Vous êtes sur la page 1sur 90

MODIFIKASI SOCKET FUEL PRESSURE SENSOR

PADA ENGINE MODEL SAA12V140E-3 UNIT HD 785-7


DI PT. UNITED TRACTORS SIMS
SITE BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR

TUGAS AKHIR

Muhamad Hendro Supriyono Bukoi


NIM : 140309236191

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
2017

i
MODIFIKASI SOCKET FUEL PRESSURE SENSOR
PADA ENGINE MODEL SAA12V140E-3 UNIT HD 785-7
DI PT. UNITED TRACTORS SIMS
SITE BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR

TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

Muhamad Hendro Supriyono Bukoi


NIM : 140309234391

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
2017

ii
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Adam Bukoi dan Erna Antula

Kakak yang ku sayangi

Sabrin Bukoi dan Zelanti

Serta Seluruh Keluarga yang kusayangi

Pembimbing 1 dan Pembimbing 2

Drs.Syaeful Akbar dan Elisabeth Milaningrum

Seluruh Karyawan dan Karyawati PT. United Tractors SIMS Site Batu Kajang

Seluruh Dosen beserta staff Politeknik Negeri Balikpapan

Rekan – Rekan mahasiswa/i Prodi Teknik Mesin Alat Berat tahun 2014

Dan Para Sahabat-Sahabat terbaik yang memberi masukan selama ini

Terima Kasih yang tak terhingga atas semua dukungannya

vi
ABSTRACT
Heavy Duty Dumptruck or HD 785-7 is a carrier of soil material, sand and
stone from medium to long distances that is driven by a tire (wheel) with mechanical
and electrical power driven by diesel engines. HD785-7 uses the SAA12V140E-3
engine with a cumming model, where it uses a common rail with sensor as a fuel
pressure detector that is sent to the ECU (Engine Control Unit). Based on data of
daily breakdown frequency unit on August to October in PT.United Tractors SIMS
site Batu Kajang the highest electrical problem is error03 or E03 Call with CA451
code and CB451 ENG which explain that abnormaly high level common rail pressure
sensor. From the error03 investigation results, it found that the socket is not
connected properly. This problem can affect the performance of the unit, especially in
the fuel system distribution is not perfect in the combustion chamber which resulted
in engine loe power. Therefole, it is necessary to perform modified socket fuel
pressure common rail on engine model SAA12V140E-3 HD 785-7 which aims to
minimize or solve the problem. The way to modify socket fuel pressure common rail
on Engine model SAA12V140E-3 HD 785-7 is done by measuring the cable,
connecting through the solder process which added the glue iron as the connection so
that it is not easy to be realased, the installation of deutsch connector, and mounting
on Units. Based on the results of monitoring the field of modifications that have been
installed on HD 785-7 unit, it is able to solve the problem. Therefole, can be
concluded that the modification which made have been successfully used and
developed for the future.

Keywords: Common Rail Pressure Sensor Socket, Error, and Modification.

vii
ABSTRAK

Heavy Duty Dumptruck atau HD 785-7 adalah sebuah alat pengangkut


material tanah, pasir, dan batu dari jarak sedang hingga jauh yang digerakan oleh roda
(tyre) dengan tenaga mekanikal maupun elektrikal yang dimotori mesin diesel.
HD785-7 menggunakan engine SAA12V140E-3 dengan model cumming, dimana
engine ini menggunakan common rail dengan sensor sebagai pendeteksi tekanan fuel
yang dikirimkan ke ECU (Engine Control Unit). Berdasarkan data frekuensi daily
breakdown unit bulan agustus hingga oktober di PT.United Tractors SIMS site Batu
Kajang permasalahan elektrical yang tertinggi adalah error03 atau E03 Call dengan
code CA451 dan CB451 ENG yang menjelaskan bahwa abnormaly high level
common rail pressure sensor. Dari hasil penyelidikan error03 tersebut, di temukan
bahwa socket tidak terconnect dengan baik. Permasalahan ini dapat berpengaruh pada
kinerja unit, terutama pada sistem penyaluran fuel tidak sempurna didalam ruang
bakar yang mengakibatkan engine low power. Sehingga perlu melakukan Modifikasi
Socket Fuel Pressure Common Rail Pada Engine Model SAA12V140E-3 HD 785-7
yang bertujuan untuk menimalisir atau mengatasi permasalahan tersebut. Cara
melakukan modifikasi Socket Fuel Pressure Common Rail Pada Engine Model
SAA12V140E-3 HD 785-7 dilakukan dengan cara melakukan pengukuran kabel,
penyambungan melalui proses soldier yang di tambahkan lem besi sebagai penahan
sambungan agar tidak mudah lepas, pemasangan deutsch connector, dan melakukan
pemasangan pada unit. Berdasarkan hasil pemantauan dilapangan dari modifikasi
yang telah terpasang pada unit HD 785-7 mampu mengatasi permasalahan breakdown
unit. Dapat disimpulkan bahwa modifikasi yang dilakukan telah berhasil digunakan
dan dikembangkan untuk kedepannya.

Kata kunci: Socket Common Rail Pressure Sensor, Error, dan Modifikasi.

viii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita
semua dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun para umat-Nya menuju jalan kebenaran,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini yang berjudul
“MODIFIKASI SOCKET FUEL PRESSURE SENSOR PADA ENGINE MODEL
SAA12V140E-3 UNIT HD 785-7 Di PT. UNITED TRACTORS SIMS DI SITE
BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR”.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari
Politeknik Negeri Balikpapan sebagai Diploma III pada Progam Studi Teknik Mesin
Alat Berat.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, banyak kendala dan kesulitan yang
dihadapi oleh penulis. Namun, berkat dukungan dan bantuan yang telah diberikan
oleh semua pihak, tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Ramli S.T., M.M, sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.


2. Bapak Zulkifli, S.T, M.T selaku Ketua Progam Studi Teknik Mesin Alat Berat
Politeknik Negeri Balikpapan.
3. Bapak Drs.Syaeful Akbar, M.T selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah
membantu dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Elisabteh Milaningrum, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II penulis
yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Para Orang Tua dan Keluarga penulis yang selalu memberikan masukan dan
dukungan moral maupun material dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen dilingkungan Teknik Mesin Alat Berat yang telah banyak
memberikan ilmu dan wawasannya selama penulis menyelesaikan proses belajar
di Politeknik Negeri Balikpapan.

ix
6. Bapak Marcus Murdiono selaku Service Departement Head PT. United Tractors
SIMS Tbk Batu Kajang, yang telah memberikan kesempatan melakukan On The
Job Training ditempat dan membantu, membimbing, serta memberikan arahannya
dengan penuh kesabaran sewaktu penulis melakukan training.
7. Bapak Dodik Sumarto, Bapak Asep Sujana, Bapak Slamet Agus Utomo, Bapak
Prambudi, Bapak Tri Marzuki, dan Bapak Faurani Abrar Supervisor Workshop
PT. United Tractors SIMS Tbk Batu Kajang, yang telah memberikan arahan dan
waktunya sewaktu penulis melakukan training.
8. Seluruh karyawan PT. United Tractors SIMS Tbk Batu Kajang yang banyak
berbagi ilmu dan dan dukungan kepada penulis selama melakukan On the Job
Training.
9. Rekan – rekan seperjuangan Jurusan Teknik Mesin Alat Berat angkatan 2014,
TMAB 1 dan TMAB 2 yang telah banyak membantu dan tidak lelah memberikan
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan sarannya
sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga
Tugas Akhir ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak – pihak yang
membaca ini, Terimakasih yang sebanyak – banyak.

Balikpapan, 27 Juli 2017

Muhamad Hendro Supriyono Bukoi


NIM: 140309236191

x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN............................................................................................. v
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3
1.5. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Komatsu HD785-7 ........................................................................................... 6
2.2. Engine............................................................................................................... 8
2.3. Spesifikasi Engine ............................................................................................ 9
2.4. 4 Langkah Prinsip Kerja Mesin Disel ............................................................ 10
2.5 Sistem Pada Engine Dan Pendukungnya ....................................................... 11
2.6 Fuel Sistem ..................................................................................................... 12
2.7. Common Rail Injection Sistem ....................................................................... 14
2.8 Komponen Common Rail Injection Sistem .................................................... 14
2.8.1 Fuel Tank........................................................................................................ 15
2.8.2 Fuel Cooler .................................................................................................... 15
2.8.3 Pre-Filter ....................................................................................................... 16

xi
2.8.4 Feed Pump ..................................................................................................... 16
2.8.5 Fuel Filter ...................................................................................................... 17
2.8.6 Supply Pump ................................................................................................... 17
2.8.7 Over Flow Valev............................................................................................. 18
2.8.8 PCV Pressure Control Valve.......................................................................... 18
2.8.9 Common Rail Pressure................................................................................... 22
2.8.10 Common Rail Pressure Sensor ....................................................................... 23
2.8.11 Flow Demper ................................................................................................. 24
2.8.12 Pressure Limiter ............................................................................................ 25
2.8.13 Injektor .......................................................................................................... 26
2.9 Wairing Diagram Common Rail Pressure Sensor ......................................... 27
2.10 Teori Dasar Kelistrikan ................................................................................. 31
2.10.1 Arus Listrik .................................................................................................. 31
2.10.2 Kuat Arus Listrik ........................................................................................... 32
2.10.3 Rapat Arus ..................................................................................................... 33
2.10.4 Tahanan Daya Dan Hantar Penghantar .......................................................... 34
2.10.5 Potensial atau Tegangan ................................................................................ 37
2.10.6 Rangkaian Lisrik ........................................................................................... 37
2.10.6.1Cara Pemasangan Alat Ukur ......................................................................... 38
2.10.6.2Hukum OHM ................................................................................................ 38
2.10.6.3Hukum Kirchof ............................................................................................. 39
2.11 Jenis-jenis Socket ........................................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 42
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 42
3.3 Alat dan Bahan .............................................................................................. 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 43
3.5 Pengumpulan Data ......................................................................................... 43
3.5.1 Data Primer ................................................................................................... 43
3.5.2 Data Skunder ................................................................................................. 44
3.6 Diagram Alir Metode Penelitian .................................................................... 45
3.7 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 46

