Vous êtes sur la page 1sur 225

PALEOREKONSTRUKSI VEGETASI DAN LINGKUNGAN

MENGGUNAKAN FOSIL POLEN DAN SPORA


PADA FORMASI TAPAK CEKUNGAN BANYUMAS
KALA PLIO-PLISTOSEN

SRI WIDODO AGUNG SUEDY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Paleorekonstruksi Vegetasi


dan Lingkungan Menggunakan Fosil Polen dan Spora pada Formasi Tapak
Cekungan Banyumas Kala Plio-Plistosen adalah karya saya dengan arahan
komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Sri Widodo Agung Suedy


NRP. G 363070061
ABSTRACT

SRI WIDODO AGUNG SUEDY. Palaeoreconstruction of Vegetation and


Environment Using Pollen and Spores Fossils from Banyumas Basin Tapak
Formation in Plio-Pleistocene. Under direction of MUHADIONO, SUPIANDI
SABIHAM, and IBNUL QAYIM.

Pollen and spores fossils have important information about the flora,
vegetation, climate, and environment associated with processes and conditions
during sedimentation process in the past.The main objective of this study was to
disclose information, especially the ecology of palaeoflora, vegetation, and
environmental deposition based on pollen and spores fossils, which were found
in sedimentary rocks of the Banyumas Basin Tapak Formation.Totals of 166
sediment samples were prepared using modified palynology standard methods.
Palynological analysis were carried out based on the habitus, habitat, total
palynomorph and diagnostic pollen and spores fossils.This research found 72408
palynomorph fossils that consisted of 48570 pollen and spores fossils and 23838
marine fossils consisted of dynoflagellate cysts and foraminifera test lining (FTL).
Pollen and spores fossils consisted of 76 types that were categorized into: 20
types categorized into species, 41 genus and 15 familia level. Based on habitus,
76 types of pollen and spores fossils were grouped into: 41 taxa (53.95%) of
arboreal plants (AP),15 taxa (19.74%) of non arboreal plants (NAP), and 20 taxa
(26.32%) of Pterydophytes.The presence of AP taxa were more dominant than
the NAP taxa.This suggested that arboreal palaeoflora and vegetation were more
developed in Banyumas Basin Tapak Formation. Pollen and spores fossils
evidence indicated that the environment in the Banyumas Basin Tapak Formation
was surrounded by mountainous morphology and the water flow system as pollen
and spores media transport from mountainous to the transitional area through
lowlands, freshwater, and mangrove swamps. The overall climate of Tapak
Formation showed there was no clear differences between hot-wet and cold-dry
climates.The presence of paleoflora taxa in Tapak Formation were relatively
stable.The mean of similarity index ranged from 53.3 to 59.64%, which was
categorized as high similarity criteria among sediment samples from each
location, although the diversity was categorized from low to moderate. Generally,
environmental deposition on Tapak Formation was a transitional area that was
influenced by dynamic marine environment intensity.

Keyword: arboreal, botanical affinities, fossils, habitat, habitus, non arboreal,


palynomorph,Tapak Formation.
RINGKASAN

SRI WIDODO AGUNG SUEDY. Paleorekonstruksi Vegetasi dan Lingkungan


Menggunakan Fosil Polen dan Spora pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas
Kala Plio-Plistosen. Dibimbing oleh MUHADIONO, SUPIANDI SABIHAM, dan
IBNUL QAYIM.

Fosil tumbuhan dalam lapisan sedimen menyimpan informasi penting dan


berharga mengenai proses dan kondisi yang terjadi terkait dengan flora,
vegetasi, lingkungan serta iklim pada waktu proses sedimentasi yang terjadi di
masa lampau. Kajian ini memberi gambaran tentang dinamika flora, vegetasi dan
lingkungan masa lampau yang berguna untuk merekonstruksi kondisi masa
lampau dan memprediksi kondisi di masa yang akan datang.
Tujuan utama penelitian adalah mengungkap informasi ekologi terutama
paleoflora dan vegetasi serta lingkungan pengendapan berdasar fosil polen dan
spora yang terdapat di dalam batuan sedimen dari Formasi Tapak di Cekungan
Banyumas Kala Plio-Plistosen. Cekungan Banyumas termasuk salah satu
kawasan dinamis yang mempunyai formasi batuan dengan umur geologi waktu
pengendapan beragam sehingga memberi gambaran ekologi berupa fluktuasi
lingkungan maupun vegetasi berbagai periode waktu dari masa lampau hingga
sekarang. Penelitian sebelumnya menggunakan fosil foraminifera dan moluska
belum mengungkap informasi penting dan berharga terkait flora, vegetasi dan
lingkungan pada Formasi Tapak.
Penelitian dilakukan pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas di daerah
Kedung Randu, Gunung Tugel serta Bunkanel. Penelitian ini terdiri dari penelitian
lapangan dan laboratorium. Sampel sedimen sebanyak 166 dipreparasi
menggunakan metode standar palinologi yang dimodifikasi. Analisis palinologi
dilakukan berdasar kelompok habitus, habitat, total palinomorf dan fosil
diagnostik.
Pengamatan mikroskopis yang dilakukan berhasil mengidentifikasi 72408
fosil palinomorf terdiri dari 48570 fosil polen dan spora paleoflora Cekungan
Banyumas, serta 23838 fosil taksa marin terdiri dari dynocysts/dynoflagellate
cysts dan FTL/foraminifera test lining. Fosil polen dan spora tersebut terdiri dari
76 tipe yang dikategorikan ke dalam tingkat taksa berdasar afinitas botani
menjadi: 20 tipe teridentifikasi dalam taksa flora tingkat kategori spesies, 41 tipe
dalam tingkat genus dan 15 tipe dalam tingkat famili. Empat puluh tiga (56.58%)
dari 76 tipe polen dan spora taksa paleoflora ditemukan sama pada 3 lokasi
penelitian. Tujuh puluh enam tipe fosil polen dan spora yang ditemukan tersebut
dapat dikelompokan menurut habitus atau morfologi flora penghasil menjadi: 41
taksa (53.95%) berhabitus pohon/Arboreal Pollen (AP) dan 15 taksa (19.74%)
berhabitus non pohon/Non Arboreal Pollen (NAP) serta 20 taksa (26.32%)
merupakan Pteridophyta. Kehadiran taksa AP lebih dominan daripada taksa
NAP, menunjukkan paleoflora dan vegetasi berhabitus pohon lebih berkembang
pada masa lampau di Formasi Tapak Cekungan Banyumas.
Berdasar kelompok habitat, taksa paleoflora dan vegetasi yang pernah
berkembang pada masa lampau di Formasi Tapak Cekungan Banyumas dan
sekitarnya sangat beragam dari flora dan vegetasi pesisir berupa vegetasi
mangrove maupun back mangrove sampai dengan vegetasi pegunungan. Taksa
paleoflora kelompok habitat back mangrove menunjukkan kehadiran relatif tinggi
dan stabil dalam setiap lapisan sedimen yang mencapai 21.66% (di Kedung
Randu), 23.11% (di Gunung Tugel) dan 20.60% (di Bunkanel). Taksa kelompok
habitat lain hadir konsisten walaupun persentasenya kecil. Berdasar fosil polen
dan spora yang ditemukan menunjukkan bahwa lingkungan pada Formasi Tapak
di Cekungan Banyumas sudah membentuk lingkungan darat dengan morfologi
daerah tinggian atau pegunungan di sekitarnya, sistem aliran air juga
berkembang sebagai media transpor polen dan spora dari pegunungan menuju
area transisi melalui dataran rendah (lowland), rawa air tawar (fresh water) dan
rawa mangrove.
Berdasar kehadiran NAP, AP dan taksa indikator iklim lingkungan panas-
basah seperti Cephalomappa malloticarpa, Calophyllum type, Casuarina dan
Durio type serta penunjuk iklim dingin-kering seperti Monoporites
annulatus/Gramineae maupun penunjuk kelembaban yaitu kelompok
Pteridophyta maka iklim lingkungan Formasi Tapak menunjukkan dinamika.
Kurva iklim di Formasi Tapak tidak menunjukkan perbedaan tegas antara iklim
panas-basah dengan dingin-kering. Iklim dingin-kering yang terjadi cenderung
lebih lembab karena kehadiran kelompok Pteridophyta dominan pada
keseluruhan sampel sedimen.
Kehadiran taksa paleoflora pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas relatif
stabil. Dinamika kehadiran taksa berdasar nilai indeks similaritas dan indeks
diversitas dari fosil polen dan spora yang ditemukan di dalam lapisan sampel
sedimen mengindikasikan adanya perubahan komposisi taksa flora penyusun
vegetasi dan tidak menunjukkan pergeseran dominasi tumbuhan. Nilai Indeks
similaritas rerata berkisarantara 53.3% sampai 59.64% dengan kriteria kemiripan
tinggi antar sampel sedimen pada tiap lokasi meskipun kategori diversitasnya
termasuk rendah sampai sedang.
Berdasar kehadiran semua palinomorf, lingkungan pengendapan pada
Formasi Tapak Cekungan Banyumas merupakan suatu lingkungan transisi atau
intertidal yang dipengaruhi pasang-surut air laut. Kehadiran taksa back mangrove
dan taksa mangrove serta taksa marin secara bersama relatif menerus dalam
sedimen. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan Formasi Tapak
Cekungan Banyumas merupakan area mangrove dan back mangrove serta
dipengaruhi intensitas lingkungan laut yang dinamis. Kondisi ini diindikasikan
oleh kenaikan dan penurunan proporsi taksa palinomorf penyusun kelompok
habitat, baik palinomorf darat (polen dan spora) maupun palinomorf marin
(dynocysts dan FTL) serta pengaruh lingkungan laut yang ditunjukkan oleh nilai
PMI (Palynological Marine Index).
Kehadiran fosil polen dan spora yang berasal dari berbagai sumber
kelompok habitat dari darat maupun laut membuktikan bahwa Formasi Tapak di
Banyumas terbentuk dan terletak pada suatu cekungan. Fosil polen dan spora
tertransport serta tersedimentasikan bersama material penyusun sedimen di
dalam zona deposit berupa cekungan. Dinamika yang ditunjukkan oleh kehadiran
berbagai kelompok palinomorf mengindikasikan bahwa pembentukan Formasi
Tapak melalui proses sedimentasi yang dinamis dari lingkungan sekitar
cekungan baik dari lingkungan darat maupun laut.

Kata kunci: afinitas botani, arboreal, Formasi Tapak, fosil, habitat, habitus,
palinomorf, non arboreal.
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.
PALEOREKONSTRUKSI VEGETASI DAN LINGKUNGAN
MENGGUNAKAN FOSIL POLEN DAN SPORA
PADA FORMASI TAPAK CEKUNGAN BANYUMAS
KALA PLIO-PLISTOSEN

SRI WIDODO AGUNG SUEDY

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Iskandar
Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si.

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S.
Dr. Ir. AT. Rahardjo
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Disertasi : Paleorekonstruksi Vegetasi dan Lingkungan Menggunakan


Fosil Polen dan Spora pada Formasi Tapak Cekungan
Banyumas Kala Plio-Plistosen
Nama : Sri Widodo Agung Suedy
NRP : G 363070061

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc.


Ketua

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr. Dr. Ir. Ibnul Qayim
Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Biologi Tumbuhan

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

Tanggal ujian : ………………… Tanggal lulus : …………………


PRAKATA

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah berupa disertasi ini. Disertasi yang berjudul Paleorekonstruksi
Vegetasi dan Lingkungan Menggunakan Fosil Polen dan Spora pada
Formasi Tapak Cekungan Banyumas Kala Plio-Plistosen ini disusun serta
diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-3
pada Program Studi Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Penyelesaian disertasi ini telah mendapatkan bantuan dan kemudahan dari
beberapa pihak, untuk itu penulis menghaturkan terimakasih kepada: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional RI; Rektor IPB;
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB; Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Supiandi
Sabiham, M.Agr., dan Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku Komisi Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran selama penyusunan disertasi ini; Dr. Ir. Iskandar dan Dr. Ir. Tatik
Chikmawati, M.Si. selaku Penguji pada Ujian Tertutup; Dr. Ir. AT. Rahardjo dan
Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. selaku Penguji pada Ujian Terbuka; Drh.
Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. selaku Sekretaris dan
Dekan FMIPA IPB yang telah memimpin sidang pada Ujian Tertutup serta
Terbuka; Ketua Departemen Biologi FMIPA IPB; Dr. Ir. Miftahudin, M.Si. selaku
Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan IPB; Rektor UNDIP; Dekan Fakutas
Sains dan Matematika UNDIP; Jurusan Biologi UNDIP; Ketua Laboratorium
BSFT Biologi UNDIP; Dr. Ir. AT. Rahardjo (Teknik Geologi ITB), dan Rachmad
Setijadi, M. Si. (PST UNSOED); rekan-rekan seperjuangan Biologi UNDIP: Dr.
Jumari, Dr. Sri Pujiyanto, Dr. Sunarno dan Dr. Fuad Muhammad; Ayahanda S.
Hadisutjipto (Almarhum) dan Ibunda Legiyanti (Almarhumah); Istriku tercinta Ika
Prasetyawati, S.Pd. dan anakku Janna Swasika Nurazkiya, keluarga Suharyoko
Purwohadiatmojo dan Bambang Sri Wahyudi di Sukoharjo serta keluarga Sidik
Pramono di Karanganyar atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terimakasih juga disampaikan kepada Program BPPS (Beasiswa Program
Pascasarjana) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai
Program Doktor penulis di IPB, serta Hibah Penelitian Strategis Nasional Tahun
2009 dalam aspek: Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan dan Hibah
Penelitian Disertasi Doktor IPB Tahun 2011 yang telah membiayai bagian
penelitian disertasi penulis.
Penulis berharap karya ilmiah yang sudah dihasilkan ini dapat bermanfaat
serta lebih membuka suatu wawasan baru tentang penelitian biologi, terutama
dalam bidang palinologi karena masih banyak potensi Indonesia yang bisa
diungkap dengan pendekatan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan anugerah-Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan. Amin.

Bogor, Agustus 2012

Sri Widodo Agung Suedy


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sri Widodo Agung Suedy, lahir di Sukoharjo yang
terletak 15 km di selatan Solo-Jawa Tengah pada tanggal 1 Februari 1973.
Penulis merupakan anak bungsu dari pasangan Peltu. S. Hadisutjipto
(almarhum) dan Legiyanti (almarhumah). Pada tahun 1991 penulis diterima pada
Jurusan Botani Fakultas Biologi UGM serta menyelesaikan studi pada tahun
1997. Tahun 1998, melalui Program Karyasiswa DIKTI, penulis diterima pada
Ilmu Biologi Program Pascasarjana UGM dan menyelesaikan studi S2 pada
tahun 2001. Sejak tahun 1999, penulis diterima sebagai dosen tetap pada bagian
Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Diponegoro (UNDIP) Semarang. Selanjutnya pada tahun 2007, dengan beasiswa
BPPS DIKTI penulis mendapat kesempatan meneruskan studi program doktor
pada Program Studi Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana IPB.
Karya ilmiah yang merupakan bagian dari program S3 penulis telah
dipublikasikan, diantaranya berjudul Biodiversitas Paleoflora Banyumas Kala
Pliosen Berdasar Bukti Palinologi disampaikan secara oral pada Seminar
Nasional Green Technology for Better Future di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang pada tanggal 20 November 2010 dan dipublikasikan secara tertulis pada
Jurnal Berkala Penelitian Hayati PBI Jawa Timur (akreditasi DIKTI) edisi No. 7
Tahun 2011. Artikel lain berjudul Fosil Polen Mangrove dari Formasi Tapak
Daerah Kedung Randu Banyumas diterbitkan pada Majalah Ilmiah Biologi
BIOMA-UNDIP edisi Juni volume 14 No. 1 Tahun 2012. Pelaksanaan penelitian
disertasi ini sebagian telah didanai oleh Hibah Penelitian Strategis Nasional
Tahun 2009 dalam aspek: Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan, serta
Hibah Penelitian Disertasi Doktor IPB Tahun 2011.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… xix


DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… xxiii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………. xxv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… xxix

PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
Latar Belakang ……………………………………………………......... 1
Perumusan Masalah …………………………………………………… 5
Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 6
Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 6
Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………... 9
Kerangka Pemikiran ………………………………………………........ 9

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………….. 11


Palinologi ………………………………………………………………. 11
Penggunaan Bukti Palinologi untuk Rekonstruksi Flora-Vegetasi 15
Bukti Palinologi untuk Penentuan Umur Relatif Batuan ……………. 17
Geografi Lokasi Penelitian ………………………………………......... 21
Fisiografi Lokasi Penelitian ………………………………………........ 22
Paleoflora dan Vegetasi Kala Pliosen di Pulau Jawa ………………. 26

METODE PENELITIAN ………………………………………………………… 29


Penelitian Lapangan …………………………………………………… 29
Penelitian Laboratorium ……………………………………………….. 32
Pengamatan dan Analisis Palinologi …………………………………. 34

HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………… 43


Dinamika Vegetasi dan Lingkungan Berdasar Fosil Polen dan Spora pada
Formasi Tapak di Kedung Randu …………………………………................. 43
Hasil Pengamatan dan Analisis Litologi ……………………………… 43
Keanekaragaman Palinomorf Ditemukan pada Formasi Tapak di
Kedung Randu ................................................................................. 45
Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Kedung Randu
Berdasar Kelompok Habitus ............................................................ 49
Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Kedung Randu
Berdasar Kelompok Habitat ............................................................. 54
Lingkungan Pengendapan pada Formasi Tapak di Kedung Randu 59
Nilai Ekologi Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan pada Formasi
Tapak di Kedung Randu .................................................................. 62
Umur Relatif Formasi Tapak di Kedung Randu ............................... 64
Jumlah Taksa dan Flora Penciri Formasi Tapak di Kedung Randu 64

Dinamika Vegetasi dan Lingkungan Berdasar Fosil Polen dan Spora pada
Formasi Tapak di Gunung Tugel ……………………………………………… 66
Hasil Pengamatan dan Analisis Litologi ……………………………… 66
Keanekaragaman Palinomorf yang Ditemukan pada Formasi
Tapak di Gunung Tugel .................................................................... 68
Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Gunung Tugel
Berdasar Kelompok Habitus ............................................................ 71
Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Gunung Tugel
Berdasar Kelompok Habitat ............................................................. 77
Lingkungan Pengendapan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel .. 81
Nilai Ekologi Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan pada Formasi
Tapak di Gunung Tugel .................................................................... 85
Umur Relatif Formasi Tapak di Gunung Tugel ................................. 86
Jumlah Taksa dan Flora Penciri Formasi Tapak di Gunung Tugel .. 87

Dinamika Vegetasi dan Lingkungan Berdasar Fosil Polen dan Spora pada
Formasi Tapak di Bunkanel …….................................................................. 88
Hasil Pengamatan dan Analisis Litologi ……………………………… 88
Keanekaragaman Palinomorf yang Ditemukan pada Formasi
Tapak di Bunkanel ........................................................................... 91
Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Bunkanel Berdasar
Kelompok Habitus ............................................................................ 94
Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Bunkanel Berdasar
Kelompok Habitat ............................................................................. 100
Lingkungan Pengendapan pada Formasi Tapak di Bunkanel ......... 104
Nilai Ekologi Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan pada Formasi
Tapak di Bunkanel ........................................................................... 108
Umur Relatif Formasi Tapak di Bunkanel ........................................ 109
Jumlah Taksa dan Flora Penciri Formasi Tapak di Bunkanel .......... 112
PEMBAHASAN UMUM ................................................................................ 113
Modifikasi Preparasi dan Analisi Data Palinologi ............................. 113
Paleoflora dan Vegetasi pada Formasi Tapak Cekungan
Banyumas Berdasar Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan …….. 116
Lingkungan Pengendapan Formasi Tapak Cekungan Banyumas
Berdasar Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan ………………….. 128
Umur Relatif Formasi Tapak Cekungan Banyumas ………………… 129
Hubungan Antara Lokasi Penelitian Kedung Randu, Gunung Tugel
dan Bunkanel……………………………………………………………. 136
Temuan Baru dan Implikasinya pada Penelitian Lanjutan………….. 137

SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………............ 139


Simpulan ………………………………………………………………… 139
Saran …………………………………………………………………….. 140

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 143


DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tipe apertura fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadiran
dalam sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu ……………………… 48
2 Tipe apertura fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadiran
dalam sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel ................................. 69
3 Tipe apertura fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadiran
dalam sedimen Formasi Tapak di Bunkanel …………………………….. 92
4 Urutan kerja preparasi palinologi standar, modifikasi Laboratorium
Palinologi ITB dan modifikasi Suedy dan Setijadi (2009) ...................... 117
5 Nilai indeks diversitas (ID-Shannon) dan indeks similaritas (IS-
Sorensen) paleoflora dan vegetasi yang ditemukan dalam sedimen
pada Formasi Tapak di 3 lokasi penelitian ………………………………. 127
6 Rerata persentase kehadiran taksa kelompok back mangrove dan
Acrostichum aureum pada 3 lokasi penelitian ....................................... 137
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram alir penelitian disertasi ………………………………………… 10


2 Peta fisiografis Jawa Tengah (van Bemmelen 1970) ………………… 23
3 Kolom stratigrafi daerah penelitian ..................................................... 26
4 Peta lokasi penelitian pada Formasi Tapak di daerah Kedung
Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel Banyumas Jawa Tengah ........ 31
5 Pengelompokan taksa atas dasar kesamaan kelompok habitat
ekologi (Haseldonckx 1974) ............................................................... 37
6 Interpretasi lingkungan pengendapan berdasar asosiasi kumpulan
polen dan spora (Haseldonckx 1974) ................................................. 38
7 Zonasi palinostratigrafi Tersier di Asia Tenggara dan Pulau Jawa
menurut Morley (1978) serta Rahardjo et al. (1994) ……………........ 41
8 Zonasi palinologi Tersier di Pulau Jawa (Rahardjo et al. 1994) …….. 42
9 Lokasi penelitian Formasi Tapak di Kedung Randu ........................... 43
10 Litologi lokasi penelitian Formasi Tapak di Kedung Randu ……........ 44
11 Persentase jumlah kelompok palinomorf yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu …………………………………........ 46
12 Diagram persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe
apertura dalam sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu ............... 47
13 Jumlah taksa flora penghasil polen dan spora ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu .……………………………………… 50
14 Jumlah taksa flora AP, NAP dan Pteridophyta yang ditemukan pada
lapisan sampel sedimen pada Formasi Tapak di Kedung Randu ….. 51
15 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus pada
sampel sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu ………………….. 52
16 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitat pada sampel
sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu …………………………… 56
17 Diagram dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok
fosil palinomorf pada sampel sedimen Formasi Tapak di Kedung
Randu ……………………………………………………………………... 60
18 Jumlah taksa flora dan nilai Indeks Diversitas Shannon dari taksa
flora yang ditemukan dalam lapisan sampel sedimen pada Formasi
Tapak di Kedung Randu ………………………………………………… 63
19 Distribusi fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam lapisan sedimen
Formasi Tapak di Kedung Randu ...................................................... 65
20 Lokasi penelitian di Gunung Tugel ..................................................... 66
21 Litologi lokasi penelitian Formasi Tapak di lokasi Gunung Tugel …... 67
22 Persentase jumlah kelompok palinomorf yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Gunung Tugel ………………………………………. 68
23 Diagram persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe
apertura dalam sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel …………. 70
24 Jumlah taksa flora penghasil polen dan spora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Gunung Tugel ………………………………………. 72
25 Jumlah taksa flora AP, NAP dan Pteridophyta yang ditemukan pada
lapisan sampel sedimen pada Formasi Tapak di Gunung Tugel …. 72
26 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus pada
sampel sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel …………………... 74
27 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitat pada sampel
sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel ……………………………. 78
28 Diagram dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok
fosil palinomorf pada sampel sedimen Formasi Tapak di Gunung
Tugel …………………………………………………………………........ 82
29 Jumlah taksa flora dan nilai Indeks Diversitas Shannon dari taksa
flora yang ditemukan dalam lapisan sampel sedimen pada Formasi
Tapak di Gunung Tugel …………………………………………………. 86
30 Distribusi fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam lapisan sedimen
Formasi Tapak di Gunung Tugel ....................................................... 87
31 Lokasi penelitian di Bunkanel ............................................................. 89
32 Litologi lokasi penelitian Formasi Tapak di lokasi Bunkanel ………… 90
33 Persentase jumlah kelompok palinomorf yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Bunkanel …………………………………………….. 91
34 Diagram persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe
apertura dalam sedimen Formasi Tapak di Bunkanel ……................ 93
35 Jumlah taksa flora penghasil polen dan spora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Bunkanel.…………………………………………….. 94
36 Jumlah taksa flora AP, NAP dan Pteridophyta yang ditemukan pada
lapisan sampel sedimen pada Formasi Tapak di Bunkanel ………… 95
37 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus pada
sampel sedimen Formasi Tapak di Bunkanel .....................……........ 97
38 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitat pada sampel
sedimen Formasi Tapak di Bunkanel ………………………………….. 101
39 Diagram dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok
fosil palinomorf pada sampel sedimen Formasi Tapak di Bunkanel 106
40 Jumlah taksa flora dan nilai Indeks Diversitas Shannon dari taksa
flora yang ditemukan dalam lapisan sampel sedimen pada Formasi
Tapak di Bunkanel ……………………………………………………….. 110
41 Distribusi jumlah fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam
lapisan sedimen Formasi Tapak di Bunkanel .................................... 111
42 Diagram distribusi taksa paleoflora yang ditemukan di 3 lokasi
penelitian pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas .................... 118
43 Jumlah fosil tipe polen-spora yang ditemukan di 3 lokasi penelitian
pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas ………………………….. 119
44 Jumlah taksa paleoflora berdasar kelompok habitus AP dan NAP
serta kelompok Pteridophyta di 3 lokasi penelitian pada Formasi
Tapak Cekungan Banyumas ……………………………...................... 119
45 Rerata persentase kehadiran taksa paleoflora berdasar kelompok
habitus AP dan NAP serta kelompok Pteridophyta pada di 3 lokasi
penelitian pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas ……………… 120
46 Rerata persentase kehadiran taksa paleoflora berdasar kelompok
habitat di 3 lokasi penelitian pada Formasi Tapak Cekungan
Banyumas ………………………………………………......................... 122
47 Kurva dinamika iklim pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas di
Kedung Randu dan Gunung Tugel berdasar proporsi kehadiran AP
dan NAP serta kelompok Pteridophyta ………………………………... 125
48 Kurva dinamika iklim pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas di
Bunkanel berdasar proporsi kehadiran AP dan NAP serta
kelompok Pteridophyta ………………………………………………….. 126
49 Peta distribusi Stenochlaena milnei atau S. cumingii serta
penemuan fosil polen Stenochlaeniidites papuanus di Asia
Tenggara (Morley 1998) .................................................................... 131
50 Stratigrafi penyebaran Stenochlaeniidites papuanus di Asia
Tenggara (Morley 1998) ………………………………………………… 131
51 Distribusi kehadiran fosil diagnostik Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites
papuanus pada sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu dan
Gunung Tugel ……………………………………………………………. 134
52 Distribusi kehadiran fosil diagnostik Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites
papuanus pada sedimen Formasi Tapak di Bunkanel ………………. 135
53 Diagram potensi pengembangan penelitian paleoekologi ................. 138
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Macam-macam tipe polen dan spora tetrad …………………………... 151


2 Skema susunan dinding polen ………………………………………….. 151
3 Morfologi eksin dinding polen …………………………………….......... 152
4 Nilai indeks perbandingan diameter polar dan ekuatorial (P/E) polen
dan spora …………………………………………………………………. 152
5 Tipe-tipe apertura polen dan ciri-cirinya ……………………………….. 152
6 Tipe ornamentasi eksin polen dan ciri-cirinya ………………………… 153
7 Ornamentasi pada lapisan eksin ……………………………………….. 153
8 Variasi morfologi, bentuk dan letak apertura pada polen dan spora 154
9 Zonasi dalam biostratigrafi ………………………………….................. 155
10 Total jumlah dan persentase taksa palinomorf yang ditemukan di
Formasi Tapak di Kedung Randu ....................................................... 156
11 Fosil polen dan spora yang ditemukan di 3 lokasi penelitian (Kedung
Randu/KR, Gunung Tugel/GT dan Bunkanel/ BUN) Banyumas serta
afinitas botani dan habitus .................................................................. 159
12 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitus
Arboreal, Non Arboreal Pollen serta Pteridophyta yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Kedung Randu .............................................. 161
13 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitat yang
ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu ............................ 162
14 Persentase seluruh fosil palinomorf (marin dan non marin/terestrial)
yang ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu ................... 163
15 Indeks Diversitas Shannon taksa paleoflora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu ....................................................... 164
16 Matrik Indeks Similaritas Sorensen taksa paleoflora yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Kedung Randu .............................................. 164
17 Total jumlah dan persentase seluruh palinomorf yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Gunung Tugel ............................................... 165
18 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitus
Arboreal, Non Arboreal Pollen serta Pteridophyta yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Gunung Tugel ............................................... 167
19 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitat yang
ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel ............................. 168
20 Persentase fosil palinomorf (marin dan non marin/terestrial) yang
ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel ............................. 169
21 Indeks Diversitas Shannon taksa paleoflora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Gunung Tugel ........................................................ 170
22 Matrik Indeks Similaritas Sorensen taksa paleoflora yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Gunung Tugel ............................................... 170
23 Total jumlah dan persentase seluruh palinomorf yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Bunkanel ....................................................... 171
24 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitus
Arboreal, Non Arboreal Pollen serta Pteridophyta yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Bunkanel ....................................................... 173
25 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitat yang
ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel ..................................... 177
26 Persentase fosil palinomorf (marin dan non marin/terestrial) yang
ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel ..................................... 181
27 Indeks Diversitas Shannon taksa flora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Bunkanel ................................................................ 184
28 Matrik Indeks Similaritas Sorensen taksa flora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Bunkanel ................................................................ 185
29 Gambar dan deskripsi beberapa palinomorf yang ditemukan pada
Formasi Tapak Cekungan Banyumas ………………………………… 189
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hubungan antara vegetasi dan lingkungan atau habitatnya adalah sangat


erat dan merupakan sistem ekologi yang berkesinambungan. Perubahan pada
suatu habitat secara alami maupun non alami menyebabkan perubahan pola
vegetasi pada lingkungan tersebut. Dinamika ini berjalan baik secara global,
regional maupun lokal seiring berjalannya waktu dari masa lampau sampai
sekarang. Pada kondisi sekarang, perubahan vegetasi suatu habitat dapat
dirunut melalui pola penyebaran, kemelimpahan, diversitas dan nilai penting
berdasar keberadaan flora atau tumbuhan penyusun pada habitat tersebut.
Perubahan habitat atau lingkungan, misalnya iklim diketahui dari pengamatan
dan pengukuran parameter iklim pada saat ini seperti suhu, kelembaban udara
serta curah hujan. Namun bagaimana mengetahui dinamika vegetasi dan
lingkungan pada masa lampau yang terjadi puluhan, ribuan bahkan jutaan tahun
yang lalu menjadi suatu kajian menarik untuk diteliti. Beberapa pendekatan
digunakan untuk memprediksi flora dan vegetasi serta lingkungan termasuk iklim
masa lampau yaitu menggunakan fosil tumbuhan maupun bagian tumbuhan
seperti polen atau serbuk sari dan spora, yang tersimpan dan terawetkan di
dalam lapisan batuan sedimen. Fosil polen dan spora tumbuhan menyimpan
informasi penting dan berharga mengenai proses dan kondisi yang terjadi terkait
dengan flora, vegetasi, lingkungan serta iklim pada waktu proses sedimentasi
terjadi pada masa lampau. Kajian ini memberi gambaran tentang dinamika flora-
vegetasi dan lingkungan pada masa lampau yang berguna untuk merekonstruksi
kondisi masa lampau dan memprediksi kondisi dimasa akan datang melalui pola
perubahan maupun dinamika yang terjadi dari masa lalu, sekarang dan akan
datang.
Polen dan spora berasal dari flora yang tumbuh dan membentuk vegetasi
pada suatu habitat atau lingkungan tertentu sehingga dapat digunakan untuk
merekonstruksi flora dan vegetasi di sekelilingnya. Bukti palinologi merupakan
representasi flora yang menggambarkan bagaimana pola vegetasi beserta
kondisi lingkungan habitatnya. Morley (1990) dan Flenley (1979) menyatakan
bahwa dengan diketahuinya tipe polen dan spora maka dapat dirunut dan
diketahui takson flora penghasilnya. Rekonstruksi flora terutama flora yang telah
2

punah adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan flora, dan penggunaan


bukti palinologi berupa fosil polen dan spora yang didapatkan di dalam batuan
sedimen merupakan cara yang tepat. Fokus utama penelitian ini adalah
mengungkapkan informasi ekologi terutama flora dan vegetasi serta lingkungan
pengendapan berdasar fosil polen dan spora yang terdapat dalam batuan
sedimen dari Formasi Tapak di Cekungan Banyumas. Formasi Tapak merupakan
suatu formasi batuan sedimen yang terbentuk atau terendapkan pada Kala
Pliosen (van Bemmelen 1970; Djuri et al. 1996).
Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung
5.332 hingga 1.806 juta tahun yang lalu. Pliosen berlangsung setelah Miosen
dan diikuti oleh Plistosen. Beberapa kejadian penting pada kala ini antara lain
dinamika iklim dari lebih hangat pada Pliosen Awal dan menjadi lebih dingin pada
Pliosen Akhir (Shin 1998; Ravelo et al. 2006). Banyak mamalia dan moluska
yang saat ini ada mulai muncul pada kala Pliosen. Homo habilis muncul yang
oleh sebagian ahli diduga merupakan nenek moyang Homo ergaster, kemudian
menurunkan spesies lain yang memiliki bentuk tubuh seperti manusia yaitu
Homo erectus (Anonim 2008). Penelitian Shin (1998) menggunakan nanofosil
Florisphaera profunda menunjukkan bahwa iklim pada awal Pliosen lebih hangat,
dan menjadi lebih dingin pada akhir Pliosen. Berdasar analisis oksigen isotop
dari cangkang mikrofosil calcareous, Ravelo dan Wara (2004) juga menegaskan
bahwa awal Pliosen (4.5-3 juta tahun lalu) terjadi periode lebih hangat dan
menjadi lebih dingin ditandai dengan periode glasiasi pada akhir Pliosen menuju
Plistosen (3-1.8 juta tahun lalu). Jiang et al. (2005) menyatakan bahwa pada
pertengahan Pliosen (3 juta tahun lalu) iklim lebih hangat dan basah dengan
kenaikan suhu sekitar 2.60 ºC dan presipitasi 4% lebih tinggi daripada kondisi
sekarang. Prediksi IPCC (2007), Dowsett (2007) dan Robinson et al. (2008)
menyatakan bahwa kondisi Pliosen terutama pada pertengahan Pliosen (3.3-3.0
juta tahun yang lalu) dapat dikatakan analog dengan kondisi saat ini karena
mempunyai kemiripan dalam beberapa aspek diantaranya konfigurasi geologis
daratan-lautan maupun posisi benua, pola sirkulasi lautan maupun flora dan
fauna mempunyai banyak kesamaan. Pola iklim selama pertengahan Pliosen
bumi mengalami pemanasan secara global yang diprediksikan sama dengan
kenaikan suhu global pada akhir abad ini yaitu 2-3 ºC serta konsentrasi CO2
yang mirip dan muka air laut meningkat sekitar 25 meter diatas muka air laut
sekarang. Perbedaan pada pertengahan Pliosen adalah kenaikan suhu di daerah
3

lintang tinggi bagian utara (70 ºLU) mencapai 10-20 ºC daripada sekarang,
namun pada daerah tropis suhu relatif sama dengan masa sekarang.
Pada Kala Pliosen sampai Plistosen Indonesia terbagi menjadi dua daratan
yaitu Paparan Sunda dan Paparan Sahul. Paparan Sunda terdiri atas Jawa,
Kalimantan, Sumatra yang menjadi satu dengan benua Asia melalui
Semenanjung Asia Tenggara. Paparan Sahul terdiri atas Irian dan pulau-pulau
kecil sekitarnya. Kedua paparan ini dipisahkan oleh laut dalam sehingga
mengakibatkan terjadi perbedaan flora dan fauna diantara kedua paparan tadi.
Perubahan iklim dan lingkungan yang terjadi selama periode waktu geologi ini
sangat mempengaruhi kehidupan yang ada pada waktu itu termasuk flora.
Perubahan bentang alam vegetasi terjadi bersama dengan perubahan iklim,
dalam hal ini fosil polen dan spora sangat berperan dalam penelusuran kembali
perubahan tersebut (Rahardjo 1993; Hall 2009).
Ricklefs (1990) memberi gambaran bahwa selama Pliosen iklim di Jawa
lebih sejuk dan kering dengan savana tersebar serta hutan bakau banyak
terdapat di bagian tengah pulau termasuk daerah Jawa Tengah. Fosil polen dan
spora digunakan Lelono et al. (2001) untuk merekontruksi iklim pada kala Miosen
Akhir-Pliosen di Pulau Jawa, yang mengindikasikan terjadi perubahan iklim,
antara iklim basah (wet) dan iklim kering (dry). Analisis fosil polen yang terdapat
pada sedimen dari daerah Sangiran, mengindikasikan pada awal Pliosen pernah
terdapat hutan bakau atau mangrove di daerah ini (Semah 1982). Penelitian
Semah (1984) menggunakan fosil polen dari inti bor berumur Pliosen dari
Sambungmacan Jawa Tengah menunjukkan tempat tersebut dipengaruhi
aktivitas gunung berapi dan terjadi rekolonisasi tanah berkaitan dengan hutan
tropis basah dataran rendah. Raharjo et al. (1994) berdasar fosil polen dan spora
diagnostik menjelaskan bahwa Pliosen Awal di Jawa dicirikan dengan zona
Stenochlaeniidites papuanus dan awal kemunculan Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus namun keduanya tidak berasosiasi serta
kepunahan Florschuetzia trilobata. Pada Pliosen Akhir ditandai adanya asosiasi
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites
papuanus. Morley (1991) menyatakan bahwa kepunahan Stenochlaeniidites
papuanus di Asia Tenggara diperkirakan pada Kala Plio-Plistosen atau Plistosen
Awal.
Dinamika vegetasi serta perubahan lingkungan Kala Pliosen pada kawasan
unik seperti cekungan di Jawa Tengah berdasar fosil polen dan spora belum
4

banyak diungkapkan. Cekungan adalah lokasi yang representatif untuk


mengungkap sejarah dan dinamika vegetasi maupun lingkungan karena
merupakan zona deposit sedimen dari daerah disekitarnya sehingga seiring
waktu menyimpan rekam fenomena yang terjadi selama proses sedimentasi
terjadi. Cekungan tersebut antara lain adalah Cekungan Banyumas yang
terdapat di Jawa Tengah bagian selatan. Letak cekungan terutama di daerah
Banyumas dan sekitarnya sehingga disebut Cekungan Banyumas yang terdiri
dari beberapa sub cekungan. Cekungan Banyumas termasuk kawasan dinamis
yang mempunyai beberapa formasi batuan dengan umur geologi waktu
pengendapan beragam sehingga memberi gambaran ekologi berupa fluktuasi
lingkungan maupun vegetasi berbagai periode waktu dari masa lampau hingga
sekarang.
Salah satu formasi batuan pada Cekungan Banyumas yang menarik untuk
diteliti adalah Formasi Tapak. Penyusun formasi ini berupa batupasir kasar
berwarna kehijauan dan konglomerat serta dijumpai breksi andesit. Bagian atas
terdiri atas batupasir karbonatan dan napal berwarna hijau yang mengandung
pecahan moluska. Formasi ini memiliki ketebalan 500 m dan diendapkan pada
lingkungan transisi sampai laut (Djuri et al. 1996). Apabila Pliosen dibagi menjadi
tiga bagian, Formasi Tapak diasumsikan masuk pada Pliosen Tengah, sedang
jika dibagi menjadi dua sesuai skala waktu geologi maka Formasi Tapak masuk
ke dalam bagian Pliosen Awal (van Bemmelen 1970; Djuri et al. 1996).
Sejauh ini informasi penting dan berharga yang terkait paleoflora, vegetasi
dan lingkungan Formasi Tapak di Cekungan Banyumas berdasar fosil polen dan
spora tumbuhan sejauh ini belum diungkapkan sehingga sangat perlu dilakukan
penelitian. Selain memberi gambaran kondisi paleoflora dan vegetasi serta
lingkungan Kala Pliosen di daerah ini, penelitian yang dilakukan diharapkan
dapat melengkapi serta memperkaya informasi paleoflora, vegetasi dan
lingkungan Kala Pliosen di Pulau Jawa serta Indonesia yang memang sangat
kurang seperti disampaikan Germerrad et al. (1968) dan Morley (1990).
Formasi Tapak yang diteliti meliputi singkapan di Kedung Randu dan
Gunung Tugel daerah Patikraja, Banyumas dan Bunkanel daerah Bobotsari,
Purbalingga seperti terdapat dalam Peta Lembar Purwokerto dan Tegal (Djuri et
al. 1996), dan termasuk salah satu sub cekungan di Banyumas pada Zona Pusat
Depresi Jawa Tengah. Suyanto et al. (1994) dan Cipi et al. (2009) menyebut
daerah cekungan yang membentang dari Patikraja Banyumas sampai dengan
5

Bobotsari Purbalingga dengan nama Rendahan Bobotsari (Bobotsari Low).


Daerah Patikraja pada Kala Pliosen merupakan suatu cekungan dan pada
Kuarter daerah ini kemudian terangkat serta tersingkap. Wibowo (2009) yang
melakukan penelitian pada singkapan Formasi Tapak di Kedung Randu dan
Gunung Tugel, Patikraja Banyumas menyatakan bahwa berdasar ciri litologi dan
posisi stratigrafi satuan batupasir mengandung claystone di Kedung Randu
sebanding dengan Formasi Bantardawa-Talanggudang yang berumur Pliosen
Tengah-Akhir, sedang satuan batupasir kasar bagian atas di Gunung Tugel
ekuivalen dengan Formasi Kaliglagah dan berumur Plistosen. Berdasar uraian ini
diduga bahwa Formasi Tapak di daerah ini terbentuk selama Kala Pliosen-
Plistosen (Plio-Plistosen).

Perumusan Masalah

Perubahan iklim baik secara lokal, regional maupun global mengakibatkan


perubahan lingkungan atau habitat yang akan mempengaruhi vegetasi pada
suatu habitat tertentu, dan perubahan ini dapat diungkap melalui pendekatan
palinologi. Analisis fosil polen dan spora yang terendapkan dalam suatu sedimen
dapat mengungkapkan latar belakang perubahan flora dan vegetasi pada
periode waktu tertentu. Perubahan tersebut berkorelasi dengan perubahan
lingkungan baik lokal, regional maupun global. Analisis fosil polen dan spora
secara vertikal terhadap urutan lapisan sedimen merupakan cara untuk
menelusuri sejarah flora dan vegetasi dan perubahan lingkungan yang terjadi
selama proses sedimentasi berlangsung.
Formasi Tapak Cekungan Banyumas di Kedung Randu Gunung Tugel dan
Bunkanel diendapkan pada lingkungan peralihan sampai laut, sehingga
permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Formasi Tapak di lokasi penelitian berdasar bukti fosil polen
dan sporanya?
2. Bagaimana dinamika paleoflora serta vegetasi khususnya antara vegetasi
darat dan peralihan (transisi) yang terjadi dan terekam pada batuan
sedimen Formasi Tapak berdasar bukti fosil polen dan sporanya?
3. Bagaimana dinamika lingkungan yang terjadi dan terekam pada batuan
sedimen Formasi Tapak berdasar bukti fosil polen dan sporanya?
6

Beberapa asumsi-asumsi dasar digunakan dalam penelitian ini diantaranya:


1. Bukti palinologi dapat digunakan untuk mengidentifikasi flora dan vegetasi
yang ada sekarang maupun yang telah menjadi fosil.
2. Setiap flora penyusun vegetasi mempunyai potensi dan probabilitas yang
relatif sama dalam menghasilkan polen dan spora yang terawetkan dalam
sedimen, sehingga fosil polen dan spora ditemukan merupakan
representasi dari flora, vegetasi, habitat dan lingkungan sekitarnya.
3. Kajian palinologi memberikan gambaran flora dan vegetasi pada periode
waktu tertentu, sehingga data palinologi dapat digunakan untuk
menginterpretasikan masalah yang terkait dengan paleovegetasi,
paleoekologi dan paleoklimat pada periode waktu tertentu.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian disertasi yang dilakukan ini adalah untuk


merekonstruksi flora, vegetasi serta perubahan lingkungan pada Formasi Tapak
Cekungan Banyumas dan menganalisis manfaatnya dengan menggunakan bukti
palinologi berupa fosil polen dan spora, melalui:
1. Analisis paleoflora penyusun vegetasinya
2. Analisis dinamika vegetasinya
3. Analisis dinamika lingkungan termasuk iklim yang terjadi

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk pengembangan pendekatan dan


penerapan ilmu pengetahuan. Kendala minimnya bukti dan data lingkungan alam
serta vegetasi masa lampau menyebabkan kesulitan untuk merekonstruksi
kondisi alam dan lingkungan suatu daerah pada masa lampau. Keberadaan bukti
dan data ini sangat penting selain untuk mengetahui sejarah bentang alam,
dapat menjadi acuan untuk melaksanakan rehabilitasi, perlindungan serta
pelestarian alam serta vegetasinya. Ketersediaan data masa lampau juga
berguna dalam memprediksi pola dinamika alam karena siklus alam saling terkait
dan berkesinambungan dari masa lampau, masa sekarang dan masa
mendatang. Interpretasi dalam pencarian cadangan hidrokarbon juga sangat
terbantu dengan ketersediaan data masa lampau seperti data fosil dan senyawa
hidrokarbon yang terbentuk dari sisa tumbuhan dan hewan pada masa lampau.
7

Koesoemadinata dan Martojoyo (1974); Suyanto dan Roskamil (1977) serta Cipi
et al. (2009) menyatakan bahwa daerah selatan Jawa Tengah termasuk
Banyumas mempunyai kandungan hidrokarbon yang potensial. Perangkap
hidrokarbon ini diduga terutama terjadi pada Miosen-Plistosen. Namun, distribusi
hidrokarbon ini bersifat lokal dan terbatas pada formasi batuan dimana sumber
hidrokarbon tersebut ditemukan. Diperlukan kajian yang mendalam serta
menyeluruh karena batuan reservoir banyak ditemukan di daerah ini.
Keberadaan data masa lampau termasuk data palinologi dalam hal ini fosil polen
dan spora sangat berguna dalam membantu interpretasi batuan sedimen
reservoir karena salah satu penyusun senyawa hidrokarbon adalah sisa-sisa
tubuh tumbuhan.
Kebaruan penelitian yang dilakukan ini adalah penggunaan bukti palinologi
untuk merekonstruksi pola dinamika vegetasi dan lingkungan pada Formasi
Tapak Cekungan Banyumas di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel
belum pernah dilaporkan. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan
Formasi Tapak Cekungan Banyumas telah dilakukan diantaranya adalah:

1. Van Bemmelen (1970) menyebutkan Formasi Tapak sebagai formasi batuan


yang menyusun Pegunungan Serayu Utara bagian barat (Bumiayu), berumur
Pliosen Awal sebanding dengan Batuan Gamping Kapung di bagian timur
(Ungaran) karena kandungan fosil moluskanya mirip yaitu Cycloclypeus
carpenteri Brady dan Lapidocyclina cf. Trybliolepidina rutteni f. stellata
Scheffen.

2. Suyanto dan Roskamil (1977) menyatakan bahwa pembentukkan depresi atau


cekungan di bagian selatan Jawa Tengah berhubungan erat dengan
tumbukan Lempeng Samudera dan Lempeng Benua selama Kretasus Akhir-
Oligosen. Selama Eosen Tengah daerah Purwokerto-Banjarnegara–Magelang
merupakan daerah pantai, dengan transgresi dan regresi terjadi secara
bergantian sejak Eosen sampai Pliosen, demikian juga proses pengangkatan
dan penurunan daratan karena adanya tektonik regional disertai pembentukan
beberapa formasi batuan sedimen. Pada Kala Pliosen, bersamaan dengan
pengangkatan geantiklin juga terjadi regresi sehingga area Banyumas
berubah menjadi lingkungan laut dangkal dan terjadi pembentukan Formasi
Bantardawa-Talanggudang di Banyumas.
8

3. Asikin et al. (1992) menyebutkan Formasi Tapak di Banyumas pada Peta


Lembar Banyumas. Formasi ini hanya dijumpai di bagian utara lembar,
sebagian besar masuk pada Lembar Purwokerto. Penyusun formasi berupa
batupasir berwarna kelabu kehijauan berlapis 50 cm sampai 2 m, berbutir
kasar-sedang, mengandung komponen kerikil dari rombakan batuan
gunungapi, claystone dan batugamping. Bagian bawah satuan ini berupa
batupasir kasar dengan sisipan breksi, sedang bagian atas bersisipan
claystone, napal atau napal pasiran bersifat tufan berwarna kelabu kehijauan.

4. Rahardjo et al. (1994) menyebutkan Formasi Tapak daerah Bumiayu Jawa


Tengah dalam penyusunan zonasi polen Tersier di Jawa.

5. Djuri et al. (1996) menyebutkan Formasi Tapak di Banyumas pada Peta


Lembar Purwokerto dan Tegal. Penyusun formasi berupa batupasir kasar
berwarna kehijauan dan konglomerat, setempat dijumpai breksi andesit.
Bagian atas terdiri atas batupasir karbonatan dan napal berwarna hijau yang
mengandung pecahan moluska. Formasi ini memiliki ketebalan 500 m dan
diendapkan pada lingkungan transisi sampai laut. Formasi Tapak di
Banyumas antara lain terdapat di Kedung Randu dan Gunung Tugel
(Patikraja) dan Bunkanel (Bobotsari).

6. Wibowo (2009) yang meneliti fosil moluska pada Formasi Tapak di Kedung
Randu dan Gunung Tugel menyatakan bahwa: a) satuan batupasir
lempungan di Kedung Randu dapat disebandingkan dengan Formasi
Bantardawa-Talanggudang yang berumur Pliosen Tengah-Akhir; b) satuan
batupasir kasar di Gunung Tugel berumur Plistosen karena ekuivalen dengan
Formasi Kaliglagah; c) batuan sedimen pada singkapan di Kedungrandu
diendapkan dari lingkungan pengendapan subtidal yang relatif dekat laut
kemudian bergeser menjadi lingkungan pengendapan subtidal yang lebih ke
arah darat dan berubah lagi menjadi lingkungan pengendapan intertidal; d)
batuan sedimen di singkapan Gunung Tugel diendapkan dari lingkungan
pengendapan intertidal kemudian mengalami regresi menjadi lingkungan
pengendapan non marin fluviatil; e). satuan batuan di singkapan Kedungrandu
posisinya berada di bawah satuan batuan singkapan Gunung Tugel, tebal
litologi yang tidak tersingkap di antara kedua singkapan tersebut (± 7,76 m)
dan asosiasi moluska yang menunjukkan kesamaan (Tellina sp.-Paphia sp.).
9

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada ciri morfologi dan pola penyebaran
dari fosil polen serta spora yang ditemukan di dalam sedimen pada tiga lokasi
penelitian yaitu di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel yang
diperkirakan berkembang selama Plio-Plistosen sehingga dapat digunakan untuk
merekonstruksi dinamika vegetasi dan lingkungan pada Formasi Tapak
Cekungan Banyumas.

Kerangka Pemikiran

Bukti palinologi telah digunakan dalam menginterpretasi masalah berkaitan


dengan migrasi, evolusi flora, stratigrafi, paleoekologi, paleoklimatologi, umur
relatif batuan dan arkeologi. Fosil polen dan spora merupakan sumber data
palinologi yang penting dan berharga serta dapat diterapkan secara luas, karena
terdapat melimpah dan terawetkan dalam sedimen, resisten terhadap kerusakan
oleh asam, kadar garam, temperatur dan tekanan lain sehingga dapat tersimpan
pada berbagai keadaan. Fosil polen dan spora dapat diidentifikasi serta diketahui
taksa penghasilnya, berukuran kecil dan melimpah serta berasal dari tumbuhan
yang membentuk vegetasi suatu habitat sehingga dapat digunakan untuk
merekonstruksi flora dan vegetasi yang berada disekitar lingkungan
pengendapannya.
Penelitian menggunakan fosil polen dan spora dapat mengungkap taksa
tumbuhan yang tumbuh pada suatu habitat atau lingkungan pada waktu tertentu
sehingga keberadaan rekam fosil polen dan spora menunjukkan kondisi pada
waktu itu misalnya flora, vegetasi, dan habitat. Berdasar rekam fosil polen dan
spora dapat juga diprediksi perubahan lingkungan serta iklim berdasar dinamika
flora serta vegetasinya. Garis besar diagram alir penelitian disertasi disajikan
pada Gambar 1.
10

CEKUNGAN BANYUMAS

FORMASI TAPAK:
KEDUNG RANDU, GUNUNG TUGEL, BUNKANEL

PENGAMBILAN SAMPEL PADA


LAPISAN SEDIMEN

PREPARASI ANALISIS PALINOLOGI


LITOLOGI
PALINOLOGI (SIFAT DAN CIRI POLEN-SPORA)

TAKSA FLORA
PENGHASILNYA

DINAMIKA DINAMIKA IKLIM:


VEGETASI LINGKUNGAN PENGENDAPAN - INDIKATOR

KELOMPOK EKOLOGI:
- HABITUS
- HABITAT

PALEOREKONSTRUKSI VEGETASI DAN LINGKUNGAN


FORMASI TAPAK CEKUNGAN BANYUMAS

Gambar 1 Diagram alir penelitian disertasi yang dilakukan pada lokasi Formasi
Tapak Cekungan Banyumas.
11

TINJAUAN PUSTAKA

Palinologi

Palinologi adalah ilmu yang mempelajari tentang polen, spora dan


palinomorf lainnya, baik yang masih hidup (actuopalynology) ataupun sudah
memfosil (paleopalynology) (Morley 1990). Palinomorf merupakan kelompok
bentuk alami berdinding organik yang teramati setelah dilakukan preparasi
secara palinologi, diantaranya berupa polen, spora, foraminifera test lining serta
dynocyst. Palinomorf secara umum mencakup tiga sub kelompok besar yaitu
sporomorf (polen, spora dan spora jamur); zoomorf (foraminifera test lining,
chitinozoa dan scelodont) serta fitoplankton (dynocysts, meroplankton, Acritarch,
Rhodofita, Cyanobakteria) (Tyson 1995).
Polen atau serbuk sari merupakan bagian bunga berupa kantung yang berisi
gametofit jantan pada tumbuhan berbunga Anthophyta baik Gymnospermae
maupun Angiospermae, sedang spora biasanya dihasilkan tumbuhan non
vaskuler seperti alga, jamur, lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah lain
yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta) dan paku (Pteridophyta). Sel induk mikrospora
membelah melalui pembelahan meiosis menjadi empat sel haploid yang disebut
mikrospora atau sering disebut sebagai butir polen (serbuk sari) dan spora (Fahn
1982; Buvat 1989).
Polen dan spora berasal dari tumbuhan atau flora yang tumbuh dan
membentuk vegetasi pada suatu habitat atau lingkungan tertentu sehingga dapat
digunakan untuk merekonstruksi flora dan vegetasi yang berada disekelilingnya.
Bukti palinologi ini merupakan representasi dari tumbuhan yang dapat
menggambarkan bagaimana pola vegetasi beserta kondisi lingkungan
habitatnya. Flenley (1979) dan Morley (1990) menyatakan bahwa dengan
diketahui tipe polen dan spora selanjutnya dapat dirunut dan diketahui takson
tumbuhan penghasil. Pada rekonstruksi flora terutama tumbuhan yang telah
punah dan untuk mengetahui sejarah perkembangan suatu flora, maka
penggunaan bukti palinologi berupa fosil polen dan spora yang didapatkan dalam
batuan sedimen merupakan cara yang tepat, sehingga analisis fosil polen dan
spora yang terendapkan pada suatu sedimen dapat mengungkap latar belakang
perubahan vegetasi dan lingkungan suatu daerah pada satu periode waktu
tertentu pada masa lampau.
12

Foraminifera test lining adalah lapisan tektin berupa kitin dari biota laut
foraminifera yang merupakan suatu elemen penting dalam komponen palinologi
laut. Lapisan planispiral foraminifera secara umum ditemukan dalam preparasi
palinologi dari suatu lapisan sedimen terutama sedimen laut dengan bentuk
beragam (uniserial atau biserial), berwarna coklat tua, berdinding tipis dengan
ketebalan lapisan 1-10 µm dan ukuran diameter bervariasi 50-200 µm. Lapisan
tektin bersifat mirip sporopollenin dari polen dan spora sehingga tahan terhadap
faktor fisik, kimia dan biologis dari luar (Hedley 1964; Scull et al. 1966 dan
Traverse 1988). de Vernal et al. (1992) memberi catatan bahwa keberadaan
foraminifera test lining dari foraminifera muda atau dewasa dalam sampel sulit
dibedakan, sedang Powell et al. (1992) menyatakan bahwa foraminifera dewasa
lebih mungkin membentuk foraminifera test lining daripada yang muda. Dalam
palinologi foraminifera test lining sering disebut juga mikroforaminifera.
Dynocysts merupakan cangkang atau kista dari dinoflagelata laut (marine
dinoflagellate cysts) yang termasuk dalam kelompok Fitoplankton. Kelompok ini
terdiri dari Holoplankton dan Meroplankton, dimana Meroplankton merupakan
bentuk plankton yang menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya di dasar
lautan namun juga mempunyai fase planktonik secara temporer diantaranya
pada beberapa Dinoflagelata, Chroococale dan Rhodofita (Tyson 1995). Rekam
fosil dinoflagelata sebagian besar menunjukkan bahwa mereka merupakan
bagian dari bentuk siklus hidup meroplanktonik, dimana sebagian hidup dalam
fase flagelata yang motil dan sebagian lagi adalah fase bentik, namun hanya
10% jenis dinoflagelata diketahui mampu membentuk kista (cysts) dan hampir
70% dari kista tersebut tersimpan dan menjadi fosil (Evitt 1985). Kemelimpahan
dynocysts secara umum akan meningkat kearah lautan (Tyson 1995).
Palinologi banyak digunakan dalam aplikasi yang berhubungan dengan
disiplin ilmu lain, contohnya geokronologi, biostratigrafi, perubahan iklim, migrasi,
evolusi flora, stratigrafi, paleoekologi, paleoklimatologi dan arkeologi. Fosil polen
dan spora merupakan sumber data palinologi yang sangat penting dan dapat
diterapkan secara luas, karena:
1. Dapat ditemukan melimpah dan terawetkan dalam sedimen serta jumlah
dapat dihitung sehingga menghasilkan suatu spektrum,
2. Berukuran kecil dan melimpah sehingga hanya diperlukan sedikit sedimen
sebagai sampel yang memadai,
13

3. Resisten terhadap kerusakan baik oleh asam, kadar garam, suhu dan
tekanan lain sehingga dapat tersimpan pada berbagai keadaan,
4. Dapat diidentifikasi dengan bantuan mikroskop sehingga secara
taksonomi dapat diketahui taksa penghasilnya,
5. Berasal dari tumbuhan yang membentuk vegetasi suatu area sehingga
fosil polen dan spora dapat digunakan untuk merekontruksi vegetasi baik
lokal maupun regional yang berada disekeliling lingkungan pengendapan
(Moore & Webb 1978; Morley 1990; Birks & Birks 2005: Traverse 2007).

Butir polen maupun spora mempunyai bentuk, ukuran, dan ornamentasi


eksin tertentu sehingga dengan mengetahui, mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan suatu butir polen dan spora maka dapat diketahui tingkat
takson tumbuhan penghasilnya, misalnya tumbuhan Angiospermae yang
memiliki polen polyad diketahui ada lima suku, yaitu: Annonaceae, Leguminosae,
Hippocrateaceae, Asclepiadaceae dan Orchidaceae. Secara umum ada dua
golongan tumbuhan berbunga berdasar sifat polen, yaitu:
1. Stenopalynous family: kelompok tumbuhan yang polennya seragam atau
variasi sangat kecil. Contoh: suku Poaceae (Gramineae). Sifat polen suku
Poaceae adalah: monoporate dengan ornamentasi psilate
2. Eurypalynous family: kelompok tumbuhan yang polennya sangat
bervariasi. Contoh: suku Arecaceae (Palmae). Sifat polen suku
Arecaceae adalah: monocolpate, sebagian tanpa apertura, ornamentasi
bervariasi dari psilate sampai echinate (Kapp 1969; Moore & Webb 1978)

Unit polen maupun spora dapat dilepaskan tumbuhan dalam bentuk: monad
(tunggal), diad (ganda dua), tetrad (ganda empat), dan polyad (banyak atau
gerombol), sedangkan bentuk polen tetrad dibedakan lagi menjadi: tetrahedral,
tetragonal, rhomboid, tetrad silang, dan decussata (Kapp 1969; Moore & Webb
1978). Gambar tipe polen dan spora tetrad dapat dilihat pada Lampiran 1.
Polen mempunyai struktur dinding kompleks yang merefleksikan adaptasi
fungsional dari suatu spesies terhadap habitat, substansi pembentuk dinding
serbuk sari ini disebut sporopolenin. Sporopolenin sangat stabil dan resisten
terhadap berbagai pengaruh lingkungan. Secara dasar struktur dinding polen dan
spora mempunyai dua lapisan dasar yaitu intine (intin) dan exine (eksin). Intin
atau lapisan tengah langsung berhubungan dengan sitoplasma, yaitu bagian
dalam polen atau spora dan akan hilang setelah polen atau spora tersebut mati.
14

Intin tersusun dari selulosa dan mempunyai struktur mirip dengan dinding sel
tumbuhan pada umumnya. Eksin merupakan bagian luar butiran dengan
permukaan berupa struktur yang beraneka ragam. Lapisan ini tahan terhadap
daya destruktif, tekanan, suhu, kondisi asam dan oksidasi alami dalam lapisan
batuan, maupun tahan terhadap keadaan anaerob dan oksidasi selama proses
fosilisasi (Faegri & Iversen 1989). Lapisan eksin terdiri dari lapisan endeksin
(eksin dalam) dan lapisan ekteksin (eksin luar). Ekteksin yang tersusun tiga
lapisan, yaitu tektum sebagai lapisan terluar, kolumela atau bakula berbentuk
tiang kecil yang mendukung tektum dan lapisan kaki sebagai lapisan paling
dasar. Butiran dengan tektum yang menutupi seluruh permukaan butiran disebut
tektat, jika tidak mempunyai tektum disebut intektat dan butir yang mempunyai
tektum hanya menutupi sebagian kecil permukaan disebut semitektat (Morley
1990). Skema susunan dinding polen dan morfologi eksin dinding polen dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan 3.
Polen maupun spora secara umum dapat diklasifikasikan berdasar
kenampakan fisik atau morfologinya. Beberapa sifat yang dapat digunakan dalam
determinasi dan identifikasi polen dan spora diantaranya adalah ukuran dan
bentuk, jumlah dan bentuk apertura, serta bentuk dan ornamentasi pada eksin.
Berdasar ukuran polen dan spora dibedakan dalam enam kelas menurut aksis
terpanjang. Pada umumnya ukuran fosil polen dan spora bervariasi dari sangat
kecil (< 10 μm) sampai dengan ukuran raksasa (>200 μm), namun yang umum
ditemukan berukuran antara 20-50 μm (Erdtman 1952). Bentuk polen dapat
dilihat dari dua pandangan yaitu polar dan ekuatorial. Tingkatan bentuk polen
dan spora ditentukan berdasar indeks perbandingan diameter polar dan
ekuatorial (P/E). Untuk pencandraan bentuk polen dan spora menggunakan
kenampakan pada pandangan polar dan pandangan ekuatorial berdasar
perbandingan antara panjang aksis polar (P) dan diameter ekuatorial (E), atau
lndeks P/E (Kapp 1969; Moore & Webb 1978). Nilai indeks P/E disajikan pada
Lampiran 4. Erdtman (1952) mengklasifikasikan pandangan ekuatorial polen dan
spora menjadi 12 bentuk yaitu: peroblate, oblate, suboblate, oblate-spderodial,
spherodial, prolate-spherodial, subprolate, prolate, perprolate, rhomboidal,
rectangular, apple-shape. Pada pandangan polar dapat dibedakan menjadi 14
bentuk: circular, circular-lobate, semi-angular, inter semi-angular, angular, inter
angular, semi-lobate, inter semi-lobate, lobate, inter lobate, hexagonal, inter
hexagonal, sub-angular, inter sub-angular, rectangular dan tabular.
15

Apertura merupakan salah satu karakter polen yang penting. Apertura


adalah suatu area tipis pada eksin yang berhubungan dengan perkecambahan
polen. Apertura polen dibedakan menjadi dua tipe, yaitu celah memanjang
disebut colpus/colpi dan berbentuk bulat disebut porus/pori, serta dengan
beberapa variasi apertura antara bentuk colpus dan porus. Pada tumbuhan
Pteridophyta maupun Bryophyta, spora tidak memiliki apertura, namun
mempunyai suatu area tipis yang menyerupai apertura pada spora adalah bekas
luka tetrad disebut laesura yang tampak seperti garis pada sisi luar dan memiliki
dua bentuk yaitu trilete atau monolete (Kapp 1969; Moore & Webb 1978).
Beberapa tipe apertura polen dan cirinya dapat disajikan pada Lampiran 5.
Tipe ornamentasi eksin polen disusun berdasar ukuran, bentuk, dan
susunan unsur ornamentasi. Ornamentasi merupakan bentuk eksternal eksin
tanpa menunjukkan susunan eksin bagian dalam. Menurut Faegri dan Iversen
(1989), ornamentasi termasuk dalam komponen eksin yang timbul karena
adanya keanekaragaman bentuk morfologi dari tektum. Beberapa bentuk
ornamentasi antara lain psilate, verrucate, scabrate, perforate, foveolate,
gemmate, clavate, echinate, regulate, reticulate, baculate, dan striate. Tipe
ornamentasi eksin polen dan cirinya disajikan pada Lampiran 6.
Traverse (1988), dengan teknik lux-obscuritas analysis untuk mengamati
ornamentasi, yaitu menggunakan perbesaran mikroskop 90-100 kali, fokus
digerakkan turun naik untuk mengetahui ornamentasi serta morfologi butiran
polen dan spora. Struktur dinding polen khususnya bagian eksin merupakan
salah satu karakter yang digunakan dalam identifikasi. Pencandraan tipe
ornamentasi eksin dibuat berdasar ukuran, bentuk, dan susunan unsur
ornamentasi. Ciri utama butir polen yang sering dipakai dan mempunyai nilai
taksonomi adalah ukuran, bentuk, ornamentasi dan apertura (Morley 1990; Birks
& Birks 2005). Gambaran ornamentasi dan morfologi butiran polen dan spora
disajikan dalam Lampiran 7 dan 8.

Penggunaan Bukti Palinologi untuk Rekontruksi Flora-Vegetasi

Sejak diperkenalkan analisis polen pada tahun 1916 oleh Lennard Von Post,
maka eksplorasi flora melalui pendekatan palinologi mulai berkembang. Hal ini
berdasar bahwa dengan diketahuinya suatu tipe polen maka akan diketahui jenis
tumbuhan penghasilnya (Morley 1990; Birks & Birks 2005). Penerapan bukti
16

palinologi dijadikan salah satu standar nilai dalam menginterpretasikan masalah


yang berkaitan dengan stratigrafi, migrasi, paleoekologi maupun arkeologi
(Morley, 1990). Sejarah flora dan vegetasi di suatu daerah dapat diungkap
melalui pendekatan palinologi. Analisis fosil polen dan atau spora yang
terendapkan pada suatu sedimen dapat mengungkapkan latar belakang
perubahan flora dan vegetasi pada periode tertentu. Analisis fosil polen dan
spora secara vertikal terhadap urutan lapisan sedimen merupakan cara untuk
menelusuri sejarah flora dan vegetasi serta perubahan yang terjadi selama
proses sedimentasi berlangsung (Moore & Webb 1978; Faegri & Iversen 1989;
Birks & Birks 2005).
Bukti palinologi penting untuk mengungkap sejarah flora dan lingkungan
sehingga menyebabkan pengkajian yang intensif dalam bidang ini. Rahardjo et
al. (1998) merekonstruksi Formasi Nampol dan Punung, Pacitan Jawa Timur
berdasar fosil polen yang diendapkan pada masa Miosen Tengah pada
lingkungan transisi yang dipengaruhi perubahan permukaan air laut. Sukapti dkk
(1998) dengan bukti kemelimpahan fosil polen mangrove merefleksikan
pergeseran garis pantai di daerah Pondok Butun, Kalimantan Selatan. Maloney
(2002) berhasil merekonstruksi lingkungan dan vegetasi di bekas kerajaan
Ayutthaya, Thailand, kemudian Graham (2002) merekonstruksi vegetasi di Teluk
Karibia pada zaman Cenozoic (sekitar 50 juta tahun yang lalu) yang
menunjukkan fluktuasi sehingga mencapai kestabilan pada masa Kuarter (sekitar
1,6 juta tahun yang lalu). Setijadi et al. (2005) menggunakan fosil polen untuk
mengetahui sejarah flora dan vegetasi pada formasi Kalibiuk dan Kaliglagah
daerah Bumiayu pada kala Pliosen-Plistosen yang diendapkan pada lingkungan
transisi. Fosil polen juga untuk merekonstruksi keanekaragaman flora penyusun
hutan mangrove di pantai Randusanga Brebes (Suedy et al. 2006a); flora
penyusun hutan mangrove pantai Kaliuntu Rembang (Suedy et al. 2006b) dan
pantai Gandhong Demak (Suedy & Setijadi 2007). Data palinologi mangrove juga
banyak digunakan dalam prediksi dinamika vegetasi, perubahan muka air laut
serta perubahan iklim pada derah pesisir (Ellison 2008).
Peneliti lain yaitu Yulianto et al. (2005) menggunakan fosil polen dan spora
yang ditemukan pada Rawa Danau di Jawa Barat untuk mengetahui perubahan
lingkungan pada masa Holocene daerah tersebut. Finsinger et al. (2007)
menggunakan fosil polen untuk memprediksi perubahan iklim di bagian selatan
Eropa. Behling dan Pillar (2007) menggunakan bukti palinologi dalam
17

merekonstruksi dinamika vegetasi dan biodiversitas dibagian selatan Brazilia


pada Kala Kuarter Akhir. Dupont et al. (2008) menggunakan bukti palinologi dari
sedimen laut dalam (Ocean Drilling Program Site 1078/ODP 1078) untuk
merekonstruksi sejarah vegetasi dan iklim di Angola selama masa glasial-
interglasial Kala Holosen (30.000 tahun yang lalu). Iklim dingin dan kering
ditandai dengan melimpahnya fosil polen Gramineae dan tumbuhan gurun,
sementara iklim lebih hangat dan basah ditandai dengan melimpahnya fosil polen
tumbuhan hutan seperti Podocarpus sp. dan Mallotus-type. Studi Kuarter oleh
Morley (1995) menunjukan bahwa suhu global yang relatif hangat (warmer
periods) mengakibatkan naiknya muka air laut sehingga iklim menjadi basah (wet
climate). Hal ini karena selama periode tersebut, terjadi pencairan es beku yang
mengakibatkan naiknya muka air laut sehingga menggenangi sejumlah daratan
yang semula kering menjadi basah, sebaliknya periode dingin (cooler periods)
menyebabkan terbentuknya es beku dari sejumlah volume air yang
mengakibatkan penurunan muka air laut sehingga suatu daerah yang semula
tertutup air menjadi daratan terbuka. Hal tersebut menyebabkan iklim yang
semula basah menjadi relatif kering atau dry climate.

