Vous êtes sur la page 1sur 25

RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Analisis Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya disebut ANDAL adalah hasil


telaahan secara cermat yang mendalam tentang dampak penting suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan. Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup selanjutnya
disebut RKL dalam upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan. Rencana Pemantauan
Lingkungan hidup selanjutnya disebut RPL adalaah upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.

I. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


1.1 Penjelasan Umum
1.1.1 Lingkup rencana pengelolaan lingkungan
Dokumen RKL merupakan dokumen yang memuat upaya-upaya
mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting
lingkungan hidup yang bersifat negatif yang meningkatkan dampak positif
yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana dan/atau kegiatan. Dalam
pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup 4
(empat) kelompok aktivitas :

a. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menghindari atau


mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas
alternatif, tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang bangun
proyek;
b. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul
disaat usaha dan/atau kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha
dan/atau kegiatan berakhir (misalnya : rehabilitasi lokasi proyek);
c. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan
pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan
konpensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik
dalam arti sosial ekonomi dan/atau ekologis) sebagai dasar untuk
memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang
atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai
akibat usaha dan/atau kegiatan.

1.1.2 Kedalaman rencana pengelolaan lingkungan


Dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan pokok-pokok arahan,
prinsip-prinsip, kriteria atau persyaratan untuk
pencegahan/penanggulangan/pengendalian dampak. Bila dipandang perlu
dapat dilengkapi dengan acuan literatur tentang ”basic design” untuk
pencegahan/panggulangan/pengendalian dampak. Hal ini tidak lain
disebabkan karena :
a. Pada taraf studi kelayakan informasi tentang rencana usaha dan/atau
kegiatan (proyek) relatif masih umum, belum memiliki spesifikasi
teknis yang rinci, dan masih memiliki beberapa alternatif. Hal ini tidak
lain karena pada tahap ini memang dimaksudkan untuk mengkaji
sejauh mana proyek dipandang patut atau layak untuk dilaksanakan
ditinjau dari segi teknis dan ekonomi; sebelum investasi, tenaga, dan
waktu terlanjur digunakan lebih banyak. Keterbatasan data dan
informasi tentang rencana usaha atau kegiatan ini sudah barang tentu
berpengaruh pada bentuk kegiatan pengelolaan yang dapat dirumuskan
dalam dokumen RKL;
b. Pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, kriteria atau persyaratan
pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen RKL
selanjutnya akan diintegrasikan atau menjadi dasar pertimbangan bagi
konsultan rekayasa dalam menyusun rancangan rinci rekayasa.
Disamping itu perlu diketahui bahwa rencana pengelolaan lingkungan
hidup yang tertuang dalam dokumen RKL harus terkait dengan hasil
dokumen ANDAL, dalam arti komponen lingkungan hidup yang dikelola
adalah hanya mengalami perubahan mendasar sebagaimana disimpulkan
oleh dokumen ANDAL.
1.1.3 Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat berupa pencegahan dan
penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan dampak positif yang
bersifat strategis. Rencana pengelolaan lingkungan hidup harus diuraikan
secara jelas, sistematis, serta mengandung ciri-ciri pokok sebagai berikut :
a. Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok-pokok arahan,
prinsip-prinsip, kriteria pedoman atau persyaratan untuk mencegah,
menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan dampak penting
baik negatif maupun positif yang bersifat strategis; dan bila dipandang
perlu, lengkapi pula dengan acuan literatur tentang rancang bangun
penanggulangan dampak dimaksud;
b. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksud perlu dirumuskan
sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan dasar pelaksanaan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup;
c. Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya
peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan pemrakarsa usaha
dan /atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
kursus-kursus yang diperlukan pemrakarsa berikut dengan jumlah serta
kualifikasi yang dilatih;
d. Rencana pengelolaan lingkungan hidup juga mencakup pembentukan
unit organisasi yang bertanggung jawab dibidang lingkungan hidup
untuk melaksanakan RKL. Aspek-aspek yang perlu diutarakan
sehubungan dengan hal ini antara lain adalah struktur organisasi,
lingkup tugas dan wewenang unit, serta jumlah dan kualifikasi
personalnya.

1.1.4 Pendekatan pengelolaan lingkungan hidup


Untuk menangani dampak penting yang sudah diprediksi dari studi
ANDAL, dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan
lingkungan hidup yang selama ini dikenal seperti: teknologi, sosial
ekonomi, maupun institusi.
1.2 Sistematika Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL)
Pernyataan pelaksanaan dan pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan RKL
yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.

BAB I. Pendahuluan
1. Pernyataan tentang maksud dan tujuan pelaksanaan RKL dan RPL secara
umum dan jelas. Pernyataan ini harus dikemukakan secara sistematis,
singkat dan jelas;
2. Pernyataan kebijakan lingkungan hidup. Uraian tentang komitmen
pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan untuk memenuhi (melaksanakan)
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan yang
relevan, serta komitmen untuk melakukan penyempurnaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan secara berkelanjutan dalam bentuk mencegah,
menanggulangi dan mengendalikan dampak lingkungan yang disebabkan
oleh kegiatan-kegiatannya serta melakukan pelatihan bagi karyawannya di
bidang pengelolaan lingkungan hidup.
3. Uraian tentang kegunaan dilaksanakannya rencana pengelolaan
lingkungan.