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Pembahasan .................................................................................................... 47
4.2 Pembahasan Masalah ..................................................................................... 51
4.3 Modifikasi ...................................................................................................... 53
4.3.1 Alat Dan Bahan ............................................................................................. 53
4.3.2 Cara Memodifikasi ........................................................................................ 54
4.3.3 HasilPengujian Modifikasi ........................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................... 57
5.2 Saran ............................................................................................................... 58

xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Dumptruck HD 785-7 .................................................................. 6
Gambar 2.2 Engine Komatsu SAA12V140E-3............................................... 8
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Engine 4 Langkah ............................................... 10
Gambar 2.4 Komponen Fuel ......................................................................... 12
Gambar 2.5 CRI Fuel Sistem Pada Engine SAA12V140E-3........................ 13
Gambar 2.6 Fuel Tank ................................................................................... 15
Gambar 2.7 Fuel Cooler................................................................................ 15
Gambar 2.8 Pre Fuel Filter ........................................................................... 16
Gambar 2.9 Feed Pump .................................................................................. 16
Gambar 2.10 Fuel Filter................................................................................. 17
Gambar 2.11 Supply Pump ............................................................................. 17
Gambar 2.12 Over Flow Valve ....................................................................... 18
Gambar 2.13 PCV Pressure Control Valve .................................................... 19
Gambar 2.14 PCV Pressure Control Valve .................................................... 19
Gambar 2.15 Electrical PCV .......................................................................... 20
Gambar 2.16 PCV Valve Terbuka .................................................................. 20
Gambar 2.17 Delivery Valve Tertutup ........................................................... 20
Gambar 2.18 Delivery Valve Terbuka ............................................................ 21
Gambar 2.19 Delivery Valve Tertutup ........................................................... 21
Gambar 2.20 Common Rail Pressure ............................................................. 22
Gambar 2.21 Comm0n Rail Pressure Sensor ................................................. 23
Gambar 2.22 Flow Demper ............................................................................ 24
Gambar 2.23 Cara Kerja Flow Demper ......................................................... 25
Gambar 2.24 Pressure Limiter ....................................................................... 25
Gambar 2.25 Diagram Open and Close Valve Pressure Limiter ................... 25
Gambar 2.26 Injektor ..................................................................................... 26
Gambar 2.27 Failur Code Pressure Common Rail ........................................ 29
Gambar 2.28 Circuit Diagram Common Rail Pressure ................................. 30

xiv
Gambar 2.29 Circuit Diagram Common Rail Pressure ................................. 30

Gambar 2.30 Diagram Connector Fuel Common Rail Pressure Sensor ....... 31
Gambar 2.31 Arah Arus Listrik dan Arah gerakan elektron .......................... 31
Gambar 2.32 Kerapatan Arus Listrik ............................................................. 33
Gambar 2.33 Resistansi Konduktor ................................................................ 35
Gambar 2.34 Rangkaian Listrik ..................................................................... 37
Gambar 2.35 Oop arus”Kirchoff’ .................................................................. 39
Gambar 2.36 Deustch Connector-Famele ...................................................... 39
Gambar 2.37 Deustch Connector-Mele .......................................................... 41
Gambar 2.38 Deustch Connector-Famele ...................................................... 41
Gambar 3.1 Alat dan Bahan .......................................................................... 42
Gambar 3.2 Deutsch Connentor-Famele ....................................................... 43
Gambar 3.3 Diagram Alir Metode Penelitian ................................................ 45
Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Breakdown Unit HD785-7 .......................... 47
Gambar 4.2 Diagram Duration Breakdown Unit HD785-7 ........................... 48
Gambar 4.3 Diagram Frekuensi Kejadian Elektrical Code Error ................. 50
Gambar 4.4 Code error 03 di monitor panel pada HD 785-7 ........................ 51
Gambar 4.5 Common rail Pressure Sensor pada HD 785-7 .......................... 52
Gambar 4.6 Alat dan Bahan ........................................................................... 54
Gambar 4.7 Hasil Pengupasan Kabel ............................................................. 54
Gambar 4.8 Hasil pemasangan Deutsch Connector ....................................... 55
Gambar 4.9 Hasil pensolderan dan pemadatan lem besi ................................ 55
Gambar 4.10 Hasil modifikasi socket (connector) ......................................... 55
Gambar 4.11 Hasil pemasangan modifikasi socket (connector ...................... 56

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Arti kode unit ............................................................................................... 7
Tabel 2.2 Disel Engine dan Gasoline Engine .............................................................. 8
Tabel 2.3 Spesificasi of Engine 785-7 .......................................................................... 9
Tabel 2.4 Prinsip Kerja Engine 4 langkah ................................................................. 10
Tabel 2.5 Perbedaan Conventional Fuel Injection dan CRI ...................................... 14
Tabel 2.6 Code Error Common Rail Pressure Sensor ............................................... 23
Tabel 2.7 Failure code Common rail pressure sensor............................................... 27
Tabel 2.8 Failure code Common rail pressure sensor ............................................... 27
Tabel 2.9 Kemampuan Hantar Arus (KHA) .............................................................. 34
Tabel 2.10 Deutsch Connector-Famele ..................................................................... 40
Tabel 3.1 Pengumpulan data dan Metode pengolahan data ....................................... 44
Tabel 4.1 Data Frekuensi Dan Durasi Bulan Agustus- Oktober 2016 ....................... 48
Tabel 4.2 Data Breakdown Elektrical PT.United Tractors SIMS Jaya Agung .......... 49
Tabel 4.3 Data Breakdown Elektrical error 03 .......................................................... 50
Tabel 4.4 Code Error Common Rail Pressure Sensor ............................................... 52

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Daily Breakdown Unit bulan Agustus, September, dan Oktober
2016

Lampiran 2 Data Daily Breakdown Unit bulan Februari, Maret, April, dan Mei
2017

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


United Tractors adalah distributor peralatan alat berat terbesar dan termuka di
Indonesia yang merupakan distributor tunggal produk Komatsu, UD Trucks,
Scania Boma, Tadano, dan Komtsu Forest. United Tractors menyediakan produk
alat berat untuk digunakan di sektor pertambangan, perkebunan, kontruksi, dan
kehutanan serta menyediakan material handling dan transportasi. Selain itu
menyediakan unit antara lain Exavator, Motor grader, Wheel Loader, Heavy Duty
Dump Trucks.
Heavy Duty Dumptruck adalah sebuah alat pengangkut material dari jarak
sedang hingga jauh. Heavy duty dumptruck mengangkut material tanah, pasir, dan
batu yang diisikan oleh excavator, wheel loader, maupun shovel. Secara garis
besar Heavy duty dumptruck dapat dibagi ke dalam dua tipe, yaitu dumptruck
mekanikal dan dumptruck elektrikal. Dumptruck sangat cocok untuk dioperasikan
diarea tambang. Heavy duty dump truck memiliki kapasitas pengangkutan yang
cukup besar dan lebih produktif. Dumptruck adalah salah satu unit yang
menggunakan teknologi modern dan canggih pada sistemya. Kecanggihan yang
terletak pada sistem dan komponen heavy duty dumptruck tentu saja memiliki
kelemahan. Pada masing-masing sistem dan komponen sewaktu-waktu akan
mengalami kerusakan. Dalam proses pengerjaan ada pertimbangan unit beroprasi
dari suatu tempat ke tempat lain dengan waktu pengoprasian yang cukup lama.
Dengan waktu pengoprasian unit yang cukup lama, maka besar kemungkinan
suatu komponen akan mengalami kerusakan.
Kerusakan adalah salah satu permasalahan yang menyebabkan suatu sistem
tidak dapat bekerja dengan baik. Salah satunya jika terjadi permasalahan pada
sistem comment rail yang mengakibatkan eror pada sensor pressure common rail.
Pada alat berat, sensor memiliki peran penting yang berfungsi sebagai pembaca

1
2

ataupun penghitung kuantitas. Comnon Rail Pressure Sensor memiliki peran


penting untuk mengoptimalkan penyemprotan bahan bakar dengan mengirim
sinyal ke Engine Controller yang selanjutnya di proses oleh supply pump. Jika
sensor pressure common rail tidak dapat berfungsi dengan baik maka terjadi
pembakaran tidak sempurna dan akan mengakibatkan engine low power.
Permasalahan ini dapat mengganggu jam kerja unit bahkan dapat mengakibatkan
unit tidak dapat beroprasi. Permasalahan ini karena adanya kerusakan pada Socket
Sensor Common Rail Pressure yang menyebabkan sistem tidak bekerja atau
berfungsi dengan baik. Permasalahan yang ada sering di temukan pada unit heavy
duty dump trucks HD 785-7 di PT.United Tractors FMC SIMS site Batu Kajang
Kaimantan Timur .
Berdasarkan data daily breakdown unit HD 785-7, pada bulan juni hingga
oktober ditemukan permasalahan pada connector atau socket fuel pressure sensor
yang tidak dapat melekat dengan baik. Dari seringnya terjadinya permasalahan
ini, maka mekanik yang hanya melekatkan atau mengikatkan socket fuel common
rail pressure dengan tiroup. Agar socket pada fuel common rail pressure sensor
tidak terlepas dari komponen common rail pressure sensor. Untuk minimalisir
permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan memodifikasi socket atau
connector sensor feul pressure common rail, agar permasalahan yang sama tidak
terulang kembali.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ada pada Tugas Akhir ini adalah seperti berikut:
1. Bagaimana memodifikasi socket sensor fuel pressure common rail engine
model SAA12V140E-3 unit Komatsu HD785-7 agar meminalisir
permasalahan yang terjadi?
2. Seberapa efektif proses memodifikasi socket sensor fuel pressure common
rail engine model SAA12V140E-3 unit Komatsu HD785-7 mampu mencegah
timbulnya permasalahan error03 yang di karenakan kerusakan pada socket
sensor fuel pressure common rail?
3

1.3 Batasan Masalah


Batasan Masalah dibuat untuk mempejelas hal-hal yang ingin di
sampaikan.Batasan masalah yang ada di tugas akhir ini di fokuskan pada hal
sebagai berikut:
1. Tidak melakukan pengujian laboratorium dan pengecekan bahan yang
digunakan untuk memodifikasi socket sensor feul pressure common rail.
Karena tidak ada jangka waktu yang di tentukan pada bahan-bahan yang di
gunakan.