Bukti Palinologi untuk Penentuan Umur Relatif Batuan

Umur formasi batuan sedimen selain dapat ditentukan secara absolut


dengan penanggalan radiometri, juga dapat ditentukan secara relatif berdasar
fosil flora dan fauna yang terdapat dalam batuan tersebut. Umur relatif ditentukan
berdasar pengamatan terhadap kemunculan awal (first appearance datum/FAD)
dan kemunculan akhir (last appearance datum/LAD) suatu takson yang
merupakan takson indeks, penunjuk maupun penciri atau diagnostik umur
tertentu yang kemudian menjadi ciri utama untuk zona umur tersebut.
Penentuan umur relatif batuan tidak terlepas dari biostratigrafi, yang
dimaksudkan untuk menyusun lapisan batuan secara bersistem menjadi satuan
atau unit biostratigrafi berdasar kandungan dan penyebaran fosil (Lenz et al.
2000).
Biostratigrafi adalah studi penentuan umur batuan menggunakan atau
berdasar fosil flora maupun fauna yang terkandung didalamnya, dengan tujuan
untuk korelasi yaitu menunjukkan bahwa lapisan batuan tertentu dalam suatu
bagian tubuh batuan mewakili periode waktu geologi yang sama dengan lapisan
18

batuan bagian lain. Fosil berguna karena dua batuan sedimen yang berumur
sama dapat terlihat berbeda karena variasi lokal lingkungan sedimentasi.
Mikrofosil seperti dinoflagelata, polen dan foraminifera sering digunakan sebagai
fosil indeks atau diagnostik yang digunakan dalam biostratigrafi (Lenz et al.
2000).
Biostratigrafi berdasar pada hukum tertentu sebagai dasar asumsi, yang juga
berlaku dalam stratigrafi yaitu: hukum superposisi yang menyatakan bahwa
dalam urutan lapisan batuan belum terganggu maka lapisan termuda adalah
lapisan paling atas; hukum horisontalitas yaitu lapisan sedimen diendapkan
hampir secara horisontal dan sejajar dengan permukaan tempat sedimen
tersebut diendapkan, dan juga hukum urutan fauna yang menyatakan bahwa
jenis fosil berbeda sesuai dengan umur. Satuan dasar dalam biostratigrafi adalah
zona atau biozona (Lenz et al. 2000), yang meliputi:

1. Zona Kumpulan (Assemblage biozone)


Merupakan sejumlah lapisan batuan yang dicirikan oleh kumpulan fosil
khas atau kumpulan suatu jenis fosil. Batas serta kelanjutan zona
ditentukan oleh batas kebersamaan dari taksa penyusun yang terdapat
dalam zona ini. Nama zona ini berdasar satu unsur fosil atau lebih yang
menjadi ciri utama kumpulan fosilnya. Zona ini berguna sebagai petunjuk
lingkungan pengendapan masa lampau.

2. Zona Kisaran (Range biozone)


Merupakan tubuh lapisan batuan mencakup kisaran stratigrafi unsur
terpilih dari seluruh kumpulan fosil yang ada. Zona ini berupa kisaran satu
takson maupun kumpulan takson atau ciri paleontologi lain yang
menunjukkan kisaran. Batas dan kelanjutan zona ditentukan oleh
penyebaran tegak/vertikal serta mendatar/horisontal dari takson penciri.
Nama zona diambil dari satu jenis fosil penciri utama. Zona ini berguna
untuk menunjukkan umur suatu lapisan batuan.

3. Zona Puncak (Abundance biozone)


Merupakan tubuh batuan yang memperlihatkan perkembangan maksimal
suatu takson tertentu. Batas penyebaran vertikal maupun horisontal zona
puncak umumnya bersifat subyektif, terbatas dan bersifat lokal karena
kemelimpahan taksa dalam rekam geologi sangat dipengaruhi oleh
paleoekologi, taponomi maupun diagenesis. Penamaan zona berdasar
19

nama takson yang berkembang secara maksimal dalam zona tersebut.


Zona ini menunjukkan kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan.

4. Zona Selang (Interval biozone)


Merupakan selang stratigrafi antara dua horison biostratigrafi yang
ditandai dengan awal atau akhir kemunculan takson penciri. Batas atas
atau bawah zona selang ditentukan oleh horison pemunculan awal atau
akhir takson penciri. Penamaan diambil dari takson penciri batas atas
atau batas bawah tersebut. Keberadaan zona ini penting terutama dalam
korelasi stratigrafi.

5. Zona Turunan (Lineage biozone)


Merupakan tubuh batuan mengandung fosil taksa yang secara spesifik
menunjukkan suatu evolusi garis keturunan dari taksa tersebut.
Gambaran zonasi dalam biostratigrafi disajikan pada Lampiran 9.

Beberapa biostratigrafi berdasar fosil polen dan spora atau palinostratigrafi di


Indonesia telah disusun oleh beberapa peneliti, diantaranya Germeraad et al
(1968), Morley (1978) serta Rahardjo et al. (1994). Germeraad et al. (1968)
menyusun biostratigrafi di Borneo berdasar evolusi perkembangan fosil polen
mangrove genus Florschuetzia, dimana pada Oligosen Akhir Florschuetzia
trilobata mendominasi dan kemudian berkembang Florschuetzia semilobata dan
Florschuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris pada Miosen Awal serta
Florschuetzia meridionalis/Sonneratia alba yang kemudian lebih mendominasi
pada Miosen Tengah sampai Kuarter. Menurut Morley (1978), kemunculan awal
Florschuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris dekat dengan batas Oligo-Miosen,
sementara kemunculan awal Florschuetzia meridionalis/ Sonneratia alba pada
batas Miosen Tengah-Miosen Awal. Miosen Awal dicirikan oleh kemunculan
Florschuetzia levipoli dan kemunculan awal Florschuetzia meridionalis. Pada
Miosen Tengah dicirikan oleh kemunculan awal Florschuetzia meridionalis
sebagai batas bawah sedangkan batas atas ditandai oleh kepunahan
Florschuetzia trilobata. Kala Miosen Akhir-Pliosen ditandai oleh kemunculan
Stenochlaeniidites papuanus, sedangkan batas Pliosen Awal-Pliosen Akhir
ditandai oleh kemunculan awal Podocarpus imbricatus dan kepunahan
Stenochlaeniidites papuanus menandai batas Pliosen Akhir-Kuarter. Rahardjo et
al. (1994) membagi Zaman Tersier di Pulau Jawa menjadi delapan zona
berdasar fosil polen dan spora diagnostik yang ditemukan, yaitu:
20

1. Zona Monoporites annulatus


Zona ini ditandai oleh polen Monoporites annulatus (Gramineae) yang
melimpah berasosiasi dengan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus tanpa kehadiran Stenochlaeniidites papuanus dan berumur
N21-N23 (Plistosen-Holosen) menurut Zonasi Blow.

2. Zona Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus


Zona ini berumur N20-N21 (Pliosen Akhir) dibatasi oleh kepunahan
Stenochlaeniidites papuanus serta kemunculan awal Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus.

3. Zona Stenochlaeniidites papuanus


Zona ini dibatasi oleh kepunahan Florschuetzia trilobata dan kemunculan
awal Stenochlaeniidites papuanus dan berumur N16-N20 (Miosen Akhir-
Pliosen Akhir).

4. Zona Florschuetzia meridionalis


Berumur N9-N16 (Miosen Tengah-Miosen Akhir). Zona ini ditandai oleh
pemunculan awal Florschuetzia meridionalis dan kepunahan
Florschuetzia trilobata.

5. Zona Florschuetzia levipoli


Dalam zonasi Blow berumur N6-N8 (Miosen Awal-Miosen Tengah),
dibatasi oleh kemunculan awal Florschuetzia levipoli dan kemunculan
awal Florschuetzia meridionalis.

6. Zona Florschuetzia trilobata


Zona ini berumur N3-N5 (Oligosen-Miosen Awal) dan ditandai oleh
kepunahan Meyeripollis naharkotensis dan kemunculan awal
Florschuetzia levipoli.

7. Zona Meyeripollis naharkotensis


Zona ini berumur P18-N2 (Oligosen), dicirikan oleh kisaran Meyeripollis
naharkotensis dan dalam zona ini dijumpai pula fosil penunjuk Oligosen
lainnya yaitu Cicatricosisporites dorogensis.

8. Zona Proxapertites operculatus


Zona ini berumur Eosen atau P14-P17 menurut Zonasi Blow. Pada zona
ini didapatkan juga penunjuk umur untuk Eosen seperti Proxaperpites
21

cursus dan Cicatricosisporites eocenicus dan ditandai oleh kisaran


Proxaperpites operculatus.

Geografi Lokasi Penelitian

Secara geografis lokasi penelitian yaitu Formasi Tapak Cekungan Banyumas


meliputi daerah Gunung Tugel dan Kedung Randu, Patikraja Banyumas dan
Bunkanel, Bobotsari Purbalingga. Kedung Randu berada di wilayah Patikraja,
Banyumas terletak pada koordinat 7o 28’ 08.52” LS; 109o 13’ 08.78” BT dengan
ketinggian 58 m dpl. Lokasi penelitian kedua yaitu Gunung Tugel juga terletak di
Patikraja Banyumas dengan koordinat 7o 28’ 34.19” LS; 109o 14’ 03.16” BT pada
ketinggian 70 m dpl. Lokasi penelitian ketiga terletak di sepanjang lintasan sungai
Bunkanel, Bobotsari Purbalingga Banyumas pada koordinat bagian utara 7o 17’
20.2” LS; 109o 23’ 56.4” BT dan koordinat bagian selatan 7o 17’ 28.7”; 109o 23’
53.0” pada ketinggian 115 m dpl. Ketiga lokasi ini termasuk dalam wilayah eks
Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah bagian selatan.
Secara geografis propinsi Jawa Tengah terletak diantara 108 30’ - 111 30’
BT dan 5 40’ - 8 30’ LS. Luas wilayah 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari
luas pulau Jawa. Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah
yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari pantai, sementara di
Semarang hanya 4 km. Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-
Rembang di timur. Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur
Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang
dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan di Jawa Timur (Anonim 2011).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu
Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk
rantai pegunungan menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan
Pegunungan Kendeng di sebelah timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar
30-50 km; di ujung barat terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan
Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Prahu dan Gunung
Ungaran. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu
Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang
(Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur dari depresi
ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing. Pegunungan Serayu Selatan
merupakan penerusan dan pengangkatan Zona Depresi Bandung. Kawasan
22

pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan
lebar 10-25 km diselingi perbukitan yang landai membentang sejajar dengan
pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan
daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur
(Anonim 2011).

Fisiografi Lokasi Penelitian

Secara fisiografis van Bemmelen (1970) membagi Jawa Tengah menjadi


enam satuan, yaitu:
1. Dataran Aluvial Jawa Utara,
2. Kompleks Gunungapi Kuarter,
3. Zona Bogor, Pegunungan Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng,
4. Zona Pusat Depresi Jawa Tengah,
5. Zona Kubah, Pegunungan Pusat Depresi dan Serayu Selatan,
6. Zona Pegunungan Selatan Jawa.

Berdasar pembagian fisiografi ini, daerah penelitian yaitu Formasi Tapak


Cekungan Banyumas di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel
merupakan bagian Zona Pusat Depresi Jawa Tengah. Zona ini secara fisiografi
berbatasan dengan Zona Pegunungan Serayu Selatan di bagian selatan,
sementara di bagian utara berbatasan dengan Zona Pegunungan Serayu Utara.
Lokasi penelitian Kedung Randu dan Gunung Tugel, Patikraja berada di bagian
selatan kota Purwokerto sementara Bunkanel, Bobotsari berada di bagian timur
laut kota Purwokerto.
Peneliti lain seperti Suyanto et al. (1994) dan Cipi et al. (2009) menyebut
daerah cekungan yang membentang dari Patikraja Banyumas sampai dengan
Bobotsari Purbalingga dengan nama Rendahan Bobotsari (Bobotsari Low).
Daerah Patikraja pada umur Pliosen merupakan suatu cekungan dan memasuki
Zaman Kuarter daerah ini kemudian terangkat dan tersingkap. Gambar fisiografis
Jawa Tengah menurut van Bemmelen (1970) yang menunjukkan daerah
penelitian disajikan pada Gambar 2.
23

Gambar 2 Peta fisiografis Jawa Tengah (van Bemmelen 1970)

Djuri et al. (1996) dalam peta geologi Lembar Purwokerto dan Tegal
memasukkan batuan yang tersingkap di lokasi Kedung Randu, Gunung Tugel
dan Bunkanel yang merupakan objek penelitian ini ke dalam Formasi Tapak yang
berumur Pliosen Awal, dimana secara umum ciri Formasi Tapak adalah berupa
batupasir karbonatan berwarna kehijauan serta dijumpai breksi andesit.
Stratigrafi daerah ini tersusun oleh batuan yang berumur dari Tersier hingga
Kuarter (Gambar 3), menurut Djuri et al. (1996) terdiri atas: Formasi Rambatan;
Formasi Halang; Formasi Kumbang; Formasi Tapak; Formasi Kalibiuk; Anggota
Atas dan Bawah; Formasi Ligung; Satuan Tuff; Satuan Lava Andesit; Satuan
Klastika Gunungapi, Satuan Batuan Hasil Gunungapi Tak Terpisahkan, dan
satuan yang dianggap sebagai satuan paling muda adalah Endapan Danau dan
Satuan Aluvial. Gambaran formasi batuan penyusun daerah penelitian dan kolom
24

stratigrafi dari umur lebih tua (Tersier) ke umur lebih muda (Kuarter) adalah
sebagai berikut:

Formasi Rambatan
Bagian bawah terdiri dari batupasir gampingan berselang-seling dengan batuliat
(claystone) gampingan, sisipan konglomerat, lanau, dan batugamping. Bagian
atas terdiri dari claystone gampingan. Formasi ini banyak mengandung
foraminifera dengan ketebalan formasi mencapai 300 m berumur Miosen Akhir-
Pliosen Awal (N-14-N18). Formasi ini diendapkan pada lingkungan dengan
mekanisme arus turbidit sistem kipas bawah laut, diatasnya diendapkan secara
selaras Formasi Halang.

Formasi Halang
Bagian bawah tersusun dari batupasir kehijauan, sedang bagian atas dari
batupasir tufan berselang-seling dengan claystone. Formasi ini memiliki
ketebalan 300-500 m, dan berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir, diatasnya
diendapkan secara tidak selaras Formasi Kumbang.

Formasi Kumbang
Bagian bawah terdiri dari breksi dengan komponen yang menyudut, ditemukan
lapisan lava andesit, sedang diatasnya terdiri dari tuf yang berselang-seling
dengan breksi dan batupasir tufan. Ketebalan formasi ini mencapai 750 m. Umur
dari Formasi Kumbang diperkirakan Miosen Akhir-Pliosen Awal dan diatasnya
diendapkan secara selaras Formasi Tapak.

Formasi Tapak
Penyusun formasi ini berupa batupasir kasar berwarna kehijauan dan
konglomerat, serta breksi andesit. Bagian atas terdiri atas batupasir gampingan
dan napal berwarna hijau yang mengandung pecahan moluska. Formasi ini
memiliki ketebalan 500 m, berumur Pliosen Awal dan diendapkan pada
lingkungan transisi sampai laut. Pada bagian atasnyaa diendapkan selaras
Formasi Kalibiuk

Formasi Kalibiuk
Tersusun oleh batulempung kebiruan dan napal berselang seling dengan
batupasir tipis, pada bagian tengah terdapat zona dengan lensa batupasir
kehijauan, kaya moluska. Formasi ini memiliki ketebalan 500 m, terdiri dari
batugamping napalan dengan komposisi batugamping terdiri dari koral dan
25

moluska. Bagian atas dari batugamping terdiri dari napal kelabu yang
mengandung moluska. Umur dari formasi ini diperkirakan Pliosen Awal-Pliosen
Akhir.

Formasi Ligung
Terdiri dari lempung tufan, batupasir tufan berlapis silang-siur, konglomerat dan
lignit; mengandung sisa tanaman dan batubara muda yang menunjukkan bahwa
Formasi ini diendapkan bukan laut. Formasi Ligung terbentuk dalam peralihan
darat ketika terjadi pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Umur dari
Formasi ini Pliosen Akhir-Plistosen Awal.

Satuan Tuf
Satuan ini terdiri dari batupasir tufan berlapis, pasir tuf, konglomerat dan breksi
tufan.

Satuan Lava Andesit dan Batuan Klastika Gunungapi


Satuan batuan ini terdiri dari lava andesit, setempat mengandung hornblenda.
Selain itu juga terdapat aliran lava dan beberapa breksi piroklastika dan lahar.

Hasil Gunungapi
Satuan ini terdiri dari atas breksi, lava, lapili dan tuf yang berasal dari Gunung
Slamet dan beberapa pusat erupsi disebelah baratnya. Selain itu terdapat pula
aliran lava andesitan berongga.

Satuan Aluvial
Terdiri atas lanau, pasir, kerikil, kerakal dengan tebal kurang dari 150 m.

Gambaran kolom stratigrafi daerah penelitian menurut Djuri et al. (1996) dan
daerah sekitarnya yaitu Brebes, Tegal, Kendal dan Semarang (Kertanegara et al.
1987) serta Karangkobar (van Bemmelen 1970) disajikan pada Gambar 3.
26

Zonasi   van Bemmelen Kertanegara et al. 1987 Djuri et al. 1996 


Blow  1970  Brebes                        Kendal  Purwokerto 
Karangkobar Tegal                 Semarang

Gambar 3 Kolom stratigrafi daerah penelitian dan sekitarnya

Paleoflora dan Vegetasi Kala Pliosen di Pulau Jawa

Sejak Miosen Awal Paparan Sunda termasuk Pulau Jawa, diperkirakan telah
mengalami perubahan yang signifikan dalam distribusi daratan serta lautan
maupun tipe vegetasinya. Hal ini karena Paparan Sunda termasuk daerah tropis
Asia dengan jumlah curah hujan dan panjang periode musim kering berperan
penting dalam pola dinamika vegetasi. Pada Miosen Awal Paparan Sunda
sebagian dalam kondisi kering dengan vegetasi musiman menonjol, namun sejak
21 juta tahun yang lalu kondisi berubah dengan dominasi hutan basah yang
cukup luas serta terbentuk rawa gambut. Selama Miosen Tengah dan awal
Miosen Akhir (15 juta tahun yang lalu) terjadi periode kering maksimal ditandai
27

dengan melimpahnya polen Gramineae sehingga hutan hujan tropis terdesak ke


selatan sampai Semenanjung Malaya. Bukti palinologi berkaitan sisa hutan hujan
Kala Miosen Akhir yang lebih hangat dan basah ditemukan di Vietnam sebelah
utara serta Thailand (Morley 1999).
Vegetasi di Jawa memperlihatkan dinamika menarik sejak Kala Miosen.
Berdasar bukti palinologi yang ditemukan pada sedimen di Laut Jawa, Morley
(1991) menunjukkan bahwa sejak awal Miosen telah terjadi perubahan iklim
musiman yang nyata dengan vegetasi berupa flora rawa serta mangrove. Hal ini
menunjukkan iklim Miosen di Jawa yang basah dan hangat dengan daratan
tertutup vegetasi hutan hujan dan rawa gambut (Whitten et al. 1999). Sementara
di Jawa bagian timur terjadi siklus lingkungan dari hutan rawa payau, hutan
mangrove dan mangrove belakang selama Miosen Tengah berhubungan dengan
perubahan muka air laut (Rahardjo et al. 1998). Selama Miosen Akhir-Pliosen
terjadi peningkatan signifikan dari Monoporites annulatus/Gramineae dan
Casuarina yang diperkirakan berkaitan dengan perubahan iklim lebih dingin dan
kering di daerah sekitar Laut Jawa (Morley 1999).
Rahardjo (1999) menggambarkan perubahan iklim dan vegetasi pada batas
Pliosen-Plistosen di daerah Mojokerto Jawa Timur. Hutan berkembang pada
Pliosen yang ditunjukkan oleh arboreal pollen yang mencapai 40% dan mulai
menyusut secara drastis ke arah Plistosen. Selain itu terjadi kepunahan
Stenochlaeniidites papuanus yang merupakan takson diagnostik umur Pliosen.
Pada batas Plio-Plistosen ditandai oleh kenaikan polen Gramineae yang
signifikan bahkan mencapai 80% menandakan suatu iklim kering yang drastis.
Ada hal lain yang menarik yaitu ditemukan polen flora mangrove yang cukup
melimpah seperti Avicennia, Rhizophora, Acrostichum aureum, Nypa fructicans,
Sonneratia caseolaris dan Oncosperma serta tumbuhan darat seperti Casuarina,
Lycopodium cernuum, Podocarpus imbricatus, Quercus, Polygonum dan Durio
yang menunjukkan bahwa daerah ini sudah merupakan daratan dengan
perbukitan serta daerah pesisir dengan rawa mangrove dengan sistem sungai
yang mengalir ke laut dangkal. Keberadaan foraminífera bentonik lebih menonjol
daripada foraminífera planktonik semakin menegaskan bahwa laut dangkal
banyak dipengaruhi oleh energi arus maupun pasokan sedimen klastik telah
berkembang di daerah ini.
Rekaman palinologi umur Miosen Akhir-Pliosen di Pulau Jawa menunjukkan
adanya perubahan iklim purba. Perubahan iklim berkaitan dengan perubahan
28

muka air laut. Secara umum umur Miosen Akhir di Jawa ditandai oleh iklim
cenderung selalu basah. Pada Pliosen Awal di Jawa Barat dan Tengah iklim
berubah menjadi lebih basah akibat naiknya muka air laut. Selanjutnya iklim
berubah menjadi lebih kering pada Pliosen Akhir, ditandai oleh turunnya muka air
laut. Situasi berbeda ditemukan di Jawa Timur, dimana Pliosen Awal ditandai
oleh iklim kering, meskipun analisis foraminifera bentonik mencatat adanya
kenaikan muka air laut. Pada Pliosen Akhir iklim berubah menjadi sangat kering
dan muka air laut cenderung turun. Perbedaan iklim pada umur Pliosen antara
Jawa Barat dan Tengah dengan Jawa Timur kemungkinan disebabkan lokasi
Jawa Timur relatif dekat dengan kawasan Timur Indonesia yang diyakini beriklim
relatif sangat kering pada waktu itu. Meskipun demikian masih perlu penelitian
rinci untuk menentukan penyebab secara tepat (Lelono et al. 2001).
Data palinologi berumur Plio-Plistosen dari Formasi Kalibiuk-Kaliglagah
daerah Bumiayu Jawa Tengah menunjukkan perubahan iklim yang signifikan
pada saat itu, dimana telah terjadi dua kali perubahan lingkungan pengendapan
dan delapan kali perubahan iklim. Formasi Kalibiuk berada lebih dibawah dan
berumur lebih tua diendapkan pada lingkungan dengan hutan mangrove yang
menonjol, sedang Formasi Kaliglagah diendapkan pada lingkungan darat dengan
iklim lebih kering (Setijadi et al. 2005).
 
29

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada batuan sedimen dari Formasi Tapak di daerah
Kedung Randu dan Gunung Tugel, Patikraja Banyumas, serta Bunkanel,
Bobotsari Purbalingga berdasarkan Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal/
1309-3 & 1309-6 (Djuri et al. 1996). Kedung Randu berada di wilayah Patikraja,
Banyumas di sebelah selatan Purwokerto pada koordinat 7o 28’ 08.52” LS; 109o
13’ 08.78” BT dengan ketinggian 58 m dpl dan berupa suatu dinding atau tebing
bukit dengan sudut kemiringan 90º serta ketinggian mencapai 9 m. Lokasi
penelitian kedua yaitu Gunung Tugel terletak juga di sebelah selatan Purwokerto,
Banyumas dengan koordinat 7o 28’ 34.19” LS; 109o 14’ 03.16” BT pada
ketinggian 70 m dpl. Singkapan Formasi Tapak di lokasi ini berupa bukit dengan
ketinggian 10-11 m. Lokasi penelitian ketiga terletak di sepanjang lintasan sungai
Bunkanel, Bobotsari Purbalingga Banyumas pada koordinat bagian utara 7o 17’
20.2” LS; 109o 23’ 56.4” BT dan koordinat bagian selatan 7o 17’ 28.7”; 109o 23’
53.0” pada ketinggian 115 m dpl. Formasi Tapak tersingkap sepanjang kurang
lebih 250 m di bawah jembatan Kelurahan Bunkanel di bagian utara ke arah
selatan sejajar mengikuti aliran dan lintasan sungai Bunkanel.
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu penelitian lapangan dan penelitian
laboratorium. Penelitian lapangan meliputi pengambilan sampel batuan sedimen
serta pembuatan penampang litologi pada Formasi Tapak pada setiap lokasi
penelitian, sedang penelitian laboratorium meliputi preparasi batuan untuk
pembuatan preparat mikroskopis, identifikasi, klasifikasi fosil polen dan spora
serta analisis data. Preparasi palinologi dilakukan di Laboratorium Palinologi
Teknik Geologi ITB, pengamatan dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi UNDIP dan Laboratorium
Ekologi Tumbuhan Departemen Biologi IPB.

Penelitian Lapangan

Sampel batuan sedimen diambil dari dasar singkapan yang bisa terambil ke
arah atas dengan menggunakan palu geologi dan bantuan pahat, kemudian
dimasukkan dalam plastik sampel yang bersegel dan berlabel sesuai lokasi
maupun urutan lapisan dalam singkapan yang diambil. Kode angka 1 setelah
kode lokasi (misalnya KR1) digunakan pada sampel paling bawah atau berumur
lebih tua dari masing-masing lokasi penelitian, sehingga semakin besar kode
30

angkanya berarti sampel semakin ke atas atau kearah umur yang lebih muda.
Pada tiap strata batuan diambil sampel dengan jarak tertentu sesuai perubahan
atau tebal tipisnya lapisan batuan sedimen. Sampel diambil dari bagian dalam
lapisan dengan cara membuang lapisan terluar batuan untuk menghindari
kontaminasi yang terbawa oleh air maupun udara. Bersamaan pengambilan
sampel dilakukan pengamatan litologi dibuat penampang secara terukur pada
setiap lokasi penelitian. Sampel batuan diambil pada formasi yang tidak
ditemukan adanya sesar atau bioturbasi oleh kegiatan biologis. Pengukuran
koordinat dengan bantuan GPS serta pengambilan gambar dilakukan untuk
mengetahui secara tepat lokasi singkapan Formasi Tapak yang diambil
sampelnya. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2009.
Lokasi penelitian di Kedung Randu dan Gunung Tugel berada dalam satu
bidang, sesuai dengan gambaran dalam Peta Peta Geologi Lembar Purwokerto
dan Tegal oleh Djuri et al. (1996). Pada lokasi Kedung Randu diambil 30 sampel,
sedang dari Gunung Tugel diambil 36 sampel sedimen. Pada lokasi penelitian
Bunkanel diambil 100 sampel sedimen dengan jarak tiap titik sampel 2,5 m pada
singkapan sepanjang 250 m yang sejajar dan merupakan tebing sungai
Bunkanel.
Formasi Tapak di daerah Purwokerto dan sekitarnya mempunyai ciri berupa
batupasir kasar berwarna kehijauan dan konglomerat, serta dijumpai breksi
andesit. Bagian atas terdiri atas batupasir karbonatan dan napal berwarna hijau
yang mengandung pecahan moluska. Apabila Pliosen dibagi menjadi tiga bagian,
Formasi Tapak diasumsikan masuk pada Pliosen Tengah, sedang jika dibagi
menjadi dua sesuai skala waktu geologi maka Formasi Tapak masuk kedalam
bagian Pliosen Awal (van Bemmelen 1970; Djuri et al. 1996). Namun Wibowo
(2009) menyatakan bahwa berdasar ciri litologi dan posisi stratigrafinya satuan
batupasir liatan di Kedung Randu sebanding dengan Formasi Bantardawa-
Talanggudang yang berumur Pliosen Tengah-Akhir, sedang satuan batupasir
kasar bagian atas di Gunung Tugel ekuivalen dengan Formasi Kaliglagah dan
berumur Plistosen. Berdasar uraian ini diperkirakan bahwa Formasi Tapak
Cekungan Banyumas di area ini terbentuk selama Kala Pliosen-Plistosen (Plio-
Plistosen). Peta lokasi wilayah penelitian serta lokasi pengambilan sampel
penelitian disajikan pada Gambar 4.
31

FORMASI TAPAK

FORMASI TAPAK

Gambar 4 Peta lokasi penelitian pada Formasi Tapak di daerah Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel Banyumas Jawa Tengah
(Sumber: Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal oleh Djuri et al. (1996); skala 1:100.000).
32

Penelitian Laboratorium

Sampel batuan sedimen setelah diambil dari lapangan kemudian dilakukan


preparasi batuan untuk pembuatan preparat atau slide mikroskopis
menggunakan metode preparasi standar palinologi (Moore et al. 1991) yang
telah dikembangkan di Laboratorium Palinologi, Departemen Teknik Geologi-ITB,
serta beberapa bagian telah dimodifikasi oleh Suedy dan Setijadi (2009, tidak
dipublikasikan) dalam penelitian ini. Urutan pekerjaan penelitian di laboratorium
adalah:
1. Tahap persiapan
a) Pengeringan dan pembersihan: sampel dikeringkan dan dibersihkan dari
kotoran. Pengeringan dilakukan secara kering angin pada suhu ruangan,
sedang pembersihan dilakukan dengan membuang bagian terluar dari
sampel sedimen yang diambil dengan pisau atau skalpel pada saat akan
melakukan penimbangan sebelum preparasi.
b) Penimbangan: sampel kering ditimbang dengan timbangan digital sehingga
tiap sampel mempunyai berat seragam yaitu 50 g.
c) Penumbukan: penumbukan sampel dimaksudkan untuk mempercepat
reaksi kimia. Sampel ditumbuk dengan mortar baja dan dilanjutkan dengan
mortar porselen untuk penghalusan. Setiap selesai satu sampel, mortar
harus dibersihkan dengan pencucian menggunakan akudes dan
dikeringkan untuk menghindari kontaminan polen dan spora dari sampel
yang lain.

2. Tahap preparasi dan pembuatan slide mikroskop


Pekerjaan ini harus dilakukan pada ruang asam dengan urutan kerja sebagai
berikut:
a) Penghilangan unsur karbonat: 50 g sampel batuan sedimen dimasukkan
kedalam tabung gelas plastik 500 mL dan ditambahkan HCl 37% selama 5-
6 jam sampai hancur seperti lumpur, kemudian dinetralkan dengan
akuades (3-4 kali penggantian/pencucian). Penggantian atau pembuangan
akuades ketika sampel telah betul-betul mengendap didasar gelas plastik,
dengan jeda waktu pengendapan sekitar 12-24 jam. Akuades pengganti
dituang perlahan sambil digoyangkan perlahan supaya sampel tercampur
dan tercuci dengan baik. Pengecekan pH dilakukan dengan pH stick
sampai kondisinya netral (pH 7).
33

b) Penghilangan unsur silikat: sampel yang sudah dinetralkan ditambah HF


40% secara perlahan melalui dinding gelas plastik sambil diaduk, kemudian
dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu dinetralkan kembali dengan akuades
(3-4 kali pencucian). Penggantian atau pembuangan akuades juga harus
dilakukan secara hati-hati sampai sampel telah mengendap didasar gelas
plastik, dengan waktu pengendapan sekitar 12-24 jam. Akuades pengganti
dituang perlahan sertal digoyangkan perlahan agar sampel tercuci dengan
baik. Pengecekan pH dilakukan dengan pH stick sampai kondisinya netral
(pH 7).
c) Penghilangan kalsium fluorida: sampel ditambah kembali dengan HCl 37%
yang dimasukkan secara perlahan dengan bantuan batang pengaduk.
Selanjutnya dilakukan pengadukan dan pemanasan dalam water bath
(80 °C) selama 6 jam untuk hasil yang lebih baik. Setelah itu kemudian
dinetralkan dengan akuades 3-4 kali dengan jeda waktu pengendapan 12-
24 jam. Pada tahap ini setelah sampel netral dilakukan pemeriksaan
dibawah mikroskop untuk mengetahui kandungan palinomorf yang
diperoleh. Apabila hasil yang diperoleh cukup banyak atau melimpah
dengan kondisi sampel bersih maka dilakukan tahap preparasi selanjutnya
atau disaring. Namun jika palinomorf yang diperoleh cukup melimpah
dengan kondisi sampel masih kotor maka kembali dilakukan pengulangan
pemberian HCl dan HF. Proses preparasi dihentikan apabila tidak
ditemukan palinomorf dan sampel kotor sehingga tidak bisa diamati.
d) Oksidasi: sampel ditambah HNO3 30% sebanyak 5 mL yang dimasukkan
sedikit demi sedikit dengan bantuan batang pengaduk, kemudian
dipanaskan selama 3-5 menit dalam water bath (80 °C). Sampel
dinetralkan kembali dengan akuades 3-4 kali dengan jeda waktu
pengendapan 6-12 jam.
e) Pemucatan palinomorf: sampel ditambah KOH 10% sebanyak 3-5 tetes
pipet, diaduk kemudian dipanaskan dalam water bath (60-80 °C) selama 5
menit. Kemudian didinginkan serta dinetralkan dengan akuades 2-3 kali
dengan jeda waktu pengendapan 6-12 jam.
f) Penyaringan: sampel yang sudah netral pada proses preparasi disaring
kembali dengan saringan nilon bertingkat ukuran 250 sampai 5 µm.
Penambahan akuades selama proses penyaringan dilakukan untuk
mempercepat penyaringan dan penetralan. Hasil saringan dimasukkan ke
34

dalam tabung plastik 20 mL dan disentrifus pada 1500-2000 rpm selama 3


menit. Akuades yang berada disebelah atas dalam tabung plastik dituang
secara hati-hati supaya sampel tidak ikut tertuang. Larutan diganti dengan
alkohol 10% sampai volume larutan dalam tabung mencapai 5 mL.
g) Mounting: sampel yang telah selesai dipreparasi, diambil dengan
mikropipet Soccorex sebanyak 800 µL dan diteteskan pada gelas benda
yang telah diolesi capuran gliserin jeli dan PP yang berfungsi sebagai anti
jamur. Tip atau ujung mikropipet hanya digunakan satu kali untuk satu
sampel guna mencegah kontaminan dari sampel lainnya. Sampel
kemudian diratakan dan dikeringkan diatas hot plate. Entelan diteteskan
kemudian direkatkan dengan gelas penutup, setelah itu diberi label sesuai
kode lapisan dan lokasi sedimen. Pengeringan dilakukan secara kering
angin pada suhu kamar selama 12-24 jam. Sampel siap diamati dengan
mikroskop. Penelitian laboratorium dilaksanakan pada bulan Agustus
2009- September 2010.

Pengamatan dan Analisis Palinologi

Parameter pengamatan palinologi yang digunakan adalah sifat dan ciri fosil
polen serta spora yang meliputi ukuran, bentuk, ornamentasi, dan apertura dalam
bentuk identifikasi morfologi. Pengamatan, identifikasi dan penghitungan fosil
polen dan spora dilakukan pada seluruh sampel yang diambil (800 µL) dan
dibuat preparat mikroskopis, sehingga secara kuantitatif fosil yang ditemukan
adalah jumlah fosil polen dan spora per 800 µL. Selain fosil polen dan spora,
dynocysts dan FTL (Foraminifera Test Lining) juga diamati sebagai data
palinomorf laut atau marin.
Polen, spora, FTL dan dynocysts merupakan anggota kelompok palinomorf,
yaitu bentuk-bentuk alami mikrofosil berdinding organik yang dapat teramati
setelah dilakukan preparasi secara palinologi. Palinomorf terdiri dari tiga sub
kelompok besar yaitu sporomorf (polen, spora dan spora jamur); zoomorf (FTL,
chitinozoa dan scelodont) serta fitoplankton (dynocyst, Meroplankton, Acritarch,
Rhodofita, Cyanobakteria) (Tyson 1995).
Identifikasi, penentuan taksa fosil polen dan spora serta afinitas botani
menggunakan beberapa referensi acuan, antara lain: Erdtman (1952), Muller
(1964), Germeraad et al. (1968), Huang (1972), Faegri dan Iversen (1989),
35

Moore dan Webb (1978), Thanikaimoni et al. (1984), Morley (1990), Moore et al.
(1991), Punt et al. (1994), koleksi referensi dari Smithsonian Tropical Research
Intitute (pada www.striweb.si.edu/roubik), koleksi referensi dari PalDat (pada
www.paldat.org) dan koleksi Laboratorium Palinologi Teknik Geologi ITB.
Pengamatan morfologi palinomorf fosil polen serta spora pada perbesaran 250X,
400X, 1000X, menggunakan mikroskopfoto Olympus tipe CX-21. Pada
pengamatan 1000X digunakan minyak imersi. Pemotretan fosil palinomorf
menggunakan kamera digital Sony dan Moticam Microscope Camera 5.0.
Pengamatan dan analisis palinologi dilaksanakan pada bulan November 2010-
September 2011.
Analisis palinologi terhadap fosil palinomorf yang ditemukan pada lapisan
sedimen yang diambil adalah sebagai sebagai berikut:

1. Pengamatan morfologi dan identifikasi fosil polen dan spora serta


palinomorf lainnya menggunakan mikroskop untuk mengetahui taksa flora
penghasilnya. Setelah itu dihitung unit atau individu fosil palinomorf
(polen, spora, dynocysts dan FTL) untuk setiap sampel yang diamati.
Berdasar pengamatan ini dapat diketahui flora atau daftar seluruh taksa
tumbuhan yang pernah hadir atau tumbuh di lokasi penelitian pada masa
lampau. Persentase palinomorf dalam tiap sampel secara umum dihitung
dengan rumus:

2. Setelah diidentifikasi dan diketahui taksa flora penghasil maupun afinitas


botani, maka dilakukan pengelompokan taksa flora darat atau terestrial
kedalam kelompok vegetasi atas dasar habitusnya yaitu pohon (arboreal)
dan bukan pohon (non arboreal). Pengelompokan ini dinyatakan dalam
bentuk persentase fosil arboreal pollen (AP) dan fosil non arboreal pollen
(NAP), sementara fosil spora Pteridophyta dihitung tersendiri (Prebble et
al. 2005). Hal ini untuk menggambarkan dinamika vegetasi berdasar
habitusnya, seperti perkembangan hutan berkayu pada periode waktu
tertentu.
36

 
 
 

 
 

Contoh taksa yang termasuk kedalam AP, NAP dan spora diantaranya
adalah :
 Arboreal pollen (AP): Zonocostites ramonae/Rhizophora type,
Florschuetzia meridionalis/Sonneratia alba, Florschuetzia levipoli/
Sonneratia caseolaris, Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans,
Pinuspollenites/Pinus.
 Non Arboreal Pollen (NAP): Monoporites annulatus/Gramineae,
Cyperaceae.
 Spora: Laevigatosporites spp., Acrostichum aureum, Crassoretitriletes
vanraadshooveni/Lygodium scandens type.

3. Pengelompokan taksa flora darat atau terestrial atas dasar kesamaan


kelompok habitat ekologi (Gambar 5) menurut model pengelompokan
Haseldonckx (1974) yang dimodifikasi, meliputi kelompok habitat:
mangrove, mangrove belakang (back mangrove), riparian, air tawar (fresh
water), dataran rendah (lowland), pegunungan (montane) dan
Pteridophyta. Hal ini dapat menggambarkan dinamika vegetasi darat atau
terestrial berdasar lingkungan atau habitatnya pada periode waktu
tertentu.
37

Gambar 5 Pengelompokan taksa atas dasar kesamaan kelompok habitat ekologi


(Haseldonckx 1974). 

4. Interpretasi lingkungan pengendapan masa lampau ditentukan dari


asosiasi kumpulan polen dan spora (Gambar 6) yang mencerminkan
ekologi habitatnya (Haseldonckx 1974). Selain itu, juga menggunakan
pengelompokan taksa laut (marin) dan non laut (non marin) serta
Palynological Marine Index (PMI) untuk mengetahui pengaruh lingkungan
marin saat pengendapan sedimen berlangsung.

 
38

dimana Rm adalah jumlah dari palinomorf marin berupa dinocysts dan


FTL dan Rt adalah jumlah palinomorf darat berupa polen dan spora. Nilai
PMI yang tinggi diinterpretasikan sebagai lingkungan pengendapan yang
dipengaruhi marin dengan kondisi normal, sedang pada sampel yang
tidak ditemukan palinomorf marinnya mempunyai nilai PMI = 100
(Carvalho 2001).

Gambar 6 Interpretasi lingkungan pengendapan berdasar asosiasi kumpulan


polen dan spora (Haseldonckx 1974).
39

5. Hasil identifikasi taksa dan penghitungan jumlah unit fosil polen dan spora
kemudian digunakan untuk memprediksi nilai indeks ekologi berupa
indeks diversitas (keanekaragaman) dan indeks similaritas (kesamaan)
flora berdasar kehadiran dan jumlah fosil polen serta spora yang
ditemukan untuk tiap lapisan sedimen dan lokasi penelitian. Indeks
diversitas dihitung berdasar persamaan Indeks Diversitas Shannon
(Krebs 2002; Cox 2002; Hammer et al. 2003), dengan rumus serta
kriteria sebagai berikut:

 
dimana:
H’ = Indeks Diversitas Shannon
ni = Jumlah individu takson ke-i
n = Jumlah total individu
s = Jumlah takson
ln = Logaritma natural
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan Indeks Diversitas
Shannon menurut Barbour et al. (1987) yaitu:

H’<1 = Diversitas sangat rendah


1≤H’<2 = Diversitas rendah
2≤H’<3 = Diversitas sedang
3≤H’<4 = Diversitas tinggi.
H’>4 = Diversitas sangat tinggi

Indeks Similaritas (IS) untuk menggambarkan kesamaan flora yang hadir


pada seluruh sampel stratum lapisan batuan sedimen dihitung berdasar
Indeks Similaritas Sorensen (Ludwig & Reynolds 1988; Krebs 2002),
dengan rumus:

                        

dimana:
Ss = Indeks Similaritas Sorensen
a = Jumlah takson yang sama terdapat pada sampel I dan II
b = Jumlah takson hanya terdapat pada sampel I
c = Jumlah takson hanya terdapat pada sampel II
40

Indeks Similaritas Sorensen ditentukan berdasar data biner berupa


kehadiran dan ketidakhadiran suatu takson pada suatu unit sampling.
Nilai indeks ini berkisar antara 0 yang berarti tidak ada kemiripan sampai
dengan 1 yang berarti kemiripan tertinggi (Krebs 1999, 2002), dengan
kriteria sebagai berikut:

IS<0,25 = sangat rendah


0,25-0,50 = rendah
0,50-0,75 = tinggi
IS>0,75 = sangat tinggi

6. Analisis data fosil dan penyajian diagram palinologi yang diperoleh


menggunakan program PAST-PAlaeontological STatistics, ver.0.99.
(Hammer et al. 2003); MS Excel 2007 dan Sigma Plot ver.11.0.
Pengelompokan zona pada diagram palinologi selain berdasar kehadiran
taksa penyusun kelompok juga diprediksi dengan persamaan polinomial
orde 6 pada MS Excel 2007.

7. Analisis biostratigrafi dengan tujuan untuk mengetahui umur batuan


Formasi Tapak secara relatif menggunakan zona kisaran atau selang dari
taksa terpilih. Zona kisaran adalah tubuh lapisan batuan yang mencakup
stratigrafi terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada. Zona ini dapat
berupa zona kisaran satu unsur takson, kumpulan takson atau ciri
paleontologi lain yang menunjukkan kisaran atau zona selang dari 2
takson diagnostik atau penanda. Pada palinostratigrafi Tersier terutama di
Asia Tenggara, keberadaan fosil spora Stenochlaeniidites papuanus dan
polen Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus sangat penting
karena keduanya merupakan fosil diagnostik untuk umur Miosen-Pliosen
di Asia Tenggara serta Pulau Jawa khususnya (Morley 1978; Rahardjo et
al. 1994), sehingga penelitian ini juga mengamati kehadiran kedua fosil
diagnostik tersebut dalam sampel sedimen yang diambil dari Formasi
Tapak di Cekungan Banyumas. Beberapa zonasi biostratigrafi berdasar
fosil polen dan spora atau palinostratigrafi di Indonesia telah disusun oleh
beberapa peneliti, diantaranya Morley (1978) serta Rahardjo et al. (1994)
digunakan sebagai dasar acuan mengetahui umur relatif formasi ini.
Zonasi ini dapat disajikan pada Gambar 7 dan 8.
41

Morley (1978): Rahardjo et al. (1994):


KALA
Zona Asia Tenggara Zona Jawa
KUARTER Phyllocladus hypophyllus Monoporites annulatus

Akhir Podocarpus imbricatus Dacrycarpidites australiensis/


Podocarpus imbricatus
PLIOSEN
Stenochlaena laurifolia-Amylotheca
Awal Stenochlaena laurifolia-
Stenochlaeniidites papuanus
Stenochlaena areolaris
Florschuetzia
Akhir Florschuetzia  meridionalis
meridionalis Florschuetzia 
Florschuetzia meridionalis
MIOSEN trilobata
Tengah

Florschuetzia levipoli Florschuetzia levipoli


Awal
Florschuetzia trilobata
Akhir
OLIGOSEN
Awal Florschuetzia trilobata Meyeripollis nahakortensis

Akhir
EOSEN Proxapertites operculatus

Awal
Gambar 7 Zonasi palinostratigrafi Tersier di Asia Tenggara dan Pulau Jawa menurut Morley (1978) serta Rahardjo et al. (1994).
42

Gambar 8 Zonasi palinologi Tersier di Pulau Jawa (Rahardjo et al. 1994).


43

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinamika Vegetasi dan Lingkungan Berdasar Fosil Polen dan Spora


pada Formasi Tapak di Kedung Randu

Hasil Pengamatan dan Analisis Litologi


Kedung Randu (kode: KR) berada di wilayah Patikraja, Banyumas di sebelah
selatan Purwokerto, terletak pada koordinat 7o 28’ 08.52” LS; 109o 13’ 08.78” BT
dengan ketinggian 58 m dari permukaan laut (dpl). Sekitar lokasi penelitian
digunakan untuk usaha pemecahan batu dan tanah tegalan dengan tanaman
berupa pisang, pepaya dan ubi kayu. Vegetasi lain yang dijumpai berupa rumput-
rumputan (Gramineae), semak dan herba pendek. Singkapan Formasi Tapak di
lokasi ini merupakan tebing bukit dengan sudut kemiringan 90º dan ketinggian 9
m. Batuan sedimennya pada bagian bawah berupa batupasir bercampur batuliat
(claystone) karbonatan berselang seling dengan ketebalan bervariasi 3-100 cm,
warna kecoklatan sampai abu-abu gelap kehijauan. Pada bagian atas batupasir
berbutir halus karbonatan. Fragmen moluska dan sisa karbon ditemukan pada
lapisan bawah sampai tengah singkapan, serta semakin jarang di bagian atas.
Gambaran lokasi penelitian di Kedung Randu dan litologinya disajikan pada
Gambar 9 dan 10.

Gambar 9 Lokasi penelitian Formasi Tapak di Kedung Randu.


44

Batupasir-liat Batuliat Batupasir-liat dengan hancuran fosil

Gambar 10 Litologi sampel sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu (KR).


Kode KR-1 s/d KR-30 merupakan kode sampel sedimen diamati.
45

Batuliat berwarna abu-abu kehijauan dijumpai pada sampel KR13 dan KR23,
berupa lapisan sisipan tipis diantara batupasir halus-liat. Zona hancuran dijumpai
pada bagian bawah dari lokasi penelitian yaitu KR3, berupa lapisan batupasir-liat
dengan fosil cangkang moluska, gastropoda maupun foraminifera besar dengan
kondisi cangkang yang remah, setengah hancur maupun hampir utuh. Pada
lokasi penelitian Kedung Randu ini diambil 30 sampel batuan sedimen Formasi
Tapak.

Keanekaragaman Palinomorf Ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung


Randu
Setelah preparasi palinologi dilakukan, diambil sampel sebanyak 800 µL
dengan mikropipet Soccorex untuk dibuat slide preparat mikroskopis.
Pengamatan, identifikasi dan penghitungan palinomorf dilakukan pada seluruh
slide mikroskopis dari sampel yang diambil (800 µL), sehingga secara kuantitatif
palinomorf yang ditemukan adalah jumlah palinomorf per 800 µL (palinomorf/800
µL). Palinomorf utama yang diamati adalah fosil polen dan spora. Dynocysts dan
FTL diamati sebagai data palinomorf marin.
Dari 30 sampel yang diamati berhasil diidentifikasi 9360 fosil palinomorf
terdiri dari 7238 fosil polen dan spora, serta 2122 fosil taksa marin berupa
dynocysts dan FTL, sehingga rerata ditemukan 312 palinomorf tiap 800 µL
sampel diamati, sedang fosil polen dan spora berjumlah 7238 dengan rerata
241.27 fosil polen-spora tiap slide mikroskopis atau 800 µL sampel diamati.
Secara kuantitatif dari 9360 fosil palinomorf yang ditemukan, didominasi fosil
spora tumbuhan paku (Pteridophyta) dibanding fosil polen maupun fosil taksa
laut dynocysts dan FTL.
Total jumlah dan persentase palinomorf yang ditemukan pada Formasi
Tapak di Kedung Randu disajikan pada Lampiran 10. Gambaran kuantitatif
persentase jumlah palinomorf yang ditemukan pada lokasi penelitian Kedung
Randu disajikan pada Gambar 11.
Berdasar bentuk atau morfologi apertura yaitu suatu area atau zona
penipisan yang terdapat dinding polen dan spora sebagai tempat keluar buluh
serbuk sari atau perlekatan dengan butir spora lain telah teridentifikasi 19 tipe
apertura fosil polen dan spora pada Formasi Tapak di Kedung Randu.
Persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe apertura dalam
sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu disajikan pada Gambar 12.
46

 
Gambar 11 Persentase jumlah kelompok palinomorf yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu.

Tipe apertura monolete dan trilete lebih dominan diantara tipe lain, kehadiran
secara rerata dalam 30 sampel mencapai 49.62% (monolete) dan 28.60%
(trilete). Tipe ini dimiliki oleh taksa Pteridophyta antara lain Laevigatosporites
spp, Verrucatosporites usmensis/Stenochlaena palustris dan Acrostichum
aureum. Tipe apertura lain yang menonjol adalah monoporate (3.75%) dimiliki
oleh taksa Monoporites annulatus/Gramineae, Pandaniidites/Pandanus. dan
Cyperaceae; tricolporate (3.71%) dimiliki taksa Zonocostites
ramonae/Rhizophora type, Avicenia sp., Lanagiopollis emarginatus/Alangium sp.,
dan Lakiapollis ovatus/Durio type.; saccate (2.58%) dimiliki taksa
Podocarpidites/Podocarpus, Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus
dan Pinuspollenites/Pinus sp. Tipe apertura fosil polen dan spora serta
persentase rerata kehadirannya pada sampel sedimen Formasi Tapak di Kedung
Randu disajikan pada Tabel 1.
47

E
E

AT
E

AT

E
TE

E
AT

AT -

AT
E

LP
AT

E -

E -

E
R O

E
AT
AT NO

AT O
R
E

E
A

AT

AT
O AN

AT
R
E

R
O

R AN
E
AT

O
LC

LP
TE

R
O
AT

TU
AT
IC

LP A

LP

C
LP
TE

R
LP H

PO
LP
SU

LP
O H
O

PO H
LE

O
E

PL

O
O P
LP

R
O

ER
C EP

EP

O
C

ER
ET

C E
O

IP
O

O
O

IC
O

C
LY
C

ST
IC

IC

AP
N
ST

ST
IP
N

ER
IL

N
N

ET
C

R
IC

O
PO
O

TR

SY
TR
ZO

TR
TR

SA

PE

IN
D

H
P
M

M
KR30
KR29
KR28
KR27
KR26
KR25
KR24
KR23
KR22
KR21
KR20
KR19
KR18
KR17
KR16
KR15
KR14
KR13
KR12
KR11
KR10
KR9
KR8
KR7
KR6
KR5
KR4
KR3
KR2
KR1

0 20 40 60 0 20 40 60 80 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 40 60 0 20 0 20 40 60 80 100 0 20 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20

Gambar 12 Diagram persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe apertura dalam sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu.
48

Tabel 1 Tipe apertura fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadiran
dalam sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu
Tipe apertura fosil polen dan spora Persentase rerata kehadiran (%)
Monolete 49.62
Trilete 28.60
Saccate 2.58
Monosulcate 0.63
Polyplicate 0.03
Zonocolpate 0.39
Dicolpate 0.34
Tricolpate 1.48
Stephanocolpate 1.50
Tricolporate 3.71
Stephanocolporate 3.82
Pericolporate 0.16
Monoporate 3.75
Triporate 1.37
Stephanoporate 0.39
Periporate 0.92
Syncolpate 0.45
Heterocolpate 0.03
Inaperturate 0.23

Berdasar afinitas botani, 7238 fosil polen dan spora dapat dikelompokkan ke
dalam 56 tipe polen dan spora yang terdiri dari: 6 tipe teridentifikasi pada taksa
flora tingkat kategori famili, 36 tipe pada taksa flora kategori genus dan 14 tipe
pada taksa flora kategori spesies. Suatu tipe polen atau spora menjadi tipe polen
atau spora untuk satu tingkat taksa kategori spesies, genus atau familia, atau
dikatakan bahwa satu tipe polen atau spora bisa merujuk pada polen atau spora
flora dari satu tingkat spesies atau genus maupun flora dari satu famili yang
sama. Adanya kemiripan dalam morfoanatomi polen serta spora menyebabkan
satu tipe polen dan spora menjadi ciri satu kelompok flora pada taksa tingkat
kategori spesies, genus atau famili (Morley 1998). Gambaran tipe fosil polen dan
spora yang ditemukan serta afinitas botani dan habitusnya disajikan pada
Lampiran 11.
Berdasar fosil polen dan spora ditemukan dan mengikuti pengelompokan
Haseldonckx (1974) yang membagi lingkungan pengendapan berdasar asosiasi
takson pencirinya, maka taksa paleoflora pada Formasi Tapak di Kedung Randu
sangat beragam mulai dari flora pegunungan sampai flora mangrove. Flora
lingkungan pegunungan (montane) dicirikan kehadiran Pinuspollenites/Pinus sp.
49

dan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus. Hutan dataran rendah


(lowland) dicirikan kehadiran Acasia type. dan Lanagiopollis regularis/Alangium
sp. Flora lingkungan air tawar (fresh water) dicirikan kehadiran Cephalomappa
malloticarpa, Stellatopollis sp./Croton type, Monoporites annulatus/Gramineae
dan Cyperaceae. Flora lingkungan riparian dicirikan kehadiran Myrtacea,
Pandaniidites/Pandanus. dan Marginipollis concinus/Barringtonia. Flora dari
lingkungan mangrove belakang (back mangrove) dicirikan kehadiran Acrostichum
aureum, Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans, Oncosperma dan
Florschuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris. Kehadiran Zonocostites
ramonae/Rhizophora type dan Avicennia sp. menandakan flora lingkungan
mangrove terdapat pada Formasi Tapak di Kedung Randu. Kehadiran dynocysts
dan FTL yang merupakan taksa laut menunjukkan bahwa lingkungan
pengendapan pada Formasi Tapak di Kedung Randu dipengaruhi lingkungan
laut.

Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Kedung Randu Berdasar


Kelompok Habitus
Lima puluh enam tipe fosil polen dan spora yang ditemukan tersebut,
berdasar habitus atau morfologi flora penghasil dapat dirinci: 32 tipe polen
dihasilkan tumbuhan atau flora berhabitus pohon/AP, 9 tipe berasal dari
tumbuhan atau flora berhabitus bukan pohon/NAP serta 15 tipe fosil merupakan
spora Pteridophyta. Taksa flora AP yang ditemukan diantaranya Podocarpidites
sp./Podocarpus, Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus,
Retitricolporites equatorialis/Calophyllum type, Cephalomappa malloticarpa,
Oncosperma, Camptostemon, Austrobaxus nitidus dan Aglaia type. Taksa flora
NAP diantaranya Monoporites annulatus/Gramineae, Ilexpollenites/Ilex,
Polygalacidites/Polygala type, Stellatopollis/Croton type, Achantaceae,
Cyperaceae, Typha sp. dan Ephedripites/Ephedra type. Taksa Pteridophyta yang
ditemukan antara lain adalah Laevigatosporites spp., Verrucatosporites
usmensis/Stenochlaena palustris, Verrucatosporites spp., Acrosticum aureum,
Crassoretitriletes vanraadshooveni/Lygodium scandens, Magnastriatites
howardi/Ceratopteris thalicroides, Lycopodium phlegmaria, Stenochlaeniidites
papuanus, Scolocyamus magnus/Stenochlaena areolaris, Matonisporites/
Matonia.
50

Jumlah taksa flora AP lebih menonjol atau lebih banyak daripada taksa flora
NAP maupun taksa Pteridophyta. Gambaran pengelompokan jumlah taksa
penghasil polen dan spora berdasar habitus yang ditemukan pada Formasi
Tapak di Kedung Randu disajikan pada Gambar 13 sebagai berikut:

Gambar 13 Jumlah taksa flora penghasil polen dan spora ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu. AP: Arboreal Pollen; NAP: Non
Arboreal Pollen.

Keberadaan atau kehadiran taksa flora berhabitus AP, NAP dan


Pteridophyta ditemukan dalam setiap lapisan sedimen dari umur tua (paling
bawah/KR1) sampai umur lebih muda (ke atas/KR30) pada Formasi Tapak di
Kedung Randu menunjukkan dinamika dimana jumlah taksa flora AP lebih
fluktuatif dengan puncak pada sampel KR7 dan KR13 mencapai 14 taksa AP dan
terendah mencapai 3 taksa pada sampel KR6, KR10 dan KR14. Taksa
Pteridophyta relatif stabil dengan puncak mencapai 10 taksa pada sampel KR11
dan terendah 4 taksa pada sampel KR16, sedang taksa NAP tidak menunjukkan
dinamika signifikan dengan kisaran jumlah taksa flora tertinggi 3 taksa pada
sampel KR7, KR11, KR13, KR18, KR21 dan terendah pada sampel KR10.
Gambaran dinamika jumlah taksa flora pada Formasi Tapak di Kedung Randu
disajikan pada Gambar 14.
Arboreal Pollen merupakan kelompok polen berasal dari tumbuhan berkayu
sedang NAP merupakan kelompok polen berasal dari tumbuhan tidak berkayu.
51

Keberadaan AP dan NAP sangat penting, selain memberi gambaran habitus flora
masa lampau juga dapat dimanfaatkan dalam memprediksi iklim masa lampau.

Gambar 14 Jumlah taksa flora AP, NAP dan Pteridophyta yang ditemukan pada
lapisan sampel sedimen pada Formasi Tapak di Kedung Randu.

Pada dasarnya iklim dan kelembaban yang berubah-ubah mempengaruhi


flora dan vegetasi yang hidup di lingkungan tersebut sehingga perubahan
persentase AP dan NAP menunjukan perubahan iklim dan tingkat kelembaban
habitat atau lingkungan sekitarnya, dimana diasumsikan ketika persentase AP
meningkat maka iklim akan cenderung lebih panas dan basah (lembab),
sebaliknya jika NAP meningkat maka terjadi perubahan iklim menjadi lebih dingin
dan kering, dalam hal ini keberadaan Gramineae yang merupakan salah satu
penyusun NAP menjadi salah satu indikator. Gramineae merupakan tumbuhan
kelompok rumput-rumputan yang hidup dengan baik pada iklim kering (Rahardjo
1999; Morley 1998; Morley et al. 2000; Lelono et al. 2001).
Dinamika vegetasi menurut kelompok habitus berupa AP, NAP dan
Pteridophyta berdasar persentase kehadiran masing-masing taksa penyusun
pada setiap lapisan sampel sedimen ditunjukkan pada Gambar 15. Vegetasi AP
lebih dominan ditunjukkan oleh rerata kehadirannya 76.86% per sampel
berbanding 23.14% kehadiran NAP. Persentase kehadiran taksa flora penyusun
kelompok AP hadir dengan persentase cukup merata pada tiap sampel,
sementara NAP didominasi oleh rerata kehadiran Monoporites
annulatus/Graminea sebesar 16.56% per sampel.
52

AP NAP PTERIDOPHYTA

/
is
al
s/

pe r

s/

p.
i te

ty ato
/

/
pa ae

. ris

e a tu

um
sp
ae len

m qu
ty on

sp ula

./

ea ul

re
s
us sp
ce o l

llu e
or ram

ite
g

in n

au
pa a
ta e p

um re
hy tes

m an
rp s

ar p

r
s/
on

po
ca ite
pe

ic ap
po ida

m
gi is
ph s

x ite
op ri

ra e
a
AP

zo ite

os
do pid

hu
ty

an oll
al o

ot m

G orit
S a eo

Ile len
pe
C colp
te

al lo
hi s t

at
Al iop
a

ic
Po c a r
c
NAP

op
os

ty
ni

m ha
R co

ol

ig

st
ta

g
en

ri

xp

ev
pt

ro
ia

da

on
no

ep
po

na
rit

la
am

ic

Ac
Ile

La
M
Po
et
Zo

C
Sa

La
Ag
Av

R
C
KR30
KR29 ZONA
KR28
IV 
KR27
KR26
KR25
KR24
KR23
KR22
ZONA
KR21
KR20 III 
KR19
KR18
KR17
KR16
KR15 ZONA
KR14
II 
KR13
KR12
KR11
KR10
KR9
KR8
KR7 ZONA
KR6 I 
KR5
KR4
KR3
KR2
KR1

0 20 40 60 80 100 0 20 40 0 20 40 0 20 40 0 20 40 0 20 40 0 20 40 60 80 100 0 20 40 0 20 40 0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 0 20 40 0 20 40 60 0 20 40 60
% % % % % % % % % % % % % %

Gambar 15 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus pada sampel sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu. Penentuan
zona berdasar persentase taksa penyusun kelompok habitus.
53

Diagram pada Gambar 15 menunjukkan pola dinamika vegetasi yang dapat


dibagi menjadi 4 zona yaitu:

1. Zona I (KR1-KR9)
Pada awal zona ini ditandai dengan penurunan persentase polen taksa AP
mencapai 20% dan sebaliknya terjadi kenaikan polen taksa NAP khususnya
Monoporites annulatus/Gramineae mencapai 80% seperti terlihat pada KR3.
Kondisi demikian menandakan lingkungan lebih kering sehingga proporsi taksa
AP berkurang sedang taksa NAP lebih dominan. Hal ini didukung oleh kehadiran
spora Pteridophyta yang menurun dari 84.89% menjadi 68.50%. Selanjutnya
terjadi kondisi sebaliknya dimana AP meningkat mencapai 99.36% dan NAP
menurun drastis menjadi 0.64% bahkan polen Monoporites annulatus/
Gramineae tidak ditemukan yang terjadi pada sampel KR6. Kenaikan persentase
AP pada zona ini ditandai oleh kehadiran Aglaia type sebesar 97.44% (KR6)
serta taksa flora mangrove Zonocostites ramonae/Rhizophora type serta
Avicennia sp. pada KR7. Kehadiran taksa penanda iklim basah seperti
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 8.82% (KR7). Reitricolporites
equatoralis/Calophyllum type sebesar 5.88% (KR7) dan Lakiapollis ovatus/Durio
type sebesar 2.94% (KR7), yang menunjukkan terjadi periode lingkungan lebih
basah pada bagian akhir zona ini. Proporsi spora Pteridophyta kembali
meningkat menegaskan kondisi tersebut.

2. Zona II (KR10-KR16)
Pada zona ini kehadiran polen AP cenderung menurun dari 94.44% pada
awal zona (KR10) sampai mencapai 33.33% pada akhir zona (KR16). Kehadiran
AP dari kelompok mangrove menurun drastis demikian pula AP penanda iklim
basah dari awal zona ke akhir zona. Kehadiran NAP menunjukkan kenaikan
signifikan dari 5.56% pada awal zona (KR10) dan mencapai puncak pada akhir
zona sebesar 66.67% (KR16). Kenaikan NAP terutama ditunjukkan oleh polen
Monoporites annulatus/Gramineae yang mencapai 61.11% (KR16). Kondisi ini
mengindikasikan suatu periode lingkungan kembali menjadi lebih kering pada
akhir zona ini.

3. Zona III (KR17-KR24)


Kondisi sebaliknya terulang kembali pada zona ini, dimana AP kembali
menunjukkan kenaikan pada awal zona 85.71% (KR17) dari sebelumnya 33.33%
(KR16) dan mencapai puncak pada 95.45% (KR20) dan cenderung stabil sampai
54

pada akhir zona (KR24). Kenaikan kelompok AP secara signifikan ditunjukkan


oleh Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar 30% (KR21) dan
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae mencapai 17.65% (KR24). Taksa penanda
iklim basah lain juga hadir meskipun keberadaannya kurang dari 10%.
Sementara kehadiran NAP kembali menurun mencapai 4.55% (KR20) dimana
Monoporites annulatus/Gramineae merupakan satu komponen penyusun utama
NAP bahkan tidak ditemukan pada sampel KR20 dan KR24. Periode lingkungan
lebih basah kembali terjadi pada zona ini. Kehadiran Pteridophyta cenderung
stabil dengan persentase 73%-85% mendukung terjadi kondisi tersebut.

4. Zona IV (KR25-KR30)
Zona ini diawali dengan penurunan AP mencapai 53.85% (KR25), namun
kembali naik menjadi 88.46% pada akhir zona (KR30). Sementara NAP
menunjukkan kenaikan cukup tinggi terutama ditunjukkan komponen
Monoporites annulatus/Gramineae dari 0% (KR24) menjadi 38.46% (KR25)
namun kembali menurun drastis menjadi 7.69% pada akhir zona (KR30). Kondisi
ini mengindikasikan periode lingkungan kering pada awal zona dan kemudian
menjadi lebih basah pada akhir zona. Kehadiran Cephalomappa malloticarpa
pada akhir zona mencapai 75.38% (KR29) dan Sapotaceoidaepollenites/
Sapotaceae mencapai 23.08% (KR30) serta kehadiran spora Pteridophyta
Laevigatosporites spp. mencapai 45.54% (KR30) menegaskan kembali terjadinya
iklim basah di akhir zona. Persentase fosil polen dan spora secara terperinci
berdasar kelompok habitus AP dan NAP serta Pteridophyta disajikan pada
Lampiran 12.

Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Kedung Randu Berdasar


Kelompok Habitat
Berdasar fosil polen dan spora ditemukan, taksa flora pada Formasi Tapak di
Kedung Randu beragam dari flora pegunungan sampai flora mangrove sehingga
kemudian dikelompokkan berdasar kesamaan kelompok habitat ekologi yaitu:
mangrove, back mangrove, riparian, fresh water, lowland, montane dan
Pteridophyta. Pengelompokan ini menggambarkan dinamika vegetasi berdasar
habitat pada periode waktu tertentu (Haseldonckx 1974; Morley 1998). Dinamika
ini direpresentasikan dengan perubahan taksa flora penyusun kelompok habitat
tersebut yang hadir atau ditemukan pada setiap sampel sedimen diteliti.
55

Berdasar diagram kelompok habitat ini taksa kelompok back mangrove dan
Pteridophyta menunjukkan suatu dinamika lebih menonjol dibanding kelompok
habitat lain. Kelompok back mangrove secara alami berkembang pada daerah
pantai lebih ke arah darat di belakang tegakan mangrove utama yang biasanya
terdiri dari Rhizophora sp. dan Avicennia sp. Penyusun kelompok back mangrove
diantaranya Nypa fruticans, Sonneratia caseolaris, Brownlowia type, Acrosthicum
aureum serta Oncosperma. Acrosthicum aureum merupakan salah satu
Pteridophyta khas dan hanya tumbuh pada daerah pantai yang masih
dipengaruhi pasang surut air laut. Kehadiran Acrostichum aureum konsisten
dengan nilai rerata 19.64% dari seluruh fosil polen dan spora yang diamati, dan
menunjukkan perkembangan taksa kelompok habitat back mangrove atau
mangrove belakang lebih menonjol. Pada kelompok habitat fresh water
kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae cukup menonjol dibanding taksa
lain dalam kelompok habitat ini, kehadirannya mencapai 3.27%.
Laevigatosporites spp. merupakan taksa Pteridophyta paling tinggi rerata
kehadirannya yang mencapai 33.15% pada setiap sampel diamati. Gambaran
dinamika vegetasi berdasar taksa flora terpilih yang mewakili setiap kelompok
habitat disajikan dalam pada Gambar 16.
Berdasar diagram Gambar 16 terdapat 4 zona dinamika vegetasi menurut
kelompok habitatnya, yaitu:

1. Zona I (KR1-KR9)
Pada awal zona ini, taksa kelompok habitat fresh water menunjukkan
kehadiran signifikan sebesar 27.56% (KR3), Monoporites annulatus/Gramineae
dominan pada awal zona dan memberi kontribusi sebesar 24.41% (KR3).
Perkembangan kelompok fresh water mencapai puncak pada KR6 dimana
keberadaan fosil mencapai 80.53% dan 80.00% merupakan fosil polen Aglaia,
selanjutnya cenderung menurun drastis sampai 5.14% pada KR7. Kelompok
back mangrove menunjukkan kehadiran semakin nyata pada zona ini, mencapai
26.92% (KR4). Acrostichum aureum merupakan salah satu penyusun memberi
konstribusi stabil pada keberadaan kelompok ini. Spinizonocolpites
echinatus/Nypa fruticans juga hadir pada awal zona. Selain itu, kehadiran
Florschuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris konsisten memberi kontribusi pada
kelompok back mangrove.
56

Dacrycarpidites autraliensis/
M BM R FW LL MO PTERIDOPHYTA

Podocarpus imbricatus
Lanagiopopollis regularis/
Sapotaceoidaepollenites/
Pandanidites/Pandanus

Monoporites annulatus/

Verrucatosporites spp.
Zonocostites ramonae/

Sonneratia caseolaris

Laevigatosporites spp
Florschuetzia lavipoli/
Acrostichum aureum
Rhizophora type

Alangium sp.

Podocarpidites sp./
Sapotaceae
Gramineae

Haloragacidites/

Podocarpus
Avicennia sp.

Myrtaceidites

Casuarina
KR30
KR29 ZONA
KR28
KR27
IV 
KR26
KR25
KR24
KR23
KR22 ZONA
KR21
KR20
III 
KR19
KR18
KR17
KR16
KR15 ZONA
KR14
KR13 II 
KR12
KR11
KR10
KR9
KR8
KR7 ZONA
KR6
KR5

KR4
KR3
KR2
KR1

0 10 0 10 0 10 20 30 40 50 0 10 0 10 0 10 0 10 20 30 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 20 30 40 50 0 10 20 30
% % % % % % % % % % % % % %

Gambar 16 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitat pada sampel sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu. Penentuan
zona berdasar pada persentase taksa penyusun kelompok habitat. M= Mangrove; BM= Back Mangrove; R= Riparian;
FW= Fresh Water; LL= Low Land; MO= Montane.
57

Pada kelompok mangrove kehadiran Zonocostites ramonae/Rhizophora type


mulai terlihat pada KR3 (3.01%) serta Avicennia sp. pada KR1 (2.16%) maupun
Camptostemon pada KR1 (1.44%). Takson dari kelompok lowland juga hadir
pada Zona I ini diantaranya adalah Dicolpopollis/Calamus type sebesar 1.71%
(KR7). Kelompok montane yang terlihat menonjol adalah Podocarpidites
sp./Podocarpus dengan kehadiran fosil sebesar 3.15% (KR3) dan Dacrydium
sebesar 1.21% (KR9) serta Quercoidites sp./Quercus mencapai 12.65% (KR9).
Spora Pteridophyta mendominasi di awal zona kemudian mengalami penurunan
cukup besar dari 73.38% (KR1) menjadi 10.53% (KR3). Pteridophyta didominasi
oleh kehadiran Laevigatosporites spp. Fosil polen Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus hadir dari awal zona (0.72%/KR1), demikian juga fosil
spora Stenochlaeniidites papuanus hadir pada awal zona (0.72%/KR1).

