Vous êtes sur la page 1sur 8

Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552

Vol.8. No 1, Maret 2019

EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF


DALAM MENURUNKAN HIPERTENSI PADA LANSIA
M.Ilham1, Armina2, Hasyim Kadri3
1,2,3
Prodi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim,
Email : Ilhamadza28@gmail.com

ABSTRACT

The prevalence of cases of hypertension is very high in the elderly, namely 60% -80% at
the age above 65 years. The number of elderly people suffering from hypertension at Budi
Luhur Jambi PSTW in November 2018 was 22 elderly and had received regular
hypertension medication every day but the elderly blood pressure was still high. The
purpose of this study is to see whether there is any effect of progressive muscle relaxation
therapy on blood pressure in elderly people with hypertension. This study used the Quasi
Experiment method with the design of Non Equivalent Control Group Pretest-Posttest,
with random sampling technique, the number of samples was 20 elderly consisting of 10
elderly experimental groups given hypertension drugs as well as progressive muscle
relaxation therapy and 10 elderly control groups who only given hypertension
medication. This research was conducted at Budi Luhur PSTW Jambi on 28 January-2
February 2019. Progressive muscle relaxation therapy is given once a day every morning
for six consecutive days. Based on the analysis using the Dependent T test in the
experimental group, it was found that systolic blood pressure was p value 0.0001 and
diastolic blood pressure was p value 0.002 <(0.05). the results of the analysis using the
Independent T test found differences in the blood pressure of the experimental group and
control where systolic blood pressure p value 0.031 <(0.05), while the diastolic blood
pressure p value 0.009 <(0.05), it can be concluded that there significant to the blood
pressure of elderly people with hypertension before and after being given progressive
muscle relaxation therapy. This study is expected to be a new program at PSTW Budi
Luhur Jambi to reduce high blood pressure in elderly people who suffer from
hypertension.

Keywords: Hypertension, Elderly, Progressive muscle relaxation therapy

Menurut WHO (World Health Organization) Prevalensi kasus hipertensi sangat tinggi
pada lansia yaitu 60%-80% pada usia diatas 65 tahun. Jumlah lansia yang menderita
hipertensi di PSTW Budi Luhur Jambi bulan November 2018 berjumlah 22 lansia dan
telah mendapat obat hipertensi rutin setiap hari namun tekanan darah lansia masih tinggi.
Tujuan penelitian ini untuk melihat adakah pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap tekanan darah lansia penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode
Quasi Experiment dengan desain Non equivalent control group pretest-posttest, dengan
teknik random sampling, jumlah sampel sebanyak 20 lansia yang terdiri dari 10 lansia
kelompok intervensi yang diberikan obat hipertensi juga terapi relaksasi otot progresif
dan 10 lansia kelompok kontrol yang hanya diberikan obat hipertensi. Penelitian ini

58
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

dilakukan di PSTW Budi Luhur Jambi pada tanggal 28 Januari-2 Februari 2019. Terapi
relaksasi otot progresif diberikan satu kali sehari setiap pagi selama enam hari berturut-
turut. Berdasarkan analisis menggunakan uji T Dependen pada kelompok intervensi
didapatkan tekanan darah sistole p value 0,0001 dan tekanan darah diastole p value 0,002
< (0,05). hasil analisis menggunakan uji T Independen didapatkan perbedaan tekanan
darah kelompok intervensi dan kontrol dimana tekanan darah sistole p value 0,031 <
(0,05), Sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan p value 0,009 < (0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah lansia
penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi program baru di PSTW Budi Luhur Jambi untuk
menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia yang menderita hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, Lansia, Terapi relaksasi otot progresif.

