Vous êtes sur la page 1sur 7

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG GANGGUAN JIWA

DENGAN SIKAP KELUARGA KEPADA ANGGOTA KELUARGA


YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA
Fitri Sri Lestari*
Kartinah **

Abstract

A person with psychiatric disorders got personality fractures such as thought, perception,
and emotion aberrations. Family plays the most important role as the source of medication
for the ill family member. It is required good perception for the family members about mental
illness and a good attitude to accept a family member who got mental illness. The research
objective is to determine the correlation between perceptions of family and family attitudes
toward mental illness patients at the Regional Psychiatric Hospital Surakarta. The research
uses descriptive correlative method with the data collection technique using cross sexional
approach. The population of the study is 2831 mental illness patients, whereas samples
taken as many as 96 family members of patients with consecutive sampling technique. The
research data obtained by distributing questionnaires about mental illness and perceptions of
family attitudes questionnaire to family members and then the data are analyzed using Fisher
exact test. The result shows that 50 respondents (21.1%) possess a negative perception of
mental illness, while 46 respondents (47.9%) have positive perceptions about mental illness.
A total of 52 respondents (54.2%) have a positive attitude while 44 respondents (45.8%)
have a negative attitude. The results of the research hypothesis test obtained p-value =
0.001. Based on the analiysis the researcher draws a conclusion that there is a correlation
between family perceptions of mental illness and family attitudes toward mental illness
patients at the Regional Psychiatric Hospital Surakarta.

Key words: perception, attitude, family members, Psychiatry

__________________________________________________________________________

*Fitri Sri Lestari


Mahasiswa Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Kartinah
Dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
__________________________________________________________________________

PENDAHULUAN pasien, depresi pasca skizofrenia 4 pasien,


Menurut WHO, Indonesia menduduki residual 353 pasien, simplek 3 pasien, lainnya
peringkat pertama dari seluruh negara di dunia 754 pasien, YTT (Yang Tak Tergolongkan) 6
dengan penderita gangguan jiwa terbanyak pasien.
yaitu 321.870 orang. Sedangkan angka
kejadian gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dari tahun 2009 hingga 2010 terjadi
Daerah (RSJD) Surakarta menjadi kasus peningkatan tercatat 2.381 dari jumlah seluruh
terbanyak tercatat 2.118 dari jumlah seluruh pasien pada tahun 2010, terdiri dari
pasien pada tahun 2009 yaitu terdiri dari skizofrenia hebrefenik 33 pasien, katatonik 10
skizofrenia paranoid 395, hebrefenik 18 pasien, tak terinci 333 pasien, depresi pasca
pasien, katatonik 24 pasien, tak terinci 459 skizofrenia 1 pasien, residual 158 pasien,