2. Zona II (KR10-KR16)
Kelompok back mangrove masih berkembang pada awal zona ini sebesar
36.63%, namun menurun kembali menjadi 19.44% pada akhir zona. Hal ini
ditandai oleh menurunnya kehadiran Acrostichum aureum dari 27.72% (KR10)
menjadi 19.44% (KR16). Kelompok mangrove ditandai oleh kehadiran
Zonocostites ramonae/Rhizophora type sebesar 1.39% (KR13) dan
Camptostemon mencapai 4.59% (KR10), namun kelompok ini menghilang pada
akhir zona. Taksa kelompok riparian yaitu Myrtaceidites hadir 1.22% (KR11) dan
Pandaniidites/Pandanus hadir pada 0.61% (KR11) dan pada akhir zona
kehadiran mencapai 2.78%. Kelompok fresh water kembali berkembang ditandai
kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae secara stabil dan mencapai
10.19% pada akhir zona, serta kehadiran Stellatopollis sp./Croton type sebesar
1.1% (KR12) dan 1.85% (KR13). Sementara kelompok lowland ditandai
kehadiran Haloragacidites/Casuarina 1.85%(KR15). Taksa kelompok montane
yang hadir adalah Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar 1.83% (KR11) dan
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus sebesar 2.20% (KR12).
Pteridophyta menunjukkan kenaikan tidak terlalu besar dari 55.45% (KR10)
menjadi 63.89% (KR16). Kenaikan kelompok ini ditunjukkan kehadiran
Laevigatosporites spp., Verrucatosporites spp. dan Verrucatosporites
usmensis/Stenochlaena palustris yang relatif stabil selama zona ini.
Stenochlaeniidites papuanus tidak ditemukan pada zona ini.
58

3. Zona III (KR17-KR24)


Awal zona ditandai kenaikan kelompok back mangrove terutama kehadiran
Acrostichum aureum sebesar 11.32% (KR17) dan mencapai 32.05% (KR24)
serta Oncosperma sebesar 4.72% (KR17) dan 2.56% (KR24). Kelompok
mangrove yang hadir pada zona ini yaitu Zonocostites ramonae/Rhizophora type
sebesar 2.86% (KR20) serta Avicennia sp. sebesar 2.59% (KR20) dan 2.33%
(KR23), namun menghilang pada akhir zona. Kelompok riparian diwakili
Pandanus yang masih dijumpai 1.89% pada awal zona (KR17) dan 0.95%
(KR21). Kelompok fresh water ditunjukkan oleh kehadiran Monoporites
annulatus/Gramineae, Stellatopollis sp./Croton type, Achanthaceae dan Typha sp
dalam persentase yang kecil. Kelompok lowland menunjukkan kenaikan ditandai
kehadiran Haloragacidites/Casuarina 2.86% (KR18) dan Lanagiopollis regularis/
Alangium sp. 6.41% (KR24). Kelompok montane ditandai dengan kehadiran fosil
Podocarpidites sp./Podocarpus mencapai 5.71% (KR21), Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus 1.28% (KR24) dan Dacrydium 1.28%
(KR24). Kelompok Pteridophyta menunjukkan suatu penurunan cukup besar dari
62.62% di awal zona (KR17) menjadi 46.15% di akhir zona (KR24).
Stenochlaeniidites papuanus juga tidak ditemukan pada zona ini.

4. Zona IV (KR25-KR30)
Pada awal zona, kelompok mangrove menunjukkan kenaikan sebesar 4.76%
ditandai kehadiran Zonocostites ramonae/Rhizophora type mencapai 4.35%
(KR27) dan 3.81% (KR28) serta Avicennia sp. sebesar 1.59% (KR27), namun
kelompok ini kembali menghilang pada akhir zona. Kelompok back mangrove
menunjukkan penurunan namun tidak menghilang seperti kelompok mangrove.
Penurunan kehadiran Acrostichum aureum dari 23.81% (KR27) menjadi 14.85%
(KR30) merupakan penyebab penurunan, sementara Nypa fruticans tidak
ditemukan pada zona ini, sedang Oncosperma masih ditemukan sebesar 5.94%
(KR30). Kelompok riparian sudah jarang ditemukan bahkan menghilang di akhir
zona. Kelompok fresh water mengalami penurunan dari 10.26% diawal zona
menjadi 46.72% diakhir zona ditandai dengan kehadiran Cephalomappa
malloticarpa sebesar 40.16% (KR29). Monoporites annulatus/Gramineae
ditemukan sebesar 7.94% (KR27) namun menyusut menjadi 1.98% (KR30),
sementara kehadiran fosil polen Dipterocarpus type mencapai 3.96% (KR30) dan
Altingia type mencapai 3.17% (KR27). Kelompok lowland menunjukkan kenaikan
59

ditunjukkan oleh kehadiran Lanagiopollis emarginatus/Alangium sp. sebesar


4.95% (KR30) dan Dicolpopollis/Calamus type mencapai 1.59% (KR30). Taksa
montane yang masih hadir pada zona ini adalah Podocarpidites sp./Podocarpus
mencapai 4.76% (KR27), sedang Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus masih hadir dengan persentase 0.82% (KR29). Pada zona ini
Pteridophyta kembali menunjukkan kenaikan terutama oleh kehadiran
Laevigatosporites spp. mencapai 45.54% (KR30), Verrucatosporites
usmensis/Stenochlaena palustris sebesar 2.97% (KR30) dan Verrucatosporites
spp. sebesar 2.97% (KR30) serta Selaginella type sebesar 5.94% (KR30).
Stenochlaeniidites papuanus kembali hadir sebesar 1.98% (KR30). Persentase
fosil polen dan spora yang ditemukan secara terperinci berdasar kelompok
habitat disajikan pada Lampiran 13.

Lingkungan Pengendapan pada Formasi Tapak di Kedung Randu


Lingkungan pengendapan dapat ditentukan berdasar pada asosiasi
kumpulan polen dan spora flora yang diasumsikan mencerminkan ekologi
habitatnya (Haseldonckx 1974; Morley 1998). Interpretasi lingkungan
pengendapan juga menggunakan pengelompokan taksa laut (marin) dan bukan
laut (non marin) serta nilai PMI untuk mengetahui pengaruh lingkungan laut saat
pengendapan sedimen berlangsung. Pada penelitian ini digunakan palinomorf
darat serta marin berupa dynocysts dan FTL Pengaruh lingkungan laut
diasumsikan dengan keberadaan atau kehadiran fosil-fosil dari taksa marin
bersamaan dengan fosil polen dan spora flora darat di dalam sampel sedimen
Formasi Tapak. Intensitas pengaruh lingkungan laut diprediksi berdasar PMI,
dimana nilai PMI yang tinggi diinterpretasikan sebagai lingkungan pengendapan
dipengaruhi lingkungan laut dengan kondisi normal, sedang pada sampel yang
tidak ditemukan palinomorf marin mempunyai nilai PMI = 100 (Carvalho 2001).
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum lingkungan pengendapan
pada Formasi Tapak di Kedung Randu adalah lingkungan transisi yang berupa
daerah intertidal. Kehadiran taksa back mangrove dan mangrove serta taksa
marin secara bersama dalam sedimen mengindikasikan bahwa lingkungan
pengendapan di lokasi ini merupakan suatu area mangrove dan back mangrove
yang dipengaruhi oleh intensitas lingkungan laut yang dinamis. Gambar 17
menunjukkan dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok palinomorf
yang ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu.
60

/
us is
at ns
/
lis

ic ie
pa
a
pe ra

rin

br ral
e/

s/

ar
ty to
ar i/
na

e atu

im st
ua
ol ol

m ua

ic

s p./
is

s au
se vip

ot
pe o

um

s
llu eq
ea ul

pu s
ty m

al
n

pu s
ca le

ar es
a ra

re

m
m an

ar ite
hy s

s/
op ite
tia ia
au

oc idit
or es

ite

pa

oc id
ra s
ra etz
o

od rp
G ite

C lpo

od p
ph stit

in
m
m

id

ap

P car
ne hu

P ca
hu

ac
te

or

m
zo o

os

ry
op

ic
hi c

on c

o
ag
tic

lo
al
R ono

S lors

od
itr

ac
pt

ha
on
os

or
et

D
am
Dynocysts

al
F
FTL

ep
Z

M
cr
MARIN DARAT PMI (Palynological Marine Index)

H
A
C

C
KR30
ZONA
KR29
KR28 III 
KR27
KR26
KR25
KR24
KR23 ZONA
KR22
KR21
III 
KR20
KR19
KR18
KR17
KR16
KR15 ZONA
KR14 II 
KR13
KR12
KR11
KR10
KR9
KR8 ZONA
KR7
KR6 I 
KR5
KR4
KR3
KR2
KR1

0 50 100 0 50 100 150 200 250 300 0 20 40 60 0 20 0 20 0 20 0 20 40 0 20 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20


%
  % % % % % % % % % % % %  
Gambar 17 Diagram dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok fosil palinomorf pada sampel sedimen Formasi Tapak di
Kedung Randu. Penentuan zona berdasar persentase taksa penyusun kelompok.
61

Dari gambar diagram ini dapat dibagi 4 zona dinamika lingkungan


pengendapan yaitu:

1. Zona I (KR1-KR9)
Pada awal zona pengaruh intensitas lingkungan laut tinggi terhadap
lingkungan darat. Pengaruh lingkungan laut terlihat dari kehadiran taksa marin
mencapai 55.91% dimana 53.23% merupakan dynocysts dan nilai PMI sebesar
226.83% (KR2). Pada saat intensitas laut tertinggi (KR2), taksa flora lebih
berkembang adalah kelompok back mangrove daripada mangrove. Selanjutnya
terjadi penyusutan pengaruh lingkungan laut ditandai menurunnya taksa marin
dan penurunan nilai PMI (KR3). Pada bagian akhir zona ini terjadi kembali
kenaikan pengaruh laut dengan persentase taksa marin 33.06% dan
PMI=149.40% (KR9). Kehadiran fosil taksa marin terutama dynocysts serta FTL
dengan taksa back mangrove terutama Acrostichum aureum yang melimpah dan
taksa mangrove mengindikasikan bahwa pada zona ini lingkungan pengendapan
adalah daerah transisi atau intertidal ke arah area mangrove dan back mangrove
(Haseldonckx 1974), yang masih dipengaruhi lingkungan laut dengan intensitas
cukup besar dan dinamis. Pengaruh lingkungan laut kemudian menurun
memasuki zona berikutnya.

2. Zona II (KR10-KR16)
Pada zona ini pengaruh lingkungan laut relatif rendah dengan kehadiran
taksa marin berkisar 4.42-10.38% serta nilai PMI=105-11.59. Kehadiran taksa
mangrove semakin menurun bahkan menghilang pada akhir zona, sedang taksa
back mangrove lebih berkembang menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan
merupakan suatu daerah transisi atau intertidal pada area mangrove dan back
mangrove (KR10-13) dan kemudian bergeser lebih ke area back mangrove
(KR14-16) pada akhir zona, dengan intensitas pengaruh lingkungan laut lebih
rendah daripada zona sebelumnya (Haseldonckx 1974).

3. Zona III (KR17-KR24)


Kenaikan pengaruh lingkungan laut kembali terjadi pada zona ini. Kehadiran
taksa marin bahkan mencapai 32.04% dan PMI=147.14 (KR18), sedang
kehadiran taksa back mangrove masih lebih menonjol dibanding taksa
mangrove. Ketidakhadiran taksa mangrove pada awal zona (KR17) menunjukkan
bahwa lingkungan pengendapan lebih ke area back mangrove sebagai
kelanjutan zona sebelumnya. Seiring dengan kehadiran taksa mangrove
62

Zonostites ramonae/Rhizophora type sebesar 1.94% (KR18) dan Avicennia sp.


(2.42%/KR20; 0.83%/KR21; 2.23%/KR23) serta Camptostemon (0.81%/KR20;
0.81%/KR21; 0.56%/KR23) menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan pada
bagian akhir zona kembali merupakan daerah intertidal yang lebih ke area
mangrove dan back mangrove (Haseldonckx 1974) dengan intensitas pengaruh
lingkungan laut meningkat daripada zona sebelumnya.

4. Zona IV (KR25-KR30)
Pada zona ini kehadiran taksa marin semakin naik sebagai kelanjutan dari
zona sebelumnya hingga mencapai 57.01% (KR26), namun kemudian menurun
drastis sampai 17.97% (KR28). Hal ini menunjukkan pengaruh lingkungan laut
dinamis mengalami kenaikan dan kemudian menurun yang diperlihatkan nilai
PMI. Kehadiran fosil polen dan spora taksa back mangrove pada zona ini lebih
dominan daripada taksa mangrove bersama dengan fosil taksa marin yang
semakin meningkat, hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan
merupakan lingkungan transisi atau intertidal lebih ke area mangrove dan back
mangrove sampai dengan KR28, kemudian taksa mangrove menghilang pada
KR29-30 menunjukkan lingkungan pengendapan bergeser ke area back
mangrove (Haseldonckx 1974). Persentase keseluruhan palinomorf yang
ditemukan dan digunakan untuk merekonstruksi lingkungan pengendapan
Formasi Tapak di Kedung Randu disajikan pada Lampiran 14.

Nilai Ekologi Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan pada Formasi Tapak di
Kedung Randu
Prediksi nilai ekologis dimaksudkan untuk mengetahui gambaran diversitas
atau keanekaragaman dan similaritas atau kemiripan dari taksa paleoflora yang
ditemukan pada satu sampel dengan sampel yang lain. Berikut disampaikan nilai
diversitas dan similaritas dari taksa paleoflora yang fosil polen dan sporanya
ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu:

1. Indeks Diversitas Shannon


Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon dan kriteria menurut Barbour et al.
(1987) maka keanekaragaman flora taksa yang ditemukan pada Formasi Tapak
di Kedung Randu termasuk kategori sedang dengan rerata nilai indeks diversitas
sebesar 2.0023 (2≤H’<3), dengan rincian: 18 sampel mempunyai indeks sedang,
11 sampel mempunyai indeks rendah dan 1 sampel mempunyai indeks sangat
rendah yaitu KR6 dimana ditemukan 11 taksa flora dengan nilai indeks diversitas
63

0.8500. Nilai indeks diversitas tertinggi pada KR13 dengan nilai indeks diversitas
2.3300 dimana ditemukan 26 taksa flora. Nilai indeks diversitas secara
keseluruhan disampaikan pada Lampiran 15.
Diversitas taksa flora berdasar fosil polen dan spora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu menunjukkan dinamika dalam lapisan sedimen
yang diamati. Hal ini disajikan pada Gambar 18 sebagai berikut:
 

Gambar 18 Jumlah taksa flora dan nilai Indeks Diversitas Shannon dari taksa
flora yang ditemukan dalam lapisan sampel sedimen pada
Formasi Tapak di Kedung Randu.

2. Indeks Similaritas Sorensen


Nilai Indeks Similaritas Sorensen digunakan untuk mengetahui tingkat
kesamaan vegetasi pada seluruh unit sampel sedimen yang diamati. Nilai indeks
similaritas antar sampel sedimen yang diamati berkisar antara 0.2500-0.7692
(25.00-76.92%), dengan rerata 0.5337 (53.37%) yang termasuk mempunyai
kriteria kemiripan tinggi (Krebs 1999, 2002). Nilai indeks similaritas tertinggi
sebesar 0.7692 ditemukan antara sampel KR3 dan KR4 yang berarti kemiripan
taksa yang hadir pada kedua sampel ini mencapai 76.92%, sedang terendah
64

sebesar 25% antara KR8 dan KR24. Dengan nilai indeks similaritas rerata yang
tinggi ini menunjukkan bahwa flora dan vegetasi pada Formasi Tapak area
Kedung Randu ini cukup seragam sehingga kehadiran dalam setiap lapisan
sedimen yang berbeda umur dan waktu pengendapan cukup stabil. Gambaran
matrik nilai indeks similaritas selengkapnya disampaikan pada Lampiran 16.

Umur Relatif Formasi Tapak di Kedung Randu


Keberadaan fosil Stenochlaeniidites papuanus dan Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus sangat penting karena keduanya merupakan
fosil diagnostik untuk umur Miosen-Pliosen di Asia Tenggara serta Pulau Jawa
khususnya (Morley 1978; Rahardjo et al. 1994). Morley (1991) menjelaskan
Stenochlaeniidites papuanus merupakan fosil diagnostik umur Miosen Akhir-
Pliosen di daratan Sunda, dan kepunahannya terjadi pada Pliosen Akhir atau
Plistosen Awal, sehingga penelitian ini juga mencermati keberadaan keduanya
dalam sampel sedimen yang diambil dari Formasi Tapak di Kedung Randu.
Kehadiran Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus cukup besar
dengan ditemukan pada 10 dari 30 sampel yang diamati, sedang
Stenochlaeniidites papuanus ditemukan pada 2 sampel dengan jumlah relatif
sedikit. Kehadiran dan distribusi fosil polen Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus dan spora Stenochlaeniidites papuanus pada Formasi
Tapak di Kedung Randu sesuai dengan Zona Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus dalam Zonasi Palinologi Tersier Pulau Jawa
(Rahardjo et al. 1994) dan Zona Podocarpus imbricatus dalam Zonasi Palinologi
Asia Tenggara (Morley 1978) yang mempunyai umur relatif Pliosen Akhir (N20-
N21). Distribusi fosil polen dan spora Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam sedimen Formasi Tapak di
Kedung Randu disajikan pada Gambar 19.

Jumlah Taksa dan Paleoflora Penciri Formasi Tapak di Kedung Randu


Secara keseluruhan, pada Formasi Tapak di Kedung Randu telah ditemukan
56 taksa paleoflora yang didominasi taksa flora berhabitus pohon berkayu
(arboreal plant) mencapai 32 taksa dibanding taksa berhabitus non pohon (non
arboreal plant) sebanyak 9 taksa dan 15 taksa Pteridophyta. Taksa AP yang
dominan persentase kehadirannya adalah Podocarpidites sp./Podocarpus
(10.32%) dan Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae (6.61%).
65

KR30
KR29
KR28
KR27
KR26
KR25
KR24
KR23
KR22
KR21
KR20
KR19
KR18
KR17
KR16
KR15
KR14
KR13
KR12
KR11
KR10
KR9
KR8
KR7
KR6
KR5
KR4
KR3
KR2
KR1

0 2 4 6 8 10
JUMLAH UNIT FOSIL

Podocarpus imbricatus
Stenochlaeniidites papuanus
 
Gambar 19 Distribusi fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam lapisan sedimen
Formasi Tapak di Kedung Randu (KR).

Taksa NAP didominasi Monoporites annulatus/Gramineae (16.56%) dan


Ilexpollenites/Ilex (1.56%), sedang Pteridophyta yang dominan adalah
Laevigatosporites spp. (33.14%) dan Acrostichum aureum (19.63%). Berdasar
pada kelompok habitat ekologi, kelompok back mangrove lebih dominan
dibanding kelompok lain pada Formasi Tapak di Kedung Randu. Kehadiran
kelompok back mangrove mencapai 21.66% dibanding mangrove (2.04%);
riparian (0.86%); fresh water (12%); lowland (1.73%) dan montane (3.13%). Fosil
diagnostik umur Miosen-Pliosen juga ditemukan yaitu Stenochlaeniidites
papuanus (0.06%) dan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus
(0.39%).
66

Dinamika Vegetasi dan Lingkungan Berdasar Fosil Polen dan Spora


pada Formasi Tapak di Gunung Tugel

Hasil Pengamatan dan Analisis Litologi


Lokasi penelitian kedua yaitu Gunung Tugel (kode: GT), terletak di wilayah
Patikraja, Banyumas di selatan Purwokerto dengan koordinat 7o 28’ 34.19” LS;
109o 14’ 03.16” BT pada ketinggian 70 m dpl. Singkapan Formasi Tapak berupa
bukit dengan ketinggian 11 m, batuan sedimen berupa batupasir yang lebih masif
daripada di Kedung Randu, sehingga ditambang untuk bahan bangunan oleh
masyarakat setempat. Lokasi penelitian Gunung Tugel dapat disajikan pada
Gambar 20.

Gambar 20 Lokasi penelitian di Gunung Tugel

Litologi bagian bawah singkapan berupa batupasir berbutir halus bersifat


karbonatan dan dijumpai fosil moluska Kelas Bivalvia setangkup. Batupasir
berbutir halus karbonatan kemudian ke arah atas berubah menjadi batupasir
lebih kasar, keras, warna abu-abu, non karbonatan dan mengandung pecahan
cangkang moluska dan dijumpai struktur sedimen silang siur dan paralel
laminasi. Ketebalan tiap lapisan sedimen bervariasi dari 3-240 cm berselang-
seling. Litologi sampel sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel disajikan pada
Gambar 21.
67

Batupasir Batupasir dengan hancuran fosil

Gambar 21 Litologi sampel sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel (GT). Kode
GT-1 s/d GT-36 merupakan kode sampel sedimen diamati.
68

Keanekaragaman Palinomorf yang Ditemukan pada Formasi Tapak di


Gunung Tugel
Tujuh sampel (GT: 8, 14, 23, 25 ,26, 27, 33) dari 36 sampel yang diamati,
kandungan palinomorfnya sangat sedikit (2-16 spesimen atau unit butir
palinomorf) sehingga tidak digunakan dalam analisis selanjutnya. Pada 29
sampel teramati telah diidentifikasi 7238 fosil palinomorf terdiri dari 6152 fosil
polen dan spora, serta 1086 fosil taksa marin berupa dynocysts dan FTL,
sehingga rerata ditemukan 249.58 palinomorf tiap 800 µL sampel diamati. Fosil
polen dan spora berjumlah 6152 dengan rerata 212.14 tiap 800 µL sampel
diamati. Fosil spora Pteridophyta dominan secara kuantitatif dibanding fosil polen
maupun fosil taksa marin dynocysts dan FTL seperti pada sampel Kedung
Randu. Total jumlah dan persentase palinomorf ditemukan pada Formasi Tapak
di Gunung Tugel disajikan pada Lampiran 17. Gambaran kuantitatif persentase
jumlah palinomorf ditemukan pada lokasi penelitian Gunung Tugel disajikan pada
Gambar 22.

Gambar 22 Persentase jumlah kelompok palinomorf yang ditemukan pada


Formasi Tapak di Gunung Tugel.

Berdasar aperturanya telah ditemukan 17 tipe apertura fosil polen dan spora
flora yang didominasi oleh tipe apertura monolete (55.96%) dan trilete (30.73%)
serta monoporate (4.14%). Tipe apertura monolete dan trilete dimiliki taksa
Pteridophyta yang hadir dominan pada area ini. Taksa Pteridophyta dengan
69

apertura tipe monolete tertinggi adalah Laevigatosporites spp.(rerata 40.52% per


sampel), sedang apertura tipe trilete tertinggi adalah Acrostichum aureum (rerata
22.36% per sampel) yang merupakan Pteridophyta khas hutan mangrove di
daerah pesisir. Apertura tipe monoporate tertinggi ditunjukkan oleh kehadiran
Monoporites annulatus/Graminea dengan rerata 3.87% per sampel diamati. Tipe
apertura dari fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadirannya yang
ditemukan pada 29 sampel Formasi Tapak di Gunung Tugel disajikan pada Tabel
2.

Tabel 2 Tipe apertura fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadiran
dalam sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel
Tipe apertura fosil polen dan spora Persentase rerata kehadiran (%)
Monolete 55.96
Trilete 30.73
Saccate 2.96
Monosulcate 0.44
Zonocolpate 0.22
Dicolpate 0.42
Tricolpate 0.92
Stephanocolpate 0.10
Tricolporate 1.27
Stephanocolporate 0.82
Pericolporate 0.16
Monoporate 4.14
Triporate 0.60
Stephanoporate 0.23
Periporate 0.45
Syncolpate 0.12
Inaperturate 0.47

Kehadiran masing-masing tipe apertura dalam sedimen Formasi Tapak di


Gunung Tugel disajikan pada Gambar 23. Berdasar afinitas botani, dari 6152
fosil polen dan spora paleoflora ini dikelompokkan ke dalam 50 tipe polen dan
spora yang terdiri dari: 6 tipe teridentifikasi pada taksa flora tingkat kategori
famili, 34 tipe pada taksa flora kategori genus dan 10 tipe pada taksa flora
kategori spesies. Tipe fosil polen dan spora ditemukan di Gunung Tugel lebih
sedikit daripada di Kedung Randu yang mencapai 56 tipe. Tipe fosil polen dan
spora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel dan afinitas botani
serta habitusnya secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 11.
70

T
A
E

R
T

E
A

T
E
LP

LP

A
E
E

E
T

R
E
O

A
T
T

T
T

E
E
T
A
A

R
A

A
E

T
A
E

T
LC

LP

R
R
E

O
T

E
O

A
O
R

A
T

A
T

U
T
LP
N
E

LP
N
A
O

R
O

N
U
LE

LP

T
LP
T

A
LP

O
C

A
S

R
O
E

O
A

H
O

H
O

H
O

IP
O

O
T

E
IC
C

C
P

P
N

IC
E

P
N

P
N

N
IC

IP

R
C

N
IC

R
E
O

E
IL

A
O

O
R

E
A

R
R

Y
E
T

T
M

IN
D
R

M
Z

P
T
S

S
T
T

S
T

GT36
GT35
GT34
GT32
GT31
GT30
GT29
GT28
GT24
GT22
GT21
GT20
GT19
GT18
GT17
GT16
GT15
GT13
GT12
GT11
GT10
GT9
GT7
GT6
GT5
GT4
GT3
GT2
GT1

0 20 40 60 0 20 40 60 80 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20

%  
Gambar 23 Diagram persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe apertura dari sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel.
71

Fosil polen dan spora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel
menunjukkan bahwa taksa flora yang pernah hadir pada area ini sangat beragam
habitus maupun habitat ekologinya mulai dari flora pegunungan sampai dengan
flora mangrove. Flora montane dicirikan oleh kehadiran Podocarpidites
sp./Podocarpus, Pinuspollenites/Pinus sp. dan Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus, sedang flora lowland dicirikan oleh kehadiran
Dicolpopollis/Calamus type dan Lanagiopollis regularis/Alangium sp. Flora
freshwater dicirikan oleh kehadiran Shorea type, Monoporites
annulatus/Gramineae, dan Cyperaceae. Flora riparian dicirikan oleh kehadiran
Pandaniidites/Pandanus dan Marginipollis concinus/Barringtonia. Flora back
mangrove dicirikan oleh kehadiran Acrostichum aureum, Spinizonocolpites
echinatus/Nypa fruticans, Oncosperma dan Florschuetzia levipoli/Sonneratia
caseolaris. Zonocostites ramonae/Rhizophora type, Avicennia sp., Excoecaria
sp. serta Camptostemon menandakan berkembangnya flora mangrove di area
ini. Kehadiran dynocysts dan FTL menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan
pada Formasi Tapak di Kedung Randu juga dipengaruhi oleh lingkungan laut.

Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Gunung Tugel Berdasar


Kelompok Habitus
Berdasar kelompok habitus AP dan NAP serta Pteridophyta maka 50 tipe
fosil polen dan spora yang ditemukan di Gunung Tugel dapat dirinci yaitu 28 tipe
dihasilkan taksa flora berhabitus pohon, 8 tipe dari taksa flora berhabitus non
pohon dan 14 tipe merupakan Pteridophyta. Jumlah taksa flora AP secara
keseluruhan lebih menonjol atau lebih banyak ditemukan daripada taksa flora
NAP maupun taksa Pteridophyta. Pengelompokan jumlah taksa penghasil polen
dan spora berdasar kelompok habitus yang ditemukan pada Formasi Tapak di
Gunung Tugel disajikan pada Gambar 24. Demikian juga kehadiran jumlah taksa
flora berdasar kelompok habitus menunjukkan dinamika pada setiap lapisan
sedimen yang diamati, mulai bagian bawah (GT1) yang berumur lebih tua sampai
bagian atas (GT36) yang berumur lebih muda, hal ini dapat disajikan pada
Gambar 25. Taksa flora AP menunjukkan dinamika dengan kehadiran puncak
sebanyak 9 taksa pada GT3, GT20 dan GT24 dan terendah 1 taksa pada GT22,
sedang taksa NAP mencapai puncak kehadiran pada GT19 dan GT24 dengan 4
taksa.
72

Gambar 24 Jumlah taksa flora penghasil polen dan spora yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Gunung Tugel. AP: Arboreal Pollen; NAP: Non
Arboreal Pollen.

Gambar 25 Jumlah taksa flora AP, NAP dan Pteridophyta yang ditemukan pada
lapisan sampel sedimen pada Formasi Tapak di Gunung Tugel.

Taksa Pteridophyta lebih stabil dengan kehadiran taksa 5-10 taksa pada tiap
lapisan sedimen. Puncak kehadiran Pteridophyta mencapai 10 taksa pada GT9,
GT20,GT21 dan GT28, dengan kehadiran terendah 5 taksa pada GT4, GT5 dan
GT32. Kehadiran masing-masing taksa flora penyusun kelompok habitus baik
73

AP, NAP maupun Pteridophyta selain memberi gambaran habitus atau morfologi
flora penghasil juga memberi informasi berharga tentang perkembangan hutan
maupun prediksi iklim lokal lingkungan atau habitat masa lampau di Formasi
Tapak di Gunung Tugel.
Berdasar kelompok habitus, pada area Gunung Tugel terjadi suatu dinamika
vegetasi yang menarik. Persentase kehadiran vegetasi taksa paleoflora
berhabitus AP secara keseluruhan lebih menonjol dengan rerata 67.18% per
sampel dibanding taksa berhabitus NAP dengan rerata 32.82% per sampel,
namun kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae cukup signifikan dengan
rerata 24.06% per sampel diamati bahkan mencapai 76.67% pada GT16, sedang
taksa AP yang menonjol adalah Podocarpidites sp./Podocarpus dengan rerata
kehadiran 13.86% per sampel diamati. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar
area ini pernah berkembang suatu vegetasi hutan pohon berkayu dipengaruhi
iklim panas lembab-basah dan kering dan dingin bergantian mengikuti dinamika
selama kurun waktu tersebut. Kenaikan dan penurunan Monoporites annulatus/
Gramineae sebagai indikator iklim lebih kering dan dingin seiring dengan
penurunan dan kenaikan kehadiran taksa indikator lingkungan lebih panas
lembab atau basah seperti Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae, Retitricolporites
equatoralis/Calophyllum type, Lanagiopollis regularis/Alangium sp.dan Lakiapollis
ovatus/Durio type.
Dinamika AP dan NAP serta Pteridophyta di Gunung Tugel fluktuatif seperti
pada area Kedung Randu, setidaknya terdapat 4 zona pola dinamika vegetasi
berdasar persentase kehadiran masing-masing taksa penyusun kelompok
habitus AP dan NAP serta Pteridophyta yang disajikan pada Gambar 26. Empat
zona dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus AP dan NAP serta
Pteridophyta di Gunung Tugel, yaitu:

1. Zona I (GT1-GT7)
Pada awal zona ini (GT2) terjadi penurunan persentase polen taksa AP
mencapai 40% dan sebaliknya terjadi kenaikan polen taksa NAP mencapai 60%
oleh kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae yang dominan dan
menandakan lingkungan lebih kering. Kelompok AP yang berkembang adalah
taksa flora Podocarpidites sp./Podocarpus, Retitricolporites equatoralis/
Calophyllum type, Dicolpopollis/Calamus type dan Pandaniidites/Pandanus
dengan kehadiran masing-masing sebesar 10% (GT2).
74

AP NAP PTERIDOPHYTA

/
lis
pe ra

pa
s/

ty to

ar

s/
/

ite

m ua
pa e

us
/
ris

ic

p.
s/
tu
ty ona

ea len

um
ot
llu eq

at

sp
lli
ea la
sp la

s p./

po
al

ic

in nu
u

pe
or am

ac ol

re
hy s

es
pu s
m

br
eg

to
op ite
ot ep

m an
e

ty

au
ar es

e
pe

im
n

rit
ph s r

lla
a
r
al por
o

po
oc dit
ng llis
a

ty

G rite
m

S oid

m
zo tite

te
ap

to
m
AP

pu

od pi
te

os
ol

hu
S
ia

ro
iu

o
m
e
R os

op

P ar
ric
nn
os

op
ar
ac

at
C
ra

tic
ap

lo

ac
NAP c

gi
rit

ig
oc
ce
pt

on
ha
no

ot

os
C

la
na
hi

od

ev
et
am

od
ap

A
vi

M
ep

cr
Zo

La

La
A

P
P
S

A
C

C
GT36
GT35
GT34 ZONA
GT32
GT31 IV 
GT30
GT29
GT28
GT24
GT22
GT21 ZONA
GT20
GT19 III 
GT18
GT17
GT16
GT15
GT13 ZONA
GT12
GT11
II 
GT10
GT9
GT7
GT6
GT5
GT4
ZONA
GT3 I 
GT2
GT1

0 20 40 60 80 100 0 20 0 20 0 20 0 20 40 60 80 0 20 40 0 20 0 20 0 20 40 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 0 20 40 0 20 40 60 80 0 20 40
% % % % % % % % % %
  % % % %

Gambar 26 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus pada sampel sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel. Penentuan
zona berdasar persentase taksa penyusun kelompok habitus.
75

Selanjutnya terjadi kondisi yang sebaliknya dimana AP meningkat mencapai


91.67% dan NAP menurun drastis menjadi 8.33% seperti terjadi pada sampel
GT3. Kenaikan persentase AP pada zona ini ditandai oleh kehadiran taksa
berhabitus pohon dari hutan mangrove seperti Spinizonocolpites echinatus/Nypa
fruticans (25%), Avicennia sp. (8.33%) dan Marginipollis concinus/Barringtonia
(8.33%) pada GT3. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan lingkungan
menjadi lebih basah atau lembab. Pola ini berlanjut sampai akhir zona ini (GT7),
walaupun proporsi AP/NAP pada akhir zona ini mencapai 50%:50%. Kehadiran
taksa AP penanda iklim panas-basah seperti Lakiopollis ovatus/Durio type
sebesar 25% (GT5), Haloragacidites/Casuarina sebesar 10% (GT7) dan
Camptostemon (7.14%) serta Pandaniidites/Pandanus (7.14%) pada GT6
menunjukkan masih terjadi periode lingkungan yang lebih basah sampai pada
akhir zona. Keberadaan spora Pteridophyta Laevigatosporites spp. sebesar
36.54% (GT7) dan Acrostichum aureum mencapai 35.58% (GT7) menegaskan
kondisi yang lebih basah dan lembab tersebut.

2. Zona II (GT9-GT16)
Pada bagian awal zona, kehadiran AP dan taksa indikator iklim basah lebih
menonjol daripada NAP mengindikasikan masih terjadi iklim lebih basah atau
lembab sebagai kelanjutan zona sebelumnya. Taksa AP dan indikator iklim
basah tersebut adalah Reritricolporites equatoralis/Calophyllum type hadir 25%
(GT9), 33.33% (GT10) dan 11.11% (GT15); Haloragacidites/Casuarina sebesar
12.50% (GT9) dan 16.67% (GT11) serta Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae
mencapai 80% (GT13). Namun kehadiran AP cenderung menurun pada akhir
zona (GT16) mencapai 16.67% sementara NAP meningkat drastis dari 12.50%
pada awal zona menjadi 83.33% diakhir zona. Kenaikan ini terutama oleh
kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae mencapai 76.67% (GT16). Kondisi
ini menunjukkan periode lingkungan kembali menjadi lebih kering pada akhir
zona, sehingga berkembang taksa berhabitus bukan pohon atau non arboreal.
Kehadiran Pteridophyta Acrostichum aureum menurun menjadi 5.88% pada akhir
zona dari 29.46% di awal zona memperkuat terjadi periode kering ini.

3. Zona III (GT17-GT22)


Pada zona ini AP kembali menunjukkan kenaikan pada awal zona 76.92%
(KR17) dari sebelumnya 16.67% (KR16) dan menunjukkan pola meningkat
sampai akhir zona (KR22). Kenaikan kelompok AP dan indikator iklim basah
76

secara signifikan ditunjukkan Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar


15.38% (GT17) dan 31.25% (GT21). Demikian juga Cephalomappa malloticarpa
yang hadir 16.67% (GT20) serta taksa Spinizonocolpites echinatus/Nypa
fruticans yang mencapai 15.38% (GT17) maupun Florschuetzia
levipoli/Sonneratia caseolaris sebesar 16.67% (GT20). Periode lingkungan lebih
basah kembali terjadi pada zona ini. Keberadaan Pteridophyta terutama
Laevigatosporites spp. dan Acrostichum aureum cenderung konsisten tinggi
mendukung terjadi kondisi tersebut. Pada zona ini berkembang taksa AP dari
pegunungan diantaranya Podocarpidites sp./Podocarpus (23.08%/GT19) dan
Pinuspollenites/Pinus sp. (10%/GT18).

4. Zona IV (GT24-GT30)
Zona ini diawali dengan penurunan AP mencapai 48.48% (GT29), namun
polanya kembali meningkat pada akhir zona. Sementara NAP menunjukkan
kenaikan terutama ditunjukkan komponen Monoporites annulatus/Gramineae
menjadi 45.45% (GT29) namun cenderung kembali menurun di akhir zona.
Kondisi ini menunjukkan lingkungan lebih panas-basah pada awal zona sebagai
kelanjutan zona sebelumnya dan kemudian menjadi lebih kering pada bagian
tengah zona serta kembali mengarah iklim lebih basah di akhir zona. Pada awal
zona, kehadiran taksa AP dan indikator iklim basah masih cukup tinggi
dibandingkan NAP dan indikator iklim kering. Sapotaceoidaepollenites/
Sapotaceae hadir sebesar 19.51%; Alangium sp. 4.88%; Soneratia caseolaris
4.88%; Camptostemon 2.44%; Avicennia sp. 4.88% dan Oncosperma 4.88%
sementara NAP yang ditemukan adalah Monoporites annulatus/Gramineae
9.76% serta Stellatopollis sp./Croton type 7.32%. Pada bagian tengah zona
(GT29 dan GT35), kehadiran NAP meningkat terutama Monoporites
annulatus/Gramineae mencapai 45.45-60% sementara taksa AP menurun. Di
akhir zona taksa AP kembali meningkat sebesar 69.23% sedang NAP menurun
menjadi 30.77% termasuk Monoporites annulatus/Gramineae yang menurun
menjadi 23.08%. Kehadiran Pteridophyta Acrostichum aureum juga demikian,
menurun pada tengah zona (5.83%/GT29) dan kembali meningkat di akhir zona.
Persentase fosil polen dan spora secara keseluruhan berdasar kelompok habitus
AP dan NAP serta Pteridophyta disajikan pada Lampiran 18.
77

Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Gunung Tugel Berdasar


Kelompok Habitat
Taksa paleoflora yang ditemukan dalam sedimen Formasi Tapak di Gunung
Tugel beragam dari flora pegunungan sampai pesisir atau mangrove, sehingga
kemudian dikelompokkan berdasar kesamaan kelompok habitat ekologinya yang
meliputi: mangrove, back mangrove, riparian, fresh water, lowland, montane dan
Pteridophyta (Haseldonckx 1974). Berdasar pengelompokan ini terlihat bahwa
taksa kelompok back mangrove lebih terlihat menonjol disamping Pteridophyta
yang sporanya memang secara umum hadir dominan. Kehadiran takson
Acrostichum aureum yang termasuk kelompok back mangrove menunjukkan
kehadiran rerata sebesar 22.36% per sampel diamati, sedang dari kelompok
fresh water kehadiran terbesar ditunjukkan oleh Monoporites
annulatus/Gramineae sebesar 3.87% per sampel. Taksa kelompok montane
ditemukan cukup menonjol, diantaranya Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar
1.16% dan Dacrycarpidites australiensis/ Podocarpus imbricatus sebesar 1.14%
per sampel diamati. Kelompok Pteridophyta dengan kehadiran tinggi adalah
Laevigatosporites spp. yang mencapai 40.52% dan Verrucatosporites spp.
sebesar 9.19% per sampel diamati. Secara keseluruhan berdasar
pengelompokan habitat menunjukkan suatu dinamika vegetasi. Gambaran
dinamika vegetasi berdasar taksa flora yang mewakili setiap kelompok habitat
disajikan pada Gambar 27.
Dari diagram Gambar 27, terdapat 4 zona dinamika vegetasi berdasar
kelompok habitatnya, yaitu:

1. Zona I (GT1-GT7)
Pada awal zona, taksa flora daerah pesisir lebih berkembang dibanding
kelompok lain. Kelompok back mangrove lebih terlihat menonjol dengan
kehadiran Acrostichum aureum 22.84% pada awal zona dan mencapai 35.58% di
akhir zona (GT7), demikian juga Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans
mulai hadir pada awal zona. Taksa mangrove Avicennia sp. dan riparian seperti
Marginipollis concinus/Barringtonia dan Pandaniidites/Pandanus mulai hadir
namun dalam persentase kecil 0.62% (GT1). Kelompok fresh water ditandai oleh
kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae mencapai 3.70%, Stellatopollis
sp./Croton type 1.23% dan Dipterocarpus type 1.23% pada awal zona.
78

Dacrycarpidites autraliensis/
M BM R FW LL MO PTERIDOPHYTA

Podocarpus imbricatus
Sapotaceoidaepollenites/
Pandanidites/Pandanus

Monoporites annulatus/

Verrucatosporites spp.
Zonocostites ramonae/

Laevigatosporites spp.
Acrostichum aureum
Rhizophora type

Podocarpidites sp./
Sapotaceae
Ilexpollenites/Ilex

Gramineae

Haloragacidites/

Podocarpus
Calamus type
Avicennia sp.

Dicolpopollis/
Oncosperma

Casuarina
GT36
GT35
GT34
GT32 ZONA
GT31
GT30
IV 
GT29
GT28
GT24
GT22
GT21
GT20
ZONA
GT19 III 
GT18
GT17
GT16
GT15
GT13
ZONA
GT12 II 
GT11
GT10
GT9
GT7
GT6
GT5
GT4
ZONA
GT3 I 
GT2
GT1

0 10 0 10 0 10 20 30 40 50 0 10 0 10 0 10 0 10 20 30 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 20 30 40 50 60 70 0 10 20 30
% % % % % % % % % % % % % %
 
Gambar 27 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitat pada sampel sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel. Penentuan
zona berdasar persentase taksa penyusun kelompok habitat. M= Mangrove; BM= Back Mangrove; R= Riparian;
FW= Fresh Water; LL= Low Land; MO= Montane.
79

Kelompok habitat montane ditandai kehadiran Podocarpidites


sp./Podocarpus sebesar 3.70% (GT1) namun kemudian menurun menjadi 0.96%
di akhir zona. Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus mulai hadir
pada GT3 (0.90%) dan meningkat menjadi 1.83% pada GT6. Pteridophyta
didominasi oleh kehadiran Laevigatosporites spp. sebesar 36.54-56.88% pada
zona ini. Stenochlaeniidites papuanus mulai hadir pada zona ini sebesar 0.90%
(GT3).

2. Zona II (GT9-GT16)
Kelompok back mangrove masih hadir pada awal zona sebesar 30.23%
(GT9), namun menurun kembali mencapai 5.88% pada akhir zona (GT16). Hal ini
ditandai oleh menurunnya kehadiran Acrostichum aureum dari 29.46% (GT9)
menjadi 5.88% (GT16). Kelompok mangrove ditandai oleh kehadiran
Zonocostites ramonae/Rhizophora type sebesar 0.98% (GT11) dan Avicennia sp.
0.93% (GT12) namun kelompok ini menghilang pada akhir zona. Taksa riparian
Marginipollis concinus/Barringtonia hadir pada akhir zona sebesar 0.98%.
Kelompok fresh water kembali berkembang ditandai oleh kehadiran Monoporites
annulatus/Gramineae dan mencapai 22.55% pada akhir zona, selain itu juga
kehadiran Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type (1.15%/GT9 dan
0.95%/GT15) dan Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae 3.88% (GT13).
Kelompok lowland ditandai kehadiran Haloragacidites/Casuarina (0.78%/GT9
dan 1.96%/GT16). Taksa kelompok montane yang hadir adalah Podocarpidites
sp./Podocarpus, kehadiran fosilnya sebesar 1.96% (GT11) dan Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus 1.96% (GT11) serta Dacrydium 1.85%
(GT12). Pteridophyta menunjukkan kenaikan tidak terlalu besar terutama oleh
kehadiran Laevigatosporites spp., Verrucatosporites spp. yang relatif stabil
selama zona ini. Stenochlaeniidites papuanus hadir kembali pada akhir zona
sebesar 0.98% (GT16).

3. Zona III (GT17-GT22)


Kenaikan kelompok back mangrove pada zona ini ditandai oleh kehadiran
Acrostichum aureum sebesar 8.33% (GT17) dan mencapai 36.79% (GT20), dan
Oncosperma sebesar 0.94% (GT20) dan 2.56% (KR24) serta Spinizonocolpites
echinatus/Nypa fruticans sebesar 2.03% (GT17) namun menghilang pada akhir
zona. Kelompok mangrove yang hadir pada zona ini adalah Zonocostites
ramonae/Rhizophora type sebesar 2.86% (KR20) dan Avicennia sp. sebesar
80

2.59% (KR20). Kelompok riparian diwakili oleh Ilexpollenites/Ilex masih dijumpai


pada zona ini mencapai 0.96% (GT19). Kelompok fresh water menunjukkan
penurunan pada zona ini terutama kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae,
Stellatopollis sp./Croton type, Dipterocarpus type dan Sapotaceoidaepollenites/
Sapotaceae, bahkan menghilang pada akhir zona ini (GT22). Kelompok lowland
menunjukkan penurunan dari 4.17% (GT17) dan menghilang pada akhir zona.
Kelompok montane ditandai oleh kehadiran fosil Podocarpidites sp./Podocarpus
mencapai 2.88% (GT19) dan 2.60% pada akhir zona, Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus 0.94% (GT20) dan Pinuspollenites/Pinus
sp. 2.30% (GT18). Kelompok Pteridophyta menunjukkan kehadiran konsisten
dari 78.13% di awal zona menjadi 77.92% di akhir zona. Stenochlaeniidites
papuanus ditemukan pada zona ini sebesar 1.15% (GT18); 2.83% (GT20) dan
0.93% (GT21).

4. Zona IV (GT24-GT36)
Pada awal zona kelompok mangrove menunjukkan kenaikan sebesar 2.44%
dan ditandai kehadiran Zonocostites ramonae/Rhizophora type pada 0.97%
(GT29) dan 1.98% (GT32) serta Avicennia sp. sebesar 1.63% (GT24) dan 4.85%
(GT29) maupun Excoecaria sp. sebesar 3.96% (GT32). Namun kelompok ini
kembali menurun pada akhir zona. Sementara kelompok back mangrove
menunjukkan kehadiran cukup stabil, ditandai kehadiran Acrostichum aureum
dari 29.27% (GT24) menjadi 30.28% (GT36). Spinizonocolpites echinathus/Nypa
fruticans sudah tidak ditemukan pada zona ini, sedang Oncosperma masih
ditemukan sebesar 1.63% (GT24) dan 1.98% (GT32). Florschuetzia
levipoli/Sonneratia caseolaris masih ditemukan 1.63% (GT24) dan 0.99%
(GT34). Kelompok riparian yang ditemukan antara lain Pandaniidites/Pandanus
masih hadir sebesar 2.91% (GT29) serta Ilexpollenites/Ilex 0.97% (GT29).
Kelompok fresh water mengalami penurunan dari 17.89% diawal zona menjadi
3.67% diakhir zona. Monoporites annulatus/Gramineae ditemukan sebesar
3.25% (GT24) kemudian mengalami kenaikan 14.56% (GT29), namun menyusut
menjadi 2.75% (GT36). Kehadiran Dipterocarpus type mencapai 4.88% pada
awal zona dan menghilang pada akhir zona, demikian juga dengan Stellatopollis
sp./Croton type dan Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type yang
menghilang di akhir zona. Kelompok lowland menunjukkan kehadiran ditandai
oleh Lanagiopollis emarginatus/Alangium sp. sebesar 1.63% (GT24) dan
81

Haloragacidites/Casuarina sebesar 1.82% (GT28), tetapi kembali menghilang di


akhir zona. Taksa montane yang masih hadir pada zona ini adalah
Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar 1.63% (GT24) dan 3.67% (GT36),
sedang Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus masih hadir dengan
persentase 5.69% pada awal zona dan menjadi 2.75% pada akhir zona.
Pinuspollenites/Pinus sp. masih ditemukan sebesar 10% (GT28). Pada zona ini,
Pteridophyta kembali menunjukkan kenaikan terutama oleh kehadiran
Laevigatosporites spp. mencapai 25.45% (GT28) menjadi 34.86% (GT36), dan
Verrucatosporites spp. sebesar 7.32% (GT24) menjadi 17.43% (GT30).
Stenochlaeniidites papuanus kembali hadir pada zona ini sebesar 0.94% pada
GT30 dan 0.92% pada GT36. Persentase fosil polen dan spora yang ditemukan
secara terperinci berdasar kelompok habitat disajikan selengkapnya pada
Lampiran 19.

Lingkungan Pengendapan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel


Prediksi lingkungan pengendapan pada Formasi Tapak di area Gunung
Tugel menggunakan metode yang sama digunakan pada area Kedung Randu,
yaitu ditentukan dari asosiasi kumpulan fosil polen dan spora serta fosil taksa
marin yang ditemukan dalam sedimen yang diamati (Haseldonckx 1974).
Dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok palinomorf dan beberapa
taksa flora terpilih yang ditemukan fosil polen dan sporanya disajikan pada
Gambar 28.
Secara umum lingkungan pengendapan pada Formasi Tapak di Gunung
Tugel masih merupakan suatu lingkungan transisi atau intertidal. Hal ini
ditunjukkan oleh kehadiran taksa non marin terutama kelompok vegetasi back
mangrove yang masih lebih berkembang daripada kelompok vegetasi terestrial
lain termasuk taksa kelompok mangrove. Kehadiran taksa marin berupa
dynocysts dan FTL pada semua sampel sedimen yang diamati maupun nilai
indek PMI dengan kisaran nilai PMI= 100-138.8 menunjukkan bahwa pengaruh
lingkungan laut lebih rendah atau menurun dibanding pada lokasi Kedung Randu
yang mempunyai nilai PMI=102.97-238.5.
82

/
us is
/

at ns
lis
a
rin
s/

pe a

ric lie
pe ae/

s/

ty tor
ite

ua

im tra
tu
um

ea len

m ua
on

as
ea ula

s us
./
q
re
or am

/C

us p
ac ol

pu a
e
n

s
au

ot ep
an

es

ar es
hy s
r

ty

ar es
e
.

op ite
zo ites

ap ida
sp

oc idit
llu
a

oc dit
rm

id

r
ite

C lpo
eo
hu
ia

p
in

ac

od p
t

od pi
R os

pe
ph

or

P car
nn

P ar
ac
tic

ag

o
c

op
os

ra

ic
ce

oc
no

os

ry
ot

or

al
S

itr
G
nc

on
hi

od
ap

ac
vi
Zo

al
cr
Dynocysts

et
MARIN DARAT PMI (Palynological Marine Index) FTL

D
A

P
R
GT36
GT35
GT34
GT32 ZONA
GT31
GT30
IV
GT29
GT28
GT24
GT22
GT21
GT20
ZONA
GT19 III 
GT18
GT17
GT16
GT15
GT13 ZONA
GT12 II
GT11
GT10
GT9
GT7
GT6
GT5
GT4
ZONA
GT3 I
GT2
GT1

0 50 100 0 50 100 150 200 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 40 0 20 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20


% % % % % % % % % % % % %

 
Gambar 28 Diagram dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok fosil palinomorf pada sampel sedimen Formasi Tapak di
Gunung Tugel. Penentuan zona berdasar persentase taksa penyusun kelompok.
83

Berdasar diagram Gambar 28, dinamika lingkungan pengendapan dapat


dibagi menjadi 4 zona yaitu:

1. Zona I (GT1-GT7)
Pada awal zona intensitas pengaruh lingkungan laut cenderung meningkat
semakin ke atas. Hal ini ditandai meningkatnya kehadiran taksa marin dari 7.43%
(GT1) menjadi 15.50% (GT6). Nilai PMI juga meningkat dari 108.02 (GT1)
menjadi 118.35 (GT6). Kehadiran fosil taksa marin dynocysts dan FTL dengan
taksa back mangrove terutama Acrostichum aureum yang melimpah sebesar
21.71% (GT1) dan menjadi 32.74% (GT7) serta taksa mangrove Avicennia sp.
sebesar 0.57% dan taksa riparian Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans
0.57% mengindikasikan bahwa pada awal zona lingkungan pengendapan adalah
daerah transisi atau intertidal kearah area mangrove dan back mangrove
(Haseldonckx 1974). yang masih dipengaruhi lingkungan laut dengan intensitas
cukup besar dan dinamis. Ketidakhadiran taksa mangrove pada GT2, GT5 dan
akhir zona (GT7) menunjukkan terjadi pergeseran lingkungan pengendapan lebih
ke arah darat yaitu area back mangrove (Haseldonckx 1974).

2. Zona II (GT9-GT16)
Pada awal zona pengaruh lingkungan laut lebih meningkat daripada zona
sebelumnya yang ditandai kehadiran taksa marin mencapai 27.53% terutama
dynocysts sebesar 24.72% (GT9). Kehadiran taksa marin menurun menjadi
12.50% (GT15). Kehadiran taksa back mangrove Acrostichum aureum masih
dominan mencapai 29.17% (GT15). Taksa mangrove masih belum ditemukan
sampai GT10 sehingga diprediksi bahwa lingkungan pengendapan pada awal
zona ini masih merupakan area back mangrove (Haseldonckx 1974), sebagai
kelanjutan dari zona sebelumnya. Pada GT11-12 taksa mangrove hadir yaitu
Zonocostites ramonae/Rhizophora type serta Avicennia sp., namun kehadirannya
tidak mencapai 1%. Kondisi ini menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan
berubah kembali lebih kearah area mangrove dan back mangrove (Haseldonckx
1974). Pada sampel GT13-16 terjadi perubahan dimana taksa mangrove tidak
ditemukan kembali dan nilai PMI menurun sampai 100 (GT16) yang berarti tidak
ada kehadiran taksa marin. Takson back mangrove Acrostichum aureum masih
ditemukan walaupun menurun sampai 5.88%(GT16). Taksa flora non marin yang
ditemukan antara lain riparian Marginipollis concinus/Barringtonia sebesar 0.98%
(GT16), taksa fresh water yaitu Monoporites annulatus sebesar 22.55% (GT16)
84

dan taksa montane ditemukan yaitu Dacrycarpidites australiensi/Podocarpus


imbricatus sebesar 0.98%. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan
berubah menjadi area back mangrove kembali (Haseldonckx 1974).

3. Zona III (GT17-GT22)


Awal zona (GT17) lingkungan pengendapan masih area back mangrove
dengan pengaruh lingkungan laut kembali naik yang ditunjukkan oleh kehadiran
kembali taksa marin. Selanjutnya pada sampel GT18 dan GT20, taksa mangrove
yang kembali hadir yaitu Zonocostites ramonae/Rhizophora type sebesar 0.94%
(GT18), Avicennia sp. sebesar 0.73% (GT20) dan Camptostemon sebesar
0.73% (GT20). Hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapan pada zona
ini kembali merupakan area mangrove dan back mangrove (Haseldonckx 1974),
dengan intensitas pengaruh lingkungan laut lebih meningkat daripada awal zona.
Namun pada bagian akhir zona (GT21-22) taksa mangrove kembali menghilang
sementara taksa back mangrove selalu hadir sepanjang zona dengan persentase
cukup tinggi antara 9.62% (GT17) sampai 14.29% (GT20). Hal ini
mengindikasikan bahwa pada bagian akhir zona lingkungan pengendapan
adalah area back mangrove kembali (Haseldonckx 1974). Pengaruh lingkungan
sepanjang zona ini menunjukkan kenaikan yang ditunjukkan oleh kenaikan nilai
PMI.

4. Zona IV (GT24-GT36)
Pada zona ini kehadiran taksa marin menurun dari 22.64% (GT24) menjadi
7.63% diakhir zona (GT36). Hal ini menunjukkan pengaruh lingkungan laut
mengalami penurunan seperti diperlihatkan nilai PMI dari 129.27 (GT24) menjadi
108.26 (GT36). Kehadiran fosil polen dan spora taksa back mangrove pada zona
ini lebih dominan daripada taksa mangrove maupun taksa kelompok lain. Pada
awal zona lingkungan pengendapan merupakan area mangrove dan back
mangrove (Haseldonckx 1974), yang ditunjukkan oleh kehadiran taksa
mangrove, back mangrove, riparian maupun fresh water sampai dengan
montane yang hadir secara bersamaan pada sampel GT24, 28 dan 29.
Ketidakhadiran taksa mangrove pada GT30-31 dan GT34-35 sementara taksa
back mangrove seperti Acrostichum aureum, Sonneratia caseolaris dan
Oncosperma hadir dengan persentase cukup tinggi mengindikasikan lingkungan
pengendapan bergeser ke area back mangrove (Haseldonckx 1974). Kehadiran
Camptostemon sebesar 0.85% pada akhir zona (GT36) bersama taksa back
85

mangrove maupun taksa darat lainnya menunjukkan lingkungan pengendapan


kembali ke arah area mangrove dan back mangrove (Haseldonckx 1974),
dengan intensitas pengaruh lingkungan laut yang semakin menurun. Persentase
keseluruhan palinomorf yang ditemukan dan digunakan untuk merekonstruksi
lingkungan pengendapan Formasi Tapak di Gunung Tugel disajikan
selengkapnya pada Lampiran 20.

Nilai Ekologi Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan pada Formasi Tapak di
Gunung Tugel
Nilai ekologi berupa nilai indeks diversitas dan indeks similaritas berdasar
kehadiran taksa paleoflora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung
Tugel adalah sebagai berikut:

1. Indeks Diversitas Shannon


Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon dan kriteria menurut Barbour et al.
(1987) maka keanekaragaman flora taksa yang ditemukan pada Formasi Tapak
di Gunung Tugel termasuk mempunyai keanekaragaman kategori rendah dan
mempunyai rerata indeks keanekaragaman sebesar 1.7995 (1≤H’<2), dengan
rincian 7 sampel mempunyai nilai indeks sedang dan 22 sampel mempunyai nilai
indeks rendah. Nilai indeks diversitas tertinggi pada GT24 sebesar 2.5400
dimana ditemukan 22 taksa flora, terendah 1.3600 pada GT4 dan GT5 dengan
10 serta 8 taksa. Nilai indeks diversitas secara keseluruhan disajikan pada
Lampiran 21. Diversitas taksa flora berdasar fosil polen dan spora ditemukan
menunjukkan suatu dinamika dalam setiap lapisan sedimen yang diamati, hal ini
disajikankan pada Gambar 29.

2. Indeks Similaritas (Sorensen)


Indeks Similaritas Sorensen digunakan untuk memprediksi tingkat kesamaan
vegetasi pada seluruh unit sampel sedimen yang diamati. Nilai indeks similaritas
antar sampel sedimen yang diamati berkisar 0.2727-0.7727 (27.27%-77.27%),
dengan rerata 0.5539 (55.39%) yang termasuk kriteria kemiripan tinggi (Krebs
1999; 2002). Nilai indeks similaritas tertinggi 0.7727 ditemukan antara sampel
GT20 dan GT24, yang berarti kemiripan taksa yang hadir pada kedua sampel
mencapai 77.27%, sedang terendah sebesar 0.2727 (27.27%) yaitu antara
sampel GT17 dan GT22. Nilai indeks similaritas rerata yang tinggi yaitu sebesar
0.5539 (55.39%) menunjukkan bahwa paleoflora dan vegetasi pada Formasi
Tapak area Gunung Tugel ini cukup seragam sehingga kehadiran dalam setiap
86

lapisan sedimen yang berbeda umur dan waktu pengendapan cukup stabil.
Gambaran matrik nilai indeks similaritas selengkapnya disajikan pada Lampiran
22.

Gambar 29 Jumlah taksa flora dan nilai Indeks Diversitas Shannon dari taksa
flora yang ditemukan dalam lapisan sampel sedimen pada Formasi
Tapak di Gunung Tugel.

Umur Relatif Formasi Tapak di Gunung Tugel


Kehadiran fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus cukup menonjol dengan intensitas kehadiran cukup besar dan
ditemukan pada 19 dari 29 sampel yang diamati, sedang Stenochlaeniidites
papuanus ditemukan pada 7 sampel, dan 5 sampel keduanya ditemukan secara
bersamaan. Kondisi ini mengidikasikan bahwa kehadiran taksa Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus semakin nyata atau mantap sedang
Stenochlaeniidites papuanus cenderung menurun atau menyusut seperti yang
ditemukan pada area Kedung Randu. Kehadiran dan distribusi fosil polen
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dan spora
Stenochlaeniidites papuanus pada Formasi Tapak di Gunung Tugel sesuai
dengan Zona Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dalam
Zonasi Palinologi Tersier Pulau Jawa (Rahardjo et al. 1994) serta Zona
Podocarpus imbricatus dalam Zonasi Palinologi Asia Tenggara (Morley 1978)
yang mempunyai umur relatif Pliosen Akhir (N20-N21). Distribusi fosil polen dan
spora diagnostik yaitu Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dan
87

Stenochlaeniidites papuanus dalam sedimen Formasi Tapak di Gunung Tugel


disajikan pada Gambar 30.

GT36
GT35
GT34
GT32
GT31
GT30
GT29
GT28
GT24
GT22
GT21
GT20
GT19
GT18
GT17
GT16
GT15
GT13
GT12
GT11
GT10
GT9
GT7
GT6
GT5
GT4
GT3
GT2
GT1

0 2 4 6 8 10 12 14 16

JUMLAH UNIT FOSIL

Podocarpus imbricatus
Stenochlaeniidites papuanus

Gambar 30 Distribusi fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus


imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam lapisan sedimen
Formasi Tapak di Gunung Tugel (GT).

Jumlah Taksa dan Paleoflora Penciri Formasi Tapak di Gunung Tugel


Pada Formasi Tapak di Gunung Tugel telah ditemukan 50 taksa paleoflora
yang didominasi taksa flora berhabitus pohon berkayu (arboreal plant) mencapai
88

28 taksa dibanding taksa berhabitus non pohon (non arboreal plant) sebanyak 8
taksa dan 14 taksa Pteridophyta. Taksa AP dengan persentase kehadiran
dominan adalah Podocarpidites sp./Podocarpus (13.86%) dan Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus (8.34%). Taksa NAP didominasi oleh
Monoporites annulatus/Gramineae (24.07%) dan Stellatopollis sp./Croton type
(4.40%), sedang Pteridophyta dominan adalah Laevigatosporites spp. (40.52%)
dan Acrostichum aureum (22.36%). Berdasar kelompok habitat ekologi kelompok
back mangrove lebih dominan hadir dibanding kelompok lain pada Formasi
Tapak di Gunung Tugel. Kehadiran kelompok back mangrove mencapai 23.11%
dibanding mangrove (1.01%); riparian (0.54%); fresh water (6.86%); lowland
(1.08%) dan montane (3.06%). Fosil diagnostik umur Miosen-Pliosen juga
ditemukan yaitu Stenochlaeniidites papuanus (0.30%) dengan persentase lebih
kecil dibanding Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus (1.14%).

Dinamika Vegetasi dan Lingkungan Berdasar Fosil Polen dan Spora


pada Formasi Tapak di Bunkanel

Hasil Pengamatan dan Analisis Litologi


Lokasi penelitian ketiga Bunkanel (kode: BUN), terletak di sepanjang lintasan
sungai Bunkanel, Purbalingga Banyumas, pada koordinat bagian utara 7o 17’
20.2” LS; 109o 23’ 56.4” BT dan koordinat bagian selatan 7o 17’ 28.7”LS; 109o 23’
53.0” BT pada ketinggian 115 m dpl. Formasi Tapak tersingkap sebagai tebing
setinggi 5-15 m sepanjang kurang lebih 250 m sejajar aliran sungai Bunkanel,
memanjang dari utara ke arah selatan di bawah jembatan Kelurahan Bunkanel.
Bunkanel terletak kurang lebih 30 km di timur laut Purwokerto, termasuk dalam
wilayah Desa Bunkanel, Bobotsari, Purbalingga. Lokasil ini merupakan
persawahan di sebelah barat sungai, sedang bagian timur merupakan tebing
sungai dimana Formasi Tapak tersingkap dengan baik.
Pada lokasi penelitian ketiga ini, dari 250 m singkapan yang memanjang
diambil sebanyak 100 sampel sedimen secara sistematis dengan jarak 2.5 m
antar sampel mulai dari sedimen berumur lebih tua (bagian utara) ke arah
sedimen berumur lebih muda (bagian selatan), dengan memperhatikan strike dan
dip dari singkapan Formasi Tapak yang dijumpai. Hal ini dilakukan karena
Formasi Tapak di daerah ini posisinya memanjang sejajar aliran sungai dan tidak
89

dijumpai adanya lipatan. Strike merupakan sudut yang terbentuk pada lapisan
sedimen terhadap arah tertentu, biasanya antara arah utara dan timur/barat
sedang dip merupakan sudut kemiringan lapisan sedimen terhadap arah
horizontal. Pengukuran menunjukkan strike dan dip sedimen Formasi Tapak di
Bunkanel relatif stabil dimana lapisan sedimen hampir tegak lurus utara-timur
dengan arah sejajar timur-barat dan kemiringan ± 30º terhadap arah horizontal.
Sedimen Formasi Tapak lokasi Bunkanel didominasi batuliat (claystone)
pasiran yang berselang-seling dengan batupasir halus berwarna abu-abu sampai
kehijauan dengan fragmen gampingan dan cangkang moluska serta bagian
tumbuhan berupa daun utuh. Banyak dijumpai struktur laminasi yang sangat
rapat, halus dan berlapis-lapis. Pada singkapan di lokasi ini zona hancuran fosil
tidak terlihat nyata seperti di lokasi Kedung Randu dan Gunung Tugel. Hancuran
fosil cangkang dan karbon bercampur merata dengan batupasir dan batuliat.
Sebagian lapisan singkapan tergenang atau terletak di dalam sungai
Bunkanel, sehingga perlu keterampilan dalam mengambil sampel, diantaranya
dengan menyelam dan membendung aliran menggunakan batuan di sekitarnya
sehingga singkapan bisa terlihat dengan baik. Lokasi penelitian Bunkanel
disajikan pada Gambar 31, sedang litologi sampel sedimen dari lokasi penelitian
Bunkanel disajikan pada Gambar 32.

Gambar 31 Lokasi penelitian di Bunkanel.


90
24 7,5 m
96 m
BUN100

26 m
  BUN39   170 m
BUN69   2 46 m

94 m

BUN99
16 8 m
BUN11
2 44 m

BUN68
BUN38
92 m
24 m

16 6 m BUN98
2 42 m

BUN67
90 m BUN37
BUN10
16 4 m
22 m 2 40 m
BUN97

88 m
BUN66
16 2 m
BUN36 2 38 m

20 m BUN96
BUN9
86 m

160 m
BUN65 2 36 m

BUN35

BUN95
84 m
18 m
1 58 m
2 34 m

BUN8 BUN64

BUN34
82 m BUN94
1 56 m
2 32 m

16 m
BUN63

80 m
BUN33 1 54 m
230 m
BUN7 BUN93

14 m BUN62
78 m 1 52 m
2 28 m

BUN32 BUN92

BUN6
1 50 m
76 m BUN61 22 6 m

12 m

BUN91
BUN31

1 48 m 2 24 m
74 m

BUN60

10 m
BUN5 BUN90
BUN30 2 22 m
1 46 m

72 m

BUN59

1 44 m 220 m
8 m
BUN89
70 m
BUN29
BUN4
BUN58

1 42 m 2 18 m

68 m
BUN88
6 m
BUN28

140 m 21 6 m
BUN57

BUN3 66 m

BUN87

4 m
BUN27 1 38 m 21 4 m

64 m BUN56

BUN86
21 2 m
1 36 m
BUN2
2 m BUN26
62 m
BUN55

21 0 m
1 34 m BUN85

BUN1
60 m
BUN25
BUN54

 
20 8 m
1 32 m

BUN84

58 m

BUN24 20 6 m
1 30 m
BUN53

BUN83
56 m

20 4 m
1 28 m

BUN23 BUN52

54 m BUN82
20 2 m
1 26 m

BUN22 BUN51

52 m
200 m
BUN81
1 24 m

50 m BUN50 1 98 m
BUN21
1 22 m

BUN80

19 6 m
48 m
120 m
BUN49
BUN20
BUN79

1 94 m
46 m
118 m

BUN48
BUN19
BUN78
1 92 m

44 m 116 m

BUN47
1 90 m
BUN18
BUN77
42 m 114 m

BUN46 1 88 m

112 m
40 m BUN17 BUN76

1 86 m

110 m
BUN45
38 m

BUN75
BUN16
1 84 m

1 08 m

36 m
BUN44
BUN74
1 82 m
BUN15
1 06 m

34 m

BUN43
180 m
BUN73
1 04 m
BUN14
32 m

1 78 m
BUN42
1 02 m BUN72

30 m BUN13
1 76 m

100 m
BUN41
BUN71
28 m

1 74 m
BUN12
98 m

BUN40
26 m
BUN70
1 72 m

96 m

     

Batupasir Batuliat pasiran


Gambar 32 Litologi sampel sedimen Formasi Tapak di Bunkanel (BUN). Kode
BUN-1 s/d BUN-100 merupakan kode sampel sedimen diamati.
91

Keanekaragaman Palinomorf yang Ditemukan pada Formasi Tapak di


Bunkanel
Hasil pengamatan pada 100 sampel telah berhasil diidentifikasi sebanyak
55810 fosil palinomorf terdiri 35180 fosil polen dan spora serta 20630 fosil taksa
marin dynocysts dan FTL, sehingga rerata ditemukan 558 palinomorf tiap 800 µL
sampel yang diamati. Fosil polen dan spora berjumlah 35180 dengan rerata
351.8 fosil tiap 800 µL sampel yang diamati. Fosil spora Pteridophyta lebih
dominan dibanding fosil polen maupun fosil taksa laut dynocysts dan FTL seperti
pada sampel Kedung Randu dan Gunung Tugel. Total jumlah dan persentase
palinomorf yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel selengkapnya
disajikan pada Lampiran 23. Gambaran kuantitatif persentase jumlah palinomorf
yang ditemukan pada lokasi penelitian Bunkanel pada Gambar 33.

Gambar 33 Persentase jumlah kelompok palinomorf ditemukan pada Formasi


Tapak di Bunkanel.