PENDAHULUAN 839 juta kasus hipertensi,


diperkirakan menjadi 1,15 milyar
Lanjut usia (lansia) merupakan pada tahun 2025 atau sekitar 29 %
bagian dari proses tumbuh kembang dari total penduduk dunia dan sekitar
manusia. Semua orang akan 80 % kenaikan kasus hipertensi
mengalami proses menjadi tua dan terjadi terutama di negara-negara
masa tua merupakan masa hidup berkembang. Hipertensi adalah
manusia yang terakhir. Dimasa ini penyakit yang paling banyak derita
seseorang pada umumnya akan oleh lansia di Indonesia dibuktikan
mengalami kemunduran fisik, mental dengan hasil Risekesdas 2013
dan sosial secara bertahap (Azizah, tentang 10 masalah kesehatan lansia
2011). yang tercantum di Infodatin lansia
Menurut Darmojo (2015) status bahwa penyakit hipertensi
kesehatan para lanjut usia, penyakit menempati urutan pertama sebagai
atau keluhan yang umum diderita penyakit lansia yaitu dengan
adalah penyakit reumatik, hipertensi, prevalensi usia 55-64 tahun sebanyak
penyakit jantung, penyakit paru, 45,9%, usia 65-74 tahun sebanyak
diabetes melitus, jatuh, 57,6% dan usia 75 tahun keatas
paralisis/lumpuh separuh badan, sebanyak 63,8% dan pada Riskesdas
TBC paru, patah tulang dan kanker. 2018 prevalensi hipertensi pada
Prevalensi kejadian hipertensi sangat lansia meningkat, usia 55-64 tahun
tinggi pada lansia yaitu 60%-80% menjadi 55,2%, usia 65-74 tahun
pada usia diatas 65 tahun. Sebagian menjadi 63,2% dan usia 75 tahun
orang menganggap penyakit keatas menjadi 69,5% (Riskedas,
hipertensi pada lansia adalah hal 2018).
biasa. Sehingga mayoritas Hipertensi adalah suatu kondisi
masyarakat menganggap remeh medis yang kronis dimana tekanan
penyakit ini (Muhammad, 2010). darah meningkat di atas tekanan
Menurut Organisasi kesehatan darah yang disepakati normal. Nilai
dunia (World Health Organization) sistolik >140 mmHg dan nilai
dalam (Triyanto, 2014) mencatat sistolik >90 mmHg (Kowalski,
pada tahun 2012 sedikitnya sejumlah 2010). Hipertensi juga sering disebut

59
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

sebagai Silent Killer (pembunuh dalam Erwanto, dkk 2017).


diam-diam) karena seringkali Penelitian yang telah dilakukan oleh
penderita hipertensi bertahun-tahun Rahmawati, Musviro & Deviantony
tanpa merasakan sesuatu gangguan (2018) tentang efektifitas Progresive
atau gejala. Hipertensi adalah Muscle Relaxation (PMR) dengan
tekanan darah tinggi yang bersifat desain penelitian one group pretest
abnormal dan diukur paling tidak dan postest terhadap tekanan darah
pada tiga kesempatan yang berbeda. pada penderita hipertensi
Secara umum seseorang diangap menunjukan hasil bahwa terdapat
mengalami hipertensi apabila perbedaan yang signifikan pada
tekanan darahnya lebih tinggi dari tekanan darah baik sistole dan
140/90 mmHg. Hipertensi juga diastole responden sebelum dan
sering diartikan sebagai suatu sesudah diberikan terapi Progresive
keadaan dimana tekanan darah Muscle Relaxation (PMR)).
sistolik lebih dari 120 mmHg dan Terapi relaksasi otot progresif
tekanan darah diastolik lebih dari 80 dapat meningkatkan relaksasi dengan
mmHg (Ardiansyah,2012). menurunkan aktivitas saraf simpatis
Tanpa disadari penderita dan meningkatkan aktivitas saraf
mengalami komplikasi pada organ- parasimpatis sehingga terjadi
organ vital seperti jantung, otak vasodilatasi diameter arteriol. Saraf
ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat parasimpatis akan melepaskan
hipertensi seperti pusing, gangguan asetilkolin untuk menghambat
penglihatan dan sakit kepala aktivitas saraf simpatis dengan
seringkali terjadi pada saat hipertensi menurunkan kontraktilitas otot
sudah lanjut disaat tekanan darah jantung, vasodilatasi arteriol dan
sudah mencapai angka tertentu yang vena (Muttaqin, 2014). Relaksasi
bermakna. Hipertensi dapat otot progresif juga bersifat
menyebabkan berbagai macam vasodilator yang efeknya
komplikasi antara lain gagal jantung memperlebar pembuluh darah dan
dan stroke (Triyanto, 2014). dapat menurunkan tekanan darah
Penatalaksanaan hipertensi secara langsung. Relaksasi ini
menurut Lewis (2000) dibagi menjadi metode relaksasi termurah,
menjadi dua cara yaitu non tidak ada efek samping, mudah
farmakologis dan farmakologis. dilakukan, membuat tubuh dan
Terapi non farmakologis merupakan pikiran terasa tenang dan rileks
terapi tanpa menggunakan agen obat (Jacob, 2010 dalam Erwanto, dkk
dalam proses terapinya, sedangkan 2017).
terapi farmakologis menggunakan Berdasarkan survei
obat atau senyawa yang dalam pendahuluan bahwa terapi relaksasi
kerjanya dapat menurunkan tekanan otot progresif (ROP) pada lansia
darah pasien (Triyanto, 2014). hipertensi di Jambi pernah dilakukan
Pemberian terapi non farmakologis pada penelitian sebelumnya namun
diantaranya akupresure, terapi jus, belum melihat keefektifan terapi
pijat, yoga, pengobatan herbal, ROP dengan terapi farmakologis.
pernafasan dan relaksasi, relaksasi Tujuan dari penelitian ini adalah
otot progresif (Bulecheck, dkk 2013 untuk mengetahui keefektifan terapi

