Vous êtes sur la page 1sur 12

HUBUNGAN KADAR HbA1c DENGAN KADAR PROFIL LIPID PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI TAHUN 2018
Roganda H Marsoit*, Hiratna**, Rita Halim**
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
**Dosen Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Email : roganda.hotmauli@gmail.com*

Abstract

Background: Diabetes mellitus type 2 is a more common type of diabetes, which is around
90-95% of the total DM population and has became the world’s health problems. The main
findings of the diabetes study have shown the importance of HbA1c . Reducing HbA1c can
delay or prevent chronic complications.
Purpose: To determine the relationship of HbA1c with lipid profile levels in patients with
Diabetes mellitus type 2 in Abdul Manap Hospital Jambi City for the period August-
September 2018.
Method: This study is a cross sectional analytic study. The total sample was 44 people and
the study was conducted by interviewing patients, examining HbA1c levels and lipid profiles,
and examining the results of medical diagnosis. To analyze the data using SPSS version 17.0.
Results: The results of the study showed that the highest age range of respondents
experienced Diabetes mellitus type 2 was age 56-65 years (40.9%). The number of male and
female respondents is the same (50%), most respondents do not work (65.9%). The results of
examining the most lipid profiles are normal with the desired total cholesterol 50%, optimal
LDL cholesterol 38.6%, optimal HDL cholesterol 45.5% and normal triglyceride 23%. There
was no significant relationship between HbA1c and total cholesterol (p = 0.990), HbA1c with
LDL cholesterol (p = 0.990), HbA1c with HDL cholesterol (0.980) and HbA1c with
Triglycerides.
Conclusion: There was no significant relationship between HbA1c levels and the lipid profile
of Diabetes mellitus type 2 patients.
Keywords: HbA1c, Total cholesterol, LDL, HDL, Triglycerides

Abstrak

Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum terjadi
yakni sekitar 90-95% dari keseluruhan populasi penderita DM dan telah menjadi masalah
kesehatan dunia. Temuan utama studi diabetes telah menunjukkan pentingnya tes HbA1c.
Dengan menurunkan angka HbA1c dapat menunda atau mencegah komplikasi kronik.
Tujuan: Untuk mnegetahui hubungan HbA1c dengan Kadar profil lipid pada penderita DM
tipe 2 di RSUD Abdul Manap Kota Jambi periode Agustus-September 2018.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional. Total sampel sebanyak
44 orang dan penelitian dilakukan dengan wawancara pasien, pemeriksaan kadar HbA1c dan
profil lipid, dan memeriksa hasil diagnosis medis. Untuk analisa data menggunakan SPSS
versi 17.0
Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa rentang usia responden terbanyak mengalami DM
Tipe 2 adalah usia 56-65 tahun(40,9%). Jumlah responden laki-laki dan perempuan adalah
sama(50%), responden paling banyak tidak bekerja(65,9%). Hasil pemeriksaan profil lipid
paling banyak adalah normal dengan hasil kolesterol total yang diinginkan 50%, kolesterol

1
LDL yang optimal 38,6%, kolesterol HDL yang optimal 45,5% dan trigliserida yang normal
23%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara HbA1c dengan kolesterol total
(p=0,990), HbA1c dengan kolesterol LDL (p=0,990), HbA1c dengan kolesterol HDL (0,980)
dan HbA1c dengan Trigliserida.
Kesimpulan:Tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c dengan kadar profil
lipid penderita DM Tipe 2.
Kata kunci: HbA1c, Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida

PENDAHULUAN pemeriksaan tersebut, pemeriksaan yang


menggunakan HbA1c memiliki
Diabetes melitus (DM) merupakan
keunggulan dibanding pemerisaan lain,
suatu kelompok penyakit metabolik
yaitu pasien tidak harus berpuasa dan hasil
dengan ciri hiperglikemia yang terjadi
pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh gaya
karena kelainan produksi insulin, kerja
hidup jangka pendek pasien, karena
insulin atau kedua-duanya di dalam tubuh.1
HbA1c ini, menggambarkan gula darah
DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang
rata-rata pasien jangka panjang selama 2-3
lebih umum, lebih banyak pasiennya
bulan. Tidak dapat dipungkiri, ketika
dibandingkan dengan DM tipe 1 dan tipe
melakukan pemeriksaan HbA1c dalam
lain, yakni sekkitar 90-95% dari
penegakan diagnosa diabetes, perlu
keseluruhan populasi penderita DM.2
diketahui bahwa HbA1c adalah sebuah
Sesuai dengan data epidemiologi
pengukuran kadar rata-rata gula darah
International Diabetes Federation (IDF)
secara tidak langsung. Dan ada beberapa
bahwa sekitar 382 juta orang mengalami
hal yang berdampak pada proses.glikasi
DM pada tahun 2013 dan angka ini akan
hemoglobin seseorang, diantaranya ada
terus meningkat hingga tahun 2035 yang
usia, ras/etnis, anemia atau
diperkirakan akan mencapai 592 juta
hemoglobinopati.5
orang.3 Sementara WHO memprediksi
Hormon insulin, disamping
kenaikan jumlah penyandang DM di
fungsinya membantu transportasi glukosa
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
masuk ke dalam sel, juga akan
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
meningkatkan proses lipolisis yakni
Laporan ini menunjukkan adanya
penghancuran sel lemak pada jaringan
peningkatan jumlah penyandang DM
adiposa lemak tubuh, sehingga kadar asam
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.4
lemak bebas dalam darah pun meningkat
DM dapat diperiksa dengan
terutama bila terjadi resistensi insulin. Hal
melakukan pemeriksaan seperti kadar gula
ini akan mengganggu kadar lemak darah
darah puasa atau test toleransi glukosa oral
pasien (profil lipid pasien) DM yang
dan Hemoglobin A1c (HbA1c). Diantara

2
kemudian akan memperburuk kondisi keperawatan pasien DM dalam melakukan
orang tersebut.6 Selain dapat dijadikan intervensi sedini mungkin agar
parameter yang baik bagi DM, HbA1c progresivitas penyakit dapat dikendalikan,
dalam beberapa penelitian menunjukkan serta mengurangi angka mortalitas akibat
adanya hubungan yang kuat dengan profil komplikasi penyakit tersebut.
lipid pasien DM meskipun masih ada
beberapa penelitian lain yang tidak METODOLOGI
menunjukkan adanya hubungan yang
Penelitian ini merupakan penelitian
bermakna. Semakin tinggi kadar HbA1c
analitik dengan menggunakan pendekatan
pasien, maka semakin buruk pula profil
cross sectional untuk melihat hubungan
lipidnya. Hal ini pastinya berpengaruh
kadar HbA1c dengan kadar profil lipid
5
kepada kualitas hidup pasien. Diketahui
pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
juga bahwa HbA1c yang tinggi dengan
RSUD Abdul Manap Kota Jambi Tahun
profil lipid yang buruk merupakan faktor
2018.
risiko penyakit kardiovaskuler diantaranya
Penelitian ini dilakukan di
7
penyakit jantung koroner.
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Abdul
Pada tahun 2017 di RSUD Abdul
Manap Kota Jambi pada bulan Agustus -
Manap, terdapat 2393 kasus DM dengan
September 2018. Populasi dalam penelitian
status rawat jalan dan 256 kasus rawat
ini adalah semua pasien rawat jalan
inap. Tingginya jumlah kasus DM di
diabetes melitus yang datang berobat ke
RSUD Abdul Manap, sementara
RSUD Abdul Manap Kota Jambi tahun
pemeriksaan HbA1c masih sangat sedikit
2018.
dilakukan, dan melihat adanya hasil yang
Sampel dalam penelitian ini adalah
berbeda dari beberapa penelitian
seluruh pasien diabetes melitus tipe 2
sebelumnya, mendorong peneliti untuk
rawat jalan dengan pemeriksaan profil lipid
mengetahui bagaimana “Hubungan
dan HbA1c yang datang berobat ke bagian
kadar HbA1c Dengan Kadar Profil
poliklinik penyakit dalam RSUD Abdul
Lipid Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
Manap selama waktu penelitian
2 Di RSUD Abdul Manap Kota Jambi
berlangsung dan memenuhi kriteria inklusi
Tahun 2018” Dan sejauh ini masih belum
dan eksklusi. jumlah sampel yang akan
ada peneliti yang melihat bagaimana
digunakan dalam penelitian ini adalah
hubungannya pada pasien DM di RSUD
sebanyak 44 orang penderita DM tipe 2.
Abdul Manap yang nantinya sangat
berperan dalam tindakan asuhan