Pengelompokan fosil polen dan spora dari sedimen di Bunkanel berdasar


morfologi apertura telah ditemukan 18 kelompok tipe apertura (Gambar 34).
Taksa dengan apertura tipe monolete dan trilete masih lebih dominan daripada
taksa dengan tipe apertura lain. Tipe apertura monolete dimiliki taksa
Pteridophyta terutama Laevigatosporites spp. dan Verrucatosporites spp. dengan
rerata kehadiran mencapai 35.44% serta 14.15% per sampel diamati. Taksa
dengan apertura tipe trilete tertinggi adalah Acrostichum aureum dengan rerata
17.61% per sampel, sedang taksa dengan apertura tipe lain kehadirannya kurang
92

dari 10% per sampel sampel diamati. Tipe apertura fosil polen dan spora serta
persentase rerata kehadiran pada 100 sampel Formasi Tapak di Bunkanel
disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tipe apertura fosil polen dan spora serta persentase rerata kehadiran
dalam sedimen Formasi Tapak di Bunkanel
Tipe apertura fosil polen dan spora Persentase rerata kehadiran (%)
Monolete 53.98
Trilete 28.22
Saccate 7.78
Monosulcate 0.55
Zonocolpate 0.31
Dicolpate 0.13
Tricolpate 1.58
Stephanocolpate 0.01
Tricolporate 3.17
Stephanocolporate 0.84
Pericolporate 0.02
Monoporate 1.42
Triporate 1.18
Stephanoporate 0.10
Periporate 0.27
Pantoporate 0.05
Syncolpate 0.16
Inaperturate 0.22

Kehadiran masing-masing tipe apertura dalam sedimen Formasi Tapak di


Bunkanel disajikan pada Gambar 34. Berdasar afinitas botani dari 35180 fosil
polen dan spora yang ditemukan dapat dikelompokkan ke dalam 67 tipe polen
dan spora terdiri dari:10 tipe teridentifikasi pada taksa flora tingkat kategori famili,
41 tipe pada taksa flora tingkat kategori genus dan 16 tipe pada taksa flora
tingkat kategori spesies. Tipe polen dan spora ditemukan di Bunkanel lebih
banyak daripada di Kedung Randu dan Gunung Tugel sebanyak 56 dan 50 tipe.
Tipe fosil polen dan spora ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel dan
afinitas botani serta habitus secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 11.
Berdasar afinitas botani dapat diketahui bahwa taksa flora yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Bunkanel juga bervariasi habitus maupun habitat
ekologinya. Habitus berupa pohon/AP maupun non pohon/NAP dengan habitat
flora dari daerah pegunungan (montane) sampai dengan habitat mangrove atau
daerah pesisir.
93

TE
LPO RA
LPATE

RATE
ATE

TE
TE

TE
E

E
E
O LPAT

PORAT
ANOCO
ANOCO

ANOPO

LPATE
PORAT
O LPO R

RTURA
SU LC A

LPO RA

ORATE
LPATE
LETE

RATE
PATE
TE
E

ZO NO C
T R IL E T

SYNCO
SACCA

PANTO
STEPH

STEPH
MONO

STEPH
D IC O L

T R IP O
MONO

T R IC O

IN A P E
P E R IC

MONO
T R IC O

P E R IP
BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
BUN90
BUN89
BUN88
BUN87
BUN86
BUN85
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
BUN66
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
BUN47
BUN46
BUN45
BUN44
BUN43
BUN42
BUN41
BUN40
BUN39
BUN38
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
BUN21
BUN20
BUN19
BUN18
BUN17
BUN16
BUN15
BUN14
BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5
BUN4
BUN3
BUN2
BUN1

0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20
%  

Gambar 34 Diagram persentase kehadiran fosil polen dan spora berdasar tipe
apertura dalam sedimen Formasi Tapak di Bunkanel.
94

Taksa flora habitat montane yang ditemukan diantaranya Quercoidites


sp./Quercus, dan Pinuspollenites/Pinus sp., sementara flora flowland diantaranya
Dicolpopollis/Calamus type dan Lanagiopollis regularis/Alangium sp. Flora fresh
water diantaranya Monoporites annulatus/Gramineae dan Lakiapollis ovatus/
Durio type. Flora lingkungan riparian diantaranya Pandaniidites/Pandanus sp.,
dan Marginipollis concinus/Barringtonia. Flora habitat back mangrove yang
ditemukan adalah Acrostichum aureum, Spinizonocolpites echinatus/Nypa
fruticans dan Florschuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris, sementara kehadiran
Zonocostites ramonae/Rhizophora type, Avicennia sp., Excoecaria sp. dan
Camptostemon menandakan berkembangnya flora lingkungan mangrove di area
ini. Kehadiran dynocysts dan FTL menunjukkan pengaruh lingkungan laut juga
ditemukan pada sedimen Formasi Tapak di Bunkanel.

Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Bunkanel Berdasar Kelompok


Habitus
Berdasar kelompok habitus atau morfologi flora penghasil polen dan spora
dikelompokkan menjadi habitus pohon/AP dan non pohon/NAP serta
Pteridophyta, sehingga 67 tipe polen dan spora yang ditemukan di Bunkanel
dapat dirinci: 38 tipe dihasilkan taksa flora AP, 11 tipe dihasilkan taksa flora NAP
dan 18 tipe dihasilkan taksa kelompok Pteridophyta (Gambar 35). Dinamika
terlihat pada kehadirannya dalam setiap lapisan sedimen, yang disajikan pada
Gambar 36.

Gambar 35 Jumlah taksa flora penghasil polen dan spora yang ditemukan
pada Formasi Tapak di Bunkanel. AP: Arboreal Pollen; NAP:
Non Arboreal Pollen.
95

Gambar 36 Jumlah taksa flora AP, NAP dan Pteridophyta yang ditemukan pada lapisan sampel sedimen pada Formasi Tapak di
Bunkanel.
96

Kehadiran taksa flora berdasar kelompok habitus menunjukkan dinamika


pada setiap lapisan sedimen yang diamati, mulai bagian bawah (BUN1) berumur
lebih tua sampai bagian atas (BUN100) berumur lebih muda. Taksa flora AP
menunjukkan dinamika dengan kehadiran puncak sebanyak 22 taksa pada BUN7
dan terendah 1 taksa pada BUN27 dan BUN65, sedang taksa NAP mencapai
puncak kehadiran pada BUN55 dengan 5 taksa. Taksa Pteridophyta lebih stabil
dengan kehadiran taksa 5-14 taksa pada setiap lapisan sedimen. Puncak
kehadiran Pteridophyta 14 taksa pada BUN35 dan BUN45 dengan kehadiran
terendah 5 taksa pada BUN66 dan BUN75. Kehadiran masing-masing taksa flora
penyusun kelompok habitus baik AP, NAP maupun Pteridophyta selain dapat
menggambarkan morfologi flora penghasilnya juga memberikan informasi
berharga tentang perkembangan hutan maupun prediksi iklim lokal lingkungan
atau habitat masa lampau di Formasi Tapak di Bunkanel.
Kehadiran taksa flora berhabitus AP secara keseluruhan lebih menonjol
dengan rerata 83.3% per sampel dibanding taksa berhabitus NAP dengan rerata
16.7% per sampel. Taksa AP yang hadir menonjol adalah Podocarpidites
sp./Podocarpus dan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dengan
rerata kehadiran 13.64% dan 28.82% per sampel. Kehadiran taksa NAP yang
menonjol adalah Monoporites annulatus/Gramineae dan Compositae dengan
rerata 8.45% dan 4.85% per sampel. Kondisi ini mengindikasikan bahwa di
sekitar area ini lebih berkembang vegetasi hutan berhabitus pohon berkayu yang
dipengaruhi iklim panas lembab-basah dan kering dan dingin bergantian
mengikuti dinamika selama kurun waktu tersebut.
Kenaikan dan penurunan Monoporites annulatus/Gramineae serta
Compositae sebagai indikator iklim lebih kering dan dingin seiring dengan
penurunan dan kenaikan kehadiran taksa indikator lingkungan lebih panas
lembab atau basah seperti Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae, Retitricolporites
equatoralis/Calophyllum type dan Lanagiopollis regularis/Alangium sp. Dinamika
vegetasi berdasar persentase kehadiran taksa penyusun kelompok habitus AP
dan NAP maupun Pteridophyta dapat dibagi menjadi 4 zona seperti yang
disajikan pada Gambar 37, yaitu:

1. Zona I (BUN1-BUN27)
Kehadiran taksa AP sangat menonjol pada awal zona mencapai 86%
(BUN1) dengan kehadiran taksa seperti Zonocostites ramonae/Rhizophora type
mencapai 16.2% dan Spinizoznocolpites echinatus/Nypa fruticans 13.5%.
97

/
/
AP NAP

us
lis

/
PTERIDOPHYTA

us is
pe ra

at
at ns
s/

an hin
ty ato
ite

ic ie
/

s/

p.
ar li/
pa ae

br ral

e tu
tic ec
ae en

sp
m u
ol po

um
ty on

llu eq
is

ea la
im ust

s
ce ll
se vi

fru es
s/

es
pe
ta epo

in nu
or ram

re
a s/
ca a le

hy es

pe tu

us a

it

rit
ty

m an
rin ite

au
yp olp

pe /
ty va
on

rp es
op rit

ty lis
po da

po
tia zi

us
ph s

ua cid
al o
a

io o
a

G rite
ca idit
m
AP

m
n ol
zo ite

oc
er et

Sa eoi

os
C olp
rm

rp
ur is

to p
te

hu
as a

a
nn chu
hi t

on
do rp

at
ro to
R cos

C g

D oll

ca
ac
pe

ric
os
NAP

op
ra

ic
a

Po ca

ig
C lla
iz
ap

ro
N
or
So ors

rit

st
os
pt

po

ev
no

in

on
ry

e
te
al

ro
ki
am

et

Sp

St
nc

Sa
Fl

La
ac

M
Zo

ip
La
R

Ac
O
C

D
BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
ZONA
IV 
BUN90
BUN89
BUN88
BUN87
BUN86
BUN85
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
ZONA
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
BUN66
III 
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
ZONA
BUN47
BUN46
BUN45
BUN44
II 
BUN43
BUN42
BUN41
BUN40
BUN39
BUN38
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
ZONA
BUN21
BUN20
BUN19
BUN18

BUN17
BUN16
BUN15
BUN14
BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5
BUN4
BUN3
BUN2
BUN1

0 20 40 60 80 100 0 20 40 0 20 0 20 40 0 20 40 0 20 40 0 20 40 60 0 20 0 20 40 0 20 40 60 80 100 0 20 0 20 0 20 40 60 0 20 40 0 20 40 60 80 0 20 40 60
% % % % % % % % % % %
  % % % % %
 
Gambar 37 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitus pada sampel sedimen Formasi Tapak di Bunkanel. Penentuan zona
berdasar persentase taksa penyusun kelompok habitus.
98

Taksa AP lain yang kehadirannya menonjol adalah Florschuetzia


levipoli/Sonneratia caseolaris 13.5%, Haloragacidites/Casuarina 8.1% dan
Podocarpidites sp./Podocarpus 27%. Taksa NAP yang menonjol kehadirannya
pada awal zona adalah Ilexpollenites/Ilex sebesar 9.4% (BUN2) dan Monoporites
annulatus/Gramineae sebesar 10.8% (BUN1) dan meningkat menjadi 21.9%
(BUN2), namun kemudian menurun drastis sampai menjelang akhir zona.
Penurunan Monoporites annulatus/Gramineae seiring kenaikan kehadiran taksa
AP termasuk yang merupakan indikator iklim basah seperti
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 2.7% (BUN1) dan 20% (BUN25),
Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type sebesar 2.7% (BUN1) dan 6.1%
(BUN26), Lakiapollis ovatus/Durio type sebesar 0% (BUN1) dan mencapai 9.1%
(BUN26) serta Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus 0% (BUN1)
dan menjadi 51.5% (BUN26). Hal ini mengindikasikan bahwa selama bagian
tengah zona, di sekitar lokasi Bunkanel berkembang hutan pohon berkayu
pegunungan sampai mangrove dengan iklim lingkungan lembab atau basah.
Kehadiran Pteridophyta cenderung stabil mendukung terjadi kondisi ini. Pada
bagian akhir zona ini, AP menurun drastis menjadi 14.3% sementara NAP
meningkat menjadi 85.71% (BUN27) oleh kehadiran taksa Compositae bukan
oleh kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae sebagai penanda iklim kering.
Hal ini menandakan bahwa iklim pada akhir zona berubah menjadi lebih kering
sehingga hutan berkayu menurun kehadirannya. Compositae tumbuh baik pada
kondisi lingkungan lebih kering dan terbuka tanpa naungan (van Steenis 2006).

2. Zona II (BUN28-BUN54)
Zona ini diawali kembali berkembangnya taksa AP mencapai 81.25%
(BUN28) dan 93.75% (BUN29), sementara iklim menjadi lebih lembab atau
basah ditandai ketidakhadiran Monoporites annulatus/Gramineae dan
menurunnya kehadiran taksa Compositae menjadi 18.8% (BUN28). AP
cenderung naik kembali sampai akhir zona (BUN54), sebaliknya taksa NAP
menunjukkan kehadirannya kecenderungan semakin menurun. Taksa AP
menonjol dan konsisten kehadirannya selama zona ini adalah Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus sebesar 62.5% (BUN28) dan 40% (BUN54),
Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar 25% (BUN29) dan 15% (BUN54). Taksa
AP penanda iklim panas lembab juga hadir pada zona ini dengan persentase
cukup menonjol seperti Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 6.3%
(BUN28) dan 5% (BUN54), Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type
99

sebesar 6.3% (BUN29) dan 5% (BUN54), Lakiapollis ovatus/Durio type sebesar


6.3% (BUN28) dan 4.9% (BUN53). Kehadiran taksa NAP pada zona ini lebih
sedikit daripada AP dengan rerata 15.06%, demikian juga Monoporites
annulatus/Gramineae mencapai 9.5%. Kondisi ini mengindikasikan periode
lingkungan basah atau lembab pada zona ini, sehingga berkembang taksa
berhabitus pohon atau arboreal. Kehadiran Pteridophyta sebesar 87% pada akhir
zona dari 86.9% di awal zona memperkuat terjadinya kondisi ini.

3. Zona III (BUN55-BUN81)


Pada awal zona ini, kehadiran taksa AP masih lebih dominan daripada NAP,
namun menunjukkan kecenderungan menurun ke arah akhir zona. Kehadiran AP
pada awal zona 80% (BUN55) kemudian menurun menjadi 44.44% pada akhir
zona (BUN81), sementara taksa NAP pada awal zona hadir sebesar 20% dan
menjadi 55.56% pada akhir zona. Taksa AP menonjol hadir pada zona ini adalah
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus sebesar 20% (BUN55) dan
11% (BUN81), Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar 13.3% (BUN55) dan
16.7% (BUN81). Taksa AP penanda iklim basah yang menonjol adalah
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 1.8% (BUN56) dan 30% (BUN76)
dan Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type sebesar 23.3% (BUN55) dan
20% (BUN78). Pada akhir zona yaitu sampel BUN80 dan BUN81 taksa NAP
menunjukkan kenaikan signifikan, kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae
meningkat dari 27.27% (BUN80) menjadi 55% (BUN81), sementara taksa AP
dan penanda iklim basah menurun drastis. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
pada awal zona sampai menjelang akhir zona (BUN79) taksa AP berkembang
pada lingkungan dengan iklim basah dan lembab, namun kemudian menurun
digantikan taksa NAP dengan iklim lingkungan menjadi lebih kering. Kondisi ini
didukung kehadiran Pteridophyta yang mengalami penurunan dari 89.6% di awal
zona menjadi 86.5% di akhir zona.

4. Zona IV (BUN82-BUN100)
Zona ini diawali oleh kenaikan kembali taksa kelompok AP mencapai 95%
(BUN82), namun kembali menurun pada akhir zona. Taksa AP penanda iklim
basah hadir kembali dengan persentase tinggi, seperti Retitricolporites
equatoralis/Calophyllum type sebesar 20% (BUN82) dan mencapai puncak
sebesar 50% (BUN90); Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 5%
(BUN82) dan 33.3% (BUN87) serta Lakiapollis ovatus/Durio type mencapai 25%
100

(BUN90). Kehadiran taksa AP mangrove Zonocostites ramonae/Rhizophora type


mencapai 25% pada awal zona. Kelompok NAP menunjukkan penurunan
terutama komponen Monoporites annulatus/Gramineae yang tidak hadir di awal
zona (BUN82) namun kembali hadir di bagian akhir zona, kehadiran taksa NAP
pada awal zona ditandai oleh Stellatopollis sp./Croton type sebesar 5%.
Penurunan signifikan taksa AP terjadi pada BUN94 (42.1%) sementara taksa
NAP meningkat sampai 57.9% dimana 47.1% kenaikan ditunjukkan oleh
kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae. Kondisi ini menunjukkan periode
lingkungan lebih basah pada awal zona kemudian menjadi lebih kering pada
akhir zona. Kehadiran Pteridophyta juga memperlihatkan kenaikan dari awal
zona sebesar 86.1% (BUN82) sampai 95.8%(BUN93) kemudian menurun pada
akhir zona menjadi 72.8% (BUN100). Persentase fosil polen dan spora secara
keseluruhan berdasar kelompok habitus AP dan NAP serta Pteridophyta
disajikan pada Lampiran 24.

Dinamika Vegetasi pada Formasi Tapak di Bunkanel Berdasar Kelompok


Habitat
Taksa paleoflora yang ditemukan dalam sedimen Formasi Tapak di
Bunkanel beragam dari taksa flora pegunungan sampai taksa flora pesisir atau
mangrove seperti pada Formasi Tapak di Kedung Randu dan Gunung Tugel,
sehingga kemudian dikelompokkan berdasar kesamaan kelompok habitat ekologi
meliputi: mangrove, back mangrove, riparian, fresh water, lowland, montane dan
Pteridophyta untuk memprediksi dinamika vegetasi. Taksa kelompok back
mangrove terlihat lebih menonjol dengan kehadiran 20.60% per sampel terutama
oleh kehadiran Acrostichum aureum dengan rerata sebesar 19.08% per sampel,
kelompok mangrove hadir sebesar 1.13%, sedang kelompok fresh water hadir
6.18%. Taksa kelompok montane ditemukan dalam jumlah mencapai 7.92% per
sampel. Gambaran dinamika vegetasi berdasar taksa flora terpilih mewakili
setiap kelompok habitat disajikan pada Gambar 38.
Pada diagram kelompok habiat di atas dapat dibagi menjadi 4 zona dinamika
vegetasi, yaitu:

1. Zona I (BUN1-BUN27)
Pada awal zona, taksa flora dan vegetasi daerah pesisir lebih berkembang
dibanding kelompok lain. Kelompok back mangrove lebih terlihat menonjol
dengan kehadiran Acrostichum aureum sebesar 18.97% pada awal zona.
101

Dacrycarpidites autraliensis/
M BM R FW LL MO PTERIDOPHYTA

Sapotaceoidaepollenites/
Monoporites annulatus/

Podocarpus imbricatus

Verrucatosporites spp.
Zonocostites ramonae/

Marginipollis concinus/
Sonneratia caseolaris

Laevigatosporites spp
Florschuetzia levipoli/
Acrostichumaureum

Podocarpidites sp./
Ilexpollenites/Ilex
Rhizophora type

Haloragacidites/

Podocarpus
Camptostemon

Calamus type
Dicolpopollis/
Barringtonia

Sapotaceae
Gramineae

Casuarina
BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96

ZONA
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
BUN90
BUN89
BUN88
BUN87
III 
BUN86
BUN85
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
ZONA
BUN66
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
III 
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
BUN47
BUN46

ZONA
BUN45
BUN44
BUN43
BUN42
BUN41

II 
BUN40
BUN39
BUN38
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
BUN21
BUN20
BUN19

ZONA
BUN18
BUN17
BUN16
BUN15
BUN14


BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5
BUN4
BUN3
BUN2
BUN1

0 10 0 10 0 10 20 30 40 50 0 10 0 10 0 10 0 10 20 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 20 30 40 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 10 20 30
% % % % % % % % % % % % % %

Gambar 38 Diagram dinamika vegetasi berdasar kelompok habitat pada sampel sedimen Formasi Tapak di Bunkanel. Penentuan zona
berdasar pada persentase taksa penyusun kelompok habitat. M= Mangrove; BM= Back Mangrove; R= Riparian;
FW= Fresh Water; LL= Low Land; MO= Montane.
102

Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans dan Florschuetzia levipoli/Sonneratia


caseolaris mulai hadir pada awal zona sebesar 4.31%. Taksa mangrove
Zonocostites ramonae/Rhizophora type hadir sebesar 5.17%, tetapi kemudian
tidak hadir pada BUN16 dan BUN17 serta bagian akhir zona dari BUN25
menerus sampai BUN27. Taksa riparian ditandai kehadiran Ilexpollenites/Ilex
sebesar 3.51% pada BUN3 namun selanjutnya tidak berkembang. Kelompok
habitat fresh water ditandai kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae
mencapai 3.45% dan Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae 0.86% pada awal
zona tetapi tidak berkembang pada sampel selanjutnya. Kelompok lowland
ditandai kehadiran Haloragacidites/Casuarina sebesar 2.59% pada awal zona
dan tidak hadir pada bagian akhir zona. Kelompok habitat montane ditandai
kehadiran Podocarpidites sp./Podocarpus sebesar 8.62% (BUN1) dan cukup
stabil sampai akhir zona masih ditemukan sebesar 1.39% (BUN27).
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus mulai hadir pada zona ini
sebesar 4.35% (BUN5). Pteridophyta didominasi kehadiran Laevigatosporites
spp. sebesar 22.41% pada awal zona dan mencapai 54.17% di akhir zona.
Stenochlaeniidites papuanus mulai hadir pada zona ini sebesar 0.33% (BUN6).

2. Zona II (BUN28-BUN54)
Kelompok back mangrove masih berkembang pada awal zona
(20.49%/BUN28), namun menurun pada akhir zona (7.79%/BUN54). Hal ini
ditandai menurunnya kehadiran Acrostichum aureum dari 19.67% (BUN28)
menjadi 7.14% (BUN54). Sementara kelompok mangrove ditandai kehadiran
Zonocostites ramonae/Rhizophora type sebesar 1.82% (BUN32) dan Avicennia
sp. 0.81% (BUN38). Kelompok fresh water kembali berkembang walaupun
dengan persentase kecil ditandai kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae
sebesar 1.23% (BUN30) dan 0.65% pada akhir zona, selain itu juga kehadiran
Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type sebesar 0.54% (BUN29) dan
0.65% (BUN54) serta Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 0.54%
(BUN29) dan 0.65% (BUN54). Kelompok lowland ditandai kehadiran
Haloragacidites/Casuarina sebesar 0.91% (BUN32) dan 0.65% (BUN54), sedang
taksa kelompok montane diwakili Podocarpidites sp./Podocarpus dengan
kehadiran sebesar 2.16% (BUN29) dan Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus sebesar 8.20% (BUN28). Pteridophyta menunjukkan
kenaikan tidak terlalu besar terutama ditunjukkan kehadiran Laevigatosporites
103

spp., Verrucatosporites spp. yang hadir relatif stabil selama periode zona ini.
Stenochlaeniidites papuanus hadir kembali mulai awal zona sebesar 0.82%
(BUN28).

3. Zona III (BUN55-BUN81)


Kenaikan kelompok back mangrove pada awal zona ditandai kehadiran
Acrostichum aureum sebesar 9.69%% (BUN55) dan mencapai 13.53% pada
akhir zona (BUN81) serta Oncosperma sebesar 0.69% (BUN55). Kelompok
mangrove hadir pada zona ini yaitu Zonocostites ramonae/Rhizophora type
sebesar 1% (BUN56) dan Avicennia sp. 0.33% (BUN56). Zonocostites
ramonae/Rhizophora type masih ditemukan pada bagian akhir zona sebesar
0.55% (BUN80) sedang Avicennia sp. sudah tidak ditemukan. Kelompok riparian
diwakili oleh kehadiran Marginipollis concinus/Barringtonia sebesar 0.62%
(BUN62) namun menghilang pada akhir zona. Kelompok fresh water cenderung
stabil pada zona ini mencapai 5.88% pada awal zona dan 9.02% pada akhir
zona. Hal ini ditunjukkan terutama oleh kehadiran Monoporites annulatus/
Gramineae, Stellatopollis sp./Croton type, Dipterocarpus type,
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae dan Lakiapollis ovatus/Durio type.
Kelompok lowland menunjukkan penurunan dari 3.46% (BUN55) menjadi 0.75%
pada akhir zona. Kehadiran kelompok montane ditandai oleh Podocarpidites
sp./Podocarpus yang mencapai 1.38% (BUN55) dan 2.26% pada akhir zona,
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus 2.08% (BUN55) dan 1.50%
pada akhir zona. Kelompok Pteridophyta menunjukkan kehadiran konsisten
sebesar 79.93% di awal zona menjadi 72.93% di akhir zona. Stenochlaeniidites
papuanus hadir pada zona ini, tertinggi mencapai 2.36% (BUN73).

4. Zona IV (BUN82-BUN100)
Pada awal zona ini, kelompok mangrove menunjukkan kenaikan sebesar
ditandai kehadiran Zonocostites ramonae/Rhizophora type sebesar 3.47%
(BUN82), dan masih dijumpai pada akhir zona sebesar 1.11%. Kelompok back
mangrove menunjukkan kehadiran cukup stabil sebesar 29.86% (BUN82)
menjadi 23.89% (BUN100). Nypa fruticans ditemukan pada awal zona sebesar
0.69% (BUN82) dan 0.56% (100), demikian juga Oncosperma sebesar 0.69%
(BUN82) dan 0.64% (BUN98). Florschuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris masih
ditemukan 0.69% (BUN82) dan 0.56% (BUN100). Kelompok riparian sudah
jarang ditemukan bahkan tidak hadir di akhir zona. Kelompok fresh water
104

mengalami kenaikan dari 4.17% diawal zona menjadi 11.11% diakhir zona.
Monoporites annulatus/Gramineae ditemukan sebesar 3.13% (BUN83) kemudian
mengalami kenaikan 7.78% (BUN100). Retitricolporites equatoralis/Calophyllum
type hadir sebesar 2.78% (BUN82) dan hadir dalam persentase sama pada akhir
zona. Kelompok lowland menunjukkan kenaikan ditunjukkan kehadiran
Haloragacidites/Casuarina sebesar 0.69% (BUN82) dan 0.56% diakhir zona.
Kelompok taksa montane masih hadir pada zona ini yaitu Podocarpidites
sp./Podocarpus mencapai 2.08% (BUN82) dan 1.11% (BUN100), sedang
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus hadir dengan persentase
1.39% pada awal zona dan menjadi 11.11% pada akhir zona. Pada zona ini,
Pteridophyta menunjukkan penurunan kehadiran Laevigatosporites spp. dari
31.25% (BUN82) menjadi 21.11% (BUN100), dan Verrucatosporites spp. sebesar
17.36% (BUN82) menjadi 17.78% (BUN100). Stenochlaeniidites papuanus masih
hadir pada zona ini sebesar 1.57% (BUN85) dan 1.11% (BUN100). Persentase
fosil polen dan spora ditemukan secara terperinci berdasar kelompok habitat
disajikan pada Lampiran 25.
Secara umum perkembangan vegetasi kelompok back mangrove cukup
besar terutama ditunjukkan Acrostichum aureum yang merupakan Pteridophyta
khas daerah mangrove. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah Bunkanel dan
sekitarnya pada masa lampau merupakan daerah intertidal atau area transisi
yang dipengaruhi pasang surut air laut sehingga taksa flora pesisir berkembang
cukup baik pada masa itu. Kehadiran taksa flora pegunungan, lowland, riparian
maupun fresh water memberi petunjuk bahwa bentang alam di daerah sekitar
Bunkanel merupakan daerah heterogen dengan tinggian dan rendahan sehingga
memberi kontribusi pada keragaman fosil polen dan spora yang tersedimentasi
pada Formasi Tapak di Bunkanel.

Lingkungan Pengendapan pada Formasi Tapak di Bunkanel


Lingkungan pengendapan pada Formasi Tapak di area Bunkanel
direpresentasikan oleh asosiasi kumpulan fosil polen dan spora serta fosil taksa
marin yang ditemukan dalam sedimen diamati. Secara umum lingkungan
pengendapan pada Formasi Tapak di Bunkanel merupakan daerah intertidal. Hal
ini ditunjukkan oleh persentase kehadiran taksa non marin masih lebih besar
(65.16%) daripada taksa marin (34.84%). Pada kelompok non marin vegetasi
kelompok back mangrove lebih dominan kehadirannya daripada kelompok
105

vegetasi terestrial lain termasuk taksa kelompok mangrove. Hal ini ditunjukkan
oleh kehadiran Acrostichum aureum mencapai rerata 12.13% per sampel dari
seluruh palinomorf yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel, sementara
kehadiran taksa dari kelompok habitat yang lain dibawah 1%, kecuali taksa
montane dan Pteridophyta. Podocarpidites sp./Podocarpus dan Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus yang masing-masing hadir dengan rerata
1.5% dan 3.66% per sampel. Kehadiran taksa marin berupa dynocysts dan FTL
pada semua sampel sedimen diamati maupun nilai indeks PMI dengan kisaran
nilai PMI= 102-800 menunjukkan pengaruh lingkungan laut yang tinggi. Gambar
39 menunjukkan dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok
palinomorf dan beberapa taksa flora terpilih.
Berdasar diagram Gambar 39, dinamika lingkungan pengendapan dapat
dibagi menjadi 4 zona yaitu:

1. Zona I (BUN1-BUN27)
Pada awal zona intensitas pengaruh lingkungan laut tinggi. Hal ini ditandai
kehadiran taksa marin sebesar 76.03% (BUN1) dimana 52.07% merupakan
dynocysts dan 23.97% adalah FTL. Kelompok back mangrove Acrostichum
aureum hadir sebesar 4.55%, dan taksa mangrove Zonocostites
ramonae/Rhizophora type hadir sebesar 1.24%. Taksa fresh water Monoporites
annulatus/Gramineae juga hadir sebesar 0.83% dan taksa montane
Podocarpidites sp./Podocarpus hadir sebesar 2.07%. Nilai PMI mencapai 417.24
pada awal zona. Kondisi ini menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan pada
awal zona di Bunkanel adalah daerah transisi atau intertidal kearah mangrove
dan back mangrove yang dipengaruhi lingkungan laut dengan intensitas cukup
besar dan dinamis (Haseldonckx 1974). Pada sampel BUN16-17 taksa mangrove
tidak ditemukan sementara taksa back magrove yaitu Acrostichum aureum hadir
sebesar 15.9% dan 7.24%. Taksa fresh water diwakili kehadiran
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae sebesar 1.14% (BUN16). Nilai PMI
menurun menjadi 126.92 (BUN16) dan 287.13 (BUN17). Hal ini mengindikasikan
lingkungan pengendapan berubah menjadi daerah transisi atau intertidal ke arah
back mangrove yang dipengaruhi lingkungan laut dengan intensitas lebih kecil
daripada di awal zona (Haseldonckx 1974).Taksa mangrove kembali hadir pada
sampel BUN18-BUN24 namun tidak hadir kembali pada sampel BUN25 sampai
akhir Zona I (BUN27).
106

/
lis

us is
at ns
pe ra

/
es
s/

ty to

rin
pe ae/

ric lie
ar /

e atu
ol oli

P ar ae nit
ua

im tra
llu qu
on

is
se vip

s p./
oc ce olle
um

as
nu

s us
hy s e
or am

pu s
ca le

/C

pu a
re

m an

P po aep

ar es
op ite
r

ty

tia ia

ar es
au

es
ea
on
zo ites

G tes
ra etz

oc dit
r
a

a id
C lpo

oc idit
t
in
m

i
id

od ta

od pi
eo
i
ne hu
t

or
te
R os

ph

hu

od p
ac

ac
ic

P car
ra
op
os

on c
c

al
tic

ag
S ors

itr
no

ot
on
pt

ry
os
hi

et

or

ap
Zo

am

Fl

ac
M

R
Dynocysts FTL

cr

al
MARIN DARAT PMI (Palynological Marine Index)

D
H
A
C
BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
BUN90
BUN89
ZONA
BUN88
BUN87
BUN86
BUN85
III 
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
BUN66
ZONA
III 
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
BUN47
BUN46
BUN45
BUN44
BUN43
BUN42
BUN41
BUN40
BUN39
BUN38
ZONA
II 
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
BUN21
BUN20
BUN19
BUN18
BUN17
BUN16
BUN15
BUN14

ZONA
BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5

BUN4
BUN3
BUN2
BUN1

0 50 100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 0 20 0 20 0 20 40 60 0 20 0 20 40 0 20 0 20 0 20 0 20 0 20 40
% % % % % % % % % % % % %

 
Gambar 39 Diagram dinamika lingkungan pengendapan berdasar kelompok fosil palinomorf pada sampel sedimen Formasi Tapak di
Bunkanel. Penentuan zona berdasar persentase taksa penyusun kelompok.
107

Nilai PMI meningkat dari 11.97 pada BUN18 menjadi 500 pada BUN27. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan lingkungan pengendapan kembali dari
daerah transisi atau intertidal area mangrove dan back mangrove (BUN16-17)
bergeser kembali ke area back mangrove di akhir zona (Haseldonckx 1974),
dengan intensitas pengaruh lingkungan laut yang tinggi.

2. Zona II (BUN28-BUN54)
Pada zona ini pengaruh lingkungan laut cenderung lebih menurun daripada
zona sebelumnya, kecuali sampel BUN37 dimana kehadiran taksa marin sangat
besar sehingga nilai PMI mencapai 811.76. Pada awal zona ini, ketidakhadiran
taksa mangrove berlangsung sebagai kelanjutan dari zona sebelumnya sampai
dengan BUN31, sedang taksa back mangrove Acrostichum aureum hadir dengan
persentase mencapai 13.73%, sementara taksa fresh water Monoporites
annulatus/Gramineae hadir 0.26% (BUN30). Hal ini menandakan sampai dengan
BUN31 lingkungan pengendapan masih merupakan daerah transisi atau intertidal
kearah back mangrove dengan intensitas pengaruh lingkungan laut yang tinggi.
Selanjutnya taksa mangrove hadir mulai dari BUN32 sampai akhir zona (BUN54)
demikian pula dengan taksa back mangrove, fresh water dan pegunungan
sementara nilai PMI cenderung menurun sampai akhir zona. Kondisi ini
menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan kembali bergeser dan merupakan
daerah transisi atau intertidal kearah area mangrove dan back mangrove dengan
intensitas pengaruh lingkungan laut yang menurun (Haseldonckx 1974).

3. Zona III (BUN55-BUN81)


Taksa mangrove kembali tidak hadir pada awal zona, sementara taksa back
mangrove Acrostichum aureum dan Oncosperma hadir 9.46% dan 0.68%.
Retitricolporites equatoralis/Calophyllum type hadir sebesar 2.36% demikian juga
Podocarpidites sp./Podocarpus dan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus yang mencapai 1.35% dan 2.03%, sehingga lingkungan pengendapan
pada awal zona ini adalah merupakan area back mangrove (Haseldonckx 1974).
Keadaan ini terulang pada BUN60-61 dan BUN65-70 serta BUN75-79, sehingga
terjadi perulangan lingkungan pengendapan: mangrove dan back mangrove
(BUN56-59) menjadi back mangrove (BUN60-61) kembali mangrove dan back
mangrove (BUN62-64) back mangrove kembali (BUN65-70) mangrove dan back
mangrove (BUN71-74) back mangrove (BUN75-79) dan kembali menjadi
mangrove dan back mangrove (BUN80-81) (Haseldonckx 1974). Pengaruh
108

lingkungan laut cenderung mengalami kenaikan ditunjukkan nilai PMI yang


dinamis mengikuti perulangan lingkungan pengendapan yang terjadi.

4. Zona IV (BUN82-BUN100)
Lingkungan pengendapan pada awal zona adalah merupakan daerah
transisi atau intertidal kearah area mangrove dan back mangrove (Haseldonckx
1974) sebagai kelanjutan dari zona sebelumnya. Perubahan menjadi area back
mangrove pada BUN84-85 karena taksa mangrove tidak ditemukan pada sampel
ini, dan kembali menjadi lingkungan pengendapan mangrove dan back mangrove
pada BUN86-88 ditandai oleh kehadiran Zonocostites ramonae/Rhizophora type
serta Camptostemon. Pada BUN89-90 taksa mangrove kembali tidak hadir
sehingga lingkungan pengendapan adalah back mangrove, demikian juga terjadi
pada BUN93-BUN95. Pada bagian akhir zona ini (BUN96-100) lingkungan
pengendapan kembali menjadi daerah transisi atau intertidal kearah area
mangrove dan back mangrove (Haseldonckx 1974) dengan kehadiran taksa
mangrove Zonocostites ramonae/Rhizophora type serta Avicennia sp. sebesar
0.85% dan 0.43% pada akhir zona, sementara taksa back mangrove, fesh water
maupun pegunungan selalu hadir sepanjang zona ini. Pengaruh lingkungan laut
semakin menurun yang ditandai nilai PMI semakin rendah. Persentase
keseluruhan palinomorf yang digunakan untuk merekonstruksikan lingkungan
pengendapan Formasi Tapak di Bunkanel disajikan pada Lampiran 26.

Nilai Ekologi Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan pada Formasi Tapak di
Bunkanel
Nilai ekologi berupa nilai indeks diversitas dan similaritas dari taksa flora
yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel adalah sebagai berikut:

1. Indeks Diversitas Shannon


Berdasar nilai Indeks Diversitas Shannon dan kriteria menurut Barbour et al.
(1987) maka keanekaragaman flora taksa ditemukan pada Formasi Tapak di
Bunkanel termasuk mempunyai keanekaragaman kategori sedang dan rerata
nilai indeks diversitas sebesar 2.0061 (2≤H’<3), dengan rincian 49 sampel
mempunyai indeks sedang dan 51 mempunyai indeks rendah. Nilai indeks
diversitas tertinggi pada BUN7 sebesar 2.8400 dimana ditemukan 40 taksa flora
dan terendah pada BUN66 sebesar 1.0960 dengan 9 taksa. Nilai indeks
diversitas secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 27. Diversitas taksa flora
109

berdasarkan fosil polen dan spora yang ditemukan menunjukkan suatu dinamika
dalam setiap lapisan sedimen diamati, hal ini disajikan pada Gambar 40.

2. Indeks Similaritas Sorensen


Nilai Indeks Similaritas Sorensen antar sampel sedimen diamati berkisar
antara 0.2553-0.8095 (25.53%-80.95%), dengan rerata 0.5964 (59.64%) dan
termasuk kriteria kemiripan tinggi (Krebs 1999, 2002). Nilai indeks similaritas
tertinggi 0.8095 ditemukan antara sampel BUN19 dan BUN23 berarti kemiripan
taksa hadir pada kedua sampel mencapai 80.95%, sedangkan terendah
25.53%% adalah antara BUN7 dan BUN27. Nilai indeks similaritas rerata yang
tinggi 0.5964 (59.64%) menunjukkan bahwa flora dan vegetasi pada Formasi
Tapak di Bunkanel cukup seragam sehingga kehadiran dalam setiap lapisan
sedimen berbeda umur dan waktu pengendapan cukup stabil. Gambaran matrik
nilai indeks similaritas selengkapnya disajikan pada Lampiran 28.

Umur Relatif Formasi Tapak di Bunkanel


Kehadiran fosil polen Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus
lebih menonjol dan intensitas kehadiran cukup besar dengan ditemukan pada 88
dari 100 sampel diamati, sedangkan fosil spora Stenochlaeniidites papuanus
ditemukan pada 34 sampel, dan 33 sampel keduanya ditemukan secara
bersamaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kehadiran taksa Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus semakin nyata atau mantap ke arah atas
atau umur semakin muda sedang Stenochlaeniidites papuanus cenderung
menurun atau menyusut dan diperkirakan menuju kepunahan. Kehadiran fosil
polen Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dan spora
Stenochlaeniidites papuanus pada sedimen Formasi Tapak di Bunkanel sesuai
dengan Zona Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dalam Zonasi
Palinologi Tersier Pulau Jawa (Rahardjo et al. 1994) dan Zona Podocarpus
imbricatus dalam Zonasi Palinologi Asia Tenggara (Morley 1978) yang
mempunyai umur relatif Pliosen Akhir (N20-N21). Distribusi fosil polen dan spora
taksa diagnostik Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dan
Stenochlaeniidites papuanus dapat disajikan pada Gambar 41.
110

Gambar 40 Jumlah taksa flora dan nilai Indeks Diversitas Shannon dari taksa flora yang ditemukan dalam lapisan sampel sedimen pada
Formasi Tapak di Bunkanel.
111

BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
BUN90
BUN89
BUN88
BUN87
BUN86
BUN85
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
BUN66
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
BUN47
BUN46
BUN45
BUN44
BUN43
BUN42
BUN41
BUN40
BUN39
BUN38
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
BUN21
BUN20
BUN19
BUN18
BUN17
BUN16
BUN15
BUN14
BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5
BUN4
BUN3
BUN2
BUN1

0 20 40 60 80 100 120 140

JUMLAH UNIT FOSIL


Podocarpus imbricatus
Stenochlaeniidites papuanus

Gambar 41 Distribusi jumlah fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/


Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus dalam
lapisan sedimen Formasi Tapak di Bunkanel (BUN).
112

Jumlah Taksa dan Flora Penciri Formasi Tapak di Bunkanel


Enam puluh tujuh (67) taksa paleoflora ditemukan pada Formasi Tapak di
Bunkanel, masih didominasi taksa flora berhabitus pohon berkayu (arboreal
plant) mencapai 38 taksa dibanding taksa berhabitus non pohon (non arboreal
plant) sebanyak 11 taksa dan 18 taksa Pteridophyta. Taksa AP dengan
persentase kehadiran dominan adalah Podocarpidites sp./Podocarpus (13.64%)
dan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus (28.82%). Taksa NAP
didominasi oleh Monoporites annulatus/Gramineae (8.45%) dan Compositae
(4.85%), sedang Pteridophyta didominasi Laevigatosporites spp. (35.44%) dan
Acrostichum aureum (19.08%). Berdasar kelompok habitat ekologi kelompok
back mangrove lebih dominan dibanding kelompok lain pada Formasi Tapak di
Bunkanel. Kehadiran kelompok back mangrove mencapai 20.60% dibanding
mangrove (1.13%); riparian (0.31%); fresh water (6.18%); lowland (0.87%) dan
montane (7.92%). Fosil diagnostik umur Miosen-Pliosen juga ditemukan yaitu
Stenochlaeniidites papuanus (0.33%) dengan persentase lebih kecil
dibandingkan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus (5.34%) per
sampel diamati.
113

PEMBAHASAN UMUM

Modifikasi Preparasi dan Analisis Data Palinologi

Beberapa teknik preparasi palinologi telah diperkenalkan dan dijelaskan


secara detail oleh para peneliti, salah satunya adalah Metode Erdtman (1943)
terutama digunakan pada preparasi sampel berasal dari rawa gambut (peat bog)
yang banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, polisakarida dan lignin.
Sampel pada penelitian ini berupa batuan sedimen transisi berumur tua (Plio-
Plistosen) yang banyak mengandung pasir liat-an (claystone) dan silikat dengan
fragmen cangkang moluska serta karbon sisa tumbuhan, sehingga digunakan
acuan Metode Moore et al. (1991) yang banyak digunakan untuk preparasi
sedimen transisi maupun laut dalam yang banyak mengandung pasir karbonatan.
Pertimbangan ini yang mendasari tidak digunakannya Metode Erdtman pada
penelitian yang dilakukan.
Pada pelaksanaan penelitian ternyata perlu dilakukan beberapa modifikasi
dalam metode preparasi dengan beberapa pertimbangan:
1. Keterbatasan peralatan preparasi sehingga perlu dicari metode lebih
sederhana namun dihasilkan sediaan mikroskopis palinologi cukup baik
2. Metode preparasi standar yang digunakan memberi hasil kurang baik,
sehingga perlu dilakukan modifikasi
3. Untuk meningkatan tingkat keakuratan preparasi

Metode preparasi yang dimodifikasi pada penelitian ini adalah metode Moore et
al. (1991). Metode semacam ini telah dikembangkan dan disederhanakan di
Laboratorium Palinologi, Departemen Teknik Geologi-ITB yaitu tidak
menggunakan ZnBr2 atau ZnCl2 untuk memisahkan fraksi organik (palinomorf)
dan anorganik pada saat preparasi. Setelah perlakuan berurutan HCl (ke-1), HF,
HCl (ke-2), HNO3 dan KOH kemudian disaring dan dibuat sediaan mikroskopis
dalam medium canada balsam atau entelan.
Modifikasi pertama dilakukan Suedy dan Setijadi (2009, tidak dipublikasikan)
karena urutan kerja sesuai metode preparasi standar yang digunakan kurang
baik hasilnya saat diterapkan pada sampel sedimen Formasi Tapak yang berupa
pasir liat-an karbonatan. Materi pengotor silikat sangat banyak menutupi
palinomorf sehingga menyulitkan pengamatan. Preparasi diulang sampai 3 kali
dengan melakukan beberapa modifikasi, diantaranya pengecekan menggunakan
114

mikroskop setelah tahap perendaman HCl (ke-2) dinetralkan. Pengecekan


bertujuan melihat hasil proses awal perendaman asam yang telah dilakukan,
apabila hasil kurang jelas (misal pengotor silikat masih banyak) tetapi kandungan
palinomorf cukup banyak maka proses dengan HCl dan HF kembali dilakukan,
namun jika hasil sudah cukup bersih dan kandungan palinomorf banyak maka
dilakukan proses penyaringan menggunakan saringan bertingkat dengan ukuran
250-5 µm sehingga proses preparasi lanjutan lebih mudah dan cepat. Proses
selanjutnya sama dengan preparasi standar yaitu perlakuan HNO3, KOH dan
penyaringan bertingkat. Apabila sampel tidak representatif yaitu material
pengotor banyak dan kandungan palinomorf tidak ada atau sedikit sekali maka
preparasi dihentikan sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan kimia.
Modifikasi kedua dilakukan yaitu setelah penyaringan bertingkat ke-2 tidak
langsung dilakukan pembuatan sediaan mikroskopis tetapi sampel yang telah
disaring diendapkan dengan sentrifus pada 2000 rpm selama 3 menit,
selanjutnya akuades diganti alkohol 10% sebanyak 5 mL dan didiamkan 12-24
jam sebelum dibuat sediaan mikroskopis. Perlakuan ini dilakukan karena sering
dijumpai apabila sampel langsung dibuat sediaan mikroskopis lebih cepat
berubah warna menjadi kusam atau kekuningan dan cukup mengganggu
pengamatan. Hal ini diduga karena proses netralisasi dengan akuades diantara
tahapan preparasi kurang sempurna sehingga reaksi kimia tetap berlangsung
walaupun sudah dibuat preparat sediaan. Penggantian alkohol 10% membantu
mengurangi sisa akuades netralisasi, selain itu alkohol berfungsi sebagai
penyegar dan pengawet palinomorf.
Modifikasi ketiga dilakukan pada pengambilan sampel untuk pembuatan
sediaan mikroskopis, dimana biasanya pengambilan sampel dalam pembuatan
sediaan mikroskopis menggunakan pipet tetes sehingga volume kurang terukur
secara akurat. Pada penelitian ini mikropipet Soccorex digunakan mengambil
sampel palinomorf untuk memperoleh keseragaman volume sampel, sehingga
hasil penghitungan kuantitatif palinomorf adalah jumlah palinomorf per volume
sampel terukur tepat, akurat dan seragam. Pada penelitian ini jumlah kuantitatif
palinomorf dihitung adalah per 800 µL dari 5 mL sampel sebagai hasil preparasi
dari 50 g sampel sedimen.
Modifikasi keempat dilakukan pada pembuatan sediaan mikroskopis. Media
penutup (mounting) biasanya tunggal berupa gliserin jeli, canada balsam atau
entelan. Pada penelitian ini digunakan dua media penutup yaitu gliserin jeli dan
115

entelan tetapi dengan metode pemakaian berbeda. Gliserin jeli dibuat dari
campuran akuades, gelatin, gliserin dan fenolphthalen, digunakan sebagai media
dasar yang dioleskan membentuk persegi empat memanjang atau kotak sesuai
kebutuhan pada gelas preparat. Sampel kemudian diambil dengan mikropipet
Soccorex sebanyak 800 µL dan diteteskan pada gelas benda yang telah diolesi
capuran gliserin jeli, kemudian dikeringkan di atas hot plate. Tip atau ujung
mikropipet hanya digunakan satu kali untuk satu sampel guna mencegah
kontaminan dari sampel lainnya. Adanya media dasar gliserin jeli menyebabkan
sampel menjadi rata mengikuti bentuk olesan. Entelan kemudian diteteskan pada
bagian tengah gelas benda berisi sampel palinomorf yang telah dikeringkan
kemudian direkatkan dengan gelas penutup secara hati-hati agar tidak ada
gelembung udara, setelah itu diberi label sesuai kode lapisan dan lokasi asal
sedimen. Penggunaan gliserin jeli sebagai media dasar bertujuan mengurangi
palinomorf terkumpul pada tepi atau tengah gelas benda sehingga sulit diamati.
Adanya gliserin jeli menjadikan palinomorf bisa merata pada bidang pandang dan
lebih mudah diamati serta mengurangi palinomorf yang tidak teramati di bagian
tepi gelas penutup. Modifikasi preparasi pada bagian ini sangat penting terutama
pada pengamatan fosil diagnostik, penciri atau penanda dimana kehadiranya
sangat penting dalam interpretasi sedimen, umur relatif maupun palinostratigrafi.
Modifikasi menghasilkan sediaan mikroskopis cukup baik, jernih dan bersih serta
relatif seragam dengan volume terukur. Metode preparasi yang dilakukan
mempunyai keuntungan lebih efisien secara operasional karena menggunakan
peralatan dan bahan kimia tidak terlalu banyak. Kelemahan metode adalah
hanya pada waktu yang dibutuhkan lebih lama karena tahapan pekerjaan
laboratorium sedikit lebih panjang. Urutan kerja preparasi standar dan modifikasi
disajikan pada Tabel 4.
Pada analisis palinologi data fosil polen dan spora hasil pengamatan
dikelompokan berdasar habitus, habitat terestrial dan palinomorf keseluruhan.
Berdasar pengelompokan habitus, jumlah total fosil polen dihitung untuk
menggambarkan proporsi taksa AP dan taksa NAP, sementara spora
Pteridophyta dihitung tersendiri untuk mengambarkan kelembaban lingkungan.
Pada pengelompokan habitat terestrial, semua palinomorf darat dikelompokan
menurut kesamaan habitat ekologi mengacu pada model Haseldonckx (1974).
Hal ini dilakukan untuk menggambarkan habitat ekologi darat yang berkembang
direpresentasikan oleh kehadiran fosil polen dan spora. Pengelompokkan taksa
116

marin dan non marin dilakukan untuk menggambarkan lingkungan pengendapan


dan pengaruh lingkungan laut. Penyusunan zona dinamika selain memperhatikan
persentase kehadiran taksa penyusun kelompok juga menggunakan persamaan
polinomial orde 6 pada MS Excel 2007. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa sebaran data ekologi cenderung bersifat random, sehingga dengan
menggunakan persamaan polinomial data fosil polen dan spora yang ditemukan
dapat diperkirakan polanya secara lebih sederhana. Selain itu dengan
pendekatan ini tidak ada sampel yang dikesampingkan (excluded) karena
masing-masing sampel mempunyai arti dan potensi yang sama dalam membantu
interpretasi data fosil polen dan spora seperti dikemukakan oleh Morley (2000).

Paleoflora dan Vegetasi pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas


Berdasar Fosil Polen dan Spora Ditemukan
Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang polen dan spora.
Umumnya palinologi fokus terhadap struktur dinding luar polen dan spora
dibanding bagian internal. Salah satu aspek palinologi adalah studi fosil polen
dan spora baik yang berupa fosil maupun modern (Moore & Webb 1978). Bukti
palinologi memiliki beberapa karakter dasar yaitu tipe unit polen, polaritas polen,
bentuk polen, simetrisasi polen, bagian arsitektur dinding polen, stratifikasi eksin,
struktur eksin, ukiran eksin, tipe apertura, jumlah apertura, posisi apertura,
bentuk apertura dan struktur apertura (Radford 1986). Data polen didapatkan dari
identifikasi dan penghitungan kuantitas polen yang terkandung dalam sampel
hasil preparasi batuan. Data polen digunakan untuk mengetahui
keanekaragaman flora atau tumbuhan yang hidup di kurun waktu tertentu saat
polen dan spora tersebut diendapkan. Data keanekaragaman tersebut kemudian
diaplikasikan untuk merekonstruksi paleovegetasi. Kondisi paleovegetasi ini
memberi informasi kondisi habitat dan iklim masa tersebut (Bradley 1999). Data
polen dan spora yang diperoleh digunakan untuk merekonstruksi kondisi
paleoflora, vegetasi dan lingkungan pada Formasi Tapak di Cekungan Banyumas
di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel yang merupakan cekungan
Tersier sebagai akibat interaksi antara lempeng Samudra Hindia yang menunjam
ke arah utara di bawah lempeng Asia (Hutamadi & Mulyana 2006), beberapa
diantaranya kemudian terangkat dan tersingkap memasuki periode Kuarter
(Sujanto et al. 1994).
117

Tabel 4 Urutan kerja preparasi palinologi standar, modifikasi Laboratorium Palinologi ITB dan modifikasi Suedy dan Setijadi (2009,
tidak dipublikasikan)
Preparasi Palinologi Standar Modifikasi Preparasi Palinologi Modifikasi Preparasi Palinologi
(Moore et al. 1991) (Laboratorium Palinologi ITB) (Suedy dan Setijadi 2009, tidak
dipublikasikan)
 Tahap persiapan  Tahap persiapan  Tahap persiapan
Pengeringan Pengeringan Pengeringan
Pembersihan Pembersihan Pembersihan
Penimbangan Penimbangan (50 g) Penimbangan (50 g)
Penumbukan Penumbukan Penumbukan
 Penghilangan karbonat: HCl 37%  Penghilangan karbonat: HCl 37%  Penghilangan karbonat: HCl 37%
 Penghilangan silika: HF 40%  Penghilangan silika: HF 40%  Penghilangan silika: HF 40%
 Penghilangan kalsium fluorida: HCl  Penghilangan kalsium fluorida: HCl  Penghilangan kalsium fluorida: HCl
37% 37% 37%
 Pemisahan fraksi organik: ZnBr2 atau - -
ZnCl2
- -  Pengecekan mikroskopis
- -  Penyaringan bertingkat I
 Oksidasi:HNO3 30%  Oksidasi:HNO3 30%  Oksidasi: HNO3 30%
 Pemucatan palinomorf: KOH 10%  Pemucatan palinomorf: KOH 10%  Pemucatan palinomorf: KOH 10%
 Penyaringan bertingkat  Penyaringan bertingkat  Penyaringan bertingkat II
- -  Refreshing: alkohol 5-10%
 Mounting : pengambilan sampel 1mL  Mounting : pengambilan sampel 1mL  Mounting: pengambilan sampel
menggunakan pipet tetes dan dibuat menggunakan pipet tetes dan dibuat menggunakan mikropipet dan dibuat
slide dengan mounting tunggal slide dengan mounting tunggal slide dengan mounting ganda
118

Berdasar pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada 166 sampel dari 3


lokasi penelitian Formasi Tapak di Cekungan Banyumas (Kedung Randu,
Gunung Tugel dan Bunkanel) berhasil diidentifikasi 72408 fosil palinomorf terdiri
dari 48570 fosil polen dan spora paleoflora Cekungan Banyumas, serta 23838
fosil taksa marin terdiri dari dynocysts dan FTL. Fosil polen dan spora tersebut
terdiri 76 tipe polen dan spora yang dikelompokkan kedalam tingkat taksa
berdasar afinitas botani menjadi: 20 tipe teridentifikasi pada taksa flora tingkat
kategori spesies, 41 tipe pada taksa flora tingkat kategori genus dan 15 tipe pada
taksa flora tingkat kategori famili. Sebanyak 43 (56.58%) dari 76 tipe polen dan
spora taksa paleoflora ditemukan sama pada 3 lokasi penelitian. Distribusi taksa
paleoflora berdasar fosil polen dan spora dapat disajikan pada Gambar 42.

2
7
GT

KR
43

4 5

15
BUN

Gambar 42 Diagram distribusi taksa paleoflora yang ditemukan di 3 lokasi


penelitian pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas.
KR= Kedung Randu; GT= Gunung Tugel; BUN= Bunkanel. Angka
menunjukkan jumlah taksa paleoflora.

Pada lokasi penelitian Bunkanel ditemukan lebih banyak fosil tipe polen dan
spora paleoflora dibanding lokasi penelitian lain, seperti yang disajikan pada
Gambar 43. Berdasar 76 tipe fosil polen dan spora yang ditemukan tersebut,
dapat dikelompokan menurut habitus atau morfologi flora penghasil menjadi: 41
taksa (53.95%) berhabitus pohon/AP dan 15 taksa (19,74%) berhabitus non
pohon/ NAP serta 20 taksa (26.32%) merupakan Pteridophyta. Jumlah taksa
paleoflora AP lebih dominan daripada NAP maupun Pteridophyta, dengan
rincian di tiap lokasi penelitian disajikan pada Gambar 44.
119

Gambar 43 Jumlah fosil tipe polen-spora paleoflora yang ditemukan di 3 lokasi


penelitian pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas.

Gambar 44 Jumlah taksa paleoflora berdasar kelompok habitus AP dan NAP


serta kelompok Pteridophyta di 3 lokasi penelitian pada Formasi
Tapak Cekungan Banyumas.

Di lokasi Kedung Randu, fosil polen dan spora dari taksa paleoflora AP yang
ditemukan menonjol diantaranya adalah Podocarpidites sp./Podocarpus
(10.32%) dan Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae (6.61%). Taksa NAP
didominasi Monoporites annulatus/Gramineae (16.56%) dan Ilexpollenites/Ilex
(1.56%), sedang Pteridophyta yang dominan adalah Laevigatosporites spp.
(33.14%) dan Acrostichum aureum (19.63%). Pada lokasi penelitian Gunung
Tugel, keberadaan taksa paleoflora AP didominasi oleh Podocarpidites
sp./Podocarpus (13.86%) dan Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus (8.34%). Taksa NAP didominasi oleh Monoporites annulatus/
Gramineae (24.07%) dan Stellatopollis sp./Croton type (4.40%), sedang
120

Pteridophyta dominan adalah Laevigatosporites spp. (40.52%) dan Acrostichum


aureum (22.36%). Pada lokasi Bunkanel taksa paleoflora AP dengan persentase
kehadiran dominan adalah Podocarpidites sp./Podocarpus (13.64%) dan
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus (28.82%). Taksa NAP masih
didominasi oleh Monoporites annulatus/Gramineae (8.45%) dan Compositae
(4.85%), sedang Pteridophyta didominasi kehadiran Laevigatosporites spp.
(35.44%) dan Acrostichum aureum (19.08%).
Kehadiran taksa AP lebih dominan daripada taksa NAP (pada 3 lokasi
penelitian seperti dijelaskan di bab sebelumnya) menunjukkan lebih berkembang
paleoflora dan vegetasi AP pada daerah di sekitar Formasi Tapak Cekungan
Banyumas. AP adalah polen yang berasal dari tumbuhan berhabitus pohon
sebagai komponen pembentuk atau penyusun lingkungan hutan, sedang NAP
adalah polen yang berasal dari tumbuhan bukan pembentuk hutan. Kelompok ini
terdiri dari tumbuhan yang hidup pada lingkungan lebih terbuka, seperti
Gramineae dan tumbuhan perdu (Rahardjo 1999). Perubahan kehadiran AP dan
NAP yang terjadi pada setiap lapisan sedimen pada 3 lokasi penelitian
menunjukkan adanya suatu dinamika paleoflora dan vegetasi pada masa
lampau. Rerata persentase kehadiran taksa kelompok habitus AP dan NAP
maupun kelompok Pteridophyta di 3 lokasi penelitian disajikan pada Gambar 45.

Gambar 45 Rerata persentase kehadiran taksa paleoflora berdasar kelompok


habitus AP dan NAP serta kelompok Pteridophyta di 3 lokasi
penelitian pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas. Persentase
kelompok AP dan NAP dihitung berdasar jumlah total fosil polen
yang dtemukan. Persentase kelompok Pteridophyta dihitung
berdasar jumlah total fosil spora dan polen ditemukan.
121

Berdasar kelompok habitat, taksa paleoflora dan vegetasi yang pernah


berkembang pada masa lampau di Formasi Tapak Cekungan Banyumas sangat
beragam dari flora dan vegetasi pesisir berupa vegetasi mangrove maupun back
mangrove sampai dengan vegetasi montane. Taksa paleoflora kelompok
mangrove yang ditemukan dominan di lokasi penelitian Kedung Randu dan
Bunkanel adalah Zonocostites ramonae/Rhizophora type dan Camptostemon,
sedang di Gunung Tugel didominasi taksa Avicennia sp. dan Camptostemon.
Taksa ini merupakan AP atau berhabitus pohon. Kelompok back mangrove yang
dominan di Kedung Randu dan Bunkanel adalah Acrostichum aureum dan
Florschuetzia levipoli/Soneratia caseolaris, sementara di Gunung Tugel selain
Acrostichum aureum, takson Oncosperma cukup signifikan kehadirannya. Pada
kelompok habitat riparian, taksa Myrtaceidites/Myrtaceae dan Pandaniidites/
Pandanus sp. hadir dominan di lokasi Kedung Randu, sementara di Gunung
Tugel didominasi Pandaniidites/Pandanus sp. dan Ilexpollenites/Ilex, sedang di
Bunkanel didominasi taksa Myrtaceidites/Myrtaceae dan Ilexpollenites/Ilex.
Monoporites annulatus/Gramineae merupakan takson dominan pada kelompok
habitat fresh water baik di Kedung Randu, Gunung Tugel maupun Bunkanel,
selain itu Aglaia type dan Cephalomappa malloticarpa signifikan hadir pada
kelompok ini di Kedung Randu. Taksa fresh water lain yang menonjol adalah
Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae dan Dipterocarpus type di Gunung Tugel,
Retitricolporites equatorialis/Calophyllum type dan Sapotaceoidaepollenites/
Sapotaceae hadir signifikan di Bunkanel. Kehadiran Lanagiopollis
regularis/Alangium sp. dan Haloragacidites/Casuarina cukup menonjol pada
kelompok habitat lowland di Kedung Randu, sedang di Gunung Tugel kelompok
ini ditandai oleh kehadiran Haloragacidites/Casuarina dan Dicolpopollis/Calamus
type, serta kehadiran Haloragacidites/Casuarina dan Lanagiopollis
regularis/Alangium sp. di Bunkanel. Kelompok habitat montane didominasi oleh
kehadiran taksa AP yaitu Podocarpidites sp./Podocarpus dan Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus pada 3 lokasi penelitian. Gambar serta
deskripsi beberapa fosil polen dan spora yang ditemukan disajikan pada
Lampiran 29, sedang rerata persentase kehadiran paleoflora Formasi Tapak
pada tiap lokasi penelitian menurut kelompok habitat disajikan pada Gambar 46.
122

Gambar 46 Rerata persentase kehadiran taksa paleoflora berdasar kelompok


habitat 3 di lokasi penelitian pada Formasi Tapak Cekungan
Banyumas. M= Mangrove; BM= Back Mangrove; R= Riparian; FW=
Fresh Water; LL= Low Land; MO= Montane; P= Pteridophyta.
123

Kehadiran kelompok Pteridophyta sangat menonjol pada semua lokasi


penelitian. Hal ini karena sifatnya kosmopolitan mampu tumbuh hampir diseluruh
habitat basah atau lembab sehingga kurang merepresentasikan habitat tertentu.
Pteridophyta merupakan satu kelompok tumbuhan untuk menunjukkan kondisi
habitat yang lebih basah atau lembab (Tjitrosoepomo 1986), meskipun demikian
salah satu anggota Pteridophyta yang ditemukan yaitu Acrostichum aureum
dimasukkan dalam kelompok back mangrove karena takson ini hanya hidup atau
ditemukan serta menjadi penciri utama pada habitat mangrove bagian belakang
(back mangrove) (Noor et al. 1999; Giesen et al. 2007).
Secara keseluruhan taksa paleoflora kelompok habitat back mangrove
menunjukkan kehadiran relatif stabil dan tinggi dalam setiap lapisan sedimen
pada 3 lokasi penelitian diamati. Persentase rerata kehadiran kelompok back
mangrove di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel secara berurutan
mencapai 21.66%, 23.11% dan 20.60%. Demikian juga taksa kelompok fresh
water dan kelompok montane menunjukkan kehadiran cukup signifikan. Taksa
kelompok habitat lain hadir konsisten walaupun persentasenya kecil. Berdasar
fosil polen dan spora yang ditemukan menunjukkan bahwa lingkungan pada
Formasi Tapak di Cekungan Banyumas sudah membentuk lingkungan darat
dengan morfologi daerah tinggian atau pegunungan di sekitarnya, sistem aliran
air juga berkembang sebagai media transpor polen dan spora dari pegunungan
menuju area transisi melalui dataran rendah (lowland), rawa air tawar (fresh
water) dan rawa mangrove.
Kehadiran taksa paleoflora selain merefleksikan dinamika, dapat digunakan
untuk memprediksi dinamika iklim lokal di Formasi Tapak Cekungan Banyumas
pada masa lampau. Pada bab terdahulu dijelaskan dinamika iklim lokal pada
setiap lokasi penelitian menggunakan kehadiran taksa indikator iklim panas-
basah dan kering-dingin di dalam sampel sedimen diamati. Perubahan iklim
secara global salah satunya menyebabkan perubahan suhu. Pada daerah lintang
tinggi perubahan suhu kurang dari 10ºC memberikan dampak langsung terhadap
flora atau tumbuhan dan vegetasi, namun kondisi yang demikian tidak
berlangsung di daerah tropis. Walker (1970) menyatakan bahwa perubahan suhu
5-10 ºC hanya memberi dampak langsung pada pergeseran dominasi tumbuhan
di daerah dataran tinggi seperti Gunung Kinibalu, Sabah selama masa glasial-
interglasial di Asia Tenggara. Yulianto dan Sukapti (1998) berpendapat bahwa
perubahan flora dan vegetasi di daerah tropis lebih disebabkan dampak tidak
124

langsung perubahan suhu, seperti naik-turunnya muka air laut, meluas-


menyempitnya daratan dan laut serta berkurangnya curah hujan. Penurunan
muka air laut selain menggeser dominasi tumbuhan pantai juga berakibat
meningkatkan kekeringan di bagian tengah pulau atau daratan sebagai akibat
perluasan daratan. Kekeringan menyebabkan berkurangnya proporsi tumbuhan
berkayu atau habitus pohon (arboreal vegetation) dan meningkatkan tumbuhan
tidak berkayu atau habitus non pohon (non arboreal vegetation) serta meluasnya
daerah tumbuh kelompok rumput-rumputan (Gramineae dan Cyperaceae),
demikian juga pada kondisi sebaliknya. Pada daerah tropis dataran rendah,
perubahan ini bukan pada pergeseran dominasi tumbuhan namun lebih terlihat
kepada perubahan komposisi komponen vegetasi tumbuhan di daerah tropis.
Berdasar pengamatan pada NAP, AP dan taksa terpilih yang mewakili iklim
lingkungan lebih panas-basah seperti Cephalomappa malloticarpa, Calophyllum
type, Casuarina, Sapotaceae dan Durio type dan penunjuk iklim yang lebih
dingin-kering seperti Monoporites annulatus/Gramineae serta penunjuk
kelembaban yaitu kelompok Pteridophyta (Tjitrosoepomo 1986; Rahardjo 1999;
Morley 1998; Morley et al. 1999; Lelono et al. 2001), maka dapat disusun kurva
iklim lingkungan Formasi Tapak yang menunjukkan dinamika pada masing-
masing lokasi penelitian seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Kondisi iklim
yang lebih dingin-kering ditunjukkan oleh melimpahnya kehadiran fosil polen
taksa NAP demikian juga sebaliknya pada kondisi iklim yang lebih panas-lembab
dicirikan oleh melimpahnya fosil polen taksa AP. Namun, kurva iklim di Formasi
Tapak secara keseluruhan tidak menunjukkan perbedaan tegas antara iklim
panas-basah dengan dingin-kering. Iklim dingin-kering yang terjadi bukan kondisi
dingin dan kering seperti pada padang savana, namun cenderung lebih lembab
karena kehadiran kelompok Pteridophyta dominan pada keseluruhan sampel
sedimen diamati. Selain itu, ketika proporsi NAP meningkat secara signifikan
tidak selalu ditandai oleh peningkatan kehadiran Monoporites
annulatus/Gramineae sebagai penunjuk iklim yang lebih dingin-kering. Pada
beberapa sampel Bunkanel (BUN27-30) kenaikan NAP ini ditandai oleh
kehadiran taksa Compositae/Asteraceae yang juga membutuhkan iklim kering
(arid sampai semi arid) untuk pertumbuhannya (van Steenis 2006). Kurva
dinamika iklim pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas di tiap lokasi penelitian
disajikan pada Gambar 47 dan 48.
125

DINGIN-KERING PANAS-BASAH PTERIDOPHYTA DINGIN-KERING PANAS-BASAH PTERIDOPHYTA

KR30 GT36
KR29 GT35
KR28 GT34
KR27 GT32
KR26 GT31
KR25 GT30
KR24 GT29
KR23 GT28
KR22
GT24
KR21
GT22
KR20
GT21
KR19
GT20
KR18
GT19
KR17
GT18
KR16
GT17
KR15
GT16
KR14
GT15
KR13
GT13
KR12
GT12
KR11
GT11
KR10
GT10
KR9
GT9
KR8
KR7 GT7

KR6 GT6

KR5 GT5

KR4 GT4

KR3 GT3

KR2 GT2
AP NAP AP NAP
KR1 GT1

0 50 100 0 50 100 0 50 100 0 50 100


% % % %  

Gambar 47 Kurva dinamika iklim pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas di


Kedung Randu (KR) dan Gunung Tugel (GT) berdasar proporsi
kehadiran AP dan NAP serta kelompok Pteridophyta. Detail
penjelasan kurva dinamika terdapat pada bab hasil dan
pembahasan tiap lokasi penelitian.
126

DINGIN-KERING PANAS-BASAH PTERIDOPHYTA

BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
BUN90
BUN89
BUN88
BUN87
BUN86
BUN85
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
BUN66
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
BUN47
BUN46
BUN45
BUN44
BUN43
BUN42
BUN41
BUN40
BUN39
BUN38
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
BUN21
BUN20
BUN19
BUN18
BUN17
BUN16
BUN15
BUN14
BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5
BUN4
BUN3
BUN2 AP NAP
BUN1

0 50 100 0 50 100
% %  

Gambar 48 Kurva dinamika iklim pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas di


Bunkanel (BUN) berdasar proporsi kehadiran AP dan NAP serta
kelompok Pteridophyta. Detail penjelasan kurva dinamika terdapat
pada bab hasil dan pembahasan lokasi penelitian.
127

Kehadiran taksa paleoflora pada 3 lokasi penelitian Formasi Tapak


Cekungan Banyumas menunjukkan kondisi relatif stabil. Adanya perubahan atau
dinamika pada kehadiran taksa di dalam lapisan sampel sedimen
mengindikasikan adanya perubahan komponen atau komposisi taksa flora
penyusun vegetasi dan tidak menunjukkan pergeseran dominasi tumbuhan, hal
ini sesuai penyataan Yulianto dan Sukapti (1998). Bukti mengenai hal tersebut
pada penelitian ini adalah berdasar pada nilai indeks similaritas atau kesamaan
dan indeks diversitas atau keanekaragaman. Penghitungan nilai indeks diversitas
menggunakan Indeks Diversitas Shannon (Krebs 2002; Cox 2002; Hammer et al.
2003) dan kriteria menurut Barbour et al. (1987) serta indeks similaritas berdasar
Indeks Similaritas Sorensen (Ludwig & Reynolds 1988; Krebs 1999, 2002) pada
taksa paleoflora ditemukan yang menunjukkan hasil seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai indeks diversitas (ID-Shannon) dan indeks similaritas (IS-


Sorensen) paleoflora yang ditemukan dalam sampel batuan sedimen
pada Formasi Tapak di 3 lokasi penelitian

Nilai Indeks Kedung Randu (KR) Gunung Tugel (GT) Bunkanel (BUN)
ID tertinggi 2.3300 2.5400 2.8400
ID terendah 0.8500 1.3600 1.0960
ID rerata 2.0023 1.7995 2.0061
IS tertinggi 0.7692 0.7727 0.8095
IS terendah 0.2500 0.2727 0.2553
IS rerata 0.5337 0.5539 0.5964

Paleoflora Formasi Tapak di Kedung Randu mempunyai keanekaragaman


kategori sedang dengan rerata nilai indeks keanekaragaman sebesar 2.0023
(2≤H’<3), dan nilai indeks similaritas antara 0.2500-0.7692 (25.00-76.92%),
dengan rerata 0.5337 (53.37%) termasuk kriteria kemiripan atau similaritas tinggi
(Krebs 1999, 2002). Paleoflora Formasi Tapak di Gunung Tugel mempunyai
keanekaragaman kategori rendah dengan rerata nilai indeks keanekaragaman
sebesar 1.7995 (1≤H’<2), dan nilai indeks similaritas antar sampel sedimen
diamati berkisar antara 0.2727-0.7727 (27.27%-77.27%), dengan rerata 0.5539
(55.39%) dan termasuk kriteria similaritas tinggi (Krebs 1999, 2002). Paleoflora
Formasi Tapak di Bunkanel mempunyai keanekaragaman kategori sedang
dengan rerata nilai indeks keanekaragaman sebesar 2.0061 (2≤H’<3), dengan
nilai indeks similaritas antar sampel sedimen diamati berkisar antara 0.2553-
128

0.8095 (25.53%-80.95%) dan rerata 0.5964 (59.64%) termasuk kriteria similaritas


tinggi (Krebs 1999, 2002). Dengan nilai rerata indeks similaritas yang tinggi
menunjukkan bahwa kehadiran taksa paleoflora berdasar fosil polen dan spora
dalam sedimen diteliti relatif stabil meskipun nilai indeks diversitasnya termasuk
kategori rendah (lokasi Gunung Tugel) sampai kategori sedang (lokasi Kedung
Randu dan Bunkanel). Pengertian stabil disini diasumsikan bahwa kehadiran fosil
polen dan spora mengikuti pola sedimentasi pada pembentukan Formasi Tapak
yang dinamis dan berulang lapisannya. Kondisi lingkungan atau habitat relatif
stabil sehingga vegetasi tidak mengalami perubahan dominasi paleoflora yang
dratis. Perubahan atau dinamika yang terjadi disebabkan dinamika komponen
paleoflora penyusun kelompok habitat maupun kelompok habitus, yang
diperkirakan karena perbedaan waktu pembungaan atau pembentukan generasi
gametofit sebagai bentuk adaptasi pada perubahan iklim regional daerah
penelitian di masa lampau. Keanekaragaman yang semakin tinggi merupakan
indikator dari kemantapan atau kestabilan dari suatu lingkungan pertumbuhan.
Kestabilan yang tinggi menunjukkan tingkat kompleksitas yang tinggi, hal ini
disebabkan terjadinya interaksi yang tinggi pula sehingga akan mempunyai
kemampuan lebih tinggi dalam menghadapi gangguan terhadap komponen-
komponennya (Barbour et al. 1987).

