Vous êtes sur la page 1sur 8

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN

REINFORCING
DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA SMA

Harry Sundoro
Universitas Islam Sumatera Utara, Jl. STM, No. 77 Medan.
Email: dr.harrysundoro@yahoo.com

ABSTRACT

Deviant sexual behavior among unmarried adolescents in terms of


reproductive health tends to increase. Premarital sexual behavior in
adolescents in high school. The phenomenon of sexual behavior among
adolescents according to The Board of Coordinator for National Family
Planning in the field as much as 52% had premarital sex. The objective of the
research was to find out the correlation of predisposing factors, Enabling and
Reinforcing the Pre-Marital Sexual Behavior in Adolescents XY high school in
the city of Medan. The research used explanatory method and cross sectional
study design. The data were gathered by conducting interviews and
questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression analysis at α
= 0.05. The result of this study showed pre-marital sexual behavior 52.4% of
high-risk category. Predisposing factors, 64.5% category is not good
knowledge, the attitude of 57.3% in the negative category, socioeconomic
54.0% in the low category. Enabling factors; 54.8% of media access
information on exposure category, 58.1% availability of the facilities available
in the category. Reinforcing factors; 58.1% of parents have role category,
53.2% of peers have no role category. The result of statistic test showed that
predisposing factors (knowledge, attitudes, social and economic) and enabling
factors (media access to information and the availability of facilities) as well as
reinforcing factors (the role of parents and the role of peers) were correlated
(p < 0.05) with the pre sexual behavior marriage. The variable of knowledge
had the most dominant correlation with the pre sexual behavior marriage.

Keywords: Predisposing factors, Enabling, Reinforcing, Teenagers

1. PENDAHULUAN Survei Durex dan Harris Interactive pada tahun


2007, menunjukkan bahwa usia rata-rata
Perilaku seksual yang menyimpang dikalangan
kehilangan keperawan di Indonesia sekitar
remaja belum menikah cenderung meningkat.
19,1 tahun. Angka usia di Indonesia berada di
Beberapa penyebab yang mempengaruhi
urutan ke 9 dari Negara Asia, yaitu Malaysia
penyimpangan perilaku seksual ini seperti
(23 tahun), India (22,9 tahun), Singapore
perkembangan arus globalisasi, teknologi dan
(22,8 tahun), China (22,1 tahun), Thailand
informasi serta faktor lainnya, sehingga
(20,5 tahun), Hongkong (20,2 tahun), Vietnam
mempengaruhi perubahan perilaku seksual
(19,2 tahun), Jepang (19,4 tahun), dan Taiwan
kehidupan remaja. Penyimpangan perilaku
(18,9 tahun). Namun, angka usia di Indonesia
seksual yang menyangkut perilaku kesehatan
itu masih di atas usia rata-rata di 27 negara
reproduksi seperti ini memerlukan perhatian
Eropa yaitu sekitar 16 tahun, dengan usia
dan penanganan dengan baik karena mereka
tertinggi di Spanyol sekitar 19,2 tahun dan usia
sangat berisiko terhadap masalah-masalah
terendah Iceland yang sekitar 15,6 tahun,
penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan
maupun juga di Amerika Serikat sekitar 18
kesehatan seperti perilaku seksual pranikah,
tahun (Kesehatan Kompasiana, 2010).
Napza, HIV/AIDS, dan Aborsi (BKKBN 2011).
Menurut BKKBN (2010) mencatat proyeksi Hasil survei Asfriyati (2005), tentang perilaku
penduduk Indonesia tahun 2000-2025 pada seksual pra nikah pada remaja di Kota Medan
tahun 2007 jumlah remaja umur 10-24 tahun ditinjau dari kesehatan reproduksi diketahui
sekitar 64 juta atau 28,6% dari jumlah sekitar 5,5–11% remaja sebelum usia 19
penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. tahun, dan 14,7-30 % remaja yang kuliah
Jumlah remaja yang terus meningkat dapat (mahasiswa) pada usia 15-24 tahun
terjadi permasalahan kompleks seiring dengan sudah melakukan hubungan seksual.