3
Teknik sampling yang digunakan alternatif Kolmogorov Smirnov bila tidak
yaitu teknik consecutive sampling, yakni memenuhi syarat. Dikatakan hubungan
dengan pengambilan sampel secara berurut bermakna bila nilai p<0.05 dan bila p ≥
hingga memenuhi jumlah sampel 0.05 disimpulkan bahwa hubungan
minimal.8 Kriteria Inklusi diantaranya: keduanya tidak bermakna.8,9
subjek penelitian merupakan pasien rawat
jalan penderita diabetes melitus tipe 2 dan HASIL DAN PEMBAHASAN
subjek bersedia melakuakan pemeriksaan Karakteristik pasien dibagi berdasarkan
profil lipid darah dan HbA1c serta telah usia, jenis kelamin dan pekerjaan pasien.
berpuasa minimal 8 jam untuk Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pasien
pemeriksaan profil lipid. Berdasarkan Kelompok Usia.
Untuk kriteria eksklusi terdiri dari: Variabel Frekuens Persentas
penderita DM tipe 2 yang sedang hamil, i e (%)

penderita DM tipe 2 yang anemia, Usia (Tahun)

penderita yang telah mengkonsumsi obat  36-45 5 11,4


 46-55 16 36,3
penurun kadar lipid, penderita yang
 56-65 18 40,9
memiliki riwayat transfusi darah 2-3 bulan
 >65 5 11,4
terakhir serta penderita yang menolak
Total 44 100
menjadi responden.
Berdasarkan Tabel 1. distribusi frekuensi
Metode pengumpulan data
pasien terbanyak adalah 56-65 tahun yaitu
menggunakan data primer berupa
sebanyak 18 orang (40,9%).
wawancara, pemeriksaan kadar lipid darah,
Hal ini sesuai dengan teori yang
pemeriksaan HbA1c serta data keterangan
mengatakan bahwa pada umumnya pasien
dari lembar observasi dan data sekunder
DM tipe 2 berusia di atas 45 tahun.2 Teori
berupa hasil penegakan diagnosa dokter
lain juga mengatakan bahwa salah satu
dan riwayat pengobatan pasien di
faktor risiko untuk diabetes melitus tipe 2
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Abdul
adalah usia > 45 tahun tanpa faktor risiko
Manap yang dapat dilihat dalam rekam
yang lain.4
medik pasien.
Sebuah penelitian yang dilakukan
Data yang diperoleh selanjutnya
oleh Jhon S Kekenusa dkk di Poliklinik
dianalisis dengan uji Chi Square yang
Penyakit Daalam BLU RSUP PROF. DR.
menggunakan program SPSS versi 17.0
R.D Kandou Manado mendapatkan hasil
untuk melihat hubungan kadar HbA1c
yang sama juga, bahwa orang yang
dengan masing-masing variabel dengan uji

4
berumur ≥ 45 tahun 8 kali lebih berisiko Dari Tabel 3 diatas, pasien dengan
menderita DM Tipe 2 dibandingkan status pekerjaan terbanyak adalah sampel
dengan orang yang berumur < 45 tahun.10 dengan status tidak bekerja yaitu sebanyak
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pasien 29 orang (65,9%).
Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin Pekerjaan seseorang secara umum
Variabel Frekuensi Persentase (%) dapat menggambarkan bagaimana tingkat
Jenis Kelamin aktivitas fisik dan tingkat ekonomi
Laki-laki 22 50,0
sosialnya. Tingkat aktivitas seseorang akan
Perempuan 22 50,0
Total 44 100
mempengaruhi metabolisme tubuh, dan

Tabel 2 menunjukkan distribusi berpengaruh terhadap risiko munculnya

frekuensi pasien berdasarkan kelompok penyakit komorbid seperti diabetes

jenis kelamin adalah sama yaitu laki-laki melitus. Disisi lain, faktor pekerjaan juga

sebanyak 22 orang (50,0%) dan perempuan menggambarkan keadaan sosial-ekonomi

22 orang (50,0%). seseorang dalam kemampuan pemenuhan

Dalam penelitian ini, tidak terdapat kualitas kebutuhan hidupnya.

perbedaan peluang antara laki-laki dan Dalam penelitian ini, penderita DM

perempuan untuk mengalami Diabetes tipe 2 lebih besar terjadi pada pasien yang

Melitus Tipe 2. Keduanya dapat menjadi tidak bekerja yakni sebesar 65,9%.

