Vous êtes sur la page 1sur 16

PEDOMAN

IMPLEMENTASI DISIPLIN STAF KEPERAWATAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN
(RSUD BANTEN)

DISUSUN OLEH
TIM KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN, UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, APRIL 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Buku Pedoman Implementasi Sosialisasi
dan Pembinaan Disiplin Keperawatan. Buku Panduan ini diajukan untuk digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sosialisasi, implementasi disiplin pada staf Keperawatan
di Rumah Sakit Umum Provinsi Banten.

Buku ini disusun sebagai pedoman bagi Komite Keperawatan dalam pelaksanaan
sosialisasi, pembinaan maupun evaluasi serta penatalaksanaan terkait disiplin
Keperawatan serta koordinasi dan kolaborasinya dengan Bidang Keperawatan dan
struktur organisasi yang ada di RS.

Penulis berharap dengan adanya buku ini, pelaksanaan Implementasi Disiplin staf
keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik dan tanpa hambatan.

Depok, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….......... 1
1.2 Tujuan……………………………………………………………... 2
1.3 Dasar Hukum...……………………………………………………. 5
BAB 2 Disiplin Keperawatan……………………………………………… 3
BAB 3 Tanggung Jawab Kepala Bidang dan Komite Keperawatan……….. 4
4.1 Komite Keperawatan………………………………………………. 4
4.2 Kepala Bidang Keperawatan………………………………………. 5
BAB 4 Implementasi Promosi Disiplin Keperawatan……………. 7
BAB 5 Penutup……………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan bermutu memerlukan tenaga professional keperawatan yang memegang teguh norma dan
etik keperawatan. Era mileneal dan factor ekternal perkembangan teknologi, informasi dan era
industry 4.0 mempunyai dampak yang dirasakan antara lain turunnya rasa caring dan disiplin kerja,

Asuhan Keperawatan sesuai Undang- Undang No. 38 tahun 2014 adalah rangkaian interaksi Perawat
dengan Klien dan Iingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya, sesuai definisinya asuhan keperawatan sangat diperlukan klien agar
mampu mandiri dalam perawatan diri. Asuhan keperawatan harus menjamin mutu dan keselaatan
pasien, sehingga jika dampak degradasi penurunan caring dan disiplin terjadi akan timbul dampak
yang berakibat pada keselamatan pasien dan penurunan kualitas pelayanan RS.

Komite keperawatan dan Manajer/direktur/Kepala Bidang keperawatan mempunyai tanggungjawab


dalam mengawal disiplin keperawatan. Disiplin kerawatan merupakan bagian dari etika yang sudah
dijadikan suatu norma atau suatu kebijakan yang dioperasionalkan dalam kinerja sehari-hari. Disiplin
kerja merujuk kepada kepatuhan terhadap peraturan yang dibakukan oleh RS dan mengikat untuk
dilaksanakan, apabila disiplin kerja tidak dilaksanakan maka akan berdampak pada penilaian kinerja
Profesional pada unsur prilaku. Disiplin kerja yang terus-terus menerus dilanggar bias berdampak
pada sangsi Kerja. Pedoman disiplin keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
Sosialisas, Promosi, Implementasi, Evaluasi, Pembinaan dan Penanganan masalah disiplin pada
perawat yang pada dasarnya tidak bias terlepas pada Panduan Etik dan Norma Keperawatan

1
1.2 TUJUAN
Tujuan disusunnya Buku Pedoman Disiplin Staf Keperawatan adalah:
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan Profesionalisme dan akuntabilitas perawat klinik terhadap publik/masyarakat

Tujuan Khusus
Buku Pedoman Disiplin Staf Keperawatan dapat digunakan untuk pedoman dalam
a. Sosialisasi dan Promosi Disiplin dalam Pelayanan Keperawatan
b. Pembinaan Disiplin Staf keperawatan
c. Evaluasi dan Penanganan Disiplin Staf Keperawatan