1.4 Tujuan Penilitian

Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada Socket Sensor Fuel Pressure
Common Rail HD785-7 dengan engine SAA12V140E-3 tidak terulang
kembali.
2. Memungkinkan engine performance pada unit HD 785-7 jauh lebih baik.

1.5 Manfaat Penilitian


Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi perusahaan PT. United Tractors
FMC site Batu Kajang maupun bafi almamater penulisn Politeknik Negeri
Balikpapan yang meliputi sebagai berikut:
a. Manfaat bagi Perusahaan PT.United Tractors FMC SIMS , site Batu Kajang :
1. Membantu menambah wawasan mekanik mengenai permasalahan dan
modifikasi komponen pada Socket Common Rail Pressure Sensor.
2. Membantu mekanik magang agar mengetahui penyelesaian masalah
apabila menangani masalah yang sama dan sebagai bahan perbandingan
untuk penelitian dan pengerjaan selanjutnya agar terhindar dari
permasalahan serupa.
3. Dapat dijadikan saran atau masukan mengenai usaha mencegah tingginya
frekuensi kerusakan unit pada unit HD785-7.
4

4. Dapat dijadikan bahan pembelajaran di dalam bentuk presentasi sesuai dan


sejalan dengan salah satu ciri dari PT.United Tractors yaitu, Open Main
atau Pembelajaran.

b. Manfaat bagi Politeknik Negeri Balikpapan, Program Teknik Mesin Alat


Berat :
1. Menambah wawasan kepada setiap pembaca khususnya mahasiswa
Poloteknik Negeri Balikpapan mengenai Sensor Common Rail, tindakan
perlakuan perbaikan apabila terjadi permasalahan pada socket sensor fuel
common rail pressure dengan cara modifikasi pada pada Socket Common
Rail Pressure Sensor.
2. Sebagai sutau media pengembangan ilmu atau informasi mengenai engine
beserta permasalahannya dan mengenai sistem-sistem yang ada pada
heavy duty dump trucks.
3. Menamabah refrensi khususnya kepada mahasiswa Politeknik Negeri
Balikpapan mengenai pembuatan Tugas Akhir.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari Tugas Akhir ini ,
maka penulis menyusun laporan OJT ini menjadi 5(lima) bab. Berikut ini adalah
penjelasan tentang isi dari bab-bab yang ada di dalam Tugas Akhir ini.

BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan pendahuluan yang mencakup tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penelitian yang dapat di ambil
dan sistematika penulisan.
5

BAB II. LANDASAN TEORI


Berisikan tentang dasar-dasar teori yang berhubungan dengan kajian topik
yang di pakai penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


Didalam metodologi penelitan menyajikan rincian tentang proses dan alur
penelitan yang terdiri dari jenis penelitian (bersifat analisi, perancangan, pembuatan,
dan lain-lain), cara penelitian, tempat dan waktu penelitian (di mana penelitian dan
kapan dilakasanakan), peralatan dan bahan yang digunakan, metode pengumpulan
data, dan metode analisis yang digunakan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Di dalam bab ini menyajikan tentang pembahasan masalah, permasalahan
yang di angkat, penyelesaian masalah, dan hasil permasalahan yang terdiri dari data
pendukung.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Di dalam bab ini disajikan kesimpulan berdasarkan poin-poin hasil analisa
yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada dan saran yang dapat
digunakan kedepanya.

DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar–daftar referensi yang digunakan penulis dalam menyusun
tugas akhir.

LAMPIRAN
Berisi lampiran–lampiran data.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komatsu HD 785-7

Gambar 2.1 Dumptruck HD 785-7

Komatsu HD 785-7 adalah salah satu jenis dari banyaknya varian unit dump truck yang di
produksi oleh perusahaan komatsu dan didistribusikan oleh PT.United Tractors untuk Negara
Indonesia. HD 785-7 sama halnya dengan unit dump truck yang berfungsi sebagai pemindah
material tanah, pasir, batu dari satu tempat ke tempat lainnya. Dimana material yang dibawa oleh
dumptruck dapat diisikan oleh excavator, wheel loader, maupun shovel. Unit alat berat komatsu
HD 785-7 memiliki dump body yang disebut vessel. Unit Alat berat dump truck ini memiliki dua
bagian utama, yakni bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas meliputi cabin, dump body, box
battery, air cleaner dan bagian bawah meliputi engine, real wheel, front wheel.
Dumptruck Komatsu secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua tipe, yaitu dumptruck
mekanikal dan dumptruck elektrikal. Dumptruck sangat cocok untuk dioperasikan diarea
tambang. Dengan kapasitas angkut yang cukup besar, alat ini sangat produktif. Heavy duty
Dumptruck adalah salah satu unit yang menggunakan teknologi modern dan canggih pada
sistemnya. Kecanggihan yang terletak pada sistem dan komponen heapy duty dumptruck tentu

6
7

saja memiliki kelemahan tersendiri. Pada masing-masing sistem dan komponen sewaktu-waktu
akan mengalami kerusakan karena memiliki life time tersendiri.

Tabel 2.1 Arti Kode Unit


Sumber: (Komatsu: 2006)

Kode Keterangan

Huruf yang mengindikasikan kode dumptruck Komatsu.


HD HD : Heavy Duty dumptruck
HM : Articulated dumptruck
Angka yang menunjukkan berat muatan (ton)
785
785 x 0.1 = 78.5 ton

Angka yang menunjukkan berapa kali alat tersebut


7
sudah dilakukan modifikasi

Ada tiga fungsi utama dari unit Komatsu HD785-7 yaitu sebagai berikut:

1. Hauling
Mengangkat over buden dari kendaraan pembawa beban atau loader seperti shovel,
excavator, wheel loader, menuju tempat pembangunan limbah/waste dump atau
mengangkut batu bara ke stock pile/crusher sesuai dengan penggunaan dari pengguna
dumptruck.
2. Loading machine atau kendaraan pemuat
Setelah material digali (batu bara atau lapisan tanah penutup) lalu dengan bucket
mengangkat dan mencurahkan muatan ke dalam dump body dumptruck.
3. Dumping atau membuang
Heavy dumptruck ini membuang muatannya ke belakang bagian unit dengan cara
mengangkat dump body yang di gerakan oleh cilinder hoist.
8

2.2 ENGINE

Gambar: 2.2 Engine Komatsu SAA12V140E-3


Sumber: (https://www.componentsonly.com.au/components/)

Engine adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk merubah energi panas yang
dimiliki oleh bahan bakar menjadi energi gerak. Engine adalah suatu alat yang menghasilkan
tenaga melalui proses tertentu, dimana proses termis diubah menjadi energi mekanis. Engine
juga berfungsi sebagai sumber tenaga utama (mekanis) pada unit.
Mechanice adalah suatu unit secara keseluruhan yang tercakup engine sampai power train
sampai unit dapat bergerak. Berdasarkan bahan bakarnya engine dibedakan menjadi 2 (dua):
1.Gasoline engine
2.Diesel engine

Tabel 2.2 Disel Engine dan Gasoline Engine


Sumber: (Budi Tri Siswanto: 2014)

FUEL DIESEL GASOLIN

Fuel Consumption Ratio 170-210 230-270


Flashing Point Lebih tinggi dari 500 C Lebih tinggi dari 250

Kompression Ratio 14-22 kg/cm2 (hanya udara) 5-10 kg/cm2 (udara+feul)


9

Kerugian dan keuntungan disel engine:

 Keuntungan:
1. Biaya pengoprasiannya lebih ekonomis apabila menggunakan diesel engine.
2. Efisiensi proses pembakaran bahan bakar lebih tinggi (30-35%)
3. Dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar.

 Kerugian:
1. Getaran yang ditimbulkan pada saat opeasi lebih besar.
2. Biaya pembuatannya lebih tinggi (mahal).