BAB II. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan


Untuk menangani dampak penting yang sudah diprediksi dari studi ANDAL,
dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan yang selama
ini kita kenal seperti : teknologi, sosial ekonomi, maupun institusi.
a. Pendekatan teknologi
Pendekatan ini adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan untuk
mengelola dampak penting lingkungan hidup.

b. Pendekatan sosial ekonomi


Pendekatan ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh pemrakarsa
dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan
yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan bantuan peran pemerintah.
c. Pendekatan institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak penting lingkungan
hidup.
Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

BAB III. Rencana Pengelolaan Lingkungan


Uraikan secara singkat dan jelas masing-masing dampak yang ditimbulkan baik
oleh satu kegiatan atau lebih dengan urutan pembahasan sebagai berikut:

3.1 Dampak penting dan sumber dampak penting


a. Uraikan secara singkat dan jelas komponen atau parameter lingkungan
hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar menurut
hasil ANDAL.
b. Sumber dampak
Utarakan secara singkat sumber penyebab timbulnya dampak penting :
1. Apabila dampak penting timbul sebagai akibat langsung dari
rencana usaha dan/atau kegiatan, maka uraikan secara singkat jenis
usaha dan/atau kegiatan yang merupakan penyebab timbulnya
dampak penting;
2. Apabila dampak penting timbul sebagai akibat berubahnya
komponen lingkungan hidup yang lain, maka jelaskan secara
singkat komponen dampak penting tersebut.

3.2 Tolak ukur dampak


Jelaskan tolak ukur dampak yang akan digunakan untuk mengukur
komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak akibat rencana
usaha dan/atau kegiatan berdasarkan baku mutu standar (ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan); keputusan para ahli yang dapat diterima
secara ilmiah, lazim digunakan , dan/atau telah ditetapkan oleh instansi
yang bersangkutan. Tolak ukur yang diutarakan adalah yang digunakan
dalam ANDAL.

3.3 Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup uraikan secara


spesifik tujuan dikelolanya dampak penting yang bersifat strategis
berikut dengan dampak turunannya yang otomatis akan turut
tercegah/tertanggulangi/terkendali.

3.4 Pengelolaan lingkungan hidup


Jelaskan secara rinci upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup yang
dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi, sosial ekonomi, dan/atau
institusi.

3.5 Lokasi pengelolaan lingkungan hidup


Jelaskan rencana lokasi kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dengan
memperhatikan sifat persebaran dampak penting yang dikelola. Lengkapi
pula dengan peta/sketsa/gambar dengan skala yang memadai.

3.6 Periode pengelolaan lingkungan hidup


Uraikan secara singkat rencana tentang kapan dan berapa lama kegiatan
pengelolaan lingkungan dilaksanakan dengan memperhatikan: sifat
dampak penting yang dikelola (lama berlangsung, sifat kumulatif, dan
berbalik tidaknya dampak).

3.7 Institusi pengelolaan lingkungan hidup


Pada setiap rencana pengelolaan lingkungan hidup cantumkan institusi
atau kelembagaan yang akan berurusan, berkepentingan, dan berkaitan
dengan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik di tingkat nasional maupun daerah,
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan
lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
meliputi :
a. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup ;
b. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan;
c. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh sektor terkait.
d. Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota;
e. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembentukan institusi
pengelolaan lingkungan hidup.

Institusi pengelolaan lingkungan hidup yang perlu diutarakan meliputi:


a. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
Cantumkan institusi pelaksana yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaan sebagai penyandang dana kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup. Apabila dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup pemrakarsa menugaskan atau bekerjasama dengan
pihak lain, maka cantumkan pula institusi dimaksud;

b. Pengawasan pengelolaan lingkungan hidup


Cantumkan instansi yang akan berperan sebagai pegawai bagaimana
terlaksananya RKL. Insntasi yang terlibat dalam pengawasan mungkin
lebih dari satu instansi sesuai dengan ruang lingkup wewenang dan
tanggung jawab, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup


Cantumkan instansi-instansi yang akan dilaporkan hasil kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup secara berkala sesuai dengan lingkup
tugas instansi, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini jelaskan sumbar data dan informasi yang akan digunakan dalam
penyusunan RKL, baik yang berupa buku, majalah , makalah, tulisan maupun
laporan hasil-hasi penelitian. Bahan-bahan pustaka tersebut agar ditulis dengan
berpedoman pada tata cara penulisan pustaka.

Lampiran
Pada bagian ini lampirkan tentang :
1. Ringkasan dokumen RKL dalam bentuk tabel dengan ukuran kolom sebagai
berikut : Jenis Dampak, Sumber Dampak, Tolak Ukur Dampak, Tujuan
Pengelolaan Lingkungan hidup, Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Institusi Pengelolaan
Lingkungan Hidup;

2. Data dan informasi yang merujuk dari hasil studi ANDAL seperti peta-peta
(lokasi kegiatan, lokasi pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain),
rancangan teknik (engineering design), matrik serta data utama yang terkait
dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang isi dokumen
RKL.