1.3 DASAR HUKUM


a. Undang-Undang No. 3 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang no 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang no 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan No.49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
g. Permenpan no 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
h. Permenpan no 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
i. Peraturan Menteri Kesehatan No 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi RS
j. Peraturan Menteri Kesehatan No 40 Tahun 2017 tentang Jenjang Karir Keperawatan
k. Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia
l. Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan oleh DPP PPNI tahun 2017.
Nomor SK 043/DPP.PPNI/SK/K.S/VIII/2017
m. Buku Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik Keperawatan
n. Buku Pedoman Penyelesaian Masalah Hukum
o. Buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 Tahun 2018

2
BAB 2
DISIPLIN KEPERAWATAN

2.1 ETIK, NORMA DAN DISIPLIN DALAMKEPERAWATAN

Sebagaimana kita ketahui, dalam melaksanakan asuhan keperawatan seorang perawat harus
professional. Disiplin erat kaitannya degan kode etik dan Norma. Seorang Perawat harus berpegang
pada Kode Etik Keperawatan. Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang
berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.

Norma berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar. Norma adalah
petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam hidup sehari-hari,
berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai sanksi

Istilah Disiplin dikembangkan dari latin yaitu “disciplina” (disciplus) yang berarti instruktion,
teaching. Adapun disiplin profesi pada dasarnya adalah etika yang khusus berlaku bagi orang atau
kelompok orang tertentu yang melakukan praktik profesi tertentu pula, namun dengan bentuk dan
kekuatan sanksi yang lebih tegas dibanding sanksi etika pada umumnya, meskipun tetap lebih “lunak”
dibandingkan sanksi hukum. Sanksi yang diancamkan oleh suatu disiplin profesi relatif lebih keras
dibandingkan sanksi etika pada umumnya, karena sanksi disiplin berkaitan dengan dapat atau
tidaknya pemegang profesi tertentu untuk terus memegang atau menjalankan profesinya. Dalam UU
No 38 tahun 2014 dalam keperawatan yang mengatur tentang disiplin profesi adalah konsil
keperawatan. Dijelaskan dalam pasal 50 huruf d bahwa konsil keperawatan menetapkan dan
memberikan sanksi disiplin profesi. Perawat Jika kita merujuk pada UU No 29 tahun 2004 dapat
diketahui bahwa arti disiplin profesi adalah “aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan
dalam pelaksanaan pelayanan

3
BAB 3
TANGGUNG JAWAB DIREKTUR/KEPALA BIDANG DAN KOMITE
KEPERAWATAN DALAM IMPLEMENTASI DISIPLIN KEPERAWATAN

4.1. Komite Keperawatan

Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi. Sesuai PMK
no 49 Tahun 2013 pada Bagian Ketiga Fungsi, Tugas, dan Kewenangan Pasal 11 (1) Komite
Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan yang
bekerja di Rumah Sakit dengan cara:
a) melakukan Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit;
b) memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
c) menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.

Komite Keperawatan dalam melaksanakan fungsi Kredensial, Komite Keperawatan memiliki


tugas sebagai berikut:
a) menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih;
b) melakukan verifikasi persyaratan Kredensial;
c) merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan;
d) merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis;
e) melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
f) melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
diteruskan kepada kepala/direktur Rumah Sakit.

4
Verifikasi persyaratan kredensial meliputi 3 komponen yaitu kompetensi kinerja klinis,
peningkatan Profesionalisme dan juga Prilaku yang didalamnya terdapat unsur perilaku aman
dan berbasis norma serta etika profesi dan etika rumah sakit.

Komite Keperawatan dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite


Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a) menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b) merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan tenaga
keperawatan;
c) melakukan audit keperawatan; dan
d) memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

Komite Keperawatan dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a) melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
b) melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c) merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah etik
dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan;
d) merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis; dan
e) memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan

4.2 Direktur/Wakil Direktur/Kepala Bidang Keperawatan

Merujuk Peraturan Pemerintah no 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
pada bagian Keempat disampaikan terkait Unsur Keperawatan.
Pasal 10 (1) Unsur keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c
merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan keperawatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
(2) Unsur keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh direktur, wakil
direktur, kepala bidang, atau manajer.

