga yang mengalami scabies, karena - Pada neonates, biasanya transmisi terjadi dari ibu yang
penyakit ini cuku menular. mengalami chlamydial cervitis.
- Transmisi terjadi selama vaginal delivery
Terapi yang dapat diberikan adalah : - Organ yang paling terpengaruhi adalah konjungtiva dan
- Lindan cream atau lotion nasopharynx.
- Crotamiton - Pada anak – anak yang lebih tua, infeksi terjadi pada
- Permethrin rectum dan vagina karena sexual abuse.
Permethrin ini yang sering digunakan karena sifat
toxicnya yang rendah dan harus dioleskan keseluruh IV. Pneumonitis
permukaan tubuh meskipun tidak terkena. - Berasal dari aspirasi sekresi cervic yang terinfeksi selama
delivery
IV. Molluscum contagiosum - Dari transmisi ke bawah ke dalam nasopharynx
Penyakit ini disebabkan karena Pox virus, dan sangat umum - Dari aspirasi postnatal sekresi nasopharyngeal
pada anak – anak. Virus ini menyebar melaui air, dan hal ini - Dari ketiga mekanisme di atas
menjelaskan mengapa predileksinya terjadi paling banyak
pada bagian tubuh bawah, dimana anak duduk berendam. V. Condylomata acuminate
Yang paling banyak dikeluhkan adalah di daerah genital, - Disebabkan karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
ketiak, dan wajah. Bentuknya berupa bintil, bisa dilihat di - Paling banyak disebabkan karena infeksi HPV tipe 6, 11,
slide yaa.. 16, 18, dan tipe 2 dapat ditemukan karena transmisi
Treatment cukup mudah, yaitu dengan menusukkan jarum manual.
dan merobek bintilnya dan memencet, kemudian akan - Terjadi pada anak kurang dari 3 tahun karena transmisi
keluar virusnya bareng cairan pada bintil. vertical selama persalinan.
- Pada anak yang berusia lebih dari 3 tahun, dilaporkan
V. Infeksi Jamur karena sexual abuse transmisi dapat terjadi.
Paling sering disebabkan karena candida dan tinea. - Transmisi non-sexual dapat terjadi melalui hal – hal
Diagnosis : skin scraping berikut :
Treatment : antifungal topical termasuk azole, misalnya 1. Hand-genital contact
miconazole, ketoconazole. 2. Perilaku intim non sexual
3. Hygiene yang kurang, misalnya melalui handuk