60
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

relaksasi otot progresif terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN


tekanan darah lansia penderita
hipertensi di Panti Sosial Tresna Hasil penelitian yang telah
Werdha Budi Luhur Jambi. dilakukan pada tanggal 28 Januari - 2
Februari 2019 di PSTW Budi Luhur
METODE PENELITIAN Jambi dengan jumlah responden 10
lansia kelompok intervensi dan 10
Metode penelitian ini adalah lansia kelompok kontrol.
Quasi Experiment dengan desain Berdasarkan tabel 1 diperoleh
penelitian yang digunakan Non sebagian besar (70%) pada lansia
equivalent control group pretest- hipertensi kelompok intervensi
posttest design. Penelitian ini berumur 60-74 tahun (Elderly Age)
mengunakan teknik random dan sebagian besar (90%) responden
sampling, dengan jumlah sampel 20 pada kelompok kontrol berumur 60-
lansia (kelompok intervensi : 10 74 tahun (Elderly Age). Selain itu,
lansia yang rutin minum obat sebagian besar (70%) pada kelompok
hipertensi & diberi terapi relaksasi intervensi berjenis kelamin
otot progresif serta kelompok kontrol perempuan sedangkan sebagian besar
: 10 lansia yang hanya minum obat (60%) pada kelompok kontrol
hipertensi). Penelitian ini dilakuakn berjenis kelamin laki-laki.
di PSWT Budi Luhur Jambi dengan Tabel 1. Karakteristik Lansia
kriteria inklusi sampel sebagai Hipertensi (n=20)
berikut: Kelompok Kelompok
N Karakteristi
1. Lansia hipertensi berusia ≥ 60 o k
intervensi Kontrol
tahun. N % N %
2. Lansia yang tidak menjalani Umur :
perawatan tirah baring atau bed 1 60-74 thn. 7 70 9 90
rest 75-90 thn. 3 30 1 10
3. Lansia yang bersedia menjadi 10 100 10 100
Total
responden dalam penelitian. Jenis
Instrumen penelitian kelamin :
menggunakan 5 unit 2
Perempuan 7 70 4 40
spygmomanometer digital dan Laki-laki 3 30 6 60
lembar ceklis pengukuran tekanan 10 100 10 100
Total
darah.
Etika penelitian pada
penelitian ini menganut prinsip Hasil uji normalitas
autonomy / respect of human dignity, menggunakan histogram dan kurva
anonimity, beneficence, normal, dimana didapatkan hasil
nonmaleficence (Polit & Beck, histogram sehingga data berdistribusi
2012). Analisis data menggunakan normal dan nilai yang digunakan
analisis univariat, sedangkan analisis adalah nilai mean. Berdasarkan hasil
bivariat dengan uji T independen. penelitian ini pada tabel 2
menunjukkan bahwa nilai pretes
mean tekanan darah (TD) pada
kelompok intervensi adalah

