Vous êtes sur la page 1sur 8

Hubungan Karakteristik Penderita Pasca Luka Bakar Terhadap

Kualitas Hidup Penderita Berdasarkan Burn Specific Health Scale – Brief


(BSHS-B) Di RSUP H. Adam Malik
Hasibuan HD, Tarigan Utama*, Buchari Frank*
*Dvisi Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Latar Belakang: Luka bakar dan cedera terkait lain yang menyertainya masih merupakan salah
satu penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, hal ini menyebabkan kerugian fisik,
psikologis dan ekonomi dalam masyarakat, oleh karena itu dianggap sebagai salah satu komplikasi
kesehatan utama. Kualitas hidup telah diusulkan sebagai indeks penting untuk mengevaluasi
kesehatan pribadi, memutuskan dan menilai kesehatan secara keseluruhan dari masyarakat dan
menemukan masalah utama berbagai aspek kehidupan individu, terutama pasien dengan kondisi
kronis secara medis. Burn Specific Health Scale-Brief (BSHS-B) adalah suatu skala yang telah
establish untuk mengukur pemulihan setelah kejadian luka bakar.

Metode Penelitian: Merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Sampel
diperoleh dari penderita luka bakar yang pernah dirawat di SMF Bedah Plastik RSUP H. Adam
Malik selama kurun waktu Januari 2011 sampai Desember 2015. Didapatkan 50 penderita luka
bakar yang diikutkan dalam penelitian ini. Penderita yang berusia 18-65 tahun dan bersedia
mengisi kuesinoner BSHS-B dimasukkan dalam penelitian. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner BSHS-B.

Hasil Penelitian: Dari 50 penderita luka bakar pada penelitian ini didapati bahwa rerata usia
subjek penelitian adalah 33,66 tahun, dengan usia termuda 16 tahun dan tertua 61 tahun. Nilai
rerata (mean ± SD) untuk masing-masing variabel penilaian BSHS-B yaitu lama rawatan (15,96 ±
7,70 hari) dan luas luka bakar (14,8 ± 4,92 %) (tabel 01). Jumlah penderita luka bakar yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 29 (58%) subjek dan perempuan sebanyak 21 (42%) subjek. Pada
penelitian ini didapati kelompok usia 25-44 tahun merupakan kelompok usia terbanyak menderita
luka bakar sebanyak 32 (64%) penderita. Luas luka bakar <20% merupakan kelompok terbanyak
menderita luka bakar sebanyak 44 (88%), dengan masa rawatan ≤21 hari sebanyak 39 (78%) (tabel
02).
Pada penelitian ini didapati bahwa rerata nilai kemampuan sederhana (2 ± 1,04), nilai
fungsi tangan (3 ± 1,27), afek (3 ± 0,65), hubungan interpersonal (3 ± 0,62), seksualitas (2 ± 0,83),
gambaran tubuh (2 ± 0,81), sensitifitas terhadap panas (3 ± 1,07), resimen pengobatan (1 ± 0,53),
No Karakteristik Rerata SD Maximum Minimum pekerjaan (2 ± 0,76), dan total

1 Usia Pasien 33,66 9,68 61 16 mean BSHS-B (21 ± 4,85).


Jumlah penderita luka
2 Luas Luka Bakar 14,8 4,93 29 7
bakar yang memiliki kualitas
3 Lama Rawatan
15,96 7,70 35 6
hidup baik sebesar 8 (16%),