2.1 Sistematika Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan


Hidup (RKL)

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang pemantauan lingkungan hidup
a. Pernyataan tentang latar belakang perlunya dilaksanakan rencana
pemantauan lingkungan hidup baik ditinjau dari kepentingan pemrakarsa,
pihak-pihak yang berkepentingan maupun untuk kepentingan umum dalam
rangka menunjang program pembangunan;
b. Uraikan secara sistematis, singkat, dan jelas tentang tujuan pemantauan
lingkungan hidup yang akan diupayakan pemrakarsa sehubungan dengan
pengelolaan rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. Uraikan tentang kegunaan dilaksanakannya pemantauan lingkungan hidup
baik bagi pemrakarsa usaha atau kegiatan, pihak-pihak yang
berkepentingan, maupun bagi masyarakat.

BAB II. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


Uraikan secara singkat dan jelas jenis masing-masing dampak yang ditimbulkan
baik oleh satu kegiatan atau lebih dengan urutan pembahasan sebagai berikut :

a. Dampak penting yang dipantau


1. Jenis komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipandang
strategis untuk dipantau;
2. Indikator dari komponen dampak penting yang dipantau.

b. Sumber dampak
Uraikan secara singkat sumber penyebab timbul penting.

c. Parameter lingkungan hidup yang dipantau


Uraikan secara jelas tentang parameter lingkungan hidup yagn dipantau.
Parameter ini dapat meliputi parameter dari aspek biologi, kimia, fisika
dan aspek kesehatan masyarakat.

d. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup


Uraikan secara spesifik tujuan dipantaunya suatu dampak penting
lingkungan hidup, dengan memperhatikan dampak penting yang dikelola,
bentuk rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan dampak penting
turunan yang ditimbulkannya.

e. Metode pemantauan lingkungan hidup


Uraikan secara singkat metode yang akan digunakan untuk memantau
indikator dampak penting, yang mencakup :
1. Metode pengumpulan dan analisis data
Cantumkan secara singkat dan jelas metode yang digunakan dalam
proses pengumpulan data berikut dengan jenis peralatan, instrumen,
atau formulir isian yang digunakan. Cantumkan pula tingkat
ketelitian alat yang digunakan dalam pengumpulan data sehubungan
dengan tingkat ketelitian yang diisyaratkan dalam Baku Mutu
Lingkungan Hidup. Selain itu uraikan pula metode yang digunakan
untuk menganalisa data hasil pengukuran. Cantumkan jenis peralatan,
instrumen, dan rumus yang digunakan dalam proses analisis data.
Selain itu uraikan pula tolak ukur yang digunakan untuk menilai
kondisi kualitas lingkungan hidup yang dipantau, dan sebagai umpan
balik untuk kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Perlu
diperhatikan bahwa metode pengumpulan dan analisis data sejauh
mungkin konsisten dengan metode yang digunakan disaat
penyusunan ANDAL.

2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup


Cantumkan lokasi pemantauan yang tepat disertai dengan peta
berskala yang memadai dan menunjukan lokasi pemantauan
dimaksud. Perlu diperhatikan bahwa lokasi pemantauan sejauh
mungkin konsisten dengan lokasi pengumpulan data disaat
penyusunan ANDAL.

3. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan


Uraikan tentang jangka waktu atau lama periode pemantauan berikut
dengan frekuensinya persatuan waktu. Jangka waktu dan frekuensi
pemantauan ditetapkan dengan mempertimbangkan sifat dampak
penting yang dipantau (intensitas, lama dampak berlangsung, dan
sifat kumulatif dampak).
f. Institusi pemantauan lingkungan hidup
Pada setiap rencana pemantauan lingkungan hidup cantumkan institusi
atau kelembagaan yang akan berurusan, berkepentingan, dan berkaitan
dengan kegiatan pemantauan lingkungan hidup, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik di tingkat nasional maupun daerah.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemantauan
lingkungan hidup meliputi :

1. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Menteri Negara


Lingkungan Hidup;
2. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh sektor terkait;
3. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah
Daerah;
4. Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota;
5. Keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan pembentukan
institusi pemantauan lingkungan hidup.
Institusi pemantau lingkungan hidup yang perlu diutarakan meliputi :

1. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup cantumkan institusi yang


bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan sebagai penyandang dana
kegiatan pemantauan lingkungan hidup.
2. Pengawasan pemantauan lingkungan hidup
Cantumkan instansi-instansi yang berperan sebagai pengawas bagi
terlaksananya RPL. Instansinya yang terlibat dalam pengawasan
mungkin lebih dari satu instansi sesuai dengan lingkup wewenang
dan tanggungjawab, serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup;
Cantumkan instansi-instansi yang akan dilapori hasil kegiatan
pemantauan lingkungan hidup secara berkala sesuai dengan lingkup
tugas instansi yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini utarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam
penyusunan RPL baik yang berupa buku, majalah, makalah, tulisan, maupun
laporan hasil-hasil penelitian. Bahan-bahan pustaka tersebut agar ditulis dengan
berpedoman pada tata cara penulisan pustaka.