13/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
- Periode inkubasi antara 1,5 – 8 bulan, dengan - Lebih sering terjadi pada sex abuse.
puncaknya pada 3 bulan.
- Biasanya penyakit ini tidak ada keluhan X. Sexual Abuse dan STI
- Biasanya penyakit ini terjadi pada mucocutaneous area, - Sexual abuse sudah umum terjadi pada anak
seperti : - Insidensinya dan prevalensinya tidak diketahui
 Region anogenital - Biasanya pelaku adalah laki – laki dan korban adalah orang
 Perineum dekat pelaku
 Labia - Lingkungan yang dapat meningkatkan kejadian sexual
 Sekitar vaginal entrance abuse pada anak – anak, misalnya :
 Sekitar anus dan dalam rectum 1. Seorang anak perempuan yang tinggal dengan ayah
tiri
Management : 2. Anak yang tinggal tanpa salah seorang atau kedua
- Menghilang secara spontan setelah 2 tahun orang tua kandungnya
- Jadi, “tunngu dan lihat” hingga sembuh 3. Pengasuhan yang buruk
- Pertumbuhan malignant pada anak belum pernah 4. Tidak memiliki ibu
dilaporkan - Diagnosis sexual abuse dapat dikuatkan dengan temuan –
temuan berikut :
VI. Herpes Simplex Virus  Adanya air mani dalam vagina, anus, atau genitalia
- HSV tipe 1 dan tipe 2 eksterna
- Daat bertransmisi melalui berbagai jalur, misalnya  Kehamilan
transmisi intrauterine, selama delivery, setelah delivery,  Positi gonorrhea atau syphilis tanpa adanya
via sexual contact, via non-sexual contact. transmisi perinatal
- Pada sexual contact, transmisi bisa melalui lesi aktif, - Rekomendasi CDC untuk screening STI pada sexually
mukosa, dan sekresi. abused children. Hal ini termasuk :
 Female :
VII. Human Immunodeficiency Virus o Culture pharynx, anal canal, and vagina for
- Dapat terjadi pada anak – anak karena : Neisseria gonorrhoeae
1. Medikasi seperti transfusi darah o Culture pharynx, vahina, and rectum for
2. Transmisi ibu ke anak Chlamydia trachomatis
3. Penyalahgunaan obat secara suntik intravena o Examine urine and culture vagina for
4. Melalui sexual contact Trichomonas vaginalis
- Range infeksi HIV berada antara asymptomatic hingga o If inflammation is present, obtain herpes
severe. simplex cultures from vagina, rectum, urethra,
- Anak – anak mulai symptomatic pada usia 6 tahun. or eye area
- Diantara anak yang symptomatic, ada 2 yang perlu o Obtain serologic test for syphilis
diamati, yaitu mereka yang mengalami dan tidak o Examine for venereal warts
mengalami early onset of opportunistic infection (OI) o Examine for vaginitis with a wet mount for
- Anak yang mengalami early OI, biasanya akan memberikan clue cells
penampilan fisik yang buruk, dan tidak bisa hidup dalam o Examine for pregnancy if appropriate
usia 2 tahun.  Male :
o Culture pharynx, rectum, and urethra for
VIII. Trichomonas vaginalis Neisseria gonorrhoeae
- Dapat disebabkan karena kontaminasi rongga o Culture rectum, pharynx, and urethra for
hidung/tenggorokan selama delivery. hlamydia trachomatis
- Dapat terjadi secara sexual contact, sangat jarang non- o Obtain herpes simplex culture from areas of
sexual. the genital tract which show inflammation
IX. Bacterial Vaginitis o Obtain serologic test for syphilis
- Pada perempuan prepubertal
- Disebabkan karena Gardnerella vaginalis, Mobilincus Examine for venereal warts
species, Mycoplasma hominis.

Ear Infection, Allergic Rhinitis, and Important ENT Cases in Children


Kuliah: dr. Luh Putu Lusy, Sp.THT, M.Kes
by: Gunawan

Sekarang kita bakal membahas mengenai infeksi pada telinga, Otitis eksterna adalah suatu inflamasi atau infeksi yang terjadi
rinitis alergi dan beberapa kasus mengenai ENT pada anak. pada kompartemen telingan luar (pada Canalis Austikus Externus,
pada auricle, atau pada keduanya). Penyakit ini adalah penyakit
yang dapat terjadi pada setiap umur. Penyakit ini dapat berupa
penyakit akut maupun penyakit kronik pada seluruh ataupun
hanya sebagian dari kulit pada telinga luar. Penyebabnya bisa
lokal atau general, ataupun kombinasi keduanya. Penyakit ini
adalah penyakit yang umum ditemukan pada semua kelompok
umum.
Otitis Eksterna (OE)

