Vous êtes sur la page 1sur 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN


STANDAR PELAYANAN MINIMAL INSTALASI GAWAT DARURAT
DI RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA

Sri Widi Astuti*), Septo Pawelas Arso**), Eka Yunila Fatmasari**)


)
* Mahasiswa Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UNDIP
Semarang
**)Dosen Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UNDIP Semarang
Email : sriwidiastuti409@gmail.com

Hospitals that have Public Service Board status must apply Minimum Service
Standards in each service, one of which is emergency service. Emergency unit
plays a major role in triage, resuscitation and stabilization. In 2016, 11.36% of
total visits are EU visits and in the last three years have increased. The research
aim to find out how the planning process and evaluation of implementation EU
MSS in RSUD dr. R. Soetijono Blora based on the Indonesia Health Ministry
Regulation No. 129 of 2008 because the existing MSS documents are not yet
appropriate. This research was a qualitative research with observation and
descriptive analytic approach. The data were collected through in-depth
interviews and field observation. To then be analyzed using P1-P2-P3 theory.
The result of the research is known that in the planning process, the MSS has not
been prepared well according to the standard set because of pursuing PSB
requirements. The implementation process is not yet optimal so that the MSS
indicator listed in the District Government Regulation No. 5 of 2010 has not all
been fulfilled. The patient mortality indicator is 0.25% (standard ≤ 0.2%), the
indicator of ability of life saving has not been measured (standard 100%), the
indicator of emergency service providers who are certified valid
BLS/PPGD/GELS/ALS 75% (standard 100%) and the indicator of response time
in emergency medical service 2.4 minutes which is the result of observation of
the researchers (standard ≤ 5 minutes). This is due to the many obstacles in its
implementation, such as the lack of competence of human resources, lack of
infrastructure and bureaucratic complexity. As for the supervision process is still
not running regularly and structured. Supervisors are less coordinated, leading to
misunderstandings. To overcome this, it is necessary to update the EU MSS
policy and to optimize socialization, clarify the jobdesc, preparatory training
reports, and active checks on the unit.

Keyword : Emergency Unit, Minimum Service Standar, Planning process,


Evaluation of implementation
Bibliography : 46 (1965-2017)

PENDAHULUAN administratif berupa dokumen


Sesuai Permendagri No. 61 Standar Pelayanan Minimal (SPM).(1)
tahun 2007, dinyatakan bahwa di era Berdasarkan SK Bupati No.
Badan Layanan Umum Daerah 900/741/2010 tanggal 12 Mei 2010
(BLUD), rumah sakit yang telah tentang Penetapan Status Pola
menyandang status BLUD harus Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK
memenuhi persyaratan yang telah BLUD) secara penuh Rumah Sakit
ditentukan, salah satunya syarat Dr. R. Soetijono Blora ditetapkan

137
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebagai Badan Layanan Umum Kepmenkes yang berdampak pada