2.3 Sepesifikasi Engine


Tabel 2.3 Spesificasi of Engine 785-7
Sumber: (Komatsu: 2006)

No. Spesifikasi Engine


1. Engine Model SAA12V140E-3
2. Engine SN 20124
3. Firing Order 1-5-3-6-2-4
4. Make Komatsu
5. Cylinder, Bore x Stroke 12 Cylinders, 140mm x 140mm
6. Type Berbentuk V

Engine SAA12V140-3 adalah kode model engine yang memiliki arti pada huruf dan angkanya,
keterangan arti tersebut adalah sebagai berikut:

a. SAA : engine yang mememiliki arti menggunakan turbocharge, turbocharge ini


berfungsi untuk meningkatkan jumlah udara yang masuk kedalam ruang bakar.
b. 12: artinya menggunakan 12 buah cylinder liner.
c. V: artinya bentuk dari engine ini berbentuk seperti huruf V.
d. 140: artinya adalah besar diameter cylinder liner.
e. E: Low Emission ( gas buang yang dihasilkan pembakaran sedikit)
10

2.4 4 Langkah Prinsip Kerja Diesel

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Engine 4 Langkah


Sumber: (https://qtussama.wordpress.com/materi-ajar-x-tkr/motor-bakar/)

Berdasarkan prinsip kerja engine 4 langkah:


Tabel 2.4 Prinsip Kerja Engine 4 langkah

Item Engine 4 Lngkah

Lankah Intek - Compression - power - Exhaust


1 Kali Proses Pembakaran 2 Kali Putaran Crankshaft

Bahan Bakar (CC sama) Hemat


Tenaga Yang Dihasilkan (CC sama) Besar

Sumber: (https://qtussama.wordpress.com/materi-ajar-x-tkr/motor-bakar/)

1. Intake
Intake valve terbuka, exhaust valve tertutup, piston bergerk dari TDC (Top Dead Center)
ke BDC (Buttom Dead Center) maka udara masuk ke dalam ruang cylinder.
2. Compresion
Intake valve terutup, exhaust valve tertutup, piston bergerak dari BDC (Buttom Dead
Center) ke TDC (Top Dead Center), udara dikompresikan hinga mencapai tekanan antara
30-40 kg/cm2 dan temperature antara 3000-4000C. Pada langkah dikabutkan bahan bakar
dari nozel.
11

3. Power
Intake valve terutup, exhaust valve tertutup, piston bergerak dari BDC (Buttom Dead
Center) ke TDC (Top Dead Center), saat dikabutkan bahan bakar terjadi pembakaran
sehingga mencapai tekanan 60-80 kg/cm2 dan 6000-8000C, sehingga menghasilkan tenaga
(power).

4. Exhaust
Intake valve tertutup, exhaust valve terbuka, piston bergerak dari BDC (Buttom Dead
Center) ke TDC (Top Dead Center), untuk membuang hasil sisa pembakaran lewat
exhaust valve.

2.5 Sistem pada Engine dan Pendukungnya

Sistem merupakan ku kumpulan atau rangkaian komponen-komponen yang saling


berhubungan untuk suatu tujuan yang sama. Komponen Engine Sistem dan pendukungnya
(Abrori ranchman, 2012)

1. Air sistem terdiri dari:


Pre Cleaner, Air Cleaner, Dust Indicator, Turbo Charger, After Cooler, Intek Manifold,
Cylinder Liner, Exhaust Manifold, Maffler, Exhaust pipe.
2. Fuel sistem terdiri dari:
Fuel Tank, Fuel Coller, Water Seperator, Pre-Filter,Feed Pump, Fuel Filter, Supply
Pump, Overflow Valve, PCv, Common Rail, Common Rail Pressure Sensor, Presurre
Limiter Flow Damper, dan Injektor.
3. Lubricating sistem terdiri dari:
Oil Pan, Oil Stainer, Oil Level Sensor, Oil Pump, Main Realif Valve, Main Galery,
Regulator Valve, Piston Cooling Valve, Crank Shaft, Cam Shaft, Rocker Arm, Piston
Colling Nozzel,Turbo Charger, FIP, Timing Gear, Oil Pressure Gauge.
4. Cooling sistem terdiri dari:
Radiator, Water Pump, Oil Cooler, Water Jaket, Corrosion Resistor, Cylinder Head,
Water Manifold, Thermostat, dan Motor Fan.
12

2.6 Fuel Sistem

Gambar: 2.4 Komponen Fuel


Sumber: (Richsan: 2006)

Fuel sistem adalah penginjeksian bahahan bakar pada mesin diesel yang mana sebagai
persyaratan utama terjadi pada proses pembakaran. Fuel sistem adalah system yang paling utama
pada machine. Karena dengan adanya fuel system, fuel yang dapat diinjeksikan secara
proporsional dan machine dapat di operasikan.

Diesel engine dapat beroperasi karena adanya pembakaran bahan bakar di ruang bakar.
Hasil pembakaran tersebut menghasilkan panas yang di gunakaan untuk mendorong piston ke
bawah dan pada akhirnya dapat menghasilkan gaya putar pada crsankshaft. Bahan bakar pada
diesel engine diinjeksikan dengan tekanan yang cukup tinggi, sehingga menghasilkan partikel-
partikel bahan bakar yang sangat lembut dan dengan cepat bercampur dengan udara yang sudah
dikompresikan hingga mencapai temperature tertentu. Bahan bakar tersebut diinjeksikan pada
waktu tertentu, tekanan, dan jumlah yang tepat. Proses tersebut dilakukan sepenuhnya oleh
sistem bahan bakar pada engine.
13

Gambar umum dari sistem bahan bakar pada engine diesel SAA12V140E-3 ditunjukan dengan
gambar berikut ini:

NE sensor

ECM

Injector

Tank

Fuel pressure
Common Rail sensor

Fuel
Pressure Limiter cooler

Bypass
valve

G sensor

PCV
Filter
Feed pump

Priming pump

Overflow valve

Gambar 2.5 CRI Fuel Sistem pada Engine SAA12V140E-3


Sumber: (UT.School: 2016)

Pada engine SAA12V140E-3 digunakan fuel sistem dengan tipe CRI (Common Rail
Injection) yang mana penginjeksian bahan bakar menggunakan sistem mechatronic (mekans-
elektrik) melalui sensor, controller, wiring, dan actuator.
14

Berikut adalah kelebihan fuel sistem tipe CRI disbanding dengan model konvensial:

Tabel 2.5 Perbedaan Conventional Fuel Injection dan CRI


Sumber: (Richsan: 2006)

Conventional Feul Injection Sistem Common Rail Injection Sistem

Pressure Injeksi bergantung pada RPM Injeksi bahan bakar tidak bergantng pada
engine RPM engine

Pressure feul tinggi hanya jika RPM Selalu menyalurkan tekanan tinggi dan
engine tinggi yang dibutuhkan kepada common rail

Tekanan injeksi pada nozel di batasi oleh Penginjeksian bahan bakar yang optimum
fixed mechanical valve dapat diatur melalui komponen electrical
seperti solenoid valve

Waktu penginjeksian tetap Waktu penginjeksian dapat disesuaikan

2.7 Common Rail Injection Sistem

Common Rail Injection merupakan sistem penginjeksian bahan bakar yang mana
dikontrol melaui controller, sensor, dan electica valve (solenoid) guna memberikan pressure
yang sesuai proporsional. Kelebihan CRI system adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan atau aplikasi yang luas.


2. Tekanan injeksi ysng tinggi (1200-1600 kg/cm2).
3. Awal injeksi yang dapat berubah-ubah.
4. Memungkinkan injeksi bahan bakar terbagi dalam beberapa tahap yaitu: Pilot Injektion-
Main Injection-Post Injection.
5. Memenuhi praturan emisi gas buang.

2.8 Komponen Common Rail Injection Sistem

Common Rail Injection memiliki beberapa komponen utama, yaitu:


15

Feul Tank, Fuel Cooler, Pre-filter, Feed Pump, Fuel Filter, Suplply Pump, Overflow
Valve, PCv, Common Rail, Common Rail Pressure Sensor, Presurre Limiter Flow
Damper, dan Injektor.
2.8.1 Fuel Tank

Gambar: 2.6 Fuel Tank

Fuel Tank merupakan komponen pada machine yang berfungsi sebagai tempat
menampung bahan bakar dan juga sebagai tempat pengisian ulang bahan bakar. Dari fuel tank
inilah feed Pump pemompa bahan bakar yang akan dikirmkan menuju high pressure.

2.8.2 Fuel Cooler

Gambar: 2.7 Fuel Cooler


Sumber: (Richsan: 2006)

Feul Cooler pada fuel sistem berfungsi sebagai penurun dan penstabil temperature
sebelum masuk ke sistem.
16

2.8.3 Pre-Filter

Pre Fuel Filter merupakan penyaring fuel pada pada low pressure fuel dari fuel tank
menuju feed pump. Pre filter berfungsi untuk menyaring bahan bakar dari partikel-partikel padat
sehingga bahan bakar yang di kirim ke feed pump lebih bersih.

Gambar: 2.8 Pre Fuel Filter

2.8.4 Feed Pump

Gambar: 2.9 Feed Pump


Sumber: (Richsan: 2006)

Feed pump berfungsi untuk menghisap bahan bakar dari fuel tank dan menekan pompa
melalui fuel filter. Feed pump adalah single acting pump yang di pasang pada bagian sisi pompa
injeksi dan di gerakan oleh camshaft pompa injeksi.