Lingkungan Pengendapan Formasi Tapak Cekungan Banyumas


Berdasar Fosil Polen dan Spora yang Ditemukan
Kehadiran fosil polen dan spora paleoflora dan palinomorf lain seperti taksa
marin di dalam sedimen dapat menunjukkan lingkungan ketika fosil polen dan
spora maupun palinomorf tersebut diendapkan. Pada penelitian ini, semua
palinomorf yang ditemukan baik berupa fosil polen dan spora serta dynocysts
dan FTL digunakan untuk merekonstruksi kondisi lingkungan pengendapan pada
Formasi Tapak Cekungan Banyumas. Secara umum lingkungan pengendapan
pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas merupakan suatu lingkungan transisi
atau intertidal yang dipengaruhi pasang-surut air laut seperti telah diuraikan bab
sebelumnya. Kehadiran taksa back mangrove dan taksa mangrove serta taksa
marin secara bersama-sama relatif menerus dalam sedimen menunjukikan
bahwa lingkungan pengendapan Formasi Tapak merupakan area mangrove dan
back mangrove serta dipengaruhi intensitas lingkungan laut yang dinamis. Hal ini
ditunjukkan kenaikan dan penurunan proporsi taksa palinomorf penyusun
129

kelompok habitat, baik palinomorf darat (polen dan spora) maupun palinomorf
marin dynocysts dan FTL serta pengaruh lingkungan laut yang ditunjukan oleh
nilai PMI. Hal ini sesuai dengan penelitian Suyanto dan Roskamil (1977) bahwa
ketika memasuki Pliosen daerah Banyumas dan sekitarnya merupakan laut
dangkal karena adanya regresi air laut yang signifikan, kemudian pada Kuarter
wilayah ini sudah terangkat/uplift bersamaan dengan akhir fase pembentukan
geantiklin. Demikian juga daerah Patikraja pada Kala Pliosen merupakan suatu
cekungan (Suyanto et al. 1994). Pada studi lain Wibowo (2009) mengamati
perubahan lingkungan pengendapan menggunakan fosil moluska menunjukkan
bahwa lokasi Kedung Randu dan Gunung Tugel terjadi perubahan lingkungan
pengendapan mengarah pada lingkungan intertidal pada singkapan Kedung
Randu dan mengarah ke fluviatil atau terestrial pada singkapan Gunung Tugel
berdasar ditemukannya asosiasi moluska Tellina sp.-Paphia sp. dan
Thalasinoides.
Kehadiran fosil polen dan spora yang berasal dari berbagai sumber
kelompok habitat darat maupun laut membuktikan bahwa Formasi Tapak di
daerah penelitian ini terbentuk dan terletak pada suatu cekungan. Fosil polen dan
spora tertransport serta tersedimentasikan bersama material penyusun sedimen
di dalam cekungan yang merupakan zona deposit. Seiring berjalannya waktu
fosil polen dan spora akan tersimpan dalam lapisan-lapisan sedimen. Kehadiran
fosil dynocyst dan FTL menunjukkan bahwa pembentukan Formasi Tapak juga
dipengaruhi lingkungan laut, antara lain melalui proses transgresi dan regresi.
Dinamika yang ditunjukkan oleh kehadiran berbagai kelompok palinomorf
mengindikasikan bahwa pembentukan Formasi Tapak melalui proses
sedimentasi yang dinamis dari lingkungan sekitar cekungan baik dari lingkungan
darat maupun laut.

Umur Relatif Formasi Tapak Cekungan Banyumas


Umur formasi batuan sedimen selain ditentukan absolut dengan
penanggalan radiometri, juga dapat ditentukan secara relatif berdasar fosil flora
dan fauna yang terdapat dalam batuan tersebut. Umur relatif ditentukan berdasar
pengamatan terhadap kemunculan awal (first appearance datum/FAD) dan
kemunculan akhir (last appearance datum/LAD) suatu takson indeks, penunjuk
maupun penciri pada umur tertentu.
130

Morley (1978) menyatakan bahwa Kala Miosen Akhir-Pliosen di Asia


Tenggara ditandai kemunculan Stenochlaeniidites papuanus, sedang batas
Pliosen Awal-Pliosen Akhir ditandai oleh kemunculan awal Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus dan kepunahan Stenochlaeniidites
papuanus menandai batas Pliosen Akhir-Kuarter. Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus menghasilkan polen khas trisaccate,
merupakan tumbuhan dataran tinggi basah di Asia Tenggara. Polen tipe ini
ditemukan pada sedimen berumur Pliosen Awal di daerah Kepala Burung Irian
Jaya (Morley 1998), sementara Kaas (1991) menemukan polen Podocarpus
imbricatus berumur Pliosen bagian tengah pada sedimen di Philippina Selatan.
Rahardjo et al. (1994) menemukan bahwa polen tipe ini umum ditemukan pada
sedimen berumur Pliosen Awal bagian teratas mendekati Pliosen Akhir. Diduga
nenek moyang takson ini berasal dari tumbuhan pegunungan di benua Australia
yang menyebar selama Miosen saat tumbukan dua lempeng benua terjadi, dan
menyebar dari bagian timur ke bagian barat Garis Wallace sampai akhirnya
menyebar di Paparan Sunda, Semenanjung Malaya sampai ke Indocina (Morley
1998).
Stenochlaeniidites papuanus merupakan indikator untuk umur Miosen Akhir
dan Pliosen di daratan Paparan Sunda. Diperkirakan takson ini berasal dari
Philippina yang bermigrasi ke daerah Irian akibat tumbukan lempeng Australia
dan lempeng Sunda pada Miosen Tengah. Kemudian pada Miosen Akhir,
menyebar ke Kalimantan Timur, Jawa dan Sumatera. Pada Kala Pliosen, takson
ini menyebar sampai India Utara dan China Selatan. Kepunahan takson ini di
Indonesia Barat diperkirakan pada Pliosen-Plistosen atau Plistosen Awal.
Stenochlaeniidites papuanus merupakan kerabat dekat tumbuhan paku pemanjat
Stenochlaena milnei atau S. cumingii dan mempunyai sinonim S. laurifolia
(Morley 1991).
Pada Cekungan Malaya, menunjukkan bahwa S. papuanus pertama kali
muncul bersamaan dengan posisi muka air laut terendah pada Neogen, dan
diduga menyebar atau bermigrasi selama kondisi muka air laut terendah pada
saat itu (Azmi et al. 1996). Spora tipe ini ditemukan menyebar pada kisaran
Miosen Bawah atau Tengah di Papua New Guinea, dan tumbuhan penghasil
spora tipe ini pada masa sekarang masih ditemukan umum di daerah Papua New
Guinea, Maluku dan Philippina (Morley 1998). Distribusi Stenochlaeniidites
papuanus dapat disajikan pada Gambar 49 dan 50
131

Gambar 49 Peta distribusi Stenochlaena milnei atau S. cumingii (diarsir) serta


penemuan fosil polen Stenochlaeniidites papuanus (•) di Asia
Tenggara (Morley 1998).

Gambar 50 Stratigrafi penyebaran Stenochlaeniidites papuanus di Asia Tenggara


(Morley 1998).
132

Pada penelitian ini 166 sampel sedimen diambil dari Formasi Tapak di
Cekungan Banyumas pada 3 lokasi singkapan yaitu Kedung Randu (KR/30
sampel), Gunung Tugel (GT/36 sampel) dan Bunkanel (BUN/100 sampel).
Pengamatan, identifikasi dan penghitungan palinomorf dilakukan pada seluruh
sampel pada slide mikroskopis yang dibuat, termasuk keberadaan fosil
diagnostik Stenochlaeniidites papuanus dan Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus. Pada sampel sedimen dari Formasi Tapak daerah
Kedung Randu (KR) dan Gunung Tugel (GT) fosil Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus ditemukan dalam jumlah tidak terlalu
menonjol (rerata 0.39% per sampel di Kedung Randu dan 1.14% per sampel di
Gunung Tugel) namun menerus mulai dari sampel umur paling tua (paling
bawah) sampai paling muda (paling atas). Fosil spora Stenochlaeniidites
papuanus ditemukan dengan kehadiran kecil (rerata 0.06% per sampel di
Kedung Randu dan 0.30% per sampel di Gunung Tugel) dan cenderung tidak
menerus di dalam sampel diamati, bahkan pada lokasi Kedung Randu hanya
ditemukan pada sampel awal (GT1) dan akhir (GT29). Kehadiran signifikan
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus terjadi di lokasi Bunkanel
mencapai 5.34% per sampel diamati sedang Stenochlaeniidites papuanus
kehadirannya cukup kecil sebesar 0.33% per sampel.
Wibowo (2009) melakukan penelitian di Kedung Randu dan Gunung Tugel
menyatakan posisi singkapan Kedungrandu berada di bawah singkapan Gunung
Tugel dengan tebal litologi tidak tersingkap di antara kedua singkapan ± 7.76 m,
dan asosiasi moluska menunjukkan kesamaan (Tellina sp.-Paphia sp.) antara
bagian atas singkapan Kedungrandu dengan bagian bawah dari singkapan
Gunung Tugel. Analisis umur menggunakan foraminifera pada lokasi ini tidak
menunjukkan hasil yang tepat karena bercampurnya foraminifera dari berbagai
lingkungan dan umur penyebaran sehingga bersifat reworked. Berdasar
kehadiran fosil diagnostik, Rahardjo et al. (1994) membagi Zaman Tersier di
Pulau Jawa menjadi delapan zona berdasar fosil polen dan spora diagnostik
yang ditemukan, salah satunya adalah Zona Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus. Zona ini berumur N20-N21 (Pliosen Akhir).
Hasil pengamatan terhadap fosil diagnostik pada 3 lokasi penelitian dan
mengacu hasil penelitian Wibowo (2009), Zonasi Palinologi Tersier Pulau Jawa
(Rahardjo et al. 1994) serta Zonasi Palinologi Asia Tenggara (Morley 1978) maka
disusun grafik distribusi Stenochlaeniidites papuanus dan Dacrycarpidites
133

australiensis/Podocarpus imbricatus pada Formasi Tapak di Cekungan


Banyumas, yang disajikan pada Gambar 51 dan 52. Kehadiran Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus terlihat lebih menonjol dengan intensitas
kehadiran lebih besar serta cenderung menerus dibandingkan Stenochlaeniidites
papuanus. Kondisi ini menunjukkan bahwa kehadiran takson Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus semakin nyata atau mantap ke arah atas,
sementara Stenochlaeniidites papuanus cenderung semakin menurun atau
menyusut dan diperkirakan mengarah pada kepunahan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan menghasilkan spora sebagai generasi gametofit untuk
perkembangbiakannya, seperti terlihat pada rekam kehadiran spora yang
ditemukan.
Kehadiran Monoporites annulatus/Gramineae yang fluktuatif dan cenderung
meningkat ke arah sedimen berumur lebih muda/ke atas memperkuat asumsi
bahwa terjadi kondisi mengarah pada lingkungan yang lebih dingin-kering.
Demikian juga dengan dinamika PMI semakin menegaskan bahwa terjadi
penurunan pengaruh lingkungan laut (Gambar 51 dan 52). Rahardjo (1999)
menyatakan bahwa Kala Plistosen dipisahkan dari Pliosen berdasarkan pada
beberapa fenomena antara lain perubahan iklim, dimana pada batas kedua umur
tersebut terjadi perubahan yang menyolok secara global yang ditandai dengan
pembentukan es yang luas di daerah kutub pada awal Plistosen sehingga muka
air laut di daerah tropis menurun. Selain itu juga ditandai dengan penurunan
arboreal pollen serta kenaikan Gramineae dan kepunahan Stenochlaeniidites
papuanus. Sementara kehadiran fosil diagnostik polen Dacrycarpidites
australiensis/Podocarpus imbricatus dan spora Stenochlaeniidites papuanus
pada Formasi Tapak di Cekungan Banyumas sesuai dengan Zona
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus dalam Zonasi Palinologi
Pulau Jawa (Rahardjo et al. 1994) dan Zona Podocarpus imbricatus dalam
Zonasi Palinologi Asia Tenggara (Morley 1978) yang mempunyai umur relatif
Pliosen Akhir (N20-N21), dibatasi oleh oleh kepunahan Stenochlaeniidites
papuanus serta kemunculan awal Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus
imbricatus. Berdasar fenomena teramati dan bukti-bukti palinologi yang
ditemukan maka diperkirakan bahwa Formasi Tapak Cekungan Banyumas di
daerah Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel terbentuk pada kisaran
umur relatif antara Pliosen Akhir menjelang Plistosen Awal atau dapat dikatakan
mempunyai umur relatif mengarah pada Kala Pliosen-Plistosen (Plio-Plistosen).
134

Dacrycarpidites australiensis/ Stenochlaeniidites


Podocarpus imbricatus Gramineae
papuanus PMI (Palynological Marine Index)
GT36
GT35
GT34
GT32
GT31
GT30
GT29
GT28
GT24
GT22
GT21
GT20
GT19
GT18
GT17
GT16
GT15
GT13
GT12
GT11
GT10
GT9
GT7
GT6
GT5
GT4
GT3
GT2
GT1

KR30
KR29
KR28
KR27
KR26
KR25
KR24
KR23
KR22
KR21
KR20
KR19
KR18
KR17
KR16
KR15
KR14
KR13
KR12
KR11
KR10
KR9
KR8
KR7
KR6
KR5
KR4
KR3
KR2
KR1

0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 20 40 60 80 100 0 50 100 150 200 250 300

JUMLAH UNIT FOSIL POLEN-SPORA %

Gambar 51 Distribusi kehadiran fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/


Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus pada
sedimen Formasi Tapak di Kedung Randu (KR) dan Gunung Tugel
(GT).
135

Dacrycarpidites australiensis/
Podocarpus imbricatus Stenochlaeniidites papuanus Gramineae PMI (Palynological Marine Index)
BUN100
BUN99
BUN98
BUN97
BUN96
BUN95
BUN94
BUN93
BUN92
BUN91
BUN90
BUN89
BUN88
BUN87
BUN86
BUN85
BUN84
BUN83
BUN82
BUN81
BUN80
BUN79
BUN78
BUN77
BUN76
BUN75
BUN74
BUN73
BUN72
BUN71
BUN70
BUN69
BUN68
BUN67
BUN66
BUN65
BUN64
BUN63
BUN62
BUN61
BUN60
BUN59
BUN58
BUN57
BUN56
BUN55
BUN54
BUN53
BUN52
BUN51
BUN50
BUN49
BUN48
BUN47
BUN46
BUN45
BUN44
BUN43
BUN42
BUN41
BUN40
BUN39
BUN38
BUN37
BUN36
BUN35
BUN34
BUN33
BUN32
BUN31
BUN30
BUN29
BUN28
BUN27
BUN26
BUN25
BUN24
BUN23
BUN22
BUN21
BUN20
BUN19
BUN18
BUN17
BUN16
BUN15
BUN14
BUN13
BUN12
BUN11
BUN10
BUN9
BUN8
BUN7
BUN6
BUN5
BUN4
BUN3
BUN2
BUN1

0 20 40 60 80 100 120 140 0 20 40 60 80 100 120 140 0 20 40 60 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

JUMLAH UNIT FOSIL POLEN-SPORA %

Gambar 52 Distribusi kehadiran fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/


Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus pada
sedimen Formasi Tapak di Bunkanel (BUN).
136

Hubungan Antara Lokasi Penelitian


Kedung Randu, Gunung Tugel, dan Bunkanel
Pembentukan singkapan Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel yang
merupakan objek penelitian ini diperkirakan berhubungan erat dengan proses
erosi-deposisi-transgresi-regresi serta uplift, dimana seperti disebutkan Suyanto
dan Roskamil (1977) bahwa Banyumas merupakan daerah yang mengalami
transgresi-regresi serta uplift-downlift yang dinamis selama Eosen sampai
Kuarter. Terbentuknya lapisan batuliat-pasiran yang dominan pada singkapan di
Bunkanel diduga berasal dari erosi yang terjadi pada daerah tinggian termasuk
Pegunungan Serayu Utara di sebelah utara Bunkanel yang terdeposisi di
singkapan ini. Serayu Utara terangkat pada Mio-Pliosen (van Bemmelen 1970).
Adanya masukan sedimen dari daerah tinggian ini ditandai oleh melimpahnya
kehadiran polen montane yaitu Podocarpidites sp./Podocarpus dan
Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus di Bunkanel yang terbawa
selama erosi berlangsung. Regresi air laut memungkinkan material erosi ini
terbawa sampai bagian yang lebih rendah yaitu Kedung Randu dan Gunung
Tugel sehingga bercampur serta ada sebagian yang membentuk lapisan sisipan
batuliat tipis seperti dijumpai di Kedung Randu. Lapisan batupasir yang banyak
ditemukan di Kedung Randu dan Gunung Tugel karena daerah ini lebih dekat
dengan laut di bagian selatan. Proses transgresi akan mengendapkan butiran
berukuran besar lebih dekat pantai sedang butiran lebih halus akan terdeposisi
sampai di bagian lebih belakang jauh dari pantai. Kondisi seperti ini yang
diperkirakan terjadi sehingga terbentuk sisipan tipis batupasir pada singkapan
Bunkanel yang letaknya lebih di belakang ke arah utara dari Kedung Randu dan
Gunung Tugel. Proses erosi-deposisi-transgresi-regresi ini terjadi berulang kali
sehingga membentuk lapisan sedimen yang berulang pada singkapan yang
diteliti. Di bagian selatan uplift terjadi membentuk geantiklin Jawa selama Miosen
Akhir sampai Pliosen (Suyanto & Roskamil 1977). Selama proses uplift terjadi
pengisian material erosi dari dua tinggian yang terbentuk ke dalam zona depresi
yang terbentuk dan berada diantaranya, salah satunya adalah cekungan lokasi
penelitian.
Suyanto dan Roskamil (1977) menyatakan bahwa cekungan di selatan Jawa
Tengah seperti di Banyumas, Kebumen dan Kulon Progo mengalami transgresi-
regresi laut yang besar pada Miosen Tengah sampai dengan Pliosen Awal
dengan arah dari bagian tenggara ke arah utara/tengah pulau. Daerah
137

Banyumas berubah menjadi laut dangkal, sedang Kebumen masih merupakan


laut dalam menuju ke Pliosen. Pada Pliosen Akhir menuju Kuarter daerah
Banyumas, Kebumen dan Kulonprogo sudah terangkat bersamaan dengan fase
akhir pembentukan geantiklin.
Berdasar fosil polen dan spora yang ditemukan 3 lokasi penelitian ini
mempunyai beberapa persamaan. Sebanyak 43 taksa (56.58%) dari 76 taksa
paleoflora yang ditemukan terdapat pada Kedung Randu, Gunung Tugel maupun
Bunkanel. Kehadiran taksa kelompok mangrove belakang terutama Acrostichum
aureum yang lebih menonjol daripada taksa kelompok lain mengindikasikan
bahwa 3 lokasi ini merupakan suatu lingkungan intertidal pada masa lampau. Hal
ini dapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rerata persentase kehadiran taksa kelompok back mangrove dan


Acrostichum aureum pada lokasi Kedung Randu, Gunung Tugel, dan
Bunkanel
Kedung Randu Gunung Tugel Bunkanel
(KR) (GT) (BUN)
Back mangrove 21.66% 23.11% 20.60%
Acrostichum aureum 19,64% 22.36% 19.08%

Kehadiran dan distribusi fosil diagnostik Dacrycarpidites australiensis/


Podocarpus imbricatus dan Stenochlaeniidites papuanus pada batuan sedimen
di 3 lokasi penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian di Kedung Randu,
Gunung Tugel dan Bunkanel terbentuk pada kisaran umur relatif yang sama
yaitu Kala Pliosen-Plistosen (Plio-Plistosen).

Temuan Baru dan Implikasinya pada Penelitian Lanjutan

Hasil penelitian ini selain mendapatkan informasi penting yang terkait


paleoflora, vegetasi dan lingkungan Formasi Tapak di Cekungan Banyumas
berdasar fosil polen dan spora tumbuhan yang sejauh ini belum diungkapkan,
juga telah mendapatkan suatu modifikasi preparasi yang bisa menjadi alternatif
baru dalam teknik preparasi dan meningkatkan akurasi pengamatan palinologi.
Modifikasi dalam analisis data palinologi yang dilakukan juga dapat
meningkatkan interpretasi terhadap data fosil polen dan spora yang ditemukan,
terutama dalam pengamatan fosil polen dan spora diagnostik atau marker yang
sangat penting.
138

Penelitian yang dilakukan merupakan salah satu bagian dari penelitian yang
lebih terintegrasi dan komprehensif yang diharapkan dapat lebih menggali
informasi lebih luas dan mendalam berkaitan dengan ekologi masa lampau yang
bermanfaat bagi masa sekarang dan masa mendatang, diantaranya berkaitan
dengan perubahan iklim dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan.
Kesempatan dan peluang penelitian ini di daerah tropis Indonesia masih sangat
luas untuk dilakukan, seperti dapat digambarkan sebagai berikut:

 
DATA EKOLOGI
  dan
IKLIM MASA LAMPAU
 

BIOLOGI GEOLOGI
Fosil Polen & Spora* Sedimen Transisi *
Fosil Foraminifera Sedimen Laut
Fosil Diatom Sedimen Danau
Fosil Nanoplankton
Fosil Moluska
Fosil Flora dan Fauna
  PROKSI EKOLOGI dan IKLIM MASA LAMPAU

 
DATA EKOLOGI dan IKLIM MASA LAMPAU YANG KOMPREHENSIF DAN
TERINTEGRASI
 

  Pemahaman dan Antisipasi Perubahan Iklim Masa Sekarang serta


Mendatang
 Pencegahan dan Mitigasi Bencana
 
 Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
 Interpretasi Sumber Senyawa Hidrokarbon
  Sejarah Alam dan Lingkungan
 Fungsi Lainnya 
 
Keterangan: * : sebagian dikerjakan dalam penelitian ini.

Gambar 53 Diagram potensi pengembangan penelitian paleoekologi.


139
 

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil paleorekonstruksi menggunakan fosil polen dan spora menunjukkan


bahwa Formasi Tapak Cekungan Banyumas di Kedung Randu, Gunung Tugel
dan Bunkanel terbentuk dan terletak di dalam suatu cekungan. Hal ini dibuktikan
oleh kehadiran bersama palinomorf darat maupun laut berupa fosil polen dan
spora yang berasal dari berbagai sumber kelompok habitat darat serta kehadiran
fosil taksa laut dynocysts dan FTL di dalam satu formasi batuan. Fosil polen dan
spora serta palinomorf laut tertransport serta tersedimentasikan bersama
material penyusun sedimen di dalam satu cekungan yang merupakan zona
deposit. Seiring berjalannya waktu dan proses sedimentasi palinomorf ini akan
tersimpan dalam lapisan-lapisan sedimen formasi batuan. Dinamika yang
ditunjukkan oleh kehadiran berbagai kelompok palinomorf mengindikasikan
bahwa pembentukan Formasi Tapak melalui proses sedimentasi yang dinamis
dari lingkungan sekitar cekungan baik dari lingkungan darat maupun laut. Selain
itu hasil paleorekonstruksi juga menunjukkan bahwa Formasi Tapak Cekungan
Banyumas di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel terbentuk pada
kisaran umur relatif sama serta lingkungan yang sama yaitu intertidal, karena
mempunyai kesamaan yang tinggi dalam kandungan fosil polen dan spora serta
distribusi fosil diagnostik. Perbedaan penampakan formasi batuan disebabkan
oleh perbedaan sumber material sedimen penyusunnya.
Paleoflora dan vegetasi di Formasi Tapak Cekungan Banyumas di Kedung
Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel terdiri 41 taksa (53,95%) berhabitus
pohon/AP dan 15 taksa (19,74%) berhabitus non pohon/NAP serta 20 taksa
(26,32%) merupakan Pteridophyta. Kehadiran taksa AP lebih dominan
mengindikasikan fosil polen yang berasal dari paleoflora dan vegetasi berhabitus
pohon lebih berkembang pada masa lampau di Formasi Tapak Cekungan
Banyumas. Perubahan kehadiran fosil polen AP dan NAP menunjukkan terjadi
dinamika paleoflora dan vegetasi pada masa lampau mengiringi dinamika
habitatnya.
Paleoflora dan vegetasi yang berkembang di Formasi Tapak Cekungan
Banyumas di Kedung Randu, Gunung Tugel dan Bunkanel beragam dari flora
140
 
dan vegetasi pesisir berupa flora dan vegetasi mangrove dan back mangrove,
fresh water, lowland dan montane, yang menunjukkan lingkungan pada Formasi
Tapak di Cekungan Banyumas sudah merupakan daratan dengan pegunungan
di sekitarnya, dan sistem aliran air berkembang sebagai media transpor polen
dan spora dari pegunungan menuju daerah transisi melalui dataran rendah
(lowland), rawa air tawar (fresh water) serta rawa mangrove.
Iklim lingkungan Formasi Tapak menunjukkan dinamika antara iklim panas-
basah dengan dingin-kering namun tidak tegas perbedaannya karena kehadiran
kelompok Pteridophyta dominan pada keseluruhan sampel sedimen. Kehadiran
taksa paleoflora di Formasi Tapak Cekungan menunjukkan kondisi relatif stabil,
dinamika yang terjadi mengindikasikan adanya suatu perubahan komponen atau
komposisi taksa paleoflora penyusun vegetasi dan tidak menunjukkan
pergeseran dominasi tumbuhan.
Kehadiran kelompok taksa back mangrove, mangrove dan marin yang relatif
menerus dalam sedimen menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan pada
Formasi Tapak Cekungan Banyumas merupakan lingkungan transisi dan
dipengaruhi intensitas lingkungan laut yang dinamis. Dinamika lingkungan
ditunjukkan kenaikan maupun penurunan proporsi taksa palinomorf penyusun
kelompok habitat, baik palinomorf darat (polen dan spora) maupun palinomorf
marin dynocysts dan FTL sedang pengaruh lingkungan laut ditunjukan nilai PMI.

Saran
Penelitian untuk menemukan zona kontak antara Formasi Tapak dengan
formasi diatasnya perlu dilakukan sehingga lebih banyak data yang bisa
diungkapkan, termasuk untuk membuktikan kepunahan fosil diagnostik
Stenochlaeniidites papuanus sebagai kelanjutan dari proses yang terjadi pada
Formasi Tapak. Penelitian yang lebih mendetail zonasi umur relatif formasi
batuan sedimen serta model lingkungan pengendapan di Jawa perlu
dikembangkan sehingga dapat membantu interpretasi umur dan lingkungan
pengendapan terutama berdasarkan bukti palinologi. Penelitian fosil spora
Pteridophyta juga sangat menarik dilakukan karena sangat membantu untuk
mengungkap peran dan fungsinya lebih mendalam diantaranya sebagai sumber
penyusun senyawa hidrokarbon yang penting seperti batubara, selain sebagai
penanda kelembaban suatu habitat. Selain itu, perlu digali informasi lebih banyak
141
 
tentang Cekungan Banyumas karena kawasan ini masih menyimpan berbagai
macam potensi yang berhubungan dengan pola dinamika paleoekologi dan
paleoiklim. Penelitian pola dinamika paleoekologi dan paleoiklim sangat penting
dan perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Gambaran pola
paleoekologi dan paleoiklim yang lebih terintegrasi dan komplementer sangat
berguna untuk memprediksi pola dinamika ekologi dan iklim masa sekarang
maupun mendatang karena sangat berhubungan erat dengan pola dinamika
ekologi dan iklim di masa lampau.
142
 
143
 

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2011. Jawa Tengah. www.wikipedia.com.


http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa Tengah. [21 Okt 2011].
[Anonim]. 2008. Pliosen. www.wikipedia.com. http://id.wikipedia.org/wiki/Pliosen.
[19 Nov 2008].
Anonim. 2005. PalDat: Illustrated Handbook on Pollen Terminology. Dept. of
Palynology and Structural Botany, University of Viena-Austria. On line in
www.paldat.org.
Asikin S, Handoyo A, Pratistho B, Gafoer S. 1992. Lembar Banyumas, Jawa
Tengah Skala 1:100.000. [Peta Geologi]. Bandung: Puslitbang Geologi. 1
lembar.
Azmi MY, Awalludin H, Bahari MN, Morley RJ. 1996. Integrated Biostratigraphic
Zonation for The Malay Basin Bull Geol Soc of Malay. Di dalam: Morley RJ.
1998. Palynological Evidence For Tertiary Plant Dispersals in The SE Asian
Region in Relation To Plate Tectonics And Climate. Biogeography and
Geological Evolution of SE Asia. Hall R, Holloway D. editors. Leiden, The
Netherlands: Backbuys Publishers. hlm 211-234.
Barbour GM, Burk JK, Pitts WD. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New York: The
Benyamin/Cummings Publishing Inc.
Behling H, Pillar VD. 2007. Late Quarternary Vegetation, Biodiversity and Fire
Dynamics on The Southern Brazilian Highland and Their Implication for
Conservation and Management of Modern Araucaria Forest and Grassland
Ecosystems. Phil Trans R Soc B 362: 243–251.
Birks HJB, Birks HH. 2005. Global Change in The Holocene. London: Edward
Arnold Publisher Ltd. hlm 107-123.
Bradley RS. 1999. Paleoclimatology: Reconstructing Climates of The Quaternary.
San Diego: Academic Press.
Buvat R. 1989. Ontogeny, Cell Differentiation and Structure of Vasculer Plants.
New York, London, Paris, Tokyo, Berlin Heidelberg: Springer-Verlag.
Carvalho MA. 2001. Paleoenvironmental Reconstruction Based on Palynological
and Palynofacies Analyses of The Aptian-Albian Succession in The Sergipe
Basin, Northeastern Brazil. Disertation. Ruprecht-Karls-Universität,
Heidelberg. Unpublished.
Cipi A, Mukti MM, Satyana AH. 2009. Intra-Arc Trans-Tension Duplex of
Majalengka to Banyumas Area: Prolific Petroleum Seeps and Opportunities
in West-Central Java Border. Proceedings Annual Convention 33rd
Indonesian Petrolium Association.
Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory Manual. 8th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies.
de Vernal A, Bilodeau G, Hillaire-Marcel C, Kassou N. 1992. Quantitative
Assesment of Carbonate Dissolution in Marine Sediments from Foraminifera
Linings vs Shell Ratios: Davis Strait Nortwest North Atlantic. Geology 20: 30.
144
 
Djuri D, Samudra H, Amin TC, Gafoer S. 1996. Lembar Purwokerto dan Tegal,
Jawa Tengah Skala 1:100.000. [Peta Geologi]. Bandung: Puslitbang
Geologi. 1 lembar.
Dowsett HJ. 2007. The PRISM Paleoclimate Reconstruction and Pliocene Sea-
Surface Temperature, in Deep-Time Perspectives on Climate Change:
Marrying the Signal From Computer Models and Biologicals Proxies.
Williams M et al. (editors). Geol Soc of London: 459-480.
Dupont LM, Behling H. Kim JH. 2008. Thirty Thousand Years of Vegetation
Development and Climate Change in Angola (ODP Site 1078). Clim Past
Discuss 4: 111–147.
Ellison JC. 2008. Long-term Retrospection on Mangrove Development Using
Sediment Cores and Pollen Analysis: A Review. Aqua. Bot. 89: 93-104.
Erdtman G. 1952. Morphology an Taxonomy Angiospermae: An Introduction to
Palynology. Massachusetts, USA: The Botanica Company Wather.
Erdtman G. 1943. An Introduction to Pollen Analysis. Waltham, Massachusetts,
USA: The Chronica Botanica Company.
Evitt WR. 1985. Sporopollenin Dinoflagellate Cysts: Their Morphology and
Interpretation. American Association of Stratigraphic Palynologist
Foundation. Di dalam: Tyson RV. 1995. Sedimentary Organic Matter.
Organic Facies and Palynofacies. London: Chapman and Hall.
Faegri K, Iversen J. 1989. Texbook of Pollen Analysis. New York: Hafner Press.
Fahn A. 1982. Plant Anatomy. Headington Hill Hall Oxford, England: Pergamon
Press Ltd..
Finsinger W, Heiri O, Valsecchi V, Tinner W, Lotter A. 2007. Modern Pollen
Assemblages as Climate Indicators in Southern Europe. Global Ecol Biogeo
16: 567-582.
Flenley JR. 1979. The Equatorial Rain Forest: a Geological History. London-
Boston: Butterworths. hlm 1-28.
Giesen W, Wulffraat S, Zieren M, Scholten L. 2007. Mangrove Guidebook for
Southeast Asia. India: FAO and Wetlands International. Dharmasarn Co. Ltd.
Germeraad JH, Hopping CA, Muller J. 1968. Palynology of Tertiary Sediments
from Tropical Areas. Rev Palaeobot Palynol 6: 189-348.
Graham A. 2002. Diversification of Gulf/Caribbean Mangrove Communities
Through Cenozoic Time. Ohio, USA: Dept. of Biological Sciences, Kent State
University.
Hall R. 2009. The Eurasian SE Asian Margin as a Modern Example of an
Accretionary Orogen. Di dalam: Cawood PA, Kroner A, editor. Earth
Accretionary Systems in Space and Time. The Geol Soc of London Spec
Publ 318: 351-372.
Hammer O, Harper DAT, Ryan PD. 2003. PAST-PALaentological STatistics, ver.
0.99. http://folk.uio.no/ohammer/past. [22 Januari 2003].
Haseldonckx P. 1974, Palynologycal Interpretation of Palaeoenvironments in SE
Asia. Sains Malaysiana 3 (2): 119-120.
145
 
Hedley RH.1964. The Biology of Foraminifera. Int Rev of Gen and Exp Zoo 1:1-
45.
Huang TC. 1972. Pollen of Taiwan. Taipei, Taiwan: National Taiwan University,
Botany Departemen Press.
Hutamadi R, Mulyana. 2006. Evaluasi Sumber Daya dan Cadangan Bahan
Galian untuk Pertambangan Skala Kecil di Banyumas. Proceeding
Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan. Pusat
Sumber Daya Geologi. Badan Geologi-Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral 4.
[IPCC]. 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis-Contribution of
Working Group I to The Fourth Assesment Report of The Intergovernmental
Panel on Climate Change. Solomon S et al. (editors). New York: Cambridge
University Press.
Jiang W, Wang H, Ding Z, Lang X, Drange H. 2005. Modelling The Midlle
Pliocene Climate with A Global Atmospheric General Circulation Model. J Of
Geophys Res Vol. 110.
Kapp RO. 1969. How To Know Pollen and Spores. Dubuque, Iowa, USA: WMc.
Brown Company Publisher.
Kaas WA van der. 1991. Palynology of Eastern Indonesia Marine Pistone Cores:
A Late Quartenary Vegetational and Climatic History for Australia. Palaeogeo
Palaeoclim Palaeoecol 85:239-302.
Kartanegara L, Uneputty H, Asikin S. 1987. Tatanan Stratigrafi dan Posisi
Tektonik Cekungan Jawa Tengah Utara Selama Jaman Tersier, Proceeding
IAGI XVI, 1987.
Koesoemadinata RP, Martojoyo S. 1974. Penelitian Turbidit di Pulau Jawa.
Pertemuan Ilmiah Tahunan III IAGI.
Krebs CJ. 2002. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and
Abudance. New York, USA: Harper and Row Publisher.
Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. 2nd ed. California, USA: Addison
Wesley Educational Publisher, Inc.
Lelono EB, Nugrahaningsih L, Tri Bambang SR, Widiastuti R. 2001. Indikasi
Perubahan Iklim pada Neogen Akhir di Pulau Jawa Berdasarkan Rekaman
Palinologi. Lembaran Publikasi LEMIGAS Vol. 35 No.2.
Lenz AC, Edwards LE, Pratt BR. 2000. Note 64-Application for Revision of
Articles 48-54, Biostratigraphic Units of The North American Stratigraphic
Code. hlm 372-375.
Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer of Methods and
Computing. New York: Wiley Press.
Maloney B. 2002. Environmental Reconstruction at Ayutthaya, Thailand. Belfast,
Northern Ireland: The Queen’s University Researh Report.
Moore PD, Webb JA, Collinson ME. 1991. Pollen Analysis. London: Blackwell
Press.
146
 
Moore PD, Webb JA. 1978. An Illustrated Guide To Pollen Analysis. New York,
USA: The Ronald Press Company.
Morley RJ. 2000. Origin and Evolution of Tropical Rain Forests. West Sussex,
England: John Wiley and Sons Ltd.
Morley RJ, Lelono EB, Nugrahaningsih L, Hasjim N. 1999. Tertiary Palynology
Project: Aims, Progress and Preliminary Results from the Middle Eocene to
Pliocene of Sumatra and Java. GRDC Paleontology Series.
Morley RJ. 1998. Palynological Evidence for Tertiary Plant Dispersals in The SE
Asian Region in Relation to Plate Tectonics and Climate. Biogeography and
Geological Evolution of SE Asia. Edited by Robert Hall and D Holloway.
Leiden, The Netherlands: Backbuys Publishers. hlm 211-234.
Morley RJ. 1995. Biostratigraphic Characterization of Systems Tracts in Tertiary
Sedimentary Basins. International Symposium on Sequence Stratigraphy in
SE Asia. Indonesian Petroleum Association. Jakarta. hlm 49-71.
Morley RJ. 1991. Tertiary Stratigraphic Palinology in Southeast Asia: Current
Status and New Directions. Geol Soc Malaysia Bull 28: 1-36.
Morley RJ. 1990. Short Course Introduction To Palynology With Emphasis on
Southeast Asia. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.
Morley RJ. 1978. Palynology of Tertiary And Ouarternary Sediments in Southeast
Asia. Proc. of the 6th Annual Convention, Indonesia Petroleum Association.
Mei, 1977.Jakarta. hlm 76-80.
Muller J. 1964. A Palynological Contribution to The History of Mangrove
Vegetation in Borneo, Ancient Pacific Floras-The Pollen Story. Di dalam:
Germeraad JH, Hopping CA, Muller J. 1968. Palynology of Tertiary
Sediments from Tropical Areas. Rev Palaeobot Palynol 6: 288-290.
Noor YS, Khazali M, Suryadiputra INN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. Bogor: Wetlands International, Indonesia Programme.
Powell AJ, Lewis J, Dodge JD. 1992. The Palynological Expressions of Post-
Palaeogene Upwelling: A Review. Geol Soc of London Publ 64:26.
Prebble M, Sim R, Finn J, Fink D. 2005. A Holocene Pollen and Diatom Record
from Vanderlin Island, Gulf of Carpentaria, Lowland Tropical Australia. Quat
Res 64: 357-371.
Punt W, Blackmore S, Nilsson S, Le Thomas A, Hoen P. 1994. Glossary of
Pollen and Spore Terminology. Utrecht, Netherlands: LPP Foundation.
Radford AE. 1986. Fundamentals of Plant Systematics. New York: Harper & Row
Publishers.
Rahardjo AT. 1999. Perubahan Iklim dan Batas Umur Pliosen-Plistosen
Berdasarkan Analisis Foraminifera dan Palinologi di daerah Mojoroto Jawa
Timur. Buletin Geologi ITB. Vol. 31 No.1. Bandung. hlm 1-13.
Rahardjo AT, Yulianto E, Setijadi R. 1998. Palinologi Formasi Nampol dan
Hubungan Stratigrafinya dengan Formasi Punung di Daerah Punung,
Kabupaten Pacitan. Buletin Geologi ITB, Vol. 29 No. 2. Bandung. hlm 57-67.
147
 
Rahardjo AT, Polhaupessy TT, Wiyono S, Nugrahaningsih H, Lelono EB. 1994.
Zonasi Polen Tersier Pulau Jawa. Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia,
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-23; Des 1994. Bandung: IAGI. hlm 77-87.
Rahardjo AT. 1993. Studi Kuarter : Keterpaduan Berbagai Bidang Ilmu. Buletin
Geologi ITB. Vol. 23 No. 2. Bandung. hlm 58-61.
Ravelo AC, Wara MW. 2004. Oceans and Global Climate During a Warm Period
and a Major Climate Transition. Oceanography Vol 17 No 3: 33-41.
Ravelo AC, Dekens PS, McCarthy M. 2006. Evidence for El Nino-like Conditions
During The Pliocene. GSA Today Vol 16 No 3: 4-11.
Robinson MM, Dowsett HJ, Chandler MA. 2008. Pliocene Role in Assesing
Future Climate Impacts. EOS Publications Vol. 89 No. 49: 502.
Ricklefs R. 1990. Ecology, 3th Edition. New York: Chiron Publishers.
Scull BJ, Felix CJ, McCaleb SB, Shaw WG. 1966.The Inter-dicipline Approach to
Paleoenvironmental Interpretations. Transc Of Gulf Coast of Geol Soc 16:81.
Semah AM. 1982. A Preliminary Report on a Sangiran Pollen Diagram. Mod Quat
Res SE Asia 7: 165-170.
Semah AM. 1984. Remarks on The Pollen Section of The Sambungmacan
Section (Central Java). Mod Quat Res SE Asia 8: 29-34.
Setijadi R, Suedy SWA, Rahardjo AT. 2005. Sejarah Flora Dan Vegetasi Formasi
Kalibiuk Dan Kaliglagah Daerah Bumiayu Ditinjau Dari Bukti Palinologi.
Prosiding Seminar Nasional MIPA Universitas Negeri Semarang. ISBN 979-
9579-80-5.
Shin IC. 1998. Pliocene–Pleistocene Paleoclimatic And Paleoceanographic
History Of Site 959 Eastern Equatorial Atlantic Ocean. Di dalam: Mascle J,
Lohmann GP, Moullade M. editors. Proceedings Of The Ocean Drilling
Program Scientific Results Vol 159: 575-583.
van Steenis CGGJ. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor: Puslit Biologi-LIPI.
Suedy SWA, Setijadi R. 2007. Fluktuasi Vegetasi Hutan Mangrove di Pantai
Gandhong-Sayung Demak Berdasarkan Bukti Palinologinya. BIOSFER Vol
24 No 3: 57-61.
Suedy SWA, Soeprobowati TR, Rahardjo AT, Maryunani KA. 2006a.
Keanekaragaman Flora Penyusun Hutan Mangrove Pantai Randusanga
Brebes Ditinjau Dari Bukti Palinologinya. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional UNSOED: Konservasi Biodiversitas Sebagai Penunjang
Pembangunan Berkelanjutan; Purwokerto, Okt 2006. Purwokerto: Fakultas
Biologi UNSOED. hlm 112-117.
Suedy SWA, Soeprobowati TR, Rahardjo AT, Maryunani KA, Setijadi R. 2006b.
Keanekaragaman Flora Hutan Mangrove di Pantai Kaliuntu Rembang
Berdasarkan Bukti Palinologinya. BIODIVERSITAS Vol 7 No 4: 322-326.
Sujanto FX, Siwindono T, Sahudi K, Purnomo E. 1994. Pandangan Baru Tektonik
Neogen Daerah dan Sekitar Java Axial Ridge Banyumas-Kebumen.
Proceedings Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa. Teknik Geologi UGM,
Yogyakarta. ISBN: 979-8611-00-4. 63-71.
148
 
Suyanto FX, Roskamil. 1977. The Geology and Hydrocarbon Aspects of
Southern Central Java. Buletin Geologi Indonesia IAGI J 4 No1: 61-71.
Sukapti WS, Yulianto E, Siregar DA, Bisri C. 1998. Fluktuasi Muka Laut Paruh
Kedua Holosen di Daerah Pondokbutun, Kalimantan Selatan: Sebuah
Analisis Palinologi. Buletin Geologi ITB, Vol. 29 No.2. Bandung.
Thanikaimoni G, Caratini C, Venkatachala BS, Ramanunjam CGK, Kar RK. 1984.
Selected Tertiary Angiosperm Pollen From India and Their Relationship with
African Tertiary Pollen. Francais: Institut Francais de Pondichery, Travaux de
La Section Scientifique et Technique.
Tjitrosoepomo G. 1986. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Traverse A. 1988. Paleopalynology. Boston: Department of Geosciences,
College of Earth and Mineral Science, The Pennsylvania State University.
Traverse A. 2007. Paleopalynology. Di dalam: Landman NH, Jones DS, editors.
Topics In Geobiology 2nd Edition Vol. 28. The Netherlands: Springer.
Tyson RV. 1995. Sedimentary Organic Matter: Organic Facies and Palynofacies.
London: Chapman and Hall.
van Bemmelen RW. 1970. The Geology of Indonesia, vol. IA: General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes. The Netherlands: Martinus Nijhoff
The Hague.
Walker D. 1970. The Changing Vegetation of The Montane Tropics. Search Vol
1:217-221.
Wibowo UP. 2009. Studi Perubahan Lingkungan Pengendapan Pada Beberapa
Daerah Di Pulau Jawa Selama Plio-Plistosen Berdasarkan Kajian
Paleontologi Moluska. Tesis S2 Teknik Geologi ITB. Tidak dipublikasikan.
Whitten T, Soeriaatmadja RE, Afiff SA. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Jakarta:
Prenhallindo Press.
Yulianto E, Tsuji H, Sukapti WS, Tanaka N. 2005. A Holocene Pollen and
Charcoal Record from a Tropical Lowland Swamp in Rawa Danau, West
Java, Indonesia. Tropics Vol 14 (2).
Yulianto E, Sukapti WS. 1998. Perubahan Iklim Selama Rentang Plistosen Atas
Hingga Holosen di Indonesia Berdasarkan Rekaman Data Palinologi.
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XXVII Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 8-
9 Des. Yogyakarta. hlm 66-71.
149

LAMPIRAN
150
151

Lampiran 1 Macam-macam tipe polen dan spora tetrad

Lampiran 2 Skema susunan dinding polen (Morley 1990)


152

Lampiran 3 Morfologi eksin dinding polen (Morley 1990)

Lampiran 4 Nilai indeks perbandingan diameter polar dan ekuatorial (P/E) polen
dan spora (Kapp 1969; Moore & Webb 1978)
Indeks P/E Bentuk
>2,0 perprolate
1,33-2,0 prolate
0,75-1,33 subspheroidal
0,5-0,75 oblate
<0,5 peroblate

Lampiran 5 Tipe-tipe apertura polen dan ciri-cirinya (Kapp 1969; Moore & Webb
1978)
Tipe Apertura Ciri-Ciri
Inaperturate Tidak mempunyai apertura
Monocolpate Mempunyai 1 apertura berbentuk colpus
Monoporate Mempunyai 1 apertura berbentuk porus
Tricolpate Mempunyai 3 apertura berbentuk colpus
Stephanocolpate Mempunyai > 3 colpus yang terletak meridional/sejajar
Pericolpate Mempunyai > 3 colpus yang terletak menyebar
Mempunyai 3 apertura berbentuk gabungan colpus-
Tricolporate
porus
Triporate Mempunyai 3 apertura berbentuk porus
Mempunyai > 3 porus terletak sejajar pada zona
Stephanoporate
ekuatorial
Periporate Mempunyai > 3 porus yang terletak menyebar
Apertura berbentuk colpus bertemu pada ujung-
Syncolpate
ujungya
Heterocolpate Apertura bentuk antara porus dan colpus/Pseudocolpi
153

Lampiran 6 Tipe ornamentasi eksin polen dan ciri-cirinya (Faegri & Iversen
1989)
Ornamentasi Ciri-Ciri
Psilate Seluruh permukaan halus, rata dan licin tidak berelief
Perforate Permukaan berlubang dengan ukuran lubang < 1µm
Foveolate Permukaan berlubang dengan ukuran lubang > 1µm
Scabrate Unsur ornamentasi isodiametrik/bintik ukuran < 1µm
Verrucate Unsur ornamentasi isodiametrik/bintik ukuran > 1µm
Gemmate Unsur ornamentasi isodiametrik/tonjolan berkerut/
seperti lingkaran ukuran > 1µm
Clavate Unsur ornamentasi seperti tangkai dengan dasar
menyempit dan ukuran tinggi lebih besar daripada
lebarnya
Pilate Unsur ornamentasi seperti clavate tetapi bagian
apikalnya menggembung
Echinate Unsur ornamentasi berbentuk seperti duri
Rugulate Unsur ornamentasi memanjang horizontal dengan pola
tidak beraturan
Striate Unsur ornamentasi memanjang horizontal dengan
susunan sejajar antara satu dengan lainnya
Reticulate Unsur ornamentasi membentuk pola seperti jala
Unsur ornamentasi berbentuk silinder tinggi dan
Baculate
ramping

Lampiran 7 Ornamentasi pada lapisan eksin (Traverse 1988)


154

Lampiran 8 Variasi morfologi, bentuk dan letak apertura pada polen dan spora
(Traverse, 1988)
155

Lampiran 9 Zonasi dalam biostratigrafi


156

Lampiran 10 Total jumlah dan persentase taksa palinomorf yang ditemukan di


Formasi Tapak di Kedung Randu

NAMA FOSIL/TIPE PALINOMORF PERSENTASE


NO JUMLAH
FORMASI TAPAK-KEDUNG RANDU (KR) (%)
1 Zonocostites ramonae/Rhizophora type 52 0.556
2 Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans 22 0.235
3 Lanagiopollis regularis/Alangium sp. 40 0.427
4 Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae 82 0.876
5 Florschuetzia levipoli/Soneratia caseolaris 64 0.684
6 Podocarpidites sp./Podocarpus 130 1.389
7 Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus 36 0.385
8 Retitricolporites equatorialis/Calophyllum type 94 1.004
9 Haloragacidites/Casuarina 36 0.385
10 Dicolpopollis/Calamus type 16 0.171
11 Cephalomappa malloticarpa 110 1.175
12 Camptostemon 46 0.491
13 Excoecaria sp. 4 0.043
14 Malvacipollis spp./Austrobaxus nitidus 16 0.171
15 Dacrydium 14 0.150
16 Retitricolpites sp./Avicennia sp. 42 0.449
17 Dipterocarpus type 40 0.427
18 Racemonocolpites sp./Oncosperma 38 0.406
19 Lakiapollis ovatus/Durio type 22 0.235
20 Discoidites novaguineensis/Brownlowia type 14 0.150
21 Quercoidites sp./Quercus 44 0.470
22 Myrtaceidites/Myrtaceaae 28 0.299
23 Marginipollis concinus/ Barringtonia 2 0.021
24 Lakiapollis microreticulatus/Neesia type 2 0.021
25 Shorea type 12 0.128
26 Castanopsis type 8 0.085
27 Aglaia/Meliaceae 304 3.248
28 Pandaniidites/Pandanus 16 0.171
29 Polyadopollenonites/Acasia type 14 0.150
30 Terminalia catappa 2 0.021
31 Pinuspollenites/Pinus sp. 6 0.064
32 Altingia type 8 0.085
33 Monoporites annulatus/Gramineae 222 2.372
34 Ilexpollenites/Ilex 12 0.128
35 Polygalacidites sp./Polygala type 12 0.128
36 Polygonaceae 6 0.064
37 Stellatopollis sp./Croton type 22 0.235
38 Acanthaceae/Strobilanthes 10 0.107
39 Cyperaceae 2 0.021
157

40 Typha sp. 12 0.128


41 Ephedripites/Ephedra 2 0.021
42 Pteris sp. 360 3.846
43 Laevigatosporites spp. 2340 25.000
44 Verrucatosporites usmensis/Stenochlaena palustris 448 4.786
45 Verrucatosporites spp. 740 7.906
46 Acrostichum aureum 1386 14.808
47 Crassoretitriletes vanraadshooveni/Lygodium scandens type 36 0.385
48 Selaginella type 86 0.919
49 Magnastriatites howardi/Ceratopteris thalicroides 12 0.128
50 Lycopodium phlegmaria 16 0.171
51 Lycopodiacidites kuepperi/Lycopodium cernuum 6 0.064
52 Stenochlaenidites papuanus/Stenochlaena laurifolia 6 0.064
53 Scolocyamus magnus/Stenochlaena areolaris 4 0.043
54 Matonisporites/Matonia 70 0.748
55 Retimonoletes/Schizeae 12 0.128
56 Cyathidites/Cyathea 54 0.577
Dyno cyst 1918 20.491
Foraminifera Test Linings (FTL) 204 2.179
TOTAL POLEN 1662 17.756
TOTAL SPORA 5576 59.573
TOTAL TAKSA MARIN 2122 22.671
TOTAL PALINOMORF 9360
159

Lampiran 11 Fosil polen dan spora yang ditemukan di 3 lokasi penelitian (Kedung Randu/KR, Gunung Tugel/GT dan Bunkanel/ BUN)
Banyumas serta afinitas botani dan habitus

NO NAMA FOSIL/TIPE POLEN DAN SPORA AFFINITAS BOTANI FAMILI HABITUS KR GT BUN
1 Laevigatosporites spp. Polypodiaceae Polypodiaceae
Pteridofita V V V
Ibrahim 1933 emend. Schopf, Wilson and Bentall 1944
2 Verrucatosporites spp. Polypodiaceae Polypodiaceae
Pteridofita V V V
Pflug 1952 in Thompson and Pflug 1953
3 Verrucatosporites usmensis Stenochlaena palustris Bedd. Blechnaceae
Pteridofita V V V
v.d. Hammen 1956
4 Stenochlaeniidites papuanus Stenochlaena laurifolia type C. Presl. Blechnaceae
Pteridofita V V V
Cookson 1957
5 Cyclosorus type Cyclosorus type Thelypteridaceae Pteridofita - V V
6 Scolocyamus magnus Stenochlaena areolaris (Harr.) Copel. Blechnaceae Pteridofita V - -
7 Acrosticum aureum Acrosticum aureum Linn. Pteridaceae
Pteridofita V V V
Muller 1976
8 Cyathidites Cyathea Cyatheaceae
Pteridofita V V V
Couper 1953
9 Deltoidospora Gleichenia Gleicheniaceae
Pteridofita - - V
Miner emend. Potonie 1956
10 Pteris sp./Polypodiaceoisporites Pteris sp. L. Pteridaceae
Pteridofita V V V
Potonie ex Potonie 1960
11 Crassoretitriletes vanraadshooveni Lygodium scandens type L. Sw. Schizaeaceae
Pteridofita V V V
Germeraad, Hopping and Muller 1968
12 Selaginella type Selaginella type Selaginellaceae Pteridofita V V V
13 Magnastriatites howardi Ceratopteris thalicroides (L.) Brongn. Parkeriaceae
Pteridofita V V V
Germeraad, Hopping and Muller 1968
14 Lycopodium phlegmaria type Lycopodium phlegmaria L. Lycopodiaceae
Pteridofita V V V
Couper 1953, Erdtman and Sorsa 1971
15 Lycopodiacidites Lycopodium sp. L. Lycopodiaceae
Pteridofita - - V
Couper 1953
16 Lycopodiacidites kuepperi Lycopodium cernuum type L. Lycopodiaceae
Pteridofita V V V
Klaus 1960
17 Osmundacidites Osmunda sp. Osmundaceae
Pteridofita - - V
Couper 1953
18 Matonisporites Matonia Matoniaceae
Pteridofita V V V
Couper 1958
19 Retimonoletes Schizaea Schizaeacaeae
Pteridofita V - -
Potonie 1951
20 Gleicheniidites Gleichenia Gleicheniaceae
Pteridofita - - V
(Ross 1949) Delcourt and Sprumont 1955
21 Podocarpidites Podocarpus Podocarpaceae
AP V V V
Cookson emend. Couper 1953 Endlicher 1874
22 Lygistepollenites florii Dacrydium Podocarpaceae
Erdtman 1943, Cookson and Pike 1953 Solander ex Lambert 1807, emend. AP V V V
de Laub. 1969
23 Pinuspollenites Pinus sp. L. Pinaceae
AP V V V
Raatz 1937, Andrews 1973
24 Dacrycarpidites australiensis Podocarpus imbricatus Blume. Podocarpaceae
AP V V V
Cookson and Pike 1953
25 Racemonocolpites sp. Oncosperma Blume. Palmae/Arecaceae
AP V V V
Gonzales Guzman 1952
26 Arenga Arenga Merril. Palmae/Arecaceae
AP - V V
Huang 1981
27 Ephedripites Ephedra type Ephedraceae
NAP V - -
Bolkhovitina 1953 ex Potonie 1958
28 Spinizonocolpites echinatus Nypa fruticans Wurmb. Palmae/Arecaceae
AP V V V
Muller 1968
29 Dicolpopollis sp. Calamus type Palmae/Arecaceae
AP V V V
Pflanzl 1956 emend. Potonie 1966, Muller 1968
30 Strobilanthidites Acanthaceae type Acanthaceae
NAP V - -
Sah 1960
31 Discoidites novaguinensis Brownlowia type Malvaceae
AP V V V
Khan 1976, Thanikaimoni 1987
32 Ilexpollenites Ilex Aquifoliaceae
NAP V - -
Thiergart 1937 ex Potonie 1960
33 Dipterocarpus type Dipterocarpus type Dipterocarpaceae
AP V V V
Morley 1976
34 Quercoidites Quercus Miq. Fagacea
AP V - V
Patonie, Thompson & Thiergart 1950 ex Potonie 1960
35 Compositae/Asteraceae Asteraceae Bercht. & J. Presl Asteraceae
NAP - V V
Potonie ex Potonie 1960
36 Bombacacidites Bombacaceae Kunth. Bombacaceae
AP - - V
Couper 1960
37 Cucurbitaceae Cucurbitaceae Cucurbitacea NAP - - V
38 Shorea type Shorea type Dipterocarpaceae
AP V V V
Muller 1975
160

39 Cephalomappa malloticarpa Cephalomappa malloticarpa Baill. J. J. Euphorbiaceae


AP V V V
Anderson and Muller 1975, Cartini 1985 Sm.
40 Retistephanocolpites williamsi Ctenolophon parvifolius Oliv. Ctenophonaceae
AP - - V
Erdtman 1956, Leidelmeyer 1966
41 Zonocostites ramonae Rhizophora type Rhizophoraceae
AP V V V
Muller 1964, Germeraad Hopping and Muller 1968
42 Avicennia type Avicennia sp. L. Acanthaceae
AP V V V
Morley 1967
43 Retitricolporites sp. Excoecaria type Euphorbiaceae
AP V V V
Blasco 1980
44 Retitricolporites equatorialis Calophyllum type Calophyllaceae
AP V V V
v.d. Hammen and Wijmstra 1964
45 Blumeodendron type Blumeodendron (Müll.Arg.) Kurz Euphorbiaceae
AP - - V
Anderson and Muller 1975
46 Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae AP - - V
47 Lanagiopollis regularis Alangium sp. Cornaceae
AP V V V
Morley 1982
48 Lakiapollis ovatus Durio type Malvaceae
AP V V V
Venkatachala and Kar 1969
49 Elaeocarpus type Elaeocarpus type Elaeocarpaceae
AP - - V
Erdtman 1952, Straka and Simon 1967, Huang1972
50 Lakiapollis microreticulatus Neesia type Malvaceae
AP V - V
Venkatachala and Kar 1969
51 Castanopsis type Castanopsis type Fagacea
AP V V V
52 Retitricolporites Leguminosae/Fabaceae Lindl. Fabaceae
NAP - - V
v.d. Hammen 1956 ex v.d. Hammen & Wijmstra 1964
53 Aglaia type Aglaia Lour. Meliaceae AP V - -
54 Sapotaceoidaepollenites sp. Sapotaceae (Miq.) Burck. Sapotaceae
AP V V V
Potonie ex Potonie 1960
55 Polygalacidites sp. Polygala type Polygalaceae
NAP V V V
Sah and Duta 1966.
56 Cyperaceaepollis Cyperaceae Cyperaceae NAP V V -
57 Monoporites annulatus Gramineae (R.Br.) Barnhart. Gramineae
NAP V V V
v.d. Hammen 1954
58 Pandaniidites Pandanus Parkinson. Pandanaceae
AP V V -
Erdtman 1952, Anderson and Muller 1975
59 Typha sp. Typha sp. Typhaceae
NAP V - -
Heussser 1971
60 Florschuetzia levipoli Sonneratia caseolaris (L.) Engl. Lythraceae
AP V V V
Germeraad, Hopping and Muller 1968
61 Florschuetzia meridionalis Sonneratia alba Sm. Lythraceae
AP - - V
Germeraad, Hopping and Muller 1968
62 Haloragacidites Casuarina type Casuarinaceae
AP V V V
Couper 1953
63 Canthiumidites Canthium sp. Rubiaceae
AP - - V
Khan 1991
64 Malvacipollis spp. Austrobuxus nitidus Miq. Picrodendraceae
AP V V V
Harris 1965
65 Garcinia cuspidata Garcinia cuspidata King. Clusiaceae
AP - V V
King.
66 Acacia type/Polyadopollenites Acacia Mill. Fabaceae
AP V - V
Pflug 1952 in Thompson and Pflug 1953
67 Camptostemon type Camptostemon Malvaceae
AP V V V
Thanikaimoni 1987
68 Altingia type Altingia type Altingiaceae AP V V V
69 Chenopodipollis sp. Chenopodiaceae Chenopodiaceae
NAP - V V
Krutzsch 1966
70 Polygonacidites Polygonaceae Juss. Polygonaceae
NAP V V V
Sah and Duta 1966.
71 Ipomoea type Ipomoea type Convolvulaceae NAP - - V
72 Myrtaceidites sp. Myrtaceae Juss. Myrtaceae
AP V - V
Cookson and Pike 1953
73 Marginipollis concinus Barringtonia L. Lecythidaceae
AP V V V
Clarke and Fredriksen 1968
74 Nymphaea tetragona L. Nymphaea tetragona Georgi. Nymphaeaceae
NAP - - V
Huang 1972
75 Terminalia catappa L. Terminalia catappa L. Combretaceae AP V - -
76 Stellatopollis sp. Croton type Euphorbiaceae NAP V V V

Keterangan: AP (arboreal pollen): berhabitus pohon; NAP (non arboreal pollen): berhabitus non pohon; tanda (V): ditemukan; tanda (-): tidak ditemukan
161

Lampiran 12 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitus Arboreal, Non Arboreal Pollen serta Pteridofita yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Kedung Randu
KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR
NO NAMA FOSIL/TIPE POLEN-SPORA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
22. 17. 13. 16. 12. 26.
1 Zonocostites ramonae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.1 0.0 0.0 0.0 6.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0
7 6 3 7 5 7
13. 16.
2 Spinizonocolpites echinatus 4.8 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 4.2 0.0 0.0 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.9 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0
3 7
13. 29. 16. 19.
3 Lanagiopollis regularis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 2.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.6 3.6 0.0 9.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
3 4 7 2
14. 37. 13. 10. 17. 17. 23.
4 Sapotaceoidaepollenites 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 8.8 0.0 6.3 0.0 0.0 6.7 6.8 6.7 0.0 3.6 0.0 0.0 5.9 7.7 0.0 0.0 6.7 1.5
3 5 3 0 2 6 1
14. 11. 10. 50.
5 Florschuetzia levipoli 4.8 0.0 0.0 0.0 1.3 8.8 9.4 6.7 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.3 0.0 0.0 0.0
3 8 4 0
19. 11. 10. 14. 17. 25. 25. 13. 18. 30. 29. 13. 18. 13.
6 Podocarpidites sp 4.5 0.0 8.8 2.1 0.0 9.4 3.3 4.5 0.0 5.6 0.0 0.0 7.7 0.0 4.6 0.0
0 1 0 3 6 0 0 3 2 0 4 8 8 3
13.
7 Dacrycarpidites australiensis 4.8 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.4 6.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 5.9 3.4 5.9 7.7 0.0 0.0 0.0 1.5 0.0
3
14. 17. 10. 15. 10. 29. 13.
8 Retitricolporites equatorialis 0.0 0.0 2.5 4.5 0.0 5.9 0.0 0.0 0.0 3.6 6.7 0.0 9.1 0.0 5.9 3.4 0.0 7.7 8.3 0.0 6.7 1.5 0.0
3 6 4 6 0 5 3
10. 13. 13. 18.
9 Haloragacidites 4.8 0.0 2.5 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.1 4.5 0.0 5.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 1.5 0.0
0 3 3 2
10 Dicolpopollis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.8 0.0 2.1 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0 6.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.3 0.0 1.5 0.0
75.
11 Cephalomappa maloticarpa 4.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 0.0 0.0 0.0 0.0 9.1 0.0 5.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
4
33. 27.
12 Camptostemon 9.5 0.0 7.1 0.0 0.0 8.8 5.9 0.0 9.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.5 5.0 0.0 3.4 0.0 7.7 0.0 0.0 6.7 0.0 0.0
3 8
13 Excoecaria sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
14 Malvacipollis spp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 6.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.8
15 Dacrydium 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.2 0.0 3.1 3.3 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
14. 22. 18. 13. 13.
16 Avicennia sp 0.0 0.0 0.0 5.9 0.0 2.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.3 0.0 0.0 0.0
3 2 2 6 8
14. 17. 11. 15.
17 Dipterocarpus type 0.0 0.0 2.5 9.1 0.0 2.9 2.1 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5
3 6 8 4
17. 10. 11. 23.
18 Oncosperma 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.5 5.9 3.4 0.0 0.0 6.3 0.0 0.0
9 0 8 1
16.
19 Lakiapollis ovatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 3.3 2.3 0.0 0.0 0.0 3.6 6.7 0.0 9.1 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7
10. 12.
20 Discoidites novaguineensis 0.0 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.3 0.0 0.0 3.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0 5
43.
21 Quercoidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.8
8
17. 11.
22 Myrtaceidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.3 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 3.6 0.0 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 8.3 0.0 6.7 1.5 0.0
6 8
23 Marginipollis concinus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
24 Lakiapollis microreticulatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
25 Shorea type 9.5 0.0 2.5 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 3.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
26 Castanopsis type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 0.0 3.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
97.
27 Aglaia/Meliaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
4
16.
28 Pandanidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.1 0.0 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 4.5 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7
10. 18.
29 Acasia type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7 2
30 Terminalia catappa 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
31 Pinuspollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.4 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 1.5 0.0
12.
32 Altingia type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
5
76. 66. 20. 78. 81. 99. 91. 88. 93. 94. 71. 83. 86. 75. 66. 33. 85. 80. 54. 95. 80. 82. 79. 88. 53. 83. 68. 66. 92. 88.
ARBOREAL POLLEN/AP
2 7 0 6 8 4 2 2 8 4 9 3 4 0 7 3 7 0 5 5 0 4 3 2 8 3 8 7 3 5
19. 77. 21. 21. 10. 12. 26. 61. 10. 36. 10. 11. 13. 38. 16. 31. 26.
33 Monoporites annulatus 0.0 9.1 0.0 0.0 5.9 6.3 5.6 2.3 6.7 0.0 0.0 7.7 7.7
0 5 4 9 0 5 7 1 7 4 0 8 8 5 7 3 7
22. 12.
34 Ilexpollenites sp 0.0 0.0 0.0 9.1 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
2 5
35 Polygalacidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 5.9 0.0 0.0 3.1 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
11.
36 Polygonaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 0.0 0.0
1
37 Stellatopollis sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 9.1 0.0 6.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 5.9 6.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
38 Achantaceae 4.8 0.0 2.5 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 3.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
39 Cyperaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
11.
40 Typha sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.6 6.7 9.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.8
8
41 Ephedripites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
23. 33. 80. 21. 18. 11. 28. 16. 13. 25. 33. 66. 14. 20. 45. 20. 17. 20. 11. 46. 16. 31. 33. 11.
NON ARBOREAL POLLEN/NAP 0.6 8.8 6.3 5.6 4.5 7.7
8 3 0 4 2 8 1 7 6 0 3 7 3 0 5 0 6 7 8 2 7 3 3 5

KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR3
PTERIDOFITA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
12. 12.
42 Pteris sp 9.4 5.5 4.8 4.2 1.1 4.6 2.8 3.9 3.7 5.5 6.9 3.8 3.7 3.7 4.7 8.6 7.8 5.2 6.7 1.7 8.7 0.0 1.3 2.2 0.0 3.8 2.5 0.0
2 0
40. 34. 23. 32. 38. 34. 37. 34. 29. 37. 29. 28. 42. 29. 38. 44. 37. 42. 24. 32. 25. 30. 34. 42. 26. 34. 37. 18. 45.
43 Laevigatosporites spp 6.3
3 1 6 7 0 3 7 9 4 8 7 7 3 6 0 3 1 7 1 4 9 8 6 3 1 9 1 9 5
12. 11. 10. 12. 11.
44 Verrucatosporites usmensis 6.0 1.1 4.0 8.5 6.0 4.9 9.1 7.1 6.5 8.7 1.9 8.3 7.5 8.7 0.0 4.8 5.2 1.7 3.8 3.8 4.3 6.3 5.7 5.7 3.0
2 0 2 5 4
14. 11. 13. 12. 11. 12. 14. 13. 16. 23. 13. 11. 13. 18. 11. 13.
45 Verrucatosporites spp 7.9 7.7 0.5 2.4 7.9 2.8 8.7 5.7 6.9 2.6 2.2 6.3 8.2 3.0
6 8 9 0 3 7 8 4 3 1 9 4 8 0 5 3
11. 11. 14. 25. 18. 21. 16. 13. 27. 17. 21. 19. 11. 25. 19. 11. 16. 33. 28. 41. 22. 32. 20. 26. 23. 20. 14.
46 Acrosticum aureum 7.4 8.6 9.8
5 0 2 0 7 1 0 9 5 1 4 0 5 0 4 3 5 6 6 4 1 1 5 1 8 0 9
47 Crassoretitriletes vanraadshooveni 1.4 1.2 0.0 0.0 0.0 1.1 0.6 0.9 0.6 0.0 0.6 0.5 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 1.0 0.0 0.6 0.0 1.3 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0
48 Selaginella type 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.6 2.9 0.0 1.1 3.7 1.9 0.0 0.0 1.9 0.0 1.0 1.7 0.0 4.3 0.0 2.6 1.3 0.0 1.6 3.8 0.8 5.9
49 Magnastriatites howardi 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0
50 Lycopodium phlegmaria 0.7 1.2 0.0 0.0 0.0 0.5 0.6 0.9 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
51 Lycopodiacidites kuepperi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0
52 Stenochlaenidites papuanus 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0
53 Scolocyamus magnus 0.0 1.2 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
54 Matonisporites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.9 0.0 1.0 1.2 2.7 0.0 7.7 1.9 0.0 0.9 1.4 3.9 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.5 0.0 1.0 0.0 0.0
55 Retimonoletes 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 0.0 4.3 0.0 0.0 0.0 0.0
56 Cyathidites 0.7 2.4 3.1 3.8 3.0 0.0 0.6 4.7 0.0 0.0 1.2 0.5 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 0.0 0.0
84. 89. 68. 86. 86. 17. 80. 84. 71. 82. 80. 83. 79. 92. 86. 83. 73. 78. 89. 81. 81. 85. 83. 78. 83. 73. 74. 85. 46. 74.
SPORA
9 0 5 5 7 9 6 0 1 4 5 5 6 3 1 3 6 6 3 0 0 3 1 2 3 9 6 7 7 3
162

Lampiran 13 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitat yang ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu

NAMA FOSIL/ KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR
NO
TIPE POLEN-SPORA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 Zonocostites ramonae 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 3.4 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 1.4 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 4.3 3.2 3.8 0.0 0.0

2 Retitricolpites sp 2.2 2.4 0.0 0.0 2.4 0.0 1.1 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 1.0 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0

3 Camptostemon 1.4 3.7 0.0 1.0 0.0 0.0 1.7 0.9 0.0 5.0 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 1.0 0.0 0.6 0.0 1.3 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0

4 Excoecaria sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

MANGROVE 3.6 6.1 0.0 1.0 5.4 0.0 6.9 0.9 1.2 5.0 1.8 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 3.4 1.9 0.0 2.9 0.0 2.6 4.3 4.8 4.8 0.0 0.0
11. 11. 14. 25. 18. 21. 16. 13.
5 Acrosticum aureum 7.4 27.7 17.1 21.4 19.0 11.5 25.0 19.4 11.3 8.6 16.5 33.6 28.6 41.4 22.1 32.1 20.5 26.1 23.8 20.0 9.8 14.9
5 0 2 0 7 1 0 9
6 Spinizonocolpites echinatus 0.7 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 1.3 4.3 0.0 0.0 0.0 0.0

7 Florschuetzia levipoli 0.7 0.0 0.0 1.9 0.0 1.1 1.7 1.9 3.0 8.9 1.8 1.1 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0

8 Racemonocolpites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.7 0.0 0.0 0.9 1.9 0.9 0.6 2.6 0.0 0.0 1.6 0.0 0.0 5.9

9 Discoidites novaguineensis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.5 1.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
MANGROVE BELAKANG/BACK 12. 11. 14. 26. 19. 22. 17. 18.
8.4 36.6 18.9 24.2 20.4 12.5 26.9 19.4 17.0 8.6 17.5 34.5 30.5 42.2 22.7 35.9 21.8 30.4 27.0 20.0 9.8 20.8
MANGROVE 9 0 2 9 9 9 9 1
10 Myrtaceidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.8 0.0 0.0 1.2 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.9 0.0 1.7 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 1.0 0.8 0.0

11 Marginipollis concinus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

12 Pandanidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 2.8 1.9 0.0 0.0 0.9 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

13 Ilexpollenites sp 0.0 2.4 0.0 0.0 1.2 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

RIPARIAN 0.0 2.4 0.0 0.0 1.2 0.0 0.6 2.8 0.0 0.0 1.8 0.0 0.9 1.0 0.0 2.8 2.8 0.0 1.0 1.7 1.0 1.7 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 1.0 0.8 0.0

14 Malvacipollis spp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 1.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0

15 Dipterocarpus type 0.0 0.0 0.8 1.9 1.2 0.0 0.6 2.8 0.6 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.7 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 4.0

16 Lakiapollis microreticulatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
80.
17 Aglaia 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0
18 Altingia type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 3.2 0.0 0.0 0.0

24.
19 Monoporites annulatus 2.9 0.0 2.9 1.2 0.0 0.0 0.9 1.8 0.0 4.3 1.6 0.5 1.0 3.7 10.2 2.8 1.4 3.9 0.0 1.9 1.7 2.3 0.0 6.4 4.3 7.9 3.8 4.1 2.0
4
20 Polygalacidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.9 0.0 0.0 0.6 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

21 Polygonaceae 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0

22 Stellatopollis sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 1.9 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.9 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

23 Achantaceae 0.7 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

24 Cyperaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

25 Typha sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 1.4 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0

26 Retitricolporites equatorialis 0.0 0.0 0.8 1.9 0.6 0.0 1.1 2.8 3.0 0.0 3.0 1.6 6.0 0.0 1.9 0.0 0.9 1.4 0.0 1.7 0.0 0.9 0.6 0.0 1.3 2.2 0.0 1.0 0.8 0.0

27 Ephedripites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

28 Lakiapollis ovatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 3.0 0.0 0.5 0.5 0.0 0.0 0.0 0.9 1.4 0.0 1.7 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

29 Sapotaceoidaepollenites 0.0 0.0 0.0 1.9 0.6 0.0 1.7 0.0 1.8 0.0 0.0 1.1 1.4 2.9 0.9 0.0 0.9 2.9 0.0 0.0 1.9 0.9 2.9 3.8 1.3 0.0 0.0 1.0 0.8 5.9

30 Cephalomappa maloticarpa 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 1.7 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 40.2 0.0

31 Shorea type 1.4 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

32 Terminalia catappa 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

27. 80.
AIR TAWAR/FRESH WATER 5.8 1.2 8.7 3.6 6.3 7.5 7.8 3.0 9.1 8.2 12.0 3.8 8.3 11.1 6.6 10.0 4.9 6.0 7.6 6.9 9.3 9.0 10.3 6.5 11.1 6.7 46.7 13.9
6 5

33 Lanagiopollis regularis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.9 2.9 0.0 1.7 0.0 0.0 0.0 6.4 0.0 4.3 0.0 0.0 0.0 5.0

34 Haloragacidites 0.7 0.0 0.8 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 1.6 0.9 0.0 1.9 0.9 0.0 2.9 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 0.8 0.0

35 Acasia type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.8 0.0 1.9 1.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

36 Dicolpopollis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.7 0.0 0.6 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 0.8 0.0

DATARAN RENDAH/LOWLAND 0.7 0.0 0.8 0.0 0.6 0.0 2.3 0.0 1.2 0.0 0.6 2.2 0.9 0.0 2.8 1.9 3.8 5.7 3.9 3.4 0.0 0.0 0.0 6.4 0.0 6.5 1.6 0.0 1.6 5.0

37 Pinuspollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 0.8 0.0

38 Podocarpidites sp 2.9 1.2 3.1 1.9 0.6 0.0 1.7 2.8 0.6 0.0 1.8 0.5 0.9 1.9 0.0 0.9 6.6 2.9 0.0 3.4 5.7 4.3 2.3 0.0 1.3 0.0 4.8 1.9 2.5 0.0
Dacrycarpidites
39 0.7 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 2.2 1.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.9 0.6 1.3 1.3 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0
australiensis
40 Dacrydium 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.6 0.5 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

12.
41 Quercoidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0
7
42 Castanopsis type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

14.
PEGUNUNGAN/MONTANE 3.6 1.2 3.1 1.9 1.2 0.5 1.7 2.8 0.0 4.3 3.3 3.2 1.9 0.9 0.9 7.5 2.9 0.0 3.4 6.7 5.2 4.1 2.6 2.6 2.2 4.8 1.9 4.1 1.0
5
12. 12.
43 Pteris sp 9.4 5.5 4.8 4.2 1.1 4.6 2.8 4.0 3.7 5.5 6.9 3.8 3.7 3.7 4.7 8.6 7.8 5.2 6.7 1.7 8.7 0.0 1.3 2.2 0.0 3.8 2.5 0.0
2 0
40. 34. 23. 32. 38. 34. 37. 34.
44 Laevigatosporites spp 6.3 29.7 37.8 29.7 28.7 42.3 29.6 38.0 44.3 37.1 42.7 24.1 32.4 25.9 30.8 34.6 42.3 26.1 34.9 37.1 18.9 45.5
3 1 6 7 0 3 7 9
12. 11. 10. 12.
45 Verrucatosporites usmensis 6.0 1.1 4.0 8.5 6.0 5.0 9.1 7.1 6.5 8.7 1.9 8.3 7.5 11.4 8.7 0.0 4.8 5.2 1.7 3.8 3.8 4.3 6.3 5.7 5.7 3.0
2 0 2 5
14. 11. 13. 12. 11.
46 Verrucatosporites spp 7.9 7.7 0.5 2.4 12.9 7.9 14.8 13.4 16.3 23.1 13.9 2.8 11.4 8.7 13.8 5.7 6.9 18.0 2.6 11.5 2.2 6.3 13.3 8.2 3.0
6 8 9 0 3
Crassoretitriletes
47 1.4 1.2 0.0 0.0 0.0 1.1 0.6 0.9 0.6 0.0 0.6 0.5 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 1.0 0.0 0.6 0.0 1.3 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0
vanraadshooveni

48 Selaginella type 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.6 3.0 0.0 1.1 3.7 1.9 0.0 0.0 1.9 0.0 1.0 1.7 0.0 4.3 0.0 2.6 1.3 0.0 1.6 3.8 0.8 5.9

49 Magnastriatites howardi 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0

50 Lycopodium phlegmaria 0.7 1.2 0.0 0.0 0.0 0.5 0.6 0.9 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

51 Lycopodiacidites kuepperi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0

52 Stenochlaenidites papuanus 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0

53 Scolocyamus magnus 0.0 1.2 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

54 Osmundacidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.9 0.0 1.0 1.2 2.7 0.0 7.7 1.9 0.0 0.9 1.4 3.9 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.5 0.0 1.0 0.0 0.0

55 Matonisporites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 0.0 4.3 0.0 0.0 0.0 0.0

56 Cyathidites 0.7 2.4 3.1 3.8 3.0 0.0 0.6 4.7 0.0 0.0 1.2 0.5 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 0.0 0.0

73. 78. 54. 61. 68. 10. 59. 67. 57.