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 124
simplek 4 pasien, lainnya 1.047 pasien, YTT METODE PENELITIAN
29 pasien (Rekam Medik, 2010). Desain penelitian adalah deskriptif
Keluarga merupakan sumber corelatif dengan teknik pengambilan datanya
pengobatan yang paling berperan bagi adalah cross sexional.
anggota keluarganya yang sakit. Sikap yang Populasi dalam penelitian ini adalah
baik oleh keluarga serta dukungan sosial dapat seluruh pengunjung yang menjenguk
melemahkan dampak stress dan secara keluarganya di rawat inap RSJD Surakarta
langsung memperkokoh kesehatan mental dari seluruh pasien rawat inap adalah 2.381
individu. Sikap yang baik dari keluarga (rekam medik, 2010). Sampel sebanyak 96
merupakan strategi koping penting untuk orang dengan teknik pengambilan sampel
dimiliki individu saat mengalami stress. Sikap menggunakan Consecutive sampling.
yang baik dari keluarga juga dapat berfungsi Kriteria Sampel adalaj usia keluarga,
sebagai strategi preventif untuk mengurangi berusia antara 18- 65 tahun, tingkat
stress dan konsekuensi negatifnya. Hal ini pendidikan keluarga, SD sampai perguruan
menunjukkan bahwa sikap baik yang tinggi dan dirawat di kelas II dan III.
bersumber dari keluarga sangat berguna untuk Instrumen yang digunakan dalam
mencegah dan mengurangi stress serta penelitian ini menggunakan kuisioner yang
meningkatkan kesehatan emosi pada terdiri dari Kuesioner persepsi keluarga
penderita skizofrenia. tentang gangguan jiwa dengan 15 pertanyaan
Diharapkan dengan penurunan stress dengan penilaian nilai skor ≤ rata-rata kelas
dan peningkatan kesehatan emosi, pasien masuk kategori negative, bila nilai skor ≥
gangguan jiwa dapat mengendalikan diri. nilai rata-rata kelas masuk kategori positif.
Sikap keluarga bermanfaat untuk Kuesioner Sikap terdiri dari 15 pertanyaan
perkembangan menuju kepribadian yang sehat nilai skor ≤ rata-rata kelas masuk kategori
tanpa gangguan. Apabila sikap semacam ini negative, bila nilai skor ≥ nilai rata-rata kelas
tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan masuk kategori positif. Data di uji dengan
sangat berkurang atau bahkan tidak akan menggunakan uji fisher exact.
menemui hasil.
Wawancara dari 5 anggota keluarga HASIL PENELITIAN
yangsedang mengantar atau menjenguk Karakteristik Responden
anggota keluarga, 3 menyatakan orang yang Umur
tidak suka dan tidak mau merawat anggota Tabel 1 Distribusi frekuensi esponden
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. berdasarkan umur
Persepsi gangguan jiwa adalah sebuah Kelompok umur Jumlah (%)
penyakit yang memalukan, aib serta momok <20 tahun 5 5.2
yang menakutkan. Bahkan tidak sedikit dari
21-30 tahun 14 14.6
mereka yang mengirimkan anggota
keluarganya ke rumah sakit jiwa diluar 31-40 tahun 14 14.6
daerahnya, karena mereka malu dengan 41-50 tahun 28 29.2
anggapan negatif dari tetangga sekitar tentang 51-60 tahun 27 28.1
anggota keluarganya yang mengalami 61-70 tahun 8 8.3
skizofrenia, oleh karena itu penting untuk
Total 96 100.0
diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Tabel 1 menunjukkan banyak
mengetahui hubungan antara persepsi responden berumur antara 41-50 tahun yaitu
keluarga dengan sikap keluarga terhadap 28 orang (29,2%), sedangkan responden
pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta. paling sedikit pada kelompok umur kurang
dari 20 tahun sebanyak 5 orang (5,2%).
Banyaknya responden pada kelompok umur

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 125
41-50 tahun disebabkan responden adalah
orang tua dari pasien gangguan jiwa. Pekerjaan
Tabel 4 Distribusi frekuensi responden
Jenis kelamin berdasarkan pekerjaan
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden Pekerjaan Jumlah (%)
berdasarkan jenis kelamin PNS 2 2.1
Wiraswasta 35 36.5
Jenis kelamin Jumlah (%)
Tidak bekerja 16 16.7
Laki-laki 53 55.2 TNI 1 1.0
Perempuan 43 44.8 Karyawan 7 7.3
Total 96 100.0 Swasta
Buruh 11 11.5
Tabel 2 menunjukkan bahwa Tani 24 25.0
responden terbanyak adalah laki-laki Total 96 100.0
sebanyak 53 responden (55,2%) sedangkan
perempuan sebanyak 43 responden (44,8%).
Tabel 4 menunjukkan bahwa
Banyaknya laki-laki dalam penelitian ini lebih
responden penelitian terbanyak memiliki
disebabkan karena waktu jam kunjungan
pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu 35
banyak orang tua yaitu ayah atau sebagai
responden (36,5%), sedangkan responden
kakak laki-laki dari keluarga pasien dan
terkecil adalah sebagai TNI yaitu 1 responden
bersedia menjadi responden penelitian.
(1%). Banyaknya responden sebagai
wiraswasta adalah kemampuan responden
Pendidikan
dalam mencari nafkah. Salah satu faktor
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi
adalah pendidikan responden yang masih
responden berdasarkan tingkat pendidikan
rendah menjadikan pekerjaan di sektor formal
Pendidikan Jumlahh (%) lebih kecil peluangnya.
Tidak sekolah 8 8.3
Sekolah Dasar 31 32.3 Analisis Univariate
Sekolah Menengah 23 24.0 Analisis univariate digunakan untuk
pertama mengetahui diskripsi dari persepsi tentang
Sekolah Menengah 29 30.2 gangguan jiwa dan sikap keluarga yang
Atas mempunyai anggota keluarga gangguan jiwa
Perguruan Tinggi 5 5.2 di RSJD Surakarta.
Persepsi tentang gangguan jiwa
Total 96 100.0
Tabel 5 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan persepsi tentang gangguan jiwa
Tabel 3 menunjukkan Banyak Persepsi tentang Jumlah (%)
responden mempunyai tingkat pendidikan gangguan jiwa
Sekolah Dasar sebanyak 31 responden
(32,3%), dan yang paling sedikit adalah Negatif 50 52.1
responden dengan pendidikan perguruan Positif 46 47.9
tinggi sebanyak 5 responden (5,2%). Total 96 100.0
Banyaknya responden yang berpendidikan SD
adalah kemampuan respoden dalam Tabel 5 menunjukkan banyak
menyelesaikan pendidikan sekolah. Salah satu responden yang masih memiliki persepsi
faktor menjadikan responden berpendidikan tentang gangguan jiwa secara negatif yaitu 50
SD adalah masalah sosial ekonomi orang tua (52,1%), data tersebut diperoleh bahwa nilai
dalam membiayai sekolah. rata-rata kelas sebesar 42,89.