2.8.5 Fuel Filter

Fuel filter adalah penyaring bahan bakar dari low pressure pump ke high pressure pump
untuk memastikan fuel benar-benar bersih dari kotoran dan memastikan kejernihan bahan bakar.
17

Gambar: 2.10 Fuel Filter

2.8.6 Supply Pump

Gambar: 2.11 Supply Pump


Sumber: (Richsan: 2006)

Fuel supply pump terletak disisi kiri engine dan digerakan oleh timing gear dengan arah
putaran searah dengan putaran engine. Fuel supply pump terdiri dari priming pump, feed pump
dan high pressure pump. Fuel supply pump berfungsi untuk menghasilkan fuel bertekanan ke
dalam common rail dengan cara mengatur fuel disharge dari fuel pump.
Secara umum fuel supply pump terdiri dari low pressure pump dan high pressure pump.
Low pressure pump mempunyai tipe internal rotor pump atau trochoid pump yang berfungsi
sebagai feed pump. Low pressure pump berfungsi untuk mentransfer fuel dari fuel tank ke kedua
high pressure pump. Selain feed pump, fuel supply pump juga mempunyai priming pump yang
berfungsi untuk mentransfer fuel dari fuel tank ke high pump. Biasanya priming pump digunakan
pada saat bleeding udara pada fuel system.
18

High pressure pump berfungsi untuk mentransfer fuel ke common rail. Berbeda dengan
low pressure pump, high pressure pump mampu mentransfer fuel ke common rail dengan
tekanan yang tinggi. High pressure fuel pump digerakan oleh camshaft pada fuel supply pump.
2.8.7 Over Flow Valve

Over Flow Valve berfungsi untuk membatasi tekanan feil supply pada low pressure
circuit. Valve tersebut menghubungkan antara saluran feul supply high pump dengan saluran
retrun (drain).

Gambar: 2.12 Over Flow Valve


Sumber: (Richsan: 2006)

2.8.8 PCV

PCV terletak disisi atas pada fuel supply pump. PCV berfungsi untuk mengatur besarnya
tekanan fuel pada common rail dengan cara mengatur jumlah fuel dari fuel supply pump yang
akan dialirkan ke common rail.

Gambar: 2.13 PCV


Sumber: (Richsan: 2006)
19

PCV terdiri coil, valve, inti besi, dan spring. PCV valve mempunyai tipe normally open,
artinya pada saat coil Belem dialiri arus listrik (OFF) kondisi valve terbuka karena gaya dari
spring. Controller memberikan arus ON-OFF (digital) untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
EPC solenoid. Pada saat coil pada PCV dialiri arus listrik dari controller, inti besi akan menjadi
magnet. Gaya magnet dari inti besi akan menarik valve melawan gaya dari spring sehingga pada
saat kondisi tersebut saluran pengisian (supply) fuel yang menuju plunger menjadi tertutup oleh
valve.

Gambar: 2.14 PCV


Sumber: (Richsan: 2006)

Banyaknya fuel yang dialirkan dari supply pump ke common rail tergantung dari lamanya arus
listrik yang dialirkan ke PCV. Semakin lama PCV tersebut aktif (on) maka semakin banyak
jumlah fuel yang dialirkan ke common rail atau sebaliknya.

Gambar: 2.15 Electrical PCV


Sumber: (Richsan: 2006)

A. Selama plunger bergerak turun, PCV valve terbuka, fuel bertekanan rendah (low
pressure) masuk melalui PCV dan dihisap masuk ke plunger chamber.
20

Gambar: 2.16 PCV Valve Terbuka


Sumber: (Richsan: 2006)

Meskipun plunger sudah memasuki langkah naik (up stroke), controller masih tetap belum
mengalirkan arus listrik ke PCV valve, akibatnya posisi PCV valve masih dalam keadaan
terbuka, pressure fuel tidak mengalami kenaikan karena fuel dichamber kembali atau
berhubungan dengan saluran supplay. Pada kondisi tersebut delivery valve masih dalam kondisi
menutup.

Gambar: 2.17 Delivery Valve Tertutup


Sumber: (Richsan: 2006)

B. Ketika controller mengalirkan arus listrik ke PCV dengan (waktu) timing yang
disesusaikan dengan kebutuhan jumlah fuel yang diinginkan, saluran return (retrun
passage) di tutup sehingga pressure pada plunger chamber sudah sesuai dengan setting
pressure delivery valve, delivery valve akan terbuka dan fuel akan mengalir ke common
rail. Dengan kata lain, langkah naik dari plunger dan kapan waktu PCV valve tersebut
tertutup akan menentukan jumlah fuel yang akan dialirkan ke common rail. Dengan
megubah waktu (timing) tertutupnya PCV valve (plunger prestrike) oleh controller,
maka jumlah fuel yang diairkan ke common rail juga berubah, sehingga fuel pressure
pada common rail akan selalu dapat diatur atau dicontrol.
21

Gambar: 2.18 Delivery Valve Terbuka


Sumber: (Richsan: 2006)

C. Ketika comlobe melewati maximum lift, plunger memasuki langkah turun (down stroke),
pressure pada plunger chamber turun (drop). Pada kondisi tersebut delivery valve
menjadi tertutup sehingga tidak ada fuel yang dialirkan ke common rail. Controller juga
memutus arus listrik ke PCV sehingga PCV valve menjadi terbuka fuel bertekanan
rendah (low pressure) dihisap masuk ke plunger chamber atau dengan kata lain kembali
ke posisi yang sama.

Gambar: 2.19 Delivery Valve Tertutup


Sumber: (Richsan: 2006)

2.8.9 Common Rail Pressure

Gambar: 2.20 Common Rail Pressure


Sumber: (Richsan: 2006)
22

Common rail adalah semacam pipa yang berisi bahan bakar bertekanan tinggi dari supply
pump untuk dikirimkan ke masing-masing injektor. Desain dari pipa common rail cukup tebal
agar mampu menahan tekanan tinggi bahan bakar. Di bagian common rail terdapat sebuah
sambungan pipa dari supply pump, dan 4 sambungan pipa ke injektor (pada mesin 4 silinder).
Pada ujung common rail terdapat fuel pressure sensor. Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi
tekanan tinggi di dalam common rail, dan mengirimkannya ke Engine ECU. Pada ujung yang
lain terdapat pressure limiter, berfungsi untuk membatasi tekanan maksimal pada common rail.
JIka ada kegagalan pada sistem common rail, yang menyebabkan tekanan di dalam pipa common
rail naik sampai batas maksimal, pressure limiter akan membuka untuk menurunkan tekanan
tinggi tersebut, dan solar dialirkan kembali ke tanki bahan bakar. Pressure limiter bekerja secara
mekanis berdasarkan kekuatan pegas. Pada beberapa model, di bagian common rail terdapat
pressure discharge valve yang berfungsi untuk mengatur tekanan di dalam pipa common rail
berdasar target tekanan yang diseting oleh engine ECU. Jika tekanan actual melebihi tekanan
target pada common rail, engine ECU memberikan sinyak ke pressure discharge valve untuk
menurunkan tekanan bahan bakar dengan cara membocorkan kembali ke tanki bahan bakar.

2.8.10 Common Rail Pressure Sensor

Common rail pressure sensor terpasang pada common rail. Pressure sensor ini berfungsi
untuk mengukur besarnya tekanan fuel pada common rail dan kemudiam memberi informasi
kepada controller.

Gambar: 2.21 Common Rail Pressure Sensor


Sumber: (Richsan: 2006)
23

Common Rail Fuel high Presure Abnormaly adalah suatu error yang terbaca oleh controller apa
bila terjadi ke tidak normalan fuel pressure pada common rail. Error ini terdeteksi oleh common
rail pressure sensor dan memberikan informasi ke controller.

Tabel: 2.6 Code Error Common Rail Pressure Sensor


Sumber: (Komatsu : 2006)

CA451 Abnormaly high level Common rail ENG E03 Electrical system
pressure sensor
CA452 Abnormaly low level Common rail ENG E03 Electrical system
pressure sensor
CB451 Common rail pressure sensor abnormaly ENG E03 Electrical system
hight level (Right bank)
CB451 Common rail pressure sensor abnormaly ENG E03 Electrical system
hight level (Right bank)

2.8.11 FLOW DEMPER


Flow Demper berfungsi untuk meredam turun naiknya fuel pressure pada fuel piping.
Selain itu flow demper valve berfungsi untuk mengalirkan fuel dengan pressure yang stabil atau
konstan ke injector. Jika ada fuel yang mengalir kedalam injector berlebihan, komponen ini akan
berfungsi untuk memutuskan aliran fuel dan mencegal aliran fuel yang tidak normal.

Gambar: 2.22 Flow Demper


Sumber: (Richsan: 2006)

Jika aliran fuel ke injector tidak normal, tekanan dari fuel akan mendorong piston, kemudian
piston mendorong ball tercontact dengan seatnya. Akibatnya aliran fuel dari common rail yang
menuju injector terputus.
24

Gambar: 2.23 Cara Kerja Flow Demper


Sumber: (Richsan: 2006)

2.8.12 Pressure Limiter

Gambar: 2.24 Pressure Limiter


Sumber: (Richsan: 2006)

Pressure limiter terletak pada common rail assembly. Presure limiter berfungsi untuk
membatasi tekanan fuel pada common rail. Control valve ini tediri dari housing, ball, spring,
bodydan guide. Setting pressure dari pressure limiter adalah 140 MPa (1430 kg/cm2).

Gambar: 2.25 Diagram Open and Close Valve Pressure Limiter


Sumber: (Richsan: 2006)
25

Pada saat tekanan fuel pada common rail masih normal (dibawah 140MPa), saluran inlet
pada pressure limiter masih dalam ke adaan tertutup oleh ball. Pada kondisi, tersebut, ball
tertekan oleh guide yang di dorong oleh spring.
Pada saat tekanan fuel common rail melebihi 140 MPa, tekanan fuel akan mendorong ball
yang akan menekan guide melawan spring. Akibatnya sebagian fuel common rail akan di larikan
ke saluran retrun.
Ketikan pressure pada common rail turun mmenjadi 30 MPa (310 kg/cm2), guide akan
mendorong ball untuk menutup saluran inlet pressure limiter valve. Sehingga pressure didalam
common rail selalu tejaga.