14/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Etiology 2. Otomycosis
Lokal : akibat infeksi dari bakteria (paling umum karena Otomycosis salah satu bentuk dari OE yang berakibat dari
Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus) dan atau infeksi dari fungi dan terkadang dapat menyerupai diffuse
infeksi jamur infective OE. Otomycosis merupakan infeksi pada kanal
General : keadaan allergi atau seborrhoic, dan infeksi sistemik telinga yang disebabkan oleh spesies spesies jamur seperti
yang disebabkan bakteri atau virus. Candida atau Aspergillus. Terkadang pada Fungal OE dapat
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada infeksi di kanalis muncul rasa nyerinya ada tapi tak sehebat yang disebabkan
austikus eksterna dan perkembangan dari OE oleh bakteri.
- Ketidakadaan serumen Presentasi : keluar discharge dari telinga, pada kanal telinga
- Keadaan lembab terlihat adanya masa seperti koran basah, tidak sakit pada
- Adanya air pada canal umumnya.
- Peningkatan temperatur Diagnosis  menggunakan teknik swabs dan kultur
- Lokal trauma (ex : akibat cotton bud) conidiophores
Klasifikasi dari OE Treatment : Pengangkatan masa jika ada, pemberian agen
1. Furuncle of external canal keratolitik, pemberian fungisida (perkloride of merkury pada
2. Diffuse infective OE alkohol 1:4000, Nystatin, Ototrane, Gentian Violet)
3. Otomycosis
4. Ecxematous OE
5. Seborrhoic OE
6. Myringitis
7. Herpetic lesions of external ear

1. Furuncle of External Meatus


Merupakan suatu infeksi pada folikel rambut pada bagian
kartilago dari kanalis akustikus eksternus. Biasanya singular tapi
terkadang dapat multiple. Pada umumnya dapat terjadi berulang.
Terjadinya abrasi dan maserasi pada epitel dapat memfasilitasi
infeksi tapi tidak seing dan biasanya tidak ada faktor predisposisi.
Penderita diabetes biasanya rentan terkena penyakit ini.
Presentasi : Gatal, nyeri, trismus, ketulian dan terjadi 3. Eczematous OE
limfadenitis regional. Penyebaran infeksi ada 3; backward Merupakan reaksi alergi dermatitis yang menyerang telinga
(superfisial dari periosteum diatas mastoid), forward (pada regio bagian luar. Dapat terjadi akibat 2 faktor yaitu intrinsik
parotid) dan Inward (melalui notch or rivinus, untuk menginfeksi (faktor psikosomatik) dan ekstinsik (general  menelan atau
cavum timpani – jarang) menghirup alergen, lokal  kontak langsung dengan alergen
pada kulit).
Presentasi  Iritasi, kemerahan dan edema; muncul vesicel,
weeping (ini artinya tangisan cuma hubungannya apa ya -__-
) formasi crust; infeksi sekunder; muncul sisik dan fisure pada
kulit; stenosis.

4. Acute Diffuse Infective OM


Bentuk yang paling umum fari OE, biasanya ditemukan pada
perenang; dikarakteristikan dengan onset yang cepat (48
jam) dan munculnya simptom inflamasi pada kanalis austikus
eksternus (otalgia, gatal, penuh, deafness, atau jaw pain –
waktu mengunyah). Ditemukan juga tenerness pada tragus
atau pinna (tragus pain) atau adanya difuse edema pada
telinga. Dapat pula ditemukan erythema dan cellulitis dari
pinna.

DDX  mastoiditis Otitis Media (OM)


Perbedaan dengan furuncle Otitis Media merupakan suatu peradangan yang terjadi pada
telinga tengah. OM merupakan penyakit nomer dua yang sering
MASTOIDITIS FURUNCLE diderita pada anak-anak. Faktor yang sangat berpengaruh dalam
Ada riwayat Otitis Media Tidak ada riwayat Otitis Media OM adalah disfungsi dari tuba eustachii (ETD). Pada ETD, mukosa
Ada ketulian Tidak ada ketulian pada ujung faringeal tuba eustachii adalah salah satu bagian dari
TM menunjukan adanya middle TM normal sistem mucosiliary dari telinga tengah. Interferensi dengan
ear cleft infection mukosa ini yang diakibatkan oleh adanya edema, tumor atau
Nyeri pada mastoid Nyeri jika auricle digerakan tekanan negatif intratimpani akan mengakibatkan ekstensi
Fistula pada canal terbentuk Fistula pada bagian kartilago langsung dari proses infeksi yang berasal dari nasofaring menuju
pada bagian tulang dari kanal dari kanal telinga tengah. Ada dua jenis OM yaitu Acute Suppurative OM dan
Chronic Supurative OM.
RO : perubahan pada mastiod Tidak ada kelainan pada
radiografi
Sulkus post aurikular masih ada
Treatment  disinfeksi sistemik, 10% ichtiamol dalam
glycerin, sedasi dan panas dan aural toilet.

