Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: Measles is a an acute disease caused by paramyxovirus. In Lampung province incidence rate
(IR) of measles is 5,89 per 100,000 population and in Metro Pusat it still high (38,8%). Aim of this research
is to know the risk factor of measles in children age 1-14 years in Metro Pusat District 2013-2014.
Method: This research use cases control design, sample in this research was 102, consisting of 34 cases and
68 control. The sample collecting by taking all the clinical case, while control by neighborhood. Data
collecting by questionnaire and observation home environment. Data were analyzed using univariat,
bivariat, and multivariate analysis.
Result: The results of research that measles associated with maternal occupation (OR 3.2; CI 95% 1,355-
7,798), immunization status (OR 3,0; CI 95% 1,242-7,646), history of contact (OR 3.7; CI 95% 1,199-
11,545), family income (OR 3,0; CI 95% 1,242-7,464), and density of occupancy (OR 3.3; CI 95% 1,348-
8,277). Next the results of multivariate analysis that risk factor of measles is maternal occupation,giving
breastfeeding, history of contact, family income, and the density of occupancy.
Conclusion: Measles determinants is the history of contact. The advice can be given that this research
should be done monitoring and activities counseling , information and education about measles, exclusive
breastfeeding and providing vitamin A, then training cadres can move liveliness mother in posyandu
activities, and Counseling to mother about treatment of child with measles.
Keyword: Measles, risk factor, children age 1-14 years
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit campak merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh paramyxovirus. Di
Provinsi Lampung incidence rate (IR) campak sebesar 5,89 per 100.000 penduduk dan di Kecamatan Metro
Pusat masih cukup tinggi yakni 38,8%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian campak pada anak usia 1-14 tahun di Kecamatan Metro Pusat tahun
2013-2014.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, sampel dalam penelitian ini adalah
102 yang terdiri dari 34 kasus dan 68 kontrol. Teknik pengambilan sampel untuk kasus dengan mengambil
seluruh kasus campak klinis, sedangkan kontrol dengan teknik neighbourhood. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dan dengan melakukan observasi keadaan lingkungan rumah. Data dianalisa
secara univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian: Hasil penelitian didapat bahwa kasus campak berpengaruh dengan pekerjaan ibu (OR 3.2;
CI 95% 1,355-7,798), status imunisasi (OR 3,0; CI 95% 1,242-7,646), riwayat kontak (OR 3.7; CI 95%
1,199-11,545), penghasilan keluarga (OR 3,0; CI 95% 1,242-7,464), dan kepadatan hunian (OR 3.3; CI 95%
1,348-8,277). Selanjutnya dilakukan analisis multivariat didapatkan hasil bahwa faktor risiko kejadian
campak adalah pekerjaan ibu, riwayat pemberian ASI, status imunisasi, riwayat kontak, penghasilan
keluarga, dan kepadatan hunian.
Kesimpulan: Kejadian campak pada anak usia 1-14 tahun disebabkan oleh faktor pekerjaan ibu, status
imunisasi, riwayat kontak, penghasilan keluarga, dan kepadatan hunian. Saran penelitian ini sebaiknya
dilakukan monitoring dan kegiatan konseling, informasi dan edukasi tentang imunisasi campak, ASI ekslusif
dan pemberian Vitamin A, kemudian pelatihan kader dapat menggerakkan keaktifan ibu dalam kegiatan
posyandu dan penyuluhan terhadap ibu dalam perawatan terhadap anak yang terkena campak.
Kata Kunci : Faktor Risiko, Campak, Anak usia 1-14 tahun
100
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
keadaan lingkungan rumah. Responden proporsi paling banyak adalah anak yang
merupakan ibu dari anak usia 1-14 tahun tidak pernah kontak dengan penderita campak
dengan kriteria inklusi dan tidak memiliki sebanyak 87 anak (85,3%). Berdasarkan
kriteria eksklusi. Jumlah kasus sebanyak 34 status vitamin A paling banyak adalah pada
responden dan untuk kontrol sebanyak 68 anak yang mendapat vitamin A sebanyak 2
responden. kali dalam setahun (standar) yaitu 60 anak
Teknik pengambilan sampel untuk (58,8%). Berdasarkan status imunisasi
kasus menggunakan total kasus dan untuk campak, paling banyak pada anak yang sudah
kontrol dengan teknik neighbourhood. Data mendapat imunisasi yaitu 73 anak (71,6%).