LAMPIRAN
Pada bagian ini lampirkan tentang :
1. Ringkasan dokumen RPL dalam bentuk tabel dengan urutan kolom
sebagai berikut : Dampak penting yang dipantau, Sumber Dampak, Tujuan
Pemantauan Lingkungan Hidup, Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(yang meliputi Metode Pengumpulan Data, Lokasi Pemantauan
Lingkungan Hidup, Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Lingkungan
Hidup, serta Metode Analisis, dan instansi), dan institusi Pemantau
Lingkungan Hidup.
2. Data informasi yang dipandang penting untuk dilampirkan karena
menunjang isi dokumen RPL.

3 Kedudukan RKL & RPL Dalam Perancangan Proyek Pengembangan


Wilayah
Dalam pencapaian hasil pembangunan/pengembangan wilayah diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk didalamnya menjaga
kestabilan lingkungan hidup, sehingga pembangunan-pembangunan yang
selanjutnya dapat dilakukan secara berkesinambungan. Oleh karena itu perlu
direncanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungannya, sehingga penting
membuat dan melaksanakan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
supaya lingkungan dapat terjaga dan tidak rusak. Sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, di dalam AMDAL terdapat kegiatan memperkirakan
atau menduga dampak yang akan dtimbulkan oleh suatu kegiatan
pembangunan. Oleh karena itu peran RKL dan RPL dalam AMDAL adalah
membuat perencanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan
tujuan meminimasi perkiraan dampak penting yang akan muncul pada
kegiatan pembangunan yang sedang direncanakan, sedangkan untuk kegiatan
pembangunan yang sedang berjalan diwajibkan untuk membuat Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Sehingga penting membuat dan melaksanakan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
Dengan adanya RKL dan RPL ini maka pelaksanaan kegiatan
pembangunan akan terikat secara hukum untuk melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungannya, karena dalam RKL dan RPL terdapat
prosedur pengembangan dampak positif dan penanggulangan dampak negatif,
serta prosedur pemantauan lingkungannya.
Menurut Suratmo (1999), kedudukan RKL dalam AMDAL dapat
digambarkan sebagai berikut :
 Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan
 Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang
sederhana, dan dampaknya terhadap lingkungan adalah kecil
 Penanganan damapk dimulai dan pemilihan alternatif
 Penanganan dampak memerlukan biaya
 Kebanyakan pemrakarsa tidak berminat untuk mengembangkan
ditapak positif oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan upaya
pengelolaan dampak positif
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen
pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya
menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan
tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini
kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

4 RKL & RPL Dalam Sistem Pengawasan & Pemantauan


Pemantauan merupakan bagian yang amat penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Amdal tanpa diikuti oleh pemantauan tidak akan banyak
berarti, tidak akan ada yang dapat mengetahui apakah pendugaan dampak
yang tercantum dalam dokumen Amdal dapat berjalan sesuai yang diharapkan
Kegunaan pemantauan dalam RPL, antara lain:
 Untuk menguji pendugaan dampak
 Untuk mendapatkan efektivitas dari aktivitas atau teknologi yang
digunakan untuk mengendalikan dampak negatif
 Untuk mendapatkan tanda peringatan sedini mungkin mengenai
perubahan lingkungan
 Untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menunjang tuntutan-tuntutan
ganti rugi
Tujuan pemantauan terhadap dokumen RKL dan RPL adalah :
 Untuk mengetahui pelaksanaan RKL dan RPL
 Untuk mengetahui tingkat ketaatan pemrakarsa usaha dan/atau
kegiatan dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
 Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan RKL dan RPL dalam
menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan
Kegiatan pemantauan lingkungan merupakan bagian terakhir dari kegiatan
AMDAL yang memantau pelaksanaan pengelolaan dampak. Untuk
operasionalisasinya diperlukan membuat rencana pematauan lingkungan
(RPL). Dalam RPL perlu dijelaskan tentang definisi pemantauan dampak
lingkungan. Pemantauan dampak lingkungan adalah pengulangan pengukuran
pada komponen atau parameter lingkungan untuk mengetahui adanya
perubahan lingkungan dikarenakan adanya pengaruh dari luar yaitu aktivitas
pembangunan (Suratmo dalam Hardjojo, 2001).
Pemantauan lingkungan dapat digunakan sebagai sarana isyarat dini untuk
mengetahui adanya perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki, sehingga
langkah penanggulangan dampak dapat dilaksanakan dengan efektif. Di
samping itu, pemantauan lingkungan juga dapat digunakan sebagai sarana
untuk menguji efektivitas teknologi yang dipakai untuk meminimalisir
dampak negatif penting, dan sarana untuk mengumpulkan bukti-bukti yang
relevan bila timbul kasus-kasus penuntutan atau untuk pembelaan diri.
Tipe pemantauan :
 Inspeksi (paling sederhana)
 Pemantauan perijinan; misalnya perijinan eksplorasi, pembangunan,
pengendalian pencemaran, membuang polutan ke perairan
 Pemantauan kualitas ambien lingkungan; ditujukan kepada perubahan
dari ambien lingkungan
 Pemantauan evaluasi proyek
 Pematauan pengelolaan dampak dari proyek
Ruang lingkup dan pelaksanaan pemantauan lingkungan
Mengacu pada pedoman pelaksanaan peraturan pemerintah No. 29
tahun 1986 tentang AMDAL, dinyatakan bahwa:
1. Ruang lingkup RPL, adalah:
a. Jenis dampak penting
b. Faktor lingkungan yang dipantau
c. Tolok ukur dampak
d. Lokasi pematauan
e. Periode pemantauan
f. Pelaksanaan pemantauan
2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan:
a. Penetuan kelembagaan yang akan mengurus dan berkepentingan dalam
pelaksanaan pemantauan lingkungan, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawabnya.
b. Penentuan kelembagaan yang mengurus dan berkepentingan dalam
menggunakan hasil pemantauan sehingga dapat dipakai untuk
pengawasan terhadap pelaksanaan pemantauan lingkungan.