61
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

151,60/90,80 mmHg dan nilai postes perhatian pada suatu aktivitas otot
mean TD adalah 137,90/85,40 dengan mengidentifikasi otot yang
mmHg. Sedangkan nilai pretes mean tegang kemudian menurunkan
tekanan darah (TD) pada kelompok ketegangan dengan melakukan
kontrol adalah 154,00/95,60 mmHg teknik relaksasi untuk mendapatkan
dan nilai postes mean TD adalah perasaan relaks sehingga dapat
148,60/95,20 mmHg. Pada hasil menurunkan kecemasan, perasaan
pengujian hipotesis penelitian nyeri, dan menurunkan tekanan
menunjukkan bahwa terapi ROP darah. Menurut peneliti teknik
memiliki perbedaan TD (sistole dan relaksasi otot progresif dapat efektif
diastole) bermakna antara kelompok menurunkan tekanan darah pada
intervensi dengan kelompok kontrol lansia jika dilakukan dengan
dengan p value sistole = 0,031 dan p sungguh-sungguh, nyaman dan
value diastole = 0,009. dengan intensitas yang lebih sering
Tabel 2. Perbedaan Mean Tekanan seperti misalnya dua kali dalam
Darah Sebelum dan Sesudah Terapi sehari.
ROP pada Kelompok intervensi dan Hasil penelitian pada kelompok
Kelompok Kontrol, Februari 2019 kontrol ini menggambarkan bahwa
(n=20) tekanan darah pada kelompok juga
Kel Var Mean SD Mea P mengalami penurunan tetapi tidak
p. iabe n va
l Diff lu
terlalu hal ini dikarenakan kelompok
eren e kontrol juga mengkonsumsi obat
s hipertensi sehingga tekanan darah
Int Pre Po Pre Po
erv st st
pun turun, menurut asumsi peneliti
Sist 15 13 11, 9,7 - 0, lebih efektif jika diberikan terapi
ol 1,6 7,9 28 46 10,7 03 relaksasi otot progresif.
0 0 6 1
5,9
Berdasarkan tabel diatas hasil
Dia 90, 85, 6,8 48 - analisis menggunakan uji T
stol 80 40 93 10,7 Independen didapatkan perbedaan
Ko Pre Po Pre Po
ntr st st
tekanan darah kelompok intervensi
ol Sist 15 14 13, 10, - 0, dan kontrol, tekanan darah sistole
ol 4,0 8,6 02 71 9,80 00 dengan p value 0,031 < (0,05).
0 0 1 0 9
Sedangkan pada tekanan darah
Dia 95, 95, 10, 8,8 - diastole didapatkan p value 0,009 <
stol 60 20 57 54 9,80 (0,05) karna nilai p-value kurang dari
5
0,05 maka keseimpulannya terdapat
Hasil penelitian ini perbedaan rerata skor sistole dan
menunjukkan bahwa lansia yang diastole yang bermakna antara
yang minum obat hipertensi dan kelompok intervensi yang diberikan
diberikan terapi relaksasi otot terapi relaksasi otot progresif dengan
progresif terjadi penurunan tekanan kelompok kontrol yang tidak
darah dari hipertensi derajat I diberikan terapi relaksasi otot
menjadi pra hipertensi. progresif.
Hal ini sesuai dengan teori Hasil penelitian ini sejalan
Herodes (2010) dalam Setyodi & dengan teori yang mengatakan
Kushariyadi (2011) bahwa terapi bahwa menciptakan keadaan rileks
relaksasi otot progresif memusatkan