diolah dengan menggunakan software statistik Pada tabel 1, distribusi frekuensi
dan untuk analisis hasil penelitiannya pendidikan ibu, bahwa mayoritas ibu
dilakukan secara univariat, bivariat dan berpendidikan tinggi sebanyak 69 ibu
multivariat menggunakan uji chi-square dan (94,1%). Berdasarkan pekerjaan ibu, pada
perhitungan Odds Ratio. Penelitian ini umumnya mayoritas ibu tidak bekerja,
merupakan penelitian dengan desain kasus sebanyak 69 ibu (67,6%). Distribusi frekuensi
kontrol dimana variabel independen (status kepadatan hunian diketahui proporsi paling
imunisasi, status vitamin A, riwayat banyak yaitu responden yang memiliki hunian
pemberian ASI, riwayat kontak, pendidikan yang tidak padat sebanyak 74 ibu (72,5%).
ibu, pekerjaan ibu, kepadatan hunian, ventilasi Proporsi ventilasi rumah, mayoritas
rumah, dan penghasilan keluarga) dan responden terdapat ventilasi yang memenuhi
variabel dependen (kejadian campak). syarat (>10% dari luas lantai) yaitu sebesar 71
(69,6%). Pada penghasilan keluarga dibagi
HASIL PENELITIAN menjadi dua kategori berdasarkan upah
Analisis Univariat minimal Provinsi Lampung tahun 2013 yaitu
cukup, jika penghasilan ≥ Rp 1.150.000 dan
Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa kurang jika penghasilan < Rp 1.150.000.
proporsi paling banyak adalah anak yang Berdasarkan tabel 1, proporsi penghasilan
tidak mendapat ASI eksklusif yaitu 70 anak keluarga mayoritas berpenghasilan cukup
(68,6%). Pada riwayat kontak diketahui sebanyak 73 (71,6%).
Tabel 1.
Distribusi Kasus dan Kontrol Kejadian Campak Pada Anak 1-14 tahun di Kecamatan Metro
Pusat Tahun 2013-2014
Mujiati,Mutahar, Rahmiwati, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia 1-14 Tahun ● 102
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tabel 2.
Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Campak Pada Anak 1-14 tahun di
Kecamatan Metro Pusat Tahun 2013-2014
Tabel 3.
Analisis Multivariat Model Akhir
Mujiati,Mutahar, Rahmiwati, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia 1-14 Tahun ● 104
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
kepadatan hunian. Adapun variabel status Nilai OR diperoleh sebesar 5,5 (IK 95%
imunisasi sebagai variabel perancu. 1,304-22,923), hal ini berarti anak yang tidak
Variabel yang paling besar mendapat ASI ekslusif memiliki risiko 5,5
pengaruhnya terhadap variabel dependen, kali untuk terkena campak dibandingkan
dilihat dari OR atau Exp (B) untuk variabel dengan anak yang mendapat ASI ekslusif.
yang signifikan, semakin besar nilai Exp (B) Berdasarkan hasil penelitian ini ada
berarti semakin besar pengaruhnya terhadap pengaruh antara pemberian ASI dengan
variabel dependen yang dianalisis. Dalam data kejadian campak. Hal ini sesuai teori yang
ini berarti riwayat kontak yang paling besar menyatakan bahwa ASI merupakan makanan
pengaruhnya terhadap kejadian campak. terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi. ASI mengandung sekretori Ig A (sIgA),
PEMBAHASAN antibodi ini melindungi bayi terhadap infeksi
Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI pasif. Bayi baru lahir menerima antibodi
dengan Kejadian Campak maternal Ig A melalui plasenta yang dapat
melindungi dari mikroba.8 Bayi memiliki
Hasil analisis bivariat menunjukkan ketahanan tubuh yang baik dan tidak mudah
secara statistik riwayat pemberian ASI untuk terkena penyakit campak.
berpengaruh terhadap kejadian campak (p
value 0,152). Hasil ini sejalan dengan Hubungan antara Riwayat Kontak dengan
penelitian Natalya (2010), berdasarkan hasil Kejadian Campak
analisa statistik diperoleh nilai p value 0,936 ,
Ratio Prevalens : 0,911 (95% CI : 0,503- Hasil analisis bivariat menunjukkan
1,652), hal ini berarti tidak terdapat pengaruh secara statistik bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara ASI eksklusif dengan antara riwayat kontak dengan kejadian
kejadian campak pada anak.6 campak (p value 0,038). Nilai OR yang
Menurut Soetjiningsih (1997), diperoleh sebesar 3,7 (IK 95% 1,199-11,545)
imunoglobulin yang utama pada ASI adalah artinya anak yang pernah kontak dengan
SigA. Selama 4 bulan pertama kehidupan, penderita campak memiliki risiko 3,7 kali
bayi yang minum ASI menerima 500-600 mg untuk terkena campak dibandingkan dengan
IgA setiap hari dari ASI. SIgA juga anak yang tidak pernah kontak dengan
melindungi bayi dari protein asing, sehingga penderita campak.