2.8.13 Injector
Injector atau pengabut adalah komponen utama yang meghantarkan bahan bakar diesel
dari injection pump ke dalam cilinder pada setiap langkah kompresi. Injector berfungsi untuk
menginjeksikan bahan bakar bertekanan tinggi dari common rail ke dalam ruang bakar sesuai
dengan timing, jumlah bahan bakar, injection ratio, dan spray injector. CRI injector
menggunakan TWV (Two Way Electromagnetic Valve) yang dicontrol secara elektrik oleh ECU.
Valve ini berfungsi untuk mengatur tekana chamber yang bertujuan untuk mengatur awal dan
akhir proses injeksi. Orifice pada ijector berfungsi untuk mengatur sudut pembuakaan nozzle
untuk mengatur fuel injection ratio. Hydraulic piston berfungsi untuk meneruskan tenaga ke
needle valve pada nozzle tergantung pada tekanan control chamber. Nozzle berfungsi untuk
menyemprotkan (spray) fuel ke dalam ruang bakar.

Gambar: 2.26 Injector


Sumber: (Richsan: 2006)
26

2.9 Wairing Diagram Sensor Fuel Common Rail Pressure

Tabel: 2.7 Failure Code Common Rail Pressure Sensor


Sumber: (Komatsu: 2006)

Failure code [CB451] Common rail pressure sensor abnormally high level (Right bank):
High voltage detection
Action code Action Trouble Common rail pressure sensor abnormally high
code level (Right bank): High voltage etection
E03 CB451 (Engine controller system)
Contents of
trouble . High voltage was detected in common rail pressure sensor circuit.
Action of . Limits output and continues operation (Limits common rail pressure).
controller . Blinks warning lamp and sounds alarm buzzer.
Problem that . Output decreases.
appears on
machine
Related . Input state from common rail pressure sensor can be checked with
information monitoring function. (Code: 36403 Common rail pressure (Right bank),
Code 36404 Common rail pressure sensor voltage (Right bank))

Tabel: 2.8 Failure Code Common Rail Pressure Sensor


Sumber: (Komatsu: 2006)

Cause Standard value in normal state/Remarks on


troubleshooting
1 Defective sensor power Defective sensor power supply system
supply system
* Prepare with starting switch OFF, then turn
starting switch ON or start engine and carry
out troubleshooting.
PFUEL Voltage
2 Defective common rail Between (1). Power supply 4.75 . 5.25
pressure sensor (Internal (3) V
defect) Between (2). Signal 0.25 . 4.6 V
(3)
Sensor voltage is measured with wiring
harness connected. Accordingly,if voltage is
abnormal, check wiring harness and
controller, too,for another cause of trouble,
and then judge.
* Prepare with starting switch OFF, then
carry out troubleshooting without turning
27

starting switch ON.


Wiring harness Resistance Max. 1
Possible between CHILD J1
causes and (female) (33)-PFUEL
standard (female) (1)
value in 3 Disconnection in wiring
normal state harness (Disconnection in Wiring harness Resistance Max. 1
wiring or defective contact between CHILD J1
in connector) (female) (25)-PFUEL
(female) (2)

Wiring harness Resistance Max. 1


between CHILD J1
(female) (47)-PFUEL
(female) (3)

* Prepare with starting switch OFF, then


carry out troubleshooting without turning
starting switch ON.
Wiring harness Resistance Min.1
4 Ground fault in wiring between CHILD J1 Mz
harness (Contact with (female) (33)-PFUEL
GND circuit) (female) (1)
Wiring harness Resistance Min.1
between CHILD J1 Mz
(female) (25)-PFUEL
(female) (2)

Wiring harness Resistance Min.1


between CHILD J1 Mz
(female)(47)-PFUEL
(female) (3)
* Prepare with starting switch OFF, then carry out
troubleshooting without turning starting switch
ON.
Between wiring Min.1
harness between Mz
CHILD
J1(female)(33)-
PFUEL (female)(1)
and wiring harness
between CHILD J1
(female)(25)-PFUEL
Possible (female)(2)
causes and Between wiring Min.1
standard harness between Mz
28

value in 5 Short circuit in wiring CHILD J1


normal state harness (with another (female)(33)- PFUEL
wiring harness) (female)(1) and wiring
harness between
CHILD J1
(female)(47)-PFUEL
(female)(3)
Between wiring Min.1
harness between Mz
CHILD J1
(female) (25)-PFUEL
(female) (2) and
wiring
harness between
CHILD J1 (female)
(47)-PFUEL (female)
(3)
Prepare with starting switch OFF, then turn
starting switch ON and carry out
troubleshooting
6 Defective engine controller CHILD J1 Voltage
Between (33) . (47) 4.75 . 5.25 V
Between (25) . (47) 0.25 . 4.6 V

Gambar: 2.27 Failur Code Pressure Common Rail Sensor


Sumber: (Komatsu: 2006)
29

Gambar: 2.28 Circuit Diagram Common Rail Pressure


Sumber: (Komatsu: 2006)

Gambar: 2.29 Circuit Diagram Common Rail Pressure


Sumber: (Komatsu: 2006)
30

Gambar: 2.30 Diagram connector feul common rail pressure sensor


Sumber: (Komatsu: 2006 )

2.10 Teori Dasar Kelistrikan

2.10.1 Arus Listrik


Arus Listrik adalah mengalirnya elektron secara terus menerus dan berkesinambungan
pada konduktor akibat perbedaan jumlah elektron pada beberapa lokasi yang jumlah elektronnya
tidak sama. Satuan arus listrik adalah Ampere. Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke
terminal negatif (-), sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang
bergerak dari terminal negatif (-) ke terminal positif (+), arah arus listrik dianggap berlawanan
dengan arah gerakan electron.

Gambar: 2.31 Arah Arus Listrik dan Arah Gerakan Elektron.


Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-listrik.html)
31

“1 ampere arus adalah mengalirnya elektron sebanyak 624x10^16 (6,24151 × 10^18)


atau sama dengan 1 Coulumb per detik melewati suatu penampang konduktor”
Formula arus listrik adalah:
I = Q/t (ampere) ………………………………………………(2.1)

Dimana:

I = besarnya arus listrik yang mengalir, ampere

Q = Besarnya muatan listrik, coulomb

t = waktu, detik

2.10.2 Kuat Arus Listrik


Kuat Arus Listrik Adalah arus yang tergantung pada banyak sedikitnya elektron bebas
yang pindah melewati suatu penampang kawat dalam satuan waktu.

Definisi :

“Ampere adalah satuan kuat arus listrik yang dapat memisahkan 1,118 milligram perak dari
nitrat perak murni dalam satu detik”.

Rumus – rumus untuk menghitung banyaknya muatan listrik, kuat arus dan waktu:

Q = I x t………………………………………………………(2.2)

I = Q/t…………………………………………………………(2.3)

t = Q/I…………………………………………………………(2.4)

Dimana :

Q = Banyaknya muatan listrik dalam satuan coulomb

I = Kuat Arus dalam satuan Amper.

t = waktu dalam satuan detik.

“Kuat arus listrik biasa juga disebut dengan arus listrik”


32

“muatan listrik memiliki muatan positip dan muatan negatif. Muatan positip dibawa oleh proton,
dan muatan negatif dibawa oleh elektro. Satuan muatan ”coulomb (C)”, muatan proton +1,6 x
10^-19C, sedangkan muatan elektron -1,6x 10^-19C. Muatan yang bertanda sama saling tolak
menolak, muatan bertanda berbeda saling tarik menarik”

2.10.3 Rapat Arus


Difinisi :

“rapat arus ialah besarnya arus listrik tiap-tiap mm² luas penampang kawat”.

Gambar 2.32 Kerapatan Arus Listrik.


Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-listrik.html)

Arus listrik mengalir dalam kawat penghantar secara merata menurut luas
penampangnya. Arus listrik 12 A mengalir dalam kawat berpenampang 4mm², maka kerapatan
arusnya 3A/mm² (12A/4 mm²), ketika penampang penghantar mengecil 1,5mm², maka kerapatan
arusnya menjadi 8A/mm² (12A/1,5 mm²).
Kerapatan arus berpengaruh pada kenaikan temperatur. Suhu penghantar dipertahankan sekitar
300°C, dimana kemampuan hantar arus kabel sudah ditetapkan dalam tabel Kemampuan Hantar
Arus (KHA).
Tabel: 2.9 Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-listrik.html)
33

Berdasarkan tabel KHA kabel pada tabel diatas, kabel berpenampang 4 mm², 2 inti kabel
memiliki KHA 30A, memiliki kerapatan arus 8,5A/mm². Kerapatan arus berbanding terbalik
dengan penampang penghantar, semakin besar penampang penghantar kerapatan arusnya
mengecil.

Rumus-rumus dibawah ini untuk menghitung besarnya rapat arus, kuat arus dan penampang
kawat:
J = I/A…………………………………………………………(2.5)

I = J x A………………………………….……………………(2.6)

A = I/J……………………………………….…………………(2.7)

Dimana:

J = Rapat arus [ A/mm²]

I = Kuat arus [ Amp]

A = luas penampang kawat [ mm²]

2.10.4 Tahanan dan Daya Hantar Penghantar


Penghantar dari bahan metal mudah mengalirkan arus listrik, tembaga dan aluminium
memiliki daya hantar listrik yang tinggi. Bahan terdiri dari kumpulan atom, setiap atom terdiri
proton dan elektron. Aliran arus listrik merupakan aliran elektron. Elektron bebas yang mengalir
ini mendapat hambatan saat melewati atom sebelahnya. Akibatnya terjadi gesekan elektron
dengan atom dan ini menyebabkan penghantar panas. Tahanan penghantar memiliki sifat
menghambat yang terjadi pada setiap bahan.

