Vous êtes sur la page 1sur 231

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF DAN

HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK


MODEL INQUIRY BASED LEARNING DI KELAS X IS.4
SMAN 1 PAINAN

TESIS

Oleh:
YENTI Z
16198024/2016

PROGRAM MAGISTER (S-2) PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
ABSTRACT

Yenti Z. 2018 Efforts to Improve Creative Thinking Ability And Learning


Outcomes Geography Through The Scientific Approach
Model Inquiry Based Learning In Class X IS.4 SMAN 1
Painan

Counselor: 1. Dr. Khairani, M.Pd


2. Dr. Ernawati, M.Sc.

The problem in this study originated from the results of class X IS.4 student
learning SMAN 1 Painan in Geography subjects are still very low. The purpose of
this research is to improve the ability of creative thinking and geography learning
outcomes through the Scientific Approach Model Inquiry Based Learning of
students of class X IS 4 SMA Negeri 1 Painan and the process of improving
geography learning outcomes by Scientific Approach Model Inquiry Based
Learning in class X IS 4 SMA Country 1 Painan. This research is a classroom
action research. The research procedures in this research include planning,
action, observation and reflection. This study consists of two cycles, each cycle
consists of 2 meetings. The research subjects consisted of 29 students of class X
IS.4 SMAN 1 Painan. The data were collected using observation sheet and daily
test. Data were analyzed using percentages. Based on the results of the research it
can be concluded that through the scientific approach Model Inquiry Based
Learning can improve the ability to think creatively and Student Learning Results
in subjects gegrafi in SMAN 1 Painan. Learning outcomes of students in the
learning process using the Inquiry Based Learning Model Sanitiveic Approach
has increased. In cycle I the average completeness of learning outcomes was only
74.72 or limited to completion, in cycle II there was an increase to 81.83.
Creative thinking of students in the learning process using the Sanitifik Approach
occurs. Cycle I average completeness of creative thinking is 67.24, in cycle II
there is an increase to 83.43.

Keywords: creative thinking, learning outcomes, scientific approach

i
ABSTRAK

Yenti Z. 2018 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif


Dan Hasil Belajar Geografi Melalui Pendekatan
Saintifik Model Inquiry Based Learning Di Kelas X IS.4
SMAN 1 Painan

Pembimbing : 1. Dr. Khairani, M.Pd


2. Dr. Ernawati, M.Si

Masalah dalam penelitian ini berawal dari hasil belajar siswa kelas X IS.4 SMAN
1 Painan dalam mata pelajaran Geografi masih sangat rendah. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan hasil
belajar geografi melalui Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based Learning
siswa kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan dan proses peningkatan hasil belajar
geografi dengan Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based Learning di kelas X
IS 4 SMA Negeri 1 Painan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.
Prosedur penelitian dalam penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri 2
kali pertemuan. Subjek penelitian terdiri dari 29 orang peserta didik kelas X IS.4
SMAN 1 Painan. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan lembar
observasi dan ulangan harian. Data dianalisis dengan menggunakan persentase.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan
saintifik Model Inquiry Based Learning dapat meningkatkan kemapuan berfikir
kreatif dan Hasil Belajar siswa dalam mata pelajaran gegrafi di SMAN 1 Painan.
Hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunaka
Pendekatan Sanitifik Model Inquiry Based Learning terjadi peningkatan. Siklus I
rata-rata ketuntasan hasil belajar hanya 74.72 atau sebatas tuntas, pada siklus II
terjadi peningkatan menjadi 81.83. Berfikir kreatif peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan menggunaka Pendekatan Sanitifik terjadi peningkatan.
Siklus I rata-rata ketuntasan Berfikir kreatif yaitu 67.24, pada siklus II terjadi
peningkatan menjadi 83.43.

Kata Kunci: Berfikir kreatif, Hasil Belajar, Pendekatan Saintifik

ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, nikmat, petunjuk serta hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Hasil Belajar Geografi

Melalui Pendekatan Saintifik Di Kelas X IS.4 SMAN 1 Painan”

Kemudian shalawat beriring salam penulis mohonkan kepada Allah SWT,

agar senantiasa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW Yang telah berhasil

mengemban misinya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagai manusia

biasa penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan masukan dari

berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu penulis menyampaikan

terima kasih semoga apa yang penulis terima dalam penyelesaian tesis ini menjadi

amal baik dan diberi pahala oleh Allah SWT. Oleh sebab itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu secara

langsung maupun tidak langsung. Berikut beberapa nama penulis sebutkan :

1. Bapak Dr. Khairani,M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Ernawati, M.Si

selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Syafri Anwar,M.P dan bapak Dr. Paus Iskarni, M.Pd selaku

kontributor dan dosen penguji, yang telah memberikan masukan, saran-saran,

arahan dan koreksi selama penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Dedi Hermon,MP selaku ketua Program Magister (S2) Pendidikan

Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang yang telah

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyelesaian tesis ini.

vi
4. Seluruh Dosen Program Studi Program Pascasarjana FIS UNP yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Dilla selaku staf Sekretariat Program Studi Geografi Program Pascasarjana FIS

Universitas Negeri Padang yang telah mudah memberikan kemudahan kepada

penulis.

6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Magister Pendidikan Geografi

yang berbagi ilmu dan pengalaman.

Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga semua
bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat pahala di sisi Allah SWT.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan tesis ini, namun
sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis mengharapkan saran
yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan tesis yang penulis
susun ini. Terakhir penulis menyampaikan harapan semoga tesis yang penulis
susun dapat bermanfaat dan berguna untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan
dimasa yang akan datang. Amin ya Rabbal’alamin.

Penulis

Yenti. Z

vii
DAFTAR ISI

ABSTRACT ....................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS .................................................................... iii
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS ...................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8
C. Perumusan Masalah ........................................................................ 9
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
E. Manfaat Penelitian........................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI


A. Landasan Teori ............................................................................... 11
1. Hasil Belajar ............................................................................ 11
2. Belajar dan Pembelajaran ........................................................ 14
3. Berfikir Kreatif ........................................................................ 19
4. Pendekatan Saintifik ................................................................. 24
5. Model Inquiry Based Learning ................................................ 29
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 34
C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 43
D. Hipotasis Tindakan ......................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .............................................................................. 45
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 45
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 45
D. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 46
E. Rancangan Penelitian ..................................................................... 48
F. Defenisi Operasianal ...................................................................... 55
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ................... 57
H. Teknik Analisa Data ....................................................................... 60

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................ 63
1.Letak Geografis Lokasi Penelitain ................................................ 63
2.Sumber Daya Sekolah .................................................................... 66
B. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian ........................................ 67
1.Hasil Penelitian Siklus 1 ................................................................ 68
2.Hasil Penelitian Siklus II................................................................ 86
C. Pembahasan ....................................................................................... 116
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 122
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
E. Kesimpulan ....................................................................................... 123
F. Implikasi ............................................................................................ 124
G. Saran .................................................................................................. 125
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 127
LAMPIRAN ....................................................................................................... 130

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X IS SMAN 1 Painan ............... 5


Tabel 2 Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkat kognitif. .............. 27
Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ............................... 47
Tabel 4 Aspek penilaian dan berfikir kreatif Kelas X IS 4 SMA N 1
Painan yang akan diamati selama proses pembelajaran ................... 58
Tabel 5 Lembar Aktivitas Guru Dalam Mengajar......................................... 59
Tabel 6 Data Sekolah .................................................................................... 65
Tabel 7 Pembagian Kelompok dalam penerapanPendekatan Sanitifik
Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan ........................................................ 72
Tabel 8 Pembagian Kelompok dalam penerapanPendekatan Sanitifik
Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan ........................................................ 78
Tabel 9 Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada Siklus I
Pertemuan I ...................................................................................... 82
Tabel 10 Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada Siklus I
Pertemuan 2 ...................................................................................... 83
Tabel 11 Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif pada siklus I ......................... 84
Tabel 12 Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus I
Pertemuan 1 ...................................................................................... 85
Tabel 13 Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus I
Pertemuan 2 ...................................................................................... 87
Tabel 14 Perkembangan Rata-Rata Hasil Belajar Pada Siklus I ..................... 88
Tabel 15 Pembagian Kelompok dalam penerapan Pendekatan Sanitifik
Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan ........................................................ 96
Tabel 16 Pembagian Kelompok dalam penerapanPendekatan Sanitifik
Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan ........................................................ 101
Tabel 17 Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada Siklus II
Pertemuan I ...................................................................................... 103
Tabel 18 Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada Siklus II
Pertemuan 2 ...................................................................................... 105
Tabel 19 Rata-Rata Hasil Berfikir Kreatif ...................................................... 106
Tabel 20 Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus II
Pertemuan 1 ...................................................................................... 107
Tabel 21 Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus II
Pertemuan 2 ...................................................................................... 109
Tabel 22 Perkembangan Rata-Rata Hasil Belajar Pada Siklus II .................... 110

x
Tabel 23 Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Siswa Siklus 1 dan Siklus
II ....................................................................................................... 113
Tabel 24 Rata-Rata Hasil Berfikir Kreatif Siklus I dan II ............................... 114
Tabel 25 Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Siswa Siklus 1 dan Siklus
II ....................................................................................................... 115
Tabel 26 Rata-Rata Hasil belajar Siklus I dan II ............................................. 116

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka konseptual ........................................................................ 43


Gambar 2 Model Penelitian Tindakan Kelas sumber: Susilo (2010: 19).......... 48
Gambar 3 Peserta didik diskusi kelompok tentang Karakteristik lapisan-
lapisan bumi (Selasa tanggal 6 Februari 2018 pada pukul 07.00
s/d 08.45 WIB) ................................................................................. 74
Gambar 4 Guru membentu peserta didik yang mendapatkan kesulitan
dalam memahami materi (Selasa tanggal 6 Februari 2018 pada
pukul 07.00 s/d 08.45) ...................................................................... 75
Gambar 5 Peserta didik sedang berdiskusi di dalam kelompoknya (Selasa
13 Februari 2018) ............................................................................. 80
Gambar 6 Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 1
Pertemuan 1 ...................................................................................... 82
Gambar 7 Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 1
Pertemuan 2 ...................................................................................... 84
Gambar 8 Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Pada Siklus 1 ........................ 85
Gambar 9 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4
Pada Siklus I Pertemuan 1 ................................................................ 86
Gambar 10 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4
Pada Siklus I Pertemuan 2 ............................................................... 87
Gambar 11 Perkembangan Hasil Belajar Pada Siklus 1 .................................... 88
Gambar 12 Peserta didik memperhatikan guru menerangkan tentang
Proses seisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta
proses tenaga eksogen dan pengaruh terhadap kehidupan
(Selasa tanggal 20 Februari 2018) .................................................... 97
Gambar 13 Guru membentu peserta didik yang mendapatkan kesulitan
dalam memahami materi (Selasa 20 Februari 2018) ........................ 98
Gambar 14 Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 2
Pertemuan 1 ..................................................................................... 104
Gambar 15 Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 2
Pertemuan 2 ...................................................................................... 106
Gambar 16 Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Pada Siklus II ...................... 107
Gambar 17 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4
Pada Siklus II Pertemuan I ............................................................... 108
Gambar 18 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4
Pada Siklus II Pertemuan 2 ............................................................. 109
Gambar 19 Perkembangan Hasil Belajar Pada Siklus II .................................... 110
Gambar 20 Perbandingan Ketuntasan klasikal hasil belajar .............................. 113

xii
Gambar 21 Rata-Rata Hasil Berfikir Kreatif Siklus I dan II ............................... 114
Gambar 22 Perbandingan Ketuntasan klasikal hasil belajar .............................. 115
Gambar 23 Rata-Rata Hasil Belajar Siklus I dan II ............................................ 116

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................ 131


Lampiran 2 Lithosfer ...................................................................................... 165
Lampiran 3 Ulangan Harian ........................................................................... 199
Lampiran 4 Kisi-Kisi Penelitian .................................................................... 209
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran ............................. 211
Lampiran 6 Lembar Observasi Berfikir Kreatif Peserta Didik ....................... 212
Lampiran 7 Lembar Observasi Pendekatan Saintifik Model Inquiry
Based Learning ............................................................................ 214
Lampiran 8 Perolehan Hasil Belajar Siswa .................................................... 216

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap individu.

Pendidikan adalah proses merubah manusia menjadi lebih baik, lebih mahir

dan lebih terampil. Secara jelas, tujuan pendidikan nasional tergambar dalam

pengertian pendidikan yang dirumuskan dalam UUSPN No. 20 Th. 2003

yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didk secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa,
dan negara.

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas

pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap dan perilaku yang

diharapkannya. Pendidikan juga dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk

menuntun manusia dalam menentukan arah dan makna kehidupan sesuai

dengan norma-norma yang berlaku ditengah masyarakat. Hampir semua

orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Di rumah anak-anak

menerima pendidikan dari orang tuanya. Begitu pula di sekolah, para siswa

didik oleh guru. Begitulah arti pentingnya pendidikan dalam meningkatkan

martabat manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya

Berhasilnya pelaksanaan suatu pendidikan, khususnya di sekolah,

salah satunya ditentukan oleh kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Kegiatan belajar mengajar itu sendiri ditentukan oleh kemampuan guru dalam

1
2

melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila seorang

guru mampu berperan sebaik mungkin sebagai pendidik, fasilitator, motivator

dan innovator. Artinya, pembelajaran akan menjadi berhasil apabila guru

mampu menjadi guru yang profesional.

Penentu keberhasilan suatu pembelajaran pada dasarnya juga

tergantung kepada siswa. Dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk memiliki

motivasi yang tinggi, aktif dan berpartisipasi dalam setiap proses belajar yang

diikuti. Aktivitas belajar adalah kegiatan, baik fisik maupun mental yang

menimbulkan adanya interaksi. Aktivitas dan interaksi yang timbul dari siswa

akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan hasil belajar.

Selain aktifitas belajar kemampuan berfikir kreatif juga merupakan

salah satu aspek yang harus dinilai dan di kembangkan guru, dimana

kemampuan berfikir kreatif yaitu siswa harus dapat banyak gagasan dalam

menyelesaikan masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk

melakukan berbagai hal serta bekerja lebih banyak dan melakukan berbagai

hal. Menurut Guilford (2005:45) menyebutkan lima indikator berfikir kreatif,

yaitu: 1) Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi ,

mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau

masalah, 2) Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan

banyak gagasan, 3) Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk

mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap

masalah, 4) keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan

gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan
3

kebanyakan orang, 5) Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah

suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara

detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan

kata-kata.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap siswa dalam

pembelajaran geografi di kelas X IS.4 di SMAN 1 Painan ditemukan bahwa

aktifitas belajar, kemampuan berfikir kreatif, dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran geografi masih rendah. Salain itu apabila siswa diberikan tugas

kelompok atau individu siswa belum mengerjakan dengan sunggug-sungguh,

terutama dalam membuat suatu karya ilmiah. Setelah guru melalukan

pengamatan dalam permasalah ini ditemukan siswa yang kemampua berfikir

kratif ada 20 siswa terdiri dari siswa laki-laki dan siswi perempuan dengan

jumlah jumlah siswa keseluruhan 29 orang.

Sedangkan ciri-ciri siswa yang berfikir kratif harus mempunyai 1)

keterampilan berfikir lancar 2) Keterampilan berfikir luwes 3) keterampilan

berfikir orisinal 4) keterampilan memperinci 5) keterampilan menilai 6)

memiliki rasa ingin tahu 7) bersifat imajinatif 8) merasa tertantang oleh

kemajemukan 9) memiliki sifat berani mengambil resiko 10) memiliki sifat

menghargai. Berdasarkan ciri-ciri berfikir kreatif sangatlah penting dan perlu

melatih kemampuan berfikir kreatif siswa.

Kenyataan yang ditemukan dilapangan di SMAN 1 Painan siswa

beranggapan bahwa mata pelajaran geografi merupakan mata pelajaran yang

membosankan yang bersifat hafalan yang kebanyakan dari siswa pada proses

pembelajaran banyak yang tidak meminati dan kemampuan dari berfikir


4

kreatif siswa tidak terlihat. Berdasarkan hasil pengamatan ada 7 orang siswa

yang tidak memiliki kemampuan berfikir yang lancar dan keterampilan

berfikir yang luwes (fleksibel) dimana anak malas mengajukan pertanyaan,

menjawab dengan sejumlah pertanyaan dengan asal jawab selain itu 10 orang

siswa tidak memiliki untuk merasa tertantang dengan tugas yang diberikan

kebanyakan dari siswa dalam mengerjakan tugas bersama-sama dan

mencontek. Dilihat dari sikap berani mengambil resiko ada 10 orang siswa

tidak berani mempertahankan gagasannya dan bersedia mengakui kesalahan

yang diperbuat.

Sedangkan geografi merupakan ilmu pengetahuan untuk menunjang

kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan yang

bidang kajiannya memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas

pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial dan

ekologis dari eksistensi manusia. Pembelajaran geografi bukan hanya untuk

menguasai tentang pengetahuan belaka, tetapi juga untuk mampu

menggunakan ilmu yang telah dipelajari dan membentuk peserta didik agar

menjadi warga masyarakat yang percaya diri dalam berperan serta secara

produktif (Depdiknas).

Adapun beberapa upaya yang pernah guru lakukan untuk menunjang

hasil belajar pada siswa yang bermasalah adalah dengan memberikan nasehat

dan gambaran masa depan kepada siswa, namun siswa tidak begitu peduli.

Sedangkan usaha untuk meningkatkan cara guru dalam proses pembelajaran

adalah menyiapkan materi dan bahan ajar selengkap mungkin sehingga siswa

bisa memahami lebih mudah, namun pada kenyataannya siswa masih tidak
5

peduli dengan apa yang sudah disediakan oleh guru maupun prasarana yang

disediakan oleh sekolah.

Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan

siswa hanya menguasai materi pembelajaran sebatas mengetahui di saat guru

menerangkan materi pembelajaran, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

ada pada buku teks, mendengar, mencatat dan menghafal. Berdasarkan data

yang diperoleh untuk melihat tingkat hasil belajar siswa dapat dilihat dari

hasil Penilaian Tengah Semester I yaitu nilai rata-rata mata pelajaran

geografi, patokan nilai kognitif dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu 75. Di bawah ini adalah tabel nilai Ulangan kelas X IS SMAN 1 Painan.

Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X IS SMAN 1 Painan


Kelas Nilai Rata-Rata
X IS 1 50.30
X IS 2 60.50
X IS 3 50.00
X IS 4 40.00
Sumber : Data sekunder (Nilai ulangan harian 2017/2018)

Tabel 1. Nilai Rata-Rata UTS Mata Pelajaran Geografi di SMA

Negeri 1 Painan Nilai rata–rata kelas X IS 4 adalah 40.00 itu masih jauh dari

patokan nilai kognitif mata pelajaran geografi dan kelas X IS 4 dengan nilai

rata-rata 50.00 dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Hasil

belajar merupakan patokan keberhasilan suatu proses pembelajran setelah

melakuka kegiatan belajar, setelah belajar siswa biasanya terjadi perubahan

tingkah laku pada siswa tersebt misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan

tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa siswa

kelas X IS di SMAN 1 Painan masih belum berhasil dalam proses

pembelajaran.
6

Berdasarkan permasalahan tersebut, proses pembelajaran sudah

selayaknya ditingkatkan kualitasnya, agar kompetensi siswa dapat meningkat.

Oleh karena itu, proses belajar mengajar di sekolah hendaknya dikembangkan

secara cermat. Salah satu hal yang perlu dibenahi ialah strategi yang

digunakan guru dalam mengajar. Dalam hal ini guru sebagai tenaga pengajar

sudah melakuka berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar, kualitas

belajar, kemampuan berfikir kreatif, serta cara siswa dalam membuat suatu

karya ilmiah salah satu cara yang dilakukan guru adalah dengan merubah cara

belajar, metode pembelajaran yang dipakai namun tidak juga berhasil.

Oleh karena itu nilai-nilai penting dalam pembelajaran tidak akan

dapat diperoleh siswa jika guru menggunakan metode yang tradisonal. Maka,

paradigma pembelajaran harus dirubah, tidak lagi pembelajaran satu arah

(teacher center), tetapi harus berorientasi pada pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam pembelajaran (student center). Agar dapat

mempersiapkan siswa untuk berkompetensi di masa yang akan datang.

Untuk mengatasi permasalahan di atas salah satu strategi yang dapat

ditempuh untuk meningkatkan berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik

adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik. Model yang

diyakini dapat mengatasi bermasalahan ini adalah melalui pendekatan

Saintifik Model Inquiry Based Learning. Peneliti mencoba mengkaji

penerapan Pendekatan Saintifik dengan menggunakan model Inquiry

Learning dalam proses pembelajaran karena model ini dirancang membawa

peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan

dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).


7

Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri temuannya. masih belum digunakan dalam

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa di SMA

Negeri 1 Painan. Dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa, guru

harus mampu menerapkan suatu pendekatan yang dapat memaksimalkan

kemampuan siswanya. Pendekatan yang tepat tentunya dapat mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran. Pendekatan saintifik dapat menjadi

jembatan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan

pendekatan saintifik memiliki karakteristik adalah 1) Berpusat pada siswa 2)

Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum

atau prinsip 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat

tinggi siswa. 4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,

karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik

dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria

ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive

reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).

Sedangkan kreatifitas akan membedakan manusia satu dengan yang

lain sebab memang orang yang kreatif itu lebih maju daripada teman-
8

temannya dan banyak idenya kelihatan aneh atau tidak mungkin bagi mereka.

Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat

menghasilkan pengetahuan. Berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk

mengolah pengetahuan yang telah diperoleh melalui indra dan ditujukan

untuk mencapai kebenaran (Rakhmat, 1991: 138). Sedangkan menurut

(Maxwell, 2004: 82) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental

yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat

keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah

sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti sebagai penulis

ingin menerapkan kurikulum 2013 yang meliputi tiga aspek yaitu sikap,

keterampilan, dan pengetahuan dengan Pendekatan Saintifik yang berjudul:

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Hasil Belajar

Geografi Melalui Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based Learning Di

Kelas X IS.4 SMAN 1 Painan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan dalam proses pembalajaran geografi ada

beberapa hal yang menjadi kendala selama ini diantaranya:

1. Hasil belajar siswa yang masih rendah, karena kurangnya keinginan

untuk belajar hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai yang diperoles siswa

kelas X.IS 4 dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya.

2. Rendahnya aktifitas belajar siswa ditandai dengan kurangnya aktivitas

positif yang dilakukan oleh siswa seperti bertanya dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru, mereka lebih sering melakukan


9

kegiatan lain dalam pembelajaran, seperti bercerita dengan teman,

bermain handphone, dan lain-lain.

3. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga

menyebabkan mereka belajar dengan kondisi yang santai karena

kurangnya motivasi mereka akan mendapatkan sesuatu dari hasil belajar

yang dilakukan.

4. Guru sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tapi

hampir tidak ada siswa yang bertanya.

5. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran,

hal ini di sebabkan oleh minat membaca dari siswa yang masih sangar

kurang.

6. Rendahnya kreatifitas siswa dalam proses belajar

C. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;

1. Bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kreatif belajar Geografi

melalui Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based Learning siswa kelas

X IS 4 SMA Negeri 1 Painan?

2. Bagaimanakah proses peningkatan hasil belajar geografi dengan

Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based Learning siswa di kelas XI IS 4

SMA Negeri 1 Painan?


10

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan:

1. Proses peningkatan kemampuan berfikir kreatif pembelajaran geografi

melalui Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based Learning siswa kelas

X IS 4 SMA Negeri 1 Painan.

2. Proses peningkatan hasil belajar geografi dengan Pendekatan Saintifik

Model Inquiry Based Learning di kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memecahkan beberapa

permasalahan dalam memahami pelajaran, yang diharapkan dapat bermanfaat

untuk:

1. Penulis, sebagai seorang yang telah mendedikasikan diri sebagai

guru dan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar master

pendidikan di Pasca Sarjana, Universitas Negeri Padang.

2. Bagi guru, terutama untuk guru-guru geografi agar dapat

menciptakan strategi pembelajaran yang dapat menjembatani

proses pembelajaran yang membosankan menjadi suatu

pembelajaran yang menyenangkan.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya, sehingga

diperoleh hasil yang lebih mendekati kebenaran.


11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Dengan berakhirnya suatu proses belajar maka siswa akan

memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi belajar dan tindak mengajar, jadi hasil belajar merupakan

kemampuan dan keterampilan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti

poses belajar mengajar. Menurut Hamalik (2004:30) menyatakan bahwa

hasil belajar akan tampak pada setiap perubahaan pada aspek-aspek

tertentu, adapun aspek-aspek tersebut adalah: 1) pengetahuan, 2)

pengertian, 3) kebiasaan, 4) keterampilan, 5) apresiasi, 6) emosional, 7)

hubungan sosial, 8) jasmani, 9) etis dan budi pekerti, 10) sikap.

Sedangkan menurut Sudjana (2002:22) mengatakan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Menurut Syah (2005:213) pada

prinsipnya pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses hasil

belajar siswa. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap

setelah siswa tersebut mengalami proses belajar.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dikemukakan bahwa suatu

proses pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan atau

kapabilitas yang mencakup pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Dimana

ketiga kemampuan ini diperoleh melalui suatu proses pembelajaran

11
12

merupakan indikator untuk mengetahui hasil belajar. Maka hasil belajar

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa

dalam bentuk angka sebagai gambaran dari kemampuan kognitif yang

dikuasai sebagai akibat dari proses belajar mengajar.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang diperoleh oleh seorang siswa dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut

Syah (2003:114) “faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu,

faktor internal antara lain; intelegensi, sikap, bakat, minat dan

motivasi.faktor eksternal antara lain; lingkungan sosial dan lingkungan

non sosial”. Hasil belajar yang diperoleh oleh seorang siswa dipengaruhi

oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Muhibbin Syah (2010:145) berikut ini:

1) Faktor internal (Faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi

jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan

di sekitar siswa

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi, dan metode yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pelajaran.

Pemilihan pendekatan belajar dapat memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar yang dicapai. Pemilihan pendekatan yang tepat dapat

meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil


13

belajar. Variasi tidak hanya pada metode mengajar tapi juga variasi pada

kegiatan pembelajaran. Dengan adanya variasi dalam pembelajaran, hal ini

tidak akan menghidupkan suasana sehingga belajar tidak lagi menjadi

kegiatan yang membosankan bagi siswa.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa terdapat banyak

faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa, di antaranya adalah

faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi belajar, minat

dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik dan psikis. Faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti

faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan

masyarakat. Selain itu juga adanya pendekatan belajar yang dilakukan oleh

guru yang juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

Jika seseorang telah melakukan kegiatan belajar, maka ia akan memiliki

kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan

sehingga akan terjadi perubahan dalam dirinya. Hasil belajar ini dapat

diukur dengan penilaian/evaluasi.

Menurut Sudjana (2009:47) ada 5 kategori hasil belajar yaitu:

a) Kemahiran intelektual (kognitif) Belajar intelektual ditekankan pada

belajar deskriminasi, belajar konsep dan kaidah, maka dalam belajar

intelektual yang ditekan adalah kesanggupan memecahkan masalah

melalui konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.

b) Informasi verbal Belajar melalui informasi verbal seperti membaca,

mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan


14

menyatakan pendapat dalam bahasa lisan/tulisan, berkomunikasi,

kesanggupan memberikan arti dari setiap kata/kalimat dan lain-lain.

c) Belajar mengatur kegiatan intelektual Belajar lebih tinggi dari

kemampuan intelektual yaitu langkah-langkah berfikir dalam berfikir

pemecahan masalah.

d) Belajar sikap Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang

untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilain

terhadap objek itu, apakah berarti untuk dirinya atau tidak baginya

itulah sebab sikap berhubungan dengan pengetahuan dan perasaan

seseorang terhadap objek. Hasil belajar sikap juga meliputi kemauan,

minat, perhatian, perubahan perasaan dan lain- lain.

e) Belajar kemampuan motorik Berhubungan dengan kesanggupan

menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian

urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar.

Jadi ketegori hasil belajar siswa dapat dikelompokan menjadi 5

yaitu kemahiran intelektual, informasi verbal, pengaturan kegiatan

intelektual, belajar disikap, dan keterampilan motorik. Semuanya harus

ada dalam pembelajaran sehingga tujuan dapat dicapai secara maksimal.

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi selama

hidup seseorang. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

seseorang dengan lingkungannya. Menurut Hamalik (2008:4). “Belajar


15

adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan

lingkungan”.

Sedangkan menurut Efi (2013:33) Belajar adalah suatu proses

untuk mendapatkan perubahan tingkah laku seseorang melalui interaksi

dengan lingkungannya. Menurut Sadirman (2005:20) belajar adalah

perubahan tingkah laku atau penampilan, serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.

Seseorang yang belajar maka keadaannya berbeda dengan sebelumnya dan

perubahan itu terjadi ke arah yang lebih baik. Melalui pembelajaran

manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sebagian

tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia

tidak lain adalah hasil belajar. Menurut Suriyani (2015:228) Hal yang

terpenting dalam proses belajar adalah peningkatan kemampuan dan

ketrampilan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga

pada akhirnya siswa tidak tergantung pada guru, pembimbing, teman, atau

orang lain dalam belajar.

Menurut Syah (2003:109) ”Proses belajar dapat diartikan sebagai

tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi

dalam diri siswa, perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi

ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya”. Berdasarkan

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan

tingkah laku siswa setelah adanya interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitar. Ciri –ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto

(2003:2) ini diantaranya :


16

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku dalam belajar, maka

seorang guru harus paham tentang prinsip–prinsip belajar. Menurut

Hamalik (2008:31) “Memberikan kesimpulan mengenai prinsip-prinsip

belajar yaitu: Proses belajar adalah pengalaman, berbuat, mereaksi dan

melampaui.

1) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

2) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan

murid.

3) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan

lingkungan.

4) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid

sendiri yang mendorong motivasi yang kontiniu.

5) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi

oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.

6) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan

kemajuannya.
17

7) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

prosedur.

8) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian

pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan

pertimbangan yang baik.

9) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan

keterampilan.

10) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi

kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Menurut Sumadi (2006:233-238) mengklasifikasikan faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar, antara lain:

1) Faktor yang berasal dari luar pelajar, meliputi:

a) Faktor non-sosial, misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca,

alat-alat yang dipakai belajar dan sebagainya.

b) Faktor sosial yaitu faktor manusia, baik menusia itu ada

ataupun kehadirannya dapat disimpulkan atau tidak langsung.

2) Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, meliputi:

a) Faktor-faktor fisiologis, faktor ini dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu:

 Tonus jasmani pada umumnya, misalnya berbagai

penyakit yang menggangu belajar.

 Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, yaitu fungsi

panca indra dalam belajar.


18

b) Faktor-faktor psikologis tertentu misalnya motif dalam

belajar, sifat ingin tahu dan sebagainya.

Belajar dan pembelajaran adalah dua peristiwa yang berbeda. Akan

tetapi antara keduanya terdapat hubungan yang erat sekali. Bahkan antara

keduanya terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Antara kedua

kegiatan itu saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,

yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat

diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran

hakikatnya adalah sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)

dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas

terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang

guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi

(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah

ditetapkan sebelumya.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman 1987). Suatu pembelajaran

dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektigan

pengajaran, yaitu:

1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.

2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.


19

3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu

berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata

pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan

pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau

hukuman (Soemosasmito, 1988: 119). Selain itu, guru yang efektif adalah

orang-orang yang dapat menjalin hubungan simpatik dengan para siswa

yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar

menguasai sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa

untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi

anggota masyarakat yang pengasih (Kardi dan Nur, 2000: 5).

3. Berfikir Kreatif

Berfikir Kreatif, itulah yang harus dimiliki setiap orang. Mungkin

tanpa Berfikir Kreatif orang akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

hidup di dunia. Kekreatifan akan membedakan manusia satu dengan yang

lain sebab memang orang yang kreatif itu lebih maju daripada teman-

temannya dan banyak idenya kelihatan aneh atau tidak mungkin bagi

mereka. Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang

dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir adalah suatu kegiatan akal

untuk mengolah pengetahuan yang telah diperoleh melalui indra dan

ditujukan untuk mencapai kebenaran (Rakhmat, 1991: 138). (Maxwell,

2004: 82) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang

membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan,


20

atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah

pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.

Menurut Ika dkk (2013:62) Kemampuan berpikir kreatif adalah

hasil interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada,

dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun di dalam

lingkungan dapat menunjang atau menghambat kemampuan berpikir

kreatif.

Menurut Khodijah (2006: 81) berpikir adalah melatih ide-ide

dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.

Sedangkan menurut (Solso, dalam Khodijah, 2006: 94) berpikir adalah

sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui

transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut

mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan

masalah. Pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar

tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara

internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir

merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi

pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan

menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada

solusi. Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide

dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini

berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian


21

informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-

pengertian.