bayi tidak mudah terjadi alergi. Kolostrum Hal ini sejalan dengan penelitian
pada ASI, konsentrasi tertinggi terdapat pada Caesar (2002), dari hasil analisis didapatkan
3-4 hari setelah bayi disusui. Kolostrum lebih bahwa riwayat kontak dengan penderita
banyak mengandung imunoglobin A (Iga), campak berpengaruh terhadap kejadian
laktoterin dan sel-sel darah putih, yang campak (p value 0,012), dan riwayat kontak
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan merupakan faktor risiko kejadian campak
tubuh bayi, terhadap serangan penyakit dengan OR sebesar 3,2 kali (IK 95% 1,5-
(infeksi). Menurut penelitian Sifverdal et al 7,0)9. Pada penelitian Parker et al (2006) di
(2008), bahwa pada anak yang diberi ASI Amerika Serikat bahwa riwayat kontak sangat
menurunkan risiko 30% untuk mengalami berpengaruh terhadap kejadian campak. Dari
campak dibandingkan dengan anak yang tidak 34 pasien, 19 orang (56%) terinfeksi langsung
pernah diberikan ASI.7 oleh penderita campak (18 karena berkumpul
Setelah dilakukan analisis multivariat bersama penderita campak sedangkan 1 orang
didapatkan hasil p value 0,02 artinya ada karena mengunjungi tetangganya yang sakit
pengaruh yang bermakna antara riwayat campak) dan 13 orang (38%) tertular dalam
pemberian ASI dengan kejadian campak. langsung oleh penderita di rumahnya.10
Virus campak dapat ditularkan melalui Hubungan antara Status Imunisasi dengan
udara dengan penyebaran droplet, kontak Kejadian Campak
langsung, melalui sekret hidung atau
Hasil penelitian ini menunjukkan secara
tenggorokan dari orang-orang yang terinfeksi
statistik bahwa status imunisasi berpengaruh
dan agak jarang melalui benda-benda yang
terhadap kejadian campak (p value 0,024).
terkena sekret hidung atau sekret
5 Nilai OR yang diperoleh sebesar 3,0 (IK 95%
tenggorokan. Menurut Mandal (2004),
1,242-7,464) yang artinya anak yang belum
penularan virus campak melalui sekresi
diimunisasi beresiko 3,0 kali untuk
pernapasan dari anak-anak yang terinfeksi
mengalami kejadian campak dibandingkan
dengan inhalasi droplet di udara atau melalui
dengan anak yang sudah diimunisasi.
kontak langsung.11
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Setelah dilakukan analisis multivariat
penelitian Budi (2012), hasil analisa statistik
didapatkan hasil p value 0,009 hal ini
terdapat hubungan yang bermakna antara
menunjukkan ada pengaruh antara riwayat
imunisasi dengan kejadian campak pada anak
kontak dengan kejadian campak. Nilai OR
(pvalue = 0,017) dan status imunisasi
sebesar 8,4 (IK 95% 1,1695-41,200) artinya
merupakan faktor risiko kejadian campak
anak yang pernah kontak dengan penderita
dengan OR sebesar 1,97 kali (IK 95% 1,08-
campak memiliki risiko 8,4 kali untuk terkena
3,62).12 Hasil penelitian ini juga didukung
campak dibandingkan dengan anak yang tidak
oleh penelitian Kidd (2012) di Burkina faso
pernah kontak dengan penderita campak. Hal
didapatkan hasil bahwa status anak tidak
ini sejalan dengan penelitian Caesar (2002)
diimunisasi memiliki OR 5,9 (95% CI 1,6-
yang menyatakan bahwa pada analisis
21,5) artinya bahwa anak yang tidak
multivariat regresi logistik ditemukan bahwa
diimunisasi memiliki peluang 5,9 kali untuk
riwayat kontak dengan penderita juga
mengalami campak dibandingkan dengan
merupakan faktor yang sangat berhubungan
anak yang diimunisasi.13 Hasil penelitian
dengan kejadian campak (OR 3,1 ; IK 95%
Siregar (2003), juga terdapat hubungan yang
1,3 – 7,6).9
bermakna antara imunisasi dengan kejadian
Berdasarkan hasil penelitian ini
campak pada anak (p= 0,001) dan status
didapatkan bahwa ada hubungan antara
imunisasi merupakan faktor risiko kejadian
riwayat kontak dengan kejadian campak dan
campak dengan OR sebesar 50,8 kali.14
riwayat kontak merupakan faktor risiko
Penelitian lain yaitu Mariati (2012) juga
kejadian campak pada anak. Sesuai teori
menyatakan bahwa ada hubungan antara
diketahui bahwa, penyakit campak dapat
imunisasi dengan kejadian campak pada anak
ditularkan melalui kontak langsung dengan
(p= 0,008) dan status imunisasi merupakan
penderita melalui udara dengan penyebaran
faktor risiko kejadian campak dengan OR
droplet, sehingga riwayat kontak dapat
sebesar 2,8 kali.15
menjadi faktor risiko. Berdasarkan hasil
Imunisasi adalah usaha memberikan
wawancara, rata-rata responden menjawab
kekebalan pada bayi dan anak dengan
jika anak mereka tertular campak dari teman
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar
sekolahnya atau kontak dengan penderita
tubuh membuat zat anti untuk mencegah
campak yang tinggal serumah. Hal ini
terhadap penyakit tertentu.16 Menurut Hidayat
menunjukkan bahwa saat berada di sekolah
(2008), imunisasi campak merupakan
atau di rumah anak mereka tanpa sengaja
imunisasi yang digunakan untuk mencegah
bersentuhan atau kontak dengan penderita
penyakit campak pada anak karena termasuk
campak.
