Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Blok 7.3
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016
SKENARIO
dr. Dani adalah dokter PNS baru di PKM simpang 4 Sipin. Ini hari pertama dia
bertugas di poli umum. Ia melihat hampir semua pasien memiliki kartu BPJS.
dr. Dani masih bingung dengan sistem pembiayaan kesehatan sehingga ia
bertanya dengan Kepala Puskesmas. Selain itu juga dr. Dani masih perlu
mempelajari bagaimana sistem penjamin mutu di suatu pelayanan kesehatan
beserta manajemen sarana dan prasarana nya, karena ia melihat di PKM masih
terbatas SDM dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelayanan pasien. dr. Dani
juga melihat masih banyak tenaga medis yang melaksanakan tindakan medis
masih tidak sesuai dengan standar keselamatan yang ditetapkan dam etika
kedokteran.
Klarifikasi Istilah
Pasal 6
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 memperoleh pembayaran
dengan besaran tarif kapitasi yang didasarkan pada jumlah dokter, rasio jumlah
dokter dengan jumlah peserta, ada atau tidaknya dokter gigi, dan waktu
pelayanan.7
Pada sistem ini, sang dokter akan menerima penghasilan tetap di tiap
bulannya sebagai balas jasa atas layanan kesehatan yang telah diberikan.
Termasuk di dalamnya sistem pembayaran pada penyedia layanan kesehatan
yang bekerja di instansi dimana dokternya dibayarkan berdasar gaji bulanan di
instansi tersebut, bukan dari jenis layanan kesehatan yang diberikannya.
4. Sistem reimbursement
Sistem penggantian biaya kesehatan oleh pihak perusahaan berdasar
layanan kesehatan yang dikeluarkan terhadap seorang pasien. Metode ini pada
dasarnya mirip dengan fee for service, hanya saja dana yang dikeluarkan bukan
oleh pasien, tapi pihak perusahaan yang menanggung biaya kesehatan pasien,
namun berbeda dengan kapitasi karena metode ini melihat jumlah kunjungan
dan jenis layanan yang diberikan oleh provider.3,8
b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5%
dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat
untuk UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c. Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private
patnership digunakan untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana
Sosial Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.9
Jaminan mutu
Mutu dalam pelayanan kesehatan adalah tingkat dimana pelayanan
kesehatan pasien ditingkatakan mendekati hasil yang diharapkan dan
mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan (JCAHO, 1993). Jaminan
mutu adalah suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam memonitor
dan mengevaluasi mutu dan kesiapan dalam pelayanan terhadap pasien
dalam meningkatakn pelayanan, dan memecahkan masalah yang telah
diidentifikasi (JCAHO). Oleh karena itu jaminan mutu didefinisikan dalam
tiga kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu :
1. Merencakan suatu produk atau pelayanan dan pengendalian
produknya yang tidak dapat dilepaskan dari mutu. Dalam
pelayanan kesehatan, aktifitas dan program dimaksudkan
menjamin atau memberi garansi terhadap mutu
2. Pengendalian mutu adalah suatu proses dimana kinerja aktual
dinilai atau diukur, dan dibandingkan dengan tujuan serta
perbedaan atau penyimpangan ditindaklanjtui dengan
menggunakan metode statistik
3. Peningkatan mutu : proses pencapaian suatu tingkat kinerja atau
mutu baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pencapaian tingkat
mutu baru adalah yang terbaik dari pada tingkat mutu sebelumnya
Oleh Depkes RI, jaminan mutu merupakan upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif, dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan selanjutnya menetapkan
serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia, menilai hasil yang dicapai dan menyusun rencana saran
tindak lanjut untuk lebih meningkatkan kesehatan. Sedangkan pengertian
dari
Terdapat 12 faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan
kesehatan yang dituangkan dengan spesifikasi seperti dibawah ini :
Kelayakan : tingkat dimana perawatan atau tindakan yang
dilakukan relevan terhadap kebutuhan klinis pasien dan
memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan
keadaannya
Kesiapan : tingkat dimana kesiapan perawatan atau
tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan pasien
sesuai keperluannya
Kesinambungan : tingkat dimana perawatan atau tindakan
yang dilakukan dengan baik setiap saat, diantara tim
kesehatan dalam organisasi
Efektifitas : tingkat dimana perawatan atau tindakan yang
dilakukan dengan benar, serta mendapatkan penjelasan dan
pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam rangka
memnuhi harapan pasien
Kemanjuran : tingkat dimana perawatan atau tindakan yang
diterima pasien dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk
menyempurnakan hasil sesuai harapan pasien
Efisiensi : ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien
terhadap sumber-sumber yang dipergunakan dalam
memberikan layanan bag pasien
Penghormatan dan perhatian : pasien dilibatkan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan dirinya
Keamanan : dimana bahaya lingkungan perawatan
diminimalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain,
termasuk petugas kesehatan
Ketepatan waktu : dimana perawatan atau tindakan
diberikan kepada pasien tepat waktu sangat penting dan
bermanfaat.