15/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
1. Acute Suppurative Otitis Media (ASOM) (kurang dari 3 Treatment : konservatif dan vertigo
minggu) Komplikasi dari suppuratif otitis media: penyebaran
Adapun prekusor yang umum dari ASOM adalah : rinitis, langsung melalui tulang, penyebaran pada vena,
sinusitis, tonsilitis, adenoids, faringitis, influenza, tumor penyebabran pada labirin.
nasofaring, ulserasi dan lain-lain. Penyebabnya bisa Tipe komplikasi :
bermacam-macam: - Ekstrakranial : abses pada post aurikular, abses
Bakteriology : haemolytic streptococus, streptococus zigomatik, abses von Bezold
pneumoniae, staphylococucs albus dan aureus. - Intracranial : Pachymeningitis, leptomeningitis,
Viral : yang paling sering adalah human respiratory synticial thrombophebitis, enchepalitis etc
virus (RSV)
Patologinya  tubal occlusion, adanya oedema, keluar Allergic Rhinitis
eksudate, bulging dari membrane timpani yang dapat Rinitis Allergy, hampir 40% dari populasi mengalami reaksi allergi
mengakibatkan rupture, dekalsifikasi hiperemik, karies dan yang melibatkan reaksi anapilatik yang dimediasi IgE secara local
subperiosteal abses. akibat grass pollen, animal danders, feses dari house dust mites
Clinical Presentasion: dan lain-lain. Manifestasi paling umum adalah rinitis alergi,
- Fase 1 : acute tubal obstruction (acute eusthacian dikenali juga sebagai hay fever. Organ targetnya adalah membran
salpingitis)  terasa penuh pada telinga, ketulian dan mukus dari mata dan hidung dan akibat adanya inflamasi alergik
teraksi dari membran timpani maka akan menghasilkan congestion, gatal dan bersin-bersin.
- Fase 2 : Acute infection of tympanic cavity  Causative agent dari allergi ini contohnya adalah Der p1 dan Der
(sebelum perforasi) ketulian meningkat, p2 dari tungau debu rumah dan Fel d1 dari bulu kucing.
ketidaknyamanan. (Setelah perforasi) Otorrhea, hilang Karakteristik
rasa nyeri. nasal symptoms : pruritus, bersin-bersin, discharge, and
- Fase 3 : Retensi dari pus pada mastoid (acute of stuffiness
mastoiditis)  nyeri, tendernes dan oedema. akibat dari hal diatas terjadi alterasi dari penciuman dan
Treatment: indra perasa makanan
- Simptomatik : istirahat, sedasi, analgesik dan local heat Faktor-Faktor yang memperngaruhi :
- Infeksi sistemik : Pake antibiotik wide spektrum
- Local treatment : (sebelum rupture) myringotomy,
(setelah rupture) aural toilet, vasoconstrictor nasal
drop

2. Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM)


CSOM adalah keadaan dimana terjadi perforasi dari
membrana timpani dengan adanya cairan yang keluar dari
telinga tengah secara persisten (lasting >6-12 minggu).
Clinical type :
a. Tubo-tympanic disease : masih dianggap aman
Etiology : merupakan residu dati ASOM Symptom pada rekuren rinitis :
Adanya discharge muciod, ketulian, nyeri biasanya - Rhinorhoea
tidak ada - Blokade dari hidung a.k.a mampet
Treatment : Aural toilet, disinfeksi lokal - Post nasal drip
- Gatal pada hidung
- Bersin-bersin leih dari 5 kali (bukan karena diomongin ya
hehehe)
- Lainnya: conjunctivitis, eczema, asthma, chronic
rhinosinusitis, otitis media with effusion, sleep obstuction