sasaran diabates melitus tipe 2 apabila Sehingga dapat digambarkan bahwa

memiliki faktor risiko untuk terkena DM aktivitas fisik seseorang yang tidak

Tipe 2. Hal ini sesuai dengan teori yang bekerja cenderung lebih rendah

menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak dibandingkan yang memiliki pekerjaan.

termasuk kedalam faktor risiko terjadinya Kondisi ini sesuai dengan teori yang

diabetes melitus tipe 2.2 mengatakan bahwa faktor risiko lainnya

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan yang dapat meningkatkan kejadian

Pekerjaan. diabetes melitus tipe 2 adalah kurangnya

Variabel Frekuens Persentas aktivitas fisik atau kurang olah raga serta
i e (%) pola makan rendah serat. 2
Pekerjaan Untuk gambaran profil lipid dan
 PNS/Pegawai 4 9,1
HbA1c dapat dilihat dalam tabel berikut.
Swasta
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
 Wiraswasta 11 25,0
29 65,9 Kadar Kolesterol Total
 Tidak Bekerja
Total 44 100 Variabel Frekuensi Persentase

5
(%) (%)
Kolesterol Total Kolesterol HDL
 Yang 22 50,0  Rendah 19 43,2
diinginkan 15 34,1  Optimal 20 45,5
 Batas 7 15,9  Tinggi 5 11,4
tinggi Total 44 100
 Tinggi Berdasarkan tabel 6 di atas,
Total 44 100 distribusi frekuensi pasien terbanyak
Tabel 4 di atas menunjukkan dengan kolesterol HDL adalah pada
distribusi frekuensi pasien berdasarkan kategori optimal (40-59 mg/dl) yakni
kolesterol total yang diinginkan (<200 sebanyak 20 orang (45,5%).
mg/dl) adalah yang terbanyak yaitu Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
sebanyak 22 orang (50%). Kadar Trigliserida
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Frekuensi Persentase
Kadar Kolesterol LDL Trigliserida
Variabel Frekuens Persentas  Normal 23 52,3
i e (%)  Batas tinggi 11 25,0
Kolesterol LDL  Tinggi 10 22,7
 Optimal 17 38,6 Total 44 100
 Mendekati 7 15,9 Berdasarkan tabel 4.7 distribusi
optimal 13 29,5
frekuensi pasien dengan kadar trigliserida
 Batas tinggi 5 11,4
normal (<150 mg/dl) adalah yang
 Tinggi 2 4,5
terbanyak yaitu sebanyak 23 orang
 Sangat tinggi
(52,3%).
Total 44 100
Teori mengatakan bahwa penderita
DM Tipe 2 umumnya menderita
Dari tabel 5 di atas, distribusi frekuensi
dislipidemia.2 Temuan dari beberapa studi
pasien berdasarkan kadar kolesterol LDL,
juga dengan jelas menunjukkan bahwa
kategori terbanyak adalah yang optimal
pasien DM Tipe 2 memiliki hubungan
(<100 mg/dl) terdapat sebanyak 17 orang
yang signifikan dalam peningkatan kadar
(38,6%).
profil lipid. Seperti penelitian yang
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
dilakukan oleh Baljinder dkk terhadap 100
\ Kadar Kolesterol HDL
pasien DM tipe 2 dengan metode cross-
Variabel Frekuensi Persentase
sectional dan juga penelitian yang