Menurut Lindren dalam Anton dkk (2014:10) Berpikir kreatif yaitu

memberikan macam-macam kemungkinan jawaban atau pemecahan

masalah berdasarkan informasi yang diberikan dan mencetuskan banyak

gagasan terhadap suatu persoalan. Pengertian ini memfokuskan pada

banyak cara dalam suatu pemecahan masalah dan memunculkan ide-ide

baru tentang suatu persoalan. Setiap siswa mempunyai bakat kreatif yang

berbeda sehingga kemungkinan penyelesaian atau jawaban dari suatu

masalah juga akan beragam. Proses individu untuk memunculkan ide baru

merupakan penggabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan

atau masih dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai

adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir

tersebut.

Kemampuan berpikir kreatif sangat penting diajarkan di sekolah

karena keterampilan ini sangat diperlukan oleh siswa untuk sukses dalam

kehidupannya. Menurut Ennis dan Hitchcock dalam Bahrul dkk

(2015:157) keterampilan berpikir kreatif ini merupakan tujuan utama dari

persekolahan dalam hal ini keterampilan berpikir kreatif adalah

kemampuan berpikir kreatif, membuat rasional tentang apa yang diperbuat

atau apa yang diyakini. Tujuan dari pembelajaran berpikir kreatif ialah

mendorong siswa untuk mempertanyakan apa yang mereka dengar dan

memeriksa pemikiran mereka jika terdapat kekeliruan logika dan berpikir

kreatif akan membawa dampak yang baik dalam kehidupan siswa.


22

Maka dari itu, sangat penting dan perlu melatihkan kemampuan

berpikir kreatif bagi siswa. Facione merumuskan enam komponen

kecakapan berpikir kreatif yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,

ekspalanasi dan regulasi diri Berpikir mencakup banyak aktivitas mental.

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.

Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran berpikir

merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi

pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan

menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada

solusi.

Seseorang dikatakan kreatif tentu ada ciri-ciri yang lebih berkaitan

dengan ketrampilan, sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian

yang menunjukan kreativitas dikemukan oleh (Munandar,1999: 118 )

sebagai berikut ini ciri-ciri berpikir kreatif pada siswa :

a) Ketrampilan Berpikir Lancar : Dilihat dari bagaimana perilaku anak

yang suka mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan

sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan

mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

b) Ketrampilan Berpikir Luwes (Fleksibel): Dilihat dari bagaimana

perilaku anak yang memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak

lazim terhadap suatu objek, memberikan macam-macam penafsiran

(interpretasi) terhadap suatu gambar; cerita; atau masalah, memberi

pertimbangan terhadap siuasi; yang berbeda dari yang diberikan orang

lain.
23

c) Ketrampilan Berpikir Orisinal: Dilihat dari bagaimana perilaku anak

memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah

terpikirkan oleh orang lain.

d) Ketrampilan Memperinci (Mengelaborasi): Dilihat dari bagaimana

perilaku anak mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

e) Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi): Dilihat dari bagaimana perilaku

anak menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.

f) Memiliki Rasa Ingin Tahu: Dilihat dari bagaimana perilaku anak

mempertanyakan segala sesuatu.

g) Bersifat Imajinatif : Dilihat dari bagaimana perilaku anak membuat

cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau

tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

h) Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan: Dilihat dari bagaimana

perilaku anak mencari penyelesaian suatu masalah tanpa bantuan

orang lain.

i) Memiliki Sifat Berani Mengambil Resiko: Dilihat dari bagaimana

perilaku anak yang berani mempertahankan gagasannya dan bersedia

mengakui kesalahannya.

j) Memiliki Sifat Menghargai: Dilihat dari bagaimana perilaku anak

yang menghargai hak-hak diri sendiri dan hak-hak orang lain.


24

4. Pendekatan Saintifik

a) Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik atau metode scientific pertama kali diperkenalkan

ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada

metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah

(Atsnan dalam Hudson, 1996; Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki

karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang

kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah

proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang

memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Atsnan

dalam Maria Varelas and Michael Ford, 2008). Hal inilah yang menjadi dasar

dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.

Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang merujuk pada teknik-

teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru,

atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat

disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada

bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan

prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya

memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen,

kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis(Kemendikbud,2013:1).

Tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

saintifik harus diperhatikan oleh guru. Tapi perlu diingat tidak semua materi

harus dipaksakan menggunakan pendekatan saintifik secara lengkap. Semua

disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Sebelum penerapan


25

pembelajaran saintifik, alangkah baiknya guru menyiapkan anak didik secara

psikis maupun fisik. Unsur persiapan memeranankan hal yang penting untuk

keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru harus menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai dan menyampaikan

garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan

dilakukan oleh anak didik.

b) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam

proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,

bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan

data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian

menyimpulkan dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi

tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan

secara procedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran

harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari

nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

1) Mengamati.

Tahap pertama proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan saintifik yang dilakukan oleh anak didik adalah mengamati.

Pengamatan bisa melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan

membaca. Guru memfasilitasi anak didik untuk melakukan pengamatan,

melatih mereka untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu objek.

Lingkungan sekitar merupakan laboratorium nyata bagi anak didik.


26

2) Menanya.

Setelah anak didik mengamati, guru memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk bertanya. Tahap kedua adalah menanya perlu

dipahami yang bertanya disini bukanlah guru melainkan anak didik. Guru

harus benar-benar membuka kesempatan kepada semua anak didik untuk

bertanya. Dalam hal ini adalah melatih keaktifan anak didik. Selain itu

juga untuk menggetahui sejauh mana pengetahuan dan rasa ingin tahu dari

anak didik. Guru yang dianggap berhasil dalam pembelajaran adalah guru

yang mampu membuat anak didik yang awalnya tidak tertarik terhadap

materi kemudian menjadi tertarik dan kemudian menyenangi pelajaran

tersebut.
27

Tabel 2. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkat kognitif.


Tingkatan Sub-tingkatan Kata kunci pertanyaan
Kognitif yang lebih  Pengetahuan  Apa….
rendah (knowledge)  Siapa…
 Kapan…
 Dimana…
 Sebutkan…
 Jodohkan atau pasangkan…
 Persamaan kata…
 Golongkan…
 Berilah nama…
 Pemahaman  Terangkanlah…
(comprehension)  Bedakanlah…
 Terjemahkanlah…
 Simpulkanlah…
 Bandingkan…
 Ubahlah…
 Berikanlah interpretasi…
 Penerapan  Gunakanlah…
(application)  Tunjukkanlah…
 Demontrasikanlah…
 Carilah hubungan…
 Tulislah contoh…
 Siapkanlah…
 Klasifikasikanlah…
Kognitif yang lebih  Analisis (analysis)  Analisislah…
tinggi  Kemukakan bukti-bukti…
 Mengapa…
 Identifikasikan…
 Tunjukkanlah sebabnya…
 Berilah alasan-alasan…
 Sintesis  Ramalkanlah…
(synthesis)  Bentuk…
 Ciptakanlah…
 Susunlah…
 Rancanglah…
 Tulislah…
 Bagaimana kita dapat
memecahkan…
 Apa yang terjadi seandainya…
 Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
 Kembangkan…
 Evalusi  Berilah pendapat…
(evaluation)  Alternatif mana yang lebih baik…
 Setujukah anda…
 Kritiklah…
 Berilah alasan…
 Nilailah…
 Bandingkanlah…
 Bedakanlah…
(Daryanto, 2014:69)
28

3) Menalar.

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk

menggambarkan bahwa guru dan anak didik merupakan pelaku aktif. Titik

tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi anak didik harus lebih aktif

daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis

atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran

ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

4) Mencoba/mengeksplorasi.

Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui

peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan

adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan

strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini

secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak

hanya berfokus pada apa yang dapat anak didik temukan, namun sampai

pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang

populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.

5) Mengkomunikasikan.

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan member kesempatan

kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka

pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan meneukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas


29

dan di nilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok

peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a

Tahaun 2013, adalah menyampaikan hasil pemgamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tulisan atau media

lainnya(Daryanto,2014:80).

5. Model Inquiry Based Learning

Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti

mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan

pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut

Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.

Sumantri (1999:164), menyatakan bahwa metode inquiry adalah cara

penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.

Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah

pada diri siswa, dan menempatkan siswa dalam suatu peran yang menuntut

inisiatif besar dalam menemukan hal-hal penting untuk dirinya sendiri.

Menurut Carin and sund dalam Ahmadi (2005:108), metode inquiry

didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuan mereka dengan rasa percaya

diri. Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan “Inquiry is the process


30

of defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing

experiments, gathering data, and drawing conculations about problems”.

Menurut mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan

menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang

eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan

masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi

dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar

yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya

dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah

dialami, karena inquiry menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode

ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka

dalam kegiatan intelektual. Meskipun metode ini berpusat pada

kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting

sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban

menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru

perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-

intruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran

kepada peserta didik.

National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan

inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi,

membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi

lain untuk melihat apa yang telah diketahui; merencanakan investigasi;

memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen;


31

menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan

menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan

prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuri memerlukan

identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan

keterangan atau penjelasan alternatif.

Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti

mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan

pemeriksaan” (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan

menurut “Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan,

penyelidikan”.

Alfred Novak (Haury, 1993) mendefinikan bahwa “inquiry

merupakan usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional

fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu”. Dengan kata

lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif

pencarian pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury,

1993).

Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan

mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari

pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran

dengan pendekatan IBL selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif

secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu

saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan

sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman


32

dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan

oleh guru.

Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di

mana guru melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui

penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir

kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya.

Inquiry Based Learning biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas

dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberi

sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua

anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek

berdasarkan pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya.

Karena inquiry- based learning berbasis pertanyaan, maka guru harus

menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat

mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk

mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu,

jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan

belajarnya sendiri, maka hal ini akan membantu mereka belajar.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk

memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan

eksperimen, megumpulkan dan menganalisis data, dan menarik

kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara

mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru.


33

a. Karakteristik Model Inquiry Based Learning

Model inquiry ini berangkat dari asumsi bahwa sejak

manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan

sendiri pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam

disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak

kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui

indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indra- indra lainnya.

(http://ronisaputra01.blogspot.co.id/2014/11/model-pembelajaran- inkuiri-

based-learning.html) diakses pada`tanggal 23 Juli 2018 jam 2:38.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran

inkuiri ini, yaitu :

a) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal

untuk menari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan

siswa sebagai subjek belajar.

b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan

demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan

sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator

belajar siswa.

c) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan

kritis. (http://ronisaputra01.blogspot.co.id/2018/11/model -inkuiri-

learning.html) diakses pada tanggal 23 Juli 2018 jam 2:43.

Tujuan utama pembelajaran melalui model Inquiry Based Learning


34

ini adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin

intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :

a) Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan

yang ingin dipecahkan

b) Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep

yang sudah jadi

c) Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap

sesuatu

d) Guru akan mengajar sekelompok siswa yang rata-rata memiliki

kemauan dan kemampuan berpikir.

e) Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak.

f) Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan

yang berpusat pada siswa.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Markus Iyus Supiandi, Hendrikus Julung, (2016) melakukan penelitian

tentang Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap

Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa

Biologi SMA, menyimpulkan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa model PBL secara signifikan meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif pada siswa di kelas XI IPA

1 SMA Panca Setya Sintang.


35

Relevansi dengan penelitian adalah sama-sama menggunakan pendekatan

santifik dan meningkatkan hasil belajar, perbedaan adalah menggunakan

model Problem Based Learning (PBL) dan upaya untuk Kemampuan

Memecahkan Masalah.

2. Eddy Mufiannoor, M. Thamrin Hidayat, Soetjipto, (2016) dengan judul

melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep dengan

pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi interaksi makhluk

hidup dengan lingkungan, Berdasarkan hasil temuan dan diskusi hasil

ujicoba II, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis

inkuiri terbimbing yang telah dikembangkan valid, praktis, dan efektif untuk

melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep pada materi

interaksi makhluk hidup dengan lingkungan.

Relevansi peneltian adalah sama-sama melatih kemampuan berfikir kreatif

dengan pendekatan inkuiri, perbedaan penelitian adalah jenis penelitian

pengembangan bukan PTK.

3. Novita Sari, Murwatiningsih, (2015) dengan judul Pengaruh model Inquiry

Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil peneltian,

Simpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa model

pembelajaran Inquiry Learning dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa, namun peningkatan hasil belajar tidak diraih dalam satu

tahap atau tidak bisa langsung maksimal dalam satu langkah melainkan

peningkatan hasil belajar diperoleh bertahap pada setiap siklus dan nilai

yang maksimal diperoleh pada siklus III. Penerapan model Inquiry Learning

ini dapat berhasil mencapai indikator keberhasilan pada siklus III.


36

Relevansi peneltian adalah sama-sama menggunakan model Inquiry

Learning dan meningkatkan hasil belajar, perbedaan adalah tidak

meningkatkan kemampuan berfikir kratif.

4. Nurcholish Arifin Handoyono, Zainal Arifin (2016) dengan judul penelitian

Pengaruh Inquiry Learning Dan Problem-Based Learning Terhadap Hasil

Belajar Pkkr Ditinjau Dari Motivasi Belajar dengan hasil penelitian Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan hasil belajar yang

signifikan antara peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode

inquiry learning, problem-based learning, dan konvensional, (2) ada

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik bermotivasi

belajar tinggi dan rendah, (3) tidak ada interaksi yang signifikan antara

metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar, (4) tidak

ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang diajar

menggunakan metode inquiry learning dengan metode konversional, (5)

tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang

diajar menggunakan metode problem-based learning dengan metode

konversional, dan (6) tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan

antara peserta didik yang diajar menggunakan metode inquiry learning

dengan problem-based learning.

Relevansi penelitian adalah sama-sama menggunakan model Inqury

Learning dan meningkatkan hasil belajar, perbedaan penetian adalah

menggunakan dua model peneltian yaitu Problem Based Learning dan

meningkatkan motivasi belajar.


37

5. Heru Kusmaryono, Rokhis Setiawati, (2013) dengan judul penelitian

Penerapan Inquiry Based Learning Untuk Mengetahui Respon Belajar

Siswa Pada Materi Konsep Dan Pengelolaan Koperasi. Hasil penelitian

menunjukkan Kesimpulan yang diperoleh bahwa pembelajaran dengan

metode Inquiry Based Learning mendapatkan respon positif siswa. Respon

ini menunjukkan bahwa perubahan paradigma ini dapat diterima dengan

baik oleh siswa dan menjadikan guru lebih kreatif dan inovatif dalam

pengelolaan pembelajaran di kelas. Respon positif ini diharapkan dapat

menjadi langkah awal untuk mengetahui capaian kompetensi belajar siswa

secara komprehensif.

Relevansi penelitian adalah sama-sama menggunakan model Inquiry Based

Learning, perbedaan penelitian adalah hanya untuk mengetahui respon

belajar siswa.

6. Heru Suseno, (2016) dengan judul penelitian Penerapan Model Inquiry

Learning Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Keterampilan

Abstrak Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA dengan hasil penelitian

pada siklus I menunjukkan persentase rata-rata pencapaian aspek

keterampilan abstrak siswa sebesar 39,29% dan ketuntasan belajar siswa

60,53%. Pada siklus II terjadi peningkatan ditunjukkan persentase rata-rata

pencapaian aspek keterampilan abstrak siswa sebesar 86,43% dan

ketuntasan belajar siswa 89,47%. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

penerapan model inquiry learning dengan pendekatan saintifik dapat

meningkatkan keterampilan abstrak dan prestasi belajar siswa SMA.


38

Relevansi penelitian adalah sama-sama menggunakan model Inquiry

Learning Dengan Pendekatan Saintifik, perbedaan penelitian adalah

meningkatkan keterampilan absrak dan prestasi belajar.

7. Ni luh Putu Mery Marlinda, (2012) melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Kinerja Ilmiah Peserta didik, menyimpulkan, Terdapat

perbedaan kinerja ilmiah dan kemampuan berpikir kreatif yang signifikan

antara kelompok peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran

berbasis proyek dan kelompok peserta didik yang belajar dengan model

pembelajaran konvensional dengan nilai F= 21,686 dimana p<0,05. 2).

Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif peserta didik antara

kelompok peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran berbasis

proyek (MPBP) dan kelompok peserta didik yang belajar dengan model

pembelajaran konvensional (MPK), diterima, karena harga Fhitung (16,584)

lebih besar dari Ftabel (3,91). 3). Untuk nilai rata-rata dalam kinerja ilmiah,

untuk kelompok MPjBL adalah sebesar 21,96 dan MPK 19,49, kemudian

didukung oleh analisis multivarian yang menunjukkan Fhitung = 28,878 >

Ftabel = 3,91 (p < 0,05) maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan

kinerja ilmiah peserta didik antara kelompok peserta didik yang belajar

dengan model pembelajaran berbasis proyek (MPBP) dan model

pembelajaran konvensional (MPK).

Relevansi dengan penelitian peneliti adalah peningkatan Kemampuan

Berpikir Kreatif. Perbedaan meningkatkan Kinerja Ilmiah Peserta didik

dengan hasil belajar peserta didik dengan model yang digunakan.


39

8. Isna Nur Lailatul Fauziyah, Budi Usodo, Henny Ekana, (2013) melakukan

penelitian dengan judul proses berpikir kreatif peserta didik kelas x dalam

memecahkan masalah geometri berdasarkan tahapan wallas ditinjau dari

Adversity quotient (aq) peserta didik, menyimpulkan proses berpikir kreatif

peserta didik dalam memecahkan masalah geometri.

Relevansi sama-sama meneliti berpikir kreatif peserta didik. Perbedaan

memecahkan masalah geometri berdasarkan tahapan wallas ditinjau dari

adversity quotient (aq) peserta didik sedangkan peneliti menggunakan

model pembelajaran berbasis proyek.

9. Maria Anita Titu, 2015, mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan

Model Pembelajaran Project based learning (Pjbl) Untuk Meningkatkan

Kreativitas Peserta didik Pada Materi Konsep Masalah Ekonomi,

menyimpulkan bahwa Dengan penerapan model PjBL dapat meningkatkan

kreativitas peserta didik pada pembelajaran materi konsep masalah

ekonomi.

Relevansi penelitian sama-sama penggunanan penerapan model

pembelajaran project based learning (pjbl), sedangkan perbedaan pada

variabel kreativitas dengan berpikir kreatif.

10. Linda Sunarya1, Tri Atmojo Kusmayadi2, Gatut Iswahyudi3, (2013),

melakukan penelitian yang berjudul Profil tingkat berpikir kreatif peserta

didik kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta dalam pemecahan masalah

aritmatika sosial ditinjau dari motivasi dan gender, menyimpukan tingkat

berpikir kreatif peserta didik laki-laki yang mempunyai motivasi tinggi

dalam memecahkan masalah matematika, peserta didik mampu


40

menunjukkan kebaruan dalam memecahkan masalah dan tingkat berpikir

kreatif peserta didik perempuan yang mempunyai tingkat motivasi tinggi

dalam memecahkan masalah matematika.

Relevansi sama-sama meneliti tentang tingkat berpikir kreatif peserta didik .

namun perbedaannya dalam pemecahan masalah, sementara peneliti dalam

menggunakan model inquiri based learning.

11. Ida Ayu Kade Sastrika, I Wayan Sadia, dan I Wayan Muderawan, (2013),

melakukan penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran berbasis

proyek Terhadap pemahaman konsep kimia dan keterampilan Berpikir kritis,

menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir kritis peserta didik antara peserta didik yang

mengikuti pembelajaran berbasis proyek dan peserta didik yang belajar

dengan model pembelajaran konvensional. (2) Terdapat perbedaan

pemahaman konsep antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran

berbasis proyek dan peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran

konvensional. (3) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara

peserta didik yang mengikuti pembelajaran berbasis proyek dan peserta

didik yang belajar dengan model pembelajara konvensional.

12. Ika Mustika Sari, Evi Sumiati, dan Parsaoran Siahaan, (2013) melakukan

penelitian yang berjudul Analisis kemampuan berpikir kreatif peserta didik

SMP dalam pembelajaran pendidikan teknologi dasar (PTD), menyimpulkan

diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik SMP dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar

(PTD) kelas VIII di salah satu SMPN di Kota Bandung. Hasil penelitian
41

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam

pembelajaran PTD terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu, kategori tinggi,

sedang, dan rendah. Kategori kemampuan berpikir kreatif peserta didik

dalam pembelajaran PTD yang paling dominan adalah kategori sedang. Ciri

kemampuan berpikir kreatif yang paling tinggi rata-rata persentasenya

adalah keterampilan berpikir asli (originality) dan yang paling kecil rata-rata

persentasenya adalah ciri keterampilan memerinci (elaboration). Berkaitan

dengan prestasi belajar peserta didik, terdapat peningkatan prestasi belajar

peserta didik setelah diterapkan pembelajaran PTD dengan perolehan nilai

<g> sebesar 0,43 dengan kategori sedang.

Relevansi penelitian kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Perbedaan

penelitian analisis dengan penerapan project based learning.

13. Ermaita, dkk, (2016), melakukan penelitian yang berjudul penggunaan

media pembelajaran crossword puzzle untuk meningkatkan keterampilan

berpikir kreatif peserta didik, menyimpulkan pembelajaran dengan

menggunakan media crossword puzzle dapat diimplementasikan untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan keterampilan berpikir

kreatif peserta didik.

Relevansi penelitian penggunaan media pembelajaran crossword puzzle

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Perbedaan

penggunaan media dengan model project based learning.

14. Rena Surya Rohana, (2014) melakukan penelitian yang berjudul Penerapan

Model Inquri Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Peserta Didik pada Materi


42

Pencemaran Lingkungan menyimpulkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka penulis merekomendasikan (1) Memilih menggunakan

metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada pembelajaran (2)

Guru perlu menggunakan metode pembelajaran dan cara-cara mengajar

yang lebih bervariatif sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi

belajar peserta didik. (3) Untuk penelitian selanjutnya gunakan materi yang

luas dan lebih banyak.

Relevansi Penelitian yakni Penerapan Model Inquri Based Learning dalam

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Perbedaan yakni pada

Penguasaan Konsep Peserta Didik dan hasil belajar peserta didik.

15. Rudi Abdullah, Marungkil Pasaribu, dan Muslimin, (2015) melakukan

penelitian yang berjudul Pengaruh Model Project based learning Terhadap

Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta didik Pada Materi Dinamika Gerak

Kelas X Man 2 Model Palu, menyimpulkan hasil penelitian ini tidak

terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif

peserta didik yang mengikuti model Project based learning dengan model

konvensional pada materi dinamika gerak kelas X MA Negeri 2 Model

Palu.

Relevansi penelitian terdapat pada Model Project based learning Terhadap

Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta didik. Perbedaan penelitian ini

terdapat pada metode penelitian yakni PTK dan eksperimen kuasi dengan

equivalent pretest-posttest design.


43

C. Kerangka Konseptual

Peranan guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru

tidak hanya berfungsi memberikan materi pelajaran saja kepada siswa, tetapi

guru juga dituntut untuk membimbing dan memotivasi siswa sehingga dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa. Untuk itu guru harus mampu

menggunakan metode mengajar yang tepat agar materi pelajaran yang

diberikan dapat membangkitkan semangat siswa sehingga siswa dapat lebih

aktif dalam proses belajar mengajar.

Dengan mengajar terdapat berbagai metode yang dapat digunakan oleh

guru agar dapat meningkatkan keaktifan siswa diantaranya dengan

menggunakan pendekatan saintifik model Inquiry Based Learning. Strategi

ini dapat meningkatkan keaktifan siswa, karena dengan adanya partisipasi

dari semua peserta didik diharapkan materi yang disajikan dapat ditelaah dan

dimengerti serta dapat meningkatkan minat belajar mereka. Berikut ini

disajikan kerangka konseptual dari penelitian ini :

Siswa Pembelajaran Guru


Geografi

Pendekatan Saintifik model


Inquiry Based Learning

Berfikir Kreatif

Hasil Belajar

Gambar 1. kerangka konseptual


44

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban teoritis atas permasalahan yang ada, yang

merupakan sebuah kasimpulan yang masih harus dibuktikan kebenarannya.

Bertitik tolak dari teori itu maka hipotesis yang diajukan adalah dengan

diterapkannya Pendekatan Saintifik model Inquiry Based Learning dapat

meningkatkan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas X IS 4 SMA

Negeri 1 Painan.
45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research) dimana penelitiannya dilakukan di dalam kelas dengan

tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran Suharsimi Arikunto,

(2006;56). Dengan adanya penelitian tindakan kelas tenaga pengajar dapat

memprediksikan dan mengarahkan perkembangan pendidikan dan pengajaran

yang dilakukan oleh tenaga pengajar.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Painan yang beralamat di jalan

Gurun Salido, Kec. IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini adapun subjek yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah siswa pada kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan, yang

terdaftar pada semester 1I Tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 29 orang

siswa yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Kelas ini

dijadikan sebagai subjek karena berdasarkan pantauan penulis aktivitas

belajarnya sangat rendah dalam mata pelajaran Geografi. Yang terlibat dalam

penelitian ini adalah:

1. Siswa pada kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan.

2. Penulis sendiri sebagai guru yang melakukan tindakan mengajar pelajaran

geografi di kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan.

45
46

3. Seorang pengamat (observer) yaitu teman sejawat. Pengamat ini penulis

pilih agar bisa memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

4. Teman sejawat yang akan membantu peneliti dalam merekamkan proses

pembelajaran yang terjadi di dalam kelas saat peneliti melakukan

penelitian.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Painan, dan dilaksanakan

selama delapan minggu. Dimulai pada bulan Februari tahun ajaran 2017/2018

pelaksanakan pertama pada tanggal 6 Februasi 2018 sampai dengan 27

Februari 2018.

Waktu untuk melaksanakan tindakan dibagi 2 siklus. Jumlah

pertemuan dalam setiap siklus adalah 2 kali pertemuan untuk setiap siklusnya.

Masing-masing pertemuan berdurasi selama 2 x 40 menit. Setiap pertemuan

ada empat tahap kegiatan, yakni : perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Untuk lebih jelasnya tentang waktu penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut ini.
47

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


Siklus Pertemuan/
Waktu Indikator
ke Hari/tanggal
1. Menjelaskan batuan pembentuk
permukaan bumi
2. Mengemukakan perkembangan bentuk
permukaan bumi
Pertemuan I
2 x 45 3. Membedakan tenaga endogen dengan
Selasa, 6
menit tenaga eksogen
Februari 2018
4. Menjelaskan tenaga tektonisme
5. Menggambarkan penampang gunung api
6. Mengidentifikasi dampak bencana
I gunung api serta mitigasinya
1. Mengklasifikasikan jenis gempa
2. Menjelaskan tentang proses terjadinya
gempa bumi dan tsunami serta
Pertemuan II mitigasinya
2 x 45 3. Mendeskripsikan pengaruh tenaga
Selasa 13
menit eksogen terhadap bentuk permukaan
Februari 2018
bumi
4. Mendeskripsikan penyebab bencana
longsor serta mitigasinya
1. Menggali informasi tentang proses
pembentukan tanah di Indonesia
Pertemuan I 2. Menjelaskan faktor yang berperan dalam
2 x 45 pembentukan tanah
Selasa, 20
menit 3. Mengklasifikasi jenis tanah di Indonesia
Februari 2018
4. Menganalisis faktor penyebab terjadinya
erosi tanah
II 1. Menjelaskan jenis erosi tanah
2. Menganalisis pengaruh erosi terhadap
kesuburan tanah
Pertemuan I
2 x 45 3. Menganalisis metode penanggulangan
Selasa 27
menit erosi tanah
Februari 2018
4. Mengkonfirmasikan lembaga – lembaga
yang menyediakan dan memanfaatkan
data geologi di Indonesia
48

E. Rancangan Penelitian

Rencana tindakan merupakan gambaran tentang langkah-langkah rill

yang akan dilakukan dalam tindakan. Ada empat tahap yang akan dilalui

dalam penelitian tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Adapun rancangan penelitian ini adalah;

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Jika tidak mencapai kriteria keberhasilan


dilanjutkan ke siklus 3

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas sumber: Susilo (2010: 19)

Penelitian tindakan yang ideal dilakukan secara berpasangan antara

pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses

jalannya tindakan atau disebut juga dengan penelitian kolaborasi. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu

kecermatan yang dilakukan.

Untuk memudahkan pengamatan maka peneliti di bantu oleh teman

sejawat (observer). Untuk itu penulis melakukan tindakan dan pengamatan


49

terhadap aktivitas belajar yang didasarkan pada aktivitas yang terjadi saat

proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan lembar observasi dan

dibantu oleh guru mata pelajaran geografi yang mengajar di kelas tersebut.

Adapun kegiatan peneliti adalah:

1. Peneliti bertugas melakukan pengamatan terhadap kemampuan berfikir

kreatif siswa sesuai dengan hal-hal yang ada pada lembaran observasi.

2. Peneliti memberikan tugas dan memeriksa tugas siswa berdasarkan kerja

ilmiah siswa

3. Peneliti akan memberikan tes berupa soal untuk mengukur sejauh mana

kemempuan siswa dalam pembelajaran

Siklus I

1. Perencanaan (planning)

Suharsimi Arikunto (2006: 25) menjelaskan rencana penelitian

tindakan merupakan tindakan yang tersusun, teratur, yang akan diterapkan

dalam penelitian, dan pandangan ke depan dalam sebuah tindakan. Dalam

penelitian ini, rencana penelitian yang akan diaplikasikan dalam penelitian ini

adalah:

a. Menentukan kompetensi dasar yang akan di ajarkan pada siswa.

Kompetensi dasar yang akan diterapkan melalui pendekatan saintifik

nantinya adalah terkait dengan materi pelajaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat pada

lampiran II.

c. Menyiapkan bahan ajar

d. Menyusun format/ lembar observasi


50

e. Mempersiapkan hal-hal yang mendukung pembelajaran, seperti

pembagian kelompok yang terdiri atas lima orang untuk masing-

masingnya, kelompok dibagi berdasarkan nomor urut absen.

2. Pelaksanaan (acting)

a. Pada awal pertemuan guru memperkenalkan diri sebagai peneliti

kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa bahwa akan mengamati

setiap aktivitas yang dilakukan selama proses belajar mengajar .

b. Guru mengabsen siswa dan menghitung jumlah siswa yang hadir.

c. Apersepsi dan motivasi serta menjelaskan tujuan pembelajaran.

d. Guru memberikan bahan ajar yang telah dipersiapkan sebelumnya.

e. Guru menyuruh siswa untuk membaca selintas dengan cepat untuk

menemukan ide pokok atau tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

dari sumber bacaan (Preview).

f. Guru menugaskan dan menuntun siswa untuk memberikan pertanyaan

dalam bentuk pertanyaan uraian berdasarkan kata kunci yang telah

ditandai dalam teks (Question).

g. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan

menanggapi atau menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya

(Read).

h. Guru menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan (Reflect).

i. Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran

yang telah dipelajari (Reflect).

j. Menugaskan siswa membaca inti sari yang dibuatnya dari rincian ide

pokok yang ada dalam benak mereka, kemudian siswa diminta


51

membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan

jawabannya (Review).

k. Di akhir siklus guru memberikan tes kecil berupapkuis untuk melihat

perkembangan belajar siswa.

3. Pengamatan

Pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa dilakukan

bersamaan dengan tindakan berlangsung. Dengan demikian data dapat

dikumpulkan dan segera dicatat. Pengamatan dapat dilakukan dengan

menggunakan lembaran observasi dan dibantu oleh guru geografi yang

mengajar di kelas yang peneliti teliti. Kemudian pada akhir tindakan, catatan

yang ada pada teman sejawat dan peneliti digabung kemudian dianalisa secara

sederhana dalam bentuk persentase. Selain itu pengamatan juga dilakukan

terhadap hasil balajar siswa (berupa skor).

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi yang dilakukan pada siklus I adalah dengan melakukan

analisis terhadap lembar observasi yang berisi aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar berlangsung. Kegiatan ini dilakukan ketika guru pelaksana

sudah selesai melakukan tindakan, guru dan peneliti mendiskusikan

implementasi rancangan tindakan, mengidentifikasi kelemahan-kelemahan

yang terjadi dan membicarakan solusi atas kelemahan tersebut. Data yang

dikumpulkan diolah secara sederhana dalam bentuk persentase, dan akan

menggambarkan kekurangan apa yang terjadi pada siklus I, kemudian

direncanakan tindakan apa yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya

atau di siklus II.


52

Siklus 11

1. Perencanaan (planning)

Rencana merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan dan perubahan tingkah laku serta sikap sebagai

solusi. Agar penelitian ini berjalan maksimal, perlu adanya rencana tindakan

atau kegiatan yang maksimal pula. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian, seperti :

a. Menentukan kompetensi dasar yang akan di ajarkan pada siswa

Kompetensi dasar yang akan diterapkan melalui pendekatan saintifik

nantinya adalah terkait dengan materi pelajaran.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c. Menyiapkan bahan ajar

d. Menyusun format/ lembar observasi

e. Mempersiapkan reward bagi siswa yang mampu aktif dalam

pembelajaran dan hasil belajarnya tinggi. Bagi siswa yang aktif dalam

belajar akan diberikan bonus sesuai dengan reward yang telah disiapkan

sebelumnya.