Penyakit Infeksi pada laring dan trakea pada anak :


Croup syndrome  Stirdor inspirasi (inflamasi laring atau pun
stenosis subglotis), berhubungan dengan distress respiratory,
batuk, serak, pseudo croup adalah istilah untuk subglotis dan
Aural Toliet laryngitis yang disebabkan oleh virus, bakterial dan spastik
Diphteria : true croup  typically pseudomembrane, serak, batuk
b. Attico-antral disease keras, stridor inspirasi.
Ada hubungannya sama cholesteatoma (pertumbuhan
abnormal dari kulit pada telinga tengah dibelakang Tonsilitis (streptococcal angina)
gendang telinga) dan dianggap sebagai tipe yang Merupakan inflamasi akut bakteria pada tonsila palatina yang
berbahaya. biasanya disebabkan (Alpha betha – haemolitik streptococci,
Pathogenesis  Congenital dan didapatkan pada masa staphilococcus, haemophillus influenza, penumococci)
kehidupan Symptom : panas dan nyeri saat menelan dan pembengkakan
Didapatkan : metaplastic, invasif (direct extension, pada limfonodi tonsil
retraksi membrana shrapnell, keratosis pada Diagnosis  tonsil membesar dan
posterosuperior dari meatal skin membrane) berwarna kemerahan serta
Clinical presentation : Ketulian (spesifiknya kehilangan terselubung, pada CBC (comple blood
pendengaran konduktif), malodorous otorrhea Count) didapatkan leukosistosis
(discharge berbau), perforasi, cholesteatoma, pusing, Treatment  antibiotik, analgesik
sakit telinga hingga vertigo. dan antipiretik

16/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt

Non-Infectious Skin Disease in Children


Kuliah: Dr. Med. dr. Retno Danarti, Sp.KK
by: Yoga Fathori

Pada lecture ini kita membahas 3 topik :


1. Atopic dermatitis
2. Seborrhoeic dermatitis
3. Nummular dermatitis

Sebelum kita bahas penyakit diatas, kita bahas dulu apa itu
dermatitis. Dermatitis ialah kondisi inflamasi pada kulit, tetapi
bukan disebabkan infeksi. Dermatitis memiliki rasa gatal, panas,
dan menyengat. Selain itu terdapat skin lesion yang banyak/
polymorph, bersifat eksogen dan endogen, serta dapat bersifat
akut atau kronik.