penyakit menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi
Mujiati,Mutahar, Rahmiwati, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia 1-14 Tahun ● 106
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
pemberian imunisasi campak adalah satu kali titer IgG terhadap virus campak lebih tinggi
pada umur 9-11 bulan. Imunisasi ini pada anak yang mendapat vitamin A
mempunyai efek samping seperti terjadinya dibandingkan anak yang mendapat palsebo
ruam pada tempat suntikan dan panas.17 selama dilakukan observasi 42 hari.19
Setelah dilakukan analisis multivariat Kekurangan vitamin A merupakan
didapatkan hasil p value 0,089 hal ini salah satu penyebab kebutaan pada anak-anak
menunjukkan tidak ada pengaruh antara status di negara berkembang. Kebutaan juga dapat
imunisasi dengan kejadian campak dan disebabkan karena kerusakan korteks dari
menurut analisis, status imunisasi merupakan ensefalitis akibat campak. Di negara-negara
faktor perancu (confounding) terhadap dengan tinggi kematian campak, pengobatan
penyakit campak. dengan vitamin A diberikan sekali sehari
Berdasarkan hasil penelitian ini tidak selama 2 hari dengan dosis 200.000 IU untuk
ada pengaruh antara status imunisasi dengan anak-anak usia ≥ 12 bulan) atau 100.000 IU
kejadian campak. Status imunisasi campak untuk bayi usia ≤ 12 bulan) (Perry et al,
erat hubungannya dengan cakupan imunisasi, 2004).20
dari data yang telah ada dari profil kesehatan Berdasarkan penelitian terdahulu
Kota Metro tahun 2011-2013 terdapat didapatkan bahwa vitamin A merupakan
peningkatan yaitu dari 66,7% menjadi 100%. mikronutrien penting yang diperlukan untuk
Hal ini menunjukkan bahwa status imunisasi fungsi kekebalan tubuh spesifik maupun non
di Kota Metro sudah cukup baik, sehingga spesifik. Defisiensi vitamin A dilaporkan
tidak berpengaruh terhadap kejadian campak. dapat menyebabkan gangguan kekebalan
humoral serta selular. Berdasarkan penelitian
Hubungan antara Status Vitamin A Munasir (2000), terbukti vitamin A dapat
dengan Kejadian Campak menghambat replikasi virus vaksin campak
dengan peningkatan respons imun, ternyata
Hasil penelitian ini menunjukkan secara
suplementasi vitamin A dosis tinggi juga
statistik bahwa tidak ada hubungan antara
bermanfaat pada pasien campak.21
status vitamin A dengan kejadian campak (p
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
value 0,522), nilai p value > 0,25 sehingga
hasil bahwa status vitamin A tidak
status vitamin A tidak masuk untuk analisis
berpengaruh terhadap kejadian campak. Hal
multivariat.
ini kemungkinan karena anak telah memiliki
Hasil penelitian ini, sejalan dengan
kekebalan tubuh yang baik dari hasil
penelitian Budi (2012), dari hasil analisis
wawancara didapatkan data bahwa 42,5%
didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
anak yang mendapat vitamin A satu kali atau
status vitamin A dengan kejadian campak,
belum pernah mendapat vitamin A sudah
dan anak yang mendapat vitamin A 1 kali atau
mendapat status imunisasi campak, kemudian
belum pernah mendapat vitamin A merupakan
vitamin A dapat diperoleh dari makanan yang
faktor risiko kejadian campak dengan OR
dikonsumsi oleh anak tersebut, mengingat
sebesar yang memiliki OR 1,33 (IK 95%
92,2% ibu sudah memiliki pendidikan yang
0,78-2,26).12 Namun penelitian Iswandi
tinggi.