PTERIDOFITA 55.4 63.4 62.1 60.6 80.8 61.1 63.9 62.3 70.0 72.8 47.4 52.4 44.0 61.0 46.2 62.8 47.8 50.8 65.7 36.9 59.4
4 0 3 5 1 5 4 9 2
163

Lampiran 14 Persentase seluruh fosil palinomorf (marin dan non marin/terestrial) yang ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu

KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR
NO PALINOMORF KR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR6 KR7 KR8 KR9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
39. 53. 17. 21. 30. 12. 18. 31. 23. 10. 13. 24. 30. 55. 43. 16. 57.
1 Dyno cyst 7.8 5.6 9.3 6.9 4.0 0.9 3.5 4.2 0.9 5.5 5.6 3.4 1.9
6 2 0 8 4 9 1 5 3 7 9 3 1 1 2 4 4
Foraminiferal Test
2 0.0 2.7 0.0 4.9 3.2 0.0 3.3 5.1 1.6 0.0 1.1 3.4 0.4 5.4 1.8 5.0 8.5 8.7 0.0 0.8 2.5 1.5 0.6 5.4 0.9 1.9 0.0 1.6 0.7 1.0
Lining/FTL
39. 55. 17. 26. 33. 16. 23. 33. 10. 10. 32. 13. 15. 29. 31. 57. 43. 18. 58.
MARIN 7.8 5.6 4.4 6.3 5.3 9.2 9.4 5.5 6.5 3.9 2.9
6 9 0 8 6 3 2 1 4 3 0 2 3 7 0 0 2 0 1
3 Zonocostites ramonae 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 2.9 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 1.9 1.8 3.1 0.0 0.0

4 Spinizonocolpites echinatus 0.4 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.9 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0

5 Lanagiopollis regularis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.9 1.9 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 4.8

6 Sapotaceoidaepollenites 0.0 0.0 0.0 1.4 0.4 0.0 1.4 0.0 1.2 0.0 0.0 1.0 1.3 2.7 0.9 0.0 0.9 1.9 0.0 0.0 1.7 0.7 2.8 2.7 0.9 0.0 0.0 0.8 0.3 5.8

7 Florschuetzia levipoli 0.4 0.0 0.0 1.4 0.0 1.0 1.4 1.4 2.0 8.4 1.6 1.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0

8 Podocarpidites sp 1.7 0.5 2.6 1.4 0.4 0.0 1.4 2.2 0.4 0.0 1.6 0.5 0.9 1.8 0.0 0.8 6.0 1.9 0.0 3.2 5.0 3.6 2.2 0.0 0.9 0.0 2.7 1.6 1.0 0.0

Dacrycarpidites
9 0.4 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 2.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.7 0.6 0.9 0.9 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0
australiensis
Retitricolporites
10 0.0 0.0 0.7 1.4 0.4 0.0 1.0 2.2 2.0 0.0 2.7 1.5 5.8 0.0 1.8 0.0 0.9 1.0 0.0 1.6 0.0 0.7 0.6 0.0 0.9 0.9 0.0 0.8 0.3 0.0
equatorialis
11 Haloragacidites 0.4 0.0 0.7 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 1.5 0.9 0.0 1.8 0.8 0.0 1.9 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.3 0.0

12 Dicolpopollis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.4 0.0 0.4 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.3 0.0
16.
13 Cephalomappa maloticarpa 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
8

14 Camptostemon 0.9 1.6 0.0 0.7 0.0 0.0 1.4 0.7 0.0 4.7 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.8 0.0 0.6 0.0 0.9 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0

15 Excoecaria sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

16 Malvacipollis spp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0

17 Dacrydium 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.5 0.5 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

18 Retitricolpites sp 1.3 1.1 0.0 0.0 1.6 0.0 1.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.4 0.8 0.0 2.2 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0

19 Dipterocarpus type 0.0 0.0 0.7 1.4 0.8 0.0 0.5 2.2 0.4 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 3.8

20 Racemonocolpites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.3 0.0 0.0 0.8 1.7 0.7 0.6 1.8 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 5.8

21 Lakiapollis ovatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 2.8 0.0 0.5 0.4 0.0 0.0 0.0 0.9 1.0 0.0 1.6 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

22 Discoidites novaguineensis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 0.4 0.9 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

23 Quercoidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0

24 Myrtaceidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 1.1 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.8 0.0 1.5 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.8 0.3 0.0

25 Marginipollis concinus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

26 Lakiapollis microreticulatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

27 Shorea type 0.9 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

28 Castanopsis type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
73.
29 Aglaia 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
8
30 Pandanidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 2.5 1.7 0.0 0.0 0.8 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

31 Acasia type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 0.0 1.8 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

32 Terminalia catappa 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

33 Pinuspollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.3 0.0

34 Altingia type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0

20.
35 Monoporites annulatus 1.7 0.0 2.1 0.8 0.0 0.0 0.7 1.2 0.0 3.8 1.5 0.4 0.9 3.5 9.2 2.6 1.0 3.7 0.0 1.7 1.5 2.2 0.0 4.4 1.9 4.5 3.1 1.7 1.9
3

36 Ilexpollenites sp 0.0 1.1 0.0 0.0 0.8 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

37 Polygalacidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.7 0.0 0.0 0.5 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

38 Polygonaceae 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0

39 Stellatopollis sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.8 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.7 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

40 Achantaceae 0.4 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

41 Cyperaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

42 Typha sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 1.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0

43 Ephedripites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

44 Pteris sp 5.7 5.4 4.6 3.5 2.8 1.0 3.8 2.2 8.1 3.7 3.3 4.9 6.6 3.6 3.5 3.4 4.3 5.8 7.3 4.8 5.8 1.5 8.4 0.0 0.9 0.9 0.0 3.1 1.0 0.0

24. 15. 19. 23. 25. 28. 29. 23. 28. 33. 26. 27. 39. 28. 34. 40. 25. 40. 22. 28. 21. 29. 24. 29. 11. 19. 30. 44.
45 Laevigatosporites spp 5.8 7.9
3 1 6 9 2 7 0 4 0 9 6 4 6 1 5 2 2 4 6 1 9 6 3 2 2 8 5 2
46 Verrucatosporites usmensis 7.4 4.8 8.5 9.2 4.0 1.0 3.3 6.5 4.0 4.7 8.2 6.4 6.2 8.1 1.8 7.6 6.8 7.8 8.3 0.0 4.1 4.4 1.7 2.7 2.7 1.9 3.6 4.7 2.4 2.9

10. 12. 13. 12. 15. 21. 12. 12. 17. 10.
47 Verrucatosporites spp 4.8 6.5 9.8 5.6 9.2 0.5 8.7 1.6 7.1 2.6 7.8 8.3 5.0 5.8 1.8 8.0 0.9 3.6 3.4 2.9
0 1 3 8 3 9 6 9 3 9
11. 18. 12. 17. 12. 26. 15. 19. 18. 10. 23. 17. 10. 15. 31. 24. 35. 21. 22. 14. 11. 13. 16. 14.
48 Acrosticum aureum 7.0 4.8 6.8 9.3 5.8 4.1
8 3 4 7 3 2 3 2 1 8 7 6 3 6 5 8 0 2 5 2 2 5 4 4
Crassoretitriletes
49 0.9 0.5 0.0 0.0 0.0 1.0 0.5 0.7 0.4 0.0 0.5 0.5 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.4 0.8 0.0 0.6 0.0 0.9 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0
vanraadshooveni

50 Selaginella type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.4 2.8 0.0 1.0 3.5 1.8 0.0 0.0 1.7 0.0 0.9 1.6 0.0 3.6 0.0 1.8 0.9 0.0 0.9 3.1 0.3 5.8

51 Magnastriatites howardi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0

52 Lycopodium phlegmaria 0.4 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 0.5 0.7 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

53 Lycopodiacidites kuepperi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0

54 Stenochlaenidites papuanus 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9

55 Scolocyamus magnus 0.0 0.5 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

56 Osmundacidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.4 0.7 0.0 0.9 1.1 2.5 0.0 7.2 1.8 0.0 0.9 1.0 3.7 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 2.8 0.0 0.8 0.0 0.0

57 Matonisporites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0

58 Cyathidites 0.4 1.1 2.6 2.8 2.0 0.0 0.5 3.6 0.0 0.0 1.1 0.5 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0

60. 44. 83. 73. 66. 92. 83. 76. 66. 94. 89. 89. 95. 93. 94. 90. 90. 68. 94. 93. 86. 84. 96. 70. 69. 43. 56. 82. 41. 97.
NON MARIN
4 1 0 2 4 2 7 8 9 4 6 7 6 7 7 8 6 0 5 5 8 7 1 3 0 0 8 0 9 1
164

Lampiran 15 Indeks Diversitas Shannon taksa paleoflora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu

KR KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR1 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR2 KR3
KR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR7 KR8 KR9
6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Σ TAKSA 20 14 13 13 21 11 26 17 22 10 23 24 26 12 16 11 20 16 13 18 20 16 20 15 17 16 14 16 18 14
Σ
278 164 254 208 332 380 350 212 332 202 328 364 432 208 216 216 212 140 206 232 210 232 344 156 156 92 126 210 244 202
INDIVIDU
ID 2.08 2.05 2.01 1.96 2.07 0.84 2.24 2.10 2.18 1.87 2.20 2.25 2.33 1.83 1.91 1.79 2.11 2.15 1.8 2.06 2.0 1.84 2.0 1.90 1.9 2.2 2.01 2.00 1.98 1.92
SHANNON 4 1 6 7 1 73 2 5 7 6 8 2 1 2 9 5 8 7 7 6 9 9 7 8 1 8 9 6 5 3

Lampiran 16 Matrik Indeks Similaritas Sorensen taksa paleoflora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Kedung Randu

KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR
KR 1 KR 2 KR 3 KR 4 KR 5 KR 6 KR 7 KR 8 KR 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1.00 0.64 0.66 0.60 0.58 0.51 0.60 0.64 0.61 0.51 0.69 0.54 0.56 0.43 0.55 0.51 0.35 0.50 0.48 0.47 0.55 0.50 0.55 0.40 0.64 0.50 0.52 0.44 0.52 0.35
KR 1
0 7 7 6 5 6 9 9 9 6 8 5 5 8 6 6 0 0 5 4 0 0 0 0 9 0 9 4 6 3
1.00 0.51 0.59 0.57 0.56 0.60 0.64 0.50 0.48 0.48 0.42 0.40 0.53 0.40 0.56 0.35 0.40 0.37 0.50 0.52 0.40 0.52 0.27 0.58 0.40 0.50 0.53 0.37 0.28
KR 2
0 9 3 1 0 0 5 0 0 6 1 0 8 0 0 3 0 0 0 9 0 9 6 1 0 0 3 5 6
1.00 0.76 0.64 0.41 0.56 0.66 0.51 0.50 0.66 0.59 0.51 0.56 0.55 0.66 0.48 0.69 0.53 0.38 0.42 0.62 0.54 0.35 0.53 0.62 0.44 0.55 0.64 0.44
KR 3
0 9 7 7 4 7 4 0 7 5 3 0 2 7 5 0 8 7 4 1 5 7 3 1 4 2 5 4
1.00 0.64 0.50 0.61 0.80 0.62 0.66 0.61 0.64 0.56 0.64 0.55 0.58 0.54 0.62 0.53 0.45 0.54 0.69 0.66 0.35 0.66 0.55 0.51 0.69 0.64 0.51
KR 4
0 7 0 5 0 9 7 1 9 4 0 2 3 5 1 8 2 5 0 7 7 7 2 9 0 5 9
1.00 0.31 0.55 0.52 0.65 0.43 0.54 0.66 0.72 0.66 0.54 0.50 0.53 0.59 0.47 0.41 0.53 0.64 0.58 0.44 0.68 0.59 0.51 0.59 0.71 0.45
KR 5
0 3 3 6 1 8 5 7 3 7 1 0 7 5 1 0 7 9 5 4 4 5 4 5 8 7
1.00 0.43 0.64 0.48 0.54 0.47 0.40 0.43 0.43 0.51 0.45 0.38 0.37 0.50 0.41 0.38 0.37 0.45 0.30 0.57 0.37 0.48 0.37 0.34 0.32
KR 6
0 2 3 5 5 1 0 2 5 9 5 7 0 0 4 7 0 2 8 1 0 0 0 5 0
1.00 0.65 0.66 0.48 0.57 0.64 0.57 0.47 0.47 0.37 0.47 0.61 0.35 0.50 0.52 0.42 0.52 0.39 0.55 0.47 0.50 0.52 0.45 0.40
KR 7
0 1 7 6 1 0 7 4 6 8 8 9 9 0 2 9 2 0 8 6 0 4 5 0
1.00 0.61 0.64 0.75 0.63 0.60 0.55 0.54 0.50 0.54 0.54 0.53 0.57 0.54 0.60 0.59 0.25 0.70 0.60 0.51 0.66 0.57 0.38
KR 8
0 5 3 0 4 5 2 5 0 1 5 3 1 1 6 5 0 6 6 6 7 1 7
1.00 0.48 0.48 0.65 0.62 0.52 0.63 0.48 0.52 0.57 0.45 0.55 0.47 0.63 0.57 0.48 0.71 0.52 0.66 0.57 0.65 0.55
KR 9
0 5 9 2 5 9 2 5 4 9 7 0 6 2 1 6 8 6 7 9 0 6
1.00 0.52 0.57 0.48 0.69 0.51 0.54 0.58 0.59 0.75 0.48 0.58 0.51 0.45 0.38 0.57 0.51 0.56 0.66 0.48 0.48
KR 10
0 9 1 6 6 9 5 1 3 0 3 1 9 2 5 1 9 0 7 3 0
1.00 0.63 0.69 0.45 0.46 0.52 0.51 0.56 0.50 0.53 0.60 0.51 0.51 0.42 0.60 0.61 0.43 0.56 0.58 0.27
KR 11
0 8 4 7 2 9 2 4 0 7 5 3 2 1 0 5 2 4 5 0
1.00 0.80 0.61 0.60 0.45 0.59 0.60 0.54 0.42 0.59 0.65 0.59 0.46 0.58 0.50 0.52 0.55 0.66 0.47
KR 12
0 0 1 0 7 1 0 1 9 1 0 1 2 5 0 6 0 7 4
1.00 0.52 0.52 0.43 0.56 0.57 0.46 0.50 0.56 0.61 0.52 0.48 0.69 0.57 0.50 0.57 0.63 0.40
KR 13
0 6 4 2 5 1 2 0 5 9 2 8 8 1 0 1 6 0
1.00 0.57 0.60 0.68 0.64 0.64 0.40 0.56 0.64 0.50 0.44 0.62 0.50 0.53 0.71 0.60 0.53
KR 14
0 1 9 8 3 0 0 3 3 0 4 1 0 8 4 0 8
1.00 0.51 0.55 0.62 0.55 0.35 0.50 0.62 0.55 0.38 0.60 0.62 0.40 0.56 0.64 0.40
KR 15
0 9 6 5 2 3 0 5 6 7 6 5 0 3 7 0
1.00 0.58 0.66 0.58 0.48 0.51 0.51 0.45 0.38 0.50 0.59 0.48 0.59 0.55 0.48
KR 16
0 1 7 3 3 6 9 2 5 0 3 0 3 2 0
1.00 0.72 0.60 0.68 0.60 0.66 0.55 0.51 0.54 0.55 0.47 0.66 0.57 0.58
KR 17
0 2 6 4 0 7 0 4 1 6 1 7 9 8
1.00 0.62 0.47 0.55 0.56 0.50 0.45 0.60 0.68 0.46 0.68 0.58 0.53
KR 18
0 1 1 6 3 0 2 6 8 7 8 8 3
1.00 0.38 0.42 0.48 0.36 0.42 0.46 0.55 0.51 0.55 0.51 0.51
KR 19
0 7 4 3 4 9 7 2 9 2 6 9
1.00 0.57 0.58 0.52 0.36 0.57 0.41 0.50 0.52 0.50 0.37
KR 20
0 9 8 6 4 1 2 0 9 0 5
1.00 0.61 0.70 0.40 0.59 0.38 0.52 0.55 0.52 0.41
KR 21
0 1 0 0 5 9 9 6 6 2
1.00 0.72 0.51 0.66 0.50 0.53 0.68 0.82 0.60
KR 22
0 2 6 7 0 3 8 4 0
1.00 0.40 0.64 0.44 0.58 0.61 0.63 0.47
KR23
0 0 9 4 8 1 2 1
1.00 0.50 0.45 0.41 0.38 0.42 0.69
KR 24
0 0 2 4 7 4 0
1.00 0.54 0.58 0.72 0.62 0.45
KR25
0 5 1 7 9 2
1.00 0.40 0.62 0.58 0.40
KR 26
0 0 5 8 0
1.00 0.53 0.50 0.50
KR 27
0 3 0 0
1.00 0.64 0.46
KR28
0 7 7
1.00 0.50
KR 29
0 0
1.00
KR 30
0
165

Lampiran 17 Total jumlah dan persentase seluruh palinomorf yang ditemukan


pada Formasi Tapak di Gunung Tugel

NAMA FOSIL/TIPE PALINOMORF PERSENTASE


NO JUMLAH
FORMASI TAPAK-GUNUNG TUGEL (GT) (%)
1 Zonocostites ramonae/Rhizophora type 10 0.138
2 Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans 14 0.193
3 Lanagiopollis regularis/Alangium sp. 8 0.111
4 Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae 52 0.718
5 Florschuetzia levipoli/Soneratia caseolaris 12 0.166
6 Podocarpidites sp./Podocarpus 74 1.022
7 Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus 72 0.995
8 Retitricolporites equatorialis/Calophyllum type 14 0.193
9 Haloragacidites/Casuarina 24 0.332
10 Dicolpopollis/Calamus type 26 0.359
11 Cephalomappa malloticarpa 6 0.083
12 Camptostemon 14 0.193
13 Excoecaria sp. 10 0.138
14 Malvacipollis spp./Austrobaxus nitidus 12 0.166
15 Dacrydium 6 0.083
16 Retitricolpites sp./Avicennia sp. 28 0.387
17 Dipterocarpus type 32 0.442
18 Racemonocolpites sp./Oncosperma 20 0.276
19 Lakiapollis ovatus/Durio type 2 0.028
20 Discoidites novaguineensis/Brownlowia type 2 0.028
21 Arenga 8 0.111
22 Marginipollis concinus/Barringtonia 8 0.111
23 Shorea type 8 0.111
24 Garcinia cuspidata 2 0.028
25 Castanopsis type 8 0.111
26 Pandaniidites/Pandanus 14 0.193
27 Pinuspollenites/Pinus sp. 34 0.470
28 Altingia type 4 0.055
29 Monoporites annulatus/Gramineae 234 3.233
30 Chenopodipollis/Chenopodiacea 4 0.055
31 Ilexpollenites/Ilex 8 0.111
32 Compositae/Asteraceae 8 0.111
33 Polygalacidites sp./Polygala type 10 0.138
34 Polygonaceae 6 0.083
35 Stellatopollis sp./Croton type 30 0.414
36 Cyperaceaepollis/Cyperaceae 4 0.055
37 Pteris sp. 222 3.067
38 Laevigatosporites spp. 2466 34.070
39 Verrucatosporites usmensis/Stenochlaena palustris 362 5.001
166

40 Verrucatosporites spp. 564 7.792


41 Acrosticum aureum 1388 19.177
42 Crassoretitriletes vanraadshooveni/Lygodium scandens type 34 0.470
43 Selaginella type 64 0.884
44 Magnastriatites howardi/Ceratopteris thalicroides 14 0.193
45 Lycopodium phlegmaria 20 0.276
46 Lycopodiacidites kuepperi/Lycopodium cernuum 6 0.083
47 Stenochlaenidites papuanus/Stenochlaena laurifolia 18 0.249
48 Cyclosorus 4 0.055
49 Matonisporites/Matonia 36 0.497
50 Cyathidites/Cyathea 126 1.741
Dyno cyst 806 11.136
Foraminifera Test Linings (FTL) 280 3.868
TOTAL POLEN 828 11.440
TOTAL SPORA 5324 73.556
TOTAL TAKSON MARIN 1086 15.004
TOTAL PALINOMORF 7238
167

Lampiran 18 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitus Arboreal, Non Arboreal Pollen serta Pteridofita yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Gunung Tugel
NAMA FOSIL/ GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT1 GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT
NO
TIPE POLEN-SPORA 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 5 16 17 18 19 20 21 22 24 28 29 30 31 32 34 35 36
1 Zonocostites ramonae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 14.3 0.0 0.0 0.0
Spinizonocolpites 25.
2 4.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.4 0.0 0.0 5.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
echinatus 0
10.
3 Lanagiopollis regularis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 4.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0
4 Sapotaceoidaepollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 80.0 0.0 0.0 15.4 0.0 0.0 11.1 31.3 0.0 19.5 3.7 0.0 0.0 11.1 0.0 9.5 0.0 0.0

5 Florschuetzia levipoli 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 16.7 0.0 0.0 4.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 0.0

25. 10. 50. 14. 10. 100.


6 Podocarpidites sp. 8.3 0.0 0.0 33.3 16.7 15.4 0.0 22.2 0.0 0.0 5.0 23.1 0.0 0.0 4.9 0.0 6.1 11.1 11.1 0.0 4.8 0.0 30.8
0 0 0 3 0 0
Dacrycarpidites 14. 10.
7 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 33.3 16.7 7.7 0.0 22.2 3.3 0.0 0.0 0.0 5.6 6.3 0.0 17.1 14.8 9.1 22.2 11.1 7.1 9.5 0.0 23.1
australiensis 3 0
Retitricolporites 10. 25.
8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 33.3 8.3 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 0.0
equatorialis 0 0
10. 12.
9 Haloragacidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 16.7 0.0 0.0 0.0 6.7 0.0 10.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.4 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 0.0
0 5
10. 33. 25.
10 Dicolpopollis 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.1 0.0 15.4 0.0 0.0 0.0 6.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.5 0.0 7.7
0 3 0
Cephalomappa
11 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 16.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
malloticarpa
12 Camptostemon 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 5.6 0.0 0.0 2.4 3.7 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 7.7

13 Excoecaria sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 28.6 0.0 0.0 0.0
10.
14 Malvacipollis spp 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 3.7 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0
0
15 Dacrydium 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

16.
16 Retitricolpites sp 4.2 0.0 8.3 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.6 0.0 0.0 4.9 3.7 15.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7
17 Dipterocarpus type 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 5.0 0.0 5.6 12.5 0.0 14.6 7.4 0.0 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 0.0

12.
18 Racemonocolpites sp. 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0 5.6 6.3 0.0 4.9 0.0 0.0 0.0 11.1 14.3 0.0 0.0 0.0
5
25.
19 Lakiapollis ovatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0
Discoidites
20 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
novaguineensis

21 Arenga 4.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.3 15.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
16.
22 Marginipollis concinus 4.2 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7
23 Shorea type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 14.3 0.0 0.0

24 Garcinia cuspidata 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

25 Castanopsis type 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
10.
26 Pandaniidites 4.2 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.1 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 0.0
0
27 Pinuspollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 0.0 0.0 0.0 10.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 40.7 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 0.0

12.
28 Altingia type 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
5
62. 40. 91. 66. 75. 71. 50. 87. 100. 100. 100.
ARBOREAL POLLEN/AP 66.7 61.5 77.8 16.7 76.9 45.0 46.2 77.8 62.5 78.0 85.2 48.5 55.6 55.6 78.6 61.9 40.0 69.2
5 0 7 7 0 4 0 5 0 0 0
25. 60. 28. 30. 12.
29 Monoporites annulatus 8.3 0.0 0.0 0.0 25.0 23.1 0.0 22.2 76.7 15.4 50.0 30.8 5.6 37.5 0.0 9.8 7.4 45.5 33.3 33.3 21.4 33.3 40.0 23.1
0 0 6 0 5

30 Chenopodipollis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 2.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

31 Ilexpollenites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 0.0

32 Compositae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0 0.0 5.6 0.0 0.0 2.4 0.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

33 Polygalacidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 7.4 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

34 Polygonaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.3 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.1 0.0 0.0 0.0 0.0
33. 25. 20.
35 Stellatopollis sp 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 7.7 0.0 0.0 0.0 7.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 7.7
3 0 0
36 Cyperaceae 4.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
37. 60. 33. 25. 28. 50. 12.
NON ARBOREAL POLLEN/NAP 8.3 0.0 33.3 38.5 0.0 22.2 83.3 23.1 55.0 53.8 22.2 37.5 0.0 22.0 14.8 51.5 44.4 44.4 21.4 38.1 60.0 30.8
5 0 3 0 6 0 5

GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT
PTERIDOFITA
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 24 28 29 30 31 32 34 35 36
37 Pteris sp 7.4 1.9 1.8 4.0 2.9 3.7 0.0 5.4 3.7 8.8 9.3 3.9 1.0 0.0 0.0 5.7 1.9 3.8 2.8 5.2 7.3 0.0 4.9 2.8 2.9 7.9 1.0 1.1 0.9

42. 56. 43. 61. 52. 56. 36. 38.


38 Laevigatosporites spp 45.9 43.1 38.9 48.5 41.0 45.1 41.7 37.9 39.4 8.5 35.5 53.2 0.0 25.5 43.7 42.5 38.2 39.6 34.7 50.5 34.9
0 3 2 4 4 9 5 0
Verrucatosporites
39 4.3 7.8 9.9 5.0 5.7 2.8 6.7 8.5 8.3 10.8 7.4 3.9 4.8 7.8 7.3 2.3 3.8 13.2 5.6 10.4 8.9 1.8 1.9 2.8 6.9 5.9 3.0 3.3 0.0
usmensiss
11.
40 Verrucatosporites spp 4.9 4.9 6.3 4.0 8.3 8.7 3.1 18.3 3.9 14.8 3.9 9.5 5.9 26.0 4.6 7.7 12.3 13.1 0.0 7.3 8.2 9.7 13.2 12.7 9.9 8.9 7.7 17.4
4
22. 16. 23. 16. 23. 13. 35. 29.
41 Acrosticum aureum 19.3 17.6 11.1 22.3 33.3 5.9 8.3 18.4 27.9 36.8 19.6 19.5 29.3 29.1 5.8 28.3 27.5 20.8 28.7 26.4 30.3
8 5 4 8 8 8 6 5
Crassoretitriletes
42 1.2 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 1.6 0.9 0.0 0.9 2.9 0.0 0.0 2.2 1.8
vanraadshooveni
43 Selaginella type 1.9 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 1.0 0.0 2.0 1.0 3.4 0.0 1.9 1.9 0.0 8.1 1.8 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

44 Magnastriatites howardi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 1.3 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

45 Lycopodium phlegmaria 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.6 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.1 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

46 Lycopodiacidites kuepperi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Stenochlaenidites
47 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 1.1 0.0 2.8 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9
papuanus
48 Cyclosorus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

49 Matonisporites 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 3.9 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.9 0.0 2.6 0.8 3.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

50 Cyathidites 0.0 1.9 2.7 0.0 0.0 0.0 0.0 5.4 0.9 2.0 5.6 7.8 1.9 1.0 0.0 3.4 3.8 1.9 1.9 5.2 2.4 2.7 0.0 0.0 0.0 2.0 3.0 3.3 1.8
85. 90. 89. 94. 96. 87. 90. 93.
PTERIDOFITA 97.2 88.2 88.0 95.1 91.4 70.6 86.5 77.0 87.5 83.0 85.0 97.4 66.7 75.5 68.0 91.5 91.2 86.1 79.2 94.5 88.1
2 3 2 1 2 2 4 8
168

Lampiran 19 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitat yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel

NAMA FOSIL/ GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT
NO
TIPE POLEN-SPORA 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 24 28 29 30 31 32 34 35 36
1 Zonocostites ramonae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0 0.0

2 Retitricolpites sp 0.6 0.0 0.9 1.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 1.6 0.9 4.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

3 Excoecaria sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 4.0 0.0 0.0 0.0

4 Camptostemon 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0 0.9 0.0 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.9

MANGROVE 0.6 0.0 0.9 1.0 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 1.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 2.3 0.0 1.9 0.0 0.0 2.4 1.8 6.8 0.0 0.0 6.9 0.0 0.0 0.9
Spinizonocolpites
5 0.6 0.0 2.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.1 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
echinatus
6 Florschuetzia levipoli 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.8 0.0 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0
22. 16. 23. 16. 23. 13. 35. 29.
7 Acrosticum aureum 19.3 17.6 11.1 22.3 33.3 5.9 8.3 18.4 27.9 36.8 19.6 19.5 29.3 29.1 5.8 28.3 27.5 20.8 28.7 26.4 30.3
8 5 4 8 8 8 6 5
8 Racemonocolpites sp 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.9 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0 1.0 2.0 0.0 0.0 0.0

9 Discoidites novaguineensis 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
MANGROVE BELAKANG/BACK 23. 16. 27. 16. 23. 13. 35. 30.
19.3 17.6 11.1 22.3 34.3 5.9 10.4 18.4 27.9 41.5 20.6 19.5 32.5 29.1 5.8 28.3 28.4 22.8 29.7 26.4 30.3
MANGROVE 5 5 9 8 8 8 6 2
10 Marginipollis concinus 0.6 0.0 0.9 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

11 Pandaniidites 0.6 1.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0

12 Chenopodipollis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

13 Ilexpollenites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0

RIPARIAN 1.2 1.0 0.9 1.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 3.9 0.0 0.0 0.0 1.0 1.1 0.0

Cephalomappa
14 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
malloticarpa
15 Malvacipollis spp 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.9 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0

16 Dipterocarpus type 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.1 0.0 0.9 1.9 0.0 4.9 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0

17 Lakiapollis ovatus 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

18 Shorea type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0

19 Garcinia cuspidata 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

20 Altingia type 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

21 Monoporites annulatus 3.7 5.8 0.9 0.0 0.0 3.7 2.9 0.8 0.0 2.9 2.8 0.0 1.9 22.5 2.1 11.5 3.8 0.9 5.6 0.0 3.3 1.8 14.6 2.8 2.9 3.0 6.9 2.2 2.8

22 Compositae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.8 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

23 Polygalacidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 1.8 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

24 Polygonaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0

25 Stellatopollis sp 1.2 0.0 0.0 2.0 1.0 0.0 1.9 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 1.0 0.0 0.0 0.0 2.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.9

Retitricolporites
26 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.9 1.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0
equatorialis
27 Sapotaceoidaepollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 3.9 0.0 0.0 2.1 0.0 0.0 1.9 4.7 0.0 6.5 0.9 0.0 0.0 1.0 0.0 2.0 0.0 0.0

28 Cyperaceae 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

AIR TAWAR/FRESH WATER 6.8 6.8 2.7 2.0 1.9 4.6 5.8 3.1 0.9 4.9 4.6 3.9 2.9 24.5 7.3 14.9 5.8 9.4 12.1 0.0 17.9 7.3 15.5 3.8 5.9 3.0 13.9 3.3 3.7

29 Lanagiopollis regularis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

30 Haloragacidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.8 0.0 2.0 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.0

31 Dicolpopollis 0.0 1.0 0.0 2.0 0.0 0.9 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 2.1 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.9

32 Arenga 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 2.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

DATARAN RENDAH/LOWLAND 0.6 1.0 0.0 2.0 0.0 0.9 1.9 2.3 0.0 2.0 0.0 0.0 1.0 2.9 4.2 2.3 1.0 0.0 0.9 0.0 1.6 1.8 1.0 0.0 0.0 0.0 2.0 1.1 0.9

33 Podocarpidites sp 3.7 1.0 0.9 0.0 1.9 1.8 1.0 0.0 0.9 2.0 1.9 0.0 1.9 0.0 0.0 1.1 2.9 0.0 0.0 2.6 1.6 0.0 1.9 0.9 1.0 0.0 1.0 0.0 3.7
Dacrycarpidites
34 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 1.8 1.0 0.0 0.9 2.0 0.9 0.0 1.9 1.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.9 0.0 5.7 3.6 2.9 1.9 1.0 1.0 2.0 0.0 2.8
australiensis
35 Dacrydium 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

36 Castanopsis type 1.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

37 Pinuspollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 2.3 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0

PEGUNUNGAN/MONTANE 4.9 1.0 1.8 0.0 1.9 4.6 1.9 0.0 1.8 3.9 5.6 1.0 3.8 1.0 0.0 3.4 3.8 0.9 0.9 2.6 7.3 13.6 4.9 4.7 2.0 2.0 3.0 0.0 6.4

38 Pteris sp 7.4 1.9 1.8 4.0 2.9 3.7 0.0 5.4 3.7 8.8 9.3 3.9 1.0 0.0 0.0 5.7 1.9 3.8 2.8 5.2 7.3 0.0 4.9 2.8 2.9 7.9 1.0 1.1 0.9
42. 56. 43. 61. 52. 56. 36. 38.
39 Laevigatosporites spp 45.9 43.1 38.9 48.5 41.0 45.1 41.7 37.9 39.4 8.5 35.5 53.2 0.0 25.5 43.7 42.5 38.2 39.6 34.7 50.5 34.9
0 3 2 4 4 9 5 0
Verrucatosporites
40 4.3 7.8 9.9 5.0 5.7 2.8 6.7 8.5 8.3 10.8 7.4 3.9 4.8 7.8 7.3 2.3 3.8 13.2 5.6 10.4 8.9 1.8 1.9 2.8 6.9 5.9 3.0 3.3 0.0
usmensis
11.
41 Verrucatosporites spp 4.9 4.9 6.3 4.0 8.3 8.7 3.1 18.3 3.9 14.8 3.9 9.5 5.9 26.0 4.6 7.7 12.3 13.1 0.0 7.3 8.2 9.7 13.2 12.7 9.9 8.9 7.7 17.4
4
Crassoretitriletes
42 1.2 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 1.6 0.9 0.0 0.9 2.9 0.0 0.0 2.2 1.8
vanraadshooveni
43 Selaginella type 1.9 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 1.0 0.0 2.0 1.0 3.4 0.0 1.9 1.9 0.0 8.1 1.8 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

44 Magnastriatites howardi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 1.3 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

45 Lycopodium phlegmaria 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.6 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.1 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

46 Lycopodiacidites kuepperi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Stenochlaenidites
47 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 1.1 0.0 2.8 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9
papuanus
48 Cyclosorus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

49 Osmundacidites 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 3.9 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.9 0.0 2.6 0.8 3.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

50 Cyathidites 0.0 1.9 2.7 0.0 0.0 0.0 0.0 5.4 0.9 2.0 5.6 7.8 1.9 1.0 0.0 3.4 3.8 1.9 1.9 5.2 2.4 2.7 0.0 0.0 0.0 2.0 3.0 3.3 1.8
62. 73. 65. 77. 72. 73. 54. 64.
PTERIDOFITA 78.0 70.6 76.9 72.8 58.1 64.7 78.1 58.6 59.6 46.2 65.4 77.9 37.4 46.4 62.1 63.2 63.7 65.3 50.5 68.1 57.8
3 8 8 2 4 4 8 3
169

Lampiran 20 Persentase fosil palinomorf (marin dan non marin/terestrial) yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel

GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT
NO PALYNOMORF
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 24 28 29 30 31 32 34 35 36
12. 14. 24. 22. 12. 22. 16. 21. 21. 13. 14. 12.
1 Dyno cyst 3.4 5.3 6.5 4.3 5.3 9.4 5.5 3.7 7.5 0.0 7.7 2.7 8.0 7.6 9.2 5.0 5.1
4 7 7 7 3 4 2 4 0 6 2 8
14. 10. 10.
2 Foraminiferal Test Lining/FTL 4.0 4.4 1.6 0.0 5.2 0.8 2.7 2.8 4.7 1.8 5.3 0.9 5.0 0.0 0.0 5.7 3.6 4.8 1.3 2.1 5.1 1.6 5.0 1.7 3.7 2.5
6 5 1
14. 15. 27. 14. 28. 12. 17. 22. 27. 26. 22. 23. 12. 15. 14. 15. 15. 16.
MARIN 7.4 9.6 6.5 9.5 8.0 7.3 4.6 0.0 7.7 6.3 7.6
0 5 5 2 0 5 9 6 2 7 6 1 7 2 3 8 1 5

3 Zonocostites ramonae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 1.7 0.0 0.0 0.0

4 Retitricolpites sp 0.6 0.0 0.8 0.9 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 1.3 0.7 4.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

5 Camptostemon 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.7 0.0 0.0 0.6 0.7 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.8

6 Excoecaria sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0 0.0

21. 14. 20. 15. 21. 11. 32. 21. 16. 16. 21. 29. 15. 26. 28. 14. 14. 22. 22. 24. 23. 17. 24. 22. 28.
7 Acrosticum aureum 8.0 5.9 7.7 5.1
1 9 2 7 6 6 7 3 5 4 3 2 1 1 5 3 3 6 4 0 5 5 4 0 0
8 Spinizonocolpites echinatus 0.6 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

9 Florschuetzia levipoli 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0

10 Racemonocolpites sp 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.7 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.8 1.7 0.0 0.0 0.0

11 Discoidites novaguineensis 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

14 Marginipollis concinus 0.6 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

15 Pandaniidites 0.6 0.9 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.5 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0

16 Chenopodipollis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

17 Ilexpollenites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0

13 Sapotaceoidaepollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 3.7 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 1.5 3.4 0.0 5.0 0.7 0.0 0.0 0.8 0.0 1.7 0.0 0.0

18 Retitricolporites equatorialis 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.1 0.8 0.9 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0

19 Cephalomappa malloticarpa 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

20 Malvacipollis spp 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.8 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0

21 Dipterocarpus type 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.9 0.0 0.7 1.4 0.0 3.8 1.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0

22 Lakiapollis ovatus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

23 Shorea type 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.5 0.0 0.0

24 Garcinia cuspidata 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

25 Altingia type 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
12.
26 Monoporites annulatus 3.4 5.3 0.8 0.0 0.0 3.1 2.7 0.6 0.0 2.7 2.0 0.0 1.7 22.5 1.9 9.4 3.6 0.7 4.1 0.0 2.5 1.4 2.4 2.5 2.5 5.9 1.8 2.5
7
27 Compositae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.6 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

28 Polygalacidites sp 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 0.0 0.0 0.0 1.4 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

29 Polygonaceae 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0

30 Stellatopollis sp 1.1 0.0 0.0 1.9 0.9 0.0 1.8 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.9 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.8

31 Cyperaceae 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

12 Lanagiopollis regularis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

32 Haloragacidites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.6 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.4 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0

33 Dicolpopollis 0.0 0.9 0.0 1.9 0.0 0.8 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.7 0.0 0.8

34 Arenga 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

35 Podocarpidites sp 3.4 0.9 0.8 0.0 1.7 1.6 0.9 0.0 0.8 1.8 1.3 0.0 1.7 0.0 0.0 0.9 2.7 0.0 0.0 1.9 1.3 0.0 1.7 0.8 0.8 0.0 0.8 0.0 3.4

36 Dacrycarpidites australiensis 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 1.6 0.9 0.0 0.8 1.8 0.7 0.0 1.7 1.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.7 0.0 4.4 2.8 2.5 1.6 0.8 0.8 1.7 0.0 2.5

37 Dacrydium 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

38 Castanopsis type 1.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

39 Pinuspollenites 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 1.9 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0

40 Pteris sp 6.9 1.8 1.6 3.7 2.6 3.1 0.0 3.9 3.1 8.2 6.7 3.7 0.8 0.0 0.0 4.7 1.8 2.9 2.0 3.8 5.7 0.0 4.2 2.4 2.5 6.7 0.8 0.9 0.8
38. 50. 37. 57. 47. 48. 33. 27. 39. 40. 28. 46. 35. 38. 31. 36. 25. 39. 19. 38. 36. 32. 33. 29. 42. 32.
41 Laevigatosporites spp 45.1 6.6 0.0
9 9 2 4 4 1 6 5 4 0 0 3 8 5 1 9 9 0 6 1 0 8 3 4 2 2
10. 10.
42 Verrucatosporites usmensis 4.0 7.0 8.5 4.6 5.2 2.3 6.2 6.2 7.1 5.3 3.7 4.2 7.8 6.7 1.9 3.6 4.1 7.6 6.9 1.4 1.7 2.4 5.9 5.0 2.5 2.8 0.0
0 2
10. 15. 10. 24. 11. 10. 16.
43 Verrucatosporites spp 4.6 4.4 5.4 3.7 7.0 8.0 2.2 3.6 3.7 8.3 5.9 3.8 7.2 9.5 9.5 0.0 5.7 6.3 8.5 8.3 7.6 6.4
3 7 7 0 2 9 1
Crassoretitriletes
44 1.1 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.4 0.0 1.3 0.7 0.0 0.8 2.5 0.0 0.0 1.8 1.7
vanraadshooveni
45 Selaginella type 1.7 0.0 0.0 2.8 0.0 0.0 0.0 0.6 0.8 0.0 0.0 0.9 0.0 2.0 1.0 2.8 0.0 1.5 1.4 0.0 6.3 1.4 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

46 Magnastriatites howardi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.4 1.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

47 Lycopodium phlegmaria 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.9 1.1 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.6 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

48 Lycopodiacidites kuepperi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

49 Stenochlaenidites papuanus 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.9 0.0 2.2 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8

50 Cyclosorus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

51 Osmundacidites 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.9 0.0 3.7 0.0 0.0 0.0 0.0 2.7 0.7 0.0 1.9 0.6 2.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

52 Cyathidites 0.0 1.8 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 3.9 0.8 1.8 4.0 7.4 1.7 1.0 0.0 2.8 3.6 1.5 1.4 3.8 1.9 2.1 0.0 0.0 0.0 1.7 2.5 2.8 1.7
92. 90. 86. 93. 90. 84. 92. 72. 85. 92. 72. 95. 87. 100. 92. 82. 93. 77. 72. 73. 77. 76. 87. 84. 85. 84. 84. 83. 92.
NON MARIN
6 4 0 5 5 5 0 5 8 7 0 4 5 0 3 1 7 4 8 3 4 9 3 8 7 2 9 5 4
170

Lampiran 21 Indeks Diversitas Shannon taksa paleoflora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel

GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 24 28 29 30 31 32 34 35 36
Σ TAKSA 19 12 18 10 8 16 13 16 10 15 16 10 12 16 14 17 15 22 16 8 22 20 17 13 13 13 16 11 13
10 11
Σ INDIVIDU 162 101 105 109 104 129 109 102 108 103 105 102 96 87 104 106 107 77 123 110 103 106 102 101 101 91 109
3 1
ID 1.9 1.5 1.8 1.3 1.3 1.6 1.6 1.8 1.52 1.88 2.01 1.60 1.78 2.08 1.84 2.26 2.06 1.44 2.21 2.00 1.75 1.89 1.94 1.48 1.71
1.58 1.79 2.54 1.63
SHANNON 34 1 4 55 58 32 51 19 8 9 9 5 7 5 5 8 6 3 8 2 2 3 6 5 5

Lampiran 22 Matrik Indeks Similaritas Sorensen taksa paleoflora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Gunung Tugel

GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT GT
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 24 28 29 30 31 32 34 35 36
1.0 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.3 0.5 0.4 0.5
GT1
00 16 95 21 19 71 38 00 83 29 71 83 52 14 45 56 29 37 14 44 85 13 56 63 00 75 71 67 00
1.0 0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.7 0.7 0.7 0.5 0.5 0.8 0.4 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5 0.6 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.7 0.6 0.6
GT2
00 33 45 00 43 60 14 27 41 71 45 33 29 38 52 93 71 71 00 71 38 52 60 60 60 14 96 40
1.0 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.6 0.5 0.3 0.5 0.5 0.6 0.6 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6 0.7 0.5 0.5 0.5 0.6
GT3
00 00 62 88 16 29 71 45 88 29 67 88 75 14 45 00 47 62 50 26 14 45 10 81 29 52 45
1.0 0.6 0.5 0.4 0.5 0.6 0.4 0.4 0.6 0.5 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.4 0.4 0.4 0.5 0.4 0.4 0.4 0.5 0.4 0.5
GT4
00 67 38 35 38 00 80 62 00 45 62 00 19 80 38 38 44 38 00 19 35 35 35 38 76 22
1.0 0.5 0.5 0.4 0.6 0.6 0.5 0.5 0.6 0.3 0.3 0.5 0.6 0.3 0.4 0.6 0.4 0.2 0.4 0.5 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5
GT5
00 00 71 17 67 09 00 56 00 33 64 60 09 33 17 25 00 86 80 71 71 76 83 26 71
1.0 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.4 0.4 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.6 0.6 0.6 0.4 0.6
GT6
00 52 00 38 81 63 38 43 38 00 45 45 26 00 00 26 11 06 52 21 21 25 44 21
1.0 0.5 0.5 0.7 0.4 0.3 0.5 0.4 0.4 0.5 0.6 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.5 0.6 0.4 0.5 0.5 0.5
GT7
00 52 22 14 83 48 60 83 44 33 43 00 83 76 14 45 00 38 15 62 52 00 38
1.0 0.6 0.6 0.4 0.5 0.7 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5 0.6 0.5 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.4
GT9
00 15 45 38 38 14 63 33 45 52 26 88 00 74 00 45 14 83 52 00 67 83
1.0 0.7 0.6 0.7 0.8 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
GT10
00 20 15 00 18 38 17 93 60 00 15 67 00 67 93 09 09 09 15 67 09
1.0 0.5 0.5 0.7 0.5 0.4 0.6 0.6 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6
GT11
00 81 60 41 16 14 88 67 41 16 09 95 71 25 71 71 43 45 92 43
1.0 0.5 0.6 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5
GT12
00 38 43 38 00 85 81 26 63 00 26 56 06 90 21 52 25 93 52
1.0 0.5 0.4 0.5 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.5 0.6 0.4 0.4 0.5 0.6 0.5 0.5 0.4
GT13
00 45 62 00 93 40 63 15 67 00 00 44 35 22 09 38 71 35
1.0 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.7 0.6 0.5 0.4 0.5 0.6 0.7 0.7 0.7 0.6 0.7
GT15
00 00 62 52 93 29 14 00 29 38 52 40 20 20 14 96 20
1.0 0.5 0.5 0.3 0.5 0.6 0.3 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5
GT16
00 33 45 87 26 25 33 74 56 45 52 52 83 38 93 52
1.0 0.4 0.3 0.5 0.6 0.2 0.4 0.5 0.3 0.3 0.5 0.3 0.5 0.4 0.3
GT17
00 52 45 56 00 73 44 29 87 70 19 70 33 00 70
1.0 0.6 0.5 0.6 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.6 0.6 0.5 0.6
GT18
00 25 64 06 80 64 95 88 33 67 67 67 71 67
1.0 0.4 0.4 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5
GT19
00 32 52 09 95 14 00 00 71 71 81 15 71
1.0 0.6 0.4 0.7 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5
GT20
00 84 00 73 14 13 14 14 71 79 24 14
1.0 0.5 0.6 0.6 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.5 0.6
GT21
00 00 32 11 45 21 90 21 88 93 90
1.0 0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4
GT22
00 00 57 80 76 76 76 00 26 76
1.0 0.6 0.5 0.4 0.5 0.5 0.6 0.4 0.5
GT24
00 67 13 57 71 14 32 24 71
1.0 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4
GT28
00 86 85 45 45 00 16 85
1.0 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.4
GT29
00 33 33 00 45 71 67
1.0 0.6 0.5 0.5 0.5 0.6
GT30
00 92 38 52 83 92
1.0 0.6 0.6 0.5 0.6
GT31
00 15 21 83 15
1.0 0.5 0.5 0.6
GT32
00 52 83 15
1.0 0.5 0.6
GT34
00 19 90
1.0 0.5
GT35
00 83
1.0
GT36
00
171

Lampiran 23 Total jumlah dan persentase seluruh palinomorf yang ditemukan


pada Formasi Tapak di Bunkanel

NAMA FOSIL/TIPE PALINOMORF PERSENTASE


NO JUMLAH
FORMASI TAPAK-BUNKANEL (BUN) (%)
1 Zonocostites ramonae/Rhizophora type 304 0.545
2 Spinizonocolpites echinatus/Nypa fruticans 100 0.179
3 Lanagiopollis regularis/Alangium sp. 50 0.090
4 Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae 278 0.498
5 Florschuetzia levipoli/Soneratia caseolaris 246 0.441
6 Florschuetzia meridionalis/Soneratia alba 10 0.018
7 Podocarpidites sp./Podocarpus 860 1.541
8 Dacrycarpidites australiensis/Podocarpus imbricatus 2112 3.784
9 Retitricolporites equatorialis/Calophyllum type 396 0.710
10 Haloragacidites/Casuarina 164 0.294
11 Dicolpopollis/Calamus type 42 0.075
12 Cephalomappa malloticarpa 38 0.068
13 Camptostemon 42 0.075
14 Excoecaria sp. 34 0.061
15 Malvacipollis spp./Austrobaxus nitidus 34 0.061
16 Dacrydium 30 0.054
17 Retitricolpites sp./Avicennia sp. 22 0.039
18 Dipterocarpus type 80 0.143
19 Racemonocolpites sp./Oncosperma 166 0.297
20 Lakiapollis ovatus/Durio type 208 0.373
21 Elaeocarpus type 124 0.222
22 Discoidites novaguineensis/Brownlowia type 38 0.068
23 Arenga 48 0.086
24 Quercoidites sp./Quercus 50 0.090
25 Rubiaceae 6 0.011
26 Myrtaceidites/Myrtaceaae 40 0.072
27 Marginipollis concinus/Barringtonia 20 0.036
28 Bombacaceae 6 0.011
29 Retistephanocolpites williamsi/Ctenolophon parvifolius 4 0.007
30 Canthiumidites/Canthium sp. 4 0.007
31 Lakiapollis microreticulatus/Neesia type 22 0.039
32 Shorea type 24 0.043
33 Garcinia cuspidata 2 0.004
34 Castanopsis type 6 0.011
35 Acasia type 2 0.004
36 Pinuspollenites/Pinus sp. 24 0.043
37 Altingia type 4 0.007
38 Blumeodendron 2 0.004
39 Monoporites annulatus/Gramineae 424 0.760
172

40 Chenopodipollis/Chenopodiacea 14 0.025
41 Ilexpollenites/Ilex 26 0.047
42 Nymphaea tetragona 4 0.007
43 Retitricolporites/Leguminosae 2 0.004
44 Cucurbitacea 10 0.018
45 Compositae/Asteraceae 262 0.469
46 Polygalacidites sp./Polygala type 8 0.014
47 Polygonaceae 40 0.072
48 Stellatopollis sp./Croton type 70 0.125
49 Ipomoea 20 0.036
50 Deltoidospora type 210 0.376
51 Pteris sp. 1352 2.423
52 Laevigatosporites spp. 12010 21.519
53 Verrucatosporites usmensis/Stenochlaena palustris 1250 2.240
54 Verrucatosporites spp. 5052 9.052
55 Acrostichum aureum 6822 12.226
56 Crassoretitriletes vanraadshooveni/Lygodium scandens type 174 0.312
57 Selaginella type 372 0.667
58 Magnastriatites howardi/Ceratopteris thalicroides 46 0.082
59 Lycopodium phlegmaria 106 0.190
60 Lycopodium sp. 10 0.018
61 Lycopodiacidites kuepperi/Lycopodium cernuum 48 0.086
62 Stenochlaenidites papuanus/Stenochlaena laurifolia 102 0.183
63 Cyclosorus 72 0.129
64 Osmundacidites/Osmunda sp. 2 0.004
65 Matonisporites/Matonia 22 0.039
66 Gleicheniidites/Gleichenia 200 0.358
67 Cyathidites/Cyathea 808 1.448
Dyno cyst 7664 13.732
Foraminifera Test Linings (FTL) 12966 23.232
TOTAL POLEN 6522 11.686
TOTAL SPORA 28658 51.349
TOTAL TAKSON MARIN 20630 36.965
TOTAL PALINOMORF 55810
 

173

Lampiran 24 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitus Arboreal, Non Arboreal Pollen serta Pteridofita yang ditemukan pada
Formasi Tapak di Bunkanel
A. Sampel BUN1-BUN33
NAMA FOSIL/TIPE  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN 
NO 
POLEN‐SPORA  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  31  32  33 
Zonocostites 
1  16.2  15.6  27.8  7.9  11.2  4.5  20.1  14.3  0.0  10.5  20.0  3.5  5.4  1.6  4.2  0.0  0.0  2.2  2.1  7.9  0.0  10.8  1.0  4.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  7.7  0.0 
ramonae 
Spinizonocolpites 
2  13.5  6.3  11.1  7.9  0.9  2.3  4.3  0.0  7.5  1.8  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.0 
echinatus 
Lanagiopollis 
3  2.7  3.1  0.0  0.0  4.7  2.3  0.0  1.6  1.9  0.0  4.0  0.0  5.4  0.0  0.0  5.4  5.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
regularis 
Sapotaceoidaepoll
4  2.7  0.0  0.0  5.3  0.9  0.0  10.1  4.8  7.5  8.8  12.0  3.5  5.4  1.6  4.2  8.1  0.0  2.2  4.2  2.6  8.8  2.7  2.9  0.0  20.0  0.0  0.0  0.0  6.3  0.0  22.2  3.8  5.1 
enites 
Florschuetzia 
5  13.5  3.1  5.6  10.5  12.1  13.6  3.6  0.0  7.5  3.5  0.0  1.8  5.4  4.8  1.4  0.0  10.0  4.4  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.3  6.3  3.8  0.0  0.0  2.6 
levipoli 
Florschuetzia 
6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
meridionalis 

7  Podocarpidites sp  27.0  18.8  11.1  21.1  9.3  9.1  8.6  19.0  13.2  7.0  12.0  19.3  8.1  11.3  16.9  29.7  30.0  13.3  22.9  28.9  29.4  18.9  12.7  8.1  0.0  0.0  14.3  0.0  25.0  3.8  0.0  5.8  10.3 

Dacrycarpidites 
8  0.0  0.0  0.0  0.0  17.8  13.6  7.2  11.1  15.1  8.8  8.0  35.1  21.6  66.1  59.2  29.7  30.0  62.2  35.4  26.3  35.3  35.1  57.8  41.9  20.0  51.5  0.0  62.5  25.0  30.8  44.4  44.2  23.1 
australiensis 
Retitricolporites 
9  2.7  3.1  16.7  13.2  19.6  4.5  6.5  7.9  5.7  14.0  4.0  7.0  18.9  3.2  2.8  2.7  5.0  6.7  0.0  0.0  2.9  2.7  1.0  4.8  0.0  6.1  0.0  0.0  6.3  0.0  0.0  0.0  5.1 
equatorialis 

10  Haloragacidites  8.1  6.3  5.6  7.9  6.5  0.0  5.0  3.2  0.0  1.8  8.0  0.0  2.7  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.9  5.4  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.8  2.6 

11  Dicolpopollis  0.0  6.3  0.0  0.0  0.0  4.5  1.4  0.0  3.8  5.3  4.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Cephalomappa 
12  0.0  6.3  0.0  0.0  0.9  0.0  1.4  1.6  0.0  1.8  8.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.0  2.2  0.0  2.6  2.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 

13  Camptostemon  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.8  0.0 

14  Excoecaria sp  0.0  0.0  0.0  7.9  0.0  0.0  0.7  3.2  1.9  1.8  0.0  0.0  2.7  0.0  1.4  0.0  0.0  2.2  2.1  5.3  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6 

15  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  5.3  1.9  0.0  0.0  3.2  3.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6 

16  Dacrydium  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

17  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

18  Dipterocarpus type  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  6.3  0.0  0.0  2.7  3.9  3.2  0.0  0.0  0.0  0.0  6.3  0.0  0.0  7.7  0.0 

Racemonocolpites 
19  0.0  0.0  0.0  0.0  3.7  2.3  2.2  3.2  0.0  0.0  0.0  3.5  0.0  4.8  5.6  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.0  40.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 

20  Lakiapollis ovatus  0.0  0.0  0.0  0.0  2.8  9.1  0.7  0.0  0.0  0.0  4.0  0.0  0.0  1.6  0.0  2.7  5.0  2.2  2.1  0.0  8.8  2.7  3.9  1.6  0.0  9.1  0.0  6.3  12.5  0.0  33.3  1.9  5.1 

21  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  4.7  20.5  4.3  11.1  5.7  7.0  0.0  3.5  13.5  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  22.9  7.9  0.0  10.8  2.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Discoidites 
22  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
novaguineensis 

23  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  6.8  0.7  1.6  3.8  7.0  4.0  0.0  0.0  1.6  0.0  10.8  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

24  Quercoidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.5  7.9  11.3  0.0  0.0  0.0  2.7  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

25  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

26  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  1.6  1.9  0.0  4.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  6.3  0.0  0.0  0.0  2.6 

Marginipollis 
27  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
concinus 

28  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpit
29  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es williamsi 

30  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lakiapollis 
31  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

32  Shorea type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

33  Garcinia cuspidata  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

34  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

35  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

37  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

38  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

100. 100. 100. 100. 100.