62
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

seperti melakukan teknik relaksasi relaksasi otot yang dilatih selama 30


otot progresif merupakan salah satu menit maka sekresi CRH
cara penatalaksanaan hipertensi (cotricotropin releasing hormone)
secara non farmakalogis yang efektif dan ACTH (adrenocorticotropic
(Muttaqin, 2014) karena Relaksasi hormone) di hipotalamus menurun.
otot progresif bersifat vasodilator Penurunan kedua sekresi hormon ini
yang efeknya memperlebar menyebabkan aktivitas syaraf
pembuluh darah dan dapat simpatis menurun sehingga
menurunkan tekanan darah secara pengeluaran adrenalin dan
langsung. Relaksasi ini menjadi noradrenalin berkurang, akibatnya
metode relaksasi termurah, tidak ada terjadi penurunan denyut jantung,
efek samping, mudah dilakukan, pembuluh darah melebar, tahanan
membuat tubuh dan pikiran terasa pembuluh darah berkurang dan
tenang dan rileks (Jacob, 2010 dalam penurunan pompa jantung sehingga
Erwanto, 2017). tekanan darah arterial jantung
Sesuai dengan teori menurun (Smeltzer & Bare,2010).
Kushariyadi dan Setyoadi (2011) Pembahasan diatas di dukung
yang menyatakan bahwa relaksasi oleh hasil penelitian yang dilakukan
otot progresif dapat menurunkan oleh Khairani dan Fadhila (2015)
ketegangan otot, kecemasan, nyeri dengan judul pengaruh relaksasi otot
leher dan punggung, tekanan darah progresif terhadap penurunan
tinggi, frekuensi jantung, laju tekanan darah pada lansia penderita
metabolik, mengurangi distrima hipertensi di Yayasan Babusalam
jantung, kebutuhan oksigen, Nurul Hikmah dengan hasil
meningkatkan gelombang alfa otak penelitian p value 0,0001 < 0,005
yang terjadi ketika klien sadar dan yang berarti terdapat perbedaan yang
tidak memfokuskan perhatian serta signifikan antara mean hipertensi
rileks, mengatasi kelelahan dan pretest dan posttest setelah diberikan
spasme otot. Pada penelitian ini teknik relaksasi otot progresif pada
ditemukan adanya penurunan kelompok intervensi.
tekanan darah pada lansia. penurunan Hal ini juga diperkuat oleh
tekanan darah terjadi karena pada penelitian Wahyuni, Suhariyanti dan
saat kondisi tubuh seseorang yang Priyanto (2017) dengan judul
merasakan relaks, tenang, istirahat efektifitas relaksasi otot progresif
pikiran, otot-otot rileks mata tertutup dan mesagge kaki dengan pemberian
dan pernapasan teratur maka keadaan oil kenanga dalam menurunkan
inilah yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia
tekanan darah pada lansia yang dengan hasil penelitian pada
menderita hipertensi. Sehingga lansia kelompok relaksasi otot progresif
yang serius dalam melakukan didapatkan nilai p value = 0,0001 <
relaksasi otot progresif mengalami 0,05 dan pada kelompok message
penurunan tekanan darah. kaki didapatkan nilai p value
Dengan demikian, saat =0,0001 < 0,05 perbedaan dua
melakukan relaksaksi otot progresif kelompok di tandai dengan hasil
dengan tenang, rileks dan penuh rata-rata, dimana pada kelompok
kosentrasi terhadap tegang dan relaksasi otot progresif nilai mean

63
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

yaitu 5,92 sedangkan pada message Kesehatan Baiturrahim Jambi untuk


kaki nilai mean nya yaitu 9,2 maka mengembangkan hasil riset berbasis
dapat disimpulkan bahwa relaksasi holistik. Dari hasil pembahasan
oto progresif lebih efektif dalam dalam penelitian ini dapat
menurunkan tekanan darah. disimpulkan bahwa terapi relaksasi
Hal ini sesuai dengan teori otot progresif berpengaruh terhadap
Smeltzer & Bare (2010), Secara tekanan darah lansia penderita
fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipertensi apalagi dilakukan di
hipotalamus yang selanjutnya tempat yang tenang dan nyaman
mengendalikan dua sistem sehingga lansia benar-benar
neuroendokrin, yaitu sistem simpatis merasakan keadaan rileks.
dan sistem korteks adrenal. Sistem
saraf simpatik berespons terhadap SIMPULAN
impuls saraf dari hipotalamus yaitu
dengan mengaktivasi berbagai organ Kesimpulan dalam penelitian ini
dan otot polos yang berada di bawah adalah terapi relaksasi otot progresif
pengendaliannya, sebagai contohnya efektif menurunkan tekanan darah
meningkatkan kecepatan denyut (sistole dan diastole) lansia penderita
jantung, meningkatkan tekanan hipertensi dibandingkan hanya rutin
darah, meningkatkan aliran darah ke minum obat hipertensi.
otot dan mendilatasi pupil. Pada
kelompok kontrol hanya terjadi SARAN
penurunan tekanan darah sistole
sedangkan pada tekanan darah Berdasarkan hal tersebut
diastole tidak terjadi penurunan diharapkan penelitian ini dapat
tekanan darah yang signifikan, menjadi pertimbangan bagi PSTW
menurunnya tekanan darah bisa saja Budi Luhur Jambi untuk membuat
disebabkan karena efek obat, maka program terapi tambahan penurun
asumsi peneliti pada kelompok tekanan darah tinggi pada lansia
kontrol agar terjadi penurunan dengan cara pemberian terapi
tekanan darah yang bermakna maka relaksasi otot progresif rutin tiga kali
kelompok kontrol juga perlu seminggu.
diberikan terapi relaksasi otot
progresif sehingga dapat DAFTAR PUSTAKA
menciptakan perasaan yang nyaman
dan relaks 1. Ardiansyah, M. 2012.
Tindakan non farmakologi Medikal Bedah untuk
terapi komplementer, bersifat Mahasiswa. Diva Press:
alamiah untuk mengatasi hipertensi, Yogyakarta.
terapi relaksasi otot progresif 2. Azizah, L.M. 2011.
merupakan salah satu tindakan untuk Keperawatan lanjut usia.
mengatasi tekanan darah tinggi Graha ilmu: Yogyakarta.
(Padila, 2013) hal ini juga sesuai 3. Darmojo, B. 2015. Geriatri
dengan asuhan keperawatan holistik (Ilmu kesehatan lanjut usia).
dan sesuai dengan visi dan misi prodi FKUI: Jakarta.
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