(2002) menunjukkan bahwa ada hubungan
antara status vitamin A dengan kejadian
Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan
campak p value 0,001.18 Berdasarkan hasil Kejadian Campak
penelitian eksperimental Villamor et al.,
(2005) di Afrika Selatan menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan secara
ada hubungan antara pemberian vitamin A statistik bahwa pendidikan ibu tidak
dengan kejadian campak (p value = 0,01), berpengaruh terhadap kejadian campak p
value 0,896. Nilai p value > 0,25 sehingga Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan
pendidikan ibu tidak masuk untuk analisis Kejadian Campak
multivariat.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian menunjukkan secara
Caesar (2002) di Kendal bahwa pendidikan statistik bahwa ada hubungan antara pekerjaan
ibu berpengaruh terhadap kejadian campak (p ibu dengan kejadian campak p value 0,014.
value 0,84).9 Namun hasil ini tidak sejalan Nilai OR yang diperoleh sebesar 3,2 (IK 95%
dengan penelitian Akkramuzaman et al 1,355-7,798) yang artinya ibu yang bekerja
(2010) dari hasil analisis menunjukkan bahwa memiliki risiko 3,2 kali untuk terkena campak
pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
campak (p value = 0,01).22 Penelitian Miller et Hasil ini sejalan dengan penelitian
al menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan Akkramuzaman et al., (2002), dari hasil
rendah memiliki risiko 1,1 kali untuk analisis didapatkan bahwa pekerjaan ibu
mengalami campak dibandingkan dengan berpengaruh terhadap kejadian campak (p
pendidikan tinggi (OR 1,1 ; IK 95% 0,5- value < 0,05).22 Hasil ini tidak sejalan dengan
2,6).23 penelitian Iswandi (2002), bahwa pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat ibu tidak berpengaruh terhadap kejadian
pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana campak (p value 0,559).18
seseorang untuk bertindak dan mencari Saat ini banyak ibu rumah tangga yang
penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang bekerja diluar rumah, yang diakibatkan oleh
yang berpendidikan lebih tinggi biasanya beberapa faktor diantaranya adalah
akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu lingkungan sosio-ekonomis yang buruk.
orang yang berpendidikan akan lebih mudah Kemiskinan bertanggungjawab terhadap
menerima gagasan baru. Pendidikan juga penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini
mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan karena kemiskinan mengurangi kapasitas
rasional terhadap adat kebiasaan, dengan orang tua untuk mendukung perawatan
pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih kesehatan yang memadai pada anak,
mudah untuk menerima ide atau masalah cenderung memiliki higiene yang kurang,
baru.24 miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi
Pada penelitian ini didapatkan hasil relatif anak dari orang tua yang
bahwa pendidikan ibu tidak berpengaruh berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar
terhadap dengan kejadian campak. Hal ini memiliki risiko imunisasi terlambat dan 4 kali
disebabkan karena seiring dengan lebih tinggi menyebabkan kematian anak
berkembangnya zaman, ibu yang memiliki dibanding anak yang orang tuanya
pendidikan yang rendah juga dapat berpenghasilan cukup.25
memperoleh informasi kesehatan campak dari Setelah dilakukan analisis multivariat
media masa dan media elektronik lainnya diperoleh hasil bahwa pekerjaan ibu
untuk mengakses info tentang penyakit berpengaruh terhadap kejadian campak (p
campak dan juga dikaitkan dengan pendidikan value 0,019). Nilai OR sebesar 0,3 (IK 95%
ibu yang rata-rata tinggi, sehingga ibu akan 0,091 - 0,807) artinya anak yang pernah
lebih memperhatikan tentang imunisasi kontak dengan penderita campak memiliki
campak pada anaknya. faktor protektif mengalami campak sebesar
0,3 kali dibanding anak yang tidak pernah
kontak dengan penderita campak. Sedangkan
penelitian Yuzar (2010) menunjukkan bahwa
dalam analisis multivariat pekerjaan ibu
Mujiati,Mutahar, Rahmiwati, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia 1-14 Tahun ● 108
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
berisiko 1,7 kali untuk memberikan imunisasi bahwa hunian yang padat akan meningkatkan
campak terhadap anaknya.26 risiko campak sebesar 1,8 kali dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian ini hunian yang tidak padat (OR 1,8 (0,9-3,6).22
diketahui bahwa pekerjaan ibu berpengaruh Penelitian lain tentang kepadatan hunian
terhadap kejadian campak. Hal ini sesuai teori campak yaitu penelitian Zamir et al (2011)
Notoatmodjo (2012), tindakan yang dilakukan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
responden atau tidak dilakukan dalam di atas. Penelitian ini menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan. Mungkin mereka kepadatan hunian juga berpengaruh terhadap
beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun kejadian campak (p value 0,0001).29
dalam pemberian imunisasi campak pada bayi Kepadatan hunian merupakan
tetap mengalami kesakitan. Hal ini merupakan persemaian subur bagi virus, sekaligus sarana
suatu bukti bahwa kesehatan (pemberian eksperimen rekayasa genetik secara ilmiah.30
imunisasi campak) belum merupakan prioritas Virus campak sangat mudah menular,
di dalam kehidupannya. Misalnya seorang ibu lingkungan merupakan salah satu faktor
yang terlalu sibuk dengan pekerjaanya, penyebab penularan penyakit campak, faktor-
sementara anaknya diserahkan untuk diasuh faktor lingkungan tersebut adalah kepadatan
oleh orang lain, tentunya hal ini akan hunian, ventilasi, pencahayaan dan
mempengaruhi perhatian terhadap pemenuhan keterjangkauan pelayanan kesehatan, desa
kebutuhan anak termasuk imunisasi.27 terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah
yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan
Hubungan antara Kepadatan Hunian khususnya imunisasi, adalah merupakan
dengan Kejadian Campak daerah yang rawan terhadap penularan
penyakit campak.31
Hasil penelitian menunjukkan secara
Setelah dilakukan analisis multivariat
statistik bahwa kepadatan hunian berpengaruh
didapatkan hasil p value 0,01, hal ini
terhadap kejadian campak (p value 0,015).