2. Pelaksanaan (planning).

a. Guru membagikan panduan belajar kepada siswa berupa teks bacaan

kepada siswa yang berisikan uraian materi.

b. Sebelum memulai pelajaran guru meninjau kembali materi yang telah

dipelajari sebelumnya untuk mengingatkan kembali siswa tentang materi

yang telah dipelajari.


53

c. Guru menyuruh siswa untuk membaca selintas dengan cepat untuk

menemukan ide pokok atau tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dari

sumber bacaan (Preview).

d. Guru menugaskan siswa untuk memberikan pertanyaan dalam bentuk

pertanyaan penjelasan berdasarkan kata kunci yang telah ditandai dalam

teks (Question).

e. Guru menyuruh siswa untuk membaca teks bacaan kembali dan mencari

jawaban dari pertanyaan yang telah disusun (Read).

f. Guru menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan (Reflect).

g. Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang

telah dipelajari (Recite).

h. Guru memeriksa apa yang telah dikerjakan siswa dan menugaskan siswa

untuk mengulang kembali jawaban yang telah dibacanya tanpa melihat

bahan bacaan lagi (Review).

i. Diakhir siklus guru memberikan tes kecil berupa kuis untuk melihat

perkembangan belajar siswa.

3. Pengamatan

Pengamatan tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan

karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

dilakukan. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan bersamaan dengan

tindakan berlangsung. Dengan demikian data dapat dikumpulkan dengan

segera dicatat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

yang dibantu oleh guru mata pelajaran geografi di sekolah tempat


54

dilakukannya penelitian dan dianalisa secara sederhana oleh peneliti dalam

bentuk persentase.

4. Refleksi

Sebagaimana refleksi pada siklus pertama, data yang dikumpulkan

berupa lembar observasi dioleh secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam

refleksi siklus kedua ini hasil yang dicapai kemudian dibandingkan dengan

siklus pertama, apakah ada kemajuan atau tidak, sehingga pada siklus kedua

ini akan diperoleh gambaran apakah penelitian ini sesuai dengana tujuan yang

dirumuskan atau tidak.

Jika dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa

siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti akan menyampaikan rencana

yang disarankan kepada peneliti apakah penelitian ini dilanjutkan di lain

kesempatan ataukah dihentikan. Akhir dari seluruh siklus ini adalah

bagaimana caranya mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan

peneliti. Harapan itu tentunya adalah meningkatnya aktivitas, motivasi dan

hasil belajar siswa.

5. Indikator Keberhasilan PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

Indikator keberhasilan yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini

adalah terjadi atau tidaknya peningkatan terhadap aktivitas siswa sehingga

nantinya hasil belajar siswa juga akan meningkat. Keberhasilan akan terlihat

dalam proses pembelajaran setelah dilaksanakan siklus II. Adapun kriteria

peningkatan tersebut adalah:

a) Sekurang-kurangnya 90% siswa kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan

mampu berfiir kreatif sesuai dengan pendekatan saintifik.


55

b) Sekurang-kurangnya 80% siswa harus berfikir kreatif dalam setiap tugas

yang diberikan

c) Sekurang-kurangnya 80% dari siswa kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan

telah mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 75.

F. Defenisi Operasional

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis memberikan beberapa

defenisi operasional mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sasaran

penelitian;

a. Pendekatan saintifik merupakan salah satu strategi pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Pelaksanaan ini dilakukan secara bertahap, sehingga

diketahui peningkatan motivasi belajar siswa. Tahapan pembelajaran

pendekatan saintifik dapat melatih siswa dalam memahami isi bacaan

mulai dari membaca sekilas, membuat pertanyaan, membaca, memahami

isi bacaan, menjawab pertanyaan, dan meninjau kembali apa yang telah

dipelajari sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Adapun

pendekatan saintifik ini terdiri atas langkah-langkah berikut:

a) Preview, maksudnya membaca selintas dengan cepat.

b) Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan

teks.

c) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.

d) Reflect, maksudnya memahami informasi yang dipresentasikan.

e) Recite, maksudnya menghafal atau mengingat kembali setiap jawaban

yang telah ditemukan.


56

f) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh isi bacaan.

b. Berfikir kreatif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa

dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai suatu hasil belajar

yang diinginkan. Berfikir kreatif siswa kelas X IS 4 SMA Negeri 1 Painan

yang akan diamati adalah berupa berfikir positif dan berfikir negatif.

berfikir positif menyangkut segala sesuatu kegiatan yang dapat

mendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diharapkan akan

mampu memberikan hasil belajar yang baik bagi siswa.

c. Kerja ilmiah geografi adalah dorongan yang dimiliki oleh siswa agar

terjadi peningkatan dalam pembelajaran geografi. Dalam hal ini guru

berusaha agar terjadi peningkatan cara kerja siswa selama proses

pembelajaran berlangsung sehingga dapat menumbuhkan cara kerja ilmiah

siswa.

d. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil yang diterima itu akan

terlihat dalam bentuk perubahan tingkah laku dan sikap belajar. Hasil

belajar dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan

siswa dalam penguasaan dan pemahaman terhadap suatu konsep materi.

Hasil belajar juga dapat disebut dengan tingkat keberhasilan yang dicapai

oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat

keberhasilan itu ditandai dengan skala nilai berupa angka, dan angka yang

digunakan di SMA Negeri 1 Painan adalah angka dari 0-100.


57

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan merupakan penelitian yang lebih mengutamakan

proses dari pada hasil, maka data yang digunakan cenderung data kualitatif

yaitu kata-kata, peristiwa dan tindakan yang diamati oleh peneliti. Data

dikumpulkan melalui pengamatan dengan menggunakan lembaran observasi

yang meliputi aktivitas siswa selama pembelajaran. Pengumpulan data ini

dibantu oleh guru geografi kelas X IS 4 selaku teman sejawat, dengan

menggunakan lembar observasi yang berisi aktivitas siswa selama proses

belajar berlangsung. Untuk lebih jelas berikut adalah pemaparan dari teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini;

1. Sumber data adalah siswa dan guru mata pelajaran geografi kelas X IS 4

SMA Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan yang membantu dalam

penelitian ini.

2. Jenis data adalah:

a) Data primer

Merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli (tidak melalui media perantara).

b) Data sekunder

Adalah sumber data penelian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data sekunder penelitian ini adalah: Daftar nama siswa kelas X IS 4

SMA Negeri 1 Painan tahun ajaran 2017/2018.

3. Cara pengambilan data

a. Data postest hasil belajar


58

Tes yang diberikan adalah berupa pertanyaan dengan bentuk pilihan

ganda. Guru memberikan penilaian terhadap pertanyaan-pertanyaan

yang dijawab siswa dengan jawaban yang betul. Penilaian ini dilakukan

untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan

b. Data lembar observasi kegiatan aktivitas belajar siswa

Alat yang digunakan dalam pengambilan data yaitu daftar cek (Check

list), dapat dinyatakan dengan memberikan tanda cek pada alternative

yang tersedia.

Tabel. 4. Aspek penilaian dan berfikir kreatif Kelas X IS 4 SMA N 1


Painan yang akan diamati selama proses pembelajaran
Nama P/ Keha Kemampuan berfikir kreatif
No
Siswa L diran A B C D E F ∑

A= siswa dapat mencetuskan banyak gagasan dalam menyelesaikan


masalah
B= siswa memberikab banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai
hal
C= siswa bekerja lebih cepat dan melakukn lebih banyak dari pada yang
lain
D= Siswa yang membuat inti sari materi pelajaran
E= siswa dapat menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda
F= Siswa yang menunjuk tangan saat diminta menginformasikan isi
bacaan ke depan kelas

Alat yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa yaitu

dengan daftar cek (Check list), dapat dinyatakan dengan memberikan tanda

cek pada alternatif yang tersedia. Data yang diperoleh dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase sebagai berikut :


59

F
P= X 100 %
N

Keterangan :

P = Persentase aktivitas siswa

F = Frekuensi siswa yang aktif

N = jumlah keseluruhan siswa yang diteliti

Standar penilaian yang digunakan untuk kesimpulan tersebut berupa %,

menurut Suharsimi Arikunto (2009:35) adalah:

84 % ≤ Aktivitas ≤ 100% = Baik sekali

68% ≤ Aktivitas ≤ 85 % = Baik

52 % ≤ Aktivitas ≤ 67 % = Cukup

36 % ≤ Aktivitas ≤ 51 % = Kurang

20% ≤ Aktivitas ≤ 35 % = Sangat kurang

c. Lembar aktivitas guru dalam mengajar

Lembar aktivitas guru dalam mengajar akan diisi nantinya oleh

guru mata pelajaran geografi. Penilaian yang diberikan dapat menjadi

panduan bagi peneliti dalam meningkatkan kemampuan mengajar.

Tabel 5: Lembar Aktivitas Guru Dalam Mengajar


Bobot
No Hal yang diamati
1 2 3 4 5
1 Guru aktif sebagai fasilitator di dalam kelas
2 Guru membuka pelajaran dan mempersiapkan siswa
sebelum memulai pelajaran
3 Guru mengecek kegiatan siswa dalam pembelajaran
sesuai dengan pendekatan saintifik yang diterapkan
4 Guru mampu menerapkan Pendekatan saintifik
dengan baik
5 Guru mampu mengelola kelas dengan baik
6 Guru mampu memotivasi siswa dalam membaca
dan membuat pertanyaan
7 Sikap guru dalam mengajar sangat ramah dan
60

Bobot
No Hal yang diamati
1 2 3 4 5
menyenangkan
8 Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan
suara yang jelas
9 Guru mampu memanfaatkan waktu dengan efektif
10 Guru mampu menjelaskan instruksi pembelajaran
dengan baik
11 Pembelajaran terpusat pada siswa/ student centre
12 Guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan
materi
13 Guru menggunakan media dalam kegiatan
pembelajaran
Analisis Data Primer: Trianto Tahun, 2009.
Keterangan:
Sangat Rendah : 1
Rendah : 2
Sedang : 3
Tinggi : 4
Sangat Tinggi : 5

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis data kualitatif

Dalam penelitian ini data dianalisis dengan metode yang di

kemukakan oleh Miller dan Heberman yang dikutip oleh Sugiyono (2005)

yaitu dengan langkah langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data kasar yang

muncul dari cacatan-cacatan tertulis di lapangan.reduksi data terus

berlangsung selama penelitian , jadi reduksi data adalah bentuk analisis

yang menggolongkan, membuang data yang tidak di butuhkan dan

mengorganisasikannya sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik.


61

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan, dalam penyajian data ini peneliti melakukan

pengelompokan, penyusunan data berdasarkan kategori dan urutan nya

sehingga strukturnya dapat dipahami dan memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan.

c. Pengambilan Keputusan

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk memperoleh

informasi tentang variabel yang diteliti. Jadi data yang diperoleh dari

lapangan ditarik kesimpulannya dan akhirnya akan menjadi hasil

penelitian.

2. Analisis data kuantitatif

a. Hasil pengamatan aktivitas dan motivasi belajar siswa selama PBM

dianalisis dengan menggunakan analisis persentil, yaitu pada lembar

observasi dihitung dan di persentasikan.

𝑓
𝑃= × 100%
𝑁

Keterangan: P = Persentase aktivitas siswa


f = Jumlah siswa yang memiliki aktivitas dalam belajar
N = Jumlah total siswa yang diteliti

Peningkatan Aktivitas belajar siswa dapat dilihat dengan

membandingkan hasil penelitian siklus I dengan hasil observasi siklus II.

Untuk melihat peningkatan aktivitas siswa, dari satu pertemuan ke pertemuan

berikutnya diperlukan suatu standar penilaian secara kualitatif. Arikunto

(2002: 245) membagi standar penilaian yang dimaksud secara kualitatif


62

dengan sebutan: (1) kurang sekali; (2) kurang; (3) sedang; (4) baik; (5) baik

sekali. Untuk menentukan persentase motivasi siswa digunakan kriteria

penilaian seperti berikut:

81 – 100% = Baik sekali


61 – 80 % = Baik
41 – 60 % = Cukup
21 – 40 % = Kurang
0 – 20 % = Sangat Kurang

Angket yang telah diisi oleh responden akan diolah dengan

menganalisa data dengan rumus presentase yakni untuk menjelaskan proporsi

data dalam persen (%).

b. Untuk rata-rata aktivitas belajar yang terjadi pada 1 siklus dengan 2 siklus,

rumus yang digunakan adalah:

T1 + T2
T=
2

Keterangan : T = Persentase aktivitas rata-rata


T1 = Persentase aktivitas pada siklus 1
T2 = Persentase aktivitas pada siklus 2
63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Letak Geografis Lokasi Penelitian

SMA Negei 1 Painan Terletak Jalan Gurun Salido Kecamatan IV

Jurai Kabupaten pesisir Selatan Sumatera Barat dengan posisi Geografis

-1,23 Lintang dan 100, 5709 Bujur dengan titik koordinat 1°19'48"S

100°34'14"E Jarak SMA N 1 Painan ke pusat kota Kecamatan kurang

lebih 1 km, ke pusat kota Painan kurang lebih sekitar 2 km.

Sementara ke ke pusat kota Padang kurang lebih 77 km. SMA N

1 Painan tidak berada di jalur utama kota Painan,. Jarak sekolah dari

jalan utama kurang lebih 10 m. Adapun Visi, Misi dan tuuan dari SMAN

63
64

1 Paianan adalah Visi “Terwujudnyan Insan yang cerdas, beriman,

kompetitif, dan berakhlak mulia (CBKBM)”

Misi (1) Membentuk insan yang cerdas intelektual, emosional,

dan spiritual; (2) Membentuk insan yang berprestasi unggul sesuai

talenta yang dimilikinya; (3) Menciptakan insan yang kompetitif di

perguruan Tinggi dan pasar kerja; (4) Membentuk insan yang beriman

dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa; (5) Menciptakan insan yang

berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur; (6) Menciptakan sekolah

berwawasan lingkungan dan ASRI ( Aman, Sentosa, Rapi, dan Indah).

Tujuan dan Motto Sekolah Menciptakan kecerdasan, pengetahuan

kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Motto : SMA N 1

Painan Sekolahku Kubanga dan Kujaga.

Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan selama

penelitian dan selama mengajar di SMAN 1 Painan dapat digambarakan

bahwa secara keseluruhan SMAN 1 Painan memiliki sarana dan

prasaranan yang cuku memadai dalam kelansungan belajar mengajar.


65

Tabel 6
Data Sekolah
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SMAN 1 PAINAN
2 NPSN : 10302014
3 Jenjang Pendidikan : SMA
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : JL. GURUN SALIDO
RT / RW : 0 / 0
Kode Pos : 25651
Kelurahan : Salido
Kecamatan : Kec. IV Jurai
Kabupaten/Kota : Kab. Pesisir Selatan
Provinsi : Prov. Sumatera Barat
Negara : Indonesia
6 Posisi Geografis : -1.33 Lintang 100.5709 Bujur
3. Data Pelengkap
7 SK Pendirian Sekolah : 5542/D.I.C/K-55
8 Tanggal SK Pendirian : 2017-03-12
9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
10 SK Izin Operasional : -
11 Tgl SK Izin Operasional : 2017-03-12
12 Kebutuhan Khusus Dilayani :
16 Rekening Atas Nama : SMA N 1 PAINAN
17 MBS : Tidak
18 Luas Tanah Milik (m2) : 5698
Luas Tanah Bukan Milik
19 (m2) : 0
20 Nama Wajib Pajak :
21 NPWP : 000734517201000

3. Kontak Sekolah
20 Nomor Telepon : 0756-21256
21 Nomor Fax :
22 Email : sma1painan@gmail.com
23 Website : http://sman1painan.sch.id

SMAN 1 Painan dengan luas 5698m2 adalah salah satu sekolah faforit

dengan keadaan lingkungan dan masyarakat sekitar cukup kondusif,

lingkungan sekolah yang aman dan tentaram, jauh dari kebisingan , suasana
66

yang jauh dari kebisingan memiliki halaman yang luas sebagai tempat

kegiatan upacara, olahraga, taman, kebun sekolah dan tempat parker, setiap

ruangan di sekolah tertata dngan rapi serta teras yang tertata rapi dengan

bunga da pohon-pohan yang menghiasi perkarangan sekolah.

2. Sumber Daya Sekolah

Dari kondisi yang ada sekitar 97 % peserta didik SMAN 1 Painan

memiliki motifasi belajar yang tinggi hal ini, terlihat dari persentase

kehadiran dan hasil belajar peserta didik. Dalam proses belajar mengajar

siswa di fasilitas dengan sarana dan prasarana yang cukup dengan

didukung oleh tenaga pendidik yang professional.

Guru di SMAN 1 Painan yang telah memiliki sertifikat pendidik

telah mencapai 85 % dari jumlah 61 orang guru. Dalam upaya peningkatan

kompetensi guru pada SMAN 1 Painan dilakukan pengembangan dan

peningkatan mutu guru melalui program-program yang dirancang dalam

anggaran sekolah. Peningkatan kompetensi guru dilaksanakan melalui

kegiatan workshop dan pelatihan baik ditingkat sekolah, tingkat kota,

tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Guru-guru difasilitasi untuk

mengikuti pendidikan dan sosialisasi yang berkaitan dengan tugas guru.

Untuk empat tahun kedepan telah diprogramkan oleh sekolah dengan

memfasilitasi guru dalam meningkatkan kemampuannya menggunakan

TIK dalam pembelajaran. Seperti setiap lokal dilengkapi dengan infokus.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan pelayanan

yang baik terhadap peserta didik. Sebagai guru yang professional guru

menciptakan suasana belajar yang kreatif dan inovatif sehingga tujuan


67

pembelajaran dapat tercapai. Salah satu contoh yang dilakukan oleh guru

adalah menyediakan bahan ajar, media pembelajaran.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 1 Painan

pihak sekolah mengadakan hubungan yang baik dengan sekolah lain dan

Dinas serta instansi terkait agar tercipta sekolah yang kondusif. Kerjasama

dengan Orang Tua Peserta Didik dilaksanakan melalui Komite Sekolah.

Orang tua peserta didik/komite sangat membantu dalam mensukseskan

pendidikan di SMAN 1 Painan. Selain itu kerjasama juga dilakukan antara

sekolah dengan alumni namun belum dapat digali secara maksimal

mengingat keberadaan alumni yang pada umumnya meninggalkan

Kabupaten Pesisir Selatan setelah menamatkan pendidikan mereka di

SMAN 1 Painan.

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi

yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah

masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat, serta

mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan

masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah

dapat mensukseskan program-program sekolah yang bersangkutan

sehingga sekolah bisa tetap eksis di tengah masyarakat.

B. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Painan kelas X IPS.4 berjumlah

29 orang siswa. Sebagai peserta didik yang baru dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekolah dan lingkungan belajar siswa belum melihatkan

kemampuannya dalam belajar. Dalam proses pembelajaran peserta didik lebih


68

banyak diam tidak berbicara dan tidak pernah terlihat untuk mengemukakan

pendapat. Dalam hal ini guru lebih banyak berbicara dan perserta didik hanya

menerima dan mengerjakan apa yang guru suruh. Dari 29 orang siswa hanya

15 orang saja yang mengerjakan tugas yang diberikan guru, dari yang

mengerjakan tugas kebanyakan dari tugas yang dikerjakan mempunyai

jawaban yang sama.

Maka berdasarkan hal diatas penulis melakukan penelitian

pembelajaran di kelas X IPS.4 melalui penelitian tindakan kelas dengan

tujuan memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik di Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan. Berikut ini akan dijelaskan

tentang isi dari pelaksanaan penelitian setiap siklus. Penelitian ini terdiri dari

dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada bagian ini akan dijelaskan antara

lain tentang hasil observasi kolaborator (Elsa Ferda. A.S.Pd) terhadap proses

pembelajaran peserta didik dengan menggunakan Pendekatan Saintifik sesuai

dengan tindakan rencana pembelajaran untuk setiap siklus.

1. Hasil Penelitian Siklus 1

Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yakni pada

hari Selasa tanggal 6 Februari 2018 pada pukul 07.00 s/d 08.45 WIB

untuk pertemuan pertama dengan kompetensi dasar menganalisis

dinamika litosfer dan dampaknya terhaap kehidupan, sedangkan untuk

pertemuan ke dua pada hari Selasa 13 Februari 2018 pada pukul 07.00

s/d 08.45 dengan materi Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan


69

dengan diahkiri ulangan harian siklus satu pada hari Selasa tanggal 20

Februari 2018.

a. Perencanaan Siklus I

Persiapan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah sebagai

berikut:

a) Mempersiapkan lembar observasi aktifitas peserta didik.

b) Mempersiapkan lembaran pengamatan kegiatan guru.

c) Mempersiapkan silabus.

d) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus I

yang bercirikan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik.

e) Mempersiapkan materi pembelajaran sebagai stimulus pembelajaran

dengan menggunalan Pendekatan Saintifik.

b. Pelaksanaan tindakan siklus I

Dalam pelaksanaan penelitian, dilakukan dengan bantuan seorang

guru pengamat (Elsa Ferda. A.S.Pd). Proses pembelajaran dapat

dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para

ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning)

dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).


70

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian

menarik simpulan yang spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif

memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik

simpulan secara keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif menempatkan

bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah

umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail

untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk

pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian

(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat

diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang

spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian

aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah

informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji

hipotesis. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tindakan

skenario pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dan diamati oleh

kolaborator untuk setiap pertemuan pembelajaran. Tindakan

pembelajaran yang dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama siklus I

a) Guru mengajukan pertanyaan untuk melihat pengetahuan awal

peserta didik sebagai prasarat sebelum memasuki tahap

pembelajaran tentang kualitas lingkungan untuk kelangsungan

hidup.
71

b) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik.

c) Guru membagi peserta didik atas 6 kelompok, setiap kelompok

mempunyai Sumber bacaan/LKS masing-masing individu.

d) Peserta didik membaca buku sumber dan mengumpulkan informasi

untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja

kelompok.

e) Peserta didik melakukan diskusi di kelompoknya untuk menjelaskan

setiap pertanyaan pada lembar kerja peserta didik.

f) Masing-masing kelompok peserta didik menjelaskan hasil

temuannya secara bergantian dan kelompok lain menanggapi hasil

diskusi kelompok yang tampil.

g) Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran kemudian guru

memberikan penguatan materi sebelum menutup pelajaran.

Berikut ini diuraikan tentang perkembangan pelaksanaan tindakan

untuk masing-masing pertemuan pada siklus I yang terdiri dari pertemuan

1 dan 2.

1) Pertemuan 1 siklus I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada pada hari Selasa tanggal 6

Februari 2018 pada pukul 07.00 s/d 08.45 WIB. Materi yang dibahas pada

pertemuan pertama tentang menganalisis dinamika litosfer dan dampak

terhadap kehidupan. Indikator yang akan dicapai adalah: 1). Karakteristik

lapisan-lapisan bumi, 2). Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serat proses vulkanisme dan pengaruh terhadap kehidupan.


72

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang

meliputi prasarat, motivasi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Prasarat dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik

tentang Pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dalam

pembangunan berkelanjutan. Motivasi digunakan untuk merangsang

peserta didik agar tertarik dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya

guru menyampaikan kompetensi serta tujuan pembelajaran yang akan

dicapai oleh peserta didik pada pertemuan tersebut.

Pada pertemuan ini proses pembelajaran menggunakan Pendekatan

Saintifik dimulai dengan mengamati peserta didik, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan setelah

itu membentuk 6 kelompok peserta didik yang terdiri dari 5-6 orang tiap

kelompoknya. Guru menentukan kelompok dengan cara peserta didik

berhitung dengan menyebutkan nomor urut 1 sampai 5 dan diulang

kembali sampai semua peserta didik mendapatkan nomor urut. Guru

menempatkan peserta didik yang nomor urut yang sama untuk membentuk

kelompok di tempat yang telah ditentukan guru.

Tabel 7. Pembagian Kelompok dalam penerapanPendekatan Sanitifik


Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan
No Nama Kelompok 1 Nama Kelompok 2 Nama Kelompok 3
1 Andre Aziz Ardila Nurazzana Arif Patahilla
2 Dadung Saputra Bagas Carlino Arif Winanda
3 Diro Candra Deza Syafitri Eliza Fitri
4 Refi Despita Sandra Asmar Dianti Tedi Dihandarau
5 Vero Diandi Putra Fidi Gusmardi Wahyu Ilahi
No Nama Kelompok 4 Nama Kelompok 5 Nama Kelompok 6
1 Farlli Afrila Febrija Atrila Hapepi
2 Indah Purnama Rizki Ifan Rifa I Jesi Sri Mayenti
3 Meci Febrian Mekarsari Nespia Afatel
4 Rakes Afinas Rama Fernanddes Rauf Agzami Mulki
5 Yulia Fitri Muhammad Irfandi
73

Setelah peserta didik duduk dikelompoknya masing-masing, guru

memberikan lembar kerja kelompok. Guru menjelaskan kegiatan

pembelajaran yang harus dilakukan selama proses pembelajaran. Hal ini

dilakukan agar peserta didik dapat mengikuti tahapan pembelajaran

dengan menggunakan Pendekatan Saintifik. Tahap-tahap pembelajaran

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Mengamati

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik diberikan rangsangan

dengan cara menceritakan masalah masalah yang terjadi tentang

Karakteristik lapisan-lapisan bumi yang banyak terjadi pada saat ini. Guru

mengamati dan mengisi lembar observasi bersama kolaborator

b) Menanya

Setelah dijelaskan tentang Karakteristik lapisan-lapisan bumi, guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik berdiskusi dalam

kelompoknya untuk mengidentifikasi berbagai macam masalah-masalah

yang berkaitan dengan Karakteristik lapisan-lapisan bumi, selanjutnya

menuliskannya pada buku tulisnya masing-masing untuk lebih jelasnya

peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah itu peseta didik

diberikan kesempatan untuk bertanya apabila tidak aa yang bertanya maka

guru yang akan menanya aktifitas pembelajaran dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.
74

Gambar 3. Peserta didik diskusi kelompok tentang Karakteristik lapisan-


lapisan bumi (Selasa tanggal 6 Februari 2018 pada pukul 07.00 s/d 08.45
WIB)

Berdasarkan gambar diatas dapat lihat bahwa peserta didik begitu

aktif berdidkusi dengan kelompok dengan materi tentang Karakteristik

lapisan-lapisan bumi

c) Mengumpulkan informasi

Pada saat peserta didik menuliskan hasil informasi, tentang istilah-

istilah yang berkaitan dengan Karakteristik lapisan-lapisan bumi guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik disetiap kelompok untuk

membaca LKS tentang karaktersitik lapisan-lapisan bumi

d) mengasosiasikan

Peserta didik berdiskusi di kelompoknya, sehingga masing-masing

anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan

karakteristik lapisan-lapisan bumi. Guru membantu kelompok peserta


75

didik yang mendapatkan kesulitan dalam memahami materi untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4. Guru membentu peserta didik yang mendapatkan kesulitan


dalam memahami materi (Selasa tanggal 6 Februari 2018 pada pukul 07.00
s/d 08.45)

e) Mengkomunikasikan

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap

investigasinya tentang Karakteristik lapisan-lapisan bumi secara kelompok

untuk membuktikan hasil pekerjaan kelompoknya.

2) Pertemuan 2 siklus I
Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Selasa 13 Februari 2018

pada pukul 07.00 s/d 08.45 WIB. dengan Indikator pencapaian

kompetensinya adalah Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

Sedangkan tujuan pembelajaran pertemuan kedua ini adalah:


76

a) Setelah membaca buku sumber/LKS peserta didik dapat menjelaskan

tentang proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta

proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

b) Setelah membaca buku sumber/LKS peserta didik dapat menjelaskan

Mengklasifikasikan jenis gempa.

c) Secara kelompok peserta didik dapat menggambarkan peta konsep

menjelaskan tentang proses terjadinya gempa bumi dan tsunami serta

mitigasinya.

Pembelajaran pada pertemuan ke dua dimulai dengan mengabsen

peserta didik, kemudian memberikan kilas balik terhadap hasil

pembelajaran minggu lalu. Kemudian guru memotivasi peserta didik dan

menjelaskan tujuan pembelajaran selanjutnya. Motivasi dilakukan untuk

meningkatkan minat peserta didik dalam memahami bentang perairan

darat dengan menanyakan kepada peserta didik Proses tektonisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan.

Pembelajaran berikutnya adalah kegiatan inti yang dimulai dengan

tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Sanitifik.

Tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Mengamati

Pertemuan kedua juga tidak jauh berbeda dari segi urutan kegiatan

yang penulis lakukan, perbedaan terletak pada meteri dan cara

penyampaian serta pada kegiatan inti yang di lakukan. Pada pembukaan

pembelajaran penulis tetap mengucapkan salam, kemudian berdo’a


77

bersama dan mengambil absen siswa. Selanjutnya guru menjelaskan

materi yaitu menjelaskan tentang etika lingkungan dan peserta didik

menyimak materi yang dijelaskan oleh guru. Guru mengajukan pertanyaan

tentang defenisi tektonisme, lalu salah satu siswa angkat tangan dan

menjawab. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik dan disambut

gembira oleh peserta didik lain dengan tepuk tangan.

Selanjutnya guru meminta peserta didik membaca buku/LKS

tentang proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta

proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan .

b) Menanya

Setelah membaca LKS tentang materi Proses tektonisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan yang mana indicator pada siklus 1

pertemuan 2 ini yaitu Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan,

guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menuliskan

masalah –masalah berupa pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

indikator yang telah ditetapkan. Kemudian peserta didik memilih satu

pernyataan yang telah dirumuskan. Pertanyaan-pertanyaan peserta didik

tersebut di kelompokkan oleh guru menjadi 6 bagian sesuai dengan materi

pembelajaran. Kemudian guru membentuk kelompok peserta didik yang

terdiri dari 5-6 orang peserta didik untuk setiap kelompoknya.


78

Tabel 8. Pembagian Kelompok dalam penerapanPendekatan Sanitifik


Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan
No Nama Kelompok 1 Nama Kelompok 2 Nama Kelompok 3
1 Andre Aziz Ardila Nurazzana Arif Patahilla
2 Dadung Saputra Bagas Carlino Arif Winanda
3 Diro Candra Deza Syafitri Eliza Fitri
4 Refi Despita Sandra Asmar Dianti Tedi Dihandarau
5 Vero Diandi Putra Fidi Gusmardi Wahyu Ilahi
No Nama Kelompok 4 Nama Kelompok 5 Nama Kelompok 6
1 Farlli Afrila Febrija Atrila Hapepi
2 Indah Purnama Rizki Ifan Rifa I Jesi Sri Mayenti
3 Meci Febrian Mekarsari Nespia Afatel
4 Rakes Afinas Rama Fernanddes Rauf Agzami Mulki
5 Yulia Fitri Muhammad Irfandi

Seperti terlihat pada denah tempat duduk siswa saat proses

pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Saintifik dilaksanakan. Di

denah tersebut digambarkan susunan tempat duduk masing masing

kelompok yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

c) Mengumpulkan Informasi

Peserta didik berdiskusi di kelompoknya, sehingga masing-masing

anggota kelompok dapat menuliskan semua masalah-masalah yang

berkaitan dengan proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Peserta

didik membaca LKS mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi

dilingkungannya masing-masing dan solusi yang tepat dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Guru membantu kelompok peserta didik

yang mengajukan pertanyaan atau mendapatkan kesulitan dalam

memahami materi.
79

d) Mengasosiasi

Pernyataan-pernyataan tentang masalah-masalah yang terjadi

dilingkungan yang dituliskan oleh peserta didik setiap kelompok di

tampilkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok

mendapatkan giliran dalam menceritakan masalah yang terjadi di

lingkungan sekitarnya, dan kelompok yang lain juga memberikan solusi

dari masalah yang terjadi tersebut.

e) Mengkomunikasikan

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

dengan memberikan contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap kelompok mempunyai solusi masing-masing di setiap

permasalahan yang saat ini sering ditemui dikalangan masyarakat.

Peserta didik membuat kesimpulan tentang beretika yang baik

terhadap lingkungan sekitar dan usaha dalam pelestarian lingkungan

tersebut supaya tetap menjadi lingkungan yang sehat, sehingga setiap

kelompok menghasilkan materi yang berbeda tetapi mencakup semua

materi pembelajaran.

Setelah peserta didik melakukan diskusi kelompok mengenai masalah-

masalah yang terjadi di lingkungan sekitar dan solusi yang tepat dalam

menyelesaikan persoalan tesebut, guru meminta peserta didik untuk

mempresentasikan hasil pekerjaannya yang telah dituliskan pada buku

tulisnya masing-masing.
80

Berfikir Kreatif peserta didik kelompok enam dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 5. Peserta didik sedang berdiskusi di dalam kelompoknya (Selasa 13


Februari 2018)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat ketika kelompok penyaji

menjelaskan temuannya, kelompok lain menyiapkan tanggapan jika

penjelasan yang diberikan kelompok yang tampil tidak dapat dipahami.