Daerah (BLUD). capaian per indikator yang belum
Instalasi Gawat Darurat (IGD) terpenuhi.
Rumah Sakit memiliki peran utama
dalam penanggulangan gawat METODE PENELITIAN
darurat untuk melakukan triase, Penelitian ini merupakan
resusitasi dan stabilisasi.(2) Masih penelitian deskriptif kualitatif dengan
adanya perbedaan pengertian gawat pendekatan observasional dan
darurat antara masyarakat awam wawancara mendalam. Subyek
dengan petugas kesehatan penelitian terdiri dari informan
menyebabkan lonjakan angka utama, yaitu Kepala Ruang dan
kunjungan ke pelayanan gawat Kepala Instalasi Gawat Darurat serta
darurat. Berdasarkan data Direktorat informan triangulasi, yaitu Kepala
Jenderal Bina Pelayanan Medik Bidang Pelayanan Medis, Kepala
Depkes, pada tahun 2007 jumlah KMKP, Kepala PI dan pasien /
rumah sakit di Indonesia sebanyak keluarga penunggu pasien IGD yang
1.319 yang terdiri atas 1.033 RSU dipilih menggunakan metode
dengan jumlah kunjungan ke RSU purposive sampling, yaitu
sebanyak 33.094.000, sementara menentukan atau menunjuk subyek
data kunjungan ke IGD sebanyak penelitian sesuai keinginan atau
4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kebutuhan penelitian. Validitas data
kunjungan di RSU), dari jumlah dilakukan dengan teknik triangulasi
seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 sumber dan metode.
% berasal dari pasien rujukan.(3)
Data Kunjungan Pasien di RSUD dr. HASIL DAN PEMBAHASAN
R. Soetijono Blora menunjukkan 1. Proses perencanaan
bahwa jumlah kunjungan di IGD Dalam perencanaan
sebanyak 11.335 (11,36%) dari total terdapat 3 aspek pokok yang
seluruh kunjungan rumah sakit harus diperhatikan, meliputi hasil
sebanyak 48.056 pada tahun 2016 dari pekerjaan perencanaan
dan dalam tiga tahun terakhir (outcame of planning), perangkat
mengalami kenaikan jumlah organisasi yang dipergunakan
(4)
kunjungan. untuk melakukan pekerjaan
Sedangkan SPM IGD di (mechanic of planning) serta
RSUD Dr. R. Soetijono Blora proses atau langkah-langkah
berdasarkan Peraturan Bupati No. 5 melakukan pekerjaan
Tahun 2010, hanya mengadopsi perencanaan (process of
empat indikator saja dari delapan planning).(7)
indikator yang tercantum di Proses penyusunan SPM
Kepmenkes No. 129 Tahun 2008, IGD di RSUD dr. R. Soetijono
yaitu kemampuan menangani life Blora dilaksanakan bersamaan
saving 100%, waktu tanggap dengan penyusunan SPM rumah
pelayanan dokter ≤ 5 menit, sakit keseluruhan. Untuk SPM
kematian pasien ≤ 0,5%, dan IGD sendiri diwakili oleh Kepala
pemberi pelayanan gawat darurat Ruang IGD, Kepala IGD beserta
yang bersertifikat BLS / PPGD / Kepala Bidang Pelayanan Medis
GELS / ALS yang masih berlaku sebagai ketua tim penyusun.
100%.(5)(6) Hal ini berarti dari awal Sebelum diadakannya rapat
perencanaan dalam perumusan tersebut, terlebih dahulu ada
SPM IGD sudah tidak sesuai dengan pelatihan penyusunan SPM yang

138
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diwakilkan oleh beberapa orang. diketahui seberapa baik dan


Setelah itu baru dibentuk tim pelaksanaan jobdesc tidak
untuk kemudian diadakan rapat. optimal.
Melalui rapat tersebut, muncullah
rumusan SPM RS untuk b. Kesesuaian pelaksanaan
kemudian disetujui oleh Direktur dengan SPM
dan disahkan oleh Kepala Daerah 1. Kematian pasien
dalam Perbup No. 5 Tahun 2010. Indikator kematian
Tentunya rumusan SPM tersebut pasien di IGD RSUD dr.
mengacu pada Keputusan R. Soetijono Blora
Menteri Kesehatan Nomor 129 berdasarkan catatan yang
Tahun 2008 tentang Standar dimiliki Kepala Ruang IGD
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. menyatakan bahwa
Tetapi untuk SPM IGD sendiri, pelaksanaanya belum
hasil dari penyusunan tersebut sesuai dengan target yang
tidak sesuai dengan panduan dari ada di SPM IGD. Pada
Kepmenkes No. 129 Tahun 2008, tahun 2016, kematian
yaitu yang seharusnya terdiri dari pasien yang terjadi di IGD
8 indikator tetapi hanya 4 sebesar 0,25%, masih di
indikator saja yang diadopsi. bawah target nasional
Dapat disimpulkan bahwa yang seharusnya ≤ 0,2%.
proses perencanaan SPM IGD di Sedangkan standar yang
RSUD dr. R. Soetijono Blora ditetapkan pada indikator
belum berjalan dengan baik dan kematian pasien di SPM
tidak sesuai dengan ketentuan IGD RSUD dr. R.
Kepmenkes No. 129 Tahun 2008 Soetijono Blora, yaitu ≤
karena mengejar syarat BLUD. 0,5% masih jauh di bawah
standar minimal nasional
2. Pelaksanaan pelayanan IGD yang dianjurkan.
sesuai dokumen SPM Untuk pelaporan
a. Sosialisasi isi dokumen SPM atau pengumpulan
Sosialiasi di Instalasi datanya sendiri, jika
Gawat Darurat RSUD dr. R. sesuai dengan uraian
Soetijono Blora dilakukan oleh pelaksanaan yang
Kepala Ruang dan Kepala tercantum dalam dokumen
Instalasi hanya pada awal SPM IGD seharusnya tiga
pelaksanaan disela-sela bulan sekali. Tetapi yang
briefing dilengkapi dengan terjadi di lapangan tidak
buku pedoman SPM beserta begitu. Itu pun masih
uraian pelaksanaan per belum diolah ke data
indikator sebagai bahan komputer. Sedangkan
bacaan. Tetapi dalam pengiriman laporan dikirim
sosialisasi ini tidak dilakukan jika diminta oleh Komite
pre test dan post test atau uji Mutu dan Keselamatan
lainnya untuk mengukur Pasien (KMKP).
kedalaman pemahaman para
staf terhadap informasi yang 2. Kemampuan life saving
disampaikan. Sehingga Kemampuan life
pemahaman staf akan saving adalah upaya
informasi tersebut tidak penyelamatan jiwa