Tahanan didefinisikan sebagai berikut :

“1 Ω (satu Ohm) adalah tahanan satu kolom air raksa yang panjangnya 1063 mm dengan
penampang 1 mm² pada temperatur 0° C"

Daya hantar didefinisikan sebagai berikut:


34

“Kemampuan penghantar arus atau daya hantar arus sedangkan penyekat atau isolasi adalah
suatu bahan yang mempunyai tahanan yang besar sekali sehingga tidak mempunyai daya hantar
atau daya hantarnya kecil yang berarti sangat sulit dialiri arus listrik”.

Rumus untuk menghitung besarnya tahanan listrik terhadap daya hantar arus:
R = 1/G………………………………………………………...(2.8)

G = 1/R……………………………………………...…………(2.9)

Dimana :

R = Tahanan/resistansi [ Ω/ohm]

G = Daya hantar arus /konduktivitas [Y/mho]

Gambar: 2.33 Resistansi Konduktor


Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-listrik.html)

Tahanan penghantar besarnya berbanding terbalik terhadap luas penampangnya dan juga
besarnya tahanan konduktor sesuai hukum Ohm.

“Bila suatu penghantar dengan panjang l , dan diameter penampang q serta tahanan jenis ρ (rho),
maka tahanan penghantar tersebut adalah” :
R = ρ x l/q………………...…………………………………. (2.10)
Dimana :

R = tahanan kawat [ Ω/ohm]


35

l = panjang kawat [meter/m] l

ρ = tahanan jenis kawat [Ωmm²/meter]

q = penampang kawat [mm²]

faktot-faktor yang mempengaruhi nilai resistant atau tahanan, karena tahanan suatu jenis
material sangat tergantung pada :

• panjang penghantar.

• luas penampang konduktor.

• jenis konduktor .

• temperatur.

"Tahanan penghantar dipengaruhi oleh temperatur, ketika temperatur meningkat ikatan atom
makin meningkat akibatnya aliran elektron terhambat. Dengan demikian kenaikan temperatur
menyebabkan kenaikan tahanan penghantar"

2.10.5. Potensial atau Tegangan


Potensial listrik adalah fenomena berpindahnya arus listrik akibat lokasi yang berbeda
potensialnya. dari hal tersebut, kita mengetahui adanya perbedaan potensial listrik yang sering
disebut “potential difference atau perbedaan potensial”. satuan dari potential difference adalah
Volt.

“Satu Volt adalah beda potensial antara dua titik saat melakukan usaha satu joule untuk
memindahkan muatan listrik satu coulomb”

Formulasi beda potensial atau tegangan adalah:

V = W/Q [volt] ………………………………………………(2.11)

Dimana:

V = beda potensial atau tegangan, dalam volt


36

W = usaha, dalam newton-meter atau Nm atau joule

Q = muatan listrik, dalam coulomb

2.10.6 Rangkaian Listrik

Pada suatu rangkaian listrik akan mengalir arus, apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Adanya sumber tegangan

2. Adanya alat penghubung

3. Adanya beban

Gambar: 2.34 Rangkaian Listrik.


Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-listrik.html)

Pada kondisi sakelar S terbuka maka arus tidak akan mengalir melalui beban. Apabila sakelar S
ditutup maka akan mengalir arus ke beban R dan Ampere meter akan menunjuk. Dengan kata
lain syarat mengalir arus pada suatu rangkaian harus tertutup.

2.10.6.1 Cara Pemasangan Alat Ukur.


Pemasangan alat ukur Volt meter dipasang paralel dengan sumber tegangan atau beban,
karena tahanan dalam dari Volt meter sangat tinggi. Sebaliknya pemasangan alat ukur Ampere
meter dipasang seri, hal inidisebabkan tahanan dalam dari Amper meter sangat kecil.

“alat ukur tegangan adalah volt meter dan alat ukur arus listrik adalah ampere meter”
37

2.10.6.2 Hukum Ohm

Pada suatu rangkaian tertutup, Besarnya arus I berubah sebanding dengan tegangan V
dan berbanding terbalik dengan beban tahanan R, atau dinyatakan dengan Rumus:

I = V/R, V = R x I dan R = V/I………………………………(2.12)

Dimana;
I = arus listrik, ampere

V = tegangan, volt

R = resistansi atau tahanan, ohm

• Formula untuk menghtung Daya (P), dalam satuan watt adalah:

P=IxV

P=IxIxR

P = I² x R

2.10.6.3 HUKUM KIRCHOFF

Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu di satu titik adalah nol
(ΣI=0).

Gambar: 2.35 oop arus “KIRCHOFF0“


Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-listrik.html)
38

Jadi:

I1 + (-I2) + (-I3) + I4 + (-I5) = 0 dan I1 + I4 = I2 + I3 + I5 D

2.11 Jenis-jenis Socket

Gambar: 2.36 DEUTSCH CONNECTOR-FAMELE


Sumber: (Brown & Watson: 2007)

Table: 2.10 DEUTSCH CONNECTOR-FAMELE


Sumber: (Brown & Watson: 2007)

DEUTSCH CONNECTORS-FAMELE
Famele Housing Qty Per Male Housing Qty Per Descroption
Part No. Pack part No. Pack

57402 10 57412 10 2 way waterproof connector


with terminals, Wadge and
seals, Amperage Rating:
13A
57403 10 57413 10 3 way waterproof connector
with terminals, Wadge and
seals, Amperage Rating:
13A
57404 10 57414 10 4 way waterproof connector
with terminals, Wadge and
seals, Amperage Rating: 13A

57406 10 57416 10 6 way waterproof connector


with terminals, Wadge and
seals, Amperage Rating: 13A
39

57408 10 57418 10 8 way waterproof connector


with terminals, Wadge and
seals, Amperage Rating: 13A

574010 10 57420 10 12 way waterproof connector


with terminals, Wadge and
seals, AmperageRating: 13A

Gambar: 2.37 DEUTSCH CONNECTOR-MELE


Sumber: (Brown & Watson: 2007

Gambar: 2.38 DEUTSCH CONNECTOR-FAMELE


Sumber: (Brown & Watson: 2007)
40

Gambar: 2.36 DEUTSCH CONNECTOR-FAMELE


Sumber: (Brown & Watson: 2007)
41

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian lapangan yang
dilakukan melalui pengumpulan data primer atau informasi yang baru dan terkait dengan kondisi
nyata yang ada di lapangan dengan metode observasi deskripsi melalui observasi (George Allen
& Unwin, 1984). Observasi lapangan mengenai break down yang disebabkan kerusakan socket
yang menyebabkan error pada sistem common rail pressure sensor. Sehingga penulis berusaha
mengatasi kerusakan pada socket common rail pressure sensor pada HD785-7 terulang kembali.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di PT.United Tractors site Batu Kajang Kalimantan
Timur. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 11 Juli 2016 sampai dengan 31 N0vember 2016.

3.3 Alat dan Bahan


 Komponen Common Rail Pressure Sensor.
 Kabel cabang 3 sepanjang cm.
 Lem besi.
 Deutsch Connector-Famale 3 way, tang elektronik, soilder dan timah.

Gambar: 3.1 Alat dan Bahan


42

Gambar: 3.2 DEUTSCH CONNECTOR-FAMELE


Sumber: (Brown & Watson: 2007)

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada saat OJT di PT. United Tractors site Batu Kajang
Kalimantan Timur. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi yaitu pengamatan langsung di lapangan lapangan mengenai break down yang di
sebabkan kerusakan socket yang menyebabkan error pada sistem Common Rail Pressure
sensor.
2. Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data gambar atau foto yang diambil langsung di PT.
United Tractors site Batu Kajang Kalimantan Timur. Data-data foto yang diambil akan
dijadikan pedoman dasar atas masalah yang akan dibahas oleh penulis pada tugas akhir ini.
Penulis juga mengumpulkan data dari hasil laporan daily breakdown yang penulis dapatkan
dari perusahaan sebagai penunjang penulisan tugas akhir ini.
3. Wawancara, yaitu teknik pungumpulan data dengan melakukan wawancara ke mekanik
untuk mengatasi breakdown unit HD 785-7 mengenai kerusakan socket yang menyebabkan
error pada sistem Common Rail Pressure Sensor.

3.5 Pengumpulan Data


Berdasarkan sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

3.5.1 Data Primer


Data Primer didalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan observasi
pengamatan di lapangan selama penulis melakukan OJT dan menemukan permasalahan yaitu
43

terjadinya error 03 akibat rusak, kotor dan kendornya Socket Sensor Commont Rail Preassur
mengakibatkan unit breakdown dengan durasi waktu yang sering terus berulang, kemudian
penulis mengambil data gambar atau foto saat proses perawatan unit di lapangan. Setelah itu
penulis melakukan pengambilan data kembali dengan wawancara dengan mekanik dilapangan.

3.5.2 Data Sekunder


Data Sekunder yang diambil sebagai penguat data primer yaitu akibat dari downtime unit
yang berhubungan dengan keadaan pada workshop ketika unit breakdown yaitu dokumen
perusahaan seperti Historical Unit, Daily Breakdown Unit, TSR (Technical Service Report), dan FLD
(Jurnal Formal Learning By Doing)
Tabel 3.1 Pengumpulan data dan metode pengolahan data.