6
dilakukan oleh Satarupa Dash pada 120 Total 44 100
responden dengan metode penelitian case- Tabel 8 di atas menunjukkan
control (60 orang dengan DM tipe 2 dan distribusi frekuensi berdasarkan kadar
60 orang normal) menemukan bahwa HbA1C yang terbanyak adalah dengan
pasien DM tipe 2 akan cenderung status buruk (>6-9%) sebanyak 29 orang
mengalami dislipidemia.11,12 (65,9%), dan status sangat buruk (>9%)
Teori- teori yang telah ada, sebanyak 10 orang (22,7%).
tentunya belum sepenuhnya dapat Hasil pemeriksaan pada sampel
dibuktikan dengan penelitian ini, karena dalam penelitian ini menunjukkan
hasilnya cukup berbeda. Hal ini bisa saja kecenderungan pasien DM tipe 2 memiliki
disebabkan oleh jumlah pasien yang nilai HbA1c yang buruk hingga sangat
diteliti, metode penelitian yang digunakan buruk.
maupun kriteria-kriteria sampel penelitian Hasil ini didukung dengan
yang ditetapkan berbeda dan belum penelitian yang dilakukan Jain, Jadeja dan
maksimal diterapkan seperti pada Mehta bahwa kadar gula darah dan kadar
penelitian lainnya. HbA1c memiliki hubungan yang bermakna
Hasil yang berbeda dengan teori (p <0,0001). Semakin tidak baik kontrol
juga ditemukan pada penelitian yang glikemik seseorang maka HbA1c-nya juga
dilakukan oleh Glorya Stevani dkk pada 36 akan meningkat.27 Penelitian lain yang
pasien DM tipe 2 di RSUP. Prof. Dr. R. D. juga pernah dilakukan di RSUP H.Adam
Kandou Manado, bahwa didaptkan pasien Malik Medan oleh Pahyoki Wardana
DM Tipe 2 yang diteliti tidak memiliki menunjukkan bahwa HbA1c dapat
hubungan yang bermakna terhadap digunakan sebagai kontrol glikemik yang
kejadian dislipidemia dengan keterbatasan baik pada penderita DM Tipe 2.14
yang sama yang dimiliki oleh peneliti.13 Teori lain yang mengatakan bahwa
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan HbA1c merupakan gold standard dalam
Kadar HbA1c mengukur glikemik kronik pada pasien
Variabel Frekuensi Persentase diabetes dapat berlaku dalam penelitian ini.
(%) Studi menunjukkan bahwa HbA1c adalah
Kadar HbA1c prediktor yang lebih baik dibandingkan
 Baik 5 11,4 GDP ataupun TTGO.15
 Buruk 29 65,9
Tabel 9. Pengujian hubungan HbA1c
 Sangat 10 22,7
dengan profil Lipid
Buruk KT LDL HDL TG

7
Most Absolut .179 .241 .097 .164 Penelitian lain yang dilakukan oleh
Extreme Positive .000 .000 .097 .164
Glorya dkk dengan metode penelitian
Differences Negative - - .000 -
.179 .241 .005 retrospektif observasional analitik dengan
Kolmogorov- .378 .507 .205 .345 pendekatan cross sectional juga
Smirnov Z
menunjukkan hasil yang sama. Penelitian
Asymp. Sig. .990 .990 .980 .988
(2-tailed)
yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D.
Hasil analisa bivariat dengan Kandou Manado ini, dari 36 pasien yang
menggunakan uji kolmogorov-Smirnov diteliti, hasil analisis menunjukkan tidak
menunjukkan tidak ada hubungan yang ada hubungan antara HbA1c dengan
bermakna antara HbA1c dengan kolesterol kolesterol total (p= 1,461), HbA1c dengan
total (p=0,990), HbA1c dengan kolesterol LDL (p=0,116), HbA1c dengan HDL
LDL (p=0,990), HbA1c dengan kolesterol (p=0,514) dan HbA1c dengan trigliserida
HDL (p=0,980) dan HbA1c dengan (p=0,069). Penelitian yang dilakukan oleh
trigliserida (p=0,988). Glorya sama seperti yang dilakukan oleh
Hasil penelitian yang sama terdapat Pahyoki, baik itu metode penelitiannya
pada penelitian Pahyoki, dengan metode maupun cara pengambilan data sampel
observasi analitik, bahwa berdasarkan 120 yang diteliti. Penelitian ini juga masih
sampel penelitian yang diteliti tidak berada di Indonesia, sehingga gambaran
ditemukan hubungan yang bermakna dari sampel penelitian tidak begitu jauh
antara HbA1c dengan kolesterol total (p= berbeda.13
0,059, HbA1c dengan LDL (p= 0,145), Namun hasil penelitian ini berbeda
HbA1c dengan HDL (p=0,925) dan HbA1c dengan hasil penelitian yang dilakukan
dengan trigliserida (p=0,056). Penelitian oleh Jain dkk pada pasien DM Tipe 2 di
tersebut menggunakan metode yang sama RS Ahmedabad di India. Dari hasil
dengan penelitian ini, hanya saja sumber penelitian tersebut, ditemukan adanya
data berbeda namun hasil yang diperoleh hubungan yang signifikan antara HbA1c
adalah sama. Data yang digunakan oleh dengan kolesterol total (p=0,0012), HbA1c
Pahyoki adalah data sekunder yakni dari dengan LDL (p= 0,0216), HbA1c dengan
rekam medis pasien. Kesamaan hasil ini HDL (p=0,0321) dan HbA1c dengan
juga dapat disebabkan oleh gaya hidup, trigliserida (p=0,0057). Hal ini dapat
budaya dan geografis sampel yang diteliti disebabkan oleh jumlah sampel yang
tidak jauh berbeda karena masih berada di diteliti pada penelitian ini berbeda dengan
wilayah Indonesia. 12 jumlah sampel yang diteliti oleh Jain dkk,
dimana jumlah sampel pada penelitian ini