139
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

manusia dengan urutan tersebut, diketahui bahwa


Airway, Breath, ada lima perawat yang
Circulation. Di RSUD dr. sertifikat PPGDnya sudah
R. Soetijono Blora belum kadaluwarsa. Sehingga
ada tools-tools yang dari standar minimal yang
digunakan untuk telah ditetapkan yaitu
mengukur kemampuan life 100%, IGD RSUD dr. R.
saving di IGD. Catatan Soetijono Blora baru
yang tersedia hanya mencapai 75% saja.
jumlah kunjungan Tindaklanjut yang
perbulan di IGD. dilakukan yaitu dengan
Berdasarkan informasi melaporkan ke Bidang
yang diperoleh selama Pengembangan dan
penelitian, menurut Informasi untuk
persepsi informan diikutsertakan kedalam
indikator kemampuan life pelatihan yang ada karena
saving pasti sudah pemantauan secara rutin
terpenuhi 100% karena tidak dilakukan hanya
secara logika dokter dan pengumpula berkas
perawat yang bekerja di diawal penugasan saja.
IGD sudah bersertifikat.
Dengan kata lain 4. Waktu tanggap
tidak ada data yang pelayanann dokter
terukur dengan jelas Standar waktu
tentang indikator tanggap pelayanan dokter
kemampuan life saving. ini dihitung berdasarkan
kecepatan pelayanan
3. Pemberi pelayanan dokter maupun perawat di
bersertifikat BLS / PPGD / Instalasi Gawat Darurat,
GELS / ALS yang masih waktu ini dihitung dari saat
berlaku pasien tiba di depan pintu
Dalam hal rumah sakit sampai
kegawatdaruratan, tenaga mendapat respon dari
kesehatan yang petugas instalasi gawat
melakukan pertolongan darurat dengan waktu
harus memiliki standar pelayanan yang
profesi sesuai dengan dibutuhkan pasien sampai
situasi gawat darurat saat selesai proses
itu.(8) Baik kuantitas penanganan gawat
maupun kualitas yang darurat.(9)
dibuktikan dengan Waktu tanggap
sertifikat BLS / PPGD / pelayanan dokter di IGD
GELS / ALS. RSUD dr. R. Soetijono
Di RSUD dr. R. Blora berdasarkan hasil
Soetijono Blora sendiri, pengamatan peneliti
terdapat 20 tenaga diketahui bahwa rata-rata
kesehatan baik dokter waktu tanggap pelayanan
maupun perawat yang dokter yaitu 2,4 menit. Hal
bertugas di IGD. Dari 20 ini berarti sudah
tenaga kesehatan memenuhi standar

140
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

minimal yang telah mahasiswa magang, coas


ditetapkan yaitu ≤ 5 menit. atau compre.
Meskipun begitu, masih Survei kepuasan
ada beberapa pasien pelanggan yang dilakukan
yang waktu tanggapnya mengacu pada
lebih lama dari standar. Permenpan No. 25 Tahun
Untuk pencatatan 2004. Pelaksanaan dari
waktunya sendiri masih survei kepuasan
belum rapih, sehingga pelanggan di IGD tidak
menyulitkan dalam dilaksanakan secara rutin.
melakukan analisis Dilaksanakan jika sedang
datanya. Sebenarnya membutuhkan data dan
waktu tanggap pelayanan ada mahasiswa magang.
dokter sudah tercatat Untuk tahun 2016 sendiri
dalam lembar Asesmen berkas IKM terselip
Medis Pasien Gawat sehingga tidak diketahui
Darurat. Tetapi dalam secara pasti nilai
pencatatannya terkadang kepuasan yang diperoleh.
masih ada yang kosong.
Hal ini dikarenakan c. Kendala/hambatan
petugas enggan untuk Secara umum, masalah
urusan catat mencatat. yang dihadapi dalam
Untuk pelaporan pelaksanaan SPM IGD yaitu
atau pengumpulan data pada SDM. Berdasarkan hasil
belum sesuai dengan wawancara menyatakan
prosedur yang seharusnya bahwa sejak mulai
tiga bulan sekali. Masih diterapkannya SPM IGD
dalam konteks jika masih terdapat petugas atau
diperlukan, maka akan pegawai yag masih belum
dilaporkan. paham sehingga
pelaksanaanya belum
5. Kepuasan pelanggan memenuhi standar. Ditambah
Kepuasan pasien dengan kurang
merupakan salah satu kompetensinya tenaga-tenaga
indikator dalam menilai kesehatan yang menjabat
mutu pelayanan yang manajer saat itu ketika
diberikan suatu rumah adanya proses perumusan.
sakit.(8) Meskipun Sehingga belum cakap dalam
indikator kepuasan merumuskan SPM IGD.
pelanggan tidak Hal lain yang
dicantumkan dalam menghambat pelaksanaan
dokumen SPM IGD tetapi adalah kurangnya sarana
indikator tersebut tetap prasana karena pengajuan
dilaksakan. Secara perbaikan atau permintaan
strategis dipertanggung- sarana prasarana terkendala
jawabkan ke Kepala oleh birokrasi yang rumit.
Bidang Pelayanan Medis Serta pasifnya feedback yang
tetapi secara teknis yang diberikan oleh Direktur dan
melaksanakan adalah manajemen dalam