menunjukkan kepadatan hunian berpengaruh
Nilai OR yang diperoleh sebesar 3,3 (IK 95%
terhadap kejadian campak. Nilai OR sebesar
1,348-8,277) yang artinya hunian yang padat
4,2 (IK 95% 1,406 - 12,798) artinya hunian
berisiko sebesar 3,3 kali untuk mengalami
yang padat berisiko sebesar 4,2 kali untuk
kejadian campak dibandingkan dengan hunian
mengalami kejadian campak dibandingkan
yang tidak padat.
dengan hunian yang tidak padat. Hasil ini
Hasil ini sejalan dengan penelitian
sejalan dengan penelitian Caesar (2002) yang
Sutaryana (2002) di Kabupaten Garut, dari
menyatakan bahwa pada analisis multivariat
hasil analisis didapatkan bahwa kepadatan
regresi logistik ditemukan bahwa kepadatan
hunian berpengaruh terhadap kejadian
hunian sangat berpengaruh terhadap kejadian
campak (p value 0,001) dan hasil OR 3,2 (IK
campak (p value 0,03) dan hunian yang padat
95% 1,99-5,12) bahwa ada hubungan antara
beresiko 2,6 kali mengalami kejadian campak
kepadatan hunian dengan kejadian campak
dibandingkan dengan hunian yang tidak padat
dan hunian yang padat berisiko 3,2 kali untuk
(IK 95% 1,1-6,3).9
mengalami kejadian campak.28 Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan
Siregar (2002) di Bogor menunjukkan bahwa
bahwa statistik bahwa ada hubungan antara
kepadatan hunian berpengaruh terhadap
kepadatan hunian dengan kejadian campak.
kejadian campak (p value 0,006) dan hunian
Kondisi rumah yang ditempati oleh banyak
yang padat meningkatkan risiko campak
penghuni atau dengan kepadatan tinggi akan
sebesar 3,3 kali dibandingkan hunian yang
lebih memudahkan terjadinya penularan virus
tidak padat.14 Sejalan dengan penelitian
campak. Jika dihubungkan dengan variabel
Akkramuzaman et al (2002) di Bangladesh,
ventilasi, didapatkan 41,9% anak tinggal
dengan hunian yang padat memiliki ventilasi campak dibandingkan dengan keluarga yang
yang tidak memenuhi syarat, hal ini juga berpenghasilan cukup.
mendukung terjadinya penularan campak Hasil ini sejalan dengan penelitian Budi
karena penyakit campak dapat menular (2012), bahwa penghasilan keluarga
melalui udara. berpengaruh terhadap kejadian campak (p
value 0,001).12 Sedangkan berbanding terbalik
Hubungan antara Ventilasi dengan dengan hasil penelitian Padri (2000), bahwa
Kejadian Campak penghasilan keluarga tidak berpengaruh
terhadap kejadian campak (p value 0,06).32
Hasil penelitian menunjukkan secara Faktor sosial ekonomi keluarga
statistik bahwa ventilasi rumah tidak memegang peranan dalam memilih prioritas
berpengaruh terhadap kejadian campak (p sehingga mempengaruhi tingkat kesehatan.
value 1,000). Sesorang yang memiliki sumber keuangan
Hasil ini sejalan dengan penelitian Budi dan emosional yang memadai mampu
(2012), menunjukkan hasil bahwa ventilasi membeli pelayanan dan biasanya mempunyai
yang tidak memenuhi syarat tidak sistem pendukung yang dapat diandalkan.