5
Pasal 11 (1) Unsur keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 bertugas
melaksanakan pelayanan keperawatan. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), unsur keperawatan menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana
pemberian pelayanan keperawatan; b. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan keperawatan; c.
pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien di bidang keperawatan; dan
d. pemantauan dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Dalam konteks implementasi disiplin dalam keperawatan, Direktur/Wakil/Kepala Bidang


Keperawatan bertanggung jawab dalam memastikan perawat melaksanakan disiplin profesi
keperawatan.

Secara organisasional dan terstruktur Kepala Bidang/Direktur/manajer dan seluruh jajarannya


yaitu Kepala Seksi Keperawatan dan Kepala Ruang melakukan pengarahan, pemberian
motivasi serta evaluasi kinerja professional secara berkesinambungan dan melakukan evaluasi
terfokus apabila ada hal terkait disiplin profesi yang harus diperdalam.

6
BAB 4
IMPLEMENTASI PROMOSI DISIPLIN KEPERAWATAN

4.1 PROMOSI DAN PEMBINAAN DISIPLIN KEPERAWATAN

Komite Keperawatan melaukukan tindakan promotif agar perawat memegang disiplin professional
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Sosialisasi dan promosi bersifat proaktif dengan
menyosialisasikan Kode Etik Keperawatan, serta Norma yang telah dibakukan menjadi suatu
Ketentuan, Pedoman maupun SOP. Pelanggaran aturan yang telah dibakukan merupakan pelanggaran
disiplin keperawatan. Apabila ada pelanggaran disiplin keperawatan Komite Keperawatan akan
melakukan penelusuran dan verifikasi melalui pengumpulan data yang lebih lengkap. Hasil
penelusuran dan verifikasi akan dirapatkan dengan pihak-pihak terkait. Komite keperawatan bias
mengusulkan pembinaan maupun langkah yang harus diambil dalam pelanggaran disiplin.
Pelanggaran disiplin hendaknya diupayakan untuk perbaikan mutu profesi baik secara individu
maupun secara organisasi.

Kepala bidang Keperawatan dan jajarannya juga harus terjun langsung dalam mensosialisasikan
disiplin professional, serta memberikan pembinaan apabila ada pelanggaran disiplin. Apabila
pelanggaran disiplin bias ditangani pada level ruangan, kepala ruang bisas langsung melakukan
evaluasi sebagai bagian evaluasi professional berkelanjutan dan bias langsung dilakukan pengarahan
dan pembinaan.

Beberapa pelanggaran disiplin yang tidak berdampak pada ranah hokum hendaknya penanganannya
diarahkan pada penilaian kinerja professional yang berdampak sebagai pencapaian indicator kinerja.
Bebrapa contoh pelanggaran disiplin misalnya: terlambat masuk di jam kerja, tidak ijin saat tidak
masuk kerja, meninggalkan ruangan saat berdinas dengan alas an individu, tidak menggunakan
atribut seragam sesuai ketentuan, tidak mengikuti hand over, saat malam istirahat tidak di jam
istirahat, Contoh-contoh pelanggaran disiplin ini dapat digunakan dalam penilaian prilaku pada
komponen penilaian professional berkelanjutan.