5 Berbagai Fenomenan/Keganjilan Yang Terjadi


Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal.
Oleh sebab itu untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi
kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program
kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai.
Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan
ditetapkan melalui UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup. Hal ini tercermin bahwa setiap rencanaa usaha/kegiatan yag
mempunyai dampak penting wajib dilengkapi dengan suatu AMDAL. Di
dalam undang-undang lingkungan hidup dan pedoman pelaksanaanya secara
jelas belum nampak ketentuan perundangan terhadap analisis dampak pada
kesehatan masyarakat/kesehatan lingkungan.

Fenomena yang terjadi di Bidang Induatri


Kegiatan bidang industri sering merupakan sumber masalah gangguan
terhadap kesehatan lingkungan. Kegiatan bidang industri, dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain, jenis produk, bahan baku, proses maupun jenis limbah
sendiri. Dengan demikian, kegiatan bidang industri akan mengeluarkan limbah
cair, limbah gas/partikel, dan limbah padat.
Potensi bahaya dalam bidang industri yang telah banyak terjadi di lapangan,
antara lain:
 Kegiatan industri ini memiliki potensi dampak terhadap kesehatan
masyarakat, karena mengeluarkan limbah dari bahan-bahan kimia dalam
proses produksinya. Disamping itu juga menimbulkan adanya parasit dan
mikroba pada limbah industri makanan.
 Kegiatan industri meliputi besi, metalurgi non-besi, pengerjaan logam
yang mengeluarkan bahan kimia lainnya. Limbah tersebut dapat
berpengaruh secara kronis terhadap kesehatan.
 Macam industri ini sangat beragam dari industri bukan bangunan, fotografi
sampai biosida. Limbah yang dihasilkan merupakan bahan kimia
berbahaya dan beracun (BBB) yang dapat menimbulkan dampak kronis
maupun akut.
 Banyak kegiatan industri yang memakai bahan konstruksi, keramik, gelas,
dan asbetos. Pengaruh industri ini adalah gangguan terhadap pernafasan
secara kronis.

5.1 Fenomena yang terjadi pada kasus Gunung-gunung


Terkuras Amdal Tak Bertaring
Tempo dulu Gunung-gunung di Mamuju begitu hijau dan kicauan burung
sering terdengar dari puncak gunung. Hijau dedaunan dipinggiran kota
memancarkan pesona wajah kota ini. Kini rauangan mahluk bernama eskavator
terus merengsek menguras apa saja yang ada disekitarnya. Jalananpun
bergelompang bercampur lumpur akibat bola-bola tanah yang jatuh kejalan mulus
yang diangkut mobil tongkang. Segerombolan mobil tongkang itu hilir mudik
dijalan-jalan utama ibukota sulbar. Maklum atas nama pembangunan ratusan
tanah lapang dan laut akan ditimbun. Bongkahan batu gunung itu akan dibuang
kelaut atau diparkir diarea tambak-tambak yang akan dibangun pusat-pusat
pelayanan publik atau hero bernama Mall.
Si Badu yang tadinya memiliki puluhan hektar gunung kini merasa senang
dan disulap jadi miliorder dan mobil mewah terparkir didepan rumah mewah
milik Badu. Gaya hidupnyapun spontan berubah. Dia tak lagi ke kebun. Siulan
Badu dipagi hari diatas puncak gunung tak terdengar lagi. Kerbau milik Badu tak
lagi berkeliaran dijalan-jalan. Badupun parlente diatas mobil mewah hasil ganti
rugi tanah miliknya yang baru saja dibayarkan investor. Tetangga Badupun mulai
menaruh cemburu dan kecewa akibat ulah si badu yang baru saja jadi orang kaya
baru (OKB).
Fenomena Badu bukanlah menjadi hal yang subtansi tapi lebih pada proses
pembangunan yang mengobrak abrik wajah kota ini. Pertanyaann adalah.
Bolehkah setiap aktivitas pembangunan tanpa Amdal ? Jika tidak berarti
Amdalpun di Mamuju tak bertaring. Atau pembiaran yang memang sengaja
diciptakan dan menutup-nutupi sebuah realitas yang sesungguhnya. Asumsi saya
adalah setiap pembangunan yang berdampak pada lingkungan disekitarnya
idealnya harus menggunakan Amdal. Analisis Dampak Lingkungan menjadi hal
yang terpenting dalam mengkaji berbagai aspek. Kita tak boleh terlalu berpikir
pragmatis tanpa mempertimbangkan dampak sosial.
Lantas,fenomena beramai-ramai menggeser ruang publik tanpa Amdal
akan memunculkan kekwatiran banyak pihak. Dan hanya hitungan hari gunung-
gunungpun di Mamuju hanya nyanyian masa lalu. Ketika kita beramai-ramai
menanam pohon satu miliar dan pada saat bersamaan kitapun beramai-ramai
menggeser gunung.