1. Atopic Dermatitis
Atopic dermatitis biasanya diderita oleh bayi. 85 % diderita
oleh anak usia kurang dari satu tahun, 95 % diderita oleh
anak usia kurang dari 5 tahun. Atopic dermatitis bersifat
pruritic dan kronik. Atopic dermatitis merupakan penyakit Etiologi
turunan/genetik, dan biasanya penyakit ini akan membaik Etiologi penyakit diatas cukup kompleks, karena berkaitan dengan
saat pasien beranjak dewasa. Penyakit ini sifatnya tidak hal-hal seperti (1) respon imunologi, (2) suscepbility genes, (3)
terlalu darurat namun pasien yang terkena harus sering environmental triggers, (4) gangguan fungsi skin-barrier.
kontrol ke dokter. Lalu ada juga yang namanya atopic march. 1. Imunological Features
Dinamakan atopic march karena atopic dermatitis yang tidak Atopi (bedakan dengan atopic yaa) secara imunologi
diobati dengan baik dapat menyebabkan asma dan allergic dikarakteristikkan sebagai :
rhinitis. - turunnya imunitas sel (cell mediated immunity)
- defek dari antibody-dependent cellular cytotoxicity
- turunnya jumlah immunoregulatory T cells
- naiknya serum IgE
- naiknya insidensi respon IgE pada tes kulit
Lalu dominannya jumlah T helper 2 (Th2 type) dapat
menyebabkan :
- produksi interleukin-4 dalam jumlah besar
- kenaikan IgE, dan eosinophilia
- memulai respon inflamasi
2. Suscepbility genes
Terjadinya perubahan pada susunan gen dapat
menghasilkan abnormalitas kulit dan perubahan sistem
imun. Pada anak yang kedua orang tuanya pernah terkena
dermatitis, ia memiliki 80% kemungkinan terkena juga,
dan jika hanya salah satu orangtua yang terkena,
2. Seborrhoeic Dermatitis kemungkinan anaknya terkena juga ialah 60%.
Penyakit ini bersifat kronik, tetapi berbeda dengan atopic 3. Skin-barrier dysfunction
dermatitis, seborrhoeic dermatitis tersebar di area kulit yang Pada intinya, disfungsi skin-barrier berkaitan dengan
banyak mengandung sebum. turunnya kadar lipid di kulit, yang disebabkan karena
turunnya kadar ceramide. Ceramide ialah senyawa yang
berfungsi sebagai water-retainer pada kulit. Turunnya
kadar ceramide dapat menyebabkan kehilangan air dari
kulit (transepidermal). Selain ceramide, disfungsi skin-
barrier disebabkan oleh adanya abnormal keratinisasi,
yang disebabkan oleh defek genetik. Lalu ada juga
turunnya antimicrobial peptides dan trauma yang
menyebabkan disfungsi skin-barrier.
4. Environmental trigger
Reaksi dermatitis dapat terjadi karena factor lingkungan.
Secara garis besar, allergen dari lingkungan ada 4 jenis,
(1)Skin contact: racunn tumbuhan, animal dander, serbuk
sari, maupun penggunaan lateks. (2) Injeksi : sengatan
lebah dan obat-obatan, (3) Ingesti ; obat-obatan dan
3. Nummular Dermatitis kacang serta seafood, (4) Inhalasi : serbuk sari, debu,
Penyakit ini juga merupakan kronik dermatitis. Nummular jamur, dan dari binatang.
dermatitis memiliki penampakan kemerahan dengan lesi
discoid (agak bulat)

17/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
Hubungan atopic dermatitis dengan infeksi - Red, scaly, crusted weeping patches with
Pasien dengan atopic dermatitis lebih rentan terhadap infeksi kulit excoriations
yang disebabkan verruca, Mollusca, HSV, jamur, maupun bakteri - Scalp is dry and flaky