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 126
Sikap PEMBAHASAN
Tabel 6 Distribusi frekuensi responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan sikap ada hubungan persepsi tentang gangguan jiwa
Sikap dengan sikap keluarga yang mempunyai
Persentase anggota keluarga gangguan jiwa di RSJD
Jumlah (%) Surakarta. Hasil penelitian ini mendukung
Negatif 44 45.8 penelitian Ikaningtyas (2006) dengan judul
Positif 52 54.2 “Efektivitas Dukungan Keluarga Dalam
Total 96 100.0 Asuhan Keperawatan Jiwa Terhadap
Perbaikan Kondisi Klien Jiwa Di Rumah Sakit
DR. Sarjidto ”. Hasil penelitian menunjukan
Tabel 6 menunjukkan banyak bahwa terdapat perbedaan perbaikan kondisi
responden yang mempunyai sikap positif antara pasien yang diberikan dukungan
sebesar 54,2%. keluarga dalam asuhan keperawatan dengan
yang tidak.
Analisis Bivariat Hasil penelitian ini berbeda dengan
Tabel 7. Hubungan persepsi gangguan jiwa penelitian yang dilakukan oleh Widodo dalam
dengan sikap keluarga yang mempunyai Puspitasari (2009) yang meneliti mengenai
anggota keluarga gangguan jiwa di RSJD Hubungan tingkat pengetahuan keluarga
Surakarta tentang penderita gangguan jiwa di rumah dan
Persepsi Sikap keluarga tingkat penerimaan keluarga terhadap
Total frekuensi kekambuhan di RSJ Pusat Lawang
Negatif Positif dan RSJ Daerah Surabaya. Hasil penelitian
N % N % N % tersebut adalah tidak ada hubungan antara
Negati 36 37. 14 14.6 50 52.1 tingkat pengetahuan keluarga dan tingkat
f 5 penerimaan keluarga terhadap penderita
Positif 8 8.3 38 39.6 46 47.9 gangguan jiwa dengan frekuensi kekambuhan.
jumlah 44 45. 52 54.2 96 100 Perbedaan hasil penelitian dapat terjadi karena
8 adanya perbedaan jumlah responden yang
p = 0,001 berimplikasi pada hasil penelitian secara
statistik.
Kesimpulannya adalah bahwa persepsi
Hasil tabulasi data tabel 7 responden dapat mempengaruhi sikap
menunjukkan bahwa dari 50 responden yang keluarga yang mempunyai anggota keluarga
memiliki persepsi negatif dan sikap yang gangguan jiwa. Hasil penelitian mengenai
negatif terdapat 36 responden (37,50%), persepsi tentang gangguan jiwa menunjukkan
sedangkan 14 responden memiliki persepsi responden banyak memiliki persepsi negatif,
positif. Sebanyak 8 responden (8,30%) yang hal ini disebabkan adanya beberapa faktor
memiliki persepsi positif, namun sikap penyebab, salah satunya dapat dilihat dari
terhadap anggota keluarga gangguan jiwa tingkat pendidikan responden yang mayoritas
negatif, sementara 38 responden (39,60%) berpendidikan SD. Tingkat pendidikan SD
memiliki sikap yang positf. Hasil uji hipotesis dianggap sebagai tingkat pendidikan dasar,
penelitian dengan menggunakan uji Fisher sehingga tingkat pengetahuannya masih di
exact sebesar p = 0,001. Hasil ini bawah pendidikan menengah yaitu SMA
menunjukkan hipotesis penelitian adalah Ho ataupun pengetahuan dari responden dengan
ditolak yang artinya ada hubungan persepsi latar belakang perguruan tinggi. Notoatmojo
tentang gangguan jiwa dengan sikap keluarga (2003) menyatakan bahwa pendidikan adalah
yang mempunyai anggota keluarga gangguan upaya untuk memberikan pengetahuan
jiwa di RSJD Surakarta. sehingga terjadi perubahan perilaku positif
yang meningkat, sedangkan faktor