Kelompok yang merasa belum memahami materi dapat menuliskan

pertanyaannya dan ditanyakan pada bagian sesi tanya jawab. Setelah sesi

tanya jawab berakhir guru melakukan penguatan terhadap materi tentang

Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses

vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

Sebelum mengakhiri pembelajaran guru bersama peserta didik

menyimpulkan materi Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap


81

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

Sebagai penutup pelajaran hari ini guru memberikan tugas kepada peserta

didik untuk membaca materi Proses seisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses tenaga eksogen dan pengaruh terhadap kehidupan.

Sebelum menutup proses pembelajaran guru memberikan

informasi kepada peserta didik bahwa ulangan harian akan dilaksanakan

pada hari Selasa 20 Februari 2018 di ruang kelas Kelas X IPS.4. Akhirnya

pada hari Selasa tanggal 20 Februari 2018 dilaksanakan ulangan harian

(ulangan untuk siklus I) di kelas Kelas X IPS.4 yang dikuti oleh seluruh

peserta didik yaitu 29 orang peserta didik.

d. Observasi dan Evaluasi Siklus I

Berikut ini adalah deskripsi data hasil pengamatan berfikir kreatif

dan hasil belajar peserta didik di kelas Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan

pada siklus I.

1) Deskripsi data Berfikir Kreatif Peserta Didik pada Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator terhadap aktifitas

belajar peserta didik dengan menggunakan Pendekatan Saintifik diperoleh

data penilaian Berfikir Kreatif belajar peserta didik pada pertemuan

pertama siklus I.

a) Siklus Pertama Pertemuan 1

Berdasarkan penilaian Berfikir Kreatif peserta didik maka hasil

tingkat capaian responden yang diperoleh adalah sebagai berikut:


82

Tabel: 9 Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada


Siklus I Pertemuan I
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Sangat Baik 0 0
2 Baik 9 34
3 Cukup 15 47
4 Kurang Baik 1 6
5 Tidak Baik 4 13
Jumlah 29 100
Sumber : Pengolahan Data Sekunder 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa berfikir kreatif dapat

dilihat pada lampiran halaman belakang siswa dalam mata pelajaran

geografi berada pada kategori cukup. Hal ini terlihat banyak jumlah siswa

yang berada pada kategori sangat baik yaitu 0%, Yang berada pada

kategori Baik seitar 34%, dan yang berada pada kategori Cukup 47%, dan

Pada Kategori Kurang Baik yaitu sekitar 6% sedangkan yang berada pada

kategori Tidak baik yaitu sekitar 13% . Sementara itu, skor berfikir kreatif

siswa untuk siklus I Pertemuan 1 adalah 61.40%.

Untuk lebih jelasnya grafik Berfikir Kreatif peserta didik dapat diamati

pada diagram di bawah ini :

Rekapitulasi Berfikir Kreatif Siklus 1 Pertemuan1

Gambar 6: Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 1 Pertemuan 1


83

Berdasarkan Diagram di atas menyatakan bahwa persentase

tertinggi yaitu berada pada kategori cukup. Untuk itu perlu di lanjutkan

lagi pada siklus berikutnya.

b) Siklus Pertama Pertemuan 2

Berdasarkan penilaian Observasi Berfikir Kreatif peserta didik

maka hasil tingkat capaian responden yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

Tabel: 10 Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada


Siklus I Pertemuan 2
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Sangat Baik 0 0
2 Baik 12 38
3 Cukup 16 53
4 Kurang Baik 1 3
5 Tidak Baik 0 6
Jumlah 29 100
Sumber :Pengolahan Data Sekunder 2018

Berdasarkan tabel diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran halaman belakang, dapat diketahui bahwa berfikir kreatif

siswa dalam mata pelajaran geografi. Hal ini terlihat banyak jumlah

siswa yang berada pada kategori sangat baik yaitu 0%, Yang berada

pada kategori Baik seitar 38%, dan yang berada pada kategori Cukup

53%, dan Pada Kategori Kurang Baik yaitu sekitar 3% sedangkan yang

berada pada kategori Tidak baik yaitu sekitar 6%. Sementara itu, skor

rata-rata Berfikir Kreatif siswa untuk siklus I Pertemuan 2 adalah

73.08%.

Untuk lebih jelasnya grafik hasil Berfikir Kreatif peserta didik

dapat diamati pada diagram di bawah ini :


84

Rekapitulasi Hasil Berfikir Siswa Pada Siklus 1 Pertemuan 2

Gambar 7: Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 1 Pertemuan 2

Berdasarkan Diagram di atas menyatakan bahwa persentase

tertinggi yaitu berada pada kategori cukup. Untuk itu perlu di lanjutkan

lagi pada siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnnya Perkembangan

Berfikir Kreatif Pada Siklus I dapat di lihat pada tabel dan diagram di

bawah:

Tabel: 11 Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif pada siklus I


Rata-Rata Hasil Berfikir
Siklus I Kreatif Kategori
Pertemuan I 61.40 Cukup
Pertemuan II 73.08 Baik
Sumber : Pengolahan Data Sekunder 2018

Dari Tabel di atas menyatakan bahwa Perkembangan Rata-Rata

Berfikir Kreatif Pada siklus 1 Pertemuan 1 Yaitu 61.40 cukup

sedangkan pada pertemuan kedua yaitu 73.08 yang berada pada

kategori baik.
85

Perkembangan Siklus 1
Pertemuan 1 dan Pertemuan

75
70 Pertemuan 1

65 Pertemuan2

60
55
Perkembangan Berfikir Kreatif

Gambar 8: Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Pada Siklus 1

Berdasarkan hasil Pendekan Saintifik Pada Siklus I Berada pada

kategori Cukup. Untuk itu perlu di lanjutkan lagi pada Siklus Kedua.

2) Deskripsi hasil belajar pada Siklus I

a) Siklus I Pertemuan 1

Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam menganalisis proses

tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme

dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik dapat dilihat pada tabel berikut adalah:

Tabel 12 Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus I


Pertemuan 1
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Tuntas 9 28
2 Tidak Tuntas 20 72
Jumlah 29 100
Sumber: Pengolahan Data sekunder 2018

Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa secara individu

dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan


86

pada siklus I dari 29 orang siswa 9 diantaranya telah mencapai ketuntasan

(KKM = 75) sedangkan peserta didik yang belum tuntas adalah 23 orang.

Sedangkan secara klasikal kelas X IPS.4 mencapai ketuntasan 28% dan

yang belum tuntas 72%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 9. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4


Pada Siklus I Pertemuan 1

Secara klasikal pada siklus I, hanya 9 peserta didik yang telah

mencapai KKM yaitu 75 orang dan 20 peserta didik yang belum mencapai

KKM yaitu 75 orang. Nilai rata-rata secara klasikal adalah 74.41 yang

berada pada kategori Cukup. Untuk itu perlu di lanjutkan pada siklus

berikutnya.

b) Siklus 1 Pertemuan 2

Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam menganalisis proses

tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme

dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik dapat dilihat pada table berikut adalah:


87

Tabel 13: Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus
I Pertemuan 2
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Tuntas 16 56
2 Tidak Tuntas 13 44
Jumlah 29 100
Sumber: Pengolahan Data Sekunder

Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa secara individu

dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

pada siklus I dari 29 orang siswa 16 diantaranya telah mencapai ketuntasan

(KKM = 75) sedangkan peserta didik yang belum tuntas adalah 13 orang.

Sedangkan secara klasikal kelas X IPS.4 mencapai ketuntasan 56% dan

yang belum tuntas 44%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 10. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4
Pada Siklus I Pertemuan 2

Secara klasikal pada siklus I, hanya 16 peserta didik yang telah

mencapai KKM yaitu 75 orang dan 13 peserta didik yang belum mencapai

KKM yaitu 75 orang. Nilai rata-rata secara klasikal adalah 77.41 yang
88

berada pada kategori Cukup. Untuk itu perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya.

Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat perkembangan siklus I Pada

Tabel dan diagram di bawah ini:

Tabel 14: Perkembangan Rata-Rata Hasil Belajar Pada Siklus I

Siklus I Rata-Rata Hasil Belajar Kategori


Pertemuan I 74.41 Cukup
Pertemuan II 77.41 Cukup

Berdasarkan tabel di atas bahwasanya rata-rata perkembangan hasil

belajar pada siklus 1 Pertemuan 1 yaitu 74.41 sedangkan pada pertemuan

II yaitu 77.41. Untuk itu pada siklus I ini rata-rata perkembangan hasil

belajar berada pada kategori Cukup.

Gambar 11: Perkembangan Hasil Belajar Pada Siklus 1

Berdasarkan diagram di atas menyatakan bahwa perkembangan

rata-rata hasil belajar pada siklus 1 berada pada kategori Cukup, untuk itu

perlu dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.


89

e. Refleksi Siklus I

Berikut ini adalah hasil pengamatan oleh kolaborator (Elsa Ferda,

A. S.Pd) terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik pada Siklus I dari pertemuan 1 tanggal 20 Februari 2018 sampai

pertemuan 2 tanggal 23 Februari 2018.

Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator terhadap pelaksanaan

proses pembelajaran melalui Pendekatan Saintifik model Inquri Based

Learning tanggal 20 Februari 2018, dan tanggal 23 Februari 2018 pada

siklus I, dan hasil analisis data yang dilakukan oleh penulis, maka untuk

mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini dapat dikemukakan

pernyataan dari kolaborator pada siklus I berdasarkan hasil pengamatan

dilapangan:

a) Guru belum maksimal melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik yaitu guru masih mendominasi

waktu pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh peserta didik banyak

diam.

b) Peserta didik belum paham tentang model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dimana dapat dilihat pada hasil belajar peserta

didik pada pertemuan satu siklus satu hanya 74.41 sedangkan pada

pertemuan dua siklus dua 77.41 dari pertemuan satu dan dua memang

terjadi peningkatan namun belum mencapai KKM.

c) Peserta didik masih banyak yang kebingungan dalam memberi

pernyataan tentang masalah pada tayangan video pembelajaran.

d) Pemahaman peserta didik terhadap materi masih kurang.


90

e) Peserta didik takut memberikan pernyataan tentang materi tayangan

video yang telah diamatinya karena takut salah dapat dilihat dari hasil

berfikir kreatif siswa pada pertemuan satu dan pertemuan dua siklus

dua masih berada pada kategori kurang baik dan tidak baik yaitu 41%

tidak baik 25% cukup.

f) Pernyataan peserta didik masih mengambang karena tidak menguasai

materi.

g) Kelemahan peserta didik dapat terlihat dari ketidakberaniannya

menanggapi pernyataan temannya.

1) Hasil analisis data tentang proses pembelajaran Siklus I dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik.

Berdasarkan Tabel 2 tentang Berfikir Kreatif pada Pertemuan 1

Siklus I, bahwa peserta didik tergolong kategori cukup percaya diri dengan

rata-rata 72.46 disini dapat dilihat bahwa rasa percaya diri peserta didik

dalam keikutseraan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab gan

rendahnya semangat dan antusias dalam proses belajar mengajar serta

rendahnya keinginan mengatasi kesulitan yang timbul pada dirinya.

Sedangan pada penilaian hasil belajar peserta didik pada siklus 1 juga belum

mengalami ketuntasan maksimal dengan rata-rata 74.41 yang berada pada

kategori cukup. Selanjutnya berfikir kreatif yang dimiliki peserta didik pada

siklus 1 ini berada pada kategori Cukup.

Berdasarkan pengamatan kolaborator dan analisis data pada refleksi

siklus I diatas perlu diadakan perbaikan pada siklus I, Alasan perlu

perbaikan karena belum tercapainya target dan sasaran penelitian setiap


91

indikator pembelajaran. Maka perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus

II antara lain:

a) Menjelaskan dan memberikan pemahanan kepada peserta didik bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Saintifik adalah

proses belajar berpusat pada aktifitas peserta didik bukan pada guru.

b) Memberikan arahan yang lebih baik kepada peserta didik untuk

memahami sumber belajar yang digunakan.

c) Membantu peserta didik agar dapar memproses data sumber belajar.

d) Memberikan penjelasan kepada peserta didik yang belum memahami

materi.

e) Membantu peserta didik menyimpulkan materi pelajaran.

f) Media power point yang digunakan harus lebih menarik lagi

g) Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang mampu

memberikan tanggapan. Penghargaan berupa kata-kata lisan seperti

bagus, atau memberikan permen bagi peserta didik yang dapat

menjelaskan agar peserta didik bersemangat dan tidak takut

mengemukakan pendapatnya.

Untuk meningkatkan ketuntasan klasikal pada siklus I, solusi

perbaikannya adalah sebagai berikut:

a) Membantu peserta didik dalam memberikan tanggapan yairu

memperbaiki pernyataan peserta didik agar sesuai dengan materi

pembelajaran

b) Memberikan pekerjaan rumah (PR) diakhir pembelajaran seperti

peserta didik membuat resume pembelajaran dari berbagai sumber.


92

c) Memberikan pekerjaan rumah (PR) berupa soal-soal objektif dan

uraian untuk menambah wawasan peserta didik.

d) Guru akan memberikan nilai tambahan pada anak yang mengumpulkan

tugas lebih dahulu dan nilai akan berkurang berdasarkan lama anak

mengumpulkan tugas sampai dengan batas KKM.

2. Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yakni pada hari

Selasa tanggal 20 Februari 2018 pada pukul 07.00 s/d 08.45 WIB untuk

pertemuan pertama dengan kompetensi dasar menganalisis dinamika

litosfer dan dampaknya terhaap kehidupan, sedangkan untuk pertemuan ke

dua pada hari Kamis 27 Februari 2018 pada pukul 07.00 s/d 08.45 WIB

dengan materi Proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan di

ahkiri ulangan harian siklus satu pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2018.

a. Perencanaan Siklus II

Persiapan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah sebagai

berikut:

a) Mempersiapkan lembar observasi aktifitas peserta didik.

b) Mempersiapkan lembaran pengamatan kegiatan guru.

c) Mempersiapkan silabus.

d) Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus I

yang bercirikan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik.
93

e) Mempersiapkan materi pembelajaran sebagai stimulus pembelajaran

dengan menggunalan Pendekatan Saintifik.

b. Pelaksanaan tindakan siklus II

Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan dengan bantuan seorang

guru pengamat (Novita Nila Sari, S.Pd). Menurut Gallagher et.al (1995)

Kegiatan yang dilakukan dalam penerapan Pendekatan Saintifik adalah

melaksanakan 5 langkah pembelajaran yaitu: 1) Mengamati, 2)

Mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) Mengumpulkan Informasi, 4)

Mengasosiasi, 5) Mengkomunikasikan.

Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tindakan skenario

pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dan diamati oleh kolaborator

untuk setiap pertemuan pembelajaran. Tindakan pembelajaran yang

dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut:

1) Pertemuan I siklus II

a) Guru mengajukan pertanyaan untuk melihat pengetahuan awal

peserta didik sebagai prasarat sebelum memasuki tahap

pembelajaran tentang Kualitas lingkungan untuk kelangsungan

hidup.

b) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik.

c) Guru membagi peserta didik atas 6 kelompok, setiap kelompok

mempunyai Sumber bacaan/LKS masing-masing individu.


94

d) Peserta didik membaca buku sumber dan mengumpulkan

informasi untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada

lembar kerja kelompok.

e) Peserta didik melakukan diskusi di kelompoknya untuk

menjelaskan setiap pertanyaan pada lembar kerja peserta didik.

f) Masing-masing kelompok peserta didik menjelaskan hasil

temuannya secara bergantian dan kelompok lain menanggapi

hasil diskusi kelompok yang tampil.

g) Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran kemudian

guru memberikan penguatan materi sebelum menutup

pelajaran.

2) Pertemuan ke 2 siklus II

a. Guru menjelaskan tentang Proses tektonisme dan pengaruhnya

terhadap kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya

terhadap kehidupan.

b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik secara kelompok.

c. Peserta didik membaca buku sumber dan LKS untuk menjawab

pertanyan pada lembaran tugas.

d. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

sesuai nomor soal yang diminta oleh guru.

e. Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang dipandu

oleh guru.
95

Berikut ini diuraikan tentang perkembangan pelaksanaan tindakan

untuk masing-masing pertemuan pada siklus II yang terdiri dari pertemuan

1dan 2.

3) Pertemuan 1 siklus II

Pertemuan pertama dilaksanakan pada pada hari Selasa tanggal 20

Februari 2018 pada pukul 07.00 s/d 08.45 WIB. Materi yang dibahas pada

pertemuan pertama tentang Menganalisis dinamika litosfer dan dampaknya

terhadap kehidupan. Indikator yang akan dicapai adalah: 1)

Menggaliinformasi tentang proses pembentukan tanah di Indonesia, 2).

Menjelaskan faktor yang berperan dalam pembentukan tanah.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang

meliputi prasarat, motivasi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Prasarat dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik

tentang Pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dalam

pembangunan berkelanjutan. Motivasi digunakan untuk merangsang

peserta didik agar tertarik dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya

guru menyampaikan kompetensi serta tujuan pembelajaran yang akan

dicapai oleh peserta didik pada pertemuan tersebut.

Pada pertemuan ini proses pembelajaran menggunakan Pendekatan

Sanitifik dimulai dengan membentuk 6 kelompok peserta didik yang

terdiri dari 5-6 orang tiap kelompoknya. Guru menentukan kelompok

dengan cara peserta didik berhitung dengan menyebutkan nomor urut 1

sampai 5 dan diulang kembali sampai semua peserta didik mendapatkan


96

nomor urut. Guru menempatkan peserta didik yang nomor urut yang sama

untuk membentuk kelompok di tempat yang telah ditentukan guru.

Tabel 15. Pembagian Kelompok dalam penerapan Pendekatan


Sanitifik Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan
No Nama Kelompok 1 Nama Kelompok 2 Nama Kelompok 3
1 Andre Aziz Ardila Nurazzana Arif Patahilla
2 Dadung Saputra Bagas Carlino Arif Winanda
3 Diro Candra Deza Syafitri Eliza Fitri
4 Refi Despita Sandra Asmar Dianti Tedi Dihandarau
5 Vero Diandi Putra Fidi Gusmardi Wahyu Ilahi
No Nama Kelompok 4 Nama Kelompok 5 Nama Kelompok 6
1 Farlli Afrila Febrija Atrila Hapepi
2 Indah Purnama Rizki Ifan Rifa I Jesi Sri Mayenti
3 Meci Febrian Mekarsari Nespia Afatel
4 Rakes Afinas Rama Fernanddes Rauf Agzami Mulki
5 Yulia Fitri Muhammad Irfandi
6

Setelah peserta didik duduk dikelompoknya masing-masing, guru

memberikan lembar kerja kelompok. Guru menjelaskan kegiatan

pembelajaran yang harus dilakukan selama proses pembelajaran. Hal ini

dilakukan agar peserta didik dapat mengikuti tahapan pembelajaran

dengan menggunakan Pendekatan Saintifik. Tahap-tahap pembelajaran

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengamati

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik diberikan rangsangan

dengan cara menceritakan masalah masalah yang terjadi tentang Proses

saisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses tenaga eksogen

dan pengaruhnya terhadap kehidupan.


97

b. Menanya

Setelah di jelaskan tentang Karakteristik lapisan-lapisan bumi, guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik berdiskusi dalam

kelompoknya untuk mengidentifikasi berbagai macam istilah-istilah yang

berkaitan tentang Proses saisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

serta proses tenaga eksogen dan pengaruhnya terhadap kehidupan,

selanjutnya menuliskannya pada buku tulisnya masing-masing. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 12. Peserta didik memperhatikan guru menerangkan tentang Proses


seisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses tenaga eksogen dan
pengaruh terhadap kehidupan (Selasa tanggal 20 Februari 2018)

c. Mengumpulkan Informasi

Pada saat peserta didik menuliskan hasil investigasinya, tentang

istilah-istilah yang berkaitan dengan Karakteristik lapisan-lapisan bumi

guru memberikan kesempatan kepada peserta didik disetiap kelompok


98

untuk membaca LKS tentang Proses saisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses tenaga eksogen dan pengaruhnya terhadap

kehidupan.

d. Mengasosiasi

Peserta didik berdiskusi di kelompoknya, sehingga masing-masing

anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan

Proses saisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses tenaga

eksogen dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Guru membantu kelompok

peserta didik yang mendapatkan kesulitan dalam memahami materi. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini dimana guru

membantu siswa dalam memahami materi.

Gambar 13. Guru membentu peserta didik yang mendapatkan kesulitan dalam
memahami materi (Selasa 20 Februari 2018)
99

e. Mengkomunikasikan

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap

investigasinya tentang Proses saisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

serta proses tenaga eksogen dan pengaruhnya terhadap kehidupan secara

kelompok untuk membuktikan hasil pekerjaan kelompoknya.

4) Pertemuan 2 siklus II
Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Selasa 27 Februari 2018

pada pukul 07.00 s/d 08.45. dengan Indikator pencapaian kompetensinya

adalah Menggali informasi tentang proses pembentukan tanah di Indonesia.

Sedangkan tujuan pembelajaran pertemuan kedua ini adalah:

a) Setelah membaca buku sumber/ LKS peserta didik dapat menjelaskan

tentang proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta

proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

b) Setelah membaca buku sumber/LKS peserta didik dapat menjelaskan

prinsiputama etika lingkungan.

c) Secara kelompok peserta didik dapat menggambarkan peta konsep

pelestarian lingkungan hidup.

Pembelajaran pada pertemuan ke dua dimulai dengan mengabsen

peserta didik, kemudian memberikan kilas balik terhadap hasil pembelajaran

minggu lalu. Kemudian guru memotivasi peserta didik dan menjelaskan

tujuan pembelajaran selanjutnya. Motivasi dilakukan untuk meningkatkan

minat peserta didik dalam memahami bentang perairan darat dengan

menanyakan kepada peserta didik tentang Menggali informasi tentang proses

pembentukan tanah di Indonesia.


100

Pembelajaran berikutnya adalah kegiatan inti yang dimulai dengan

tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Saintifik. Tahap-

tahap pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Mengamati

Pertemuan kedua juga tidak jauh berbeda dari segi urutan kegiatan

yang penulis lakukan, perbedaan terletak pada meteri dan cara

penyampaian serta pada kegiatan inti yang di lakukan. Pada pembukaan

pembelajaran penulis tetap mengucapkan salam, kemudian berdo’a

bersama dan mengambil absen siswa. Selanjutnya guru menjelaskan

materi yaitu menjelaskan tentang Pembentukan tanah dan persebaran jenis

tanah dan peserta didik menyimak materi yang dijelaskan oleh guru. Guru

mengajukan pertanyaan tentang pembentukan tanah, salah satu murid

menjawab dan Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik dan

disambut gembira oleh peserta didik lain dengan tepuk tangan. Selanjutnya

guru meminta peserta didik membaca buku/LKS tentang Pembentukan

tanah dan persebaran jenis tanah.

b) Menanya

Setelah membaca LKS tentang materi Proses tektonisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan yang mana indicator pada siklus 1

pertemuan 2 ini yaitu Pembentukan tanah dan persebaran jenis tanah, guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menuliskan berupa

pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan indikator yang telah

ditetapkan. Kemudian peserta didik memilih satu pernyataan yang telah


101

dirumuskan. Pertanyaan-pertanyaan peserta didik tersebut di kelompokkan

oleh guru menjadi 6 bagian sesuai dengan materi pembelajaran. Kemudian

guru membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 5-6 orang

peserta didik untuk setiap kelompoknya.

Seperti terlihat pada dena tempat duduk siswasaat proses

pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Saintifik di laksanakan.

Di dena tersebut di gambarkan masing-masing kelompok yang ikut serta

dalam diskusi. Adapun anggota kelompoknya terlihat pada table berikut

ini:

Tabel 16. Pembagian Kelompok dalam penerapanPendekatan


Sanitifik Kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan
No Nama Kelompok 1 Nama Kelompok 2 Nama Kelompok 3
1 Andre Aziz Ardila Nurazzana Arif Patahilla
2 Dadung Saputra Bagas Carlino Arif Winanda
3 Diro Candra Deza Syafitri Eliza Fitri
4 Refi Despita Sandra Asmar Dianti Tedi Dihandarau
5 Vero Diandi Putra Fidi Gusmardi Wahyu Ilahi
No Nama Kelompok 4 Nama Kelompok 5 Nama Kelompok 6
1 Farlli Afrila Febrija Atrila Hapepi
2 Indah Purnama Rizki Ifan Rifa I Jesi Sri Mayenti
3 Meci Febrian Mekarsari Nespia Afatel
4 Rakes Afinas Rama Fernanddes Rauf Agzami Mulki
5 Yulia Fitri Muhammad Irfandi

c) Mengumpulkan Informasi

Peserta didik berdiskusi di kelompoknya, sehingga masing-masing

anggota kelompok dapat menuliskan semua istilah-istilah yang berkaitan

dengan Pembentukan tanah dan persebaran jenis tanah. Peserta didik

membaca LKS mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi

dilingkungannya masing-masing dan solusi yang tepat dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Guru membantu kelompok peserta didik


102

yang mengajukan pertanyaan atau mendapatkan kesulitan dalam

memahami materi.

d) Mengasosiasi

Pernyataan-pernyataan tentang masalah-masalah yang terjadi

dilingkungan yang dituliskan oleh peserta didik setiap kelompok di

tampilkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok

mendapatkan giliran dalam menceritakan masalah yang terjadi di

lingkungan sekitarnya, dan kelompok yang lain juga memberikan solusi

dari masalah yang terjadi tersebut.

e) Mengkomunikasikan

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan tujuan dan strategi dari konservasi tersebut. Peserta didik

membuat kesimpulan tentang pembentukan tanah dan persebaran jenis

tanah. sehingga setiap kelompok menghasilkan materi yang berbeda tetapi

mencakup semua materi pembelajaran.

Setelah peserta didik melakukan diskusi kelompok mengenai , tujuan

pembentukan tanah dan persebaran jenis tanah, guru meminta peserta

didik untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya yang telah dituliskan

pada buku tulisnya masing-masing.

Guru menantang kelompok yang akan tampil 6 untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru menunjuk kelompok

yang tampil sesuai dengan urutan materi pembelajaran. Kelompok yang

tampil pertama adalah kelompok yang membahas masalah tentang


103

pembentukan tanah dan persebaran jenis tanah Kelompok yang tampil

adalah kelompok 6.

Akhirnya pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2018 dilaksanakan

ulangan harian (ulangan untuk siklus II) di kelas Kelas X IPS.4 yang

dikuti oleh seluruh peserta didik yaitu 29 orang peserta didik.

c. Observasi dan Evaluasi Siklus II

Berikut ini adalah deskripsi data hasil pengamatan Berfikir Kreatif

dan hasil belajar peserta didik di kelas kelas X IPS.4 SMAN 1 Painan pada

siklus II.

1) Deskripsi data Berfikir Kreatif Peserta Didik pada Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator terhadap aktifitas

belajar peserta didik dengan menggunakan Pendekatan Saintifik diperoleh

data penilaian Berfikir Kreatif belajar peserta didik pada pertemuan

pertama siklus II pada table berikut ini.

a) Siklus Kedua Pertemuan 1

Berdasarkan penilaian Observasi Berfikir Kreatif peserta didik

maka hasil tingkat capaian responden yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

Tabel 17: Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada


Siklus II Pertemuan I
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Sangat Baik 1 3
2 Baik 17 53
3 Cukup 11 44
4 Kurang Baik 0 0
5 Tidak Baik 0 0
Jumlah 29 100
104

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Berfikir Kreatif

siswa dalam mata pelajaran Geografi berada pada kategori Baik. Hal ini

terlihat banyak jumlah siswa yang berada pada kategori sangat baik yaitu

3%, Yang berada pada kategori Baik seitar 53%, dan yang berada pada

kategori Cukup 44%, dan Pada Kategori Kurang Baik yaitu sekitar 0%

sedangkan yang berada pda kategori Tidak baik yaitu sekitar 0% .

Sementara itu, skor rata-rata Berfikir Kreatif siswa untuk siklus II

Pertemuan I adalah 80.75%.

Untuk lebih jelasnya grafik hasil Berfikir Kreatif peserta didik dapat

diamati pada diagram di bawah ini :

Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Pada Siklus 2 Pertemuan 1

Gambar 14: Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 2


Pertemuan 1
Berdasarkan Diagram di atas menyatakan bahwa persentase

tertinggi yaitu berada pada kategori baik yaitu 53% dan kategori

terendah berada pada kategori kurang baik dan tidak baik. Untuk itu

perlu di lanjutkan lagi pada siklus berikutnya.


105

b) Siklus Kedua Pertemuan 2

Berdasarkan penilaian Berfikir Kreatif peserta didik maka hasil

tingkat capaian responden yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 18: Tingkat Capaian Berfikir Kreatif Peserta didik Pada


Siklus II Pertemuan 2
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Sangat Baik 1 3
2 Baik 24 75
3 Cukup 4 22
4 Kurang Baik 0 0
5 Tidak Baik 0 0
Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Berfikir Kreatif

siswa dalam mata pelajaran Geografi. Hal ini terlihat banyak jumlah siswa

yang berada pada kategori sangat baik yaitu 3%, Yang berada pada

kategori Baik seitar 75%, dan yang berada pada kategori Cukup 22%, dan

Pada Kategori Kurang Baik yaitu sekitar 0% sedangkan yang berada pda

kategori Tidak baik yaitu sekitar 0% . Sementara itu, skor rata-rata Berfikir

Kreatif siswa untuk siklus II Pertemuan 2 adalah 86.11%.

Untuk lebih jelasnya grafik hasil Berfikir Kreatif peserta didik

dapat diamati pada diagram di bawah ini :


106

Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 2 Pertemuan 2

Gambar 15: Rekapitulasi Hasil Berfikir Kreatif Siswa Pada Siklus 2


Pertemuan 2

Berdasarkan Diagram di atas menyatakan bahwa persentase

tertinggi yaitu berada pada kategori baik yaitu 75% kategori cukup

yaitu 22% dan sangat biak 3%. Untuk itu tidak perlu di lanjutkan lagi

pada siklus berikutnya.

Untuk lebih jelaskannya Perkembangan Berfikir Kreatif Pada

Siklus I dapat di lihat pada tabel dan diagram di bawah:

Tabel: 19 Rata-Rata Hasil Berfikir Kreatif


Rata-Rata Hasil Berfikir
Siklus I Kreatif Kategori
Pertemuan I 80.75 Baik
Pertemuan II 86.11 Baik Sekali
Rata-Rata 83.43 Baik

Dari Tabel di atas menyatakan bahra Perkembangangan Rata-Rata

Hasil Berfikir Kreatif Pada siklus II Pertemuan I Yaitu 80.75

sedangkan pada pertemuan kedua yaitu 86.11 yang berada pada

kategori Baik. Maka rata-rata hasil Berfikir Kreatif padasiklus II yaitu

82.03 yang berada pada kategori sangat baik.


107

Perkembangan Berfikir Kreatif Pada Siklus


2

5
4 Pertemuan 1
3 Pertemuan 2
2
1
0
Rata-rata Hasil Berfikir Kreatif Siklus 2

Gambar 16: Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Pada Siklus II

Berdasarkan hasil perkembangan Berfikir Kreatif Pada Siklus II

Berada pada kategori Baik. Untuk itu tidak perlu di lanjutkan lagi pada

Siklus berikutnya.

2) Deskripsi hasil belajar pada Siklus II

a) Siklus II Pertemuan 1

Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam menganalisis proses

tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme

dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik dapat dilihat pada table berikut adalah:

Tabel 20: Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada


Siklus II Pertemuan 1
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Tuntas 25 88
2 Tidak Tuntas 4 13
Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa secara individu

dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap


108

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

pada siklus II dari 25 orang siswa 29 diantaranya telah mencapai

ketuntasan (KKM = 75) sedangkan peserta didik yang belum tuntas adalah

4 orang. Sedangkan secara klasikal kelas X IPS.4 mencapai ketuntasan

88% dengan nilai rata-rata 80,dan yang belum tuntas 13%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 17. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4 Pada
Siklus II Pertemuan I

Secara klasikal pada siklus II, jumlah peserta didik ada 25 peserta didik

yang telah mencapai KKM 75 dan 4 peserta didik yang belum mencapai

KKM 75. Nilai rata-rata secara klasikal adalah 80.63 yang berada pada

kategori Baik. Untuk itu perlu dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

b) Siklus II Pertemuan 2

Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam menganalisis proses

tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme

dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik dapat dilihat pada table berikut adalah:


109

Tabel 21: Tingkat Capaian Hasil Belajar Peserta didik Pada


Siklus II Pertemuan 2
No Klasifikasi Frekuensi Persentase
1 Tuntas 27 94
2 Tidak Tuntas 2 6
Jumlah 29 100
Tabel 20. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar pada Siklus I Pertemuan I

Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa secara individu

dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

pada siklus I dari 29 orang siswa terdapat 27 siswa yang tuntas atau 94%

diantaranya telah mencapai ketuntasan (KKM=75) sedangkan peserta

didik yang belum tuntas adalah 2 orang atau 6%. Sedangkan secara

klasikal kelas X IPS.4 mencapai dengan nilai rata-rata. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 18. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Peserta Didik kelas X IPS.4 Pada
Siklus II Pertemuan 2

Secara klasikal pada siklus II, hanya 27 peserta didik yang telah

mencapai KKM 75. Dari 29 peserta didik yang mencapai yaitu 94%, Dan

yang belum mencapai KKM yaitu sekitar 2 orang dengan rata-rata klasial
110

6% . Nilai rata-rata secara klasikal adalah 83.03 yang berada pada kategori

Baik. Untuk itu perlu di lanjutkan pada siklus berikutnya.

Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat perkembangan siklus I Pada Tabel

dan diagram di bawah ini:

Tabel 22: Perkembangan Rata-Rata Hasil Belajar Pada Siklus II

Siklus II Rata-Rata Hasil Belajar Kategori


Pertemuan I 80.63 Baik
Pertemuan II 83.03 Baik
Rata-Rata 81.83 Baik

Berdasarkan tabel di atas bahwasanya rata-rata perkembangan hasil

belajar pada siklus II Pertemuan 1 yaitu 80.63 sedangkan pada pertemuan

II yaitu 83.03. Untuk itu pada siklus I ini rata-rata perkembangan hasil

belajar yaitu 81.83 yang berada pada kategori Baik.

Gambar 19: Perkembangan Hasil Belajar Pada Siklus II

Berdasarkan diagram di atas menyatakan bahwa perkembangan rata-

rata hasil belajar pada siklus 1 berada pada kategori Baik, untuk itu perlu

di lanjutkan lagi pada siklus berikutnya.


111

c) Refleksi Siklus II

Berikut ini adalah hasil pengamatan oleh kolaborator (Novita Nila Sari

S.Pd) terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik pada Siklus II dari pertemuan 1 tanggal 20 Februari 2018 sampai

pertemuan 27 tanggal 27 Februari 2018.

Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran melalui Pendekatan Saintifik tanggal 20 Februari 2018, dan

tanggal 27 Februari 2018 pada siklus I, dan hasil analisis data yang

dilakukan oleh penulis, maka untuk mencapai tujuan yang diharapkan

dalam penelitian ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

1. Pernyataan dari kolaborator berdasarkan hasil pengamatan dilapangan:

a) Guru sudah maksimal melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik model inquiri based learning

yaitu guru masih mendominasi waktu pembelajaran. Hal ini

disebabkan oleh peserta didik banyak diam.

b) Peserta didik sudah mulai paham tentang model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru.

c) Pemahaman peserta didik terhadap materi sudah baik.

d) Peserta didik tidak takut memberikan pernyataan tentang materi

tayangan video yang telah diamatinya karena takut salah.

e) Pernyataan peserta didik sudah mulai fokus pada materi yang

disampaikan.

f) Kelemahan peserta didik dapat terlihat dari ketidakberaniannya

menanggapi pernyataan temannya.


112

2. Hasil analisis data tentang proses pembelajaran Siklus II dengan

menggunakan Pendekatan Sanitifik.

Berdasarkan Observasi Berfikir Kreatif pada Pertemuan 1 Siklus II,

bahwa peserta didik tergolong kategori cukup percaya diri dengan rata-rata

80.47, disini dapat dilihat bahwa rasa percaya diri peserta didik dalam

keikutseraan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan

keikutsertaan dalam berpendapat suda meningkat .

Berdasarkan Observasi Berfikir Kreatif pada Pertemuan 2 Siklus II,

bahwa peserta didik tergolong memiliki kategori percaya diri baik dengan

rata-rata 83.59, disini dapat dilihat bahwa rasa percaya diri peserta didik

dalam keikutseraan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan

dan keikutsertaan dalam berpendapat Juga meningkat. Sedangkan pada

hasil belajar peserta didik pada siklus II yaitu 81.83 yang berada pada

kategori baik. Sedangan pada tingkat berfikir kreatif peserta didik juga

meningkat. Hal ini terlihat bahwa peningkatan hasil berfikir kreatif peserta

didik pada siklus II yaitu 82.68. Dari data ketuntasan klasikal hasil belajar

pada siklus II dapat dijelaskan bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai,

berdasarkan hal tersebut maka penelitian tindakan kelas ini sudah

mencapai target dan tidak perlu untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya.

d) Perbandingan Berfikir Kreatif peserta didik siklus I dan siklus II

Perkembangan Berfikir Kreatif peserta didik pada siklus I dan siklus II

dapat dilihat pada data berikut ini.


113

Tabel 23: Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Siswa Siklus 1 dan


Siklus II
No Jadwal Siklus I Siklus II
1 Pertemuan I 61.40 80.75
2 Pertemuan II 73.08 86.11
Rata-Rata 67.24 83.43

Berdasarkan tabel 22 di atas, perkembangan ketuntasan klasikal

peserta didik pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan ketuntasan klasikal Berfikir Kreatif, dimana ketuntasan

Berfikir Kreatif peserta didik pada siklus I adalah 67.24% meningkat

menjadi 83.43%.

Berdasarkan data hasil belajar peserta didik dapat dilihat

perbandingan ketuntasan klasikal peserta didik pada siklus I dan siklus II.

Perbandingan Berfikir Kreatif tersebut ditampilkan pada gambar berikut

ini.

Perbandingan Ketuntasan Klasikal Hasil


Belajar Siklus 1 dan Siklus 2

100

80

60 Pertemuan 1
Pertemuan 2
40

20

0
Siklus 1 Siklus 2

Gambar 20. Perbandingan Ketuntasan klasikal hasil belajar


114

Sedangan rata-rata Berfikir Kreatif pada siklus I dan II dapat di

lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 24:Rata-Rata Hasil Berfikir Kreatif Siklus I dan II

NO SIKLUS Rata-Rata Kategori


1 I 67.24 Cukup
2 II 83.43 Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa Rata-Rata Hasil

Berfikir Kreatif Siklus I yaitu 67.24 yang berada pada kategori Cukup,

sedangkan pada siklus II yaitu 83.43 Yang berada pad kategori baik. Maka

peningkatan Hasil Berfikir Kreatif dari Siklus I dan II yaitu 16.19%.

Rata-rata Berfikir Kreatif Siklus 1 dan


Siklus 2

100

80

60 Berfikir Kreatif
40

20

0
Siklus 1 Siklus 2

Gambar 21: Rata-Rata Hasil Berfikir Kreatif Siklus I dan II

f) Perbandingan Hasil belajar peserta didik siklus I dan siklus II

Perkembangan Hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II

dapat dilihat pada data berikut ini.


115

Tabel 25: Perkembangan Hasil Berfikir Kreatif Siswa Siklus 1 dan


Siklus II
No Jadwal Siklus I Siklus II
1 Pertemuan I 73.75 80.63
2 Pertemuan II 75.69 83.03
Rata-Rata 74.72 81.83
Tabel 10. Perkembangan ketuntasan klasikal Hasil belajar

Berdasarkan tabel 31 diatas, perkembangan ketuntasan klasikal

peserta didik pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan ketuntasan klasikal Hasil belajar, dimana ketuntasan Hasil

belajar peserta didik pada siklus I adalah 74.72% meningkat menjadi

81.83%.

Berdasarkan data hasil belajar peserta didik dapat dilihat

perbandingan ketuntasan klasikal peserta didik pada siklus I dan siklus II.

Perbandingan Hasil belajar tersebut ditampilkan pada gambar berikut ini.

Gambar 22. Perbandingan Ketuntasan klasikal hasil belajar

Sedangan rata-rata Hasil belajar pada siklus I dan II dapat di lihat

pada tabel berikut ini:


116

Tabel 26: Rata-Rata Hasil belajar Siklus I dan II

NO SIKLUS Rata-Rata Kategori


1 I 74.72 Cukup
2 II 81.83 Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa Rata-Rata Hasil

belajar Siklus I yaitu 74.72 yng berada pada kategori Cukup, sedangkan

pada siklus II yaitu 81.83 Yang berada pad kategori baik. Maka

peningkatan Hasil belajar dari Siklus I dan II yaitu 7.11%.

Gambar 23 Rata-Rata Hasil Belajar Siklus I dan II

C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Painan kelas X IPS.4 berjumlah

29 orang siswa. Sebagai peserta didik yang sudah cukup lama dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan lingkungan belajar siswa

belum melihatkan kemampuannya dalam belajar. Dalam proses pembelajaran

peserta didik lebih banyak diam tidak berbicara dan tidak pernah terlihat

untuk mengemukakan pendapat. Dalam hal ini guru lebih banyak berbicara

dan perserta didik hanya menerima dan mengerjakan apa yang guru suruh.

Dari 29 orang siswa hanya 15 orang saja yang mengerjakan tugas yang
117

diberikan guru, dari yang mengerjakan tugas kebanyakan dari tugas yang

dikerjakan mempunyai jawaban yang sama.

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,

karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik

dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria

ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive

reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik

simpulan yang spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena

atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.

Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam

relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena

unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan

umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau

beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau

mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut

ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti

dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat

serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,

mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan

menguji hipotesis.
118

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman

belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S. W., 1997). Joyce,

dkk. (2003) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan

pembelajaran di kelas. Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam

menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta

proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik ketuntasan hasil belajar siswa secara

individu dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

pada siklus I dari 29 orang siswa 9 diantaranya telah mencapai ketuntasan

(KKM = 75) sedangkan peserta didik yang belum tuntas adalah 23 orang.

Sedangkan secara klasikal kelas X IPS.4 mencapai ketuntasan 28%

dengan,dan yang belum tuntas 72%. Secara klasikal pada siklus I, hanya 9

peserta didik yang telah mencapai KKM yaitu 75 orang dan 23 peserta didik

yang belum mencapai KKM yaitu 75 orang. Nilai rata-rata secara klasikal

adalah 74.41 yang berada pada kategori Cukup.

Menurut Ratna Wilis Dahan (2012:20), Belajar dapat difenisikan sebagai

suatu proses dimana suatu organisasi berubah berlakunya sebagai akibat

pengalaman. Menurut Gangne (1984:9) dalam Rusman, (2012:45) belajar

dapat didefenisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman. Ketuntasan hasil belajar peserta didik

dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan


119

serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik ketuntasan hasil belajar siswa secara

individu dalam menganalisis proses tektonisme dan pengaruhnya terhadap

kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya terhadap kehidupan

pada siklus I dari 29 orang siswa 16 diantaranya telah mencapai ketuntasan

(KKM = 75) sedangkan peserta didik yang belum tuntas adalah 13 orang.

Nilai rata-rata secara klasikal adalah 77.41 yang berada pada kategori Cukup.

Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator terhadap aktifitas belajar

peserta didik dengan menggunakan Pendekatan Saintifik diperoleh data

penilaian Berfikir Kreatif belajar peserta didik pada pertemuan pertama siklus

I dapat diketahui bahwa siswa dalam mata pelajaran Geografi berada pada

kategori Kurang. Hal ini terlihat banyak jumlah siswa yang berada pada

kategori sangat baik yaitu 0%, Yang berada pada kategori Baik sekitar 19%,

dan yang berada pada kategori Cukup 25%, dan Pada Kategori Kurang Baik

yaitu sekitar 16% sedangkan yang berada pda kategori Tidak baik yaitu

sekitar 41% . Sementara itu, skor rata-rata Berfikir kreatif siswa untuk siklus I

Pertemuan I adalah 60.85%. Berdasarkan Diagram di atas menyatakan bahwa

persentase tertinggi yaitu berada pada kategori Kurang. Untuk itu perlu

dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.

Dapat diketahui bahwa hasil Berfikir kreatif siswa dalam mata pelajaran

Geografi. Hal ini terlihat banyak jumlah siswa yang berada pada kategori

sangat baik yaitu 0%, yang berada pada kategori Baik sekitar 19%, dan yang

berada pada kategori cukup 69%, dan pada kategori kurang baik yaitu sekitar

13% sedangkan yang berada pda kategori Tidak baik yaitu sekitar 0%.
120

Sementara itu, skor rata-rata Berfikir kreatif siswa untuk siklus I Pertemuan 2

adalah 73.18%. menyatakan bahwa perkembangangan rata-rata berfikir

kreatif peserta didik pada siklus 1 pertemuan 1 yaitu 60.85 sedangkan pada

pertemuan kedua yaitu 73.18 yang berada pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran melalui Pendekatan Saintifik tanggal 20 Februari 2018, dan

tanggal 23 Februari 2018 pada siklus I, dan hasil analisis data yang dilakukan

oleh penulis, maka untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian

ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : 6 Pernyataan dari kolaborator

pada Siklus I berdasarkan hasil pengamatan dilapangan:

a. Guru belum maksimal melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Saintifik yaitu guru masih mendominasi

waktu pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh peserta didik banyak

diam.

b. Peserta didik belum paham tentang model pembelajaran yang dilakukan

oleh guru.

c. Peserta didik masih banyak yang kebingungan dalam memberi

pernyataan tentang masalah pada tayangan video pembelajaran.

d. Pemahaman peserta didik terhadap materi masih kurang.

e. Peserta didik takut memberikan pernyataan tentang materi tayangan

video yang telah diamatinya karena takut salah.

f. Pernyataan peserta didik masih mengambang karena tidak menguasai

materi.
121

g. Kelemahan peserta didik dapat terlihat dari ketidakberaniannya

menanggapi pernyataan temannya.

Dari hasil analisis data dan refleksi pada siklus I, jika dibandingkan

dengan siklus II dan indikator yang diharapkan dari penelitian ini ditemukan

hal-hal sebagai berikut:

a. Berfikir Kreatif peserta didik dalam proses pembelajaran mengalami

peningkatan di setiap siklusnya. Berfikir Kreatif peserta didik pada siklus I

yaitu 67.24 dan pada siklus II yaitu 83.43 sehingga mengalami peningkatan

sekitar 16.19%.

b. Proses pembelajaran yang dilakukan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan

Pendekatan Saintifik untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

kondisi awal kurang mandiri mengalami peningkatan yang cukup berarti

pada siklus I tetapi dengan memperbaiki proses pembelajaran terjadi

peningkatan yang sangat baik pada siklus II. Perbandingan rata-rata

Berfikir Kreatif belajar peserta didik pada materi Proses tektonisme dan

pengaruhnya terhadap kehidupan serta proses vulkanisme dan pengaruhnya

terhadap kehidupan mata pelajaran geografi mengalami peningkatan dari

74.72% pada siklus I menjadi 81.83% pada siklus II sehingga mengalami

peningkatan 7.11%.

c. Berfikir kreatif peserta juga mengalami peningkatan dari siklus I Dan II.

Pada siklus I rata-rata hasil berfikir kreatif peserta didik yaitu 67.02

sedangkan pada siklus II yaitu 62.68 sehingga mengalami peningkatan

sekitar 15.66%.
122

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Berfikir Kreatif dan hasil

belajar peserta didik dengan menggunakan Pendekatan Sanitifik. Dalam

penelitian ini masih ada kelemahan dan keterbatasan. Keterbatasan dalam

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran karena pembelajaran

menggunakan Pendekatan Saintifik diperlukan persiapan guru dalam

menciptakan stimulus agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Kekurangan lain dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan

peneliti dalam merekam dalam bentuk video sebagai bukti fisik dan bisa juga

digunakan untuk meriviu kembali guna melihat kekurangan yang dilakukan,

namun hal ini belum dilakukan karena kekurangan sarana dan tenaga untuk

merekam aktivitas pembelajaran.


123

BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Peningkatan Berfikir Kreatif peserta didik dengan menggunakan

Pendekatan Sanitifik model Inquiry Based Learning.

Proses pembelajaran yang terencana pada setiap tahapan

pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Sanitifik model Inquiry

Based Learning dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik

menemukan dan memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan belajar mandiri peserta didik

dapat mengembangkan konsep-konsep dan pengetahuan sesuai dengan

pengalaman dan daya nalar peserta didik serta dapat menumbuhkan

kepercayaan dirinya atas kemampuan yang ia miliki.

Pada awalnya peserta didik hanya menunggu materi ajar yang

diberikan oleh guru, tetapi setelah proses pembelajaran menggunakan

Pendekatan Sanitifik dapat meningkatkan disiplin, mempunyai inisiatif,

penuh tanggung jawab dan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi

dalam belajar. Peserta didik yang mulanya tidak mau mengemukakan

pendapat atau memberikan tanggapan akhirnya mampu meningkatkan

keikutsertaanya dalam mendapatkan pengetahuan baru.

2. Peningkatan Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan Pendekatan

Sanitifik model Inquiry Based Learning.

Hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunaka Pendekatan Sanitifik model Inquiry Based Learning terjadi

peningkatan. Siklus I rata-rata ketuntasan hasil belajar hanya 74.72 atau

123
124

sebatas tuntas, pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 81.83. Peserta

didik yang mencapai ketuntasan pada siklus I adalah 13 orang atau 56%

dan yang tidak tuntas adalah 16 orang atau 44% pada siklus II peserta didik

yang tuntas meningkat menjadi 27 orang atau 94% dan yang tidak tuntas

berkurang menjadi 2 orang atau 6%.

3. Peningkatan Berfikir kreatif peserta didik dengan menggunakan

Pendekatan Sanitifik model Inquiry Based Learning.

Berfikir kreatif peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

menggunaka Pendekatan Sanitifik model Inquiry Based Learning terjadi

peningkatan. Siklus I rata-rata ketuntasan Berfikir kreatif yaitu 67.24, pada

siklus II terjadi peningkatan menjadi 83.43.

B. Implikasi

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Saintifik model Inquiry Based Learning telah menunjukan bahwa penulis

sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan berfikir kreatif belajar dan hasil belajar

peserta didik.

Proses pembelajaran juga ditunjang oleh media dan alat pembelajaran

sekalugus sebagai sumber belajar bagi peserta didik agar mampu memahami

materi pembelajaran dengan baik. Untuk itu guru perlu meningkatkan

kemampuannya dalam mengoperasikan computer dan membuat media

pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik.

Seterusnya penulis merancang dan melaksanakan scenario pembelajaran

yang mampu meningkatkan berfikir kreatif, hasil belajar, dan berfikir kreatif
125

peserta didik dalam belajar dan antusias serta mempunyai motivasi yang tinggi

dalam proses belajar mengajar.

Melalui pembelajaran peserta didik berperan aktif dalam proses

pembelajan memiliki keterampilan berfikir luwes, lancar dan orisinil dalam

berfikir sehingga peserta didik merasa dihargai pendapatnya dan mampu pula

mengemukakan pendapatnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang dijabarkan di atas dapat

disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Karena materi pembelajaran geografi dekat dengan kehidupan sehari-

hari maka proses pembelajaran geografi dilaksanakan sesuai dengan

pengalamannya untuk menggali pengetahuan yang dimiliki oleh

peserta didik untuk memudahkan penyampaian materi ajar.

2. Kalau peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan

pengetahuannya sendiri, guru harus mampu menggunakan model

pembelajaran yang dapat menggali dan mengembangkan pengetahuan

peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat memotivasi peserta

didik untuk terus mencari-dan mencari pengetahuan baru.

3. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, seorang guru

hendaknya selalu melibatkan peserta didik secara aktif dan

memberikan kesempatan yang merata guna meningkatkan Berfikir

Kreatif pesertya didk baik secara individu maupun kelompok.

4. Proses pembelajaran sebaiknya direkam dalam sebuah video sehingga

seluruh aktifitas guru dan peserta didik dalam pelaksanaannya bisa


126

terdokumentasi dengan baik untuk meriviu kembali proses yang telah

dilaksanakan.

5. Seorang guru yang professional dituntut untuk menguasai materi

pembelajaran dan menguasai seluruh aspek yang ada dalam

pembelajaran, karena pembelajaran yang bermakna itu adalah

pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan mencakup semua

ranah pembelajaran seperti aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan

aspek sikap. Oleh karena itu sangatlah tepat guru menggunakan

Pendekatan Saintifik untuk meningkatkan Berfikir Kreatif dan hasil

belajar peserta didik.


127

DAFTAR PUSTAKA

Abdul majid, 2014. Implementasi Kurikulum 2013.Bandung: Interes Media


Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah.2014. Berpikir Kreatif Siswa
Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika.
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo. Jurnal
Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo (Vol.2, No.1, Maret 2014).
Di Undu tanggal 24 Januari 2017.
Arifin Handoyono Nurcholish. 2016. Pengaruh Inquiry Learning Dan Problem-
Based Learning Terhadap Hasil Belajar Pkkr Ditinjau Dari Motivasi
Belajar. Pendidikan Teknik Mein FKIP Universitas Sarjanawiyata
Tamanasaiswa. Jurnal Pendidikan Vokasi. Volume 6, NO 1 Februari 2016
(31-42). Di Undu Tanggal 1 Juni 2018
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
pendidikan nasional.
Dimiyati. 2013. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinek Cipta
Ermaita, DKK, 2016. Penggunaan media pembelajaran crossword puzzle
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.
Jurnal Studi Sosial Vol 4, No 1 (2016): FKIP Universitas Lampung
Fathurrohman, P dan Sutiko.S.M. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
Gintings, Abdurrakhman. 2008. Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran.
Bandung: Humaniora.
Hamalik,Oemar.2003.Proses Belajar Mengajar.Bandung:Bumi Aksara.
Heriawan, Adang, dkk. 2012.Metodologi Pembelajaran Kajian Teoretis Praktis
Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran. Serang-
Banten: LP3G ( Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru).
Husamah. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi.
Malang: Prestasi Pustaka.
Isna Nur Lailatul Fauziyah, Budi Usodo, Henny Ekana. 2013. Proses Berpikir
Kreatif Siswa Kelas X Dalam Memecahkan Masalah Geometri
Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau Dari Adversity Quotient(Aq)
Siswa. .Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta.
Jurnal pendidikan Matematika vol 1 no 1 maret 2013. Di Undu tanggal 24
Januari 2017.
Khodijah,Nyayu.2006.Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press
Kusmaryono Heru dan Rokhis Setiawan.2013. Penerapan Inquiry Based Learning
Untuk Mengetahui Respon Belajar Siswa Pada Materi Konsep Dan
Pengelolaan Koperasi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan.
Vol. VIII, No. 2, Desember 2013. Di Undu Tanggal 1 Juli 2018
Marlinda, Ni Luh Putu Mery Marlinda. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kinerja
Ilmiah Peserta didik. Tesis. Program Studi Pendidikan IPA Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Masnur Muslich, 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara
128

Mufiannoor Eddy dan dkk.2016. Melatih Kemampuan Berfikir Kreatif dan


Pemahaman Konsep Dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing
Pada Mater Interaksi Makhluk Hidup Dengan Lingkungan. Jurnal.
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Vol.5, No.2
Mei 2016. Di Undu Tanggal 1 Juli 2018
Mulyasa, 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu
Mudah (Classrom Action Research). Jakarta: Bumi Askara.
Mustika, ika ,dkk , 2013 , Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik
SMP Dalam Pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (PTD), Jurnal
Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1,
Nur, I , dkk, 2013. Proses Berpikir Kreatif Peserta didik Kelas X Dalam
Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas
Ditinjaudari Adversity Quotioent (AQ), Jurnal.
Nurdin, Diding, dkk. 2010. Problematika Pendidikan Dasar Kebijakan, Strategi
dan Metode Pembelajaran. Bandung: Ilmu Cahaya Hati.
Nurjanah, E, dkk, 2014. Penerapan Project based learning Dengan Performance
Assessment Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Sejarah
Peserta Didik Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Rambipuji.Jember. Journal
Putra R, Sitiatava. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Jogjakarta: Diva Press Reflika Aditama.
Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada.
Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sardiman,A.M.2006. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta:Grafindo.
Sari Novita dan Murwatiningsih. 2015. Pengaruh Model Inquiry Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Jurnal Economic
Education Analysis Journal. Di Undu Tanggal 1 Juni 2018
Slamento. 1998. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Bina Aksara.
Slameto (2007) evaluasi pendidikan. Jakarta: bima aksara
Slameto, (2003).Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta
:Rieneka cipta.
Sri Hastuti Noer.2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended. Dosen
Pendidikan Matematika Universitas Lampung. Jurnal Pendidikan
Matematika, (Volume 5. No.1. Januari 2011). Di Undu tanggal 24 Januari
2017.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhandri.2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Melalui Pendekatan Open-Ended. UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jurusan
129

Pendidikan Matematika. Gamatika (Vol. III No.2 Mei 2013). Di Undu


tanggal 24 Januari 2017.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta :
Sumantri, Mulyani, dan Permana Johar. 1998/1999. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.
Supiandi Iyus Markus dan Hendrikus Julung.2016. Pengaruh Model Problem
Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah dan
Hasil Belajar Kognitif Siswa Biologi SMA. STKIP Persada Khatulistiwa
Sintang, Kalimantan Barat.Jurnal Pendidikan Sains. Vol.4 No.2, Juni
2016, hal 60-64. Di undu tanggal 1 Juli 2018
Suriyani, Hasratuddin, Asmin. 2015.Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Dan Kemandirian Belajar Siswa MTS Negeri 2 Medan Melalui
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended. Pascasarjana
Pendidikan Matematika UNIMED Medan. Jurnal Tabularasa Pps Unimed
(Vol.12 No.3, Desember 2015). Di Undu tanggal 24 Januari 2017.
Suryabrata, Sumadi, 2006. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Susanti.2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Nutrisi. SMA Negeri
1 Karangnunggal. Jurnal Pengajaran MIPA, (Volume 18, Nomor 1, April
2013, hlm. 36-42). Di Undu tanggal 24 Januari 2017.
Suseno Heru.2016. Penerapan Model Inquiry Learning Dengan Pendekatan
Saintifik Untuk Meningkatkan Keterampilan Abstrak Dan Prestasi Belajar
Fisika Siswa SMA. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Madiun.Jurnal
Edukasi Matematika dan Sains. Volume 4, Nomor 1, Maret 2016, hal 43-
48. Di Undu Tanggal 1 Juli 2018
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Uno, B Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Vida Indriana, Nurdin Arsyad,Usman Mulbar.2015. Penerapan Pendekatan


Pembelajaran Poe (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Xi IPA-1 SMAN 22 Makassar.
Program Studi Pendidikan Matematika,Dosen Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar Makassar, Indonesia. Jurnal Daya Matematis,
Volume 3 Nomor 1 Maret 2015. ). Di Undu tanggal 24 Januari 2017.
Yunus Abidin, 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama
130

LAMPIRAN
131

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP 02 )
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 PAINAN
Kelas / Semester :X/2
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok : DINAMIKA LITOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN
Alokasi Waktu : 3 JAM ( 1 x pertemuan )

A. Kompetensi Inti
KI 1
 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong, kerjasama,
toleran, damai ), santun, responsif, dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4
 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
KD PENGETAHUAN KD KETERAMPILAN
3.5 Menganalisis dinamika litosfer dan 4.5 Menyajikan proses dinamika litosfer
dampaknya terhadap kehidupan dengan menggunakan peta, bagan,
gambar, tabel, grafik, video dan /
atau animasi
Indikator Pencapaian Kompetensi
IPK PENGETAHUAN IPK KETERAMPILAN
7. Menjelaskan batuan pembentuk 4.5.1 Menjelaskan batuan pembentuk
permukaan bumi permukaan bumi
8. Mengemukakan perkembangan 4.5.2 Mengemukakan perkembang an
bentuk permukaan bumi bentuk permukaan bumi
9. Membedakan tenaga endogen dengan 4.5.3 Membedakan tenaga endogen
tenaga eksogen dengan tenaga eksogen
10. Menjelaskan tenaga tektonisme 4.5.4 Menjelaskan tenaga tektonisme
11. Menggambarkan penampang gunung 4.5.5 Menggambar kan penampang
api gunung api
12. Mengidentifikasi dampak bencana 4.5.6 Mengidentifi ka si dampak bencana
gunung api serta mitigasinya gunung api serta mitigasinya
132

13. Mengklasifikasikan jenis gempa 4.5.7 Mengklasifikasikan jenis gempa


14. Menjelaskan tentang proses 4.5.8 Menjelaskan tentang proses
terjadinya gempa bumi dan tsunami terjadinya gempa bumi dan tsunami
serta mitigasinya serta mitigasinya
15. Mendeskripsikan pengaruh tenaga 4.5.9 Mendeskripsi kan pengaruh tenaga
eksogen terhadap bentuk permukaan eksogen terhadap bentuk
bumi permukaan bumi
16. Mendeskripsikan penyebab bencana 4.5.10 Mendeskripsi kan penyebab
longsor serta mitigasinya bencana longsor serta mitigasinya
17. Menggali informasi tentang proses 4.5.11 Menggali informasi tentang proses
pembentukan tanah di Indonesia pembentukan tanah di Indonesia
18. Menjelaskan faktor yang berperan 4.5.12 Menjelaskan faktor yang berperan
dalam pembentukan tanah dalam pembentukan tanah
19. Mengklasifikasi jenis tanah di 4.5.13 Mengklasifikasi jenis tanah di
Indonesia Indonesia
20. Menganalisis faktor penyebab 4.5.14 Menganalisis faktor penyebab
terjadinya erosi tanah terjadinya erosi tanah
21. Menjelaskan jenis erosi tanah 4.5.15 Menjelaskan jenis erosi tanah
22. Menganalisis pengaruh erosi terhadap 4.5.16 Menganalisis pengaruh erosi
kesuburan tanah terhadap kesuburan tanah
23. Menganalisis metode 4.5.17 Menganalisis metode
penanggulangan erosi tanah penanggulangan erosi tanah
24. Mengkonfirmasikan lembaga – 4.5.18 Mengkonfirmasikan lembaga –
lembaga yang menyediakan dan lembaga yang menyediakan dan
memanfaatkan data geologi di memanfaat kan data geologi di
Indonesia Indonesia
SOAL – SOAL
1. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
2. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
3. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
4. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
5. .......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Mengetahui Painan, 3 Januari 2018


Kepala SMA Negeri 1 Painan Guru mata pelajaran

HULTA MUHAMMADI, M. Pd YENTI. Z, S. Pd


NIP. 196711021997021001 NIP. 196602042007012006
133

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP 03 )

Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 PAINAN


Kelas / Semester : X / 2
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok : DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN
Alokasi Waktu : 12 JAM ( 6 x pertemuan )

A. Kompetensi Inti
KI 1
 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2
 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong,
kerjasama, toleran, damai ), santun, responsif, dan proaktif, sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3
 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4
 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
KD PENGETAHUAN KD KETERAMPILAN
3.6 Menganalisis dinamika 4.6 Menyajikan proses dinamika atmosfer
atmosfer dan dampaknya menggunakan peta, bagan, gambar, tabel,
terhadap kehidupan grafik, video dan / atau animasi
134

Indikator Pencapaian Kompetensi


IPK PENGETAHUAN IPK KETERAMPILAN
1.6.1 Menjelaskan lapisan atmosfer 4.6.1 Menjelaskan lapisan atmosfer
1.6.2 Menjelaskan unsur cuaca dan 4.6.2 Menjelaskan unsur cuaca dan
iklim iklim
1.6.3 Mendeskripsikan bahaya 4.6.3 Mendeskripsikan bahaya
bencana badai atau angin puting bencana badai atau angin puting
beliung dan mitigasinya beliung dan mitigasinya
1.6.4 Mengklasifikasikan tipe iklim 4.6.4 Mengklasifikasikan tipe iklim
1.6.5 Menentukan dasar pembagian 4.6.5 Menentukan dasar pembagian
iklim dari berbagai pakar iklim dari berbagai pakar
1.6.6 Menghitung nilai rasio Q tipe 4.6.6 Menghitung nilai rasio Q tipe
iklim Schmidt Fergusson iklim Schmidt Fergusson
1.6.7 Menjelaskan jenis iklim menurut 4.6.7 Menjelaskan jenis iklim menurut
W. Koppen W. Koppen
1.6.8 Menjelaskan mitigasi bencana 4.6.8 Menjelaskan mitigasi bencana
pemanasan global pemanasan global

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Problem Based Learning , siswa dapat memahami
dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dengan teliti, kerjasama,
kerja keras dan percaya diri

D. Materi Pembelajaran
Pertemuan 1
Karakteristik lapisan – lapisan atmosfer bumi
Pertemuan 2
Pengukuran unsur – unsur cuaca dan interpretasi data cuaca
Pertemuan 3
Klasifikasi tipe iklim dan pola iklim global

Pertemuan 4
Karakteristik iklim di Indonesia dan pengaruhnya terhadap
aktivitas manusia
Pertemuan 5
Pengaruh perubahan iklim global terhadap kehidupan
Pertemuan 6
Lembaga – lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan
data cuaca dan iklim di Indonesia
135

E. Pendekatan dan Model Pembelajaran


Pendekatan saintifik
Metode cooperative learning ( diskusi, tanya jawab dan penugasan )
Windows shopping
Problen basic learning
Project basic learning
Discovery Inquiry learning

F. Sumber, alat dan media


Sumber : Erlangga, Esis, yudistira
Alat : LCD, proyektor, kertas plano, spidol, selotip, laptop
Media : menampilkan materi dalam bentuk power point

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang Karakteristik
lapisan – lapisan atmosfer bumi
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1
136

2. Kegiatan Inti ( PROBLEM BASED LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Identifikasi dan merumuskan masalah
kan Siswa mengamati ( membaca ) untuk memahami tentang Karakteristik
lapisan – lapisan atmosfer bumi
karakt
Menyusun rancangan penyelesaian masalah
er
Siswa mengetahui tentang Karakteristik lapisan – lapisan atmosfer
bumi
kolaborasi
Mengumpulkan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mengumpulkan data tentang
Karakteristik lapisan – lapisan atmosfer bumi
Mengolah informasi kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang Karakteristik lapisan – fitas
lapisan atmosfer bumi
Menyelesaikan masalah
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang pengaruh faktor
geografis terhadap keragaman budaya di Indonesia