64
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

4. Erwanto, R. dkk. 2017. pada penderita hipertensi.


Lansia dan keperawatan The Indonesian Journal of
keluarga. Nuha medika: Health Science, ISSN: 2087-
Yogyakarta. 5053, 188-193 di akses dari
5. Infodatin lansia. 2016. Situasi http://jurnal.unmuhjember.ac.
Lanjut Usia (Lansia) di id/index.php/TIJHS/article/vi
Indonesia. Pusat Data dan ew/154/ pada tanggal
Informasi Kementrian 25/12/2018 jam 22:20
Kesehatan RI. Jakarta 13. Setyoadi & Kushariyadi.
6. Khairani, L & Fadhila, E. 2011. Terapi Modalitas
2015. Pengaruh relaksasi otot Keperawatan pada Klien
progresif terhadap penurunan Psikogenetrik. Salemba
tekanan darah pada lansia Medika: Jakarta.
penderita hipertensi di 14. Smeltzer, S.C & Bare, B.G.
Yayasan Babus Salam Nurul 2010. Buku Ajar
Hikmah Tahun 2015. di akses Keperawatan Medikal Bedah.
dari Jakarta :EGC.
https://ojs.stikesrshajimdn.ac. 15. Triyanto, E. 2014. Pelayanan
id/index.php/jsh/article/view/ keperawatan bagi penderita
49 pada tanggal 25/10/2018 hipertensi secara terpadu.
jam 14:04 Graha ilmu: Yogyakarta
7. Kowalski, R.E. 2010. Terapi 16. Wijaya, A.S., & Putri, Y.M.
Hipertensi program 8 2013. Keperawatan Medikal
minggu. Qanita: Bandung. Bedah (Keperawatan
8. Muhammad, S. 2010. Dewasa) Teori dan Contoh
Mengenal Penyakit Askep. Nuha medika:
Hipertensi, Diabetes, Stroke Yogyakarta.
dan Serangan Jantung. Keen 17. Wahyuni, W., Suhariyanti,
Books: Jakarta. E., dan Priyanto, S. 2017.
9. Muttaqin, A. 2014. Buku ajar Efektivitas relaksasi otot
Asuhan keperawatan klien progresif dan massage kaki
dengan Gangguna sistem dengan pemberian essential
Kardiovaskuler dan oil kenanga dalam
Hematologi. Salemba menurunkan tekanan darah
Medika: Jakarta. tinggi pada lansia. Jurnal
10. Nuru Polit, D.F. & Beck, C.T. URECOL, 335-344.
2012. “Nursing research
generating and asseing evidence
for nursing practice”, China:
Lippincott Williams & Wilkins.
11. Padila. 2013. Keperawatan
gerontik. Nuha medika.
Yogyakarta.
12. Rahmawati., P.M dkk. 2018.
Efektifitas Progresive Muscle
Relaxation (PMR) terhadap
penurunan tekanan darah

65

Vous aimerez peut-être aussi