5.2 Fenomena LINGKUNGAN HIDUP: BLH Samarinda Serahkan 63


Dokumen AMDAL ke Publik

BISNIS.COM, JAKARTA-- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota


Samarinda, Kalimantan Timur akhirnya menyerahkan sedikitnya 63 dokumen
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Kelola
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) pertambangan
batubara kepada Jaringan Advokasi Tambang terkait dengan upaya pengawasan
kerusakan lingkungan oleh bisnis tersebut.
Merah Johansyah, Kepala Divisi Hukum Jaringan Advokasi Tambang
(Jatam) Kalimantan Timur, mengatakan penyerahan dokumen itu merupakan hasil
keputusan sidang sengketa informasi yang disampaikan ke Komisi Informasi
Publik Daerah (KIPD) Kalimatan Timur. Sebelumnya, BLH selalu menolak
menyerahkan informasi mengenai AMDAL perusahaan tambang yang beroperasi
di Samarinda. AMDAL yang merupakan alat untuk memperkecil dampak operasi
pertambangan batubara itu justru disebut sebagai rahasia negara, disembunyikan
dan enggan dibuka ke publik," kata Merah dalam keterangan pers yang dikutip
pada Minggu (07/4).
Kemenangan Jatam dalam sidang sengketa informasi tersebut, ungkap
Merah, akan membuat semacam jurisprudensi baru bahwa pemerintah tak boleh
lagi menutupi dokumen AMDAL ketika diminta oleh publik. Dia mengatakan
kemenangan itu diharapkan mendorong warga di pelbagai daerah untuk
melakukan hal serupa dengan yang dilakukan Jatam di Kalimantan Timur.
Organisasi itu mencatat saat ini Samarinda sedang mengalami “darurat
lingkungan” , karena 71% luas kota telah dikavling 63 Ijin Usaha Pertambangan
batubara yang menghasilkan beragam bencana, serta terus meluas. Sepanjang
2011 - 2012, sedikitnya enam warga Samarinda tewas di lubang tambang, karena
perusahaan-perusahaan tambang tak mereklamasi lahan bekas tambangnya. (if)
Sumber : Anugerah Perkasa