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 127
terbentuknya pengetahuan adalah persepsi. keluarganya yang menderita skizofrenia.
Persepsi yang kurang dapat mengakibatkan Namun tingkatan sikap ini juga dipengaruhi
kurangnya pengetahuan tentang penyakit oleh faktor lain yang ikut mempengaruhinya,
gangguan jiwa secara benar. yaitu sudah berapa lama anggota keluarga
Data responden mengenai sikap keluarga menderita skizofrenia, dan bagaimana
yang mempunyai anggota keluarga gangguan hubungan status keluarga dengan penderita
jiwa menunjukkan bahwa mayoritas sikap skizofrenia (Kondriati, 2004).
keluarga adalah positif. Sikap adalah Menurut Nantingkaseh (2007) Seorang
pandangan atau perasaan yang disertai penderita skizofrenia biasanya berat,
kecenderungan untuk bertindak (Notoadmojo, berlangsung lama. Waktu yang lama dapat
2003). Sikap yang ditunjukkan oleh responden diartikan bahwa pasien sudah lama menderita
adalah menerima keadaan anggota keluarga dan waktu untuk kesembuhan membutuhkan
yang menderita skizofrenia untuk selalu waktu yang lama juga. Kondisi inilah yang
berobat, menerima kondisi atau keadaan menjadikan dukungan responden terhadap
penderita. anggota keluarganya berbeda-beda.
Menurut Notoadmojo (2007) bahwa Berdasarkan tabel 4.7 terdapat 14
salah satu faktor yang mempengaruhi responden yang mempunyai persepsi negatif,
pengetahuan adalah persepsi. Persepsi yang namun sikap yang ditunjukkan adalah positif.
baik akan meningkatkan pengetahuan Hal ini terjadi karena responden dengan
seseorang. Dengan pengetahuan yang baik pendidikan yang masih rendah, menjadikan
dapat diharapkan sikap dalam menangani persepsi tentang penyakit gangguan jiwa sulit
penyakit skizofrenia juga baik. Sebaliknya untuk disembuhkan atau tidak dapat
persepsi yang kurang atau negatif dapat disembuhkan. Namun meskipun persepsi
menjadikan pengetahuan yang kurang dan responden yang menyatakan tidak dapat
sikap yang negatif terhadap anggota keluarga disembuhkan, responden bersikap positif,
yang menderita gangguan jiwa. dimana responden mau menerima keadaan
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa anggota keluarganya yang sakit gangguan
sikap dan tindakan merupakan respon internal jiwa.
setelah adanya pemikiran, tanggapan, sikap Terdapat 8 responden yang memiliki
batin dan pengetahuan. Tindakan atau persepsi positif, namun sikapnya negatif.
perilaku manusiawi ini dipengaruhi oleh Persepsi yang positif seperti penyakit
keturunan, lingkungan dan pengetahuan. gangguan jiwa dapat disembuhkan, perlunya
Dalam tahap proses beraktivitas, setelah rehabilitasi kepada pasien. Namun dari segi
individu melakukan pencarian dan biaya perawatan pasien gangguan jiwa yang
pemrosesan informasi, langkah berikutnya mahal dan lama dapat menjadikan sikap
adalah menyikapi informasi yang diterima, negatif responden terhadap anggota keluarga
apakah individu akan meyakini informasi yang menderita gangguan jiwa. Sikap ini
yang diterima, hal ini berkaitan dengan dapat berkaitan dengan baik tidaknya
pengetahuan yang dimiliki. Informasi yang dukungan keluarga terhadap pasien yang
diterima responden mengenai penyakit menderita gangguan jiwa. Menurut Safarino
gangguan jiwa dapat berasal dari berbagai (2006) bahwa dukungan keluarga dapat
sumber. Selain dari latar belakang pendidikan menurun kepada anggota keluarga yang
secara formal, informasi lain dapat berasal mengalami sakit disebabkan lama sakit yang
dari koran, televisi, majalah kesehatan, diderita. Lamanya perawatan dan lama
ataupun responden mendapat informasi sembuh menjadi faktor kurangnya dukungan
kesehatan dari tenaga kesehatan, yang pada keluarga. Pernyataan Safarino (2006) tersebut
akhirnya akan mempengaruhi pengetahuan sejalan dengan hasil penelitian Yeap (2009)
responden tentang gangguan jiwa. yang meneliti mengenai Mental health
Adanya persepsi yang baik akan knowledge, attitude and help-seeking
berdampak pada tingkat sikap anggota tendency: a Malaysian context. Hasil