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 2
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang pengukuran unsur
– unsur cuaca dan interpretasi data cuaca
137

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran


h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( PROBLEM BASED LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Identifikasi dan merumuskan masalah
kan Siswa mengamati ( membaca ) untuk memahami tentang pengukuran
unsur – unsur cuaca dan interpretasi data cuaca
karakt
Menyusun rancangan penyelesaian masalah
er
Siswa mengetahui tentang pengukuran unsur – unsur cuaca dan
interpretasi data cuaca kolaborasi
Mengumpulkan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mengumpulkan data tentang
pengukuran unsur – unsur cuaca dan interpretasi data cuaca
Mengolah informasi kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang pengukuran unsur – unsur fitas
cuaca dan interpretasi data cuaca
Menyelesaikan masalah
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang pengukuran unsur –
unsur cuaca dan interpretasi data cuaca

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 3
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
138

penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas


f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang klasifikasi tipe
iklim dan pola iklim global
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( PROBLEM BASED LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Identifikasi dan merumuskan masalah
kan Siswa mengamati ( membaca ) untuk memahami tentang klasifikasi tipe
iklim dan pola iklim global
karakt
Menyusun rancangan penyelesaian masalah
er
Siswa mengetahui tentang klasifikasi tipe iklim dan pola iklim global
Mengumpulkan informasi kolaborasi
Siswa bersama / secara perorangan mengumpulkan data klasifikasi tipe
iklim dan pola iklim global
Mengolah informasi kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang klasifikasi tipe iklim dan fitas
pola iklim global
Menyelesaikan masalah
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang klasifikasi tipe iklim
dan pola iklim global

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 4
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
139

dilaksanakan pada jam pertama )


e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang karakteristik iklim
di Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas manusia
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( PROBLEM BASED LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Identifikasi dan merumuskan masalah
kan Siswa mengamati ( membaca ) untuk memahami tentang karakteristik
iklim di Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas manusia
karakt
Menyusun rancangan penyelesaian masalah
er
Siswa mengetahui tentang karakteristik iklim di Indonesia dan
pengaruhnya terhadap aktivitas manusia
Mengumpulkan informasi kolaborasi
Siswa bersama / secara perorangan mengumpulkan data tentang
karakteristik iklim di Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas
manusia kreati
hots Mengolah informasi fitas
Siswa berkelompok mendiskusikan tentang karakteristik iklim di
Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas manusia
Menyelesaikan masalah
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang karakteristik iklim di
Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas manusia

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 5
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
140

pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang pengaruh
perubahan iklim global terhadap kehidupan
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( PROBLEM BASED LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Identifikasi dan merumuskan masalah
kan Siswa mengamati ( membaca ) untuk memahami tentang pengaruh
perubahan iklim global terhadap kehidupan
karakt
Menyusun rancangan penyelesaian masalah
er
Siswa mengetahui tentang pengaruh perubahan iklim global terhadap
kehidupan
kolaborasi
Mengumpulkan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mengumpulkan data tentang
pengaruh perubahan iklim global terhadap kehidupan
Mengolah informasi kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang pengaruh perubahan iklim fitas
global terhadap kehidupan
Menyelesaikan masalah
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang pengaruh perubahan
iklim global terhadap kehidupan

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 6
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter
141

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang lembaga – lembaga
yang menyediakan dan memanfaatkan data cuca dan iklim di
Indonesia
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( PROBLEM BASED LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Identifikasi dan merumuskan masalah
kan Siswa mengamati ( membaca ) untuk memahami tentang lembaga –
lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data cuca dan iklim di
karakt
Indonesia
er
Menyusun rancangan penyelesaian masalah
Siswa mengetahui tentang lembaga – lembaga yang menyediakan dan
memanfaatkan data cuca dan iklim di Indonesia
kolaborasi
Mengumpulkan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mengumpulkan data tentang
lembaga – lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data cuca dan
iklim di Indonesia kreati
hots Mengolah informasi fitas
Siswa berkelompok mendiskusikan tentang lembaga – lembaga yang
menyediakan dan memanfaatkan data cuca dan iklim di Indonesia
Menyelesaikan masalah
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang lembaga – lembaga
yang menyediakan dan memanfaatkan data cuca dan iklim di Indonesia

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )
142

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


Teknik Penilaian
1) Pengetahuan
Teknik penilaian : tertulis
Bentuk instrumen : pilihan ganda
Bentuk penilaian : penskoran
Kunci soal
2) Keterampilan
Teknik penilaian : penugasan
Bentuk instrumen
Rubrik penilaian : penskoran

I. Jenis Penilaian
1. Penilaian sikap spritual

Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok :

NAMA ASPEK PENGAMA TAN JUM NI


Berdoa Mengucap Memberi Mengungkap Merasakan LAH LAI
sebe kan rasa salam kan kebera SKOR
lum dan syukur sebelum kekaguman daan dan
sesu atas dan sesudah secara lisan kebesaran
dah karunia menyampai ketika meliha Tuhan
melaku Tuhan kan kebesaran saat
kan pendapat / Tuhan mempela
aktivi presentasi jari ilmu
tas pengetahu
an
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh siswa,
dengan kriteria sebagai berikut
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
143

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang – kadang


tidak melakukan
2 = kadang – kadang, apabila kadang – kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor menggunakan rumus :
Skor diperoleh
_________________ x 4 = skor akhir
Skor Maksimal
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir
14
__ x 4 = 2,8
20
Sesuai dengan Permendikbud No. 18 th 2013 peserta didik memperoleh nilai
adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3, 34 – 4, 00
Baik : apabila memperoleh skor : 2, 34 – 3, 33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1, 34 - 2, 33
Kurang : apabila memperoleh skor : 1 – 1 , 33
2. Lembar Penilaian Sikap Sosial
Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok
Pedoman Onservasi Sikap Sosial
Responsif dan Proaktif

Jumlah Skor Kode


Ramah Lingkungan
Tanggung Jawab

Gotong Royong

Cinta Damai
Kerjasama
Disiplin

Santun
Peduli
Jujur

No Nama
Skor Sikap Nilai
144

Rubrik Penilaian
Skor Kriteria Indokator
4 Selalu ( SL ) Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 Sering ( SR ) Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang – kadang
tidak melakukan
2 Kadang – Apabila kadang –kadang melakukan dan sering tidak melakukan
kadang ( KD )
1 Tidak Pernah Apabila tidak pernah melakukan
( TP )

3. Penilaian Pengetahuan
Soal Bobot per item Bobot nilai
1 100 100
Jumlah nilai 100

Skor = B Keterangan :
__ x 100 B = jumlah nilai yang diperoleh
N N = jumlah nilai maksimal

4. Penilaian Keterampilan
Penilaian Keterampilan Presentasi
Penguasaan Jumlah
Presentasi Berargumentasi Menjawab
No Nama Materi Nilai Nilai
(1–4) (1–4) (1–4)
(1–4) (1–4)
1
2
3
dst
Penilaian Keterampilan Diskusi
Pemahaman Kemampuan Kemampuan Penguasaan Jumlah
No Nama Materi Berargumentasi Menjawab Materi Nilai
(1–4) (1–4) (1–4) (1–4) (1–4)
1
2
3
Dst
Jumlah
145

Keterangan
Skor Rentang Nilai 1 – 4
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Nilai = jumlah nilai di bagi

Mengetahui Painan, 3 Januari 2018


Kepala SMA Negeri 1 Painan Guru mata pelajaran

HULTA MUHAMMADI, M. Pd YENTI. Z, S. Pd


NIP. 196711021997021001 NIP. 196602042007012006
146

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP 04 )

Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 PAINAN


Kelas / Semester : X / 2
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok : DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN
Alokasi Waktu : 3 JAM ( 1 x pertemuan )

A. Kompetensi Inti
KI 1
 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2
 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong,
kerjasama, toleran, damai ), santun, responsif, dan proaktif, sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3
 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4
 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
KD PENGETAHUAN KD KETERAMPILAN
3.6 Menganalisis dinamika 4.6 Menyajikan proses dinamika atmosfer
atmosfer dan dampaknya menggunakan peta, bagan, gambar, tabel,
terhadap kehidupan grafik, video dan / atau animasi
147

Indikator Pencapaian Kompetensi


IPK PENGETAHUAN IPK KETERAMPILAN
3.6.1 Menjelaskan lapisan atmosfer 4.6.1 Menjelaskan lapisan atmosfer
3.6.2 Menjelaskan unsur cuaca dan 4.6.2 Menjelaskan unsur cuaca dan
iklim iklim
3.6.3 Mendeskripsikan bahaya 4.6.3 Mendeskripsikan bahaya
bencana badai atau angin puting bencana badai atau angin puting
beliung dan mitigasinya beliung dan mitigasinya
3.6.4 Mengklasifikasikan tipe iklim 4.6.4 Mengklasifikasikan tipe iklim
3.6.5 Menentukan dasar pembagian 4.6.5 Menentukan dasar pembagian
iklim dari berbagai pakar iklim dari berbagai pakar
3.6.6 Menghitung nilai rasio Q tipe 4.6.6 Menghitung nilai rasio Q tipe
iklim Schmidt Fergusson iklim Schmidt Fergusson
3.6.7 Menjelaskan jenis iklim menurut 4.6.7 Menjelaskan jenis iklim menurut
W. Koppen W. Koppen
3.6.8 Menjelaskan mitigasi bencana 4.6.8 Menjelaskan mitigasi bencana
pemanasan global pemanasan global

SOAL – SOAL
1. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
2. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
3. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
4. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
5. .......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Mengetahui Painan, 3 Januari 2018


Kepala SMA Negeri 1 Painan Guru mata pelajaran

HULTA MUHAMMADI, M. Pd YENTI. Z, S. Pd


NIP. 196711021997021001 NIP. 196602042007012006
148

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP 05 )

Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 PAINAN


Kelas / Semester : X / 2
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok : DINAMIKA HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN
Alokasi Waktu : 12 JAM ( 6 x pertemuan )

A. Kompetensi Inti
KI 1
 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2
 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong,
kerjasama, toleran, damai ), santun, responsif, dan proaktif, sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3
 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4
 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
149

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar
KD PENGETAHUAN KD KETERAMPILAN
3.7 Menganalisis dinamika hidrosfer 4.7 Menyaji kan proses dinamika
dan dampak nya terhadap hidrosfer mengguna kan peta,
kehidupan bagan, gambar, tabel, grafik,
video dan / atau animasi

Indikator Pencapaian Kompetensi


IPK PENGETAHUAN IPK KETERAMPILAN
3.7.1 Menggambar 4.7.1 Menggambarkan siklus
kan siklus hidrologi hidrologi
3.7.2 Mengemukakan jenis perairan 4.7.2 Mengemukakan jenis perairan
darat darat
3.7.3 Menggambar kan jenis air 4.7.3 Menggambar kan jenis air
tanah tanah
3.7.4 Menjelaskan jenis sungai 4.7.4 Menjelaskan jenis sungai
3.7.5 Mendeskripsi kan daerah aliran 4.7.5 Mendeskripsi kan daerah
sungai aliran sungai
3.7.6 Mendeskripsikan upaya 4.7.6 Mendeskripsikan upaya
mitigasi bencana banjir mitigasi bencana banjir
3.7.7 Menjelaskan jenis danau 4.7.7 Menjelaskan jenis danau
3.7.8 Mengklasifikasikan jenis rawa 4.7.8 Mengklasifikasikan jenis rawa
berdasarkan sifat airnya berdasarkan sifat airnya
3.7.9 Menganalisis manfaat perairan 4.7.9 Menganalisis manfaat perairan
darat bagi kehidupan darat bagi kehidupan
3.7.10 Menjelaskan pembagian wilayah 4.7.10 Menjelaskan pembagian
laut wilayah laut
3.7.11 Menggambar kan morfologi 4.7.11 Menggambar kan morfologi
dasar laut dasar laut
3.7.12 Mengidentifikasi faktor 4.7.12 Mengidentifikasi faktor
penyebab terjadinya gerakan penyebab terjadinya gerakan
air laut air laut
3.7.13 Mengidentifikasi dampak 4.7.13 Mengidentifikasi dampak
gelombang pasang air laut atau gelombang pasang air laut atau
banjir rob dan mitigasinya banjir rob dan mitigasinya
3.7.14 Menunjukkan pada peta letak 4.7.14 Menunjukkan pada peta letak
arus laut di dunia arus laut di dunia
3.7.15 Menentukan sifat air laut 4.7.15 Menentukan sifat air laut
3.7.16 Menganalisis bentuk kehidupan 4.7.16 Menganalisis bentuk kehidupan
di laut di laut
3.7.17 Menganalisis wilayah laut 4.7.17 Menganalisis wilayah laut
Indonesia Indonesia
3.7.18 Mengklasifikasi kan lembaga – 4.7.18 Mengklasifikasi kan lembaga –
150

lembaga yang menyediakan dan lembaga yang menyediakan dan


memanfaat kan data hidrologi memanfaat kan data hidrologi
di Indonesia di Indonesia

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Discovery / Inquiry Learning , siswa dapat
memahami Dinamika hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dengan teliti,
kerjasama, kerja keras dan percaya diri

D. Materi Pembelajaran
Pertemuan 1
Siklus hidrologi serta karakteristik dan dinamika perairan
laut
Pertemuan 2
Persebaran dan pemanfaatan biota laut
Pertemuan 3
Pencemaran dan konservasi perairan laut
Pertemuan 4
Potensi sebaran dan pemanfaatan perairan darat
Pertemuan 5
Konservasi air tanah dan Daerah Aliran Sungai ( DAS
Pertemuan 6
Lembaga – lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan
data hidrologi di Indonesia

E. Pendekatan dan Model Pembelajaran


Pendekatan saintifik
Metode cooperative learning ( diskusi, tanya jawab dan penugasan )
Windows shopping
Problen basic learning
Project basic learning
Discovery Inquiry learning

F. Sumber, alat dan media


Sumber : Erlangga, Esis, yudistira
Alat : LCD, proyektor, kertas plano, spidol, selotip, laptop
Media : menampilkan materi dalam bentuk power point
151

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang Siklus hidrologi
serta karakteristik dan dinamika perairan laut
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( DISCOVERY / INQUIRY LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Stimulus
kan Siswa mengamati video ( rekaman ) tentang Siklus hidrologi serta
karakteristik dan dinamika perairan laut
karakt
Mengumpulkan informasi
er
Siswa melakukan observasi tentang Siklus hidrologi serta karakteristik
dan dinamika perairan laut
kolaborasi
Pengolahan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mendiskusikan Siklus hidrologi
serta karakteristik dan dinamika perairan laut
Verifikasi hasil kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan Siklus hidrologi serta karakteristik fitas
dan dinamika perairan laut

Generalisasi
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi Siklus hidrologi serta
karakteristik dan dinamika perairan laut

Berfikir
kritis /
komunikasi
152

3. Kegiatan penutup
Kegiatan Penutup
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 2
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan persebaran dan
pemanfaatan biota laut
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( DISCOVERY / INQUIRY LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Stimulus
kan Siswa mengamati video ( rekaman ) tentang persebaran dan
pemanfaatan biota laut
karakt
Mengumpulkan informasi
er
Siswa melakukan observasi tentang persebaran dan pemanfaatan biota
laut

Pengolahan informasi
kolaborasi
Siswa bersama / secara perorangan mendiskusikan tentang persebaran
dan pemanfaatan biota laut
Verifikasi hasil kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang persebaran dan fitas
pemanfaatan biota laut
153

Generalisasi
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang persebaran dan
pemanfaatan biota laut

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 4
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang pencemara dan
konservasi perairan laut
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1
154

2. Kegiatan Inti ( DISCOVERY / INQUIRY LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Stimulus
kan Siswa mengamati video ( rekaman ) tentang pencemara dan konservasi
perairan laut
karakt
Mengumpulkan informasi
er
Siswa melakukan observasi tentang pencemara dan konservasi perairan
laut
kolaborasi
Pengolahan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mendiskusikan tentang pencemara
dan konservasi perairan laut
Verifikasi hasil kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang pencemara dan konservasi fitas
perairan laut
Generalisasi
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang pencemara dan
konservasi perairan laut

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 4
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang potensi sebaran
dan pemanfaatan perairan darat
155

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran


h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( DISCOVERY / INQUIRY LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Stimulus
kan Siswa mengamati video ( rekaman ) tentang potensi sebaran dan
pemanfaatan perairan darat
karakt
Mengumpulkan informasi
er
Siswa melakukan observasi tentang potensi sebaran dan pemanfaatan
perairan darat
kolaborasi
Pengolahan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mendiskusikan tentang potensi
sebaran dan pemanfaatan perairan darat
Verifikasi hasil kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang potensi sebaran dan fitas
pemanfaatan perairan darat
Generalisasi
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang potensi sebaran dan
pemanfaatan perairan darat

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 5
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran
dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
156

penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas


f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang konservasi air
tanah dan Daerah Aliran Sungai ( DAS )
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( DISCOVERY / INQUIRY LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Stimulus
kan Siswa mengamati video ( rekaman ) tentang konservasi air tanah dan
Daerah Aliran Sungai ( DAS )
karakt
Mengumpulkan informasi
er
Siswa melakukan observasi tentang konservasi air tanah dan Daerah
Aliran Sungai ( DAS )
kolaborasi
Pengolahan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mendiskusikan tentang konservasi
air tanah dan Daerah Aliran Sungai ( DAS )
Verifikasi hasil kreati
hots Siswa berkelompok mendiskusikan tentang konservasi air tanah dan fitas
Daerah Aliran Sungai ( DAS )
Generalisasi
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang konservasi air tanah
dan Daerah Aliran Sungai ( DAS )

Berfikir
3. Kegiatan penutup kritis /
Kegiatan Penutup komunikasi
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

Pertemuan 6
1. Kegiatan pendahuluan
Langkah – langkah kegiatan AW

Pendidikan Karakter

a. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru


b. Siswa bersama guru berdo’a untuk memulai kegiatan
pembelajaran
c. Guru mengecek kehadiran siswa, mengapresiasi siswa yang hadir
tepat waktu, dan memotivasi bagi yang terlambat
157

d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ( jika pembelajaran


dilaksanakan pada jam pertama )
e. Mengondisikan situasi belajar yang menyenangkan melalui
penataan tempat duduk dan lingkungan ruang kelas
f. Memotivasi siswa dengan menjelaskan tentang lembaga – lembaga
yang menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Guru menyampaikan indikator yang akan dicapai pada pertemuan 1

2. Kegiatan Inti ( DISCOVERY / INQUIRY LEARNING )


Langkah kegiatan literasi
Pendidi Stimulus
kan Siswa mengamati video ( rekaman ) tentang lembaga – lembaga yang
menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia
karakt
Mengumpulkan informasi
er
Siswa melakukan observasi tentang lembaga – lembaga yang
menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia
kolaborasi
Pengolahan informasi
Siswa bersama / secara perorangan mendiskusikan tentang lembaga –
lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di
Indonesia kreati
hots Verifikasi hasil fitas
Siswa berkelompok mendiskusikan tentang lembaga – lembaga yang
menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia
Generalisasi
Siswa menyampaikan laporan hasil diskusi tentang lembaga – lembaga
yang menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia dan
Daerah Aliran Sungai ( DAS )
Berfikir
kritis /
komunikasi
3. Kegiatan penutup
Kegiatan Penutup
Peserta didik bersama – sama menyimpulkan pembelajaran hari ini
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk pertemuan
berikutnya
Untuk pembelajaran minggu depan ananda membaca materi berikutnya (
dengan memberikan tugas dirumah )

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


Teknik Penilaian
1) Pengetahuan
Teknik penilaian : tertulis
Bentuk instrumen : pilihan ganda
158

Bentuk penilaian : penskoran


Kunci soal
2) Keterampilan
Teknik penilaian : penugasan
Bentuk instrumen
Rubrik penilaian : penskoran

I. Jenis Penilaian
1. Penilaian sikap spritual

Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok :

NAMA ASPEK PENGAMA TAN JUM NI


Berdoa Mengucap Memberi Mengungkap Merasakan LAH LAI
sebe kan rasa salam kan kebera SKOR
lum dan syukur sebelum kekaguman daan dan
sesu atas dan sesudah secara lisan kebesaran
dah karunia menyampai ketika meliha Tuhan
melaku Tuhan kan kebesaran saat
kan pendapat / Tuhan mempela
aktivi presentasi jari ilmu
tas pengetahu
an
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh siswa,
dengan kriteria sebagai berikut
5 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang – kadang
tidak melakukan
2 = kadang – kadang, apabila kadang – kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
159

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor menggunakan rumus :
Skor diperoleh
_________________ x 4 = skor akhir
Skor Maksimal
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir
14
__ x 4 = 2,8
20
Sesuai dengan Permendikbud No. 18 th 2013 peserta didik memperoleh nilai
adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3, 34 – 4, 00
Baik : apabila memperoleh skor : 2, 34 – 3, 33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1, 34 - 2, 33
Kurang : apabila memperoleh skor : 1 – 1 , 33

2. Lembar Penilaian Sikap Sosial


Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok
Pedoman Onservasi Sikap Sosial
Responsif dan Proaktif

Jumlah Skor Kode


Ramah Lingkungan
Tanggung Jawab

Gotong Royong

Cinta Damai
Kerjasama
Disiplin

Santun
Peduli
Jujur

No Nama
Skor Sikap Nilai
160

Rubrik Penilaian
Skor Kriteria Indokator
4 Selalu ( SL ) Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 Sering ( SR ) Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang
– kadang tidak melakukan
2 Kadang – kadang ( KD ) Apabila kadang –kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 Tidak Pernah ( TP ) Apabila tidak pernah melakukan

3. Penilaian Pengetahuan
Soal Bobot per item Bobot nilai
1 100 100
Jumlah nilai 100

Skor = B Keterangan :
__ x 100 B = jumlah nilai yang diperoleh
N N = jumlah nilai maksimal

4. Penilaian Keterampilan
Penilaian Keterampilan Presentasi
Penguasaan Jumlah
Presentasi Berargumentasi Menjawab
No Nama Materi Nilai Nilai
(1–4) (1–4) (1–4)
(1–4) (1–4)
1
2
3
dst

Penilaian Keterampilan Diskusi


Pemahaman Kemampuan Kemampuan Penguasaan Jumlah
No Nama Materi Berargumentasi Menjawab Materi Nilai
(1–4) (1–4) (1–4) (1–4) (1–4)
1
2
3
Dst
Jumlah
161

Keterangan
Skor Rentang Nilai 1 – 4
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Nilai = jumlah nilai di bagi

Mengetahui Painan, 3 Januari 2018


Kepala SMA Negeri 1 Painan Guru mata pelajaran

HULTA MUHAMMADI, M. Pd YENTI. Z, S. Pd


NIP. 196711021997021001 NIP. 196602042007012006
162

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP 06 )

Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 PAINAN


Kelas / Semester : X / 2
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok : DINAMIKA HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN
Alokasi Waktu : 3 JAM ( 1 x pertemuan )

B. Kompetensi Inti
KI 1
 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2
 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong,
kerjasama, toleran, damai ), santun, responsif, dan proaktif, sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3
 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4
 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
163

H. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar
KD PENGETAHUAN KD KETERAMPILAN
3.7 Menganalisis dinamika hidrosfer 4.7 Menyaji kan proses dinamika
dan dampak nya terhadap hidrosfer mengguna kan peta,
kehidupan bagan, gambar, tabel, grafik,
video dan / atau animasi

Indikator Pencapaian Kompetensi


IPK PENGETAHUAN IPK KETERAMPILAN
3.7.1 Menggambarkan siklus 4.7.1 Menggambarkan siklus
hidrologi hidrologi
3.7.2 Mengemukakan jenis perairan 4.7.2 Mengemukakan jenis perairan
darat darat
3.7.3 Menggambar kan jenis air 4.7.3 Menggambar kan jenis air
tanah tanah
3.7.4 Menjelaskan jenis sungai 4.7.4 Menjelaskan jenis sungai
3.7.5 Mendeskripsi kan daerah aliran 4.7.5 Mendeskripsi kan daerah
sungai aliran sungai
3.7.6 Mendeskripsikan upaya 4.7.6 Mendeskripsikan upaya
mitigasi bencana banjir mitigasi bencana banjir
3.7.7 Menjelaskan jenis danau 4.7.7 Menjelaskan jenis danau
3.7.8 Mengklasifikasikan jenis rawa 4.7.8 Mengklasifikasikan jenis rawa
berdasarkan sifat airnya berdasarkan sifat airnya
3.7.9 Menganalisis manfaat perairan 4.7.9 Menganalisis manfaat perairan
darat bagi kehidupan darat bagi kehidupan
3.7.10 Menjelaskan pembagian wilayah 4.7.10 Menjelaskan pembagian
laut wilayah laut
3.7.11 Menggambar kan morfologi 4.7.11 Menggambar kan morfologi
dasar laut dasar laut
3.7.12 Mengidentifikasi faktor 4.7.12 Mengidentifikasi faktor
penyebab terjadinya gerakan penyebab terjadinya gerakan
air laut air laut
3.7.13 Mengidentifikasi dampak 4.7.13 Mengidentifikasi dampak
gelombang pasang air laut atau gelombang pasang air laut atau
banjir rob dan mitigasinya banjir rob dan mitigasinya
3.7.14 Menunjukkan pada peta letak 4.7.14 Menunjukkan pada peta letak
arus laut di dunia arus laut di dunia
3.7.15 Menentukan sifat air laut 4.7.15 Menentukan sifat air laut
3.7.16 Menganalisis bentuk kehidupan 4.7.16 Menganalisis bentuk kehidupan
di laut di laut
3.7.17 Menganalisis wilayah laut 4.7.17 Menganalisis wilayah laut
Indonesia Indonesia
3.7.18 Mengklasifikasi kan lembaga – 4.7.18 Mengklasifikasi kan lembaga –
164

lembaga yang menyediakan dan lembaga yang menyediakan dan


memanfaat kan data hidrologi memanfaat kan data hidrologi
di Indonesia di Indonesia

SOAL – SOAL
1. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
2. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
3. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
4. .......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
5. .......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Mengetahui Painan, 3 Januari 2018


Kepala SMA Negeri 1 Painan Guru mata pelajaran

HULTA MUHAMMADI, M. Pd YENTI. Z, S. Pd


NIP. 196711021997021001 NIP. 196602042007012006
165

Lampiran 2

KOMPETENSI DASAR

3.5 Menganalisis dinamika litosfer dan dampaknya terhadap kehidupan


4.5 Menyajikan proses dinamika litosfer dengan menggunakan peta,
bagan, gambar, tabel, grafik, video dan/atau animasi

LITHOSFER
166

BAHAN AJAR
SIKLUS 1 DAN SIKLUS 2
A. Struktur Lapisan Kulit Bumi (Lithosfer)
Pertama-tama perlu anda ketahui bahwa kata lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu
lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan lithosfer yaitu lapisan kerak bumi yang
paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km. Perlu anda
pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras saja berupa batu dalam
kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung api, pasir, kerikil
dan sebagainya. Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan
lebih tebal dari di bawah samudra.
Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu ;
a. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun dari
lapisan nife (niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km.
b. Lapisan Perantara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife tebal 1700 km.
Lapisan ini disebut juga asthenosfer / mantel, merupakan bahan cair bersuhu
tinggi dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3
c. Lithosfer yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan
ketebalan 1200 km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3
Litosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:
1. Lapisan sial (silisium alumunium)yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam
silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL2O3. Pada lapisan
sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit,
andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang terdapat di daratan
benua. Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat dan batu
mempunyai ketebalan rata-rata 35 km.
Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Kerak benua : merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian
atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan
benua.
Kerak samudra : merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada
bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah
tersusun dari batuan beku gabro dan peridotit. Kerak ini menempati dasar
samudra.
2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh
logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O
lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena
mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan
basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan
rata rata 65 km.
Perhatikan gambar penampang bumi berikut ini: (Tugas Gambar)
167

Batuan pembentuk lithosfer


Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorfosa
Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan perhatikan uraian berikut:
a. Batuan Beku

Gambar 21. Batuan Beku


Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari
satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan
vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih
lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik
ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya
adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
168

Pembagiannya :
Batuan Beku Dalam
Batuan Beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan
bumi, pada kedalaman 15 – 50 km. Karena tempat pembekuannya dekat dengan
astenofer, pendinginan magmanya sangat lambat

Gambar 22 jenis-jenis batuan beku dalam

Batuan Beku Gang / sela / korok


Batuan ini terbentuk di bagian celah/gang dari kerak bumi, sebelum sampai ke
permukaan bumi. Proses pembekuan magma ini agak cepat sehingga membentuk
batuan yang mempunyai cristal yang kurang sempurna.

Gambar 23. jenis batuan beku yang berbentuk kristal


169

Batuan Beku Luar


Batuan Beku adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Magma yang
keluar dari bumi mengalami proses pendinginan dan pembekuan Sangat cepat
sehingga tidak menghasilkan cristal batuan. Contohnya riolit dan basalt.

Gambar 24. jenis batuan beku luar riolit dan basalt

a. Batuan sedimen

Gambar 25. contoh batuan sedimen

Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya
proses pengendapan. Batir-butir batuan sedimen berasal dari berbagai macam batuan
melalui proses pelapukan, baik oleh angin maupun air.
Batuan sediment berdasarkan tenaga pengangkutnya terbagi atas :
Batuan sedimen aguatis yang diangkut oleh air
170

Batuan sedimen aeolis yang diangkut oleh angin

Gambar 26. contoh batuan beku aeolis yang diangkut oleh angin

Batuan sedimen glasial yang diangkut oleh es


Batuan sedimen berdasarkan tempat pengendapannya :
Batuan sedimen teristris, yaitu batuan sedimen yang diendapkan didarat
Batuan sedimen marine, yaitu batuan sedimen yang diendapkan dilaut

Gambar 27 Batuan sedimen yang diendapkan dilaut

Batuan sedimen limnis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan didanau

Gamabar 28 Batuan sedimen yang diendapkan didanau


171

Batuan sedimen fluvial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan disungai

Gambar 29. batuan sedimen yang diendapkan di sungai

Batuan sedimen glacial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan


didaerah es

Gambar 30. batuan sedimen glacial, batuan sedimen yang diendapkan di daerah es
Batuan sedimen berdasarkan cara pengendapannya :
Batuan sedimen mekanis / klastik
Proses pembentukan batuan sedimen disebut diagenesis yang menyatakan
perubahan bentuk dari bahan deposit menjadi batuan endapan.
Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik, sedimen
kimiawi dan sedimen organik. Sedimen klastik berupa campuran hancuran batuan
beku, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen kimiawi berupa
172

endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu kapur dan batu giok. Sedimen
organic berupa endapan sisa sisa hewan dan tumbuhan laut contohnya batu
gamping dan koral
Batuan sedimen kimiawi
terbentuk melalui proses kimiawi seperti yang dialami batu kapur, dibagian atap
gua kapur.Batu kapur yang diresapi air hujan mengandung karbondioksida akan
larut dalam bentuk larutan air kapur.
b. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)

Gambar31 contoh batuan metamorf


c. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)
Batuan metomorf dapat berasal dari batuan beku atau batuan sedimen
yang telah mengalami perubahan. Perubahan dapat disebabkan oleh
berbagai macam hal, antara lain, sebagai berikut.
Tekanan tinggi
Adanya endapan yang tebal yang terdapat di bagian atasnya
mengakibatkan tekanan yang tinggi pada batuan. Misalnya: batu pasir
dari pasir.
Suhu tinggi
Suhu tinggi berasal dari magma. Batuan ini berdekatan dengan dapur
magma sehingga metamorfosis ini disebut metamorfosis kontak.
Misalnya: antrasit dari batu bara dan manner dari batu kapur.
Tekanan dan suhu tinggi
Pada waktu proses pembentukan pegunungan terjadi tekanan dan suhu
tinggi karena peristiwa pelipatan dan pergeseran. Proses dan perubahan
ini disebut metamorfosis dinamo. Contohnya: batu chist dan shale.
MANFAAT LITHOSFER
Minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energi
Memenuhi kebutuhan industri, peralatan rumah tangga, bahan bangunan, maupun
kendaraan bermotor dapat menggunakan aluminium dan besi
Mineral intan, emas, perak dapat digunakan untuk membuat perhiasan dan benda
serba guna lainnya
Unsur uranium ( meskipun jumlahnya sangat terbatas ) dapat digunakan sebagai
sumber energi dan bahan peledak
173

Olahan nitrogen, phosphate, dan kalium sebagai pupuk dapat dimanfaatkan dalam
bidang pertanian
Bentuk Muka Bumi sebagai Akibat Proses Vulkanisme, Gempa Bumi, dan
Diatropisme/ tektonisme
1) Tenaga yang Mengubah Bentuk Permukaan Bumi
Tenaga yang mengubah bentuk permukaan bumi terdiri atas tenaga endogen dan
eksogen.
Tenaga endogen, adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Bentuk relief di
permukaan bumi dapat dibentuk dari tenaga ini. Tenaga endogen meliputi
tektonik, vulkanik,seisme

Gambar peta jalur tenaga endogen dunia yang menimbulkan gempa bumi dan memunculkan jajaran
gunung api (sumber: alam semesta dan bumi, pustaka widya, 1978, hlm. SI)

Gambar 32. peta lempengan-lempengan utama yang merupakan bagian-bagian kerak bumi (sumber:
alam semesta dan bumi, pustaka widya, 1978, hlm.76)
Tenaga eksogen, adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, bersifat merusak
bentuk-bentuk permukaan bumi. Tenaga eksogen meliputi pelapukan
(weathering) dan erosi (pengikisan). Tenaga endogen dan eksogen sangat
berpengaruh terhadap bentuk muka bumi.
Tenaga Endogen
a. Gejala Vulkanisme
174

Intrusi Magma proses penerobosan magma melalui retakan dan celah pada lapisan
litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi
Peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi disebut
dengan vulkanisme. Campuran bebatuan dalam keadaan cair, liat, serta sangat panas
disebut dengan magma. Tingginya suhu magma dan banyaknya gas di dalam magma
menimbulkan aktivitas magma. Magma itu dapat berupa gas, padat, dan cair. Gunung
api merupakan tempat di permukaan bumi yang pernah atau masih mengeluarkan
magma. Ditinjau dari bentuk dan proses terjadinya,gunung berapi dapat dibedakan
menjadi tiga, sebagai berikut.
Gunung api kerucut (strato)
Jenis gunung api yang banyak terdapat di Indonesia ini berbentuk menyerupai
kerucut, terbentuk dari adanya letusan dan lelehan (efusi), yang terjadi secara
bergantian. Gunung ini disebut lava gunung apistrato karena bahannya berlapis-
lapis.