masa transisi dan masalah yang terjadi dalam
Remaja adalah laki-laki atau perempuan yang
kehidupan remaja yang rentan dengan risiko
belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-
kesehatan reproduksi remaja seperti
24 tahun. Masa remaja merupakan periode
seksualitas, Napza, HIV dan AIDS. Hasil kajian
transisi antara masa anak-anak dan masa
BKKBN tahun 2010, menyimpulkan bahwa di
dewasa yang diwarnai oleh pertumbuhan,
wilayah Jabodetabek rata-rata dari 100 remaja,
perubahan, muncul berbagai kesempatan dan
sekitar 51% pernah melakukan hubungan
seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan
seksual pra nikah dan di Surabaya mencapai
reproduksi (Azinar, 2013). Remaja pertama kali
54%, Bandung 47%, Yogyakarta 37% serta
pacaran pada usia 12 tahun. Perilaku pacaran
Kota Medan 52%.
remaja juga semakin permisif yakni sebanyak
Menurut Kementerian Kesehatan (2011) 92% remaja berpegangan tangan saat
penderita AIDS sebagian besar terjadi pada pacaran, 82% berciuman, 63% rabaan petting
kelompok remaja. Kasus HIV di Indonesia (KPAI, 2012).
tahun 1987 sampai dengan 2011 sebanyak
Menurut Sarwono (2012) perilaku seksual
76.879 kasus, sedangkan penderita AIDS
didorong oleh hasrat seksual, baik bagi lawan
berjumlah 29.879 kasus dimana 5.430
jenis maupun sesama jenis. Tingkah laku
diantaranya mengalami kematian. Jumlah
seksual mulai dari perasaan tertarik,
kasus HIV tahun 2011 pada kelompok umur
berkencan, bercumbu, dan bersenggama,
20-24 tahun sebesar 14,8% atau sebanyak
sehingga mereka melakukan hubungan seksual
3.113 kasus dan pada kelompok umur 15-19
pra nikah. Sedangkan menurut Survei
tahun sebesar 3,2% atau sebanyak 683 kasus.
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
Proporsi kumulatif penderita AIDS tahun 1987-
(SKRRI) tahun 2003, faktor yang
2011 tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
mempengaruhi remaja melakukan hubungan
20-29 tahun (45,9%). Sedangkan jumlah
seksual pra nikah antara lain: (a) pengaruh
penderita AIDS pada kelompok umur 15-19
teman sebaya, (b) punya teman berhubungan
tahun sebanyak 3,4%. Hal ini menggambarkan
seks pra nikah dan (c) punya teman
sebagian besar penderita AIDS mulai pada
mendorong melakukan seks pra nikah.
masa remaja yang membutuhkan waktu
beberapa tahun kemudian, sehingga diketahui Sekolah merupakan lingkungan sekunder bagi
menjadi penderita AIDS. remaja setelah lingkungan keluarga. Sekolah
memiliki peran dalam membentuk perilaku
Hasil Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan
remaja, seperti membantu memberikan
serta Pusat Penelitian Bisnis dan Humaniora
penjelasan tentang seks pra nikah dan
(LSCK-PUSBIH) tahun 2008, menyimpulkan
kesehatan reproduksi dengan baik dan benar.
bahwa dari 1.660 responden mahasiswi di
Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan
Yogyakarta sekitar 97,05% mengaku sudah
Oktober 2014 di dua SMA di Kota Medan
kehilangan kegadisannya dan 98 orang
diketahui bahwa SMA pertama memiliki siswa
mengaku pernah aborsi. Tahun 2006, PKBI
berjumlah 644 orang, terdiri dari 268 orang
menyimpulkan, (1) kisaran umur pertama kali
laki-laki (41,6%) dan 376 orang perempuan
melakukan hubungan seksual, yakni 13-18
(58,4%). Sedangkan SMA kedua memiliki
tahun, (2) sebanyak 60% tidak menggunakan
siswa berjumlah 174 orang, terdiri dari 31
alat atau obat kontrasepsi, dan (3) sebanyak
orang laki-laki (17,8%) dan 143 orang
85% dilakukan di rumah sendiri.
perempuan (82,2%).