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 128
penelitian menunjukkanbahwa mayoritas Berdasarkan tingkat pengetahuan keluarga
responden masih memiliki pengetahuan yang pasien yang belum baik, diharapkan
kurang tentang kesehatan mental. Latar petugas kesehatan khususnya perawat
belakang etnis, agama, pendidikan, tempat untuk dapat memberikan suatu
tinggal berhubungan dengan masalah penyuluhan kesehatan mengenai
kesehatan. Latar belakang pendidikan gangguan jiwa dan perawatan setelah di
berhubungan dengan pengambilan keputusan rumah sakit serta pentingnya dukungan
mengenai masalah kesehatan dan penyakit keluarga dalam menunjang keberhasilan
mental. proses rehabilitasi anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa.
Simpulan 3. Institusi Pelayanan Kesehatan RSJD
1. Sebagian besar responden memiliki Surakarta
persepsi yang negatif. tentang gangguan Diharapkan hasil penelitian ini dapat
jiwa. menjadi salah satu bahan masukan
2. Sebagian besar responden memiliki sikap pengambilan kebijakan dalam
yang positif tentang gangguan jiwa. menetapkan program-program kesehatan
3. Ada hubungan persepsi tentang gangguan jiwa khususnya program yang melibatkan
jiwa dengan sikap keluarga yang keluarga pasien dalam menunjang
mempunyai anggota keluarga gangguan keberhasilan rehabilitasi.
jiwa di RSJD Surakarta. 4. Bagi peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
Saran menjadi bahan referensi serta acuan untuk
1. Keluarga Pasien Gangguan Jiwa dikembangkan dengan menambah
Diharapkan keluarga menambah variabel lain yang berhubungan dengan
pengetahuan keluarga tentang gangguan dukungan keluarga seperti lama
jiwa serta pentingnya dukungan keluarga menderita, hubungan status keluarga
yang mempunyai anggota keluarga dengan teknik pengampilan sampel yang
gangguan jiwa dengan jalan membaca berbeda seperti total sampling serta
literatur mengenai kesehatan gangguan menggunakan metode observasi dan
jiwa baik lewat media koran, majalah wawancara mendalam, sehingga
kesehatan, internet atau berkonsultasi diperoleh data yang lebih lengkap.
kepada petugas kesehatan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M. 1997. Keperawatan Keluarga. Teori dan Praktek. Edii 3 Alih Bahasa: Ina Debora
RL. Yoakim Asy: Editor Yamin, Asih, Setiawan, Monica, Ester. Jakarta : EGC.

Kertamuda, Fatchiah E. 2009. Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba
Humanika.

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.

Maslim, R. 2002. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ- III. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Jiwa, Departemen Kesehatan RI.

Muhith, Abdul & Abdul Nasir. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 129
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain.
Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono & Meinarno, 2009. Wikipedia Indonesia. www.wikipedia.org/wiki/htm. Diakses tgl


27/11/2011.

Walgito, Bimo. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika Aditama.

Ikaningtyas N. 2006. Efektifitas Dukungan Keluarga Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa Terhadap
Perbaikan Kondisi Klien Jiwa Di Rumah Sakit DR. Sardjito. Skripsi. Yogyakarta: Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Puspitasari (2009) Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang penderita gangguan jiwa di rumah
dan tingkat penerimaan keluarga terhadap frekuensi kekambuhan di RSJ Pusat Lawang dan RSJ
Daerah Surabaya.

Nantingkaseh, A.L. 2007. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya. Diakses: 5 Mare 2012.
http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm

Yeap (2009) Mental health knowledge, attitude and help-seeking tendency: a Malaysian context

Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa… (Fitri Sri Lestari dan Kartinah) 130

Vous aimerez peut-être aussi