Gambar 33. contoh gunung api kerucut


Gunung api corong (maar)
Bentuk gunung api ini menyerupai danau kecil (danau lava gas kawah). Keadaan ini
terbentuk karena letusan lava padat (eksplosi). Bahannya terdiri dari efflata.
175

Kondisi ini seperti yang terjadi di lereng Gunung Lamongan Jawa Timur, Danau
Eifel di Prancis, dan di dataran tinggi Prancis Tengah.

Gambar 34. contoh Gunung api corong (maar)

Gunung api perisai (tameng)


Gunung api perisai ini berbentuk menyerupai perisai, terjadi pada permukaan
lereng yang landai dengan kemiringan lereng antara 1°–10°. Gunung api ini
terbentuk karena lelehan maupun cairan yang keluar dan membentuk lereng yang
sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair sekali. Misalnya: Gunung Mauna Loa dan
Gunung Mauna Kea di Hawaii.

Gambar 35 contoh Gunung api perisai (tameng)


176

Tekanan gas, luasnya sumber/dapur magma, kedalaman dapur magma, dan sifat magma
(cair/kental) sangat berpengaruh terhadap kuat atau lemahnya gunung api.
Bagian-bagian luar gunung api dapat kita lihat dengan mata kepala. Bagian-bagian
itu adalah kaldera, dan bagian yang berada di dalamnya.
1) Kaldera, merupakan bagian kawah kepundan yang sangat besar, luas, dan
bertebing curam. Kaldera terbentuk karena sebagian dari puncak gunung api itu
gugur atau terbang bersama material gunung api ketika gunung api tersebut
meletus dengan dahsyat, seperti yang terjadi pada Kaldera Gunung Krakatau
dengan luas 7 km dan Kaldera Gunung Tengger dengan luas 8 km.
2) Batolit, merupakan magma yang menembus lapisan-lapisan batuan dan terjadi
pembekuan di tengah jalan.
3) Sill, merupakan magma yang masuk dan berada di antara dua lapisan bahan
sedimen dan membeku (intrusi datar).
4) Lakolit, merupakan magma yang masuk dan berada di antara batuan sedimen yang
menyebabkan terjadinya tekanan ke atas sampai bagian atas cembung dan bagian
bawah datar.

Ditinjau dari aktivitasnya, gunung api dapat dibedakan menjadi tiga golongan
berikut.
1) Gunung aktif, merupakan gunung api yang masih beraktivitas, mengeluarkan asap
pada kawahnya, menimbulkan gempa dan letusan, seperti Gunung Merapi dan
Gunung Stromboli.
2) Gunung istirahat, merupakan gunung api yang sedang istirahat tetapi sewaktu-
waktu dapat meletus dan kemudian istirahat kembali, seperti Gunung Ciremai.
177

3) Gunung mati, merupakan gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus
lagi, misalnya, Gunung Patuha dan Gunung Sumbing.
Berbagai Macam Bahan yang Dikeluarkan oleh Tenaga Vulkanisme
1. Benda Cair
Benda cair terdiri atas berikut.
1.1 Lava, adalah magma yang telah keluar.
1.2 Lahar panas, merupakan campuran magma dan air, berupa lumpur panas
mengalir.
1.3 Lahar dingin, terdiri dari batu, pasir, dan debu di puncak gunung.
Jika hujan lebat, air hujan itu akan bercampur dengan debu dan pasir yang
merupakan bubur kental. Lahar dingin ini akan mengalir ke bawah melalui
lereng dan jurang-jurang dengan derasnya sehingga dapat menyapu bersih
semua yang dilaluinya. Derasnya lahar dingin yang tidak terbendung akan
mengakibatkan tertutupnya sawah-sawah, terbendungnya sungai-sungai dan
saluran-saluran air. Kondisi ini akan dapat menimbulkan banjir lahar dingin
yang didominasi pasir.
2. Efflata (bahan padat)
Berdasarkan asalnya, efflata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
efflata antogen/pyrodastic atau effata yang berasal dari magma sendiri
efflata allogen atau efflata yang berasal dari bebatuan yang berada di sekitar
pipa kawah yang ikut terlempar.
Menurut ukurannya, efflata dapat dibedakan atas
bom (batu besar-besar),
lapili (batu sebesar kacang/kerikil),
pasir, debu, dan
batu apung (batu yang penuh pori udara).
3. Bahan gas (ekshalasi)
Bahan gas terdiri atas:
solfator, yaitu gas (H2S) yang keluar dari lubang;
fumarol, yaitu tempat yang mengeluarkan uap air;
mofet, yaitu tempat yang mengeluarkan CO2 seperti Pegunungan Dieng dan
Gunung Tangkuban Perahu.
Keuntungan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh makhluk hidup, antara lain:
1. Adanya pelapukan abu yang mengandung garam-garam dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga tanah di
sekitar gunung berapi menjadi tanah yang subur;
2. Menjadi daerah tangkapan hujan atau mendatangkan hujan;
3. Semburan vulkanik dapat memperluas daerah pertanian;
4. Meningkatnya jenis tanaman budi daya (tanaman perkebunan) karena adanya
bermacam-macam zona tumbuh-tumbuhan;
5. Menjadikan letak mineral (tambang) dekat dengan permukaan tanah;
6. Udara yang masih segar dan sangat sejuk dapat dijadikan tempat pariwisata dan
sanatorium.
178

Peristiwa Post Vulkanis


 Peristiwa yang terdapat pada gunung berapi yang sudah mati atau yang telah
meletus sering disebut dengan peristiwa post vulkanis.

Peristiwa ini, antara lain, sebagai berikut.


a) Makdani
Makdani merupakan sumber mata air mineral yang biasanya panas dan dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan khususnya penyakit kulit.
b) Geyser
Geyser merupakan mata air yang memancarkan air panas secara periodik setiap
jam, satu hari, atau satu minggu. Tinggi pancarannya dapat mencapai 10 sampai
100 meter. Contoh: di Selandia Baru, Pulau Islandia, dan Yellowstone National
Park (Amerika).
c) Fumarol
Fumarol adalah sumber gas yang dapat merupakan:
mofet, adalah sumber gas asam arang (CO2), contohnya: Gunung Tangkuban
Perahu
sumber uap air, contohnya: fumarol gunung-gunung yang terdapat di Italia dan
Islandia
solfatar, adalah sumber gas belerang (H2S), contohnya: Gunung Papandayan,
Kawah Manuk, dan Gunung Welirang.
Klasifikasi Gunung Api Berdasarkan Tipe Letusannya
Klasifikasi berdasarkan tipe letusan gunung api didasarkan pada kedalaman dapur
magma dan kekentalannya, tekanan gas yang dikandung dan material yang
dilepaskan. Penamaan tipe letusan gunung api ini sebagian berdasarkan nama
gunung yang dianggap mewakili. Tipe letusan gunung api tersebut adalah :
Tipe St Vincent yaitu gunung api yang magmanya kental dengan tekanan
gas sedang berasal dari dapur magma yang dangkal.contohnya gunung kelud
di jawa timur.
179

Tipe Perret yaitu gunung api mempunyai ledakan yang Sangat dahsyat
disertai material yang menyembur ke angkasa karena tekanan gas yang
Sangat tinggi.contoh gunung krakatau.

Gambar 36. Tipe Gunung Api Perret


Tipe Pelee yaitu gunung api yang magmanya kental dengan tekanan gas
yang tinggi berasal dari dapur magma yang dalam.contoh gunung pelee di
Amerika Tengah.
180

Gambar Tipe Gunung Api Pelee


Tipe Merapi yaitu gunung yang mempunyai magma kental dan mengalir
secara perlahan karena tekanan gas yang rendah sehingga membentuk
sumbat kawah, akibatnya tekanan gas makin kuat hinggá kawah tersebut
terangkat dan pecah yang disertai keluarnya awan panas.contoh gunung
merapi dijawa tengah

Gambar 37. tipe gunung api merapi


Tipe Hawai yaitu gunung yang magma keluar Sangat cair dengan tekanan
gas rendah berasal dari dapur magma yang dangkal.contohnya gunung
kilauea, mauna loa
Tipe Vulkano yaitu gunung yang magma dikeluarkan kental dengan tekanan
gas sedang sampai tinggi, berasal dari dapur magma yang dangkal sampai
agak dalam. Contohnya gunung etna
Tipe Stromboli yaitu gunung yang erupsi terjadi tidak terlalu eksplosif,
tetapi berlangsung lama sering terjadi letusan kecil dan banyak
mengeluarkan eflata, magma yang dikeluarkan cair dengan tekanan gas
181

sedang berasal dari dapur magma yang agak dalam.contohnya gunung


raung, gunung vesuvius
Catatan penting Vulkanisme
 Intrusi Magma : proses penerobosan magma melalui retakan dan celah pada
lapisan batuan litosfer yang tidak sampai kepermukaan bumi
 Ekstrusi Magma/ Erupsi : pergerakan magma dari perut bumi ke permukaan
bumi

Dibagi 2 :
1. Erupsi Eksplosif
Erupsi berupa ledakan yang mengeluarkan benda – benda padat terjadi
karena dapur magma dalam dan gasnya bersifat racun
2. Erupsi efusif
Erupsi berupa lelehan lava yang keluar melalui rekahan – rekahan gunung api
 Lava : magma yang mencapai permukaan bumi

Gambar 39. magma yang mencapai permukaan bumi

Gempa Bumi / Seisme


Getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam disebut
dengan gempa bumi. ;
Pembagian gempa bumi :
a) Dilihat dari intensitasnya, terdapat dua macam gempa, yaitu:
makroseisme, merupakan gempa yang intensitasnya besar dan dapat dirasakan
tanpa menggunakan alat
mikroseisme, merupakan gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat perekam.
Ilmu yang mempelajari gempa bumi, gelombang-gelombang seismik, serta perambatannya
disebut seismologi, sedangkan alat untuk mencatat gempa adalah seismograf. Ada dua
macam seismograf, yaitu:
182

seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
vertikal
seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
horizontal.
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat
oleh sismograf dengan menggunakan skala Richter. Massa yang bebas dari getaran
gempa yang disebut massa stasioner.

Cara menentukan jarak episentrum :


∆={(S-P)-1’}x1 mega meter
Ket :
∆= jarak episentrum ke stasiun gempa
(S-P) = selisih gelombang skunder dengan primer
1 mega meter = 1000 km
Contoh soal :
Stasiun pencatat gempa A mencatat gelombang primer pukul 19.30’.20” dan gelombang
skunder pukul 19.35’.50” tentukan jarak episentrumnya ?
Istilah-istilah yang berkaitan dengan gempa ;
Seismologi yaitu ilmu tentang gempa
Hiposentrum yaitu pusat gempa dalam bumi
Episentrum yaitu pusat gempa dipermukaan bumi
Seismograf yaitu alat pencatat gempa
Seismogram yaitu hasil pencatatan gempa oleh seismograf
Pleistoseista yaitu garis pada peta yang membatasi daerah yang mengalami
kerusakan terhebat disekitar episentrum
183

Isoseista yaitu garis yang menghubungkan titik pada permukaan bumi dimana
intensitas gempanya sama
Homoseista yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mengalami/mencatat gelombang primer pada waktu yang sama
Makroseista yaitu daerah dipermukaan bumi yang mengalami kerusakan terhebat
akibat gempa
Diatropisme/Tektonisme/Tektogenesa
Perubahan letak lapisan bumi secara mendatar atau vertikal disebut tektonisme.
Bentuk hasil tenaga tektonisme umumnya berupa lipatan dan patahan. Semua gerak
naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi disebut dengan gerak
tektonik. Gerak ini terbagi menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
 Gerak epirogenetik merupakan gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang
sangat lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang
luas. Ada dua macam gerak epirogenetik.
a. Epirogenetik positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan
permukaan air laut naik. Keadaan ini akan jelas terlihat jika kita berada di tepi
pantai.
Contoh:
1. Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku dan
pulau-pulau barat daya sampai ke Pulau Banda).
2. Turunnya muara Sungai Hudson di Amerika yang dapat dilihat sampai
kedalaman ± 1.700 meter.
3. Turunnya lembah Sungai Kongo sampai dengan 2.000 meter di bawah
permukaan laut.
b. Epirogenetik negatif, merupakan gerak naiknya daratan sehingga terlihat
seakan permukaan air laut turun.
Contoh:
1. Naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton.
2. Naiknya dataran tinggi Colorado di Amerika.
 Gerak orogenetik, merupakan gerakan pembentuk pegunungan, relatif lebih cepat
daripada gerak epirogenetik. Gerakan ini menyebabkan tekanan horizontal dan
vertikal di kulit bumi, yang menyebabkan peristiwa dislokasi atau berpindah-
pindahnya letak lapisan kulit bumi.
Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan.
1. Lipatan (kerutan)
Adanya gerakan tekanan horizontal yang berakibat berkerut dan melipatnya
kulit bumi, selain itu juga dapat menyebabkan terbentuknya pegunungan di
relief muka bumi. Contoh: pegunungan-pegunungan tua, seperti Pegunungan
Ural dan Allegani. Lipatan ini terjadi pada zaman primer; pegunungan muda,
seperti rangkaian Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik yang terjadi pada
zaman tersier. Rangkaian Pegunungan Mediterania dimulai dari Pegunungan
Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia Belakang, Sumatra, Jawa,
184

Nusa Tenggara, sampai Maluku, sedangkan Sirkum Pasifik memanjang dari


pantai Pasifik Amerika, Jepang, Filipina, Papua, Australia, sampai Selandia
Baru. Lipatan dibagi atas tiga lipatan yaitu: lipatan tegak, lipatan condong, dan
lipatan rebah. Punggung-punggung lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan
disebut sinklinal.

Gambar 40. contoh Lipatan (kerutan)


2. Patahan (retakan)
Gerakan tekanan horizontal dan vertikal menyebabkan retak atau patahnya
lapisan kulit bumi. Misalnya: tanah turun (slenk), tanah naik (horst), dan tanah
bungkuk (fleksur).
185

Gambar 41. contoh Patahan (retakan)


Ciri Bentang Alam sebagai Akibat Proses Pengikisan dan Pengendapan
Pelapukan, Pengikisan, dan Erosi
Cuaca, temperatur, air, atau organisme sangat berpengaruh terhadap pelapukan
batuan. Perusakan batuan karena adanya pengaruh cuaca, temperatur, air, atau
organisme itulah yang disebut pelapukan. Perbedaan cuaca pada musim hujan dan
musim panas serta temperatur yang tinggi dan rendah, sangat berpengaruh pada
proses pelapukan batuan. Pelapukan hanya terjadi pada lapisan kulit bumi bagian
luar yang ketebalannya sangat dipengaruhi oleh peristiwa penyebab pelapukannya.
Pada daerah tropis mempunyai ketebalan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan di daerah sedang. Ketebalan di daerah tropis mencapai 100 m.
Gaya berat sangat berpengaruh pada lapisan pelapukan batuan yang terdapat di
lereng-lereng pegunungan. Erosi pada lereng pegunungan akan mengangkut bagian
teratasnya. Pada peristiwa pelapukan sering terdengar istilah denudasi. Denudasi
dapat terjadi jika kecepatan pelapukan batu-batuan tidak dapat mengikuti
kecepatan runtuhnya lapisan batuan yang lapuk, yang menyebabkan terkupas dan
terbukanya batuan yang asli.

Di alam ini terdapat tiga macam pelapukan, antara lain, sebagai berikut.
a) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi terjadi karena batu-batuan mengalami perubahan kimiawi.
Pelapukan ini disebabkan oleh air dan panas. Pelapukan kimiawi banyak terjadi di
Indonesia. Ini disebabkan curah hujan di Indonesia sangat tinggi. Air hujan
mempermudah terjadinya pelapukan kimiawi. Selain air hujan pelapukan juga
dipercepat oleh tumbuh-tumbuhan yang terdapat di Indonesia. CO2 banyak
dikeluarkan oleh tumbuh-tumbuhan selain akarnya dapat mengeluarkan asam yang
memudahkan terjadinya proses kimiawi.
Air yang banyak mengandung CO (zat asam arang) dapat dengan mudah
melarutkan batu kapur (CaO3). Peristiwa ini disebut dengan pelarutan yang dapat
menimbulkan gejala-gejala karst. Yang termasuk gejala-gejala karst, antara lain,
sebagai berikut.
186

1) Dolina, merupakan lubang-lubang berbentuk corong, yang terbentuk karena


peristiwa erosi (pelarutan) atau runtuhan. Akibat yang ditimbulkan oleh dolina
dapat terlihat pada puncak-puncak pegunungan kapur. Puncak-puncak itulah
yang merupakan sisa pelarutan, sedangkan dolina-dolina yang melebur di
antaranya terlihat sebagai lembah.
2) Stalaktit dan stalagmit. Kapur tebal yang terdapat pada atap gua memudahkan
udara masuk ke dalam. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya kerucut-
kerucut kapur yang disebut stalaktit dan stalagmit. Kerucut-kerucut kapur
yang bergantungan pada atap gua adalah stalaktit, sedangkan kerucut-kerucut
kapur yang berdiri pada dasar gua disebut stalagmit. Jika stalaktit dan
stalagmit bersentuhan, akan membentuk tiang kapur. Misalnya: Gua Gong dan
Gua Tabuhan di dekat Pacitan, Jawa Timur, Gua Lawa di Purwokerto, dan Gua
Jatijajar dekat Kebumen, JawaTengah.
3) Gua dan sungai dalam tanah. Retakan dalam tanah kapur akan menjadi besar
dan menjadi lubang-lubang atau guagua karena pengaruh pelarutan. Jika di
dalam tanah lubang-lubang itu berhubungan satu sama lain, terjadilah sungai-
sungai di dalam tanah.

b) Pelapukan Organis
Pelapukan organis terjadi karena aktivitas organisme, termasuk hewan dan
tumbuhan. Hewan yang berperan dalam pelapukan, antara lain, cacing tanah,
serangga, dan tikus. Di garis pantai yang terangkat sering dijumpai lubang-
lubang bekas rumah binatang yang hidup pada permukaan air. Selain hewan,
tumbuhan juga berperan dalam pelapukan organis. Pengaruh tumbuhan dapat
bersifat mekanis dan kimiawi. Bersifat mekanis karena berkembangnya
pertumbuhan akar di dalam tanah dapat merusak tanah dan sekitarnya.
Bersifat kimiawi karena akar akan mengeluarkan asamasam mengisap garam
makanan. Asam-asam ini bersifat merusak batubatuan sehingga mendorong
terjadinya pelapukan.
187

c) Pelapukan Fisis atau Mekanis


Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis karena proses penyebabnya
berlangsung secara mekanis. Perusakan fisik batu-batuan akan terjadi pada
pelapukan ini, di mana batuan yang besar akan pecah menjadi kecil dan yang
kecil akan remuk menjadi halus. Yang termasuk dalam pelapukan fisik atau
mekanis, antara lain, kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal di bawah
ini.
Besarnya perbedaan suhu (temperatur). Kondisi ini sebagian besar terjadi di
daerah yang beriklim kontinental, atau beriklim gurun. Di daerah gurun
temperatur pada siang hari dapat mencapai 50°C, sedangkan malam akan begitu
dingin. Hal ini menyebabkan retak dan pecahnya batu-batuan besar.
Bekunya air tanah di dalam tanah atau di dalam pori-pori batuan. Jika air
membeku, akan terjadi peningkatan volume atau pemuaian volume yang dapat
meningkatkan tekanan keluar sehingga lama-kelamaan batu-batuan akan
mengalami keretakan. Peristiwa ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang.
Jika suhunya rendah, air tanah bagian atas dapat mengalami pembekuan.
Mengkristalnya air garam. Suhu pada siang hari yang sangat tinggi akan
mengakibatkan air menguap dan unsur-unsur garam yang terdapat di dalam air
akan mengkristal, di mana kristal-kristal yang terbentuk ini sangat runcing dan
tajam. Kristal yang tajam ini dapat merusak batubatuan yang ada di sekitarnya.
Akibat erosi di daerah pegunungan
Hasil pelapukan batuan ini akan segera terangkut jika ada aliran yang kuat. Proses
pengangkutan hasil pelapukan batuan ini sering disebut dengan erosi. Pengikisan
permukaan kulit bumi karena aliran air, es, atau angin disebut erosi. Erosi dapat terjadi
karena beberapa sebab berikut.
Erosi air sungai
Gerakan air yang mengalir akan menimbulkan gesekan dengan tanah yang
dilaluinya. Semakin cepat dan besar jumlah airnya, gerakan yang ditimbulkan akan
semakin besar pula. Semakin besar gerakan akan menyebabkan gesekan yang
semakin keras. Gesekan air dengan tanah yang dilaluinya ini dapat menyebabkan
pengikisan, karena secara tidak langsung air akan banyak membawa benda padat
yang menimbulkan gesekan keras. Akan tetapi, lain halnya dengan air yang tenang
dan tidak mengalir deras. Air yang tenang tidak mengadakan gesekan dan tidak
menimbulkan pengikisan. Dengan kata lain, pengikisan hanya dapat terjadi jika air
itu mengalir dan mengangkut benda-benda padat. Akibat yang ditimbulkan oleh
erosi air sungai dapat dibuktikan dengan terjadinya lembah-lembah, ngarai, dan
jurang yang dalam, seperti Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon serta
Sungai Colorado di Amerika Serikat.
Erosi air laut (abrasi)
Erosi air laut sering disebut dengan abrasi. Abrasi adalah perusakan atau
pengikisan pantai yang disebabkan oleh pukulan gelombang laut yang
terusmenerus terhadap dinding pantai, seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta.
Erosi es (gletser)
188

Gerakan lapisan es yang mengalir turun dari pegunungan es yang menyebabkan


pengikisan disebut dengan erosi es (gletser). Aliran es yang mencair itu akan
membawa atau menyeret batu-batuan ke bawah atau disebut moraine, seperti
Pantai Fyord di Skandinavia.
Erosi angin (korasi)
Selain air sungai, air laut, dan es, pengikisan juga dapat disebabkan oleh angin.
Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun pasir. Setelah terbawa oleh
angin, pasir-pasir tersebut diendapkan di tempat lain sehingga terbentuk bukit-
bukit pasir yang dapat berpindah-pindah. Jika pasir yang terbawa angin itu
melewati batu-batuan, akan timbul gesekan antara pasir dan batuan yang dapat
menyebabkan terjadinya pengikisan batuan. Jika bagian bawah batuan itu terkikis
secara terus-menerus, bantuan akan membentuk batu cendawan di gurun pasir,
seperti Tanah Loss di Cina Utara setebal 600 meter adalah hasil erosi angin dari
Gurun Gobi. Pengaruh erosi air terhadap material yang dihancurkan, diangkut, dan
yang diendapkan, dapat kamu lihat pada bahasan berikut.
1. Batu-batuan yang diangkut
Gesekan dan benturan pada saat pengangkutan batuan akan mengakibatkan
pecahnya batuan. Karena gesekan dan benturan tersebut batu-batuan makin
lama akan makin bulat dan kecil. Pergeseran batu-batuan akan menyebabkan
batuan menjadi semakin tipis, sedangkan batuan yang diguling-gulingkan akan
menjadi bulat dan seperti batu guling.
2. Sungai
a. Hulu sungai
Di bagian hulu sungai, kecepatan aliran sungai lebih tinggi karena kemiringan
gradien dasarnya yang tinggi. Oleh karena itu, erosi dasar sungai lebih tinggi
daripada erosi tepi sungai. Kondisi ini menyebabkan sungai menjadi lebih cepat
dalam daripada melebarnya. Kalau kalian perhatikan di daerah-daerah
pegunungan, sungai-sungainya akanterlihat curam di antara tebing-tebing yang
tinggi. Selain itu, palung sungai berbentuk huruf V.
b. Bagian tengah sungai
Dasar sungai bagian tengah tidak lagi miring, tetapi sudah mulai melandai atau
rata. Demikian pula dengan kecepatan airnya yang mulai berkurang atau
kecepatan airnya yang semakin kecil. Di bagian ini benda-benda padat yang
besar mulai diendapkan. Pengendapan sebagian besar terjadi pada bagian tepi
sungai karena pada bagian ini kecepatan airnya paling kecil, sehingga garis arus
mulai membelok dan erosi ke bagian tepi yang dituju menjadi besar. Sebagai
akibatnya sungai mulai membelok dan belokan ini makin lama makin besar.
Sungai yang berkelok-kelok (Meander) ini sebagian besar terdapat di hilir
sungai.
189

c. Hilir sungai
Di bagian hilir ini dasar palung sungai berbentuk datar. Di daerah hilir ini air
mengalir dengan kecepatan yang sangat lambat, bahkan seperti tidak mengalir.
Dengan demikian, benda-benda yang terangkut sebagian besar diendapkan di
bagian muara sungai. Peristiwa ini mendorong terbentuknya delta atau pulau-
pulau di bagian muara sungai.
3. Relief permukaan bumi
Terjadinya erosi menyebabkan puncak-puncak gunung yang mula-mula tajam
menjadi rendah dan bulat. Demikian juga dengan jurang-jurangnya yang curam,
karena pengendapan bahan-bahan dan pengikisan di lerengnya, gunung menjadi
lebih dangkal. Dataran tinggi menjadi rendah, sebaliknya dataran rendah
menjadi tinggi karena endapan tanah. Kejadian-kejadian tersebut memicu pada
terbentuknya suatu relief permukaan bumi yang disebut peneplain.
4. Tanah pertanian
Ada dua pengaruh yang disebabkan oleh erosi terhadap tanah pertanian.
Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pengaruh
ini ditentukan oleh jenis erosi. Adapun pengaruh tersebut sebagai berikut.
a. Pengaruh yang menguntungkan
Dikatakan menguntungkan jika tanah hasil erosi adalah tanah aluvial yang dapat
menjaga kesuburan tanah. Bagaimana erosi yang dapat menjaga kesuburan tanah?
Kondisi ini terjadi jika jumlah tanah yang diangkut oleh erosi itu seimbang dengan
jumlah tanah yang terbentuk oleh pelapukan. Erosi seperti inilah yang diperlukan oleh
tanah pertanian.
b. Pengaruh yang merugikan
Di sini erosi yang terjadi dapat menyebabkan tanah menjadi tandus dan mati. Hal ini
terjadi karena tanah yang diangkut oleh erosi itu lebih banyak daripada tanah yang
terjadi karena pelapukan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi
terjadinya erosi, antara lain, sebagai berikut:
pembuatan terasering dengan cara membuat tanah lereng menjadi bertingkat-
tingkat, sehingga apa jika terjadi hujan, kecepatan air dari bagian atas akan
berkurang
pelaksanaan strip-cropping atau metode tanam berseling yang waktu panennya
tidak sama
melakukan reboisasi atau penanaman hutan kembali, terutama dilakukan pada
hutan-hutan lindung yang mulai gundul
mengadakan contour-plowing, yaitu mengadakan pembajakan yang searah dengan
kontur.
Pengendapan
Setelah menempuh jarak tertentu, material yang terbawa karena erosi akan diendapkan.
Ini dapat terjadi karena kecepatan erosi semakin berkurang. Endapan hasil pelapukan
190

batu-batuan ini lama-kelamaan akan berubah menjadi batuan sedimen. Berdasarkan


tenaga alam yang mengangkut dan tempat pengendapannya, batuan sedimen dapat
dibedakan atas berikut.
a. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya:
 sedimen akuatis oleh air
 sedimen marine oleh air laut
 sedimen glasial oleh gletser (es)
 sedimen aeolis (aeris) oleh angin
b. Berdasarkan tempat pengendapan
 sedimen fluvial, di sungai
 sedimen marine, di laut
 sedimen limnis, di danau atau rawa
 sedimen terestris, di darat
 sedimen glasial, di daerah es.

Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
1. Pengendapan oleh Air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh air, antara lain, meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya
pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.
Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil.
Akibatnya, sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling
mudah dilewati. Sementara itu, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan
membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam
maupun tepi luar. Di bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan,
sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan.
Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus, akan membentuk meander.
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana pengikisan dan
pengendapan terjadi secara berturut-turut. Proses pengendapan yang terjadi
secara terus-menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah
dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbox lake.
Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan
alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air
sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap
terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan
191

sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada


bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa
oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang
di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh
bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya, terjadi
banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang
terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu
dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi
sungai. Akibatnya, tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk.
Bentang alam itu disebut tanggul alam.
2. Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh
air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air
laut, antara lain, pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan
wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir.
Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada
perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi
perubahan arah, arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang
dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material.
Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut.
Akumulasi material itu disebut tepi.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadangkadang spit
terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai(barrier beach). Apabila
di sekitar spit terdapat pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan dataran,
sehingga membentuk tombolo.
3. Pengendapan oleh Angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat
terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi jika terjadi akumulasi
pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan
mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan
pasir yang disebut gumuk pasir.
4. Pengendapan oleh Gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang alam hasil
pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi
U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur
192

menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan
mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi
berbentuk U.
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Lahan merupakan bentang darat mulai dari pantai sampai ke pedalaman. Luas lahan
bumi diperkirakan 148.892.000 km2.
Lahan potensial adalah lahan-lahan yang memungkinkan untuk dikelola manusia
lahan yang produktif sehingga jika dikelola oleh manusia,
dengan pengelolaan tersebut, diharapkan lahan tersebut akan
dapat memberikan hasil yang tinggi dan biaya pengelolaan yang
rendah.
Lahan potensial terdiri dari lahan kering dan lahan basah.