Kedua SMA tersebut letaknya dekat dengan ini seluruh remaja SMA yang berusia 15-18
daerah perkotaan, strategis dengan pusat tahun di kedua SMA tersebut berjumlah 560
perbelanjaan (keramaian), sehingga situasi ini orang terdiri dari laki-laki 205 orang dan
memberi peluang bagi remaja ini untuk perempuan 355 orang.
mengakses informasi baik melalui media
Data primer diperoleh melalui wawancara
massa, cetak, VCD, buku, dan film porno,
langsung dengan responden dan data
maupun elektronik dan didukung dengan
sekunder diperoleh dari dokumen registrasi
kelengkapan fasilitas internet serta fasilitas
siswa di kedua SMA tersebut. Data dianalisis
yang mendukung perilaku berisiko terhadap
menggunakan uji regresi logistik berganda
perilaku seksual pra nikah. Beberapa masalah
pada taraf kepercayaan 95%.
di kedua sekolah ini adalah; siswa kerap
terlambat datang ke sekolah, sering bolos, 3. HASIL PENELITIAN
ketidakhadiran mengikuti pelajaran dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja
alasan absen. sebagai responden lebih banyak duduk di kelas
Hasil wawancara terhadap guru bimbingan dan XI, yaitu sebanyak 73 orang (58,9%) dengan
konseling pada kedua sekolah tersebut, kelompok umur 15-17 tahun, pada penelitian
ditemukan terjadi peningkatan perilaku seksual ini ditemukan lebih banyak remaja dengan
pra nikah dimana pada tahun 2013 tercatat kelompok umur 16 tahun, yaitu sebanyak 69
sebanyak 5 orang (dari kedua sekolah) dan orang (55,6%).
tahun 2014 tercatat sebanyak 7 orang (dari Peran gender merupakan bagian dari peran
kedua sekolah) masing-masing meningkat sosial dan jenis kelamin bukan sebagai faktor
sebesar 0,3% yang mengakibatkan remaja pennentu peran sosial namun dipengaruhi oleh
hamil di luar nikah, salah satu penyebab hal ini faktor lingkungan dan faktor-faktor lainnya
terjadi adalah pengetahuan remaja yang (Sarwono, 2011). Berdasarkan jenis kelamin
rendah tentang kesehatan reproduksi dan sebagian besar perempuan, yaitu sebanyak 78
diikuti masyarakat perkotaan yang cenderung orang (62,9%) dan sebagian besar tinggal
permisif, mudah mengakses informasi melalui bersama orang tua, yaitu sebanyak 71 orang
media internet serta kurangnya pengawasan. (57,3%).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: sebanyak 80 orang (64,5%) memiliki
menganalisis hubungan faktor predisposing pengetahuan yang berada pada kategori tidak
(pengetahuan, sikap dan sosial ekonomi), baik. Jawaban responden tentang
enabling (akses media informasi, ketersediaan pengetahuan belum sepenuhnya sesuai
fasilitas) dan reinforcing (peran orang tua dan dengan semestinya. Hasil uji bivariat ada
teman sebaya) dengan perilaku seksual pra hubungan pengetahuan dengan perilaku
nikah pada remaja SMA di Kota Medan. seksual pranikah dan secara multivariat
2. METODE PENELITIAN pengetahuan remaja berhubungan positif dan
signifikan dengan perilaku seksual pranikah
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
(RP; 10,696; 95% CI=1,832-62,450).
dengan rancangan penelitian Cross-Sectional
Study, yaitu penelitian yang sifatnya sesaat Sebanyak 71 orang (57,3%) memiliki sikap
pada suatu waktu tertentu dan dalam kurun dengan kategori negatif terhadap seksualitas.
waktu tertentu. Jenis penelitian ini merupakan Responden menyikapi perilaku seks pra nikah
penelitian survei dengan pendekatan cenderung ke arah permisif. Hasil uji bivariat
explanatory menunjukkan ada hubungan sikap dengan
perilaku seksual pranikah dan secara
Penelitian ini dilakukan di SMA Kartika 1-2
multivariat sikap remaja berhubungan positif
Medan dan SMA Almanar Medan dengan
dan signifikan dengan perilaku seksual
pertimbangan adanya penyimpangan perilaku
pranikah (RP; 5,076; 95% CI=1,217-21,172).
seksual pra nikah yang mengakibatkan remaja
hamil di luar nikah. Populasi dalam penelitian
Hasil penelitian menunjukkan sosial ekonomi dengan perilaku seksual pranikah (RP; 7,401;
pada kategori rendah sebanyak 67 orang 95% CI=1,436-38,140).