ARBOREAL POLLEN/AP  86.5  68.8  83.3  97.4  98.1  95.5  91.4  98.4  94.3  82.5  92.0  78.9  97.3  95.0  97.8  94.7  97.1  97.3  89.2  67.7  80.0  66.7  14.3  81.3  93.8  38.5  80.8  61.5 
0  0  0  0  0 
Monoporites 
39  10.8  21.9  0.0  2.6  0.0  0.0  2.9  1.6  1.9  0.0  0.0  1.8  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  3.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.8  0.0  13.5  30.8 
annulatus 

40  Chenopodipollis  2.7  0.0  5.6  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

41  Ilexpollenites sp  0.0  9.4  11.1  0.0  0.0  2.3  2.2  0.0  3.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Nymphaea 
42  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 

43  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

44  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.9  0.0  0.0  0.0  4.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

45  Compositae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  17.5  4.0  19.3  2.7  0.0  0.0  0.0  5.0  0.0  0.0  2.6  2.9  0.0  9.8  29.0  20.0  33.3  85.7  18.8  6.3  57.7  0.0  5.8  7.7 

46  Polygalacidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

48  Stellatopollis sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

49  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

NON ARBOREAL POLLEN/NAP  13.5  31.3  16.7  2.6  1.9  4.5  8.6  1.6  5.7  17.5  8.0  21.1  2.7  1.6  0.0  0.0  5.0  2.2  0.0  5.3  2.9  2.7  10.8  32.3  20.0  33.3  85.7  18.8  6.3  61.5  0.0  19.2  38.5 

                                                                     
BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
PTERIDOFITA 
  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  31  32  33 

50  Deltoidospora type  1.7  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  2.7  5.4  0.6  0.6  0.0  0.0  0.0  2.0  3.8  3.4  0.0  3.1  3.3  0.5  0.9  1.7  2.0  1.5  7.7  0.8  0.0  1.6  0.0  0.0  3.5  0.0  0.0 

51  Pteris sp  2.6  6.5  0.0  3.5  4.6  3.0  3.8  6.3  1.9  6.5  2.9  3.4  3.4  2.0  2.5  5.3  1.0  3.1  7.5  3.8  2.3  5.6  4.3  6.6  1.9  2.5  0.0  7.4  10.8  6.2  7.0  5.0  5.6 

Laevigatosporites 
52  22.4  11.1  17.5  27.7  9.8  16.7  17.5  23.4  20.6  25.2  17.4  26.7  22.9  10.4  26.2  36.5  29.7  29.7  23.9  21.8  25.3  32.9  19.8  24.3  61.5  0.0  54.2  32.8  29.7  16.0  46.1  32.7  26.4 
spp 
Verrucatosporites 
53  18.1  9.3  10.5  6.9  5.0  3.7  3.8  5.4  5.8  2.6  10.1  4.8  4.2  4.8  3.8  1.4  7.9  0.0  3.8  4.7  2.7  1.7  1.5  0.8  0.0  2.5  0.0  2.5  2.2  2.5  4.3  0.9  1.6 
usmensis 
Verrucatosporites 
54  0.0  1.9  5.3  8.7  8.9  7.0  9.4  11.7  16.8  14.2  14.5  15.8  13.6  17.7  14.8  10.6  13.9  18.4  15.0  10.9  14.9  12.6  15.5  24.3  1.9  18.9  4.2  10.7  13.0  8.6  14.8  7.7  14.4 
spp 
Acrostichum 
55  19.0  38.9  29.8  23.7  41.2  47.5  25.6  16.7  16.8  7.1  13.0  3.4  15.3  32.1  21.8  20.2  20.8  27.0  21.6  34.1  37.6  25.5  27.2  16.2  13.5  41.8  15.3  19.7  24.9  24.7  16.5  29.1  16.0 
aureum 
Crassoretitriletes 
56  0.9  0.0  0.0  1.2  1.1  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  3.2  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.9  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  2.2  1.2  0.0  0.9  0.0 
vanraadshooveni 

57  Selaginella type  3.4  0.0  0.0  4.6  1.1  5.4  3.4  1.4  1.9  3.2  1.4  1.4  4.2  0.8  3.2  1.0  2.0  0.0  1.4  0.0  0.5  1.7  1.5  1.2  0.0  0.8  13.9  9.0  3.8  0.0  0.0  0.0  2.4 
 

174
Magnastriatites 
58  0.0  0.9  0.0  0.0  0.7  0.3  0.4  0.0  0.6  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
59  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  1.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  0.5  3.8  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

60  Lycopodium sp  0.0  0.0  3.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
61  0.0  0.0  0.0  0.6  1.6  0.0  0.2  0.9  0.0  1.3  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
62  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  1.4  0.7  0.8  1.2  0.0  0.5  0.0  0.8  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8 
papuanus 

63  Cyclosorus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  1.7  0.0  0.3  1.4  2.0  0.0  0.5  0.5  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

64  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

65  Matonisporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

67  Cyathidites  0.0  0.9  1.8  0.6  1.4  0.0  0.9  0.5  0.6  1.9  2.9  2.1  0.8  0.4  0.3  1.4  1.0  0.0  0.0  0.0  0.5  1.3  2.0  0.4  1.9  3.3  2.8  2.5  4.9  8.6  0.0  0.0  0.8 

PTERIDOFITA  68.1  70.4  68.4  78.0  75.5  85.3  68.8  71.6  65.8  63.2  63.8  61.0  68.6  74.7  77.6  82.2  80.2  82.4  77.5  82.0  84.6  84.0  74.1  76.1  90.4  73.0  90.3  86.9  91.4  67.9  92.2  76.4  68.8 

A. Sampel BUN 34-BUN66


NAMA FOSIL/TIPE  BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
NO 
POLEN‐SPORA  34  35  36  37  38  39  40  41  42  43  44  45  46  47  48  49  50  51  52  53  54  55  56  57  58  59  60  61  62  63  64  65  66 
Zonocostites 
1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  9.1  2.8  8.0  6.4  0.0  4.8  3.3  15.0  0.0  5.5  2.1  0.0  8.3  0.0  0.0  4.8  0.0  2.4  0.0  0.0 
ramonae 
Spinizonocolpites 
2  0.0  0.0  2.7  0.0  3.3  2.8  0.0  5.6  4.2  0.0  5.9  1.6  2.0  0.0  2.8  0.0  2.1  0.0  1.2  1.6  5.0  0.0  0.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
echinatus 
Lanagiopollis 
3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  2.8  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0 
regularis 
Sapotaceoidaepolle
4  0.0  3.2  18.9  7.7  6.7  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  5.9  4.8  2.0  0.0  11.1  2.0  2.1  1.4  1.2  1.6  5.0  0.0  1.8  4.2  0.0  4.2  8.7  11.1  14.3  0.0  7.1  0.0  20.0 
nites 
Florschuetzia 
5  0.0  1.6  0.0  0.0  23.3  5.6  9.1  5.6  12.5  4.9  0.0  3.2  0.0  3.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  3.3  0.0  0.0  10.9  8.3  0.0  0.0  13.0  16.7  0.0  0.0  9.5  0.0  0.0 
levipoli 
Florschuetzia 
6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
meridionalis 

7  Podocarpidites sp  5.5  12.9  2.7  7.7  10.0  11.1  9.1  5.6  16.7  0.0  11.8  6.5  24.0  9.1  8.3  10.0  21.3  14.5  19.0  19.7  15.0  13.3  10.9  14.6  18.2  16.7  0.0  5.6  9.5  16.7  16.7  0.0  40.0 

Dacrycarpidites  100.
8  78.1  35.5  18.9  46.2  10.0  66.7  22.7  50.0  20.8  46.3  11.8  43.5  38.0  36.4  41.7  24.0  29.8  60.9  53.6  27.9  40.0  20.0  23.6  22.9  40.9  58.3  34.8  33.3  19.0  25.0  28.6  40.0 
australiensis  0 
Retitricolporites 
9  0.0  1.6  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  8.3  2.4  11.8  8.1  4.0  3.0  0.0  6.0  6.4  2.9  0.0  4.9  5.0  23.3  3.6  2.1  4.5  0.0  4.3  0.0  9.5  8.3  7.1  0.0  0.0 
equatorialis 

10  Haloragacidites  1.4  4.8  2.7  0.0  0.0  5.6  18.2  0.0  4.2  4.9  11.8  1.6  0.0  6.1  2.8  2.0  4.3  0.0  2.4  3.3  5.0  0.0  1.8  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  9.5  8.3  0.0  0.0  0.0 

11  Dicolpopollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.9  1.6  2.0  3.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Cephalomappa 
12  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 

13  Camptostemon  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  5.6  0.0  4.9  0.0  0.0  0.0  0.0  2.8  4.0  2.1  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

14  Excoecaria sp  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

15  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

16  Dacrydium  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  7.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0 

17  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  8.3  4.8  0.0  0.0 

18  Dipterocarpus type  0.0  3.2  2.7  0.0  0.0  1.4  4.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  6.1  0.0  0.0  2.1  0.0  2.4  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0 

Racemonocolpites 
19  0.0  0.0  5.4  7.7  3.3  1.4  4.5  5.6  4.2  4.9  0.0  6.5  4.0  12.1  13.9  12.0  4.3  2.9  1.2  11.5  0.0  6.7  1.8  6.3  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 

20  Lakiapollis ovatus  2.7  3.2  0.0  15.4  3.3  2.8  4.5  11.1  0.0  14.6  5.9  3.2  6.0  0.0  2.8  2.0  10.6  1.4  2.4  4.9  0.0  6.7  7.3  10.4  13.6  4.2  17.4  0.0  9.5  0.0  0.0  0.0  0.0 

21  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Discoidites 
22  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  1.4  4.5  5.6  8.3  0.0  0.0  3.2  4.0  0.0  0.0  2.0  0.0  1.4  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  2.1  4.5  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0 
novaguineensis 

23  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

24  Quercoidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

25  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

26  Myrtaceidites  0.0  0.0  5.4  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0 

Marginipollis 
27  0.0  0.0  2.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.8  0.0  4.8  0.0  0.0 
concinus 

28  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpit
29  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es williamsi 

30  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lakiapollis 
31  0.0  4.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  1.8  8.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

32  Shorea type  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0  0.0  0.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

33  Garcinia cuspidata  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

34  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

35  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.0  0.0  2.8  6.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

37  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

38  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

100. 100.
ARBOREAL POLLEN/AP  87.7  77.4  67.6  84.6  73.3  98.6  86.4  94.4  83.3  90.2  76.5  91.9  96.0  87.9  94.4  86.0  93.6  94.2  96.4  86.9  90.0  80.0  78.2  93.8  86.4  91.7  87.0  77.8  81.0  66.7  92.9 
0  0 
Monoporites 
39  11.0  9.7  32.4  7.7  20.0  0.0  13.6  5.6  16.7  4.9  17.6  3.2  2.0  0.0  2.8  10.0  0.0  4.3  2.4  6.6  5.0  0.0  10.9  0.0  0.0  4.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
annulatus 

40  Chenopodipollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

41  Ilexpollenites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Nymphaea 
42  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 

43  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

44  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

45  Compositae  0.0  12.9  0.0  7.7  3.3  1.4  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0  13.6  0.0  4.3  22.2  0.0  33.3  2.4  0.0  0.0 

46  Polygalacidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.1  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  3.0  0.0  0.0  4.3  0.0  1.2  6.6  0.0  3.3  1.8  6.3  0.0  0.0  0.0  0.0  4.8  0.0  0.0  0.0  0.0 

48  Stellatopollis sp  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  5.9  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  1.4  0.0  0.0  5.0  3.3  5.5  0.0  0.0  0.0  8.7  0.0  14.3  0.0  4.8  0.0  0.0 

49  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.2  2.0  3.0  2.8  2.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  0.0  0.0  0.0  4.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

NON ARBOREAL 
12.3  22.6  32.4  15.4  26.7  1.4  13.6  5.6  16.7  9.8  23.5  8.1  4.0  12.1  5.6  14.0  6.4  5.8  3.6  13.1  10.0  20.0  21.8  6.3  13.6  8.3  13.0  22.2  19.0  33.3  7.1  0.0  0.0 
POLLEN/NAP 
 

175

                                                                     
BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
PTERIDOFITA 
  34  35  36  37  38  39  40  41  42  43  44  45  46  47  48  49  50  51  52  53  54  55  56  57  58  59  60  61  62  63  64  65  66 

50  Deltoidospora type  0.6  2.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

51  Pteris sp  6.2  4.2  4.2  9.8  2.4  9.4  2.5  1.2  2.1  2.5  4.2  5.4  2.5  3.8  5.7  2.4  4.6  5.7  2.4  6.0  1.9  7.3  3.3  4.3  0.7  3.1  2.4  3.8  4.3  0.0  3.2  0.0  1.6 

Laevigatosporites 
52  27.8  21.5  31.5  23.5  37.9  30.6  45.4  51.2  44.1  40.8  52.1  32.2  32.5  47.8  28.6  41.1  39.5  42.0  44.9  44.0  48.1  48.1  40.0  40.3  54.6  36.4  37.8  38.9  28.6  45.2  45.1  67.0  70.6 
spp 
Verrucatosporites 
53  0.6  2.1  4.8  3.9  4.0  7.5  4.2  3.5  4.1  1.3  7.3  5.0  3.8  10.4  7.1  4.9  6.1  1.4  2.4  1.0  3.2  1.7  2.0  4.6  1.4  3.9  7.9  3.8  4.3  5.8  3.5  6.4  0.8 
usmensis 
Verrucatosporites 
54  13.0  12.2  14.3  11.8  12.1  8.6  10.1  11.0  11.0  17.2  13.9  11.6  21.5  6.6  10.0  8.9  18.0  16.2  19.0  11.9  13.6  18.3  10.7  15.3  12.1  14.0  14.2  16.0  21.1  8.7  13.4  6.4  9.5 
spp 
Acrostichum 
55  6.8  24.5  20.2  17.6  17.7  0.0  17.6  18.6  17.2  13.4  9.1  11.6  18.0  7.1  22.4  16.7  6.9  10.5  10.2  12.6  7.1  9.7  12.3  14.1  9.9  18.6  15.7  17.6  24.2  21.2  14.1  11.9  9.5 
aureum 
Crassoretitriletes 
56  0.0  1.3  0.0  2.0  0.8  0.0  0.0  1.7  0.7  1.3  0.6  0.0  2.2  0.5  1.0  0.4  1.1  1.0  0.2  0.3  1.3  0.0  1.0  0.3  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0 
vanraadshooveni 

57  Selaginella type  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.8  0.3  0.0  0.5  0.4  0.0  0.2  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.3  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.9  0.0 

Magnastriatites 
58  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.6  1.2  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
59  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.4  0.8  0.2  0.2  0.3  0.6  1.4  1.3  0.0  0.0  0.8  0.8  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

60  Lycopodium sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
61  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
62  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.8  0.0  1.4  0.4  0.6  0.4  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.8  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0 
papuanus 

63  Cyclosorus  0.0  0.4  0.0  0.0  0.8  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.2  0.0  0.0  0.0  1.7  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

64  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

65  Matonisporites  0.0  0.0  3.0  5.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  3.2  3.3  6.7  2.8  5.0  1.2  0.0  0.0  10.4  1.7  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

67  Cyathidites  0.0  1.7  0.0  0.0  0.0  14.1  0.8  1.7  2.1  5.0  0.6  4.3  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  5.0  2.4  3.6  0.0  1.4  8.7  4.0  5.7  3.9  0.8  4.6  4.3  5.8  4.6  2.8  4.0 

PTERIDOFITA  54.9  73.8  78.0  74.5  75.8  71.8  81.5  89.5  83.4  82.8  89.7  76.0  84.2  81.9  82.9  79.7  82.0  83.6  81.9  79.8  87.0  89.6  81.7  86.2  84.4  81.4  81.9  86.3  87.0  88.5  85.2  95.4  96.0 

A. Sampel BUN 67-BUN100


NAMA FOSIL/TIPE  BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN 
NO 
POLEN‐SPORA  67  68  69  70  71  72  73  74  75  76  77  78  79  80  81  82  83  84  85  86  87  88  89  90  91  92  93  94  95  96  97  98  99  100 
Zonocostites 
1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  27.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0  25.0  0.0  0.0  0.0  8.3  0.0  0.0  0.0  0.0  12.5  8.7  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  4.1 
ramonae 
Spinizonocolpites 
2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0  0.0  5.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  11.1  0.0  0.0  0.0  0.0  20.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.7  4.5  2.0 
echinatus 
Lanagiopollis 
3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0 
regularis 
Sapotaceoidaepol
4  8.3  0.0  4.2  13.3  10.0  0.0  0.0  0.0  30.0  30.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0  5.0  5.3  0.0  0.0  8.3  33.3  11.1  0.0  16.7  12.5  13.0  20.0  22.2  0.0  5.3  0.0  0.0  13.6  0.0 
lenites 
Florschuetzia 
5  0.0  0.0  4.2  6.7  13.3  0.0  10.5  0.0  0.0  10.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0  5.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  11.1  0.0  0.0  25.0  8.7  20.0  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  4.5  2.0 
levipoli 
Florschuetzia 
6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  6.7  0.0  0.0 
meridionalis 

7  Podocarpidites sp  25.0  21.4  16.7  13.3  10.0  13.0  15.8  27.3  20.0  30.0  0.0  26.7  22.2  0.0  16.7  15.0  10.5  27.8  13.3  25.0  0.0  0.0  50.0  8.3  0.0  13.0  20.0  11.1  12.5  10.5  10.5  6.7  0.0  4.1 

Dacrycarpidites 
8  25.0  42.9  33.3  46.7  43.3  34.8  36.8  27.3  0.0  0.0  18.2  13.3  22.2  54.5  11.1  10.0  15.8  16.7  13.3  16.7  33.3  11.1  20.0  0.0  0.0  13.0  0.0  0.0  25.0  0.0  39.5  26.7  22.7  40.8 
australiensis 
Retitricolporites 
9  0.0  0.0  8.3  0.0  13.3  8.7  10.5  0.0  10.0  0.0  27.3  20.0  11.1  4.5  0.0  20.0  26.3  16.7  13.3  25.0  0.0  11.1  10.0  50.0  0.0  13.0  0.0  11.1  6.3  10.5  18.4  0.0  0.0  10.2 
equatorialis 

10  Haloragacidites  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.6  5.0  5.3  0.0  6.7  0.0  16.7  0.0  0.0  0.0  12.5  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  2.0 

11  Dicolpopollis  8.3  0.0  4.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0 

Cephalomappa 
12  0.0  7.1  0.0  6.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 

13  Camptostemon  0.0  0.0  0.0  0.0  3.3  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  16.7  11.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0 

14  Excoecaria sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

15  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  22.2  6.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

16  Dacrydium  0.0  7.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

17  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  2.0 

Dipterocarpus 
18  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0  0.0  10.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  6.7  4.5  0.0 
type 
Racemonocolpite
19  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  8.7  0.0  0.0  0.0  20.0  9.1  0.0  0.0  0.0  0.0  5.0  0.0  0.0  0.0  8.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  22.2  0.0  0.0  2.6  6.7  0.0  0.0 
s sp 

20  Lakiapollis ovatus  0.0  0.0  12.5  6.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  25.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.3  0.0  2.6  0.0  4.5  0.0 

21  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Discoidites 
22  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
novaguineensis 

23  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  20.0  0.0  0.0 

24  Quercoidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.5  0.0 

25  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

26  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  11.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  0.0 

Marginipollis 
27  8.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  12.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
concinus 

28  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpi
29  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tes williamsi 

30  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lakiapollis 
31  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  8.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

32  Shorea type  0.0  7.1  0.0  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  6.3  0.0  0.0  6.7  0.0  0.0 

Garcinia 
33  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
cuspidata 

34  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

35  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  0.0 

37  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

38  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

100. 100. 100.


ARBOREAL POLLEN/AP  75.0  85.7  83.3  93.3  78.3  78.9  81.8  60.0  90.0  54.5  80.0  66.7  72.7  44.4  95.0  68.4  72.2  53.3  91.7  66.7  90.0  75.0  91.3  80.0  88.9  62.5  42.1  84.2  86.7  77.3  69.4 
0  0  0 
Monoporites 
39  25.0  0.0  12.5  0.0  0.0  4.3  21.1  18.2  40.0  0.0  36.4  6.7  0.0  27.3  50.0  0.0  21.1  16.7  46.7  0.0  0.0  11.1  10.0  0.0  25.0  4.3  20.0  11.1  31.3  47.4  15.8  6.7  18.2  28.6 
annulatus 

40  Chenopodipollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
 

176

41  Ilexpollenites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Nymphaea 
42  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 

43  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

44  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

45  Compositae  0.0  7.1  0.0  0.0  0.0  8.7  0.0  0.0  0.0  10.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  0.0  0.0  11.1  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

46  Polygalacidites sp  0.0  7.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  5.3  0.0  0.0  4.5  0.0 

48  Stellatopollis sp  0.0  0.0  4.2  0.0  6.7  4.3  0.0  0.0  0.0  0.0  9.1  13.3  33.3  0.0  0.0  5.0  5.3  11.1  0.0  8.3  0.0  11.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.3  5.3  0.0  0.0  0.0  0.0 

49  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.7  0.0  2.0 

NON ARBOREAL 
25.0  14.3  16.7  0.0  6.7  21.7  21.1  18.2  40.0  10.0  45.5  20.0  33.3  27.3  55.6  5.0  31.6  27.8  46.7  8.3  0.0  33.3  10.0  0.0  25.0  8.7  20.0  11.1  37.5  57.9  15.8  13.3  22.7  30.6 
POLLEN/NAP 

                                                                       
BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN1
PTERIDOFITA 
  67  68  69  70  71  72  73  74  75  76  77  78  79  80  81  82  83  84  85  86  87  88  89  90  91  92  93  94  95  96  97  98  99  00 
Deltoidospora 
50  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 

51  Pteris sp  0.0  3.4  1.7  2.6  3.3  9.4  4.7  0.0  6.4  6.3  6.4  4.0  3.4  1.1  2.3  2.1  1.6  1.3  0.8  1.3  1.4  2.8  2.6  0.7  5.0  7.2  0.8  1.8  4.1  3.2  3.6  2.6  2.4  0.6 

Laevigatosporites 
52  35.0  43.6  31.8  40.9  32.0  30.4  33.1  57.5  47.3  48.4  48.2  46.4  57.3  31.9  39.1  31.3  35.9  43.6  60.6  64.0  64.6  40.2  38.3  36.7  35.0  28.3  36.4  34.5  32.0  24.6  21.9  33.3  40.5  21.1 
spp 
Verrucatosporites 
53  1.9  2.6  0.6  4.3  2.0  2.2  4.7  1.4  7.3  2.4  2.8  1.6  1.7  3.8  2.3  0.7  3.9  3.8  4.7  1.3  6.3  5.6  1.7  0.0  0.8  1.4  2.5  7.1  1.6  4.0  4.4  1.3  3.6  2.2 
usmensis 
Verrucatosporites 
54  24.3  18.8  26.6  13.0  24.8  17.4  15.7  12.3  17.3  15.1  12.8  10.4  15.4  24.7  27.1  17.4  18.8  14.7  11.0  10.7  8.3  15.0  19.1  24.5  22.5  16.7  18.6  17.7  22.1  23.8  17.5  20.5  0.0  17.8 
spp 
Acrostichum 
55  23.3  9.4  20.2  18.3  13.7  18.8  16.5  11.0  12.7  13.5  16.3  16.0  9.4  22.0  13.5  29.9  22.7  19.9  8.7  9.3  13.2  17.8  26.1  23.7  25.8  23.9  33.9  29.2  23.0  25.4  21.2  28.8  19.0  23.9 
aureum 
Crassoretitriletes 
56  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.7  0.8  0.7  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.6  1.2  0.6 
vanraadshooveni 

57  Selaginella type  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  0.0  0.0  3.2  1.4  4.0  1.7  1.6  0.0  0.0  0.8  1.3  0.0  0.7  0.0  1.9  0.9  1.4  0.0  0.7  1.7  1.8  0.0  0.0  0.7  0.0  2.4  0.0 

Magnastriatites 
58  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
59  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.8  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

60  Lycopodium sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
61  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
62  0.0  0.0  1.2  1.7  1.3  0.0  2.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.7  1.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1 
papuanus 

63  Cyclosorus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  0.0  0.0  0.7  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

64  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

65  Matonisporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Gleicheniidites  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.6  1.2  2.8 

67  Cyathidites  2.9  9.4  2.3  6.1  3.3  2.9  3.9  1.4  0.0  3.2  3.5  2.4  1.7  2.7  1.5  4.2  0.0  2.6  0.0  2.7  0.7  6.5  1.7  1.4  2.5  4.3  0.0  0.0  3.3  4.0  2.2  2.6  3.6  2.8 

PTERIDOFITA  88.3  88.0  86.1  87.0  80.4  83.3  85.0  84.9  90.9  92.1  92.2  88.0  92.3  87.9  86.5  86.1  85.2  88.5  88.2  92.0  95.8  91.6  91.3  91.4  93.3  83.3  95.8  92.0  86.9  84.9  72.3  90.4  73.8  72.8 

 
 

177

Lampiran 25 Persentase fosil polen dan spora menurut kelompok habitat yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel

A. Sampel BUN1-BUN33
NAMA FOSIL/TIPE  BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU
NO 
POLEN‐SPORA  N1  N2  N3  N4  N5  N6  N7  N8  N9  N10  N11  N12  N13  N14  N15  N16  N17  N18  N19  N20  N21  N22  N23  N24  N25  N26  N27  N28  N29  N30  N31  N32  N33 
Zonocostites 
1  5.2  4.6  8.8  1.7  2.7  0.7  6.3  4.1  0.0  3.9  7.2  1.4  1.7  0.4  0.9  0.0  0.0  0.4  0.5  1.4  0.0  1.7  0.3  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.8  0.0 
ramonae 
Florschuetzia 
2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
meridionalis 

3  Camptostemon  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0 

4  Excoecaria sp  0.0  0.0  0.0  1.7  0.0  0.0  0.2  0.9  0.6  0.6  0.0  0.0  0.8  0.0  0.3  0.0  0.0  0.4  0.5  0.9  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8 

5  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

10.
MANGROVE  5.2  4.6  4.0  2.7  0.7  7.2  5.0  1.3  5.2  7.2  1.4  2.5  0.4  1.3  0.0  0.0  0.8  0.9  2.4  0.0  1.7  0.5  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.7  0.8 

19. 38. 29. 23. 41. 47. 25. 16. 16.
6  Acrosticum aureum  7.1  13.0  3.4  15.3  32.1  21.8  20.2  20.8  27.0  21.6  34.1  37.6  25.5  27.2  16.2  13.5  41.8  15.3  19.7  24.9  24.7  16.5  29.1  16.0 
0  9  8  7  2  5  6  7  8 
Spinizonocolpites 
7  4.3  1.9  3.5  1.7  0.2  0.3  1.3  0.0  2.6  0.6  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0 
echinatus 

8  Florschuetzia levipoli  4.3  0.9  1.8  2.3  3.0  2.0  1.1  0.0  2.6  1.3  0.0  0.7  1.7  1.2  0.3  0.0  2.0  0.8  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.5  1.2  0.0  0.0  0.8 

9  Racemonocolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.3  0.7  0.9  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  1.2  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  3.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Discoidites 
10  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
novaguineensis 
MANGROVE BELAKANG/  27. 41. 35. 27. 45. 50. 28. 17. 21.
9.0  13.0  5.5  17.8  34.5  23.3  20.7  23.8  27.7  22.1  34.6  37.6  25.5  27.2  16.2  17.3  41.8  15.3  20.5  25.4  25.9  16.5  29.5  16.8 
BACK MANGROVE  6  7  1  7  3  5  7  6  9 

11  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.5  0.6  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.8 

Marginipollis 
12  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
concinus 

13  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

14  Chenopodipollis  0.9  0.0  1.8  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

15  Ilexpollenites sp  0.0  2.8  3.5  0.0  0.0  0.3  0.7  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

RIPARIAN  0.9  2.8  5.3  0.0  0.0  0.3  1.8  0.5  1.9  0.6  1.4  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.4  0.5  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.8 

Sapotaceoidaepolleni
16  0.9  0.0  0.0  1.2  0.2  0.0  3.1  1.4  2.6  3.2  4.3  1.4  1.7  0.4  0.9  1.4  0.0  0.4  0.9  0.5  1.4  0.4  0.8  0.0  1.9  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  1.7  0.9  1.6 
tes 
Cephalomappa 
17  0.0  1.9  0.0  0.0  0.2  0.0  0.4  0.5  0.0  0.6  2.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 
Retitricolporites 
18  0.9  0.9  5.3  2.9  4.8  0.7  2.0  2.3  1.9  5.2  1.4  2.7  5.9  0.8  0.6  0.5  1.0  1.2  0.0  0.0  0.5  0.4  0.3  1.2  0.0  1.6  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  1.6 
equatorialis 

19  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  1.2  0.5  0.0  0.0  0.9  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8 

20  Dipterocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.4  1.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  1.8  0.0 

21  Lakiapollis ovatus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  1.3  0.2  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  1.0  0.4  0.5  0.0  1.4  0.4  1.0  0.4  0.0  2.5  0.0  0.8  1.1  0.0  2.6  0.5  1.6 

22  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1  3.0  1.3  3.2  1.9  2.6  0.0  1.4  4.2  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  5.2  1.4  0.0  1.7  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

23  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpites 
24  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
williamsi 
Lakiapollis 
25  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

26  Shorea type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

27  Garcinia cuspidata  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

28  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

29  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Monoporites 
30  3.4  6.5  0.0  0.6  0.0  0.0  0.9  0.5  0.6  0.0  0.0  0.7  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0  3.2  9.6 
annulatus 

31  Nymphaea tetragona  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

32  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

33  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

34  Compositae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  6.5  1.4  7.5  0.8  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.5  0.5  0.0  2.5  6.9  1.9  9.0  8.3  2.5  0.5  18.5  0.0  1.4  2.4 

35  Polygalacidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

37  Stellatopollis sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

38  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

AIR TAWAR/FRESH WATER  5.2  9.3  5.3  6.4  8.0  5.4  9.2  9.0  9.0  18.1  13.0  13.7  12.7  2.0  2.2  3.4  4.0  2.7  8.0  3.3  4.5  3.5  6.3  10.0  3.8  13.1  8.3  3.3  3.2  19.8  4.3  7.7  17.6 

39  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

40  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  1.0  0.2  0.5  1.3  2.6  1.4  0.0  0.0  0.4  0.0  1.9  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

41  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

42  Haloragacidites  2.6  1.9  1.8  1.7  1.6  0.0  1.6  0.9  0.0  0.6  2.9  0.0  0.8  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.9  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.8 

43  Dicolpopollis  0.0  1.9  0.0  0.0  0.0  0.7  0.4  0.0  1.3  1.9  1.4  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lanagiopollis 
44  0.9  0.9  0.0  0.0  1.1  0.3  0.0  0.5  0.6  0.0  1.4  0.0  1.7  0.0  0.0  1.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
regularis 

DATARAN RENDAH/LOW LAND  3.4  4.6  1.8  1.7  3.0  2.0  2.9  1.8  3.2  5.2  7.2  0.0  3.4  0.8  0.0  2.9  1.0  0.0  0.0  0.9  0.5  1.7  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.8 

45  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

46  Quercoidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.0  2.3  3.9  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

48  Dacrydium  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

49  Podocarpidites sp  8.6  5.6  3.5  4.6  2.3  1.3  2.7  5.4  4.5  2.6  4.3  7.5  2.5  2.8  3.8  5.3  5.9  2.3  5.2  5.2  4.5  3.0  3.3  1.9  0.0  0.0  1.4  0.0  2.2  1.2  0.0  1.4  3.2 

Dacrycarpidites 
50  0.0  0.0  0.0  0.0  4.3  2.0  2.2  3.2  5.2  3.2  2.9  13.7  6.8  16.5  13.2  5.3  5.9  10.9  8.0  4.7  5.4  5.6  15.0  10.0  1.9  13.9  0.0  8.2  2.2  9.9  3.5  10.5  7.2 
australiensis 
11. 13.
PEGUNUNGAN/MONTANE  8.6  5.6  3.5  5.8  6.6  3.3  7.0  5.8  7.2  21.9  10.2  19.3  17.4  10.6  11.9  13.3  13.1  10.4  10.4  8.7  18.3  12.0  1.9  13.9  1.4  9.0  4.3  11.1  3.5  11.8  10.4 
3  5 

51  Deltoidospora type  1.7  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  2.7  5.4  0.6  0.6  0.0  0.0  0.0  2.0  3.8  3.4  0.0  3.1  3.3  0.5  0.9  1.7  2.0  1.5  7.7  0.8  0.0  1.6  0.0  0.0  3.5  0.0  0.0 

52  Pteris sp  2.6  6.5  0.0  3.5  4.6  3.0  3.8  6.3  1.9  6.5  2.9  3.4  3.4  2.0  2.5  5.3  1.0  3.1  7.5  3.8  2.3  5.6  4.3  6.6  1.9  2.5  0.0  7.4  10.8  6.2  7.0  5.0  5.6 

22. 11. 17. 27. 16. 17. 23. 20.


53  Laevigatosporites spp  9.8  25.2  17.4  26.7  22.9  10.4  26.2  36.5  29.7  29.7  23.9  21.8  25.3  32.9  19.8  24.3  61.5  0.0  54.2  32.8  29.7  16.0  46.1  32.7  26.4 
4  1  5  7  7  5  4  6 
Verrucatosporites  18. 10.
54  9.3  6.9  5.0  3.7  3.8  5.4  5.8  2.6  10.1  4.8  4.2  4.8  3.8  1.4  7.9  0.0  3.8  4.7  2.7  1.7  1.5  0.8  0.0  2.5  0.0  2.5  2.2  2.5  4.3  0.9  1.6 
usmensis  1  5 
11. 16.
55  Verrucatosporites spp  0.0  1.9  5.3  8.7  8.9  7.0  9.4  14.2  14.5  15.8  13.6  17.7  14.8  10.6  13.9  18.4  15.0  10.9  14.9  12.6  15.5  24.3  1.9  18.9  4.2  10.7  13.0  8.6  14.8  7.7  14.4 
7  8 
 

178
Crassoretitriletes 
56  0.9  0.0  0.0  1.2  1.1  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  3.2  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.9  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  2.2  1.2  0.0  0.9  0.0 
vanraadshooveni 

57  Selaginella type  3.4  0.0  0.0  4.6  1.1  5.4  3.4  1.4  1.9  3.2  1.4  1.4  4.2  0.8  3.2  1.0  2.0  0.0  1.4  0.0  0.5  1.7  1.5  1.2  0.0  0.8  13.9  9.0  3.8  0.0  0.0  0.0  2.4 

Magnastriatites 
58  0.0  0.9  0.0  0.0  0.7  0.3  0.4  0.0  0.6  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
59  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  1.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  2.0  0.0  0.5  3.8  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

60  Lycopodium sp  0.0  0.0  3.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
61  0.0  0.0  0.0  0.6  1.6  0.0  0.2  0.9  0.0  1.3  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
62  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  1.4  0.7  0.8  1.2  0.0  0.5  0.0  0.8  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8 
papuanus 

63  Cyclosorus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  1.7  0.0  0.3  1.4  2.0  0.0  0.5  0.5  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

64  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

65  Matonisporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

67  Cyathidites  0.0  0.9  1.8  0.6  1.4  0.0  0.9  0.5  0.6  1.9  2.9  2.1  0.8  0.4  0.3  1.4  1.0  0.0  0.0  0.0  0.5  1.3  2.0  0.4  1.9  3.3  2.8  2.5  4.9  8.6  0.0  0.0  0.8 

49. 31. 38. 54. 34. 37. 43. 55. 49.


PTERIDOFITA  56.1  50.7  57.5  53.4  42.6  55.8  62.0  59.4  55.5  55.9  47.9  47.1  58.4  47.0  59.8  76.9  31.1  75.0  67.2  66.5  43.2  75.7  47.3  52.8 
1  5  6  3  3  8  3  0  0 

B. Sampel BUN 34-BUN66


BUN  BUN  BUN  BUN  BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU
NO  PALYNOMORPH 
34  35  36  37  N38  N39  N40  N41  N42  N43  N44  N45  N46  N47  N48  N49  N50  N51  N52  N53  N54  N55  N56  N57  N58  N59  N60  N61  N62  N63  N64  N65  N66 
Zonocostites 
1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  1.6  0.5  1.6  1.1  0.0  0.9  0.7  1.9  0.0  1.0  0.3  0.0  1.6  0.0  0.0  0.6  0.0  0.4  0.0  0.0 
ramonae 
Florschuetzia 
2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
meridionalis 

3  Camptostemon  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.8  0.4  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

4  Excoecaria sp  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

5  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.7  0.0  0.0 

MANGROVE  0.0  0.4  0.6  0.0  0.8  0.0  0.8  0.6  0.0  0.8  0.0  0.8  0.0  1.6  1.0  2.8  1.5  0.2  1.1  0.7  1.9  0.0  1.3  0.6  0.0  1.6  0.0  0.0  0.6  1.0  1.1  0.0  0.0 

17. 17. 18. 17. 13. 11. 18. 22. 16. 10. 10. 12. 12. 14. 18. 15. 17. 24. 21. 14. 11.
6  Acrosticum aureum  6.8  24.5  20.2  17.6  0.0  9.1  7.1  6.9  7.1  9.7  9.9  9.5 
7  6  6  2  4  6  0  4  7  5  2  6  3  1  6  7  6  2  2  1  9 
Spinizonocolpites 
7  0.0  0.0  0.6  0.0  0.8  0.8  0.0  0.6  0.7  0.0  0.6  0.4  0.3  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.2  0.3  0.6  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
echinatus 

8  Florschuetzia levipoli  0.0  0.4  0.0  0.0  5.6  1.6  1.7  0.6  2.1  0.8  0.0  0.8  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.7  0.0  0.0  2.0  1.2  0.0  0.0  2.4  2.3  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0 

Racemonocolpites 
9  0.0  0.0  1.2  2.0  0.8  0.4  0.8  0.6  0.7  0.8  0.0  1.6  0.6  2.2  2.4  2.4  0.8  0.5  0.2  2.3  0.0  0.7  0.3  0.9  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 
Discoidites 
10  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.4  0.8  0.6  1.4  0.0  0.0  0.8  0.6  0.0  0.0  0.4  0.0  0.2  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.7  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0 
novaguineensis 
MANGROVE BELAKANG/  25. 21. 20. 22. 15. 15. 19. 25. 19. 11. 10. 16. 10. 14. 16. 10. 18. 18. 20. 24. 21. 15. 11.
6.8  24.9  22.0  19.6  3.1  9.7  9.9  8.0  7.8  9.5 
BACK MANGROVE  8  0  9  1  1  1  6  2  5  2  8  2  4  7  7  6  6  9  6  2  2  8  9 

11  Myrtaceidites  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0 

Marginipollis 
12  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.7  0.0  0.0 
concinus 

13  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

14  Chenopodipollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

15  Ilexpollenites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

RIPARIAN  0.0  0.0  1.8  0.0  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.3  0.0  0.3  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  1.1  0.0  0.0 

Sapotaceoidaepollen
16  0.0  0.8  4.2  2.0  1.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.6  1.2  0.3  0.0  1.9  0.4  0.4  0.2  0.2  0.3  0.6  0.0  0.3  0.6  0.0  0.8  1.6  1.5  1.9  0.0  1.1  0.0  0.8 
ites 
Cephalomappa 
17  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 
Retitricolporites 
18  0.0  0.4  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  1.4  0.4  1.2  1.9  0.6  0.5  0.0  1.2  1.1  0.5  0.0  1.0  0.6  2.4  0.7  0.3  0.7  0.0  0.8  0.0  1.2  1.0  1.1  0.0  0.0 
equatorialis 

19  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

20  Dipterocarpus type  0.0  0.8  0.6  0.0  0.0  0.4  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  1.1  0.0  0.0  0.4  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0 

21  Lakiapollis ovatus  1.2  0.8  0.0  3.9  0.8  0.8  0.8  1.2  0.0  2.5  0.6  0.8  0.9  0.0  0.5  0.4  1.9  0.2  0.4  1.0  0.0  0.7  1.3  1.4  2.1  0.8  3.1  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0 

22  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

23  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpites 
24  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
williamsi 
Lakiapollis 
25  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.3  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

26  Shorea type  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

27  Garcinia cuspidata  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

28  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

29  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Monoporites 
30  4.9  2.5  7.1  2.0  4.8  0.0  2.5  0.6  2.8  0.8  1.8  0.8  0.3  0.0  0.5  2.0  0.0  0.7  0.4  1.3  0.6  0.0  2.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
annulatus 
Nymphaea 
31  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 

32  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

33  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

34  Compositae  0.0  3.4  0.0  2.0  0.8  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  2.1  0.0  0.8  3.1  0.0  3.8  0.4  0.0  0.0 

35  Polygalacidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.0  0.0  0.8  0.0  0.2  1.3  0.0  0.3  0.3  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0 

37  Stellatopollis sp  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.2  0.0  0.0  0.6  0.3  1.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.0  1.9  0.0  0.7  0.0  0.0 

38  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.3  0.5  0.5  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

AIR TAWAR/FRESH WATER  6.8  11.4  11.9  9.8  9.7  1.6  4.2  1.7  4.8  5.0  4.8  6.2  2.8  2.7  3.3  6.1  5.0  1.9  2.2  5.3  2.6  5.9  6.3  5.2  5.7  3.1  8.7  4.6  6.8  4.8  3.5  0.0  0.8 

39  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

40  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

41  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

42  Haloragacidites  0.6  1.3  0.6  0.0  0.0  1.6  3.4  0.0  0.7  0.8  1.2  0.4  0.0  1.1  0.5  0.4  0.8  0.0  0.4  0.7  0.6  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  1.0  0.0  0.0  0.0 

43  Dicolpopollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.4  0.3  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lanagiopollis 
44  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0 
regularis 
DATARAN RENDAH/LOW 
0.6  1.3  0.6  0.0  0.0  1.6  3.4  0.0  0.7  1.3  1.8  0.8  0.6  1.6  1.0  0.4  0.8  0.0  0.9  0.7  0.6  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  1.0  0.4  0.0  0.0 
LAND 
 

179

45  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.5  1.2  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

46  Quercoidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

48  Dacrydium  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0 

49  Podocarpidites sp  2.5  3.4  0.6  2.0  2.4  3.1  1.7  0.6  2.8  0.0  1.2  1.6  3.8  1.6  1.4  2.0  3.8  2.4  3.5  4.0  1.9  1.4  2.0  2.0  2.8  3.1  0.0  0.8  1.2  1.9  2.5  0.0  1.6 

Dacrycarpidites  18. 10. 10. 10.


50  35.2  9.3  4.2  11.8  2.4  4.2  5.2  3.4  8.0  1.2  6.0  6.6  7.1  4.9  5.4  9.7  5.6  5.2  2.1  4.3  3.2  6.4  6.3  4.6  2.5  2.9  4.2  4.6  1.6 
australiensis  8  5  0  9 
22. 12. 10. 13. 13. 14.
PEGUNUNGAN/MONTANE  37.7  12.7  5.4  13.7  4.8  5.9  5.8  6.2  8.4  3.0  8.2  9.0  8.1  9.6  9.6  7.1  3.5  7.3  5.2  9.2  6.3  6.1  3.7  4.8  7.0  4.6  3.2 
0  4  7  5  2  0 

51  Deltoidospora type  0.6  2.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

52  Pteris sp  6.2  4.2  4.2  9.8  2.4  9.4  2.5  1.2  2.1  2.5  4.2  5.4  2.5  3.8  5.7  2.4  4.6  5.7  2.4  6.0  1.9  7.3  3.3  4.3  0.7  3.1  2.4  3.8  4.3  0.0  3.2  0.0  1.6 

Laevigatosporites  37. 30. 45. 51. 44. 40. 52. 32. 32. 47. 28. 41. 39. 42. 44. 44. 48. 48. 40. 40. 54. 36. 37. 38. 28. 45. 45. 67. 70.
53  27.8  21.5  31.5  23.5 
spp  9  6  4  2  1  8  1  2  5  8  6  1  5  0  9  0  1  1  0  3  6  4  8  9  6  2  1  0  6 
Verrucatosporites  10.
54  0.6  2.1  4.8  3.9  4.0  7.5  4.2  3.5  4.1  1.3  7.3  5.0  3.8  7.1  4.9  6.1  1.4  2.4  1.0  3.2  1.7  2.0  4.6  1.4  3.9  7.9  3.8  4.3  5.8  3.5  6.4  0.8 
usmensis  4 
Verrucatosporites  12. 10. 11. 11. 17. 13. 11. 21. 10. 18. 16. 19. 11. 13. 18. 10. 15. 12. 14. 14. 16. 21. 13.
55  13.0  12.2  14.3  11.8  8.6  6.6  8.9  8.7  6.4  9.5 
spp  1  1  0  0  2  9  6  5  0  0  2  0  9  6  3  7  3  1  0  2  0  1  4 
Crassoretitriletes 
56  0.0  1.3  0.0  2.0  0.8  0.0  0.0  1.7  0.7  1.3  0.6  0.0  2.2  0.5  1.0  0.4  1.1  1.0  0.2  0.3  1.3  0.0  1.0  0.3  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0 
vanraadshooveni 

57  Selaginella type  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.8  0.3  0.0  0.5  0.4  0.0  0.2  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.3  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.9  0.0 

Magnastriatites 
58  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.6  1.2  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
59  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.4  0.8  0.2  0.2  0.3  0.6  1.4  1.3  0.0  0.0  0.8  0.8  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

60  Lycopodium sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
61  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
62  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.8  0.0  1.4  0.4  0.6  0.4  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.8  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0 
papuanus 

63  Cyclosorus  0.0  0.4  0.0  0.0  0.8  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.2  0.0  0.0  0.0  1.7  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

64  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

65  Matonisporites  0.0  0.0  3.0  5.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

10.
66  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  3.2  3.3  6.7  2.8  5.0  1.2  0.0  0.0  1.7  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

14.
67  Cyathidites  0.0  1.7  0.0  0.0  0.0  0.8  1.7  2.1  5.0  0.6  4.3  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  5.0  2.4  3.6  0.0  1.4  8.7  4.0  5.7  3.9  0.8  4.6  4.3  5.8  4.6  2.8  4.0 

58. 71. 63. 70. 66. 69. 80. 64. 66. 74. 60. 63. 75. 73. 71. 67. 79. 79. 69. 72. 74. 62. 66. 68. 62. 67. 71. 83. 86.
PTERIDOFITA  48.1  49.4  57.7  56.9 
1  8  9  9  2  3  6  3  2  7  5  0  1  2  7  2  9  9  3  0  5  8  1  7  7  3  1  5  5 

C. Sampel BUN 67-BUN100


NAMA 
BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BUN
NO  FOSIL/TIPE 
N67  N68  N69  N70  N71  N72  N73  N74  N75  N76  N77  N78  N79  N80  N81  N82  N83  N84  N85  N86  N87  N88  N89  N90  N91  N92  N93  N94  N95  N96  N97  N98  N99  100 
POLEN‐SPORA 
Zonocostites 
1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  4.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  3.5  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  1.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  1.1 
ramonae 
Florschuetzia 
2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.6  0.0  0.0 
meridionalis 
Camptostemo
3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0 

4  Excoecaria sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retitricolpites 
5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.6 
sp 

MANGROVE  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.7  0.0  4.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  3.5  0.8  0.0  0.0  0.7  0.7  0.9  0.0  0.0  0.8  1.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.7  0.6  2.4  1.7 

Acrosticum  23. 20. 18. 13. 18. 16. 11. 12. 13. 16. 16. 22. 13. 29. 22. 19. 13. 17. 26. 23. 25. 23. 33. 29. 23. 25. 21. 28. 19.
6  9.4  9.4  8.7  9.3  23.9 
aureum  3  2  3  7  8  5  0  7  5  3  0  0  5  9  7  9  2  8  1  7  8  9  9  2  0  4  2  8  0 
Spinizonocolpi
7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  1.2  0.6 
tes echinatus 
Florschuetzia 
8  0.0  0.0  0.6  0.9  2.6  0.0  1.6  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  1.7  1.4  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  1.2  0.6 
levipoli 
Racemonocolp
9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  1.6  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.8  0.0  0.0  0.7  0.6  0.0  0.0 
ites sp 
Discoidites 
10  novaguineensi 0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

MANGROVE BELAKANG/  23. 20. 19. 16. 20. 18. 11. 12. 15. 17. 16. 22. 13. 31. 22. 19. 10. 13. 19. 26. 23. 27. 25. 35. 31. 23. 25. 22. 30. 21.
9.4  9.4  8.7  25.0 
BACK MANGROVE  3  8  1  3  3  1  0  7  9  0  8  5  5  9  7  9  0  2  6  1  7  5  4  6  0  0  4  6  1  4 

11  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0 

Marginipollis 
12  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
concinus 
Canthiumidite
13  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Chenopodipoll
14  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
is 
Ilexpollenites 
15  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 

RIPARIAN  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0 

Sapotaceoidae
16  1.0  0.0  0.6  1.7  2.0  0.0  0.0  0.0  2.7  2.4  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.7  0.8  0.0  0.0  0.7  1.4  0.9  0.0  1.4  0.8  2.2  0.8  1.8  0.0  0.8  0.0  0.0  3.6  0.0 
pollenites 
Cephalomapp
17  0.0  0.9  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
a malloticarpa 
Retitricolporit
18  0.0  0.0  1.2  0.0  2.6  1.4  1.6  0.0  0.9  0.0  2.1  2.4  0.9  0.5  0.0  2.8  3.9  1.9  1.6  2.0  0.0  0.9  0.9  4.3  0.0  2.2  0.0  0.9  0.8  1.6  5.1  0.0  0.0  2.8 
es equatorialis 
Malvacipollis 
19  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.8  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
spp 
Dipterocarpus 
20  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.6  1.2  0.0 
type 
Lakiapollis 
21  0.0  0.0  1.7  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.7  0.0  1.2  0.0 
ovatus 
Elaeocarpus 
22  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 

23  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0 

Retistephanoc
24  olpites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
williamsi 
Lakiapollis 
25  microreticulat 0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
us 

26  Shorea type  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0 

Garcinia 
27  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
cuspidata 

28  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Blumeodendro
29  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Monoporites 
30  2.9  0.0  1.7  0.0  0.0  0.7  3.1  2.7  3.6  0.0  2.8  0.8  0.0  3.3  6.8  0.0  3.1  1.9  5.5  0.0  0.0  0.9  0.9  0.0  1.7  0.7  0.8  0.9  4.1  7.1  4.4  0.6  4.8  7.8 
annulatus 
Nymphaea 
31  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 
Retitricolporit
32  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es 

33  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
 

180

34  Compositae  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Polygalacidite
35  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
s sp 

36  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  1.2  0.0 

Stellatopollis 
37  0.0  0.0  0.6  0.0  1.3  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  2.6  0.0  0.0  0.7  0.8  1.3  0.0  0.7  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 

38  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.6 

AIR TAWAR/FRESH  11. 11. 11.


3.9  3.4  5.8  3.5  5.9  5.8  5.5  2.7  7.3  3.2  5.7  5.6  3.4  4.4  9.0  4.2  9.4  6.4  7.9  3.3  1.4  4.7  2.6  7.9  2.5  8.0  1.7  5.3  8.2  2.6  11.1 
WATER  1  7  9 

39  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

40  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.0  0.0 

41  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Haloragacidite
42  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.7  0.8  0.0  0.8  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.8  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.6 

43  Dicolpopollis  1.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6 

Lanagiopollis 
44  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0 
regularis 
DATARAN RENDAH/LOW 
1.0  0.0  0.6  0.9  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.8  0.7  0.8  0.0  0.8  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.8  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  2.4  1.1 
LAND 
Pinuspollenite
45  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0 

Quercoidites 
46  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0 
sp 
Castanopsis 
47  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 

48  Dacrydium  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Podocarpidite
49  2.9  2.6  2.3  1.7  2.0  2.2  2.4  4.1  1.8  2.4  0.0  3.2  1.7  0.0  2.3  2.1  1.6  3.2  1.6  2.0  0.0  0.0  4.3  0.7  0.0  2.2  0.8  0.9  1.6  1.6  2.9  0.6  0.0  1.1 
s sp 
Dacrycarpidite 10.
50  2.9  5.1  4.6  6.1  8.5  5.8  5.5  4.1  0.0  0.0  1.4  1.6  1.7  6.6  1.5  1.4  2.3  1.9  1.6  1.3  1.4  0.9  1.7  0.0  0.0  2.2  0.0  0.0  3.3  0.0  2.6  6.0  11.1 
s australiensis  9 
PEGUNUNGAN/MONTAN 10. 13.
5.8  8.5  6.9  7.8  8.0  7.9  8.2  1.8  2.4  1.4  4.8  3.4  6.6  3.8  3.5  3.9  5.1  3.1  3.3  1.4  0.9  6.1  0.7  0.0  5.1  0.8  0.9  4.9  2.4  3.2  7.1  12.2 
E  5  9 
Deltoidospora 
51  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 

52  Pteris sp  0.0  3.4  1.7  2.6  3.3  9.4  4.7  0.0  6.4  6.3  6.4  4.0  3.4  1.1  2.3  2.1  1.6  1.3  0.8  1.3  1.4  2.8  2.6  0.7  5.0  7.2  0.8  1.8  4.1  3.2  3.6  2.6  2.4  0.6 

Laevigatospori 35. 43. 31. 40. 32. 30. 33. 57. 47. 48. 48. 46. 57. 31. 39. 31. 35. 43. 60. 64. 64. 40. 38. 36. 35. 28. 36. 34. 32. 24. 21. 33. 40.
53  21.1 
tes spp  0  6  8  9  0  4  1  5  3  4  2  4  3  9  1  3  9  6  6  0  6  2  3  7  0  3  4  5  0  6  9  3  5 
Verrucatospor
54  1.9  2.6  0.6  4.3  2.0  2.2  4.7  1.4  7.3  2.4  2.8  1.6  1.7  3.8  2.3  0.7  3.9  3.8  4.7  1.3  6.3  5.6  1.7  0.0  0.8  1.4  2.5  7.1  1.6  4.0  4.4  1.3  3.6  2.2 
ites usmensis 
Verrucatospor 24. 18. 26. 13. 24. 17. 15. 12. 17. 15. 12. 10. 15. 24. 27. 17. 18. 14. 11. 10. 15. 19. 24. 22. 16. 18. 17. 22. 23. 17. 20.
55  8.3  0.0  17.8 
ites spp  3  8  6  0  8  4  7  3  3  1  8  4  4  7  1  4  8  7  0  7  0  1  5  5  7  6  7  1  8  5  5 
Crassoretitrile
tes 
56  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.7  0.8  0.7  0.8  0.0  0.8  0.0  0.0  0.6  1.2  0.6 
vanraadshoov
eni 
Selaginella 
57  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  0.0  0.0  3.2  1.4  4.0  1.7  1.6  0.0  0.0  0.8  1.3  0.0  0.7  0.0  1.9  0.9  1.4  0.0  0.7  1.7  1.8  0.0  0.0  0.7  0.0  2.4  0.0 
type 
Magnastriatit
58  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es howardi 
Lycopodium 
59  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.4  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.8  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 
Lycopodium 
60  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 
Lycopodiacidit
61  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es kuepperi 
Stenochlaenidi
62  0.0  0.0  1.2  1.7  1.3  0.0  2.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.6  0.7  1.4  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1 
tes papuanus 

63  Cyclosorus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.7  1.6  0.0  0.0  0.7  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Osmundacidit
64  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es 
Matonisporite
65  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Gleicheniidites  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.6  1.2  2.8 

67  Cyathidites  2.9  9.4  2.3  6.1  3.3  2.9  3.9  1.4  0.0  3.2  3.5  2.4  1.7  2.7  1.5  4.2  0.0  2.6  0.0  2.7  0.7  6.5  1.7  1.4  2.5  4.3  0.0  0.0  3.3  4.0  2.2  2.6  3.6  2.8 

65. 78. 65. 68. 66. 64. 68. 74. 78. 78. 75. 72. 82. 65. 72. 56. 62. 68. 79. 82. 82. 73. 65. 67. 67. 59. 61. 62. 63. 59. 51. 61. 54.
PTERIDOFITA  48.9 
0  6  9  7  7  5  5  0  2  6  9  0  9  9  9  3  5  6  5  7  6  8  2  6  5  4  9  8  9  5  1  5  8 

 
 

181

Lampiran 26 Persentase fosil palinomorf (marin dan non marin/terestrial) yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel

A. Sampel BUN1-BUN33
BU BU BU BU BU BU BU BU BU BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
NO  PALYNOMORPH 
N1  N2  N3  N4  N5  N6  N7  N8  N9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  31  32  33 
52. 15. 12. 42. 31.
1  Dyno cyst  5.2  5.1  3.2  4.4  31.5  16.1  14.9  10.0  6.9  4.9  1.9  12.4  9.6  5.9  6.9  1.5  4.9  3.7  12.3  1.4  11.5  4.2  9.8  3.3  20.5  23.7  6.6  53.7 
1  9  6  1  0 
Foraminiferal Test   24. 56. 65. 19. 22. 29.
2  3.8  0.6  7.2  12.9  57.5  48.9  56.4  11.8  8.2  19.3  52.8  5.6  31.7  24.2  17.0  0.8  5.7  8.0  83.8  58.6  75.8  40.7  41.5  58.2  46.9  13.1  6.4 
Lining  0  9  6  2  7  5 
76. 72. 78. 61. 27. 11. 60.
MARIN  9.0  3.9  44.4  73.6  63.8  66.4  18.6  13.2  21.2  65.2  15.2  37.5  31.0  18.5  5.7  9.4  20.3  85.2  70.1  80.0  50.4  44.8  78.7  70.7  19.7  60.1 
0  8  2  3  8  6  6 

3  Zonocostites ramonae  1.2  1.3  1.9  0.7  2.5  0.5  6.0  3.6  0.0  2.2  1.9  0.5  0.6  0.3  0.8  0.0  0.0  0.3  0.3  1.0  0.0  1.6  0.2  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.5  0.0 

Florschuetzia 
4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
meridionalis 

5  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

6  Excoecaria sp  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.2  0.8  0.3  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  0.3  0.0  0.0  0.3  0.3  0.7  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3 

7  Camptostemon  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0 

10. 37. 34. 24. 14.


8  Acrosticum aureum  4.5  6.5  9.2  6.6  3.9  3.4  1.2  5.1  26.1  18.9  15.9  7.2  22.8  13.5  23.5  30.6  24.1  24.6  12.9  2.0  12.5  3.1  9.8  13.7  5.3  4.8  23.4  6.4 
6  5  3  6  7 
Spinizonocolpites 
9  1.0  0.5  0.8  0.7  0.2  0.2  1.3  0.0  1.0  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0 
echinatus 

10  Florschuetzia levipoli  1.0  0.3  0.4  0.9  2.7  1.4  1.1  0.0  1.0  0.7  0.0  0.2  0.6  1.0  0.3  0.0  0.7  0.7  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.3  0.3  0.0  0.0  0.3 

11  Racemonocolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.2  0.6  0.8  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  1.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Discoidites 
12  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
novaguineensis 

13  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.4  0.3  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3 

14  Marginipollis concinus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

15  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

16  Chenopodipollis  0.2  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

17  Ilexpollenites sp  0.0  0.8  0.8  0.0  0.0  0.2  0.6  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

18  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  0.4  0.4  0.0  0.0  0.8  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3 

19  Dipterocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.4  0.9  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  1.5  0.0 

20  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  2.2  1.3  2.8  0.8  1.4  0.0  0.5  1.4  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  3.2  1.0  0.0  1.6  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Quercoidites 
21  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  2.0  1.5  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp/Quercus 

22  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpites 
23  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
williamsi 
Lakiapollis 
24  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

25  Garcinia cuspidata  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

26  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

27  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Monoporites 
28  0.8  1.8  0.0  0.2  0.0  0.0  0.9  0.4  0.3  0.0  0.0  0.2  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  2.6  3.8 
annulatus 

29  Nymphaea tetragona  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

30  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

31  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

32  Compositae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  3.6  0.4  2.7  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  2.3  5.5  0.3  2.7  1.7  1.2  0.3  3.9  0.0  1.1  1.0 

33  Polygalacidites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

34  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

35  Stellatopollis sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Cephalomappa 
37  0.0  0.5  0.0  0.0  0.2  0.0  0.4  0.4  0.0  0.4  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.3  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 
Sapotaceoidaepollenit
38  0.2  0.0  0.0  0.4  0.2  0.0  3.0  1.2  1.0  1.8  1.1  0.5  0.6  0.3  0.8  1.1  0.0  0.3  0.6  0.3  1.1  0.4  0.7  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.5  0.7  0.6 
es 

39  Lakiapollis ovatus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  1.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  0.4  0.3  0.3  0.3  0.0  1.1  0.4  0.9  0.3  0.0  0.7  0.0  0.4  0.6  0.0  0.8  0.4  0.6 

40  Lanagiopollis regularis  0.2  0.3  0.0  0.0  1.0  0.2  0.0  0.4  0.3  0.0  0.4  0.0  0.6  0.0  0.0  0.8  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

41  Haloragacidites  0.6  0.5  0.4  0.7  1.5  0.0  1.5  0.8  0.0  0.4  0.8  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.8  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.3 

42  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.7  0.2  0.4  0.5  1.4  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  1.5  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

43  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

44  Shorea type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

45  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

46  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Podocarpidites sp  2.1  1.5  0.8  1.8  2.1  1.0  2.6  4.8  1.8  1.4  1.1  2.7  0.9  2.3  3.3  4.2  2.1  2.0  3.2  3.6  3.7  2.9  3.0  1.5  0.0  0.0  0.3  0.0  1.2  0.3  0.0  1.1  1.3 

Dacrycarpidites 
48  0.0  0.0  0.0  0.0  4.0  1.4  2.2  2.8  2.0  1.8  0.8  5.0  2.3  13.4  11.5  4.2  2.1  9.3  5.0  3.3  4.4  5.3  13.6  8.0  0.3  4.2  0.0  4.1  1.2  2.1  1.0  8.4  2.9 
australiensis 
Retitricolporites 
49  0.2  0.3  1.1  1.1  4.4  0.5  1.9  2.0  0.8  2.9  0.4  1.0  2.0  0.7  0.5  0.4  0.3  1.0  0.0  0.0  0.4  0.4  0.2  0.9  0.0  0.5  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.6 
equatorialis 

50  Dacrydium  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

51  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

52  Dicolpopollis  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.5  0.4  0.0  0.5  1.1  0.4  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

53  Deltoidospora type  0.4  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  2.6  4.8  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  1.6  3.3  2.7  0.0  2.6  2.1  0.3  0.7  1.6  1.8  1.2  1.1  0.2  0.0  0.8  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0 

54  Pteris sp  0.6  1.8  0.0  1.3  4.2  2.2  3.7  5.6  0.8  3.6  0.8  1.2  1.1  1.6  2.2  4.2  0.3  2.6  4.7  2.6  1.8  5.3  3.9  5.2  0.3  0.7  0.0  3.7  6.0  1.3  2.0  4.0  2.2 

10. 12. 16. 20.


55  Laevigatosporites spp  5.4  3.0  3.8  9.0  8.1  14.0  4.6  9.7  7.7  8.5  22.7  28.8  10.3  25.2  15.0  15.0  20.7  31.0  17.9  19.4  9.1  0.0  10.8  16.3  16.4  3.4  13.5  26.3  10.5 
7  1  8  7 
Verrucatosporites 
56  4.3  2.5  2.3  2.7  4.6  2.7  3.7  4.8  2.3  1.4  2.7  1.7  1.4  3.9  3.3  1.1  2.8  0.0  2.3  3.3  2.2  1.6  1.4  0.6  0.0  0.7  0.0  1.2  1.2  0.5  1.3  0.7  0.6 
usmensis 
10.
57  Verrucatosporites spp  0.0  0.5  1.1  3.4  8.1  5.1  9.1  6.6  7.9  3.8  5.7  4.6  14.4  12.9  8.3  4.8  15.6  9.4  7.5  12.2  11.8  14.0  19.4  0.3  5.6  0.8  5.3  7.2  1.8  4.3  6.2  5.8 

Crassoretitriletes 
58  0.2  0.0  0.0  0.4  1.0  0.2  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.7  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  1.2  0.3  0.0  0.7  0.0 
vanraadshooveni 

59  Selaginella type  0.8  0.0  0.0  1.8  1.0  3.9  3.2  1.2  0.8  1.8  0.4  0.5  1.4  0.7  2.7  0.8  0.7  0.0  0.9  0.0  0.4  1.6  1.4  0.9  0.0  0.2  2.8  4.5  2.1  0.0  0.0  0.0  1.0 

Magnastriatites 
60  0.0  0.3  0.0  0.0  0.6  0.2  0.4  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
 

182
Lycopodium 
61  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.7  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.3  2.6  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

62  Lycopodium sp  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
63  0.0  0.0  0.0  0.2  1.5  0.0  0.2  0.8  0.0  0.7  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
64  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.2  0.3  1.0  0.0  0.4  0.0  0.7  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.2  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3 
papuanus 

65  Cyclosorus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.6  0.0  0.3  1.1  0.7  0.0  0.3  0.3  0.0  0.4  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

67  Matonisporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

68  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

69  Cyathidites  0.0  0.3  0.4  0.2  1.3  0.0  0.9  0.4  0.3  1.1  0.8  0.7  0.3  0.3  0.3  1.1  0.3  0.0  0.0  0.0  0.4  1.2  1.8  0.3  0.3  1.0  0.6  1.2  2.7  1.8  0.0  0.0  0.3 

24. 27. 21. 38. 91. 72. 96. 88. 39.


NON MARIN  55.6  26.4  36.2  33.6  81.4  86.8  78.8  34.8  84.8  62.5  69.0  81.5  94.3  90.6  79.7  14.8  29.9  20.0  49.6  55.2  21.3  29.3  80.3  39.9 
0  2  8  7  0  2  1  4  4 

B. Sampel BUN 34-BUN66


BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
NO  PALYNOMORPH 
34  35  36  37  38  39  40  41  42  43  44  45  46  47  48  49  50  51  52  53  54  55  56  57  58  59  60  61  62  63  64  65  66 

1  Dyno cyst  3.2  9.7  2.5  87.0  73.0  12.4  52.1  4.8  8.4  4.7  6.9  1.9  2.2  2.1  1.9  5.7  2.2  0.2  3.9  2.3  0.6  2.4  1.0  1.1  1.6  63.6  6.5  16.2  4.0  3.0  8.4  0.7  2.6 

Foraminiferal 
2  22.1  13.9  28.4  0.7  0.0  0.0  5.4  20.4  4.8  1.2  11.8  0.0  0.0  0.5  0.0  0.4  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  23.4  3.6  53.9  35.7  49.7  52.6  15.1  28.1  15.0 
Test  Lining 

MARIN  25.3  23.5  30.9  87.7  73.0  12.4  57.5  25.2  13.2  5.9  18.7  1.9  2.2  2.7  1.9  6.1  2.6  0.2  3.9  2.6  0.6  2.4  1.0  1.1  25.0  67.2  60.4  51.8  53.7  55.6  23.5  28.8  17.6 

Zonocostites 
3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  1.6  0.5  1.5  1.1  0.0  0.8  0.6  1.9  0.0  1.0  0.3  0.0  0.5  0.0  0.0  0.3  0.0  0.3  0.0  0.0 
ramonae 
Florschuetzia 
4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
meridionalis 
Retitricolpites 
5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.5  0.0  0.0 
sp 

6  Excoecaria sp  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

7  Camptostemon  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.8  0.4  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Acrosticum 
8  5.1  18.7  14.0  2.2  4.8  0.0  7.5  13.9  15.0  12.6  7.4  11.4  17.6  7.0  22.0  15.6  6.7  10.4  9.8  12.3  7.1  9.5  12.2  14.0  7.4  6.1  6.2  8.5  11.2  9.4  10.8  8.5  7.8 
aureum 
Spinizonocolpite
9  0.0  0.0  0.4  0.0  0.2  0.7  0.0  0.4  0.6  0.0  0.5  0.4  0.3  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.2  0.3  0.6  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
s echinatus 
Florschuetzia 
10  0.0  0.3  0.0  0.0  1.5  1.4  0.7  0.4  1.8  0.8  0.0  0.8  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.6  0.0  0.0  2.0  1.1  0.0  0.0  0.9  1.1  0.0  0.0  1.1  0.0  0.0 
levipoli 
Racemonocolpit
11  0.0  0.0  0.8  0.2  0.2  0.3  0.4  0.4  0.6  0.8  0.0  1.5  0.6  2.1  2.3  2.3  0.7  0.5  0.2  2.3  0.0  0.7  0.3  0.9  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
es sp 
Discoidites 
12  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.3  0.4  0.4  1.2  0.0  0.0  0.8  0.6  0.0  0.0  0.4  0.0  0.2  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.5  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0 
novaguineensis 

13  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.8  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0 

Marginipollis 
14  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.5  0.0  0.0 
concinus 

15  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

16  Chenopodipollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

17  Ilexpollenites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Malvacipollis  
18  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
spp 
Dipterocarpus 
19  0.0  0.6  0.4  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  1.1  0.0  0.0  0.4  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0 
type 
Elaeocarpus 
20  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 
Quercoidites 
21  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp/Quercus 

22  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocol
23  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
pites williamsi 
Lakiapollis 
24  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.3  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 
Garcinia 
25  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
cuspidata 

26  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

27  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Monoporites 
28  3.7  1.9  4.9  0.2  1.3  0.0  1.1  0.4  2.4  0.8  1.5  0.8  0.3  0.0  0.5  1.9  0.0  0.7  0.4  1.3  0.6  0.0  2.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
annulatus 
Nymphaea 
29  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 

30  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

31  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

32  Compositae  0.0  2.6  0.0  0.2  0.2  0.3  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.7  0.0  0.0  1.6  0.0  0.3  1.5  0.0  1.7  0.3  0.0  0.0 

Polygalacidites 
33  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
sp 

34  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.0  0.0  0.7  0.0  0.2  1.3  0.0  0.3  0.3  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0 

35  Stellatopollis sp  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.2  0.0  0.0  0.6  0.3  1.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.9  0.0  0.5  0.0  0.0 

36  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.8  0.3  0.5  0.5  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Cephalomappa 
37  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 
Sapotaceoidaep
38  0.0  0.6  2.9  0.2  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.5  1.1  0.3  0.0  1.9  0.4  0.4  0.2  0.2  0.3  0.6  0.0  0.3  0.6  0.0  0.3  0.6  0.7  0.9  0.0  0.8  0.0  0.7 
ollenites 
Lakiapollis 
39  0.9  0.6  0.0  0.5  0.2  0.7  0.4  0.9  0.0  2.4  0.5  0.8  0.9  0.0  0.5  0.4  1.9  0.2  0.4  1.0  0.0  0.7  1.3  1.4  1.6  0.3  1.2  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0 
ovatus 
Lanagiopollis 
40  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0 
regularis 

41  Haloragacidites  0.5  1.0  0.4  0.0  0.0  1.4  1.4  0.0  0.6  0.8  1.0  0.4  0.0  1.1  0.5  0.4  0.7  0.0  0.4  0.6  0.6  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.4  0.0  0.0  0.0 

42  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

43  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

44  Shorea type  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Castanopsis 
45  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 

46  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Podocarpidites 
47  1.8  2.6  0.4  0.2  0.7  2.7  0.7  0.4  2.4  0.0  1.0  1.5  3.7  1.6  1.4  1.9  3.7  2.4  3.3  3.9  1.9  1.4  2.0  2.0  2.1  1.0  0.0  0.4  0.6  0.9  1.9  0.0  1.3 
sp 
Dacrycarpidites 
48  26.3  7.1  2.9  1.4  0.7  16.5  1.8  3.9  3.0  7.5  1.0  10.3  5.9  6.4  7.0  4.6  5.2  10.0  9.3  5.5  5.2  2.0  4.3  3.1  4.8  3.6  2.5  2.2  1.1  1.3  3.2  3.3  1.3 
australiensis 
Retitricolporites 
49  0.0  0.3  0.0  0.0  0.2  0.0  0.0  0.0  1.2  0.4  1.0  1.9  0.6  0.5  0.0  1.1  1.1  0.5  0.0  1.0  0.6  2.4  0.7  0.3  0.5  0.0  0.3  0.0  0.6  0.4  0.8  0.0  0.0 
equatorialis 

50  Dacrydium  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0 
 

183

51  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.5  1.1  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

52  Dicolpopollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.4  0.3  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Deltoidospora 
53  0.5  1.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
type 

54  Pteris sp  4.6  3.2  2.9  1.2  0.7  8.2  1.1  0.9  1.8  2.4  3.4  5.3  2.5  3.7  5.6  2.3  4.5  5.7  2.3  5.8  1.9  7.1  3.3  4.3  0.5  1.0  0.9  1.8  2.0  0.0  2.4  0.0  1.3 

Laevigatosporit
55  20.7  16.5  21.8  2.9  10.2  26.8  19.3  38.3  38.3  38.3  42.4  31.6  31.8  46.5  28.0  38.5  38.4  41.9  43.2  42.9  47.7  47.0  39.6  39.9  41.0  12.0  15.0  18.8  13.2  20.1  34.5  47.7  58.2 
es spp 
Verrucatosporit
56  0.5  1.6  3.3  0.5  1.1  6.5  1.8  2.6  3.6  1.2  5.9  4.9  3.7  10.2  7.0  4.6  6.0  1.4  2.3  1.0  3.2  1.7  2.0  4.6  1.1  1.3  3.1  1.8  2.0  2.6  2.7  4.6  0.7 
es usmensis 
Verrucatosporit
57  9.7  9.4  9.9  1.4  3.3  7.6  4.3  8.3  9.6  16.2  11.3  11.4  21.0  6.4  9.8  8.4  17.5  16.1  18.3  11.6  13.5  17.9  10.6  15.1  9.0  4.6  5.6  7.7  9.8  3.8  10.2  4.6  7.8 
es spp 
Crassoretitrilete

58  0.0  1.0  0.0  0.2  0.2  0.0  0.0  1.3  0.6  1.2  0.5  0.0  2.2  0.5  0.9  0.4  1.1  0.9  0.2  0.3  1.3  0.0  1.0  0.3  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0 
vanraadshoove
ni 

59  Selaginella type  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  0.8  0.3  0.0  0.5  0.4  0.0  0.2  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.3  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.7  0.0 

Magnastriatites 
60  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.5  1.1  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
61  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.4  0.7  0.2  0.2  0.3  0.6  1.4  1.3  0.0  0.0  0.3  0.3  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

62  Lycopodium sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidite
63  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
s kuepperi 
Stenochlaenidit
64  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  1.2  0.4  0.5  0.4  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.4  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0 
es papuanus 

65  Cyclosorus  0.0  0.3  0.0  0.0  0.2  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.2  0.2  0.0  0.0  0.0  1.7  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

67  Matonisporites  0.0  0.0  2.1  0.7  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

68  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  3.1  3.2  6.5  2.7  4.9  1.2  0.0  0.0  10.3  1.7  0.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

69  Cyathidites  0.0  1.3  0.0  0.0  0.0  12.4  0.4  1.3  1.8  4.7  0.5  4.2  0.0  0.0  0.0  0.8  0.0  5.0  2.3  3.5  0.0  1.4  8.6  4.0  4.3  1.3  0.3  2.2  2.0  2.6  3.5  2.0  3.3 

NON MARIN  74.7  76.5  69.1  12.3  27.0  87.6  42.5  74.8  86.8  94.1  81.3  98.1  97.8  97.3  98.1  93.9  97.4  99.8  96.1  97.4  99.4  97.6  99.0  98.9  75.0  32.8  39.6  48.2  46.3  44.4  76.5  71.2  82.4 

C. Sampel BUN 67-BUN100


BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BUN 
NO  PALYNOMORPH 
N67  N68  N69  N70  N71  N72  N73  N74  N75  N76  N77  N78  N79  N80  N81  N82  N83  N84  N85  N86  N87  N88  N89  N90  N91  N92  N93  N94  N95  N96  N97  N98  N99  100 
31. 26. 16. 14. 10. 23. 16. 24. 16. 15. 19. 11.
1  Dyno cyst  3.1  2.8  9.5  3.0  5.3  8.8  2.8  4.5  4.5  2.4  4.6  9.5  6.3  7.8  4.9  7.3  8.6  3.9  8.0  1.6  5.1  4.7 
4  1  6  8  2  1  7  5  4  0  7  2 
Foraminiferal Test   31. 45. 17. 30. 17. 21. 49. 17. 10. 25. 17. 15. 26. 27. 17. 21. 32. 12. 10. 21. 23. 42. 47. 17. 30. 15. 31. 22. 37. 20. 22. 49. 41.
2  18.7 
Lining  8  6  5  0  6  5  1  6  7  9  0  9  9  1  0  5  2  1  3  3  0  7  5  5  3  5  3  1  2  5  3  7  8 
63. 48. 20. 39. 43. 38. 52. 32. 16. 34. 19. 20. 37. 31. 19. 26. 55. 21. 27. 27. 47. 59. 55. 32. 35. 35. 38. 30. 41. 28. 33. 51. 46.
MARIN  23.4 
2  7  3  5  8  1  1  4  0  7  9  4  1  6  4  2  2  6  0  5  4  2  3  5  1  2  5  7  1  4  5  3  8 
Zonocostites 
3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  2.8  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  2.6  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.9  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.9 
ramonae 
Florschuetzia 
4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.3  0.0  0.0 
meridionalis 

5  Retitricolpites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.4 

6  Excoecaria sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

7  Camptostemon  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.4  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0 

16. 11. 11. 10. 13. 12. 15. 10. 22. 10. 15. 11. 16. 16. 15. 20. 20. 13. 18. 14. 14. 10.
8  Acrosticum aureum  8.6  4.8  7.7  7.9  7.4  8.8  5.9  6.3  6.8  6.9  7.3  18.3 
1  1  7  7  1  7  0  9  1  1  6  7  0  8  5  8  2  5  2  1  1  1 
Spinizonocolpites 
9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.6  0.4 
echinatus 
Florschuetzia 
10  0.0  0.0  0.5  0.5  1.5  0.0  0.8  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  1.1  0.9  0.5  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.6  0.4 
levipoli 
Racemonocolpites 
11  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  1.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.0  0.0  0.5  0.3  0.0  0.0 
sp 
Discoidites 
12  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
novaguineensis 

