Vous êtes sur la page 1sur 4

Volunteerism Involvement in Slum Upgrading (Case Study in Slum Area in Jakarta)

Wulan Azahra Khairunisa1 Julia Nooradilah2 Yuly Ulandari3 Devi Indrawati Syafei4 Hadi Suseno5
State University of Jakarta, Indonesia
Corresponding author: wulanazahra49@gmail.com
Contact Number: 0857-8284-2347
ABSTRACT
The number of people living in urban areas keep increasing annually which is correlated with the rate of slum
settlement. In 2015, there are 59 percent of Indonesian people living in urban areas, and is expected to hit 82
percent by 2045 (Development and Settlement Director, 2017). The emerging of congested settlement that
always associated with slum area lead to the increase the rate of poverty in major urban areas. Jakarta is the
most populous city in Indonesia which the population density reach to 15.367 per square kilomeneters and
within the slum settlement reach 38.641 hectare (BPS, 2016). Slum settlement cover to a multidimensional
problems aside of economical factor, that includes ecological factor as the secondary main factor. This study
aims to analyze the volunteerism involvement strategy and impact in slum upgrading. The data of this research
is secondary data from literature study. Voluntary-based activity is required to address this issue by on-site
upgrading approach, by which one of the main strategy is to raise society`s courage and participation in taking a
real action. As for the focused voluntarily activity are waste management, early-childhood education and
creative economy. The mechanism that can be done consist of four steps there are the program initiation,
socialization to the community, main activities and report periodically after the volunteerism activities has
done. Volunteerism for upgrading slum area need an affiliation from professional urban planner organization
such as LSM Urban Poor Consortium and Rujak Center for Urban Studies. Mixed approached will be initiated
by this model, both on macro (top-down approach) and micro (bottom up) approach. Volunteers will act as a
bridge that will connect the goverment and society in developing a multistakeholder urban development to
reach the Sustainable Development Goals (SDGs).
Keywords: Jakarta, Development, Volunteerism, Slum Upgrading.

INTRODUCTION
- Urbanization

- The number of slum area, characteristic


- Problems that exist

LITERATURE REVIEW
- Slum upgrading
- Slum and squatter, this research will be focused on slum
- On site upgrading
- On-site Upgrading berarti memperbaiki lingkungan fisik, sosial dan ekonomi dari permukiman informal
yang ada, tanpa menggusur orang-orang yang tinggal di sana (Raju & Rehan, 2016). Tidak seperti
pembangunan permukiman kembali (resettlement), upgrading menyebabkan gangguan minimal pada
kehidupan masyarakat dan pada jaringan halus dukungan timbal balik di masyarakat miskin. Upgrading
biasanya melibatkan beberapa perubahan pada tata letak komunitas yang ada, untuk memberi ruang bagi
pemasangan fasilitas infrastruktur yang lebih baik. Tetapi perubahan ini tidak perlu besar, kecuali
masyarakat memilih untuk membangun kembali sepenuhnya permukiman, dan mulai dari awal dengan
rencana, infrastruktur, dan rumah baru. On-site Upgrading menyebabkan beberapa dampak positif yakni
masyarakat tetap bersama, meningkatkan partisipasi pembangunan serta meningkatkan pendapatan
masyarakat. Strategi dalam On-site Slum Upgrading (Raju & Rehan, 2016) diantaranya sebagai berikut:
-
Mendorong aksi dan partisipasi masyarakat
-
- Membangun kemitraan yang saling menguntungkan

-
Mengamankan penguasaan lahan
-
- Menyediakan penguasaan yang terjamin

-
- Gambar 2.1 Strategi On Site Slum Upgrading
-
- Penciptaan program penataan permukiman kumuh di seluruh kota sangat membutuhkan dukungan dan
kapasitas dari pemerintah daerah untuk memobilisasi sumber daya secara efisien dan untuk bekerja
bersama masyarakat sipil. Melalui gerakan swadaya, kelompok masyarakat dapat menjadi sadar,
terhubung dan terorganisir untuk mengembangkan rencana mereka sendiri untuk perbaikan perumahan
dan permukiman. Dalam mengembangkan program peningkatan daerah kumuh, tanggung jawab dapat
dibagi kepada berbagai mitra yang memiliki kepentingan dalam kesejahteraan komunitas serta untuk
diri mereka sendiri. LSM dan sektor swasta dapat membantu dalam hal membangun keterampilan dan
kapasitas lainnya, menegosiasikan landsharing di tempat perjanjian dan subsidi relokasi sebagai solusi
kompromi. Penguasaan yang terjamin adalah bagian penting dari peningkatan masyarakat untuk
meyakinkan penghuninya menginvestasikan uang dan waktu tanpa takut digusur.