5.3 Fenomena Tambang Biji Besi Lubuk Sikaping Segera Beroperasi,


AMDAL Disosialisasikan
Lubuk Sikaping, Kominfo
Seluas 500 hektaare lahan kaki perbukitan Lubuk Sikaping bakal menjadi
penyumbang kontribusi peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat
dalam bentuk tambang biji besi. Rencana pembukaan tambang biji besi di
kawasan Nagari Aia Manggih dan Nagari Sundata Kecamatan Lubuk Sikaping
yang akan dieksplorasi perusahaan tambang PT Sumber Minera Bersama (PT
SMB), telah memasuki tahapan sosialisasi analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
Kajian AMDAL yang dilakukan oleh Konsultan CV Kurnia Green Enviro
disosialisasikan melalui Tim Kajian AMDAL bersama jajaran Pemkab Pasaman
kepada segenap unsur tokoh masyarakat yang berdomisili di kawasan tambang
tersebut. Pelaksanaan sosialisasi dalam bentuk pertemuan dan diskusi terbuka di
aula Kantor Camat Lubuk Sikaping Jalan Syachruddin Kampung Nan VI Nagari
Aia Manggih, Selasa (25/10).
Pertemuan yang dimoderatori Kepala kantor Lingkungan Hidup Pemkab
Pasaman, Mukti Lubis, SH tersebut dihadiri Bupati Pasaman yang diwakili
Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, H. Asnil M, SE MM, Kadis ESDM
Hasrizal, S.Sos, Camat Lubuk Sikaping Devi Alfriani, SIP dan Tim I Konsultan
CV Kurnia Green Enviro.
H. Asnil dalam sambutannya mengemukakan bahwa Kabupaten pasaman
yang kaya dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang terkandung dalam bumi
berupa beraneka mineral dan bahan-bahan produktif yang belum tergarap. Untuk
itu, Pemkab Pasaman sangat merespon keinginan investor untuk melakukan
eksplorasi potensi SDA berbentuk biji besi tersebut.
Dikatakan, kehadiran investor PT SMB tersebut perlu didukung oleh
masyarakat daerah ini agar dapat berjalan dengan baik. Sebab dengan terbukanya
tambang tersebut, selain bermuara pada kontribusi pendapatan daerah, secara
umum juga mendukung pertumbuhan perekonomian masyarakat di kawasan
tambang secara khusus dan Pasaman pada umumnya.
Namun dalam pengelolaannya, disamping segi manfaat yang diperoleh,
seperti terbukanya lapangan kerja baru, perlu dikaji dampak lingkungan yang
ditimbulkan, terutama segi mudharat yang terjadi baik terhadap masyarakat
maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu secara intensif dipercayakan
pengkajiannya kepada tim konsultan, papar Asnil.
Sehubungan dengan perlunya sosialisasi kajian AMDAl dijelaskan Kepala
Kantor Lingkungan Hidup Mukti Lubis bahwa hal itu merupakan kewajiban yang
diatur Negara melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dijabarkan dengan 1. Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 2.
KepMen LH Nomor 86 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
3. PerMen LH Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan
yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(Pengganti KepMenLH nomor 17 Tahun 2001). 4. KepMen LH Nomor 30 Tahun
2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup yang Diwajibkan
Menteri Negara Lingkungan Hidup.
“Amanat perundang-undangan mewajibkab kajian AMDAL untuk areal
lahan diatas 200 hektaare”, ujar Mukti Lubis Kadis ESDM Hasrizal, menyatakan
bahwa prosedur penerbitan Izin Usaha Pertambangan yang dikeluarkan pemkab
pasaman melalui SKPD-nya terlebih dulu harus memenuhi persyaratan,
diantaranya adalah harus lolos kajian AMDAL.
Hasrizal menyebutkan sejumlah investor tidak dapat melanjutkan
eksplorasi terkendala persoalan kajian AMDAL yang tidak memenuhi criteria
yang disyaratkan. Dalam hal ini masyarakat perlu diberi keterbukaan informasi
mulai dari kawasan operasional hingga gejala dampak yang ditimbulkan.
Sejalan dengan hal itu, Camat Devi Alfriani mengapresiasi antusias
kehadiran masyarakat untuk memperoleh informasi kajian AMDAL disamping
masyarakat dapat menyampaikan berbagai kondisi lapangan sehubungan dengan
adanya tambang biji besi yang diperkirakan berpotensi besar sehingga diprediksi
akan berlangsung sekitar 200 tahun ke depan.
“Hal ini merupakan Nikmat Tuhan kepada masyarakat Lubuk Sikaping
yang diberikan dalam kapasitas besar dan hendaknya mesti kita syukuri. Dan
salah satu bentuk rasa syukur kita adalah dengan mendukung pemanfaatan
kekayaan alam yang telah dilakukan oleh PT SMB ini”, pinta Devi.
Sementara itu, Zul Adri yang membidangi analis kimia tanah, air dan
udara dari Tim Kajian AMDAL Konsultan CV Kurnia Green Enviro memaparkan
tentang gejala perubahan siklus lingkungan yang mungkin terjadi dengan kegiatan
tambang. Gejala yang terjadi tersebut harus dikenali masyarakat melalui ciri-ciri
yang tidak lazim pada fenomena alam. Materi umum mengenai AMDAL
mencakup rencana proyek, rencana penambangan (lokasi, luas daerah, keadaan
cebakan, hasil tambang, limbah, bahan berbahaya), literature, survei sebelumnya,
serta rona lingkungan yang menyangkut iklim, fisiografi, hidrologi, tubuh tanah,
biologi, sosial budaya, flora, dan fauna. Kemudian, bahasan mengenai perkiraan
dampak baik dampak fisik, kimia maupun sosial budaya. Dapat ditambahkan
bahwa dokumen Amdal harus disusun oleh Tim yang diketuai oleh seorang ahli
yang harus bersertifikat minimal sertifikat Amdal B dengan para anggota yang
ahli dibidang ilmunya masing-masing. Hal-hal yang harus dicakup dalam
dokumen Amdal adalah jumlah manusia yang mungkin terkena dampak, luas yang
terpengaruh, lamanya dampak, dan intensitas dampak, jumlah komponen yang
terkena dampak seperti air, tetumbuhan, dan tubuh tanah, efek kumulatif dari
dampak, dan kemampuan alam untuk memulihkan dirinya. Efek kumulatif sangat
besar dampaknya jika komponen saling berpengaruh secara sinergik.
Selain itu, perlu pula diperhitungkan besaran (magnitude) dan tingkat pentingnya
suatu dampak. Dampak terhadap keselamatan manusia dianggap yang paling
penting, tanpa pandang bulu. Dampak terhadap flora atau fauna langka atau
hampir punah akan sangat tinggi tingkat kepentingannya dibandingkan dengan
dampak terhadap flora atau fauna yang masih banyak populasinya, walaupun
besaran dari dampak itu mungkin sama.
Zul Adri mencontohkan terjadinya perubahan warna air karena dampak
erosi, limbah kimia bila material mineral diolah di lokasi setempat, kekeringan
karena terganggu sumber air ataupun hilangnya sejumlah populasi habitat sungai
di sekitar aliran sungai yang berhulu di kawasan tambang.
Perubahan pada tanah, dapat dikenali masyarakat pada komoditi pertanian dan
perkebunan, seperti menurunnya hasil produksi padi, kerdilnya tanaman kebun
atau tidak tumbuhnya tanaman tertentu yang biasanya ada di lahan masyarakat
dalam radius areal ekplorasi, jelasnya. Oleh sebab itu, Kajian AMDAL adalah hal
penting dan krusial untuk disosialisasikan kepada masyarakat dan secara langsung
masyarakat dapat melakukan pengamatan lapangan dalam mengantisipasi
kerusakan lingkungan. Jika kemudian hari terjadi sesuatu yang dianggap tidak
biasanya dapat dilaporkan kepada pihak pemerintahan melalui camat, dinas
pertambangan, kantor lingkungan hidup dan lainnya.
Penyaji konsultasi Tm Kajian AMDAL CV Kurnia Green Enviro lainnya
yang memberikan pengarahan adalah Irdan dari bidang analisis dampak social
budaya, Febi bidang kajian dampak ekonomi dan lainnya bidang kesehatan
masyarakat, biologi yang terdiri dari 14 bidang kajian yang secara terus menerus
akan memantau perkembangan penelitiannya. Hasil kajian AMDAL tersebut
nantinya akan dituangkan dalam bentuk sajian data yang terperinci yang disusun
menjadi sebuah buku yang akan disebarkan kepada masyarakat. Dengan demikian
masyarakat terbantu untuk mengenali segala sesuatu yang luar biasa di
lingkungannya.Makmur E.