berpengaruh terhadap kejadan campak (p Sedangkan mereka yang tidak memiliki
value 0,403).12 Namun hasil ini berbanding sumber keuangan dan psikososial
terbalik dengan penelitian Siregar (2002) kemungkinan besar tidak dapat meraih tingkat
bahwa ventilasi berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.33
kejadian campak (p value 0,001) dan ventilasi Setelah dilakukan analisis multivariat
yang tidak memenuhi syarat memiliki didapatkan hasil pvalue 0,01, hal ini
beresiko 2,8 kali untuk mengalami kejadian menunjukkan kepadatan hunian berpengaruh
campak dibanding ventilasi yang memenuhi terhadap kejadian campak. Nilai OR sebesar
syarat14. 4,2 (IK 95% 1,404 - 12,523) artinya hunian
Hasil penelitian ini menunjukkan yang padat berisiko sebesar 4,2 kali untuk
bahwa tidak ada hubungan antara ventilasi mengalami kejadian campak dibandingkan
rumah dengan kejadian campak. Jika hal ini dengan hunian yang tidak padat.
dihubungkan dengan variabel status Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
imunisasi, 70,4% anak yang tinggal dengan hasil bahwa penghasilan keluarga
ventilasi yang tidak memenuhi syarat tersebut berpengaruh terhadap kejadian campak.
memiliki status imunisasi yang baik. Sehingga Secara umum, kemampuan ekonomi
dengan status imunisasi yang baik akan seseorang dihubungkan dengan pelayanan
mengurangi kejadian campak, karena anak kesehatan yang dipilih. Keluarga yang
tersebut memiliki ketahanan tubuh yang baik. berpenghasilan cukup dapat memilih
pelayanan kesehatan yang lebih baik
Hubungan antara Penghasilan Keluarga dibandingkan dengan keluarga yang
dengan Kejadian Campak berpenghasilan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan secara
KESIMPULAN DAN SARAN
statistik bahwa penghasilan keluarga
berpengaruh terhadap kejadian campak Berdasarkan penelitian yang telah
(pvalue 0,024). Nilai OR yang diperoleh dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebesar 3,0 (IK 95% 1,242-7,464) yang sebagai berikut.
artinya penghasilan keluarga yang kurang 1. Berdasarkan distribusi karakteristik
beresiko 3,0 kali untuk mengalami kejadian responden, secara keseluruhan paling
banyak anak yang tidak mendapat ASI
Mujiati,Mutahar, Rahmiwati, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia 1-14 Tahun ● 110
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
eksklusif; anak yang tidak pernah kontak khususnya, untuk menekan angka kejadian
dengan penderita campak; anak yang campak seperti kegiatan komunikasi,
mendapat vitamin A sebanyak 2 kali dalam informasi, dan edukasi (KIE) terhadap
setahun (standar); anak yang sudah imunisasi campak, pemberian ASI ekslusif
mendapat imunisasi; mayoritas ibu dan pemberian vitamin A pada anak,
berpendidikan tinggi; umumnya mayoritas sehingga dapat meningkatkan wawasan
ibu tidak bekerja; responden yang ibu.
memiliki hunian yang tidak padat; 2. Melakukan pelatihan safe infection dan
mayoritas responden memiliki ventilasi cold chain terhadap petugas imunisasi
yang memenuhi syarat; dan penghasilan puskesmas.
keluarga mayoritas berpenghasilan cukup. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat
2. Ada pengaruh antara pekerjaan ibu, status khususnya ibu yang memiliki balita untuk
imunisasi, riwayat kontak, penghasilan aktif dalam mengikuti posyandu, sehingga
keluarga, dan kepadatan hunian dengan dapat dilakukan pelatihan kader yang
kejadian campak pada anak usia 1-14 dapat menggerakkan keaktifan ibu yang
tahun di Kecamatan Metro Pusat Provinsi memiliki balita, tentunya dengan peran
Lampung tahun 2013-2014. serta dari tenaga kesehatan.
3. Berdasarkan hasil akhir perhitungan 4. Perlunya penyuluhan terhadap ibu dalam
statistik regresi logistik diperoleh faktor perawatan terhadap anak yang terkena
risiko yang paling dominan mempengaruhi campak, sehingga dapat mengurangi
kejadian campak yaitu riwayat kontak penularan campak melalui kontak
dengan OR 8,3 (IK 95%: 1,695-41,200) langsung terhadap temannya.
setelah dikontrol oleh faktor perancu yaitu 5. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut
status imunisasi. untuk mencari faktor risiko lain yang
Saran dari penelitian ini adalah sebagai berhubungan dengan kejadian campak,
berikut : terutama untuk faktor penyimpanan dan
1. Melakukan monitoring dan kegiatan cold chain vaksin dengan metode yang
edukasi kepada ibu yang memiliki balita lebih baik lagi
Pada Peristiwa Kejadian Luar Biasa Bulletin of the World Organization 2002, 80
Campak Anak (0-59 Bulan) di Kota (10), dari http://www.search.proquest.com.