Degradasi Lahan dan Terjadinya Tanah Kritis dan Tandus


Berbagai variasi bentuk muka bumi adalah adanya dataran tinggi, dataran rendah,
daerah sedang, daerah yang subur, daerah yang tandus, daerah yang mengandung
mineral, daerah yang tidak mengandung mineral, dan sebagainya.
Terdapatnya bentuk dan letak muka bumi yang bervariasi tersebut menimbulkan
berbagai pengaruh, di antaranya:
sebagai penentu ada tidaknya mineral yang terkandung dalam batuan
perbedaan suhu yang berpengaruh terhadap jenis tanaman
tingkat kepadatan penduduk
daerah yang subur, cukup hujan, mempunyai jenis vegetasi dan fauna yang
beragam
di daerah-daerah tertentu yang tanahnya mengandung endapan vulkanik, bersifat
sangat subur seperti Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Maluku
adanya pertimbangan tentang keadaan topografi sebelum melakukan
pembangunan bangunan-bangunan seperti jembatan, gedung, dan jalan-jalan raya
di daerah-daerah tertentu seperti di Pulau Kalimantan tanahnya hanya sedikit
mengandung mineral yang sebagian besar hanyut terkikis dan tercuci terus-
menerus oleh hujan sehingga mengakibatkan tanahnya tidak subur.
Lahan kritis dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
bencana alam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor
perbuatan manusia, seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah industri,
pembuangan sampah plastik sembarangan, penggalian barang tambang tanpa
pengawasan, kebakaran hutan, dan peladangan berpindah- pindah
Dinamika Perubahan Pedosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
Tanah merupakan permukaan bumi yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam
keperluan, antara lain, tempat mendirikan perumahan, pertanian dan perkebunan, dan
bahan pembuat berbagai macam bahan bangunan.
193

Ciri dan Proses Pembentukan Tanah di Indonesia


Tanah  material yang berasal dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa bahan organik.
Pelapukan tersebut mengakibatkan batuan yang sangat keras dan dapat
berubah menjadi bahan yang lebih lunak atau butiran-butiran yang lebih halus
yang disebut dengan regolit. Lapisan atas regolit inilah yang berubah menjadi
tanah.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan batuan sebagai berikut.
Iklim, perubahan suhu panas pada waktu siang hari (penyinaran cahaya matahari)
o
dan dingin pada malam hari serta curah hujan tinggi mempercepat keretakan atau
kerapuhan batuan yang disebabkan percepatan intensitas reaksi kimia.
o Aktivitas organisme yang hidup di dalam tanah yang mengeluarkan zat tertentu
yang dapat menghancurkan batu-batuan.
o Sifat-sifat bahan induk yang membentuknya
o Topografi, keadaan topografi berpengaruh terhadap jumlah air hujan yang dapat
diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, danerosi tanah.
o Perakaran tumbuh-tumbuhan yang dapat masuk ke dalam retakanretakan batuan
sehingga mempercepat hancurnya batuan, contohnya lumut kerak.
o Adanya tekanan sisa-sisa zat organik ke permukaan bumi sehingga terjadi
pemadatan yang mempercepat hancurnya batuan.
o Lama waktu terjadinya pelapukan.
Sifat-Sifat Tanah yang Dapat Diamati di Lapangan
I. Warna tanah, merupakan petunjuk sifat fisik tanah. Perbedaan warna tanah
disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organiknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organik, warna yang terjadi semakin tua atau gelap.
II. Batas horizon, merupakan batas antara horizon yang satu dengan yang lainnya.
III. Tekstur tanah, merupakan ukuran butiran tanah yang dapat menunjukkan kasar
halusnya tanah. Tekstur tanah terdiri dari bahan kasar dan bahan halus (pasir,
debu, dan liat). Bahan kasar adalah bahan yang berukuran > 2 mm.
IV. Struktur tanah, adalah ikatan antarbutiran-butiran pasir, debu dan liat oleh
bahan organik atau oksida besi yang membentuk gumpalan. Struktur tanah
menurut bentuknya dibedakan menjadi bentuk lempung, prisma, tiang, gumpal,
granular, dan remah.
V. Drainase tanah, adalah kemampuan tanah untuk menyerap air yang berada di atas
permukaannya. Tanah berdrainase baik berwarna merah kecokelatan, sedangkan
tanah berdrainase buruk biasanya berwarna keabu-abuan karena sering
tergenang air dan terjadi reduksi Fe, sehingga kurang baik untuk ditanami karena
keadaan tanah yang lembap dapat memicu tumbuhnya jamur dan bakteri.
VI. Konsistensi, sangat berpengaruh terhad ap teknis pengolahan tanah. Pada kondisi
agak basah dapat dibedakan menjadi tanah gembur (mudah diolah, tidak lengket,
dan gumpalan mudah dihancurkan) dan tanah teguh (sulit diolah, lengket, dan
gumpalan sulit dihancurkan). Dalam keadaan kering dapat dibedakan menjadi
tanah lunak dan tanah keras.
194

Jenis tanah berdasarkan bahan induk pembentuk tanah dapat dibedakan menjadi
berikut.
1) Tanah oganosol, merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk organik (tanah
gambut) dan hutan rawa dengan iklim basah pada curah hujan 2.500 mm/tahun.
Tanah organosol banyak mengandung unsur hara dan biasanya terdapat di daerah
pasang surut seperti Jawa, pantai barat Sumatra, pantai timur Kalimantan, dan
pantai barat Papua.
2) Tanah podzolik merah kuning, merupakan perkembangan dari tanah mineral yang
berasal dari batuan pasir kuarsa, tuff vulkanis bersifat asam dan tersebar di
daerah beriklim basah tanpa bulan kering dengan curah hujan 2.500 mm/tahun.
Tanah podzolik ini banyak terdapat di Nusa Tenggara Barat.
3) Tanah aluvial, merupakan tanah yang terbentuk dari endapan lumpur yang terbawa
oleh air sungai. Tanah ini banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sehingga sangat subur. Tanah aluvial banyak terdapat di Sumatra bagian
timur, Kalimantan bagian tengah dan timur, Jawa bagian utara, dan Papua bagian
selatan.
4) Tanah vulkanis, merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan vulkanis,
lava yang telah membeku (effusif) atau dari abu letusan gunung berapi yang telah
membeku (efflata). Tanah ini sangat subur untuk pertanian karena merupakan tanah
tuff yang berasal dari abu letusan gunung berapi, misalnya, di Lampung, Palembang,
dan Sumatra Barat. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan wilayah-
wilayah yang ada gunung apinya.
5) Tanah humus, biasa disebut dengan bunga tanah, tanah ini berasal dari pembusukan
tumbuh-tumbuhan yang jatuh di atasnya. Tanah ini banyak mengandung humus yang
sangat subur untuk tanaman.
6) Tanah pasir, merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan pasir. Tanah ini
hanya mengandung sedikit bahan organik sehingga kurang baik untuk pertanian, dan
banyak terdapat di daerah pantai barat Sumatra Barat, Sulawesi, dan Jawa Barat.
7) Tanah laterit atau tanah merah, merupakan tanah yang kaya zat besi dan aluminium.
Tanah ini bukan merupakan tanah yang subur karena usianya sudah tua.
Penyebab Erosi Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Tanah terbentuk dari akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas dan menduduki sebagian
besar lapisan atas permukaan bumi. Tanah memiliki sifat-sifat yang dipengaruhi oleh
iklim, jasad-jasad hidup, dan bahan induk dalam keadaan tertentu dan jangka waktu
tertentu yang berperan dalam menumbuhkan tanaman.
195

Fungsi Tanah bagi Kehidupan Manusia


tempat tumbuh tanaman
tempat tinggal dan tempat manusia melakukan kegiatan atau aktivitas
tempat berkembangnya hewan
mengandung barang tambang atau bahan galian.
Erosi Merusak Kesuburan Tanah
gundulnya hutan-hutan
tidak ada vegetasi penutup tanah
tidak dibuatnya terasering pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan tinggi
sehingga tanah mudah terbawa
tidak dibuatnya tanggul-tanggul pasangan sebagai penahan erosi
penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi
tidak adanya larangan penggembalaan liar di permukaan tanah yang berlumpur
sehingga tanah atas semakin rusak.
Perbedaan kemampuan tanah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:
tekstur tanah
ketebalan solum tanah
permeabilitas tanah
tingkat erosi
kemiringan lereng
penyaluran air
196

Berbagai Usaha untuk Mengurangi Terjadinya Erosi Tanah


1. Tekstur dan Kesuburan Tanah
Permeabilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Tekstur
tanah sangat berpengaruh pada kecepatan perembesan air. Semakin halus tekstur
tanah semakin lambat perembesan airnya.
Berdasarkan kesuburannya, tanah dapat dibagi menjadi tanah muda, dewasa,
tua, dan sangat tua.
Tanah muda, tanah ini belum subur karena unsur hara atau zat makanan yang
terkandung masih sedikit.
Tanah dewasa, merupakan tanah yang sangat subur dan paling cocok untuk
pertanian karena tanah ini banyak mengandung unsur hara atau zat makanan.
Tanah tua, kesuburan tanahnya sudah mulai berkurang karena unsur atau zat hara
makanan yang terkandung di dalamnya juga sudah mulaiberkurang.
Tanah sangat tua, tanah ini merupakan tanah yang tidak subur, juga disebut
tanah mati karena unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya
sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis. Unsur K, P, N, C, H, O, Na, Ca, S, Mg,
Fe, Zn, B, Cu, dan Mn sangat diperlukan oleh tanah.
2. Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Kesuburan tanah dapat dijaga dan dipertahankan dengan cara:
pemupukan, diusahakan dengan pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk buatan, dan
pupuk kompos
pembuatan bendungan untuk melancarkan sistem irigasi
pembuatan hutan cadangan pada lereng-lereng gunung
reboisasi atau penghijauan di lereng-lereng gunung yang gundul
pembuatan lahan bertingkat untuk pertanian di daerah miring.
Kemiringan suatu lahan terhadap bidang horizontal sering disebut dengan
kemiringan lereng. Jika sudut kemiringan lahannya semakin besar, risiko terjadi
erosi dan longsor akan semakin besar pula. Ada beberapa langkah untuk menjaga
kelestarian lahan pertanian daerah miring, menghindari erosi tanah dan longsor,
yaitu dengan caramembuat terasering; menanami lahan menurut garis kontur agar
perakaran dapat menahan tanah (contour farming); pembuatan tanggul pasangan
(sengkedan); menanam menurut garis kontur horizontal tanah (contour plowing);
197

bertani dengan cara membagi bidang-bidang tanah itu dalam bentuk sempit dan
memanjang mengikuti garis kontur sehingga berbelok-belok bentuknya (contour sinp
cropping); pergantian jenis tanaman ketersediaan unsur hara tanah terjaga dan
tidak kehabisan salah satu unsur hara akibat penanaman satu jenis tanaman secara
terusmenerus (crop rotation); dan melakukan penanaman hutan kembali (reboisasi)
pada hutanhutan gundul.
Lahan Kritis dan Lahan Potensial
a) Lahan Potensial
Lahan potensial merupakan lahan subur yang sebenarnya dapat dimanfaatkan, tetapi
belum dimanfaatkan atau belum diolah, padahal jika diolah akan memberikan nilai
ekonomi yang tinggi.
Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai,
dataran rendah, dan dataran tinggi.
Usaha pelestarian dan peningkatan kegunaan lahan-lahan potensial, antara lain,
membuat perencanaan penggunaan lahan
menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi lahan
mengintensifkan penggunaan lahan dalam waktu tertentu
pembuatan perencanaan pembangunan tata lahan untuk menghindari pencemaran;
penggunaan lahan seoptimal mungkin untuk kepentingan rakyat;
adanya pemisahan penggunaan lahan untuk permukiman, industri, perkantoran,
maupun pertanian;
pembuatan peraturan atau UU pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan
umum dan; peraturan perpajakan.
Adanya kajian yang berhubungan dengan kebijakan tata ruang, perizinan atau
pajak untuk memberikan tambahan wawasan bagi masyarakat tentang konservasi
lahan,
adanya perhatian terhadap teknologi pengolahan tanah, penghijauan (reboisasi),
dan
pembuatan sengkedan terutama di daerah-daerah pegunungan,
penanaman lahan di permukiman penduduk agar mempunyai ladang yang tetap dan
tidak berpindah-pindah,
pengelolaan daerah DAS di sepanjang aliran sungai.
b) Lahan Kritis
Lahan kritis sering disebut dengan lahan yang tidak produktif karena meski sudah
dikelola tetap saja produktivitas lahannya rendah.
Lahan kritis dapat terbentuk karena beberapa faktor,
antara lain, adanya kekeringan,
genangan air secara terusmenerus seperti di daerah pantai dan rawa,
terjadinya erosi tanah dan
masswasting di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring,
adanya kesalahan dalam pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspek aspek
kelestarian lingkungan,
198

masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian yang tak dapat
diuraikan oleh bakteri seperti plastik yang dapat bertahan selama ± 200 tahun di
dalam tanah,
adanya pembekuan air di daerah kutub atau pegunungan tinggi, serta
adanya pencemaran zat seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan
pertanian.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi lahan kritis adalah:
pemanfaatan lahan seoptimal mungkin, baik untuk pertanian, perkebunan,
peternakan, maupun usaha lainnya;
melakukan penghijauan atau reboisasi;
pembuatan terrasering pada lereng bukit untuk mencegah terjadinya erosi tanah
program kali bersih (prokasih);
reklamasi lahan bekas pertambangan;
pengelolaan wilayah terpadu di wilayah perairan dan daerah aliran sungai (DAS)
mempertahankan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman;
ditetapkannya sanksi yang tegas bagi siapa saja yang merusak lahan, yang
mengarah pada terjadinya lahan kritis
sedapat mungkin digunakan pupuk organik secara tepat dan terusmenerus. Pupuk
organik tersebut, antara lain, pupuk kandang atau kompos
memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada
pada lahan pertanian; meski dapat digunakan untuk menyerap zat pencemar dan
dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan, tetapi tetap harus diperhatikan karena
eceng gondok sangat mudah berkembang, sehingga dapat menutup permukaan air
dan dapat mengganggu lahan pertanian;
gurumuda.com/bs
penggemburan tanah sawah dilakukan dengan tumbuhan azol
gurumuda.com/bs
199

Lampiran 3
ULANGAN HARIAN
SIKLUS 1
MATA PELAJARAN : GEOGRAFI
KELAS : X IIS 4

1. Lapisan bumi terdiri atas 3 lapisan dengan tingkat ketebalan yang berbeda, salah satunya
lapisan Litosfer dengan ketebalan rata – rata ...
A. 1.000 km
B. 1.100 km
C. 1.200 km
D. 1.300 km
E. 1.400 km

2. Bahan penyusun litosfer terdiri atas …


A. Batuan beku korok, batuan sedimen organik, dan batuan malihan
B. Batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf
C. Batuan beku dalam , batuan beku luar, dan batuan baku korok
D. Batuan sedimen klasik, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organik
E. Metamorfisma thermal, metamorfisma dinamo, metamorfisma regional

3. Pernyataan
1) Breksi
2) Dolomit
3) Kalsit
4) Topas
5) Marmer
Batuan yang mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan adalah ...
A. 1 dan 5 D. 2 dan 4
B. 1 dan 3 E. 4 dan 5
C. 2 dan 3

4. Lapisan litosfer terdiri atas dua lapisan sial dan lapisan sima, lapisan yang memiliki ketebalan
rata – rata 35 km dikenal dengan ...

A. Lapisan Barisfer
B. Lapisan Sial
C. Lapisan Sima
D. Lapisan Bumi
E. Lapisan Batuan

5. Sedimen Aeolis merupakan batuan sedimen berdasarkan ...


A. Tenaga
B. Tempat
C. Jenis
D. Manfaat
E. Geraknya

6. Yang termasuk batuan sedimen aquatis adalah …


A. Tanah loss, tanah tuff, dan tanah pasir
B. Breksi, konglomerat, dan batu pasir
C. Batu apung, batu kapur, dan batu bara
200

D. Marmer,topas, dan kolsu


E. Granit, batu asbak, dan snale

7. Batuan yang terbentuk dari magma yang membeku disebut …


A. Batuan sedimen
B. Batuan beku
C. Batuan metamorf
D. Batuan kapur
E. Lakustre

8. Gambar patahan

Horst pada gambar diatas ditunjukkan oleh angka ...


A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

9. Perubahan letak lapisan bumi secara mendatar atau vertikal merupakan pengertian dari...
A. Litosfer
B. Endogen
C. Eksogen
D. Lipatan
E. Tektonisme
10. Tenaga dari dalam bumi yang bergerak dengan arah vertikal dan horizontal mengakibatkan
perubahan lokasi disebut ...
A. Lipatan
B. Patahan
C. Sesar
D. Horst
E. Graben
11. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat gerakan tektonik epirogenesa negatif ...
A. Naiknya dataran tinggi Colorado USA
B. Rangkaian peg. Bukit Barisan di Sumatera
C. Teras pantai bertingkat di pulau Timor
D. Patahan lembang di Bandung
E. Patahan Semangko di Pulau Sumatera

12. Proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga yang lambat dengan arah
vertikal, meliputi wilayah yang luas disebut …
A. Tektonis epirogenesa
B. Tektonis orogenesa
C. Patahan
D. Retakan
E. Pelengkungan
13. Gerak turun nya suatu daratan sehingga terlihat permukaan air laut naik dinamakan …
201

A. Epirogenesa negatif
B. Epirogenesa positif
C. Graben
D. Horst
E. Fault scap

14. Pernyataan
1. Graben
2. Horst
3. Lipatan tegak
4. Fault scap
5. Lipatan miring

Yang merupakan hasil dari patahan adalah nomor …

A. 1, 2,dan 3
B. 1, 2, dan 4
C. 1, 3, dan 4
D. 2, 3, dan 4
E. 3, 4, dan 5

15. Pernyataan
1. Lipatan positif
2. Lipatan negatif
3. Lipatan tegak
4. Lipatan miring
5. Lipatan rebah
6. Lipatan menutup

Pernyataan di atas yang termasuk macam – macam tipe lipatan adalah nomor …
A. 1, 2, 3, dan 4
B. 1, 2, 3, dan 5
C. 1, 4, 5, dan 6
D. 2, 3, 4, dan 5
E. 3, 4, 5, dan 6

16. Peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi dinamakan …
A. Magma
B. Intrusi magma
C. Ekstrusi magma
D. Vulkanis
E. Erupsi

17. Proses penerobosan magma melalui retakan dan celah pada lapisan batuan litosfer yang tidak
sampai kepermukaan dikenal dengan ...
A. Intrusi magma
B. Ekstrusi magma
C. Erupsi eksplosif
D. Erupsi efusif
E. Erupsi linear

18. Pernyataan
1. Erupsi linear
2. Erupsi sentral
3. Erupsi eksplosif
202

4. Erupsi efusif
5. Erupsi
Jenis erupsi berdasarkan lubang kepundan ditunjukan angka ...
A. 1, 2 dan 3
B. 1, 2 dan 4
C. 2, 3 dan 4
D. 3, 4 dan 5
E. 4, 5 dan 6

19. Di lihat dari bentuk terjadi nya ada 3 macam gunung api …
A. Gunung aktif , gunung mati, dan gunung istirahat
B. Tipe hawai, tipe Stromboli, dan tipe merapi
C. Gunung api maar, gunung api strato, dang gunung api perisai
D. Gunung api bromo, gunung api pelee, dan gunung merapi
E. Tipe volcano, tipe pelee, dan dan tipe perret

20. Pelengkungan merupakan bentukan lahan karena gerak vertikal yang tidak merata pada suatu
daerah, jika melengkung ke atas akan menjadi kubah (dome) dan jika melengkung kebawah
menjadi …
A. Patahan
B. Retakan
C. Cekungan (basin)
D. Lipatan
E. Horst

21. Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum pernah lagi meletus namun masih
memperlihatkan gejala aktif dikenal dengan gunung api ...
A. Tipe A
B. Tipe B
C. Tipe C
D. Tipe D
E. Tipe E

22. Rupa gunung api kerucut terbentuk karena letusan dan ledakan secara bergantian, batuan
berlapis – lapis termasuk jenis gunung api ...
A. Maar
B. Strato
C. Perisai
D. Perret
E. Merapi

23. Bahan gas yang dikeluarkan oleh tenaga vulkanisme adalah …


A. Lava, lahar panas, dan lahar dingin
B. Bom, lapili, dan pasir
C. Banjir lahar, banjir lava, dan gelombang pasang
D. Awan emulsi, lahar, dan debu
E. Solfatar, fumarol, dan mofet

24. Gunung api yang terbentuk karena erupsi eksplosif dan erupsi ini hanya sekali karena dapur
magma nya dangkal termasuk jenis gunung api …
A. Strato
B. Merapi
C. Perisai
D. Maar
E. Stromboli
203

25. Pernyataan
1. Lavanya cair kental dan tekanan gas sangat tinggi
2. Dapur magma nya sangat dalam
3. Hasil letusan berupa gas sangat tinggi dan awan berbentuk kol bunga
4. Mengeluarkan eriata
5. Hasil letusan nya berupa lava pijar dan lahar dingin
Yang termasuk ciri – ciri dari letusan gunung api tipe perret adalah nomor …

A. 1, 2, dan 3
B. 1, 2, dan 4
C. 1, 2, dan 5
D. 2, 3, dan 4
E. 3, 4, dan 5

Kunci jawaban UHA Siklus 1


1. C
2. B
3. E
4. B
5. A
6. B
7. B
8. A
9. E
10. B
11. A
12. A
13. B
14. B
15. E
16. D
17. A
18. A
19. C
20. C
21. B
22. B
23. E
24. D
25. A
204

ULANGAN HARIAN
SIKLUS 2
MATA PELAJARAN : GEOGRAFI
KELAS : X IIS 4

1. Getaran yang di rasakan sebagai akibat dari adanya tenaga dari dalam perut bumi disebut …
A. Seisme
B. Vulkanisme
C. Tektonisme
D. Eksogen
E. Endogen
2. Pernyataan
1. Gempa tektonik
2. Gempa vulkanik
3. Gempa runtuhan
4. Gempa tumbukan
5. Gempa bumi
Gempa yang terjadi akibat meteor yang menabrak bumi di tunjukan oleh angka …
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
3. Gempa bumi yang terjadi pada daerah kapur atau pada daerah pertambangan sering disebut …
A. Gempa tektonik
B. Gempa runtuhan
C. Gempa buatan
D. Gempa tumbukan
E. Gempa vulkanik
4. Gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa menggunakan alat di namakan …
A. Seismograf horizontal
B. Seismograf vertical
C. Macroseisme
D. Microseisme
E. Skala ricter

5. Gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7 – 14
km/detik dinamakan ...
A. Microseisme
B. Macroseisme
C. Gelombang primer
D. Gelombang sekunder
E. Seismograf
6. Alat untuk mengukur gempa adalah …
205

A. Anemometer
B. Termometer
C. Barometer
D. Seismograf
E. Skala ricter
7. Tenaga yang berasal dari luar bumi dan banyak merusak bentuk – bentuk permukaan bumi
dinamakan …
A. Vulkanisme
B. Tektonisme
C. Seisme
D. Tenaga eksogen
E. Tenaga endogen
8. Yang termasuk tenaga eksogen adalah …
A. Tektonik dan vulkanik
B. Seisme dan gempa bumi
C. Vulkanisme dan magma
D. Intrusi magma dan ekstrusi magma
E. Pelapukan dan erosi
9. Proses penghancuran batuan dengan batuan makhluk hidup seperti manusia, hewan maupun
tumbuhan disebut …
A. Pelapukan biologis
B. Pelapukan mekanis
C. Pelapukan kimiawi
D. Masswating
E. Abrasi
10. Pernyataan
1. Erosi geletser
2. Erosi sungai
3. Erosi air hujan
4. Abrasi
5. Korasi
Yang termasuk erosi air adalah …
A. 1, 2 dan 3
B. 1, 3 dan 4
C. 2, 3 dan 4
D. 2, 3 dan 5
E. 3, 4 dan 5
11. Erosi yang sering terjadi didaerah gurun pasir adalah …
A. Erosi air
B. Abrasi
C. Erosi gletser
D. Erosi angin
E. Erosi air hujan
12. Pelapukan yang mengakibatkan terjadinya pelarutan sehingga dapat menmbulkan gejala-
gejala karst dinamakan …
A. Pelapukan fisis
B. Pelapukan biologis
C. Pelapukan kimiawi
206

D. Pelapukan organis
E. Masswating
13. Proses penghancuran batuan kulit bumi pada tempatnya yang di pengaruhi temperature dan
kelembapan udara dinamakan …
A. Erosi
B. Pelapukan
C. Sedimentasi
D. Masswating
E. Ekstra terrestrial
14. Salah satu contoh dari hasil sedimentasi pada permukaan bumi adalah …
A. Di muara sungai terdapat endapan berupa data sungai
B. Terjadi nya erosi angina di gurun pasir
C. Gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landau
D. Terjadi nya tanah longsor
E. Perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat
15. Pernyataan
1. Tektonik
2. Pelapukan
3. Vulkanis
4. Selsme
5. Erosi
Yang termasuk tenaga endogen adalah nomor …
A. 1, 2 dan 3
B. 1, 3 dan 4
C. 2, 3 dan 4
D. 2, 4 dan 5
E. 3, 4 dan 5

16. Campuran bagian-bagian batuan dengan material serta bahan organik yang merupakan sisa
kehidupan yang timbul pada permukaan bumi akibat erosi dan pelapukan karena proses waktu
adalah …
A. Sedimentasi
B. Tanah
C. Batuan
D. Pelapukan
E. Pengendapan
17. Salah satu faktor yang memengaruhi proses pembentukan tanah yaitu …
A. Batuan
B. Sedimen
C. Iklim
D. Maswating
E. Pelapukan
18. Tanah yang berasal dari letusan gunung api, berisi abu, dan larfa yang telah membeku, dan
biasanya tanah ini sangat subur merupakan …
A. Tanah vulkanis
B. Tanah organosol
C. Tanah pasir
D. Tanah humus
207

E. Tanah kapur
19. Ciri-ciri tanah subur di antaranya adalah …
A. Tekstur dan struktur tanah yang baik
B. Permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembalaan
C. Tanah miring tidak dibuat teras-teras
D. Tanah sangat tua
E. Tanah dikawasan hutan yang pohon-pohon nya di tebang secara liar
20. Lapisan tanah atas merupakan bagian yang oktimal bagi kehidupan tumbu-tumbuhan sering
disebut …
A. Top soil
B. Sub soil
C. Profil tanah
D. Tekstur tanah
E. Drainase tanah
21. Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha …
A. Pemupukan
B. Pembibitan
C. Penebangan hutan
D. Perkebunan
E. Membuang sampah
22. Diantara golongan tanah, ada tanah muda, dewasa, tua dan sangat tua. Pembagian tanah ini
berdasarkan pada …
A. Tingkat kesuburan tanah
B. Unsur tanah
C. Warna tanah
D. Kesulitan mengelola tanah
E. Klasifikasi tanah
23. Pernyataan
1. Topografi
2. Bahan induk
3. Bahan organik tanah
4. Organisme tanah
5. Iklim
6. Humus
Faktor-faktor pembentukan tanah adalah …
A. 1, 2, 3, dan 4
B. 1, 3, 4, dan 5
C. 1, 4, 5 dan 6
D. 2, 3, 4 dan 5
E. 3, 4, 5, dan 6
24. Lapisan tanah dibagian tengah yang mudah tercuci oleh air, terutama jika tidak ada tumbuhan
di permukaan nya, merupakan …
A. Lapisan O
B. Lapisan A
C. Lapisan B
D. Lapisan C
E. Lapisan R
25. Pengaruh terjadinya kebakaran hutan terhadap tanah yaitu …
208

A. Tanah meningkat
B. Reboisasi hutan
C. Kesuburan tanah menurun
D. Hilangnya organisme dalam tanah
E. Tidak ada pengaruhnya

Kunci jawaban UHA Siklus 2

1. A
2. D
3. B
4. C
5. C
6. D
7. D
8. E
9. A
10. C
11. D
12. C
13. B
14. A
15. B
16. B
17. C
18. A
19. A
20. A
21. A
22. A
23. D
24. C
25. C
209

Lampiran 4
Kisi-Kisi Penelitian
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Hasil Belajar Geografi
Melalui Pendekatan Saintifik Di Kelas X IS.4 Sman 1 Painan

No Tujuan Variabel Indikator Pertanyaan


1 Bagaimana 1. Ketrampilan Berpikir 1. Bagamana Ketrampilan Berpikir Kreatif
peningkatan 2. Ketrampilan Berpikir Luwes 2. Bagaimana Ketrampilan Berpikir Luwes
kemampuan (Fleksibel) (Fleksibel)
berfikir kreatif Kemampuan 3. Ketrampilan Berpikir Orisinal
3. Bagaimana Ketrampilan Berpikir
belajar Geografi berfikir kreatif 4. Ketrampilan Memperinci
melalui (Mengelaborasi) Orisinal
Pendekatan 5. Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi 4. Bagaimana Ketrampilan Memperinci
Saintifik siswa 6. Memiliki Rasa Ingin Tahu (Mengelaborasi)
kelas X IS 4 SMA 7. Bersifat Imajinatif 5. Bagaimana Ketrampilan Menilai
Negeri 1 Painan 8. Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan (Mengevaluasi
9. Memiliki Sifat Berani Mengambil 6. Bagaimana Memiliki Rasa Ingin Tahu
Resiko
7. Bagaimana Bersifat Imajinatif
10. Memiliki Sifat Menghargai
8. Bagaimana Merasa Tertantang Oleh
Kemajemukan
9. Bagaimana Memiliki Sifat Berani
Mengambil Resiko
10. BagaimanaMemiliki Sifat Menghargai
2 Bagaimanakah 1. Kemahiran intelektual (kognitif) 1. Bagaimana Kemahiran intelektual
proses peningkatan 2. Informasi verbal Belajar melalui (kognitif)
hasil belajar informasi verbal seperti membaca, 2. Bagaimana Informasi verbal Belajar
geografi dengan Hasil belajar
mengarang, bercerita melalui informasi verbal seperti
Pendekatan geografi
Saintifik siswa di 3. Belajar mengatur kegiatan intelektual membaca, mengarang, bercerita
kelas XI IS 4 SMA Belajar lebih tinggi dari kemampuan 3. Bagaimana Belajar mengatur kegiatan
210

Negeri 1 Painan intelektual yaitu langkah-langkah intelektual Belajar lebih tinggi dari
berfikir dalam berfikir pemecahan kemampuan intelektual yaitu langkah-
masalah. langkah berfikir dalam berfikir
4. Belajar sikap
pemecahan masalah.
5. Belajar kemampuan motorik
4. Bagaimana Belajar sikap
5. Bagaimana Belajar kemampuan motorik
211

Lampiran 5
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
RESPONDEN TEMAN SEJAWAT

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Painan


Kelas/Semester : X.IIS.4
Pokok Bahasan : ………………………

No Kegiatan Komentar/keterangan
1 Apersepsi
2 Penjelasan tujuan pembelajaran
3 Penjelasan materi
4 Penjelasan metode/model pembelajaran
Pendekatan Saintifik Model Inquiry Based
Learning
5 Teknik pelaksanaan model/metode Pendekatan
Saintifik Model Inquiry Based Learning
6 Pengelolaan kegiatan pelaksanaan
7 Pemberian pertanyaan atau kuis
8 Kemampuan melakukan evaluasi
9 Memberikan penghargaan individu atau
kelompok
10 Menentukan nilai individu atau kelompok
11 Menyimpulkan materi pembelajaran
12 Menutup pembelajaran

Kolaborator

………………..
212

Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI BERFIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
SMAN 1 PAINAN
KELAS X.IIS 4
Keterampilan Memiliki
Keterampilan Berfikir Keterampilan Keterampilan Bersifat Merasa Memiliki
No Nama Peserta Didik Berfikir Rasa Ingin Jumlah Kreteria
Berfikir Orisinal Memperinci Menilai Imajinatif Tertantang Sifat Berani
Luwes Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
213

Rentang skor 1 sampai dengan 4


Pengolahan skor menjadi nilai dan pengkatagorian perilaku
Jumlah skor maksimum 36,
jumlah skor minimum 9.
NILAI = Jumlah perolehan skor siswa X Nilai ideal
Jumlah skor maksimum
Kategori perilaku siswa :
86-100 = sangat baik
76-85 = baik
66-75 = cukup
65 > = tidak baik
214

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL INQUIRY BASED


LEARNING
SMAN 1 PAINAN
KELAS X.IIS.4

Langkah Kompetensi Yang Nilai


Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat Melatih kesungguhan,
(tanpa atau dengan alat) ketelitian, mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi Mengembangkan kreativitas,
yang tidak dipahami dari apa yang diamati rasa ingin tahu, kemampuan
atau pertanyaan untuk mendapatkan merumuskan pertanyaan
informasi tambahan tentang apa yang untuk membentuk pikiran
diamati kritis yang perlu
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke untuk hidup cerdas dan
pertanyaan yang bersifat hipotetik) belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan - melakukan eksperimen Mengembangkan sikap teliti,
informasi/ - membaca sumber lain selain buku teks jujur,sopan, menghargai
eksperimen - mengamati objek/ kejadian/ pendapat orang lain,
- aktivitas kemampuan berkomunikasi,
- wawancara dengan narasumber menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/ - mengolah informasi yang sudah Mengembangkan sikap jujur,
mengolah informasi dikumpulkan baik terbatas dari hasil teliti, disiplin, taat aturan,
kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau kerja keras, kemampuan
pun hasil dari kegiatan mengamati dan menerapkan prosedur dan
kegiatan mengumpulkan informasi. kemampuan berpikir induktif
- Pengolahan informasi yang dikumpulkan serta deduktif dalam
dari yang bersifat menambah keluasan dan menyimpulkan .
kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, Mengembangkan sikap jujur,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara teliti, toleransi, kemampuan
lisan, tertulis, atau media lainnya berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat
dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan
kemampuan berbahasa yang
baik dan benar.
215

PERINGKAT NILAI KRITERIA


Amat Baik ( 90 < AB ≤ 100 1. Identitas: topik, sub topik, KD dan tujuan pembelajaran dan
AB) alokasi waktu lengkap dan benar
2. Kegiatan pada tahapan model pembelajaran sesuai dengan
topik/sub topik, KD, tujuan dan alokasi waktu
3. Kegiatan pada tahapan model pembelajaran lengkap,
sistematis dan logis ( sesuai dengan sintak atau tahapan
pembelajaran)
Baik (B) 80 < B ≤ 90 Ada 2 aspek sesuai dengan kriteria, 1 aspek kurang sesuai
Cukup (C) 70 < C ≤ 80 Ada 1 aspek sesuai dengan kriteria, 2 aspek kurang sesuai
Kurang (K) ≤ 70 Ketiga aspek kurang sesuai
216

Lampiran 8
PEROLEHAN HASIL BELAJAR SISWA
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Painan
Tahun Ajaran :2017/2018
UH 1 tanpa UH 2 dengan UH 3 dengan Rata-rata Peningkatan
No Nama siswa KET
model model model UH 2 & UH 3 %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Vous aimerez peut-être aussi