walaupun mutu tidak selalu dapat dijamin tetapi dapat diukur. Jika
bisa diukur, berarti bisa ditingkatkan dan dapat disempurnakan.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator kunci
mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan
mengukur mutu hasilnya. Jadi upaya pendekatan yang dilakukan
diawali dari jaminan mutu (QA), mengarah pada peningkatan mutu
yang proaktif (QI).10
3. Mudah dicapai
4. Mudah dijangkau
Dapat dilihat dari segi biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yangb sesuai dengan
kemempuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan hanya
bisa dijangkau oleh sebagian masyarakat bukanlah pelayanan kesehatan yang
baik.
5. Bermutu
16. Apa saja standar keselamatan pasien di puskesmas dan di RS dan bagaimana
evaluasi penilaian layanan mutu?
Jawab:
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar
keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di
Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar Keselamatan Pasien wajib
diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan
Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
I. Hak pasien
Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.
Kriteria:
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena
itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Etik akhlak, adat kebiasaan, watak perasaan, sikap baik, yang layak atau
seperangkat asas dan nilai yang berkaitan seperti asas kode etik
Etik : seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam
kode etik.
1. puskesmas induk
a. sarana rawat jalan : poli umm, poli KIA, gigi, sanitasi, gizi, MTBS, DDTK
& fisioterapi
b. sarana rawat darurat : UGD, pelayanan kasus bersalin dengan kompetensi
PONED
c. sarana kamar operasi
d. sarana rawat inap (ruang vip, kelas 1,2,3
e. sarana penunjang (ruang loket, lab, kamar obat, radiologi, tata saha
f. sarana lai : ruang imunisasi, ruang IT, dapur, gedung alat, gudang obat,
gudang alat kebersihan
g. garasi
h. tempat parkir
i. kamar mandi
j. ruang satpam
k. ruang merokok
l. musolla,
m. ruang genset
n. bangunan IPAL
2. puskesmas pembantu
a. geografis
b. aksestabilitas untuk jalur transportasi
c. kontur tanah
d. fasilitas parkir
e. fasilitas keamanan
f. ketersediaan utilitas publik
g. pengelolaan kesehatan lingkungan, dan
h. kondisi lainnya
TENTANG
BAB III
PERSYARATAN
Pasal 9
(2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
(satu) Puskesmas.
(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
Pasal 10
a. geografis;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
h. kondisi lainnya.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian Puskesmas
harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Pasal 11
Pasal 12
(1) Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, setiap
Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan.
(2) Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didirikan dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan.
Pasal 13
(1) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
l. kendaraan ambulans.
Pasal 14
Pasal 15
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang
berwenang.
Pasal 16
(1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga
non kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk
dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan
pembagian waktu kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri atas:
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
i. tenaga kefarmasian.
(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan
kegiatan operasional lain di Puskesmas.
Pasal 17
(1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak
pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan
(2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin
praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 18
Pasal 19