8
sebanyak 44 orang, sedangkan pada Penelitian yang sama juga
penelitian Jain dkk sejumah 150 orang. dilakukan oleh Baljinder Singh Bal dkk
Selain itu pada kriteria ekslusi yang terhadap 100 orang pasien DM Tipe 2
digunakan lebih kompleks dibandingkan dengan pendekatan cross-sectional. Hasil
yang digunakan dalam penelitian ini yang berbeda menunjukkan adanya
seperti riwayat hipotiroid, gagal ginjal, hubungan yang bermakna antara HbA1c
sindrom nefrotik, riwayat dislipidemia dengan kolesterol total (p=0,0222), HbA1c
pada keluarga serta pasien dengan BMI> dengan LDL (p=0,0334), HbA1c dengan
30 tidak termasuk kriteria eksklusi dalam HDL (0,0007) dan HbA1c dengan
penelitian ini. Hal ini dikarenakan oleh trigliserida (p=0,0002). Hal ini dapat
keterbatasan alat, dana dan waktu yang terjadi karena kriteria ekskulisi yang
dimiliki oleh peneliti untuk keperluan digunakan oleh peneliti tersebut berbeda
mendiagnosa penyakit yang di eksklusi dengan yang digunakan dalam penelitian
terbatas serta sumber informasi dari rekam ini, seperti anemia, sirosis hepatis,
medis yang kurang lengkap .16 penyakit hepar, dan wanita yang
Penelitian lain dengan hasil yang mengkonsumsi pil kontrasepsi, sehingga
berbeda juga terdapat pada penelitian yang timbul kesenjangan hasil penelitian.17
dilakukan oleh Arshad dkk, dimana Satarupa Dash juga pernah
penelitian ini melibatkan 401 pasien DM melakukan penelitian dengan pendekatan
tipe 2 di daerah Afghanistan. Pada case control pada 120 sampel untuk
penelitian yang dilakukan oleh Arshad melihat korelasi HbA1c dengan kadar
dkk, didapatkan hubungan yang signifikan profil lipid pada pasien DM Tipe 2 di
dengan korelasi positif antara HbA1c Burla, Odisha. Ia menyimpulkan bahwa
dengan kolesterol total (p=0,004), HbA1c HbA1c memiliki korelasi positif yang
dengan Trigliserida (p=0,097), HbA1c signifikan dengan profil lipid bila
dengan LDL (p=0,002). Sementara HbA1c dibandingkan dengan sampel kotrol
dengan HDL tidak memiliki hubungan dengan rentang nilai p < 0,016 – 0,001.
yang signifikan dan korelasi nya bernilai Satu hal yang begitu jelas yang dapat
negatif (p= 0,334). Selain dipengaruhi oleh membedakan hasil penelitian ini adalah
jumlah sampel penelitian, latar belakang metode penelitian yang digunakan oleh
budaya, dan geografis daerah tempat Satarupa berbeda dengan yang digunakan
malakukan penelitian juga mungkin dapat dalam penelitian ini. Jumlah sampel juga
berpengaruh terhadap perbedaan hasil masih lebih banyak yang digunakan oleh
7
penelitian.. Satarupa.18