13  Myrtaceidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0 

Marginipollis 
14  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
concinus 

15  Canthiumidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

16  Chenopodipollis  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

17  Ilexpollenites sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

18  Malvacipollis spp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.2  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

19  Dipterocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.3  0.6  0.0 

20  Elaeocarpus type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Quercoidites 
21  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0 
sp/Quercus 

22  Bombacaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0 

Retistephanocolpite
23  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
s williamsi 
Lakiapollis 
24  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
microreticulatus 

25  Garcinia cuspidata  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

26  Altingia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

27  Blumeodendron  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Monoporites 
28  1.1  0.0  1.4  0.0  0.0  0.4  1.5  1.9  3.1  0.0  2.3  0.6  0.0  2.3  5.5  0.0  1.4  1.5  4.0  0.0  0.0  0.4  0.4  0.0  1.1  0.5  0.5  0.6  2.4  5.1  2.9  0.3  2.5  6.0 
annulatus 
Nymphaea 
29  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
tetragona 

30  Retitricolporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

31  Cucurbitacea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

32  Compositae  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

33  Polygalacidites sp  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

34  Polygonaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.6  0.0 

35  Stellatopollis sp  0.0  0.0  0.5  0.0  0.7  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  1.3  1.6  0.0  0.0  0.5  0.3  1.0  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0 

36  Ipomoea  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.3  0.0  0.4 

Cephalomappa 
37  0.0  0.4  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
malloticarpa 
Sapotaceoidaepolle
38  0.4  0.0  0.5  1.1  1.1  0.0  0.0  0.0  2.3  1.6  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.3  0.0  0.0  0.5  0.7  0.4  0.0  1.0  0.5  1.4  0.5  1.2  0.0  0.6  0.0  0.0  1.9  0.0 
nites 

39  Lakiapollis ovatus  0.0  0.0  1.4  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.5  0.0  0.6  0.0 

Lanagiopollis 
40  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0 
regularis 
 

184

41  Haloragacidites  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.5  0.3  0.0  0.6  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.5  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.4 

42  Arenga  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0 

43  Rubiaceae  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

44  Shorea type  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.3  0.0  0.0 

45  Castanopsis type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

46  Acasia type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

47  Podocarpidites sp  1.1  1.3  1.8  1.1  1.1  1.3  1.1  2.8  1.5  1.6  0.0  2.5  1.1  0.0  1.8  1.5  0.7  2.5  1.1  1.4  0.0  0.0  1.9  0.5  0.0  1.4  0.5  0.6  1.0  1.1  1.9  0.3  0.0  0.9 

Dacrycarpidites 
48  1.1  2.6  3.7  3.7  4.8  3.6  2.6  2.8  0.0  0.0  1.1  1.3  1.1  4.5  1.2  1.0  1.0  1.5  1.1  1.0  0.7  0.4  0.8  0.0  0.0  1.4  0.0  0.0  1.9  0.0  7.3  1.3  3.2  8.5 
australiensis 
Retitricolporites 
49  0.0  0.0  0.9  0.0  1.5  0.9  0.8  0.0  0.8  0.0  1.7  1.9  0.5  0.4  0.0  2.1  1.7  1.5  1.1  1.4  0.0  0.4  0.4  2.9  0.0  1.4  0.0  0.6  0.5  1.1  3.4  0.0  0.0  2.1 
equatorialis 

50  Dacrydium  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

51  Pinuspollenites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0 

52  Dicolpopollis  0.4  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4 

53  Deltoidospora type  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

54  Pteris sp  0.0  1.8  1.4  1.6  1.8  5.8  2.3  0.0  5.3  4.1  5.1  3.2  2.2  0.8  1.8  1.5  0.7  1.0  0.6  1.0  0.7  1.1  1.2  0.5  3.2  4.7  0.5  1.2  2.4  2.3  2.4  1.3  1.3  0.4 

Laevigatosporites  12. 22. 25. 24. 18. 18. 15. 38. 39. 31. 38. 36. 36. 21. 31. 23. 16. 34. 44. 46. 33. 16. 17. 24. 22. 18. 22. 23. 18. 17. 14. 16. 21.
55  16.2 
spp  9  4  3  7  0  8  8  9  7  6  6  9  0  8  5  1  1  2  3  4  9  4  1  8  7  3  4  9  8  6  6  3  5 
Verrucatosporites 
56  0.7  1.3  0.5  2.6  1.1  1.3  2.3  0.9  6.1  1.6  2.3  1.3  1.1  2.6  1.8  0.5  1.7  3.0  3.4  1.0  3.3  2.3  0.8  0.0  0.5  0.9  1.6  4.9  1.0  2.8  2.9  0.6  1.9  1.7 
usmensis 
Verrucatosporites  21. 14. 10. 14. 10. 16. 21. 12. 11. 16. 14. 10. 11. 12. 13. 17. 11. 10.
57  8.9  9.6  7.9  7.5  8.3  9.8  8.3  9.7  8.4  8.0  7.7  4.4  6.1  8.6  0.0  13.6 
spp  2  0  8  5  2  9  8  8  6  5  6  8  5  3  0  0  7  0 
Crassoretitriletes 
58  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.8  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.5  0.5  0.5  0.5  0.0  0.5  0.0  0.0  0.3  0.6  0.4 
vanraadshooveni 

59  Selaginella type  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.4  0.8  0.0  0.0  2.1  1.1  3.2  1.1  1.1  0.0  0.0  0.3  1.0  0.0  0.5  0.0  0.8  0.4  1.0  0.0  0.5  1.0  1.2  0.0  0.0  0.5  0.0  1.3  0.0 

Magnastriatites 
60  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
howardi 
Lycopodium 
61  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.9  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.6  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
phlegmaria 

62  Lycopodium sp  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

Lycopodiacidites 
63  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 
kuepperi 
Stenochlaenidites 
64  0.0  0.0  0.9  1.1  0.7  0.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.1  0.5  0.7  0.0  0.0  0.0  0.5  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9 
papuanus 

65  Cyclosorus  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.6  0.0  0.0  0.0  0.5  0.7  0.0  0.0  0.5  0.0  0.4  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

66  Osmundacidites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

67  Matonisporites  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0 

68  Gleicheniidites  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.9  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  1.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.0  0.5  0.3  0.6  2.1 

69  Cyathidites  1.1  4.8  1.8  3.7  1.8  1.8  1.9  0.9  0.0  2.1  2.8  1.9  1.1  1.9  1.2  3.1  0.0  2.0  0.0  1.9  0.4  2.7  0.8  1.0  1.6  2.8  0.0  0.0  1.9  2.8  1.5  1.3  1.9  2.1 

36. 51. 79. 60. 56. 61. 47. 67. 84. 65. 80. 79. 62. 68. 80. 73. 44. 78. 73. 72. 52. 40. 44. 67. 64. 64. 61. 69. 58. 71. 66. 48. 53.
NON MARIN  76.6 
8  3  7  5  3  9  9  6  0  3  1  6  9  4  6  8  8  4  0  5  6  8  7  5  9  8  5  3  9  6  5  8  2 

Lampiran 27 Indeks Diversitas Shannon taksa flora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel
BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  31  32  33 
Σ TAKSA  18  20  15  24  27  26  40  28  28  27  23  23  26  23  22  22  19  18  19  24  19  22  23  20  11  15  7  14  18  12  9  18  22 

Σ INDIV  116  108  57  173  437  299  446  222  155  155  69  146  118  249  317  208  101  256  213  211  221  231  394  259  52  122  72  122  185  81  115  220  125 
2.38 2.45 2.25 2.47 2.54 2.18 2.67 2.71 2.72 2.74 2.44 2.67 2.32 2.27 2.12 2.27 1.88 2.32 2.35 2.03 2.08 2.21 1.42 1.97 1.39 2.03 2.17 2.08 1.65 1.98
ID   2.84  2.3  2.43 
2  1  1  5  4  1  2  2  9  1  1  4  1  5  4  5  7  4  5  8  1  5  3  2  2  7  6  3  8  4 

BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
  34  35  36  37  38  39  40  41  42  43  44  45  46  47  48  49  50  51  52  53  54  55  56  57  58  59  60  61  62  63  64  65  66 
Σ 
12  29  18  14  21  19  18  17  19  22  21  33  23  23  23  30  22  22  25  23  18  21  28  29  13  15  19  15  16  13  23  7  9 
TAKSA 
Σ 
162  237  168  51  124  255  119  172  145  238  165  258  317  182  210  246  261  421  463  302  154  289  300  347  141  129  127  131  161  104  284  109  126 
INDIV 
1.76 2.54 2.26 2.13 2.06 1.92 1.65 1.97 1.98 1.78 2.45 2.05 2.02 2.21 2.20 2.11 1.93 1.83 2.02 1.86 1.80 2.24 2.12 1.61 1.95 1.94 1.99 1.75 1.96 1.15 1.09
ID   2.12  2.07 
3  7  1  3  9  1  5  7  9  4  8  4  7  9  4  1  7  1  6  1  9  3  5  9  5  1  2  5  8  8  6 

BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN BUN
  67  68  69  70  71  72  73  74  75  76  77  78  79  80  81  82  83  84  85  86  87  88  89  90  91  92  93  94  95  96  97  98  99  100 
Σ TAKSA  12  14  18  14  14  20  16  10  9  12  13  17  13  13  14  17  16  15  13  17  11  18  13  13  14  20  13  12  15  15  18  18  21  20 

Σ INDIV  103  117  173  115  153  138  127  73  110  126  141  125  117  182  133  144  128  156  127  150  144  107  115  139  120  138  118  113  122  126  137  156  84  180 
1.71 1.82 1.90 1.89 1.98 2.14 2.15 1.48 1.71 1.91 1.53 1.87 1.81 1.47 1.43 1.27 1.95 1.68 1.65 2.15 1.53 1.70 1.89 1.95 1.78 2.16 2.18
ID   1.62  1.71  1.79  1.74  1.89  1.71  2.23 
9  1  1  1  4  3  4  7  4  3  8  4  1  6  9  1  2  4  8  3  4  3  3  1  7  3  4 

 
 

185

Lampiran 28 Matrik Indeks Similaritas Sorensen taksa flora yang ditemukan pada Formasi Tapak di Bunkanel

A. Sampel BUN1-BUN33
BU BU BU BU BU BU BU BU BU BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN 
  N 1  N 2  N 3  N 4  N 5  N 6  N 7  N 8  N 9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  31  32  33 
1.0 0.6 0.6 0.7 0.6 0.5 0.5 0.6 0.6
BUN 1  0.62  0.59  0.63  0.64  0.73  0.60  0.55  0.54  0.61  0.59  0.52  0.59  0.70  0.59  0.58  0.34  0.48  0.32  0.44  0.61  0.53  0.44  0.67  0.60 
0  8  1  6  7  9  9  1  1 
1.0 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.5 0.6
BUN 2  0.68  0.65  0.56  0.70  0.60  0.52  0.48  0.67  0.53  0.51  0.50  0.56  0.62  0.51  0.60  0.32  0.46  0.37  0.41  0.53  0.56  0.34  0.58  0.57 
  0  9  4  8  0  3  8  7 
1.0 0.5 0.5 0.4 0.5 0.4 0.4
BUN 3  0.57  0.47  0.47  0.54  0.53  0.54  0.43  0.47  0.42  0.41  0.31  0.47  0.54  0.47  0.46  0.31  0.33  0.45  0.41  0.48  0.52  0.33  0.55  0.49 
    0  6  2  9  1  2  7 
1.0 0.7 0.5 0.6 0.7 0.7
BUN 4  0.71  0.55  0.72  0.64  0.72  0.70  0.65  0.51  0.62  0.65  0.58  0.60  0.70  0.68  0.64  0.40  0.51  0.39  0.47  0.67  0.56  0.42  0.67  0.74 
      0  1  2  3  3  3 
1.0 0.7 0.7 0.7 0.6
BUN 5  0.78  0.72  0.72  0.68  0.76  0.69  0.69  0.65  0.62  0.61  0.59  0.65  0.73  0.64  0.60  0.42  0.52  0.35  0.49  0.67  0.51  0.44  0.62  0.69 
        0  5  2  6  9 
1.0 0.7 0.5 0.6
BUN 6  0.64  0.65  0.65  0.69  0.69  0.58  0.58  0.67  0.59  0.62  0.60  0.49  0.67  0.53  0.61  0.38  0.59  0.30  0.50  0.59  0.47  0.40  0.55  0.54 
          0  0  6  7 
1.0 0.7 0.7
BUN 7  0.78  0.67  0.63  0.67  0.70  0.61  0.58  0.51  0.59  0.58  0.63  0.58  0.61  0.60  0.60  0.39  0.51  0.26  0.48  0.55  0.42  0.37  0.55  0.65 
            0  1  1 
1.0 0.7
BUN 8  0.73  0.71  0.71  0.67  0.71  0.76  0.68  0.55  0.57  0.60  0.69  0.72  0.68  0.71  0.67  0.46  0.47  0.34  0.48  0.57  0.45  0.43  0.52  0.72 
              0  5 
1.0
BUN 9  0.73  0.63  0.59  0.70  0.63  0.72  0.72  0.55  0.52  0.64  0.54  0.60  0.68  0.67  0.67  0.41  0.47  0.34  0.52  0.65  0.50  0.43  0.52  0.68 
                0 
BUN 10  1.00  0.72  0.68  0.75  0.68  0.69  0.61  0.61  0.62  0.65  0.63  0.70  0.65  0.72  0.64  0.47  0.52  0.41  0.54  0.62  0.51  0.44  0.62  0.69 
                 
BUN 11  1.00  0.65  0.73  0.74  0.58  0.71  0.71  0.63  0.57  0.60  0.76  0.71  0.74  0.74  0.53  0.63  0.47  0.59  0.73  0.51  0.50  0.63  0.76 
                   
BUN 12  1.00  0.73  0.78  0.76  0.62  0.67  0.63  0.67  0.77  0.62  0.71  0.70  0.65  0.59  0.63  0.47  0.59  0.73  0.69  0.44  0.63  0.76 
                     
BUN 13  1.00  0.65  0.75  0.63  0.71  0.59  0.71  0.64  0.67  0.71  0.73  0.61  0.49  0.59  0.42  0.60  0.64  0.53  0.40  0.59  0.71 
                       
BUN 14  1.00  0.71  0.67  0.62  0.73  0.67  0.72  0.71  0.76  0.70  0.74  0.59  0.68  0.40  0.65  0.73  0.63  0.56  0.68  0.76 
                         
BUN 15  1.00  0.64  0.63  0.65  0.78  0.65  0.68  0.73  0.76  0.62  0.55  0.54  0.41  0.61  0.65  0.53  0.52  0.50  0.68 
                           
BUN 16  1.00  0.63  0.55  0.63  0.52  0.63  0.73  0.71  0.71  0.55  0.59  0.41  0.61  0.70  0.47  0.58  0.55  0.73 
                             
BUN 17  1.00  0.59  0.68  0.56  0.74  0.68  0.67  0.72  0.47  0.71  0.54  0.67  0.76  0.65  0.50  0.54  0.68 
                               
BUN 18  1.00  0.70  0.67  0.65  0.65  0.63  0.58  0.55  0.61  0.32  0.56  0.67  0.53  0.59  0.61  0.65 
                                 
BUN 19  1.00  0.70  0.63  0.78  0.81  0.72  0.47  0.59  0.38  0.61  0.70  0.52  0.64  0.65  0.63 
                                   
BUN 20  1.00  0.56  0.61  0.64  0.64  0.57  0.56  0.32  0.47  0.52  0.56  0.48  0.62  0.57 
                                     
BUN 21  1.00  0.73  0.76  0.72  0.60  0.71  0.54  0.73  0.76  0.58  0.64  0.65  0.73 
                                       
BUN 22  1.00  0.84  0.71  0.48  0.65  0.41  0.56  0.75  0.53  0.58  0.70  0.64 
                                         
BUN 23  1.00  0.79  0.53  0.63  0.47  0.59  0.78  0.51  0.56  0.68  0.76 
                                           
BUN 24  1.00  0.52  0.74  0.52  0.65  0.79  0.63  0.55  0.68  0.71 
                                             
BUN 25  1.00  0.62  0.56  0.72  0.55  0.61  0.70  0.48  0.55 
                                               
BUN 26  1.00  0.45  0.76  0.73  0.59  0.58  0.55  0.65 
                                                 
BUN 27  1.00  0.57  0.56  0.63  0.38  0.40  0.48 
                                                   
BUN 28  1.00  0.69  0.69  0.70  0.50  0.67 
                                                     
BUN 29  1.00  0.73  0.59  0.72  0.80 
                                                       
BUN 30  1.00  0.57  0.67  0.65 
                                                         
BUN 31  1.00  0.59  0.52 
                                                           
BUN 32  1.00  0.65 
                                                             
BUN 33  1.00 
                                                               

B. Sampel BUN34-BUN66
BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN  BUN 
    34  35  36  37  38  39  40  41  42  43  44  45  46  47  48  49  50  51  52  53  54  55  56  57  58  59  60  61  62  63  64  65  66 
BUN 
0.53  0.60  0.50  0.50  0.56  0.43  0.50  0.51  0.59  0.55  0.56  0.51  0.59  0.54  0.63  0.50  0.55  0.50  0.60  0.63  0.72  0.31  0.57  0.55  0.39  0.55  0.43  0.42  0.53  0.45  0.54  0.32  0.44 
1   
BUN 
0.50  0.57  0.47  0.41  0.54  0.46  0.58  0.59  0.67  0.48  0.63  0.60  0.51  0.60  0.56  0.56  0.52  0.48  0.62  0.65  0.63  0.44  0.58  0.53  0.48  0.57  0.51  0.51  0.56  0.55  0.51  0.37  0.48 
2   
BUN 
0.44  0.41  0.48  0.34  0.50  0.47  0.55  0.56  0.59  0.49  0.50  0.46  0.37  0.53  0.47  0.44  0.54  0.43  0.50  0.58  0.55  0.39  0.51  0.55  0.50  0.47  0.41  0.47  0.58  0.57  0.47  0.45  0.50 
3   
BUN 
0.50  0.72  0.57  0.47  0.62  0.56  0.57  0.54  0.65  0.57  0.62  0.56  0.55  0.55  0.60  0.59  0.57  0.57  0.65  0.68  0.67  0.40  0.62  0.60  0.43  0.56  0.51  0.51  0.55  0.54  0.64  0.39  0.48 
4   
BUN 
0.46  0.64  0.49  0.54  0.63  0.61  0.58  0.64  0.70  0.61  0.63  0.63  0.60  0.60  0.68  0.67  0.61  0.57  0.65  0.68  0.62  0.50  0.65  0.71  0.50  0.57  0.61  0.48  0.60  0.55  0.56  0.41  0.50 
5   
BUN 
0.42  0.55  0.41  0.50  0.64  0.58  0.59  0.65  0.62  0.54  0.60  0.64  0.65  0.65  0.61  0.61  0.58  0.58  0.59  0.65  0.59  0.47  0.52  0.62  0.51  0.54  0.62  0.54  0.48  0.46  0.57  0.36  0.40 
6   
BUN 
0.42  0.67  0.52  0.44  0.52  0.51  0.55  0.56  0.61  0.58  0.59  0.68  0.51  0.60  0.60  0.63  0.55  0.55  0.58  0.63  0.55  0.43  0.62  0.64  0.38  0.51  0.54  0.44  0.50  0.42  0.51  0.30  0.37 
7   
BUN 
0.50  0.63  0.57  0.48  0.49  0.47  0.57  0.44  0.60  0.52  0.53  0.56  0.51  0.47  0.59  0.59  0.48  0.56  0.53  0.59  0.57  0.49  0.57  0.53  0.44  0.56  0.43  0.47  0.55  0.49  0.55  0.40  0.49 
8   
BUN 
0.45  0.60  0.52  0.43  0.61  0.47  0.52  0.53  0.51  0.48  0.57  0.56  0.59  0.47  0.47  0.52  0.44  0.48  0.57  0.59  0.52  0.45  0.46  0.49  0.44  0.51  0.51  0.47  0.45  0.54  0.59  0.40  0.49 
9   
BUN 
0.46  0.68  0.53  0.44  0.50  0.57  0.49  0.55  0.61  0.57  0.58  0.60  0.48  0.56  0.56  0.56  0.53  0.49  0.54  0.56  0.58  0.42  0.55  0.64  0.50  0.52  0.52  0.52  0.60  0.60  0.56  0.41  0.50 
10   
BUN 
0.51  0.65  0.49  0.54  0.50  0.57  0.63  0.45  0.57  0.62  0.64  0.61  0.57  0.52  0.57  0.60  0.53  0.53  0.54  0.61  0.59  0.55  0.55  0.54  0.61  0.63  0.57  0.58  0.67  0.61  0.65  0.47  0.56 
11   
BUN 
0.46  0.73  0.54  0.65  0.68  0.67  0.63  0.60  0.71  0.71  0.68  0.64  0.57  0.61  0.61  0.60  0.53  0.71  0.63  0.65  0.63  0.50  0.67  0.65  0.56  0.63  0.67  0.68  0.56  0.56  0.70  0.47  0.56 
12   
BUN 
0.42  0.69  0.45  0.45  0.55  0.62  0.55  0.47  0.58  0.58  0.64  0.64  0.53  0.57  0.57  0.54  0.54  0.54  0.63  0.61  0.64  0.47  0.56  0.58  0.51  0.59  0.58  0.63  0.57  0.56  0.61  0.42  0.51 
13   
BUN 
0.63  0.73  0.54  0.65  0.64  0.62  0.73  0.65  0.71  0.76  0.68  0.64  0.61  0.61  0.65  0.68  0.62  0.67  0.67  0.74  0.68  0.50  0.67  0.65  0.56  0.68  0.67  0.58  0.67  0.56  0.61  0.47  0.56 
14   
BUN 
0.47  0.63  0.45  0.50  0.60  0.54  0.55  0.51  0.54  0.55  0.51  0.55  0.49  0.49  0.49  0.54  0.50  0.59  0.55  0.58  0.55  0.51  0.56  0.59  0.51  0.59  0.54  0.54  0.58  0.51  0.53  0.48  0.58 
15   
BUN 
0.53  0.67  0.55  0.50  0.60  0.68  0.60  0.51  0.59  0.55  0.65  0.62  0.62  0.49  0.58  0.54  0.55  0.59  0.60  0.62  0.55  0.56  0.52  0.59  0.57  0.59  0.59  0.54  0.58  0.51  0.62  0.48  0.58 
16   
BUN 
0.52  0.71  0.38  0.55  0.65  0.68  0.59  0.61  0.63  0.59  0.55  0.58  0.57  0.48  0.52  0.57  0.49  0.68  0.59  0.62  0.54  0.60  0.60  0.58  0.75  0.65  0.63  0.71  0.57  0.63  0.62  0.54  0.57 
17   
BUN 
0.53  0.68  0.39  0.56  0.56  0.43  0.56  0.51  0.59  0.55  0.56  0.47  0.49  0.54  0.49  0.54  0.60  0.50  0.51  0.59  0.56  0.46  0.57  0.51  0.52  0.55  0.59  0.55  0.59  0.39  0.59  0.32  0.52 
18   
BUN 
0.58  0.71  0.49  0.55  0.55  0.58  0.59  0.50  0.42  0.49  0.50  0.54  0.52  0.52  0.57  0.49  0.59  0.59  0.64  0.62  0.59  0.45  0.55  0.54  0.50  0.71  0.58  0.59  0.57  0.44  0.52  0.46  0.57 
19   
BUN 
0.50  0.68  0.52  0.63  0.58  0.47  0.52  0.49  0.56  0.52  0.58  0.49  0.47  0.51  0.55  0.56  0.52  0.61  0.57  0.55  0.57  0.44  0.58  0.45  0.43  0.56  0.56  0.62  0.45  0.38  0.55  0.32  0.48 
20   
BUN 
0.65  0.71  0.49  0.61  0.55  0.58  0.54  0.50  0.58  0.63  0.60  0.50  0.52  0.43  0.52  0.57  0.54  0.59  0.50  0.57  0.59  0.55  0.55  0.54  0.69  0.65  0.58  0.59  0.69  0.69  0.52  0.54  0.64 
21   
BUN 
0.59  0.71  0.50  0.56  0.60  0.59  0.60  0.51  0.54  0.59  0.65  0.55  0.62  0.53  0.62  0.58  0.64  0.64  0.68  0.67  0.65  0.47  0.60  0.63  0.57  0.65  0.59  0.49  0.68  0.57  0.62  0.48  0.58 
22   
BUN 
0.57  0.73  0.54  0.54  0.55  0.62  0.63  0.45  0.48  0.58  0.59  0.61  0.52  0.52  0.52  0.53  0.62  0.58  0.63  0.70  0.59  0.59  0.59  0.62  0.61  0.63  0.57  0.53  0.72  0.61  0.61  0.47  0.56 
23   
BUN 
0.63  0.69  0.53  0.59  0.54  0.56  0.68  0.54  0.51  0.57  0.54  0.57  0.56  0.51  0.56  0.56  0.57  0.62  0.58  0.70  0.63  0.63  0.54  0.49  0.67  0.74  0.62  0.57  0.61  0.61  0.60  0.52  0.55 
24   
BUN 
0.52  0.50  0.48  0.64  0.50  0.53  0.55  0.50  0.53  0.61  0.50  0.41  0.41  0.41  0.41  0.44  0.42  0.48  0.44  0.47  0.41  0.50  0.41  0.40  0.58  0.54  0.67  0.69  0.52  0.50  0.53  0.56  0.70 
25   
 

186
BUN 
0.52  0.68  0.30  0.55  0.50  0.53  0.48  0.50  0.53  0.65  0.56  0.46  0.47  0.47  0.47  0.53  0.49  0.59  0.45  0.53  0.55  0.56  0.47  0.45  0.64  0.60  0.71  0.60  0.52  0.57  0.53  0.55  0.50 
26   
BUN 
0.42  0.39  0.32  0.48  0.36  0.46  0.40  0.42  0.38  0.41  0.36  0.30  0.33  0.27  0.33  0.32  0.28  0.41  0.31  0.33  0.40  0.43  0.29  0.33  0.60  0.55  0.38  0.55  0.43  0.70  0.40  0.71  0.63 
27   
BUN 
0.62  0.60  0.38  0.57  0.51  0.67  0.63  0.58  0.55  0.67  0.51  0.47  0.43  0.43  0.43  0.45  0.39  0.50  0.46  0.49  0.44  0.51  0.43  0.47  0.67  0.62  0.67  0.69  0.53  0.59  0.54  0.67  0.61 
28   
BUN 
0.53  0.72  0.56  0.69  0.67  0.65  0.67  0.63  0.59  0.70  0.62  0.55  0.63  0.54  0.54  0.54  0.60  0.65  0.60  0.73  0.61  0.62  0.57  0.60  0.71  0.67  0.76  0.67  0.65  0.65  0.73  0.56  0.67 
29   
BUN 
0.67  0.59  0.53  0.77  0.67  0.58  0.67  0.76  0.71  0.65  0.61  0.44  0.51  0.51  0.51  0.48  0.47  0.59  0.59  0.63  0.60  0.55  0.55  0.49  0.72  0.67  0.65  0.74  0.57  0.64  0.63  0.63  0.76 
30   
BUN 
0.76  0.47  0.52  0.70  0.53  0.43  0.52  0.54  0.43  0.52  0.53  0.38  0.50  0.38  0.50  0.41  0.52  0.52  0.47  0.50  0.52  0.47  0.43  0.42  0.64  0.67  0.57  0.58  0.64  0.45  0.44  0.63  0.78 
31   
BUN 
0.67  0.64  0.72  0.75  0.67  0.59  0.67  0.69  0.59  0.65  0.67  0.51  0.63  0.54  0.73  0.58  0.75  0.60  0.70  0.73  0.72  0.46  0.57  0.60  0.58  0.67  0.59  0.55  0.65  0.52  0.59  0.40  0.59 
32   
BUN 
0.59  0.78  0.55  0.61  0.65  0.68  0.70  0.56  0.68  0.73  0.65  0.65  0.53  0.53  0.58  0.62  0.50  0.59  0.55  0.67  0.60  0.60  0.60  0.59  0.63  0.65  0.63  0.65  0.63  0.63  0.62  0.48  0.58 
33   
BUN 
1.00  0.54  0.60  0.69  0.55  0.52  0.67  0.62  0.58  0.59  0.67  0.44  0.51  0.46  0.57  0.52  0.53  0.59  0.54  0.57  0.67  0.55  0.55  0.44  0.64  0.67  0.52  0.52  0.71  0.56  0.46  0.53  0.67 
34   
BUN 
1.00  0.47  0.56  0.60  0.67  0.60  0.52  0.67  0.67  0.64  0.61  0.54  0.58  0.58  0.64  0.55  0.63  0.67  0.65  0.60  0.52  0.70  0.66  0.52  0.59  0.67  0.59  0.53  0.52  0.58  0.39  0.47 
35     
BUN 
1.00  0.69  0.56  0.54  0.67  0.63  0.59  0.55  0.62  0.55  0.63  0.49  0.63  0.50  0.65  0.60  0.65  0.68  0.61  0.46  0.52  0.51  0.45  0.55  0.49  0.55  0.59  0.45  0.59  0.40  0.59 
36       
BUN 
1.00  0.74  0.55  0.63  0.71  0.61  0.67  0.63  0.51  0.70  0.49  0.65  0.55  0.61  0.67  0.62  0.65  0.63  0.57  0.62  0.51  0.67  0.69  0.67  0.62  0.60  0.52  0.54  0.48  0.70 
37         
BUN 
1.00  0.65  0.62  0.74  0.70  0.65  0.67  0.59  0.68  0.50  0.59  0.63  0.60  0.70  0.70  0.73  0.62  0.57  0.65  0.64  0.65  0.56  0.65  0.61  0.54  0.53  0.64  0.36  0.53 
38           
BUN 
1.00  0.76  0.67  0.74  0.63  0.60  0.65  0.57  0.57  0.57  0.53  0.54  0.59  0.64  0.67  0.49  0.50  0.55  0.67  0.63  0.53  0.63  0.65  0.51  0.56  0.57  0.46  0.50 
39             
BUN 
1.00  0.74  0.76  0.65  0.62  0.67  0.59  0.63  0.59  0.63  0.60  0.60  0.70  0.83  0.56  0.56  0.61  0.60  0.65  0.67  0.65  0.67  0.65  0.52  0.68  0.48  0.59 
40               
BUN 
1.00  0.78  0.67  0.68  0.60  0.65  0.55  0.65  0.64  0.62  0.72  0.67  0.75  0.57  0.53  0.58  0.70  0.67  0.63  0.67  0.63  0.55  0.53  0.55  0.50  0.62 
41                 
BUN 
1.00  0.68  0.70  0.65  0.62  0.67  0.62  0.65  0.59  0.63  0.64  0.76  0.65  0.50  0.68  0.67  0.63  0.53  0.63  0.65  0.57  0.56  0.62  0.46  0.57 
42                   
BUN 
1.00  0.70  0.62  0.58  0.53  0.62  0.69  0.59  0.73  0.60  0.67  0.65  0.56  0.64  0.63  0.57  0.59  0.78  0.59  0.63  0.57  0.62  0.48  0.52 
43                     
BUN 
1.00  0.67  0.64  0.59  0.59  0.67  0.60  0.74  0.65  0.68  0.72  0.52  0.65  0.64  0.59  0.61  0.70  0.61  0.70  0.59  0.64  0.43  0.60 
44                       
BUN 
1.00  0.68  0.71  0.68  0.70  0.62  0.65  0.66  0.75  0.63  0.59  0.69  0.77  0.48  0.63  0.58  0.54  0.57  0.48  0.54  0.35  0.43 
45                         
BUN 
1.00  0.61  0.78  0.68  0.71  0.71  0.63  0.70  0.68  0.55  0.59  0.62  0.56  0.63  0.57  0.47  0.51  0.44  0.57  0.40  0.50 
46                           
BUN 
1.00  0.65  0.64  0.71  0.53  0.63  0.70  0.63  0.59  0.67  0.65  0.44  0.53  0.67  0.53  0.56  0.50  0.57  0.33  0.44 
47                             
BUN 
1.00  0.75  0.80  0.71  0.71  0.70  0.78  0.55  0.67  0.69  0.44  0.74  0.52  0.47  0.56  0.44  0.48  0.40  0.50 
48                               
BUN 
1.00  0.69  0.77  0.65  0.68  0.71  0.63  0.72  0.71  0.51  0.67  0.65  0.53  0.61  0.56  0.60  0.38  0.46 
49                                 
BUN 
1.00  0.68  0.72  0.80  0.75  0.65  0.68  0.71  0.51  0.59  0.63  0.49  0.68  0.46  0.53  0.34  0.52 
50                                   
BUN 
1.00  0.64  0.71  0.75  0.65  0.68  0.71  0.63  0.70  0.68  0.65  0.63  0.51  0.62  0.48  0.58 
51                                     
BUN 
1.00  0.83  0.65  0.52  0.75  0.70  0.47  0.65  0.64  0.55  0.68  0.47  0.67  0.38  0.53 
52                                       
BUN 
1.00  0.73  0.64  0.75  0.73  0.61  0.68  0.71  0.63  0.72  0.50  0.70  0.40  0.56 
53                                         
BUN 
1.00  0.56  0.65  0.64  0.52  0.73  0.59  0.55  0.71  0.58  0.59  0.48  0.59 
54                                           
BUN 
1.00  0.61  0.56  0.65  0.61  0.65  0.56  0.65  0.53  0.55  0.43  0.53 
55                                             
BUN 
1.00  0.70  0.49  0.60  0.64  0.51  0.68  0.49  0.59  0.34  0.49 
56                                               
BUN 
1.00  0.52  0.55  0.58  0.50  0.62  0.52  0.54  0.39  0.47 
57                                                 
BUN 
1.00  0.64  0.63  0.71  0.69  0.69  0.61  0.60  0.73 
58                                                   
BUN 
1.00  0.59  0.67  0.71  0.57  0.53  0.64  0.75 
59                                                     
BUN 
1.00  0.71  0.63  0.56  0.71  0.46  0.57 
60                                                       
BUN 
1.00  0.58  0.57  0.74  0.55  0.75 
61                                                         
BUN 
1.00  0.62  0.67  0.52  0.72 
62                                                           
BUN 
1.00  0.56  0.70  0.64 
63                                                             
BUN 
1.00  0.40  0.56 
64                                                               
BUN 
1.00  0.75 
65                                                                 
BUN 
1.00 
66                                                                   

C. Sampel BUN 67-BUN100


BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU BU
BUN 
N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N  N 
    100 
67  68  69  70  71  72  73  74  75  76  77  78  79  80  81  82  83  84  85  86  87  88  89  90  91  92  93  94  95  96  97  98  99 
BUN 
0.40  0.38  0.50  0.50  0.50  0.53  0.59  0.43  0.59  0.53  0.52  0.51  0.45  0.65  0.44  0.63  0.59  0.48  0.52  0.51  0.41  0.61  0.52  0.52  0.63  0.68  0.71  0.60  0.48  0.55  0.50  0.44  0.62  0.63 
1   
BUN 
0.56  0.47  0.63  0.59  0.53  0.55  0.56  0.53  0.55  0.50  0.48  0.65  0.48  0.61  0.59  0.65  0.50  0.51  0.61  0.54  0.45  0.53  0.61  0.48  0.59  0.60  0.61  0.50  0.51  0.57  0.53  0.47  0.49  0.70 
2   
BUN 
0.44  0.41  0.48  0.55  0.62  0.46  0.52  0.56  0.50  0.52  0.43  0.50  0.50  0.57  0.48  0.69  0.52  0.47  0.50  0.50  0.54  0.55  0.50  0.43  0.55  0.57  0.50  0.44  0.47  0.53  0.48  0.42  0.44  0.63 
3   
BUN 
0.44  0.47  0.52  0.53  0.53  0.55  0.60  0.47  0.55  0.56  0.54  0.59  0.49  0.65  0.53  0.63  0.55  0.51  0.54  0.54  0.46  0.62  0.59  0.54  0.63  0.68  0.65  0.61  0.56  0.56  0.57  0.52  0.62  0.68 
4   
BUN 
0.46  0.49  0.53  0.63  0.54  0.55  0.56  0.43  0.44  0.56  0.55  0.50  0.50  0.60  0.44  0.68  0.51  0.52  0.45  0.59  0.47  0.58  0.55  0.60  0.54  0.64  0.55  0.56  0.57  0.48  0.58  0.53  0.58  0.60 
5   
BUN 
0.42  0.40  0.59  0.50  0.50  0.57  0.57  0.39  0.40  0.47  0.51  0.56  0.51  0.51  0.40  0.56  0.43  0.49  0.51  0.60  0.38  0.50  0.51  0.51  0.45  0.52  0.56  0.47  0.49  0.39  0.55  0.50  0.47  0.61 
6   
BUN 
0.46  0.37  0.55  0.52  0.48  0.50  0.50  0.36  0.37  0.42  0.45  0.49  0.45  0.49  0.41  0.53  0.46  0.44  0.45  0.53  0.43  0.52  0.45  0.45  0.52  0.53  0.49  0.42  0.44  0.44  0.55  0.48  0.52  0.57 
7   
BUN 
0.45  0.52  0.48  0.52  0.48  0.54  0.50  0.47  0.49  0.50  0.54  0.49  0.54  0.59  0.48  0.58  0.55  0.51  0.49  0.58  0.46  0.48  0.54  0.44  0.48  0.58  0.44  0.60  0.51  0.56  0.52  0.48  0.49  0.50 
8   
BUN 
0.55  0.43  0.57  0.48  0.52  0.54  0.55  0.42  0.49  0.50  0.49  0.62  0.54  0.59  0.48  0.53  0.50  0.51  0.49  0.49  0.41  0.57  0.63  0.49  0.43  0.54  0.54  0.55  0.51  0.51  0.57  0.52  0.61  0.58 
9   
BUN 
0.56  0.54  0.53  0.59  0.59  0.51  0.51  0.43  0.44  0.56  0.45  0.55  0.50  0.60  0.44  0.64  0.60  0.48  0.45  0.55  0.53  0.62  0.55  0.50  0.54  0.64  0.50  0.46  0.43  0.48  0.49  0.44  0.50  0.60 
10   
BUN 
0.51  0.59  0.63  0.70  0.59  0.56  0.56  0.48  0.50  0.57  0.50  0.55  0.67  0.61  0.49  0.60  0.62  0.58  0.56  0.65  0.59  0.54  0.56  0.56  0.54  0.65  0.44  0.51  0.53  0.58  0.54  0.44  0.50  0.60 
11   
BUN 
0.51  0.59  0.63  0.59  0.65  0.65  0.77  0.55  0.56  0.69  0.67  0.60  0.61  0.72  0.49  0.70  0.67  0.58  0.56  0.75  0.53  0.73  0.61  0.56  0.65  0.74  0.61  0.63  0.58  0.58  0.63  0.54  0.50  0.65 
12   
BUN 
0.47  0.50  0.64  0.60  0.60  0.57  0.62  0.44  0.46  0.58  0.46  0.65  0.56  0.62  0.50  0.70  0.62  0.49  0.56  0.70  0.54  0.64  0.51  0.46  0.55  0.65  0.56  0.47  0.44  0.49  0.50  0.41  0.55  0.65 
13   
BUN 
0.51  0.49  0.68  0.70  0.65  0.60  0.72  0.55  0.56  0.63  0.67  0.55  0.61  0.72  0.54  0.70  0.62  0.63  0.61  0.70  0.59  0.63  0.61  0.61  0.70  0.74  0.61  0.63  0.63  0.58  0.68  0.59  0.59  0.70 
14   
BUN 
0.47  0.50  0.55  0.56  0.61  0.52  0.63  0.50  0.52  0.65  0.57  0.56  0.57  0.69  0.44  0.72  0.58  0.54  0.46  0.72  0.48  0.60  0.57  0.51  0.50  0.62  0.51  0.65  0.54  0.54  0.60  0.45  0.47  0.52 
15   
BUN 
0.47  0.50  0.60  0.61  0.61  0.57  0.63  0.44  0.52  0.53  0.51  0.67  0.69  0.57  0.50  0.62  0.58  0.59  0.57  0.67  0.55  0.60  0.63  0.57  0.44  0.52  0.51  0.59  0.59  0.54  0.60  0.55  0.56  0.52 
16   
BUN 
0.45  0.67  0.65  0.67  0.61  0.67  0.69  0.48  0.50  0.65  0.56  0.67  0.63  0.63  0.55  0.61  0.63  0.65  0.56  0.67  0.47  0.65  0.63  0.56  0.42  0.62  0.56  0.52  0.59  0.47  0.65  0.43  0.50  0.51 
17   
BUN 
0.40  0.50  0.61  0.69  0.63  0.42  0.59  0.43  0.52  0.47  0.45  0.40  0.52  0.58  0.38  0.57  0.47  0.48  0.52  0.57  0.48  0.50  0.45  0.58  0.56  0.58  0.52  0.47  0.55  0.48  0.50  0.39  0.41  0.58 
18   
BUN 
0.45  0.48  0.59  0.61  0.55  0.51  0.57  0.48  0.50  0.58  0.44  0.61  0.50  0.63  0.55  0.61  0.57  0.53  0.56  0.67  0.47  0.54  0.56  0.50  0.48  0.56  0.63  0.52  0.47  0.47  0.59  0.43  0.50  0.46 
19   
BUN 
0.44  0.53  0.52  0.53  0.47  0.55  0.55  0.47  0.48  0.50  0.49  0.49  0.43  0.49  0.47  0.54  0.55  0.41  0.54  0.63  0.46  0.52  0.43  0.38  0.53  0.55  0.54  0.50  0.46  0.46  0.43  0.52  0.36  0.50 
20   
 

187
BUN 
0.52  0.67  0.59  0.73  0.61  0.56  0.57  0.48  0.57  0.65  0.56  0.56  0.63  0.63  0.55  0.61  0.69  0.65  0.56  0.61  0.60  0.59  0.63  0.63  0.48  0.67  0.50  0.58  0.59  0.53  0.59  0.43  0.55  0.51 
21   
BUN 
0.47  0.50  0.55  0.61  0.56  0.62  0.63  0.50  0.52  0.53  0.57  0.62  0.57  0.63  0.56  0.67  0.63  0.59  0.57  0.67  0.55  0.60  0.63  0.63  0.56  0.67  0.51  0.53  0.59  0.54  0.60  0.50  0.60  0.57 
22   
BUN 
0.46  0.54  0.54  0.59  0.54  0.60  0.56  0.48  0.50  0.57  0.50  0.60  0.61  0.61  0.59  0.65  0.67  0.58  0.56  0.65  0.53  0.59  0.61  0.56  0.49  0.65  0.44  0.51  0.53  0.63  0.59  0.44  0.55  0.51 
23   
BUN 
0.50  0.59  0.63  0.53  0.53  0.70  0.61  0.60  0.55  0.56  0.61  0.70  0.67  0.67  0.65  0.54  0.61  0.69  0.67  0.65  0.45  0.58  0.73  0.55  0.47  0.65  0.55  0.56  0.63  0.63  0.68  0.58  0.49  0.55 
24   
BUN 
0.52  0.56  0.55  0.64  0.64  0.52  0.52  0.48  0.50  0.70  0.58  0.43  0.58  0.58  0.48  0.57  0.52  0.46  0.50  0.64  0.73  0.55  0.50  0.50  0.56  0.52  0.42  0.52  0.46  0.46  0.48  0.48  0.38  0.45 
25   
BUN 
0.37  0.55  0.61  0.55  0.55  0.63  0.65  0.40  0.42  0.52  0.64  0.56  0.64  0.57  0.48  0.44  0.52  0.60  0.57  0.63  0.54  0.61  0.57  0.57  0.48  0.57  0.50  0.44  0.60  0.40  0.55  0.42  0.44  0.51 
26   
BUN 
0.53  0.67  0.40  0.48  0.48  0.52  0.52  0.59  0.50  0.74  0.50  0.50  0.60  0.50  0.48  0.42  0.52  0.55  0.40  0.50  0.44  0.48  0.60  0.60  0.38  0.52  0.50  0.53  0.45  0.45  0.48  0.40  0.29  0.37 
27   
BUN 
0.46  0.64  0.63  0.71  0.64  0.53  0.67  0.50  0.43  0.69  0.59  0.52  0.67  0.67  0.50  0.52  0.53  0.62  0.52  0.58  0.64  0.63  0.59  0.52  0.57  0.59  0.52  0.46  0.55  0.41  0.63  0.44  0.57  0.53 
28   
BUN 
0.53  0.63  0.67  0.69  0.69  0.68  0.71  0.50  0.59  0.73  0.65  0.63  0.71  0.71  0.56  0.63  0.65  0.67  0.58  0.63  0.55  0.72  0.71  0.71  0.56  0.74  0.65  0.60  0.67  0.61  0.72  0.56  0.62  0.58 
29   
BUN 
0.67  0.69  0.67  0.69  0.69  0.69  0.79  0.73  0.67  0.75  0.72  0.62  0.64  0.72  0.69  0.62  0.64  0.67  0.64  0.55  0.61  0.73  0.72  0.56  0.69  0.75  0.72  0.58  0.74  0.59  0.67  0.67  0.55  0.69 
30   
BUN 
0.57  0.52  0.59  0.70  0.61  0.41  0.48  0.53  0.67  0.57  0.55  0.46  0.55  0.64  0.52  0.54  0.56  0.58  0.55  0.54  0.70  0.52  0.55  0.55  0.52  0.48  0.55  0.57  0.58  0.50  0.52  0.44  0.47  0.41 
31   
BUN 
0.53  0.50  0.56  0.63  0.56  0.63  0.53  0.57  0.59  0.53  0.52  0.57  0.45  0.58  0.63  0.63  0.71  0.55  0.65  0.51  0.62  0.67  0.58  0.52  0.63  0.68  0.65  0.53  0.61  0.55  0.56  0.61  0.67  0.63 
32   
BUN 
0.53  0.56  0.70  0.72  0.67  0.57  0.68  0.50  0.58  0.65  0.57  0.56  0.69  0.69  0.56  0.62  0.68  0.65  0.63  0.62  0.61  0.65  0.63  0.57  0.61  0.71  0.57  0.65  0.65  0.59  0.65  0.45  0.56  0.62 
33   
BUN 
0.58  0.54  0.67  0.69  0.62  0.56  0.57  0.64  0.67  0.50  0.64  0.62  0.64  0.56  0.69  0.62  0.71  0.74  0.72  0.55  0.61  0.53  0.64  0.48  0.54  0.56  0.56  0.58  0.74  0.59  0.60  0.53  0.48  0.56 
34   
BUN 
0.44  0.56  0.64  0.65  0.56  0.61  0.71  0.41  0.47  0.54  0.52  0.61  0.52  0.57  0.60  0.57  0.62  0.59  0.62  0.61  0.50  0.64  0.57  0.52  0.56  0.73  0.57  0.49  0.59  0.45  0.60  0.51  0.56  0.57 
35   
BUN 
0.60  0.50  0.50  0.56  0.56  0.58  0.47  0.50  0.59  0.53  0.52  0.57  0.52  0.52  0.63  0.63  0.65  0.48  0.65  0.51  0.62  0.56  0.58  0.39  0.56  0.53  0.58  0.60  0.48  0.55  0.56  0.61  0.56  0.53 
36   
BUN 
0.62  0.57  0.63  0.64  0.57  0.65  0.60  0.58  0.70  0.69  0.67  0.52  0.52  0.59  0.57  0.58  0.67  0.62  0.59  0.58  0.56  0.63  0.59  0.59  0.57  0.65  0.67  0.69  0.69  0.55  0.63  0.63  0.51  0.53 
37   
BUN 
0.48  0.46  0.62  0.57  0.57  0.59  0.65  0.45  0.60  0.61  0.59  0.58  0.47  0.59  0.46  0.68  0.65  0.56  0.53  0.58  0.44  0.72  0.53  0.53  0.51  0.63  0.65  0.67  0.67  0.50  0.62  0.56  0.57  0.63 
38   
BUN 
0.39  0.55  0.54  0.67  0.55  0.56  0.63  0.41  0.36  0.65  0.50  0.61  0.56  0.50  0.55  0.67  0.57  0.53  0.56  0.61  0.53  0.59  0.56  0.44  0.48  0.56  0.50  0.45  0.47  0.35  0.65  0.54  0.55  0.56 
39   
BUN 
0.53  0.50  0.67  0.75  0.63  0.58  0.65  0.64  0.52  0.60  0.58  0.57  0.65  0.65  0.69  0.69  0.53  0.61  0.71  0.63  0.62  0.50  0.65  0.45  0.69  0.63  0.52  0.53  0.61  0.61  0.72  0.61  0.56  0.68 
40   
BUN 
0.62  0.52  0.63  0.65  0.65  0.65  0.67  0.59  0.54  0.62  0.67  0.59  0.53  0.60  0.58  0.65  0.55  0.63  0.53  0.53  0.57  0.69  0.67  0.60  0.58  0.59  0.67  0.55  0.69  0.50  0.69  0.69  0.63  0.65 
41   
BUN 
0.52  0.55  0.65  0.73  0.67  0.62  0.74  0.55  0.57  0.58  0.69  0.61  0.63  0.63  0.61  0.72  0.57  0.59  0.69  0.61  0.60  0.65  0.63  0.50  0.67  0.67  0.63  0.58  0.65  0.53  0.65  0.65  0.55  0.77 
42   
BUN 
0.47  0.50  0.70  0.67  0.72  0.71  0.68  0.44  0.52  0.65  0.74  0.56  0.63  0.69  0.50  0.67  0.74  0.65  0.57  0.67  0.67  0.80  0.57  0.57  0.67  0.76  0.57  0.59  0.65  0.54  0.65  0.50  0.65  0.62 
43   
BUN 
0.67  0.51  0.77  0.69  0.69  0.59  0.70  0.52  0.60  0.48  0.65  0.74  0.65  0.59  0.57  0.74  0.70  0.67  0.65  0.68  0.63  0.72  0.65  0.65  0.63  0.63  0.59  0.55  0.72  0.61  0.56  0.56  0.57  0.73 
44   
BUN 
0.49  0.38  0.67  0.55  0.51  0.53  0.57  0.47  0.43  0.49  0.48  0.60  0.52  0.57  0.51  0.64  0.53  0.54  0.52  0.64  0.45  0.55  0.52  0.52  0.51  0.60  0.52  0.49  0.46  0.54  0.63  0.55  0.56  0.68 
45   
BUN 
0.51  0.43  0.63  0.49  0.49  0.65  0.56  0.48  0.56  0.51  0.61  0.65  0.50  0.56  0.49  0.55  0.56  0.63  0.56  0.55  0.41  0.59  0.61  0.61  0.43  0.56  0.61  0.63  0.58  0.53  0.68  0.68  0.64  0.65 
46   
BUN 
0.46  0.38  0.63  0.54  0.54  0.60  0.56  0.48  0.44  0.46  0.50  0.55  0.50  0.50  0.59  0.60  0.46  0.47  0.67  0.60  0.47  0.44  0.56  0.50  0.54  0.56  0.50  0.46  0.47  0.47  0.59  0.59  0.50  0.74 
47   
BUN 
0.46  0.43  0.59  0.54  0.49  0.65  0.51  0.55  0.50  0.51  0.56  0.55  0.44  0.56  0.54  0.60  0.62  0.58  0.56  0.60  0.53  0.59  0.50  0.56  0.54  0.60  0.67  0.57  0.53  0.53  0.59  0.63  0.68  0.65 
48   
BUN 
0.48  0.50  0.67  0.59  0.59  0.64  0.61  0.50  0.46  0.48  0.60  0.55  0.56  0.56  0.55  0.60  0.61  0.67  0.56  0.68  0.54  0.58  0.56  0.60  0.55  0.64  0.51  0.57  0.67  0.58  0.58  0.58  0.59  0.68 
49   
BUN 
0.41  0.44  0.60  0.56  0.56  0.67  0.47  0.50  0.52  0.47  0.51  0.56  0.46  0.51  0.61  0.67  0.58  0.54  0.63  0.62  0.55  0.55  0.51  0.57  0.50  0.57  0.57  0.53  0.54  0.59  0.60  0.60  0.65  0.62 
50   
BUN 
0.53  0.56  0.75  0.56  0.67  0.76  0.68  0.56  0.58  0.59  0.74  0.72  0.63  0.63  0.56  0.67  0.74  0.76  0.57  0.77  0.55  0.75  0.63  0.69  0.50  0.62  0.63  0.65  0.70  0.59  0.70  0.60  0.60  0.57 
51   
BUN 
0.54  0.46  0.60  0.62  0.51  0.67  0.63  0.51  0.47  0.54  0.53  0.62  0.42  0.58  0.72  0.71  0.54  0.55  0.58  0.62  0.50  0.60  0.53  0.47  0.67  0.67  0.63  0.49  0.60  0.55  0.60  0.65  0.74  0.67 
52   
BUN 
0.51  0.43  0.68  0.65  0.59  0.70  0.62  0.55  0.56  0.57  0.61  0.65  0.56  0.67  0.70  0.75  0.56  0.58  0.67  0.65  0.53  0.63  0.61  0.56  0.65  0.70  0.67  0.57  0.63  0.68  0.68  0.63  0.68  0.70 
53   
BUN 
0.53  0.50  0.72  0.56  0.63  0.68  0.65  0.64  0.67  0.53  0.71  0.74  0.65  0.71  0.63  0.74  0.76  0.73  0.71  0.74  0.55  0.72  0.65  0.65  0.63  0.74  0.77  0.67  0.67  0.67  0.61  0.61  0.62  0.74 
54   
BUN 
0.42  0.57  0.67  0.51  0.57  0.68  0.49  0.52  0.47  0.55  0.59  0.58  0.65  0.47  0.57  0.58  0.54  0.67  0.53  0.63  0.44  0.51  0.53  0.53  0.34  0.54  0.41  0.55  0.67  0.61  0.62  0.56  0.43  0.54 
55   
BUN 
0.45  0.43  0.65  0.62  0.57  0.63  0.59  0.47  0.49  0.50  0.59  0.58  0.49  0.59  0.57  0.71  0.59  0.56  0.54  0.67  0.46  0.61  0.49  0.49  0.57  0.67  0.54  0.50  0.60  0.65  0.57  0.48  0.57  0.63 
56   
BUN 
0.44  0.47  0.55  0.56  0.56  0.57  0.62  0.46  0.42  0.54  0.52  0.52  0.48  0.57  0.51  0.70  0.58  0.59  0.43  0.61  0.50  0.64  0.52  0.62  0.51  0.69  0.52  0.49  0.55  0.50  0.64  0.55  0.64  0.61 
57   
BUN 
0.56  0.67  0.65  0.67  0.67  0.61  0.62  0.61  0.64  0.64  0.62  0.60  0.69  0.62  0.59  0.60  0.62  0.71  0.62  0.60  0.58  0.58  0.69  0.62  0.44  0.61  0.46  0.56  0.71  0.57  0.65  0.52  0.41  0.55 
58   
BUN 
0.67  0.62  0.73  0.69  0.62  0.63  0.65  0.72  0.67  0.67  0.64  0.69  0.64  0.79  0.69  0.63  0.65  0.73  0.64  0.75  0.62  0.61  0.71  0.64  0.62  0.69  0.71  0.67  0.67  0.67  0.67  0.61  0.56  0.63 
59   
BUN 
0.52  0.48  0.76  0.67  0.73  0.72  0.63  0.41  0.50  0.65  0.69  0.61  0.63  0.63  0.55  0.67  0.57  0.59  0.63  0.72  0.60  0.70  0.63  0.63  0.61  0.62  0.56  0.52  0.65  0.53  0.65  0.54  0.55  0.56 
60   
BUN 
0.59  0.69  0.73  0.76  0.76  0.57  0.65  0.56  0.58  0.74  0.50  0.56  0.64  0.64  0.62  0.63  0.58  0.53  0.64  0.69  0.69  0.61  0.57  0.50  0.62  0.63  0.64  0.52  0.53  0.53  0.55  0.48  0.44  0.57 
61   
BUN 
0.64  0.53  0.71  0.73  0.73  0.61  0.56  0.62  0.64  0.57  0.62  0.61  0.69  0.69  0.67  0.79  0.69  0.71  0.62  0.73  0.67  0.59  0.62  0.62  0.67  0.67  0.48  0.57  0.71  0.77  0.59  0.47  0.54  0.61 
62   
BUN 
0.64  0.67  0.52  0.59  0.59  0.61  0.62  0.61  0.55  0.64  0.62  0.60  0.69  0.62  0.59  0.60  0.69  0.64  0.62  0.60  0.58  0.58  0.77  0.62  0.44  0.67  0.46  0.56  0.57  0.50  0.58  0.45  0.47  0.61 
63   
BUN 
0.51  0.54  0.63  0.59  0.70  0.65  0.62  0.48  0.50  0.57  0.56  0.55  0.67  0.61  0.49  0.65  0.56  0.53  0.56  0.65  0.53  0.63  0.56  0.50  0.65  0.65  0.50  0.46  0.58  0.63  0.54  0.49  0.55  0.65 
64   
BUN 
0.63  0.67  0.48  0.57  0.57  0.52  0.61  0.71  0.50  0.63  0.70  0.58  0.70  0.70  0.57  0.50  0.52  0.64  0.50  0.58  0.67  0.56  0.70  0.50  0.48  0.52  0.50  0.53  0.55  0.45  0.56  0.48  0.43  0.44 
65   
BUN 
0.76  0.70  0.67  0.78  0.78  0.55  0.64  0.74  0.78  0.76  0.64  0.62  0.73  0.73  0.70  0.69  0.64  0.67  0.64  0.69  0.80  0.59  0.73  0.64  0.61  0.62  0.64  0.67  0.67  0.67  0.59  0.59  0.47  0.55 
66   
BUN 
1.00  0.54  0.67  0.62  0.62  0.50  0.57  0.73  0.67  0.58  0.56  0.62  0.56  0.64  0.62  0.55  0.57  0.59  0.56  0.55  0.61  0.53  0.72  0.56  0.62  0.56  0.56  0.58  0.59  0.59  0.53  0.53  0.42  0.56 
67   
BUN 
1.00  0.50  0.64  0.57  0.59  0.67  0.58  0.52  0.69  0.59  0.58  0.67  0.59  0.64  0.52  0.60  0.69  0.52  0.58  0.56  0.56  0.67  0.52  0.43  0.65  0.52  0.54  0.62  0.48  0.56  0.56  0.40  0.47 
68     
BUN 
1.00  0.75  0.81  0.63  0.71  0.64  0.67  0.60  0.65  0.74  0.71  0.71  0.63  0.69  0.65  0.79  0.71  0.74  0.62  0.67  0.65  0.65  0.63  0.63  0.65  0.60  0.73  0.67  0.72  0.56  0.56  0.74 
69       
BUN 
1.00  0.79  0.47  0.67  0.58  0.61  0.69  0.52  0.52  0.67  0.67  0.64  0.71  0.60  0.62  0.67  0.65  0.80  0.56  0.59  0.59  0.71  0.65  0.59  0.54  0.62  0.55  0.63  0.50  0.57  0.65 
70         
BUN 
1.00  0.65  0.73  0.58  0.70  0.69  0.67  0.65  0.81  0.74  0.57  0.77  0.73  0.69  0.67  0.77  0.80  0.75  0.67  0.59  0.64  0.65  0.59  0.62  0.69  0.69  0.63  0.50  0.51  0.65 
71           
BUN 
1.00  0.67  0.53  0.55  0.63  0.79  0.76  0.67  0.61  0.71  0.59  0.72  0.69  0.67  0.70  0.52  0.74  0.73  0.55  0.47  0.65  0.61  0.63  0.69  0.63  0.68  0.63  0.63  0.55 
72             
BUN 
1.00  0.62  0.64  0.64  0.76  0.73  0.76  0.76  0.67  0.67  0.69  0.77  0.69  0.73  0.59  0.76  0.76  0.62  0.67  0.78  0.69  0.64  0.77  0.58  0.71  0.65  0.54  0.72 
73               
BUN 
1.00  0.63  0.55  0.61  0.59  0.61  0.70  0.67  0.59  0.54  0.72  0.61  0.59  0.57  0.50  0.70  0.52  0.58  0.60  0.52  0.55  0.64  0.64  0.64  0.64  0.45  0.67 
74                 
BUN 
1.00  0.67  0.64  0.62  0.64  0.73  0.61  0.62  0.72  0.67  0.73  0.62  0.60  0.59  0.73  0.64  0.61  0.62  0.73  0.86  0.67  0.75  0.59  0.52  0.40  0.55 
75                   
BUN 
1.00  0.64  0.55  0.64  0.72  0.54  0.69  0.64  0.59  0.48  0.69  0.61  0.67  0.64  0.64  0.62  0.69  0.72  0.75  0.52  0.59  0.67  0.53  0.48  0.50 
76                     
BUN 
1.00  0.73  0.77  0.77  0.59  0.67  0.69  0.79  0.62  0.73  0.58  0.77  0.77  0.62  0.59  0.67  0.62  0.72  0.79  0.64  0.71  0.65  0.53  0.61 
77                       
BUN 
1.00  0.73  0.67  0.71  0.71  0.73  0.75  0.73  0.76  0.50  0.74  0.80  0.53  0.45  0.59  0.67  0.62  0.69  0.63  0.69  0.63  0.53  0.65 
78                         
BUN 
1.00  0.69  0.59  0.67  0.69  0.79  0.69  0.80  0.67  0.65  0.77  0.62  0.52  0.61  0.54  0.64  0.71  0.71  0.65  0.52  0.41  0.61 
79                           
BUN 
1.00  0.59  0.73  0.69  0.71  0.62  0.73  0.67  0.77  0.77  0.62  0.74  0.79  0.69  0.72  0.64  0.71  0.71  0.52  0.59  0.67 
80                             
BUN 
1.00  0.58  0.60  0.69  0.81  0.58  0.64  0.50  0.74  0.44  0.57  0.65  0.59  0.54  0.69  0.62  0.63  0.69  0.57  0.59 
81                               
BUN 
1.00  0.73  0.63  0.60  0.82  0.64  0.74  0.60  0.53  0.65  0.70  0.60  0.62  0.63  0.69  0.63  0.57  0.53  0.70 
82                                 
BUN 
1.00  0.71  0.69  0.73  0.67  0.82  0.69  0.55  0.53  0.72  0.62  0.71  0.65  0.65  0.59  0.47  0.54  0.56 
83                                   
BUN 
1.00  0.64  0.69  0.54  0.67  0.79  0.71  0.48  0.69  0.57  0.67  0.87  0.67  0.79  0.67  0.56  0.63 
84                                     
BUN 
1.00  0.67  0.67  0.52  0.77  0.46  0.59  0.61  0.62  0.64  0.64  0.57  0.65  0.58  0.47  0.67 
85                                       
BUN 
1.00  0.64  0.69  0.67  0.60  0.58  0.65  0.60  0.69  0.63  0.69  0.63  0.51  0.42  0.59 
86                                         
 

188
BUN 
1.00  0.62  0.58  0.50  0.72  0.58  0.50  0.52  0.54  0.54  0.48  0.48  0.56  0.58 
87                                           
BUN 
1.00  0.65  0.58  0.63  0.74  0.71  0.60  0.67  0.61  0.61  0.56  0.67  0.63 
88                                             
BUN 
1.00  0.69  0.52  0.67  0.62  0.72  0.71  0.64  0.77  0.65  0.53  0.61 
89                                               
BUN 
1.00  0.52  0.61  0.62  0.64  0.64  0.57  0.65  0.52  0.53  0.55 
90                                                 
BUN 
1.00  0.71  0.67  0.54  0.55  0.62  0.50  0.50  0.57  0.71 
91                                                   
BUN 
1.00  0.67  0.63  0.69  0.63  0.63  0.58  0.59  0.70 
92                                                     
BUN 
1.00  0.72  0.57  0.57  0.58  0.58  0.59  0.61 
93                                                       
BUN 
1.00  0.67  0.67  0.67  0.53  0.42  0.50 
94                                                         
BUN 
1.00  0.67  0.67  0.67  0.50  0.63 
95                                                           
BUN 
1.00  0.55  0.48  0.44  0.57 
96                                                             
BUN 
1.00  0.72  0.62  0.63 
97                                                               
BUN 
1.00  0.56  0.68 
98                                                                 
BUN 
1.00  0.63 
99                                                                   
BUN 
1.00 
100                                                                     

 
189

Lampiran 29 Gambar dan diskripsi beberapa palinomorf yang ditemukan pada


Formasi Tapak Cekungan Banyumas

A. Palinomorf Marin

Dinoflagellate cysts/Dynocysts Foraminifera Test Lining/FTL


Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Dinoflagellate cysts/Dynocysts
Palinomorf laut dengan alat gerak berupa flagela, berukuran 20-150 μm.
Termasuk pada Kingdom Protista dan Filum Dinoflagellate

Foraminifera Test Lining/FTL


Palinomorf laut dengan banyak kamar, berukuran 20-100 μm. Termasuk dalam
Kingdom Protista, Filum Protozoa, Kelas Sarcodina dan Ordo Foraminifera.
Bentuk elongated, unilocular, uniseriate, biseriate, triseriate dan coiling type.
Susah untuk ditentukan sampai tingkat spesies.
190

B. Palinomorf Darat

Penciri Lingkungan Mangrove

Zonocostites ramonae/Rhizophora type Camptostemon

Florschuetzia meridionalis/
Avicennia sp.
Sonneratia alba
Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Zonocostites ramonae/Rhizopora type


Tricolporate, prolate-spheroidal, pandangan ekuatorial semiangular, apertura
transversal paralel, porus menunjukkan gambaran memanjang seperti garis di
daerah ekuatorial, ornamentasi reticulate halus dan ukuran 16-19 μm.

Camptostemon.
Polen triporate, bentuk peroblate-oblate, diameter 25-55 µm, seksin kadang
reticulate dengan spina panjang.

Avicenia sp.
Tricolporate, bentuk subprolate sampai spheroidal, apertura transversal paralel.
ornamentasi reticulate, ukuran 27-30um

Florshuetzia meridionalis/Sonneratia alba


Triporate, pada bagian atas dan bawah mempunyai cap psilate, ornamentasi
scabrate dengan ciri utama adanya meridional ridge dan kolumela jelas, ukuran
30-60 μm.
191

Penciri Lingkungan Mangrove Belakang (Back Mangrove)

Spinizocolpites echinatus/
Acrostichum aureum
Nypa fruticans

Florschuetzia levipoli/
Oncosperma
Sonneratia caseolaris
Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Acrosthichum aureum
Bentuk semiangular pada pandangan polar, apertura trilete tidak sampai bagian
tepi, ornamentasi psilate, ukuran 75 μm dan cingulum tipis.

Spinizonocolpites echinatus/Nypa fructicans


Monocolpate, subspheroidal, sulcus panjang, ornamentasi echinate.

Florshuetzia levipoli/Sonneratia caseolaris


Triporate, pada bagian atas dan bawah mempunyai cap psilate, ornamentasi
scabrate, tidak mempunyai meridional ridge dan kolumela tidak jelas, ukuran 30-
60 μm.

Oncosperma
Monocolpate, ornamentasi baculate atau echinate pendek dan berukuran 20-25
μm.
192

Penciri Lingkungan Riparian

Marginipollis concinus/Barringtonia Pandanidites/Pandanus

Myrtacidites/Myrtaceae Ilexpollenites/Ilex
Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

/Marginipollis concinnus/Baringtonia
Polen sincolpate, bentuk sub prolate dengan ornamentasi psilate, ukuran 23-
30µm.

Myrtaceae.
Syncolpate, bentuk oblate, triangular sampai sirkular pada pandangan polar,
ukuran 14-21 μm, ornamentasi psilate dengan kolpus sempit.

Pandanidites/Pandanus

Monoporate, oblate, 15-25u, ornamentasi echinate berukuran kecil, porus


biasanya tidak jelas.

Ilexpollenites/Ilex
Tricolpate, prolate, ukuran 20-30u, ornamentasi clavate tersebar pada
permukaan eksinnya.
193

Penciri Lingkungan Air Tawar (Fresh Water)

Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae Lakiapollis ovatus/Durio type

Retitricolporites equatorialis/ Monoporites annulatus/


Calophyllum type Gramineae
Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Sapotaceoidaepollenites/Sapotaceae
Stephanocolporate, bentuk prolate sampai subprolate, pandangan polar sirkular,
porus bertipe drop, apertura transversal elips, ornamentasi eksin psilate dengan
kolpus ada yang panjang dan pendek.

Lakiapollis ovatus/Durio type


Butir tricolporate, bentuk subspheroidal, subcircular-circular pada pandangan
polar, eksin psilate.

Retritricolporites equatoralis/Calophyllum type


Tricolporate, apertura transversal sesuai dengan garis ekuatorial, bentuk
suboblate, ornamentasi reticulate, ukuran 20-30µm.

Monoporites annulatus/Graminae
Monoporate, spherical sampai oblate, ukuran 20-50 µm, ornamentai psilate atau
scabrate, pori sirkular mempunyai lingkaran seperti cincin (annulus)
194

Penciri Lingkungan Dataran Rendah (Lowland)

Lanagiopollis regularis/Alangium sp. Dicolpopollis/Calamus type

Haloragacidites/Casuarina Polyadopollenites/Acasia type


Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Lanagiopollis regularis/Alangium sp.


Tricolporate, bentuk suboblate sampai oblate, semiangular pada pandangan
polar, tipe apertura drop, ornamentasi verrucate.

Dicolpopollis/Calamus type

Dicolpate, bentuk spheroidal, sirkular pada pandangan polar, ornamentasi


reticulate, ukuran 20um.

Haloragacidites/Casuarina
Triporate dengan porus sirkular., subolate, 15-20 μm, ornamentasi psilate atau
scabrate halus

Polyadopollenites/Acasia type
Polen tipe polyad dengan 16 butir polen, komponen butir polen quadrangular
atau pentangular biasanya, ornamentasi psilate, ukuran 35-65µm.
195

Penciri Lingkungan Pegunungan (Montane)

Pinuspollenites/Pinus sp. Castanopsis type

Dacrycarpidites australiensis/ Podocarpidites sp./Podocarpus


Podocarpus imbricatus
Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Pinuspollenites/Pinus sp.
Mempunyai dua saccus/bladder, bentuk spheroidal, saccus reticulate berukuran
lebih kecil dari badan utama, badan utama atau bodi reticulate dengan bagian
pinggir jelas.

Castanopsis type

Tricolporate, pada pandangan ekuatorial berbentuk prolate, ornamentasi psilate,


apertura transversal, ukuran 15-25um.

Dacrycarpidites imbriatus/Podocarpus imbriatus


Ciri utama mempunyai tiga saccus/bladder, ukuran 45-60 μm, ornamentasi
badan utama atau bodi reticulate halus sedang saccus reticulate kasar.

Podocarpidites sp./Podocarpus
Mempunyai dua saccus/bladder, 40-50u, badan utama atau bodi reticulate tetapi
tidak jelas, saccus lebih besar dari bodi dengan reticulate tidak teratur.
196

Kelompok Pteridophyta

Verrucatosporites usmensis/
Levigatosporites spp.
Stenochlaena palustris

Verrucatosporites spp. Stenochlaeniidites papuanus


Keterangan: Pemotretan dilakukan pada perbesaran mikroskop 10x40 tanpa skala

Laevigatosporites spp.
Monolete, planokonveks, ornamentasi psilate, ukuran 30-50 μm dengan laesura
yang panjang.

Verrucatosporites usmensis/Stenochlaena palustris


Monolete, planokonveks, ukuran 30-50 μm dan ornamentasi verrucate

Verrucatosporites spp.
Monolete, planokonveks, ukuran 40-50 μm, laesura panjang dengan ornamentasi
verucate.

Stenochlaenidites papuanus/Stenochlaena laurifolia


Monolete, planokonveks, ukuran 45 μm dan ornamentasi verrucate tetapi
tergabung menjadi satu berbentuk garis tebal.

Vous aimerez peut-être aussi