- Sustainable Cities and Communities


Pembangunan berkelanjutan merupakan agenda pembangunan yang resmi di rilis oleh PBB melalui UNDP pada
tahun 2015. Dalam agenda tersebut terdapat 17 poin yang menjadi indikator ketercapaiannya, salah satunya poin
pembangunan berkelanjutan nomor 11 yakni Sustainable Cities and Communities. Terdapat pilar – pilar
pembangunan berkelanjutan yakni harus berdimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Berkaitan dengan penataan
permukiman kumuh, hal tersebut telah tercantum sebagai salah satu tujuannya:

Memastikan bahwa kawasan masyarakat berpenghasilan rendah, permukiman informal dan kumuh dibangun
dan diremajakan kembali serta diintegrasikan ke dalam struktur kehidupan urban dengan sesedikit mungkin
mengakibatkan penggusuran, relokasi, atau gangguan terhadap mata pencaharian rakyat. Kelompok yang
terkena dampak harus diberi kompensasi yang memadai ketika gangguan tidak dapat dihindari (UN Habitat,
2015)

Secara rinci indikator pencapaian Sustainable Cities and Communities (INFID, 2017) yang berkaitan dengan
upaya penataan permukiman kumuh berdasarkan aspek atau dimensi pembangunan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kaitan Sustainable Cities and Communities dengan Pentaan Peukimah Kumuh (sumber: olahan peneliti)
No. Dimensi Indikator Sustainable Cities and Communities Keterkaitan
Pembangunan
1. Sosial  Menjamin akses bagi semua terhadap Eksplisit
perumahan yang layak, aman, terjangkau,
penataan kawasan kumuh, serta akses
terhadap pelayanan dasar perkotaan.
 Memperkuat urbanisasi yang inklusif dan Eksplisit
berkelanjutan, serta meningkatkan
pastisipasi, perencanaan penanganan
permukiman yang berkelanjutan dan
terintegrasi di semua negara.
 Menyediakan ruang publik dan ruang Dampak
terbuka hijau yang aman, inklusif dan
mudah dijangkau terutama untuk
perempuan dan anak, manula dan
penyandang difabilitas.
2. Ekonomi  Secara signifikan, mengurangi kerugian Dampak
ekonomi relatif terhadap PDB global yang
disebabkan oleh bencana, termasuk
bencana yang berhubungan dengan air,
dengan fokus melindungi orang miskin dan
orang-orang dalam situasi rentan.
3. Kelingkungan  Mengurangi dampak lingkungan perkotaan Dampak
perkapita yang merugikan, termasuk
dengan memberikan perhatian khusus
pada kualitas udara, termasuk penanganan
sampah di kota.

METHODOLOGY
- Dalam karya tulis ini seluruh analisis dijelaskan dengan menggunakan metode studi pustaka melalui data
sekunder. Sumber penulisan bervariasi dari jurnal, buku, laporan, dan media nasional maupun internasional.
Tahapan studi literatur dimulai dengan mengumpulkan bahan – bahan literatur terkait dengan solusi
pemecahan masalah, khususnya berupa jurnal – jurnal. Kemudian, data dianalisis dan sintesis menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif.
- Research frame work

RESULT AND DISCUSSION


- Slum area in Jakarta and its Solution
Jumlah RW Asosiasi dengan Kampung Kota Upaya penataan
Kota
Kumuh permukiman
kumuh
Jakarta 1204 Ha Kampung Lodan, Kampung Community
Tongkol, Kampung Krapu, Action Plan (CAP)
Kampung Muka, dan Kampung
Walang yang ada di Ancol,
Pademangan. Kemudian ada
Kampung Akuarium, Kampung
Marlina, Kampung Elektro, dan
Kampung Gedong Pompa di
Penjaringan, Kampung Kerang Ijo,
dan Kampung Baru Tembok
Bolong. Kampung Tanah Merah,
dan lain – lain.

- Challenges and Issues


- Pembangunan kota adalah akumulasi dari pembangunan kota terencana dan pembangunan yang tidak
terencana yang terbentuk akibat sejarah, sosial, dan budaya dari penduduknya. Keberadaan kampung kota
menjadi penting karena di dalamnya terdapat beragam proses unik yang dilakukan oleh penghuni. Hal tersebut
menjadi jejak kehidupan masyarakat kota ditengah – tengah hilangnya kualitas lingkungan fisik, sosial, dan nilai
kemanusiaan akibat dari dampak modernisasi. Tujuan dari adanya penataan kampung kota ialah menciptakan
ruang hidup bersama, memberdayakan masyarakat untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, dan mencegah
pembangunan kota dari suksesi dan segregasi. Kelebihan kampung kota memiliki modal sosial yang tinggi
karena kampung bukan sekedar aspek fisik tetapi juga sosial. Penduduk yang tinggal di kampung kota berasal
dari berbagai etnis, sosial, latarbelakang ekonomi (Rolalisasi, et al., 2013).

- Volunteerism management

- Financial
- Stakeholder

CONCLUSION
BIBLIOGRAPHY

Vous aimerez peut-être aussi