7
Alur Penanganan Disiplin yang tidak berdampak kerugian dan berimplikasi pada Hukum:

Evaluasi/Temuan
Kasus

Melengkapi Len
Informasi

Sub Komite
Pembinaan o /Karu Etik & Disiplin

Tidak solve

Resolving &
Improvement

8
Alur Penanganan Disiplin yang berdampak kerugian dan berimplikasi pada Hukum:

9
Prinsip – prinsip etiket dalam penanganan pelanggaran disiplin berat yang berdampak
kerugian untuk individu dan organisasi serta berimplikasi hukum
a) Indipendensi
Dalam malakukan proses penanganan dugaan pelanggaran disiplin tidak boleh dipengaruhi
oleh apapun termasuk hubungan baik, hubungan saudara, atasan kerja, pemberian sesuatu
pun dan ras, suku, agama dll
b) Praduga tidak bersalah
Memiliki persepsi atau opini bahwa pihak yang terduga malakukan pelanggaran disiplin
yang sedang di tangani adalah tidak bersalah sampai dengan di nyatakan bersalah baik oleh
tim yang berwenang atau oleh pengadilan.
c) Penghargaan terhadap profesi dan lembaga
Dilakukan sedemikian rupa sehigga tidak mencederai kewibawaan time yang berwenang,
organisasi prosfesi maupun fasilitas pelayanan kesehatan atau lembaga lain yang teralibat di
dalamnya.
d) Akuntabilitas
Semua tim dan lembaga yang terlibat dalam penanganan pelanggaran etik dan hukum harus
dapat mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang di kalukan sampai pada putusan yang
di berikan pada terduga pelanggaran etik dan hukum.
e) Kehati hatian dan kerahasiaan
Prinsip kehati hatian dan kerahasiaan di maksudkan bahwa setiap kegiatan pemeriksaan
yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum di lakukan secara hati – hati dan
hasilnya bersifat rahasia.
f) Obyektifitas
Prinfip obyektifitas dimaksudkan bahwa setiap kegiatan penaganan yang berkaitan dengan
dugaan pelanggaran etik dan hukum di lakukan dengan parameter yang jelas
g) Efektif dan efisien
Efektif dan efisien dimaksudkan bahwa setiap kegiatan pemeriksaan dan penanganan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum di lakukan dengan tepat waktu tepat
sasaran

10
h) Perlakukan yang sama
Perlakukan yang sama bahwa setiap kegiatan pemeriksaan dan penanganan yang berkaitan
dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum pihak pelapor dan pihak terlapor di berikan
kesempatan yang sama
i) Prinsip perilaku rendah hati
Prinsip perilaku rendah hati dimaksudkan setiap kegiatan pemeriksaan dan penanganan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum harus dilakukan dengan rasa empati
dan tidak berbicara kasar serta menyudutkan.

11
BAB 6
PENUTUP

Asuhan Keperawatan ditujukan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Promosi,
sosialisai serta pembinaan disiplin Profesi Keperawatan harus menjadi bagian dalam Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan

Buku Pedoman Disiplin keperawatan ini diharapkan dapat digunakan dalam pelaksanaan sosialisasi,
promosi,implementasi, pembinaan dan evaluasi disiplin Keperawatan. Arah promosi dan sosialisasi
lebih diutamakan dalam implementasi buku pedoman ini, sehingga diharapkan professional
keperawatan dapat ditingkatkan dan asuhan yang aman dan bermutu juga dapat terwujud.

12
DAFTAR PUSTAKA

American Nursing Asociation (2010). Guide to the Code of Ethics for Nurses. Diunduh dari
www.nursesbooks.orglebooks.
Beauchamp, T.L.& Children, J.F (2001) Principles of Biomedicr(z Ethics (5th ed). New York:
Oxford University Press.
PP PPNI, Jakarta (2000), Kode Etik Keperawatan, Lambang Panji PPNI dan Ikrar Keperawatan
PPNI, (2013). Kode Etik dan Penerapannya, Jakarta: Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
Persatuan Perawat Nasianal Indonesia.
PP PPNI (2013) Pedoman Pembinaan dan Penyelesaian Oilema Etik Keperawatan; Jakarta
PP PPNI (2015) Hasil Musyawarah Nasioanl IX : Palembang
PPNI (2016). Kode Etik Keperawatan Lambang Panji PPNI dan Ikrar Keperawatan. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PP PPNI (2017). Pedoman Perilaku sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan : Jakarta
Kemenkes (2013). Pedoman jenjang karir perawat di rumah sakit. Jakarta: Direktorat Keperawatan
dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI.
Permenkes no 49 Tahun 2014, tentang Komite Keperawatan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 17 Tahun 2013 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenpan no 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Peraturan Menteri Kesehatan No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Peraturan Menteri Kesehatan No 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi RS
Peraturan Menteri Kesehatan No 40 Tahun 2017 tentang Jenjang Karir Keperawatan
Buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 Tahun 2018
Undang-Undang No. 3 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang no 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

13

Vous aimerez peut-être aussi