(54,0%). Hal ini memberikan gambaran bahwa
4. PEMBAHASAN
sebagian besar orang tua anak remaja
4.1. Hubungan Pengetahuan dengan
memiliki sosial ekonomi yang belum baik. Hasil
Perilaku Seksual Pra Nikah
uji bivariat menunjukkan ada hubungan sosial
ekonomi dengan perilaku seksual pranikah dan Jawaban responden tentang pengetahuan
secara multivariat sosial ekonomi berhubungan belum sepenuhnya sesuai dengan semestinya.
positif dan signifikan dengan perilaku seksual Sebagian besar responden menjawab salah
pranikah (RP; 6,376; 95% CI=1,418-28,672). tentang: (a) sistem reproduksi, proses
reproduksi, fungsi alat reproduksi, (b)
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pengertian bubungan seksual, (c) aktivitas
akses media informasi sebanyak 68 orang
seksual, (d) dampak dari melakukan hubungan
(54,8%) pada kategori terpapar. Hal ini
seksual pra nikah, (e) pengertian aborsi, (f)
memberikan gambaran bahwa sebagian besar
jenis penyakit yang timbul, (g) akibat
responden terpapar karena adanya media
hubungan seksual pra nikah, (g) dampak buruk
informasi. Hasil uji statistik bivariat
hubungan seksual pranikah, dan (h) manfaat
mengindikasikan ada hubungan akses media
mengikuti seminar atau pelatihan tentang
informasi dengan perilaku seksual pranikah
remaja dan kesehatan reproduksi.
dan secara multivariat akses media informasi
berhubungan positif dan signifikan dengan Berdasarkan hasil uji bivariat ada hubungan
perilaku seksual pranikah (RP; 4,577; 95% pengetahuan dengan perilaku seksual pra
CI=1,142-18,343). nikah p<0,05 dan secara multivariat
pengetahuan remaja berhubungan positif dan
Terkait ketersediaan fasilitas yang mendukung
signifikan dengan perilaku seksual pra nikah.
perilaku berisiko, sebanyak 72 orang (58,1%)
Hal ini berarti responden yang memiliki
menyatakan bahwa dilingkungannya tersedia.
pengetahuan tidak baik mempunyai peluang
Hasil uji statistik secara bivariat menunjukkan
11 kali risiko tinggi terhadap perilaku seksual
ada hubungan ketersediaan fasilitas yang
pra nikah dibandingkan dengan responden
mendukung perilaku berisiko dengan perilaku
yang memiliki pengetahuan baik.
seksual pranikah dan secara multivariat
ketersediaan fasilitas yang mendukung perilaku Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
berisiko berhubungan positif dan signifikan penelitian Gultom (2009) menyimpulkan bahwa
dengan perilaku seksual pranikah (RP; 5,116; ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
95% CI=1,264-20,696). perilaku seksual di SMA Methodist 4 Medan.
Demikian juga hasil penelitian Puspita dkk.
Sebanyak 72 orang orang tua (58,1%) pada
(2012) menyimpulkan bahwa ada hubungan
kategori berperan dalam pendidikan seksual.
antara pengetahuan terhadap perilaku seks
Hasil uji statistik secara bivariat menunjukkan
remaja siswa SMK Negeri 4 Jeneponto. Namun
ada hubungan peran orang tua dengan
hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
perilaku seksual pranikah dan secara
penelitian Kurniawati (2001), menyimpulkan
multivariat peran orang tua berhubungan
bahwa tidak terdapat hubungan yang
positif dan signifikan dengan perilaku seksual
bermakna antara pengetahuan kesehatan
pranikah (RP; 5,616; 95% CI=1,056-29,858).
reproduksi dengan perilaku seks pra nikah.
Ada sebanyak 63 orang teman sebaya (50,8%)
4.2. Hubungan Sikap dengan Perilaku
pada kategori tidak berperan. Hasil uji statistik
Seksual Pra Nikah
secara bivariat menunjukkan ada hubungan
peran teman sebaya dengan perilaku seksual Responden menyikapi perilaku seks pra nikah
pranikah dan secara multivariat peran teman cenderung ke arah permisif. Hal ini
sebaya berhubungan positif dan signifikan memberikan gambaran bahwa sebagian besar
responden belum sepenuhnya merespon cenderung remaja melakukan seks pra nikah
dengan baik tentang perilaku seks pra nikah. agar pasangannya dapat memenuhi segala
sesuatu yang ia butuhkan.