141
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menanggapi evaluasi dari unit catatan yang dibutuhkan.


dan pelayanan. Sedangkan untuk aspek proses,
Selain itu, kurang yang dimaksud yaitu adanya
tertariknya manajemen tahapan-tahapan penetapan
beserta jajaran dibawahnya standar, penentuan pengukuran,
dalam hal tulis menulis dan penggukuran hasil aktual,
catat mencatat. Sehingga hal pembandingan hasil aktual
ini menjadi kendala bagi dengan standar dan pengambilan
rumah sakit untuk melihat tindakan koreksi. Di IGD RSUD
rekam jejak pelaksanaan dr. R. Soetijono Blora, tahapan-
kegiatan selama ini. Padahal tahapan tersebut tidak dijalankan
hal tersebut dapat dijadikan semestinya.
bahan evaluasi untuk Untuk pelaksana evaluasi
perbaikan ke depannya. sendiri diserahkan kepada Kepala
Bidang Pelayanan Medis dan
3. Evaluasi pelaksanaan Kepala Ruang/Instalasi.
Pada dasarnya Sistemnya nanti koordinasi, dari
pengawasan merupakan sesuatu Kepala Ruang diteruskan ke
yang sangat esensial dalam Kepala Instalasi untuk kemudian
kehidupan organisasi untuk diberikan ke Kepala Bidang
menjaga agar kegiatan-kegiatan Pelayanan Medis. Sampai saat ini
yang dijalankan tidak evaluasi belum ditujukan ke
menyimpang dari rencana yang Komite Mutu dan Keselamatan
telah ditetapkan. Pasien (KMKP) karena KMKP
Fungsi pengawasan / baru terbentuk menjelang
penilaian ini bertujuan untuk akreditasi sehingga masih dalam
mencegah penyimpangan proses penyesuaian.
(protektif), meluruskan
penyimpangan (kuratif) dan KESIMPULAN
membimbing pegawai agar tidak 1. Dalam proses perencanaan SPM
menyimpang (preventif).(7) IGD di RSUD dr. R. Soetijono
Aspek yang perlu Blora masih belum berjalan
diperhatikan dalam fungsi dengan baik dan dokumen SPM
pengawasan / penilaian, meliputi : yang dihasilkan belum sesuai
obyek, metode dan proses.(7) dengan standar yang telah
Obyek pengawasan dalam ditetapkan dari Kepmenkes
pelaksanaan SPM IGD di RSUD karena mengejar syarat BLUD,
dr. R. Soetijono Blora hanya meski begitu di dalamnya telah
fokus di hasil dari pelaksanaan diuraikan deskripsi
perencanaan. Metode yang pelaksanaannya per indikator
dipakai hanya pengamatan kasar yang tercantum.
atau belum terstruktur. Catatan 2. Dalam pelaksanaan SPM IGD di
yang dimililki pun tidak lengkap RSUD dr. R. Soetijono Blora
dan kurang rapih sehingga belum optimal, dilihat dari
menyulitkan proses evaluasi sosialisasi untuk pemenuhan
secara penelurusan dokumen. SPM IGD yang masih kurang
Hal ini yang juga menjadi karena diawal pelaksanaan saja
masalah ketika ada audit dari sehingga masih banyak petugas
BPKP yang menanyakan unit terkait yang belum paham
keberadaan berkas data atau