9
Dari beberapa penelitian yang telah 1. Dari 44 orang penderita diabetes
dipaparkan diatas, disamping perbedaan melitus tipe 2 didapatkan usia
jumlah sampel, metode penelitian juga pasien terbanyak adalah 46-55
dipengaruhi oleh etnis, geografis, dan cara tahun, sementara jumlah jenis
peneliti dalam memperlakukan sampel kelamin laki-laki dan perempuan
selama penelitian sangat berpengaruh adalah sama dan status subjek
besar. Bentuk pengawasan dan kontrol penelitian terbanyak adalah tidak
terhadap responden serta kepatuhannya bekerja.
akan mempengaruhi keakuratan hasil yang 2. Dalam penelitian ini jumlah
diperoleh. Misalnya dalam penelitian ini, terbanyak untuk kadar profil lipid
terdapat responden yang tidak jujur masing-masing adalah kolesterol
mengenai hal berpuasa atau tidak sehingga total dengan kategori yang
dikeluarkan dari subjek penelitian dan diinginkan, trigliserida dengan
digantikan dengan subjek lain yang kategori normal, HDL dengan
bersedia dan memenuhi kriteria. Hal ini kategori optimal dan kadar LDL
tentunya akan berpengaruh terhadap proses juga optimal.
pengolahan data dan pengambilan 3. Dari data hasil pengukuran HbA1c,
kesimpulan. Oleh sebab itu, kerjasama didapatkan kategori HbA1c
yang baik antara kedua pihak yakni terbanyak adalah kategori buruk.
peneliti dan responden akan menentukan 4. Untuk hasil analisa hubungan
hasil penelitian tersebut. antara HbA1c dengan masing-
masing kadar profil lipid diperoleh
hubungan yang tidak bermakna
KESIMPULAN antara HbA1c dengan kolesterol
Berdasarkan hasil penelitian dan total , HbA1c dengan trigliserida,
pembahasan yang telah diuraikan sampai HbA1c dengan HDL dan HbA1c
dengan analisa penelitian ini tentang dengan LDL.
hubungan HbA1c dengan kadar Profil SARAN
Lipid ada pasien Diabetes Melitus Tipe 2
1. Bagi Peneliti Lain
di RSUD H. Abdul Manap kota Jambi
Diharapkan agar dapat melakukan
periode Agustus – September 2018 maka
penelitian lebih lanjut atas topik penelitian
dapat disimpulkan:
ini, khususnya di daerah geografis yang
sama dengan metode yang lebih baik,

10
jumlah sampel penelitian yang lebih Bagi FKIK UNJA diharapkan
banyak dan kriteria inklusi-eksklusi yang mampu melatih dan memberi kesempatan
lebih detail untuk memperkecil angka bias, bagi mahasiswa/i FKIK UNJA untuk
sehingga dapat dilakukan perbandingan terlibat langsung dalam upaya
hasil. mengedukasi para penderita DM Tipe 2
tentang pentingnya melakukan
2. Bagi instansi terkait
pemeriksaan secara rutin dan tentang
Diharapkan bagi institusi kesehatan
pentingnya pemeriksaan HbA1c sebagai
khususnya RSUD H. Abdul Manap Kota
pemeriksaan yang baik untuk melihat
Jambi untuk dapat meningkatkan konseling
status kontrol glikemik setiap 3 bulan
yang bermutu bagi pasien khususnya untuk
sekali, disamping itu juga diberikan
penderita DM tipe 2 terutama dalam hal
informasi kesehatan yang akan menambah
konsumsi jenis makanan dan gaya hidup
pengetahuan masyarakat untuk mencegah
yang baik sebagai upaya peningkatan
terjadinya kejadian DM Tipe 2.
kesehatan pasien dan mendorong pasien
agar mampu mengontrol kadar gula darah
DAFTAR PUSTAKA
agar tetap stabil sehingga resiko terjadinya
komplikasi lebih lanjut dapat 1. Purnamasari D. Diagnosis dan
klasifikasi diabetes melitus. dalam:
diminimalisir. Setiati S ,Alwi I,Sudoyo AW,
Rumah sakit diharapkan dapat Simadibrata M, Setiyohadi B, Fahrial
A. Buku ajar ilmu penyakit dalam
menyediakan alat pemeriksaan HbA1c jilid II edisi VI. Jakarta: Internal
guna mempermudah pasien dalam melihat Publishing; 2014.hal 2325-2326
2. Depkes RI. Pharmaceutical Care
kontrol glikemik setiap 3 bulan sekali, Untuk Penyakit Diabetes Melitus.
disamping itu juga agar memperhatikan Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Keafarmasian dan Alat
serta mengeluarkan kebijakan terkait Kesehatan.2005. hal 7-29.
kerapian dan kejelasan penulisan isi data 3. Riset kesehatan dasar
(RISKESDAS). Situasi dan Analisis
rekam medis agar lebih informatif dan Diabetes. Infodatin: Pusat Data dan
sistematis, sehingga memudahkan Informasi Kesehatan RI. 2013.
4. Perkumpulan Endokrinologi
penelusuran riwayat penyakit dan Indonesia. Konsensus Pengendalian
pengobatan setiap pasien yang akan sangat dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. PERKENI.
bermanfaat dalam pengolahan data hasil Jakarta. 2015
penelitian peneliti dan untuk hasil yang 5. American Diabetes Association.
Classification and diagnosis of
lebih akurat. diabetes. Diabetes Care. 2017; 40
suppl. 1:S11-S24..