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan [25 januari 2015]
Tahun 2011, [Tesis]. Program Pascasarjana 23. Miller, et al. 1994, Risk factor Immunization
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Againts Measles, Mumps, and Rubella in
Indonesia, Depok. Coloardo Two-Years-Olds’, Journal of the
13. Kidd, Sarah.et.al., 2012. ‘Measles outbreak American Academy of Pediatrics, [on line],
in Burkina Faso, 2009: A case–control study vol 93, pp 213-219. Dari:
to determine risk factors and estimate vaccine http://scholar.google.com/ . [20 Desember
effectiveness’ Journal Vaccine, [on line], vol 2014]
30, pp 5000-5008. Dari: 24. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
http://search.proquest.com. [2 Februari 2015] Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka.
14. Siregar, Komaria. 2010, Faktor risiko Cipta
Kejadian Penyakit Campak pada Anak Umur 25. Behrman, dkk. 1999, Ilmu kesehatan Anak
(9bulan – 6 tahun) pada saat kejadian luar Nelson Volume 1, Jakarta : EGC
biasa (KLB) di Kabupaten Bogor, [Tesis]. 26. Yuzar, Aldi, 2010. Pengaruh Faktor
Program Pascasatjana Fakultas Kesehatan Predisposisi, Pendukung, dan Pendorong Ibu
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok Bayi (Umur 9-11 Bulan) Terhadap
15. Mariati, 2012. Hubungan Status Imunisasi Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah
Dan Ketepatan Imunisasi Campak Dengan Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan
Kejadian Penyakit Campak Di Kabupaten Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun
Banyumas, [Tesis]. Program Pascasarjana 2010. [Skripsi] Fakultas Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Gadjah Mada, Yogyakarta. Medan
16. Departemen Kesehatan. 2004, Pedoman 27. Notoatmodjo. 2012, Promosi Kesehatan dan
Penyelenggaran Imunisasi, Jakarta. Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
17. Hidayat, Aziz Alimul A. 2008, Pengantar 28. Sutaryana. 2002, Hubungan Kesehatan
Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta : Salemba Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik
18. Iswandi. 2003, Faktor-faktor yang Balita dengan Kejadian Penyakit Campak
Berhubungan dengan Kejadian Campak Pada Anaka Balita di Kabupaten Garut
pada Anak Usia (9-59 bulan) di Perkebunan Tahun 2000-2001. [Tesis] Program
Kelapa Sawit PT. Musim Mas Kecamatan Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Universitas Indonesia, Depok
[Tesis] Program Pascasarjana Fakultas 29. Zamir, Stein. et.al., 2011, ‘Who Are The
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Children at Risk? Lesson Learned From
Depok Measles Outbreaks’ Journal Epidemiology
19. Villamor, Eduardo & Fawzi, Wafaie W. and Infection, [on line], vol 140, pp 1578–
2005, ‘Effects of Vitamin A Supplementation 1588. Dari : http://search.proquest.com. [2
on Immune Responses and Correlation with Februari 2015]
Clinical Outcomes’, Clinical Microbiology 30. Achmadi. 2012, Dasar-dasar Penyakit
Review, [on line], vol 18, no 3, hal 446 – 464. Berbasis Lingkungan, Jakarta : Rajawali
Dari : http://scholar.google.com/ . [20 Press
Desember 2014] 31. Mukono. 2006, Prinsip Dasar Kesehatan
20. Perry, T & Halsey, Neil. 2004, ‘The Clinical Lingkungan, Surabaya : Airlangga University
Significance of Measles: A Review’ Journal press
of Infectious Diseases, [on line], vol. 189, pp. 32. Padri, Salma. 2000, Faktor-faktor yang
4-16. Dari: http://search.proquest.com. [1 Berhubungan dengan Terjadinya Campak
Februari 2015] pada anak (15-59 bulan) di Kabupaten
21. Munasir , Zakiudi. 2000, ‘Pengaruh Serang pada tahun 1999-2000, [Tesis].
Suplementasi Vitamin A terhadap Campak’ Program Pascasatjana Fakultas Kesehatan
Jurnal Sari Pediatri, [on line], vol. 2, no. 2. Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Dari: http://scholar.google.com/ . [20 33. Bastable, Susan. 2002, Perawat Sebagai
Desember 2014] Pendidik (Prinsip-prinsip Pengajaran dan
22. Akkramuzzaman, S.M. et.al., 2002, Measles Pembelajaran), Jakarta : EGC.
Vaccine Effectiveness and Risk Factoes For
Measles in Dhaka, Bangladesh [on line].
Mujiati,Mutahar, Rahmiwati, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Anak Usia 1-14 Tahun ● 112