Berdasarkan hasil uji bivariat ada hubungan
sikap dengan perilaku seksual pra nikah 4.4. Hubungan Akses Media Informasi
p<0,05, dan secara multivariat sikap remaja dengan Perilaku Seksual Pra
berhubungan positif dan signifikan dengan Nikah
perilaku seksual pra nikah p<0,05. Hal ini
Dalam penelitian ini ditemukan media
berarti responden yang memiliki sikap negatif
informasi yang paling banyak digunakan
mempunyai peluang 5 kali risiko tinggi
responden terkait dengan perilaku seksual
terhadap perilaku seksual pra nikah
adalah internet dan VCD. Hal ini berarti
dibandingkan dengan responden yang memiliki
responden yang terpapar akses media
sikap positif.
informasi mempunyai peluang 5 kali risiko
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil tinggi terhadap perilaku seksual pra nikah
penelitian Solha (2007), menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak
sikap berhubungan signifikan dengan perilaku terpapar akses media informasi.
seksual. Siswa yang mempunyai sikap negatif
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
terhadap kesehatan reproduksi mempunyai
penelitian Suharsa (2007), menyimpulkan
kecenderungan 1,8 kali untuk berperilaku
bahwa remaja yang terpapar dengan media
seksual berisiko. Hal yang sama juga
tentang seksualitas berpeluang 8,63 kali untuk
ditemukan dalam hasil penelitian Irmawaty
berperilaku seksual berisiko. Demikian juga
(2013) menyimpulkan bahwa faktor
pada hasil penelitian Musthofa dan Winarti
predisposisi memiliki pengaruh yang signifikan
(2010) menyimpulkan bahwa akses media
terhadap perilaku seksual pranikah siswa, yaitu
pornografi mempengaruhi perilaku seks pra
sikap dan memiliki kekuatan sebesar 15%
nikah berisiko pada mahasiswa di Kota
terhadap perilaku seksual pra nikah siswa di
Pekalongan. Namun hasil penelitian ini berbeda
STIKes Medistra Indonesia Jakarta.
dengan hasil penelitian Gultom (2011) yang
4.3. Hubungan Sosial Ekonomi dengan menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
Perilaku Seksual Pra Nikah yang bermakna antara pemanfaatan media
televisi dan internet, tindakan orang tua
Dilihat dari jumlah responden yang memiliki
terhadap media dengan perilaku seksual di
sosial ekonomi rendah, ada peluang 6 kali
SMA Methodist 4 Medan.
risiko tinggi terhadap perilaku seksual pra
nikah dibandingkan dengan responden yang 4.5. Hubungan Ketersediaan Fasilitas
memiliki sosial ekonomi tinggi. yang Mendukung Perilaku
Berisiko dengan Perilaku Seksual
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Pra Nikah
penelitian Anjarwati (2009) menyimpulkan
bahwa status sosial ekonomi berhubungan Sebagian besar disekitar wilayah responden
secara signifikan dengan perilaku seksual tersedia fasilitas yang mendukung perilaku
remaja. Prevalensi remaja dengan status sosial berisiko. Dalam penelitian ini ditemukan
ekonomi rendah memiliki perilaku seksual yang fasilitas yang paling banyak mendukung
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang perilaku berisiko, yaitu (a) fasilitas mengakses
berstatus sosial ekonomi yang lebih tinggi. internet tersedia dengan mudah, (b) tersedia
Remaja dengan status sosial ekonomi rendah fasilitas laptop untuk mengakses hingga larut
berpeluang 2 kali melakukan penyimpangan malam, dan (c) tersedia fasilitas transportasi
perilaku seksual pra nikah (RP=1,5; CI untuk keluar malam. Hal ini memicu responden
95%=1,15-2,05). Hasil penelitian ini didukung untuk mengakses ketersediaan fasilitas
pendapat Bachtiar (2004) yang mendukung perilaku berisiko tersebut dan
mengungkapkan bahwa dengan status mempunyai peluang 5 kali risiko tinggi
perekonomian keluarga yang rendah terhadap perilaku seksual pra nikah
dibandingkan dengan responden yang tidak dibandingkan dengan responden yang memiliki
memiliki ketersediaan fasilitas. teman sebaya yang berperan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Brown dalam (Yee, 2007), penelitian Dewi (2009) menyimpulkan bahwa
menyimpulkan bahwa secara umum remaja remaja yang mendapatkan pengaruh buruk
yang paling banyak mendapat dorongan dari temannya memiliki kemungkinan lebih dari
seksual dari ketersediaan fasilitas melalui tiga kali (OR=3.207) untuk melakukan perilaku
media cenderung melakukan seks pada usia seksual pranikah bila dibandingkan dengan
14-16 tahun 2,2 kali lebih tinggi di banding remaja yang mendapatkan pengaruh yang baik
dengan remaja lain yang lebih sedikit melihat dari temannya.