(S.aureus). Bakteri Staphylococcus aureus termasuk lesi kulit yang - Symmetrical
non infeksi (90%). Antibiotik oral sering digunakan pada terapi - Lichenification is not seen often in infancy
pasien dengan atopic dermatitis - Cheeks, forehead, scalp, wrists
Staphylococcus aureus memproduksi asuperantigen atau IgE - Diaper area spared
spesifik pada respon toksin staphylococcal. 2. Childhood phase (2-12 tahun)
- Toddlers and pre-school: extensor aspects of joints,
Hubungan stress terhadap atopic dermatitis particularly the wrists, elbows, ankles and knees.
Pasien dapat mengalami masalah psikologis karena penyakit kulit - As the child becomes older the pattern frequently
yang ia derita, sehingga lesi sering digaruk dan juga dapat changes to involve the flexor surfaces of the same
menyebabkan pasien kurang tidur sehingga mengganggu aktivitas joints (the creases) with less extensor involvement
Dalam menentukan apakah anak terkena atopic dermatitis, kita - Lesions are eczematous and exudative
dapat menggunakan kriteria Hanifin dan Rajka, yang terdiri atas - Persistent rubbing and scratching leads to lichenified
kriteria mayor dan minor. Anak dikatakan terkena atopic plaques and excoriations
dermatitis juka memiliki minimal 3 dari 4 kriteria dan memiliki - Xerosis often is generalized.
minimal 3 dari 23 kriteria minor. 3. Older children and adult phase (puberty onwards)
Kriteria mayor : - Lesions become more diffuse with an underlying
1. Pruritus background of erythema
2. Dermatitis yang yang menyerang area flexura (orang - Dryness is prominent
dewasa) dan area muka dan extensor (anak) - Lichenification
3. Dermatitis kronik atau rekuren - A brown ring around the neck is typical but not
4. Memiliki riwayat sendiri atau keluarga tentang atopy always presen
cutaneous atau respiratory - Flexural folds of extremities
Kriteria minor : ada banyak tetapi secara garis besar ada 4 - Face and neck
1. Facial features : pallor, eritema, hypopigmented patch, - Upper arms and back, dorsa of hands, feet, fingers,
infraorbital fold (Dennie-morgan folds, ini yang paling and toe
sering terlihat) Diagnosis :
2. Trigger : makanan, factor emosi, lingkunan, maupun iritan 1. tanyakan riwayat pasien sedetail-detailnya. Dari waktu
3. Komplikasi : suscepbility infeksi cutaneous, kenaikan level onset, pola lesi, tingkat keparahan. Juga tanyaka riwayat
IgE keluarga dan diet pasien
4. Lainnya : Umur onset penyakitnya muda, kulit kering, 2. Pikirkan untuk menggunakan tools QoL dan family impact
ichthyosis, hiperlinear palms, keratosis pilaris, hand and 3. Provide verbal and written advice/education, and practical
foot dermatitis, nipple eczema, white dermatographism, demos
perifollicular accentuatuion. (Untuk gambar-gambarnya
bisa dilihat di slide dosen yaa) Makasih ya teman-teman sudah baca HSC ini, untuk seborrhoeis
Clinical phase: dermatitis dan nummular dermatitis materinya bisa dibaca di slide
1. Infantile phase (0-2 tahun) dosen ya. Kata dosennya soalnya ga jauh-jauh dari slide kok, jadi
- Xerosis dibaca  semangat semuanya maaf kalau ada kesalahan kata-
kata dan interpretasi disini.