6 Kedudukan AMDAL Dalam Siklus Proyek/Usaha


AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Dalam kajian AMDAL, yang nantinya akan dilakukan proses adalah dampak
positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai
pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak
layak lingkungan. Dengan mempertimbangkan aspek kimia, fisika, biologis,
sosial-ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan masyarakat, maka kajian
dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun. Apabila dalam suatu
rencana kegiatan, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat
ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia, maka kegiatan tersebut dinyatakan
tidak layak lingkungan berdasarkan hasil kajian AMDAL. Adapun bentuk
hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 dokumen,
yaitu :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif
AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan
agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan pembangunandiharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup,dan mengembangkan dampak positif,
sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secaraberkelanjutan
(sustainable).

7 Contoh Alternatif Arahan RKL dan RPL Dalam Suatu Proyek


PT Alno Agro Utama merupakan perusahaan yang beroperasi dalam bidang
pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit. PT Alno Agro Utama
berencana membuka perkebunan kelapa sawit baru yang terletak di
Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dan
memiliki luas sekitar 9.314 hektar.
Berikut dibawah ini tabel contoh arahan RKL (Rencana Pengelolaan
Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) dari PT Alno Agro
Utama.
Iklim mikro pengelolaan dampak lingkungan mikro dilakukan
dengan cara:
- Membuat tata ruang rencana perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit termasuk pembangunan
infrastruktur memperhatikan konsep konservasi.
- Pembukaan lahan dari vegetasi penutup dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kemajuan penanaman kelapa sawit
RKL dan cover crop.
Kebisingan, dikelola dengan cara :
- Menggunakan shock absolving untuk menyerap benturan,
menggunakan teknik aliran yang efisien untuk mengurangi
suara, memisahkan operating speed dan resonant speed. Dan
memasang bantalan peredam pada kedudukan yang benar.
- Pengendalian kebisingan pada penerima (manusia), yaitu
earplug atau earmuff.
- Memantau tingkat kebauan dan kadar debu di udara ambien
menggunakan alat High Volume Dust Sampler
- Memantau tingkat kebisingan diruang kerja pabrik
pengolahan kelapa sawit tidak boleh lebih dari 70 dBA
dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter
RPL
- Memantau besaran erosi dengan cara mengukur besarnya
tanah tererosi persatuan waktu pada petak pemantauan yang
dibuat dengan ukuran
- Memantau sedimentasi tanah di dasar sunga dan di Saluran
Pengendalian Air
DAFTAR PUSTAKA

http://regional.kompasiana.com/2012/03/03/gunung - gunung - terkuras – amdal -


tak-bertaring-443851.html diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 20.03
WIB
http://web.bisnis.com/lingkungan - hidup - blh – samarinda – serahkan – 63 -
dokumen-amdal-ke-publik diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 20.11
WIB
http://www.pasamankab.go.id/article - tambang - biji – besi – lubuk – sikaping -
segera-beroperasi-amdal-disosialisasikan.html diakses pada tanggal 5
April 2013 pukul 20.17 WIB

Vous aimerez peut-être aussi