eksploitasi seks dari fasilitas media.
Demikian juga pada hasil penelitian Zulhaini
4.6. Hubungan Peran Orang Tua dan Nasution (2011) menyimpulkan bahwa ada
dengan Perilaku Seksual Pra hubungan pergaulan teman sebaya terhadap
Nikah perilaku seks pranikah pada siswa kelas XI di
SMA Negeri 6 Binjai Tahun Ajaran 2011/2012.
Sebagian besar responden menyatakan mereka
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
diawasi oleh orang tua dalam bergaul dan
hasil penelitian Suharsa (2006) yang
mendapatkan penjelasan tentang kesehatan
menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
dan perkembangan tubuh sebagai remaja. Hal
yang bermakna antara interaksi peer group
ini memberikan gambaran bahwa sebagian
dengan perilaku seksual.
besar anak remaja masih diawasi orangtua
dengan baik. Hal ini berarti responden yang 5. KESIMPULAN
memiliki orang tua berperan dalam anggota
1. Pengetahuan sebanyak 64,5% kategori
keluarga mempunyai peluang 6 kali risiko
tidak baik, sikap sebanyak 57,3% kategori
rendah terhadap perilaku seksual pra nikah
negatif, sosial ekonomi sebanyak 54,0%
dibandingkan dengan responden yang memiliki
kategori rendah, akses media informasi
orang tua yang tidak berperan. Hasil
sebanyak 54,8% kategori terpapar,
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
ketersediaan fasilitas yang mendukung
Gultom (2009) menyimpulkan bahwa ada
perilaku berisiko sebanyak 58,1% kategori
hubungan tindakan orang tua dengan perilaku
tersedia, peran orang tua sebanyak 58,1%
seksual remaja di SMA Methodist 4 Medan.
kategori berperan dan peran teman sebaya
Demikian juga pada hasil penelitian Musthofa
sebanyak 50,8% kategori tidak berperan
dan Winarti (2010) menyimpulkan bahwa
serta perilaku seksual pra nikah sebanyak
kontrol orang tua mempengaruhi perilaku seks
52,4% kategori risiko tinggi.
pra nikah berisiko pada mahasiswa di Kota
Pekalongan. Namun hasil penelitian ini berbeda 2. Ada hubungan signifikan faktor
dengan hasil penelitian Astuti (2009) predisposing (pengetahuan, sikap dan
menyimpulkan bahwa peran orang tua tidak sosial ekonomi), Faktor enabling (akses
berhubungan dengan perilaku seksual pra media informasi, ketersediaan fasilitas yang
nikah. mendukung perilaku berisiko) dan faktor
reinforcing (peran orang tua dan teman
4.7. Hubungan Peran Teman Sebaya
sebaya) dengan perilaku seksual pra nikah.
dengan Perilaku Seksual Pra
Nikah 3. Faktor predisposing (pengetahuan, sikap
dan sosial ekonomi), Faktor enabling
Sebagian besar responden menyatakan mereka
(akses media informasi, ketersediaan
tidak terpengaruh dengan gaya teman dalam
fasilitas yang mendukung perilaku berisiko)
bergaul. Hal ini berarti responden yang
dan faktor reinforcing (peran orang tua dan
memiliki teman sebaya tidak berperan
teman sebaya) berhubungan signifikan
mempunyai peluang 7 kali risiko rendah
dengan perilaku seksual pra nikah.
terhadap perilaku seksual pra nikah
4. Variabel yang paling dominan berhubungan Methodist 4 Medan. Tesis, S2 IKM FKM,
dengan perilaku seksual pra nikah adalah USU Medan.
pengetahuan dengan nilai koefisien (B) =
Irmawaty, L, 2013. Perilaku Seksual Pra Nikah
2,515.
Pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat. KEMAS 9 (1) (2013) 44-52.
Anjarwati, 2009. Hubungan Status Sosial Kemenkes RI, 2011. Situasi dan Analisis
Ekonomi Dengan Perilaku Seksual Penyalahgunaan Narkoba. Pusat Data
Remaja Pada Siswa SMA Negeri Di dan informasi. Departemen Kesehatan.
Kabupaten Gunung Kidul. Tesis. S2 Ilmu Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Kesehatan Masyarakat UGM, Masyarakat, Jakarta.
Yogyakarta.
KPAI. 2012. Pacaran Pertama Anak Indonesia
Asfriyati, 2005, Masalah Kehamilan Pranikah Umur 12 Tahun . [online]. http:// KPAI
pada Remaja Ditinjau dari Kesehatan Pacaran Pertama Anak Indonesia Umur
Reproduksi, Info Kesehatan Masyarakat, 12 Tahun gaya hidup Tempo.co.htm.
The Journal of Public Health, Volume IX, Diakses 24 Nopember 2014.
Nomor 1, Juni 2005, Fakultas Kesehatan
Kurniawati, PS., 2001. Pengaruh Informasi
Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Perilaku Seks dan Tanggapan Mahasiswa
Medan
mengenai Akibat Perilaku Seks terhadap
Astuti, J, 2009. Pengaruh Karakteristik Siswa Sikap Setuju yang dihubungkan dengan
Dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Seks Bebas bagi Mahasiswa
Kecenderungan Melakukan Hubungan Akademi Kesahatan di Provinsi Banten
Seksual Pranikah Pada Siswa SMA Tahun 2000. Tesis. FKM UI.Depok
Negeri Di Banda Aceh. Tesis. Sekolah
Musthofa, S.B., Fuji Winarti, 2010. Faktor Yang
Pascasarjana Universitas Sumatera
Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah
Utara, Medan.
Mahasiswa Di Pekalongan Tahun 2009-
Azinar, M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah 2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol.
Beresiko terhadap Kehamilan Tidak 1 No 1, Desember 2010 : 33 -41.
Diinginkan. Jurnal Kemas. 8(2): 143-150
Puspita, S.P.M, Muhammad Iksan , Rahma,
Bachtiar, A, 2004. Cinta Remaja: Mengungkap 2012. Pengetahuan, Sikap, Peran Orang
Pola dan Perilaku Cinta Remaja. Tua Perilaku Seks Remaja Siswa SMK
Yogyakarta: Sarjana Yogyakarta. Negeri 4 Jeneponto. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UNHAS, Makassar.
BKKBN, 2010. Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja, Jakarta Sarwono., S.W., 2012. Psikologi Remaja. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
______, 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja
(10-24 tahun). http://bkkbn.go.id Suharsa, H,. 2006. Perilaku seksual Remaja
[diakses 12 Oktober 2014] pada Siswa Sekolah Menengah Atas
serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Dewi, INCT, 2009. Pengaruh Faktor Personal
di Kabupaten Pandeglang Tahun 2006.
dan Lingkungan Terhadap Perilaku
Tesis, FKM UI. Depok
Seksual Pranikah pada Remaja di SMA
III Baturadden dan SMA Negeri I Yee, KA., 2007. Teens Talking About Sexual
Purwokerto. Tesis. UNDIP, Semarang. Health: Girl-Directed Tools to Trigger
Gultom, L, 2011. Pengaruh Faktor Predisposisi, Partner Communication. International
Pemungkin dan Pendorong Remaja Journal of Humanities and Social
Pengguna Situs Internet dan Televisi Science. 1(18): 90-101.
Terhadap Perilaku Seksual di SMA
Zulhaini, S, Masyithah Nasution, 2011.
Pengaruh Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seks Pranikah Pada Siswa Kelas
XI Di SMA Negeri 6 Binjai. Intelektual
Vol.6 No.1 Maret 2011.

http://www.kesehatan.kompasiana.com/seksol
ogi/2010/12/22/80%-gadis-tak-lagi-
perawan-326500.html

Vous aimerez peut-être aussi