142
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

walaupun telah disediakan buku buku panduannya dari Dinkes


panduan. dan pelaksana pengawasan yang
3. Masih ada beberapa indikator kurang koordinasi serta pasifnya
pada SPM IGD di RSUD dr. R. feedback dari manajer tingkat
Soetijono Blora yang belum atas terkait laporan, keluhan atau
terpenuhi bahkan target yang pengajuan solusi.
dirumuskan pun masih dibawah
target nasional, yaitu kematian SARAN
pasien dengan target ≤ 0,5% Saran yang dapat diberikan
(standar ≤ 0,2%) dan capainnya kepada pihak RSUD dr. R. Soetijono
pun masih 0,25%, kemampuan Blora diantaranya adalah :
life saving belum mempunyai a. Pembaruan terhadap kebijakan
catatan atau data pengukuran tentang SPM IGD yang sesuai
yang rapih (standar 100%) dan dengan Kepmenkes oleh Kepala
pemberi pelayanan yang Bidang Pelayanan Medis untuk
bersertifikat BLS / PPGD / GELS / kemudian disosialisasikan
ALS yang masih berlaku belum kembali ke semua staf IGD
terpenuhi, yakni baru 75% secara jelas, rinci dan tegas.
(standar 100%). Sedangkan b. Perlu diperjelas kembali uraian
indikator waktu tanggap tugas masing-masing karyawan /
pelayanan dokter, satu-satunya pegawai sehingga paham akan
indikator yang memenuhi standar setiap tanggungjawab yang
minimal, yaitu 2,4 menit meski diembannya dalam lembar job
hasil pengamatan peneliti description.
(standar ≤ 5 menit). Indikator lain c. Menambah kotak kepuasan
yang cukup penting yaitu pelayanan / komentar / saran
kepuasan pelanggan. Meski untuk membantu memantau
sudah dijalankan tetapi pedoman kepuasan pelanggan yang tidak
pelaksanaanya masih perlu dapat dilakukan secara rutin serta
diperbarui sesuai ketentuan. memperbarui kuesioner
4. Kendala dalam pelaksanaan kepuasan pelanggan yang sesuai
pemenuhan SPM IGD yaitu pedoman yang ditentukan.
sumber daya manusia (SDM) d. Melatih staf tentang pembuatan
yang belum paham, sarana laporan evaluasi dan memastikan
prasarana kurang seperti tempat pencatatannya secara rapih, rinci
tidur, teknologi yang dipakai serta dan berkala sesuai ketentuan dari
birokrasi yang rumit. Dinkes.
5. Pengawasan, pengendalian dan e. Komite mutu serta Kepala Bidang
penilaian masih belum berjalan Pelayanan secara aktif
dengan baik, dilihat dari obyek melakukan inspeksi ke unit-unit
yang diawasi belum keseluruhan sehingga pelaksanaan pelayanan
hanya berfokus pada dapat terpantau secara baik.
hasil/keluaran, metode yang
dipakai belum terstruktur, DAFTAR PUSTAKA
tahapan dalam proses 1. Republik Indonesia.
pengawasan tidak berjalan, Permendagri No. 61 Tahun
frekuensi pengawasan belum 2007 tentang Pedoman Teknis
rutin setiap bulan atau tiga bulan Pengelolaan Keuangan Badan
sekali, pelaporan pelaksanaan Layanan Umum Daerah.
yang tidak teratur walaupun ada Jakarta: Kementerian Dalam

143
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Negeri RI; 2007.


2. Supriyantoro. Peran Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dalam
Hospital Disaster Plan [Internet].
2012-05-31. [cited 2017 Jan 17].
Available from:
http://www.depkes.go.id/
3. Kementerian Kesehatan RI.
Kepmenkes No. 856 Tahun
2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit.
2009.
4. Rekam Medik. Data Kunjungan
Pasien RSUD dr. R. Soetijono
Blora. 2016.
5. Sekretaris Daerah Kabupaten
Blora. Perbup No. 5 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Rumah Sakit dr.
R. Soetijono Blora. 2010.
6. Kementerian Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 129
Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. 2008.
7. Sulaeman ES. Manajemen
Kesehatan. Teori dan Praktik di
Puskesmas. Murti B, editor.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press; 2009.
8. Herkutanto. Aspek Medikolegal
Pelayanan Gawat Darurat.
Majalah Kedokteran Indonesia.
2007;40.
9. Haryatun dan Sudaryanto.
Perbedaan Waktu Tanggap
Tindakan Keperawatan Pasien
Cedera Kepala Kategori 1 – V di
Instalasi Gawat Darurat RSUD
dr. Moewardi. Ber Ilmu
Keperawatan. 2008;I:69–74.

144

Vous aimerez peut-être aussi