11
6. Manaf Asman. Insulin: Mekanisme (Skripsi). Manado: FK
sekresi dan aspek metabolisme. UNSRAT;2013
dalam: Setiati S ,Alwi I,Sudoyo AW, 14. Fincke BG, Clark JA, Linzer M,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Fahrial Spiro A, Miller DR, Lee A, dkk.
A. Buku ajar ilmu penyakit dalam Assessment of Long-term
jilid II edisi VI. Jakarta: Internal Complications due to Type 2
Publishing. 2014. hal 2352-2356. Diabetes Using Patient Self-report :
7. Hussain Arshad, Ali I, Ijaz M, Rahim The Diabetes Complications Index. J
A. Correlation between hemoglobin Ambulatory Care Manage [internet].
A1c and serum lipid profile in 2005 p.262–273. Diunduh dari
Afghani patients with type 2 complications-due-to-diabetes-using-
diabetes: hemoglobin A1c patient-self-report.pdf (diakses Maret
prognosticates dyslipidemia. Ther 2018)
Adv Endocrinol Metab. 15. Hilbert Timothy, Lifshitz MS. Lipids
2017;8(4):51-57 and Dyslipoproteinemia. In: Henry’s
8. Budiarto, Eko. Metodologi penelitian Clinical Diagnosis and Management
kedokteran. Jakarta: EGC;2003. hal by Laboratory Methods. 21th ed.
32-54. Saunders Elsevier; 2007. hal 201-
9. Notoatmojo, S. Metodologi 217.
penelitian kesehatan. edisi ke-2. 16. Meenu Jain, Jayendrasinh Jadeja,
Jakarta: Asdi Mahasatya;2010. hal Neeta Mehta. Correlation between
176-8, 180-2 HbA1c values and lipid profile in
10. Kekenusa John, Ratag Budi, type 2 Diabetes Melitus. IJBAP.
Wuwungan Gloria. Analisis 2103;2(1): 47-50
hubungan antara umur dan riwayat 17. Bal BS, Salwan SK, Chandarana U.
keluarga menderita DM dengan Study of association between HbA1c
kejadian penyakit DM Tipe 2 pada level adn lipid profile in type 2
pasien rawat jalan di poliklinik diabetes mellitus. Ann Int Med Den
penyakit dalam BLU RSUP PROF. Res. 2017;3(2): ME36-ME39
DR. R.D Kandou Manado: case 18. Dash Satarupa. Correlation of
control (Skripsi). Manado: FKM HbA1c with serum lipid profile in
UNSRAT; 2013. patients with type 2 diabetes
11. Khan H.A, Sobki S.H, Khan S.A. mellitus. IDSR-JDMS. 2017;
Association between glycaemic 16(5):PP01-PP04.
control and serum lipids profile in
type 2 diabetic patients: HbA1c
predicts dyslipidaemia. Clin Exp
Med. 2007;7:24-29.
12. Wardana Pahyoki. Korelasi HbA1c
dengan profil lipid pada penderita
DM Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik
pada tahun 2014: observasi analitik
(Skripsi). Medan:FK USU; 2015
13. 13Stevani Glorya, Pandelaki Karel,
Mandang Veny. Hubungan kadar
HbA1c dengan kadar profil lipid
pada pasien DM Tipe 2 di Poliklinik
Endokrin dan Metabolik RSUP
PROF. DR. R. D. Kandou Manado:
Observasi analitik cross sectional

12

Vous aimerez peut-être aussi