Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kata Kunci : Komposit Partikel Fly Ash, Serbuk Besi Dan Grafit, Ketahanan
Aus, SEM.
PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP
KETAHANAN AUS KOMPOSIT FLY ASH/PHENOLIC UNTUK
APLIKASI KAMPAS REM
Oleh
MAULANA YUSUF
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
SKRIPSI
Oleh
MAULANA YUSUF
Gambar
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang…………..………………………...…………………..1
1.2. Tujuan………………….……………………………………………..4
1.3. Batasan masalah………..……………………………...……………...4
1.4. Sistematika penulisan…..……………………………………………..5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
(MAULANA YUSUF)
Dengan kerendahan hati dan harapan
Menggapai Ridho Illahi Robbi
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
Keluarga ku
Dan
Almamater tercinta
Teknik Mesin Universitas Lampung
Penulis dilahirkan di Natar, Lampung Selatan pada tanggal 22
September 1990, sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara
dari pasangan Muhammad Thayib dan Tri Mulatsih.
Prof.
Dr.
Ir.
Hasriadi
Mat
Akin,
selaku
RektorUniversitasLampung.
2. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
UniversitasLampung.
3. Bapak Ahmad Suudi, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik
MesinUniversitas Lampung.
4. Ibu Dr.Eng Shirley Savetlana,S.T.,M.Met selaku pembimbing utama
tugas akhir,atas banyak waktu,
ide,
dan perhatian
yang
telah
diberikan untukn membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
5. BapakNafrizal, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua tugas akhir ini,
yangtelah banyak mencurahkan waktu dan fikirannya bagi Penulis
6. Bapak Dr. IrzaSukmana, S.T., M.T. selaku pembahas tugas akhir
ini,yang telah banyak memberikan kritikdan saran yang sangat
bermanfaat bagipenulis.
7. Seluruh Dosen Staff pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lampung.
8. Kedua Orang Tuaku, Ibu, Ayah, serta kakak-kakakdanAdik ku yang
selalumemberikan doa yang terbaik bagi penulis.
9. Sahabat-sahabatku M. Aprilliansyah, M. Ihsan Yusuf S.T., Amar
Ma’ruf S.T., Yusuf Abdulah, Sohadi, DoniIrawan, AgusFerdian
U.K.,Dwi
MAULANA YUSUF
1
I. PENDAHULUAN
Fly ash atau abu terbang merupakan sisa pembakaran batubara dari limbah
pembakaran di industri besar, seperti PLTU, industri semen, industri
kereta api, dan lain-lain. Di Indonesia, produk limbah pembakaran
pembangkit listrik tenaga uap terus meningkat, sebagai contoh pada tahun
2000 jumlah fly ash mencapai 1,66 juta ton, dan meningkat secara
signifikan menjadi 2 juta ton pada tahun 2006. Besarnya jumlah fly ash
yang dihasilkan dari
tahun
ke tahun tak
Ukuran partikel fly ash hasil pembakaran batubara lebih kecil dari 0,075
mm. Kerapatan fly ash berkisar antara 2,1 sampai 3,0 gr/cm3, luas area
2
spesifiknya antara 170 sampai 1000 m /kg, ukuran partikel rata-rata fly
ash batubara 0,01mm – 0,015 mm, luas permukaan 1-2 m2/g, massa
jenis (specific gravity) 2,2 – 2,4 gr/ cm 3 dan bentuk partikel yaitu
sebagian besar berbentuk seperti bola, sehingga menghasilkan mampu
kerja yang lebih baik (Pratama, 2011).
Sifat fisika grafit ditentukan oleh sifat dan luas permukaannya. Grafit yang
halus mempunyai permukaan yang relatif lebih luas. Selanjutnya, grafit
3
Kegunaan grafit, antara lain adalah sebagai elektroda pada baterai, proses
elektrolisis, atau untuk pensil. Selain itu, jika karbon aktif dipanaskan pada
suhu 1.500 °C dengan paladium, platina sebagai katalis, akan menghasilkan
serat polimer, seperti poliakrilonitril atau selulosa, yang bila digabungkan
dengan plastik akan membentuk foam dan foil. Grafit bersifat keras dan
tahan terhadap gesekan sehingga dapat digunakan untuk bahan pembuat
kampas rem pengganti asbestos (Sri Lestari, 2004).
Besi merupakan salah satu unsur yang paling sering kita manfaatkan dalam
kehidupan sehari – hari. Besi diperoleh dari serbuk besi yang kemudian
dilebur dan dipadu dengan unsur lain untuk membentuk berbagai jenis besi.