Praktikum Farmakologi
Writing Prescription for Children
by: W.E.S

Tujuan :
1. Dapat menghitung dosis obat pada anak 2. Berdasarkan berat
2. Mengetahui dosage regimen(dosis, rute administrasi, berat anak dalam kg x dosis dewasa (mg)
frekuensi, waktu administrasi, dan durasi pengobatan) 70
pada anak
3. Dapat menulis resep untuk anak 3. Berdasarkan Body Surface Area (BSA)
BSA anak dalam meter persegi x dosis dewasa (mg)
2
Perhitungan dosis obat pada anak berdasarkan dosis pada dewasa. 1.73 m
1. Berdasarkan umur
- Fried’s Rule untuk anak usia 0-2 tahun Dengan ketentuan BSA =
umur anak dalam bulan x dosis dewasa (mg) berat badan (kg)x tinggi (cm)
150
3600
- Young’s Rule untuk anak usia 1-12 tahun Perhitungan dosis dengan indikator fisik.
umur anak dalam tahun x dosis dewasa (mg) 1. Dihitung berdasarkan individual Body Weight anak
umur anak+12 Contoh : dosis paracetamol 10-15 mg/kgBW/dose
2. Dihitung berdasarkan individual Body Surface Area pada
anak

18/19
HSC 2012 Blok 2.3 Week 4, Editor: cpt
2
Contoh : dosis methotrexate 3,3 mg/m 7. Suspensi
3. Dihitung berdasarkan umur anak Mengandung partikel obat yang terbagi secara halus dan
Contoh : dosis paracetamol berdasarkan umur : merata dalam bahan pembawa
Umur 3bln – 1thn = 60mg/dosis Memerlukan suspensator
Umur 1 – 3 thn = 60 – 120mg/dosis 8. Drop
Umur 3 – 6 thn = 120mg/dosis Solusio, sirup atau suspesi degan kemasan volume kecil
Umur 6 – 12 thn = 240mg/dosis Cara pemberian dengan menggunakan alat penates
Cocok untuk bayi karena dosis dan volume pemberian kecil
Untuk menulis resep yang baik dan benar, siswa harus memahami Contoh resep obat :
bagaimana untuk menghitung dosis obat dan mampu Seorang dokter memberikan bentuk pulveres isoniazid dan
menentukan regimen dosis obat. Atas dasar ketersediaan obat, rifampicine kepada Dito, umur 3th, berat 15kg yang menderita
resep dapat dibagi menjadi dua kelas, precompounded (untuk TBC kompleks.
bentuk special dan official) dan compounded/ extemporaneous/
magistral. Dosage regimen
Isoniazid Rifampicin
Macam-macam resep Dosis untuk anak : Dosis untuk anak : 10-
1. Magistral : resep yang disusun oleh dokter dengan adanya 10mg/kgBB/hari, maksimal 15mg/kgBB/hari, maksimal
bahan baku (raw material) 300mg/hari 600mg/hari
2. Official : resep yang ditulis dengan nama obat generic Dosis untuk Dito : 150mg/hari Dosis untuk Dito : 150 –
Special : resep dengan obat branded, atau produk paten. 225mg/hari
Macam-macam sediaan obat : Frekuensi : 1 kali/hari Frekuensi : 1 kali/hari
1. Pulveres Waktu administrasi : setelah Waktu administrasi : 2 jam
- berbentuk puyer/serbuk halus makan setelah makan
- homogeny, kering Durasi : 6 bulan Durasi : 6 bulan
- pemakaian peroral (dengan bahan cair)
- cocok untuk anak Resep :
- tidak cocok untuk bahan higroskopis dr. Setiawan
- iritatif, rusak di lambung SIP : 01/0213
- dipilih bila dokter memerlukan formula obat bentuk
Alamat praktek :
racikan
Jl. Kesehatan 76
- produk paten dikemas dalam sachet Yogyakarta
2. Pulvis
Yogyakarta, 22 Desember 2013
- Berbentuk puyer/serbuk halus
- Homogen, kering R/ Pulv. Isoniazid 150 mg
- Pemakaian tpikal Sacch. lact. q.s
- Dapat berfungsi sebagai pengering m.f.l.a. pulv. d.t.d. No. VII
- Disebut serbuk tabur s.1.d.d. pulv. I. p.c.
3. Tablet kunyah Iter 42 x l
- Suatu tablet kempa, bentuk lonjong/bulat, rasa enak
R/ Pulv. Rifampicin 150 mg
- Harus dikunyah sebelum ditelan
Sacch. lact. q.s.
- Dapat diberikan pada anak yang sudah dapat
m.f.l.a. pulv. d.t.d. No. VII
mengunyah
s.1.d.d. pulv. I. 2 jam. p.c
- Macam obat masih terbatas, seperti erythromycin, Iter 42 x l
paracetamol, multivitamin.
4. Tablet effervescens
Suatu tablet kempa, bulat pipih, ukuran besar. Pro : Dito
Tablet dapat elepaskan gas atau berbuih ketika dicampur Umur : 3th
dengan air Berat : 15kg
Cara pemberian dilarutkan dulu dalam air
Rasa enak dan segar menarik untuk anak Maksudnya : obat diberikan dalam bentuk pulveres (karena cocok
Macam obat masih terbatas : paracetamol, multivitamin untuk anak yang susah menelan), diberikan sebanyak 7 sediaan
5. Sirup dalam 1 resep, diminum 1 kali sehari setelah makan (rifampicin
Cairan mengandung gula atau bahan pemanis diberikan 2 jam setelah makan), resep diulang sebanyak 42 kali
Secara fisik dapat berbentuk larutan atau suspense atau (selama 6bulan), untuk resep TBC tidak diberikan langsung semua
serbuk kering obat (6bln) karena akan membuat tingkat kepatuhan minum obat
6. Liquid berkurang, sehingga diberikan setiap 1 minggu.
Bahan obat terlarut dalam bahan pembawa yang cocok
Dapat mengandung gula atau pemanis
Dikenal dengan nama solusio atau lotio (untuk topical)

19/19

Vous aimerez peut-être aussi