Tabel 01. Karakteristik penderita luka bakar

jumlah penderita luka bakar yang memiliki kualitas hidup kurang baik sebesar 30 (60%), jumlah
penderita luka bakar yang memiliki kualitas
Karakteristik Frekuensi (N) Persentase (%)
hidup tidak baik sebesar 12 (24%), dan
Jenis Kelamin
Laki-laki 29 58 jumlah penderita luka bakar yang memiliki
Perempuan 21 42
kualitas hidup sangat tidak baik sebesar 0
Usia
15-24 tahun 10 20 (0%). (Tabel 03)
25-44 tahun 32 64
45-64 tahun 8 16 Dari 50 penderita luka bakar 29
Luas Luka Bakar (58%) orang adalah laki-laki dan 21 (42%)
≤ 20% 44 88
> 20% 6 12 orang adalah perempuan. Dari total masing-
Lama Rawatan masing jenis kelamin tersebut didapati 18
≤ 21 hari 39 78
> 21 hari 11 22 (62%) penderita laki-laki dan 12 (57%)
Tabel 02. Distribisi karakteristik penderita luka bakar penderita perempuan memiliki kualitas
hidup yang kurang baik berdasarkan BSHS-B. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan
uji Chi Square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas
hidup BSHS-B dilihat dari nilai p>0,05
Kualitas Hidup Frekuensi (N) Persentase (%)
(p=0,806). Dari 50 penderita luka bakar, Baik 8 16
Kurang Baik 30 60
kelompok umur 25-44 tahun merupakan
Tidak Baik 12 24
kelompok umur terbanyak sebanyak 32 Sangat Tidak Baik 0 0
Total 50 100
(64%) menderita luka bakar. Dari 32
penderita tersebut, 19 (59,4%) penderita Tabel 03. Distribusi kualitas hidup berdasarkan BSHS-B

memiliki kualitas hidup yang kurang baik berdasarkan BSHS-B, sehingga diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kualitas hidup BSHS-B dilihat dari nilai
p>0,05 (p=0,956). Terdapat hubungan yang bermakna antara luas luka bakar dengan kualitas hidup
berdasarkan BSHS-B dilihat dari nilai p<0,05 (p=0,021), karena dari total 50 penderita, sebanyak
44 (88%) penderita menderita luas luka bakar ≤20%, dan 27 (61,4%) penderita diantaranya
memiliki kualitas hidup yang kurang baik berdasarkan BSHS-B. (Tabel 04)

Kualitas Hidup

Kurang Tidak Sangat


Baik Total Nilai p
Baik Baik Tidak Baik

Luas ≤ 20 8 27 9 0 44
Luka Bakar (%) 0,021
> 20 0 3 3 0 6

Tabel 04. Hubungan Luas Luka Bakar dengan Kualitas Hidup BSHS-B
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Chi square diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara lama rawatan dengan kualitas hidup berdasarkan BSHS-
B dilihat dari nilai p>0,05 (p=0,259), karena dari 50 penderita luka bakar tersebut, 39 (78%)
penderita menjalani masa rawatan <21 hari, dan sebanyak 11 (22%) penderita menjalani masa
rawatan >21 hari. Dari 39 penderita yang dirawat <21 hari, 22 (56,4%) diantaranya memiliki
kualitas hidup yang kurang baik berdasarkan BSHS-B.

Diskusi: Pasien luka bakar berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki
sebanyak 29 (58%) subjek dan perempuan sebanyak 21 (42%) subjek. Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kildal (2001), Stampolidis et al. (2012), Willebrand (2008),
Wasiak et al. (2014) bahwa laki-laki merupakan subjek terbanyak menderita luka bakar. Hal ini
diperkirakan karena kejadian luka bakar banyak terjadi ketika sedang melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang sering dilakukan oleh laki-laki, seperti memperbaiki listrik, bekerja di bengkel,
menggunakan minyak tanah atau bensin, bermain petasan, maupun membakar sampah.
Hasil uji analisis untuk menilai hubungan antara usia dengan kualitas hidup berdasarkan
BSHS-B disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kualitas
hidup berdasarkan BSHS-B. Dari 50 penderita luka bakar, kelompok umur 25-44 tahun merupakan
kelompok umur terbanyak sebanyak 32 (64%) menderita luka bakar. Dari 32 penderita tersebut,
19 (59,4%) penderita memiliki kualitas hidup yang kurang baik berdasarkan BSHS-B. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elsherbiny et al. (2010) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup. Namun hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Connell et al. (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dengan kualitas hidup berdasarkan BSHS-B. Penderita luka bakar usia
muda (<45 tahun) lebih mampu mengatasi konsekuensi fisik, psikologis, dan sosial secara mandiri
akibat luka bakar tersebut.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara luas
luka bakar dengan kualitas hidup berdasarkan BSHS-B. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elsherbiny et al. (2010) dan Ahuja et al. (2015) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara luas luka bakar dengan kualitas hidup berdasarkan BSHS-B.
Elsherbiny et al. (2010) berpendapat bahwa semakin luas persentasi luka bakar tersebut (> 40%)
pada ‘full thickness injury” maka akan semakin tinggi juga ketidakmampuan pasien melakukan
fungsinya. Ahuja et al. (2015) juga berpendapat bahwa semakin luas luka bakar tersebut juga akan
berhubungan negatif dengan kualitas hidup pasien serta penanganan luka bakar juga menjadi
perhatian terhadap terjadinya kontraktur dan terbentuknya skar yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup penderita tersebut. Luas luka bakar juga menjadi hal penting karena akan mempengaruhi
gambaran psikologis dan kualitas hidup pasien tersebut.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara luas luka bakar dengan kualitas hidup
berdasarkan BSHS-B dilihat dari nilai p=0,021. Tidak terdapat hubungan antara lama rawatan
dengan kualitas hidup berdasarkan BSHS-B dilihat dari nilai p=0,259. Tidak terdapat hubungan
bermakna antara jenis kelamin dengan kualitas hidup berdasarkan BSHS-B dengan melihat nilai
p yaitu p=0,806. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kualitas hidup
berdasarkan BSHS-B dilihat dari nilai p=0,956.