Manfaat serbuk besi sangat besar perannya dalam kehidupan sehari hari.
Serbuk besi dapat ditemui di berbagai lokasi, seperti daerah berpasir dan
lepas pantai. Serbuk besi memiliki lambang Fe. Biasanya serbuk besi
diperoleh dalam bentuk magnetik, dengan berbagai macam bentuk, yang
4
kemudian dilebur dan akhirnya menjadi hasil olahan besi yang memiliki
warna abu – abu, keperakan dan gelap.
Serbuk besi bersifat keras sehingga dapat digunakan untuk bahan baku
pembuatan besi baja dan kabel/kawat baja, sebagai bahan pembuatan besi
tuang, besi tempa, pembuatan baja lunak, baja dengan campuran karbon
yang tinggi dan tambahan campuran, sebagai bahan pembuatan rangka
kendaraan, dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan komposit.
Grafit dan serbuk besi yang bersifat keras dan tahan terhadap gesekan
diharapkan dapat memperbaiki ketahanan aus komposit fly ash/phenolic
untuk aplikasi kampas rem.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
2.1. Komposit
Kata komposit berasal dari kata “to compose” yang berarti menyusun
atau menggabung. Secara sederhana bahan komposit berarti bahan
gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan untuk
membentuk
pada
alloy
paduan
satu
dengan
sudah tidak
kelihatan lagi
keunggulan
dari material
material
lainnya
adalah
penggabungan
ini
diharapkan
dapat
saling
masing-masing
d. berat (Weight)
e. ketahanan lelah
f. Meningkatkan konduktivitas panas
g. Tahan lama
Sekarang ini
perkembangan
teknologi
untuk
komposit
sangat mempengaruhi
sifat-sifat
dari
komposit.
Penggabungan partikel yang keras dalam matrik dapat menghasilkan
suatu komposit yang baru, dengan kelebihan sifat-sifat mekanik dari
bahan dasar komposit tersebut. Sedangkan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik dari komposit tersebut, dapat diketahui dengan melakukan
pengujian standar pada spesimennya. Dibandingkan dengan bahan
konvensional seperti beton, komposit memiliki sejumlah
keunggulan
yaitu antara lain tahan terhadap cuaca, tahan terhadap kimia, lebih
ringan, dan keunggulan komposit yang paling penting adalah mudah
dibentuk dan dibuat sehingga dapat menghemat biaya pengerjaan,
komposit
juga
mudah
rumit (Jones,1975).
dicetak
dan
memungkinkan bentuk
yang
10
alami
serat
yang
panjang
serat
yang
mempunyai
berbentuk
dan
bisa
anorganik
anthracite (batubara
bitumen
batubara
keras
yang
mengkilat)
pembakaran
atau
yang memenuhi syarat-syarat
bitumen-
yang dapat
dipakai untuk kelas ini sperti yang disyaratkan. Abu batubara jenis
ini memiliki sifat Pozzolanic ( Husin,1998)
c. Kelas C
Abu batubara yang umumnya diproduksi dari lignite atau
batubara subitumen yang memenuhi syarat yang dapat dipakai
untuk kelas ini seperti yang disyaratkan. Abu batubara kelas ini,
selain memiliki sifat pozzolan juga memiliki beberapa sifat
yang lebih menyerupai semen ( Husin,1998)
13
Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu batubara menurut ASTM
C618 – 91 ( Husin,1998) ditunjukkkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Unsur senyawa kimia dan sifat fisika pada fly ash (Sumber:
Andriati Amir Husin)
Susunan kimia dan fisika
Kelas F (%)
Kelas C (%)
Silikon dioksida
54,90
39,90
Sulfur trioksida
5,0
5,0
Kadar air
3,0
3,0
Hilang pijar
6,0
6,0
Na2O
1,5
1,5
Menurut SK SNI S- 15- 1990- F p- 1, yang dimaksud
dengan :
a. Abu batubara kelas N adalah hasil kalsinasi dari pozzolan alam
seperti tanah diatonice, shole (serpih), tuff dan batu apung yang
beberapa jenis dari bahan tersebut ada yang tidak mengalami
kalsinasi.