Kata kunci: luka bakar, kualitas hidup, BSHS-B, Burn specific health scale-brief
Relationship Between Post Burn Patients Characteristics and Patient's Quality of Life
Based on A Specific Health Scale Brief (BSHS-B)
In H. Adam Malik Hospital
Hasibuan HD, Tarigan Utama**, Buchari Frank**
**Plastic Surgical Divison of University of North Sumatera medical colleges

Background: Burns and its other injuries associated are still one of the leading causes of death
and disability worldwide, causing physical, psychological and economic harm to society, and
therefore considered one of the major health complications. Quality of life has been proposed as
an important index for evaluating personal health, deciding and assessing the overall health of the
community and finding the main problems of various aspects of the lives of individuals, especially
patients with chronic medical conditions. Burn Specific Health Scale-Brief (BSHS-B) is a scale
that has been established to measure recovery after burn injury.

Methods: It is an analytical research with cross sectional design. Samples were obtained from
burn patients who had been treated in Plastic Surgical Division of H. Adam Malik Hospital during
the period January 2011 to December 2015. Obtained 50 burn patients included in this study, it’s
characteristics consist of age, gender, percent total nody surface area, and long of hospital stay.
Patients aged 18-65 years and willing to fill in BSHS-B questionnaires were included in the study.
Data collection method using BSHS-B questionnaire.

Results: From 50 burn patients in this study found that the average age of the study subjects was
33.66 years, with the youngest age 16 years and the oldest 61 years. The mean values (mean ± SD)
for each of the BSHS-B assessment variables were the length of hospital stay (15.96 ± 7.70 days)
and percent total body surface area (14.8 ± 4.92%) (table 01). Number of burns patients of male
sex as much as 29 (58%) subject and female as much as 21 (42%) subject. In this study found the
age group 25-44 years is the most age group suffered burns as many as 32 (64%) patients. Burns
<20% were burned by 44 (88%), with 39 days (39%) (Table 2).
In this study it was found that the average of simple ability (2 ± 1.04), hand function value (3 ±
1.27), affek (3 ± 0.65), interpersonal relationship (3 ± 0.62 ), sexuality (2 ± 0.83), body image (2
± 0.81), heat sensitivity (3 ± 1.07), treatment regimen (1 ± 0.53), occupation (2 ± 0.76) , and the
total mean BSHS-B (21 ± 4.85). Number of burn patients who have good quality
No Characteristics Average SD Max Min of life 8 (16%), the number of
1 Age 33,66 9,68 61 16 burn patients who have a less
2 Percent total body surface area 14,8 4,93 29 7 good quality of life of 30 (60%),
3 Length of hospital stay 15,96 7,70 35 6 the number of burns patients who
Tabel 01. Characteristics of burn patients
have not good quality of life for 12 (24%), and the number of burns patients who have quality of
life is very not good 0 (0%) (Table 03).