b. Abu batubara kelas
F adalah
abu
yang dihasilkan
dari
C adalah abu
Sedangkan pada data analisis kimia fly ash yang berasal dari
Tarahan Provinsi lampung adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis kimia fly ash Tarahan Provinsi Lampung (Sumber:
Hasil Laboratorium P.T. Sucofindo)
Susunan kimia dan fisika
Nilai (%)
SiO2
61,55
Al2O3
22,31
MgO
0,52
SO3
2,56
Na2O
1,86
Dari tabel dan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fly ash
yang berasal dari Tarahan Provinsi Lampung merupakan kelas F,
karena silikon dioksida pada Tarahan Provinsi Lampung bernilai 61,55
% sedangkan pada literatur yang ada nilai silikon dioksida fly ash
jenis F adalah minimum 54,90%. Dan fly ash dari Tarahan ini
berasal dari batubara keras
2. Grafit
Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1
– 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3, tidak berbau dan tidak beracun,
serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik. Proses
dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi
oksida atau pada suhu 3.5000C bila kondisi bukan oksida.
15
pada
distribusi
partikel,
semakin
kecil
partikel
1)
2.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Pencampuran (mixing)
Karakteristik serbuk mempunyai
3.
Penekanan (kompaksi)
Kompaksi merupakan proses pemadatan serbuk menjadi sampel
dengan bentuk tertentu sesuai dengan cetakannya
Ada 2 macam metode kompaksi, yaitu:
a. Cold compressing, yaitu penekanan dengan temperatur kamar.
Metode ini dipakai apabila bahan yang digunakan mudah
teroksidasi, seperti Al.
b. Hot compressing, yaitu penekanan dengan temperatur di atas
temperatur kamar. Metode ini dipakai apabila material yang
digunakan tidak mudah teroksidasi.
Pada proses kompaksi, gaya gesek yang terjadi antar partikel yang
digunakan dan antar partikel komposit dengan dinding cetakan akan
mengakibatkan kerapatan pada daerah tepi dan bagian tengah tidak
merata. Untuk menghindari terjadinya perbedaan kerapatan, maka
pada saat kompaksi digunakan lubricant/pelumas yang bertujuan
untuk mengurangi gesekan antara partikel dan dinding cetakan.
Dalam penggunaan lubricant/bahan pelumas, dipilih bahan pelumas
yang tidak reaktif terhadap campuran serbuk dan yang memiliki titik
leleh rendah sehingga pada proses sintering tingkat awal lubricant
dapat menguap.
4.
Pemanasan (sintering)
Sintering adalah pemanasan kompak mentah sampai temperatur
tinggi. Pada proses sinter, benda padat terjadi karena terbentuk ikatanikatan. Panas menyebabkan
bersatunya partikel dan efektivitas reaksi
19
bersatunya
partikel
sedemikian
rupa
sehingga
2.
3.
4.
Biaya
pembuatan
yang
mahal
dan
terkadang
serbuk
sulit
penyimpanannya
2.
3.
1.
2.
3.
Untuk menahan kendaraan saat parkir dan berhenti pada jalan yang
menurun atau menanjak.
Prinsip kerja sistem rem adalah mengubah tenaga kinetik menjadi panas
dengan cara menggesekan dua buah logam pada benda yang berputar
sehingga putarannya akan melambat. Oleh sebab itu komponen rem yang
bergesekan ini harus tahan terhadap gesekan (tidak mudah aus), tahan panas
dan tidak mudah berubah bentuk pada saat bekerja dalam suhu tinggi.
4. Pegas pembalik
5. Kanvas rem
6. Silinder roda
2.5. Keausan
Keausan adalah penguraian ketebalan permukaan akibat gesekan yang
terjadi pada pembebanan dan gerakan. Keausan umumnya dianalogikan
sebagai hilangnya materi sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan
yang bergerak slidding dan dibebani. Ini merupakan fenomena normal yang
terjadi jika dua permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan atau
perpindahan materi yang terjadi antara dua benda yang bergesekan (Sularso,
1997)
Keausan sendiri mempunyai dua sifat yaitu keausan normal dan keausan
tidak normal ( akibat penggantian minyak pelumas yang tidak teratur ).
Hal – hal yang mempengaruhi keausan :
1. Pembebanan
2. Kecepatan
3. Jumlah minyak pelumas
4. Jenis minyak pelumas
5. Temperatur
6. Kekerasan permukaan
7. Kehalusan permukaan
8. Adanya benda – benda asing
9. Adanya benda kimia
22
Keausan adhesive
Keausan adhesive adalah salah satu jenis keausan yang disebabkan
oleh terikat atau melekat ( adhesive ) atau berpindahnya partikel dari
suatu permukaan material yang lemah ke material yang lebih
keras serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan /
pengoyakan salah satu material. Proses bermula ketika benda dengan
kekerasan yang lebih tinggi menyentuh permukaan yang lemah
kemudian terjadi pengikatan. Pengikatan ini terjadi secara spontan dan
dapat terjadi dalam suhu yang rendah (Sularso, 1997).