Characteristics Frequency (N) Percentage (%) From the 50 burn patients 29 (58%) were
Gender male and 21 (42%) were women. Of the
Male 29 58 total of each sex was found 18 (62%) male
Female 21 42
patients and 12 (57%) female sufferers have
Age
quality of life is not good based on BSHS-
15-24 yo 10 20
25-44 yo 32 64 B.
45-64 yo 8 16 Based on the results of analysis by
% TBSA using Chi Square test known that there is no
≤ 20% 44 88
relationship between the sexes sexes with
> 20% 6 12
quality of life BSHS-B seen from p> 0,05 (p
Length of hospital
stay = 0,806). From the 50 burned patients, the
≤ 21 do 39 78 age group of 25-44 years is the age group
> 21 do 11 22 most as many as 32 (64%) suffered burns.
Tabel 02. Distribution of burn patient’s characteristics

From the 32 patients, 19 (59.4%) suffer from poor quality of life based on BSHS-B, so it
is known that there is no significant correlation between age with quality of life BSHS-B seen
from p> 0,05 (p = 0.956). There was a significant correlation between widespread burn and quality
of life based on BSHS-B seen from p <0,05 (p = 0,021), because from total 50 patient, 44 (88%)
suffer from burn ≤20% and 27 (61,4%) Quality of Life Frequency (N) Percentage (%)
Good 8 16
sufferers of which have poor quality of life
Less good 30 60
based on BSHS-B (Table 04). Not good 12 24
Very not good 0 0
Based on result of analysis by using
Chi square test known that there is no Total 50 100

significant correlation between long Tabel 03. Distribution of quality of life


Quality of Life

Less Not Very


Good Total pValue
Good Good Not Good

% Total Body ≤ 20 8 27 9 0 44
0,021
Surface Area
> 20 0 3 3 0 6

Tabel 04. Relationship of percentage total body surface area with BSHS-B quality of life
treatment with quality of life based on BSHS-B seen from p> 0,05 (p = 0,259), because from 50
burn patient, 39 (78 %) of patients under treatment <21 days, and as many as 11 (22%) of patients
under treatment> 21 days. Of the 39 patients treated <21 days, 22 (56.4%) of them had poor quality
of life based on BSHS-B.

Discussion: The most common based burn patient was 29 (58%) male subjects and 21 (42%)
female subjects. This is similar to that of Kildal (2001), Stampolidis et al. (2012), Willebrand
(2008), Wasiak et al. (2014) that men are the most subjects suffered burns. This is thought to be
the result of many burns occurring while performing jobs that are often performed by men, such
as repairing electricity, working in a garage, using kerosene or gasoline, playing firecrackers, or
burning garbage.
The result of the analysis test to assess the correlation between age and quality of life based
on BSHS-B concluded that there is no significant correlation between age with quality of life based
on BSHS-B. Of the 50 burn patients, age group 25-44 years is the age group as much as 32 (64%)
suffered burns. Of the 32 patients, 19 (59.4%) sufferers have a poor quality of life based on BSHS-
B. This is in line with research conducted by Elsherbiny et al. (2010) which states that there is no
relationship between age and quality of life. This is, however, different from the research done by
Connell et al. (2014) which states that there is a significant relationship between age and quality
of life based on BSHS-B. Younger burn patients (<45 years) are more able to overcome the
physical, psychological, and social consequences independently of the burns.Based on the results
of analysis it is known that there is a significant relationship between widespread burns with
quality of life based on BSHS-B. This is in accordance with research conducted by Elsherbiny et
al. (2010) and Ahuja et al. (2015) which states that there is a significant relationship between the
extent of burns and quality of life based on BSHS-B. Elsherbiny et al. (2010) argue that the wider
percentage of burns (> 40%) in full thickness injury will increase the patient's inability to perform
the function. Ahuja et al. (2015) also argues that the widespread burns will also be negatively
related to the quality of life of patients and handling burns are also a concern for the occurrence of
contractures and the formation of scars that can affect the quality of life of these patients. The
extent of burns is also important because it will affect the psychological picture and quality of life
of the patient.

Conclusion: There was a significant correlation between percent total body surface area and
patient’s quality of life based on BSHS-B seen from p value = 0,021 in H. Adam Malik Hospital.
There was no correlation between length of hospital stay (p = 0,259), gender (p = 0,806), and age
(p = 0,956) with patient’s quality of life based on BSHS-B in H Adam Malik Hospital.

Keywords: Burn, Quality of life, BSHS-B, Burn Specific Health Scale-Brief

Vous aimerez peut-être aussi