2.
Keausan abrasive
Keausan jenis ini terjadi bila suatu partikel keras dari material tertentu
meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga
terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat
23
3.
Keausan lelah
Keausan lelah pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi baik
secara abrasif atau adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi akibat
interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban
berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retakretak
mikro
tersebut
pada
akhirnya
menyatu
dan
4.
5.
Keausan Erosi
Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel
padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya
kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Namun, jika
sudut benturannya membentuk sudut gaya normal ( 90 derajat ), maka
keausan
yang
terjadi
akan
mengakibatkan
pengikisan
pada
Keterangan :
P : Beban
ω : Kecepatan putar
…………………………………………………………….….(1)
………………………………….……………………………….(2)
Dimana:
Ws = Abrasi (mm3)
B
2.
3.
4.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
2. Fly ash
Fly ash berfungsi sebagai penguat atau pengisi dalam komposit.
4. Grafit
Grafit termasuk bahan friction modifier tingkat gesekan grafit
dipengaruhi oleh kelembaban dan strukturnya. Penambahan grafit dapat
meningkatkan ketahanan panas. Grafit tersusun atas lapisan hexagonal.
Gambar 4. Cetakan
2. Thermo control.
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur cetakan. Thermo control
memiliki temperatur maksimal 600 oC. Seperti pada gambar 5
3. Mixer.
Digunakan untuk mencampur bahan komposit. Seperti pada gambar 6
Gambar 6. Mixer
4. Timbangan digital.
Digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembentuk komposit. Dengan
skala 0,01 gram sampai 500 gram. Seperti pada gambar 7
5. Furnace
Digunakan untuk proses curing (perlakuan panas komposit).
Dengan spesifikasi :
32
Mod L 64/14
400 V 3 N
Nr 156349
50 Hz
Jahr 2000
16/16/28 A
Max °C 1400
13,0 KW
Naberthem
Lilienthal (Germany)
Gambar 8. Furnace
7. Dongkrak hidrolik.
Dongkrak yang dipakai yaitu dongkrak dengan ukuran 5 ton, digunakan
untuk menekan komposit agar lebih padat.
8. Mesin uji ketahanan aus (Ogoshi high speed universal wear testing
machine)
Fungsi ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U
adalah untuk menentukan laju keausan suatu material dimana benda uji
memperoleh beban gesek dari disk yang berputar (revolving disc).
Pembebanan ini akan menghasilkan kontak yang pada akhirnya akan
mengambil sebagian material pada benda uji. Besarnya jejak permukaan
33
dari material yang tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat
keausan pada material.
`
Gambar 9. Ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U
Mulai
Studi literatur
Pembuatan komposit
Pengumpulan data
Pengolahan data
Selesai
3.5
Prosedur Penelitian
Metode pelaksanaan penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu:
1. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk mengenali masalah yang ada dalam
penelitian dan menyusun rencana untuk kerja penelitian yang dilakukan.
Pada studi awal dilakukan langkah-langkah seperti pengenalan lapangan
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan serta mengambil
data-data penelitian yang sudah ada sebagai pembanding terhadap hasil
pengujian yang akan dianalisa.
2. Melakukan persiapan pemilihan serbuk
Serbuk yang digunakan pada penelitian ini bermacam-macam. Langkahlangkah dalam persiapan serbuk
ini sebagai berikut :
a. Memilih serbuk yang akan digunakan.
b. Menimbang serbuk yang akan digunakan.
c. Mencampurkan serbuk menggunakan mixer.
d. Setelah campuran serbuk merata siap dimasukkan kedalam cetakan.
3. Persiapan cetakan spesimen uji
Cetakan spesimen uji dibuat dengan ukuran standar pengujian, bahan
yang digunakan untuk cetakan ini adalah baja dengan kelas sedang.
Cetakan ini disesuaikan dengan geometri spesimen uji keausan.
36
Phenolic resin
60%
60%
60%
Fly ash
5%
5%
5%
5%
5%
5%
10%
10%
Grafit
15%
10%
5%
5%
10%
15%