Sumber
Jenis Data Data Metode
Data
Observasi berupa
Proses kegiatan Primer
Dokumentasi
Penyebab breakdown unit
Kualitatif Primer Observasi berupa Wawancara
HD785-7
Historical Unit
Sekunder Observasi
Pupulasi Unit

Daily Breakdown Unit

TSR (Technical Service


Kuantitatif Report) Sekunder Observasi

FLD (Jurnal Formal


Learning By Doing)
44

3.6 Diagram Alir Metode Penelitian


Diagram alir metode penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mulai

servasi Pareto

Perumusan Masalah

Studi apangan Studi Pustaka

servasi Pengechekan Dokumentasi Shop anual nternet

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

• Foto Kegiatan
• Data rea down nit
• Foto Temuan masalah
• Foto Perbaikan

odifi asi Soc et Common ail Pressure Sensor

T
Pengujian Perbaikan Modifikasi

Hasil

Kesimpulan dan Saran

Finish

Gambar: 3.3 Diagram Alir Metode Penelitian


45

3.7 Jadwal Penelitian


46

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Pembahasan
Pada saat On Job Trainning (OJT) di PT.United Tractors FMC SIMS site Batu Kajang
Kalimantan Timur pada bulan juni hingga oktober, ditemukan banyak permasalahan
pada HD 785-7 yang berdasarkan data breakdown unit adalah sebagai berikut:

Daily Frekuensi Breakdown Unit


HD785-7
80 Electrical
Engine Related
70 68 Cabin Related
Susoension
60 55 Hydraulic Line
50 49 AC System
Engine Cooling System
40 33 Fuel System
30 28 Brake System
25 22
2221 Transmision Related
20 19 16 Hydarulic System
16 12
1311 Axel Related
10 74 455 335 9 78
22 6 Transmission
0
Agustus September Oktober

Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Breakdown Unit HD785-7


(Sumber: Data Breakdown Unit PT.United Tractors SIMS)

Gambar di atas merupakan Diagram Pareto Problem HD785-7 periode Agustus –


Oktober 2016. Dengan diagram pareto, kita dapat melihat masalah yang paling dominan
sehingga kita mendapatkan penyelesaian masalah dengan lebih mudah. Pada gambar di atas
menunjukan perbandingan frekuensi breakdown unit HD785-7 mengenai electrical yang paling
dominan.
47

Daily Duration Breakdown Unit HD785-7


300 Elektrical
Engine Related
250 251.37 227.44
Cabin Related
Suspension
201.62
200 Hydraulic Line
AC System
150 124.53 Engine Cooling System
116.91 111.33 Fuel System
100 89.97 87.41 81.47 Breake System
81.83 69.42 79.58
42.92 79.38 50.47 Transmission Related
50 18.83 26.02
46.32 30.19.42 16.88
39.72
34.6
Hydraulic System
12
16.93 3.98 12.58 8.17 29.03 Axel Related
0 11.7
Transmission
Agustus September Oktober

Gambar 4.2 Diagram Duration Breakdown Unit HD785-7


(Sumber: Data Breakdown Unit PT.United Tractors SIMS)

Pada gambar di atas menunjukan bahwa permasalahan electrical lebih dominan di dalam
data breakdown unit HD785-7.
Tabel 4. 1 Data Frekuensi dan Durasi Bulan Agustus- Oktober 2016

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER


FREQ DUR FREQ DUR FREQ DUR
Electrical 55 251.37 49 201.62 68 227.44
Engine Related 25 116.91 22 111.33 22 87.41
Cabin Related 19 81.83 12 42.92 21 79.38
Suspension 16 46.32 33 69.42 28 81.74
Hydraulic Line 13 89.97 4 18.83 9 50.47
AC System 11 30.10 5 12.58 16 39.72
Engine Cooling
7 16.93 5 11.70 7 34.60
System
Fuel System 4 9.42 - - 8 29.03
Brake System 2 12.00 - - - -
Transmission Related 2 3.98 - - - -
Hydraulic System - - 3 26.02 6 124.53
Axel Related - - 3 16.88 - -
Transmission - - 5 8.17 10 79.58
TOTAL 154 658.83 141 519.47 195 833.9

(Sumber: Data Breakdown Unit Bulan Agustus – Oktober 2016 PT. PT.United Trctors FMC
SIMS)
48

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui data perbandingan frekuensi breakdown dengan durasi
downtime unit HD785-7 pada bulan Agustus – Oktober 2016 PT.United Tractors FMC SIMS
site Batu Kajang. Pada bulan Agustsus total frekuensi breakdown sebesar 154 kali dengan durasi
downtime sebesar 658.83 jam. Untuk frekuensi breakdown yang paling sering terjadi yaitu pada
komponen electrical sebesar 55 kali dengan durasi downtime sebesar 251.37jam.

Sedangkan pada bulan September, total frekuensi breakdown sebesar 141 kali dengan
durasi downtime sebesar 519.47 jam. Untuk frekuensi breakdown yang paling sering terjadi
yaitu pada komponen electrical sebesar 49 kali, sedangkan untuk durasi downtime paling lama
yaitu pada unit yang mengalami electrical sebesar 201.62 jam.

Pada bulan Oktober, total frekuensi breakdown sebesar 195 kali dengan durasi downtime
sebesar 833.9 jam. Untuk frekuensi breakdown yang paling sering terjadi yaitu pada komponen
electrical sebesar 68 kali dengan durasi downtime sebesar 227.44 jam.

Tabel: 4.2 Data Breakdown Elektrical PT.United Tractors SIMS Jaya Agung

DAILY BREAKDOWN ELECTRICAL


Bulan TOTAL
Code Error Agustus September oktober
Error 01 8 6 7 21
Error 02 21 - 13 34
Error 03 21 21 19 61
Error 04 11 1 1 13
Error 05 1 1 - 2
Low Power 5 4 4 13

(Sumber: Data Breakdown Unit Bulan Agustus – Oktober 2016 PT.United Trctors FMC SIMS)

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat frekuensi breakdown electrical yang tertinggi pada bulan
Agustus-Oktober PT.United Trctors FMC SIMS. Untuk masalah code error electrical tertinggi
adalah error 03 sebanyak 61 kali, sedangkan yang paling rendah adalah error 05 sebanyak 4
kali.
49

Diagram Frekuensi Kejadian Electrical Code Error HD785-7


30
Error 01
21 21 21
19 Error 02
20
13 Error 03
10 8 8 7 Error 04
5 6
4 4
2 1 1 1 1 Error 05
0 Low Power
Agustus September Oktober

Gambar 4.3 Diagram Frekuensi Kejadian Electrical Code Error HD785-7


(Sumber: Daily Breakdown Unit HD785-7 PT.United Tractors SIMS)
Gambar di atas merupakan frekuensi Code Error HD785-7 periode Agustus – Oktober
2016. Diagram tersebut diambil dari data hasil olahan yang dilakukan oleh penulis dengan
menggunakan Diagram Pareto. Dengan diagram pareto, kita dapat melihat masalah yang lebih
dominan adalah code error 03 dengan perbandingan frekuensi breakdown unit HD785-7 setiap
bulannya.

Tabel: 4.3 Data Breakdown Electrical Error 03 PT.United Tractors SIMS Jaya Agung

Data Breakdown Elektrical Bulan TOTAL


munculnya error 03 Agustus September Oktober
Repair Connector Engine Controller 2 2
& Ground Controller
Repair Wirring ABS 1 1
Cleanning Socket(connector) 7 7 5 19
Common Rail Pressure Sensor
Repair and reposisi wirring common 4 4 4
rail pressure sensor
Repair fuse box 1 1
Rewirring intek temperature 1 1
Tunning ECMV 1 1
50

Cleaning fuel line 1 1 3 5


Bleeding fuel system 4 3 3 10
Replace Common Rail Pressure 1 2 2 5
Sensor
Repair wirring G-Sensor 2 1 1 4
Repair wirring sensor suspensi 1 1 2
Cleaning Sensor Dumpbody 2 2

(Sumber: Data Breakdown Unit bulan Agustus – Oktober 2016 PT.United Trctors FMC SIMS)
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa code error 03 yang sering muncul pada
monitor panel adalah cleanning socket (connector) common rail pressure sensor. Permasalahan
ini karena connector atau socket fuel pressure sensor yang tidak melekat dengan baik sehingga
mengakibatkan common rail pressure sensor tidak berfungsi. Karena sering terjadinya
permasalahan ini, maka mekanik mengikatkan socket fuel common rail pressure dengan tiroup
agar tidak terlepas. Untuk minimalisir permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
modifikasi socket atau connector sensor fuel pressure common rail.

4.2 Pembahasan Masalah


Banyaknya permasalahan mengenai electrical yang menyebabkan munculnya code error
03 di monitor panel pada HD 785-7.

Gambar: 4.4 Code Error 03 di onitor Panel pada HD 785-7.


Melakukan penegecekan code error E03 Call dan CA451 & CB451 ENG dengan melihat
buku shop manual HD 785- 7. Code error menjelaskan bahwa Abnormaly high level Common
rail pressure sensor.
51

Tabel: 4.4 Code Error Common Rail Pressure Sensor

Sumber: (Komatsu: 2006)

CA451 Abnormaly high level Common rail ENG E03 Electrical system
pressure sensor
CA452 Abnormaly low level Common rail ENG E03 Electrical system
pressure sensor
CB451 Common rail pressure sensor abnormaly ENG E03 Electrical system
hight level (Right bank)
CB451 Common rail pressure sensor abnormaly ENG E03 Electrical system
hight level (Right bank)

Melakukan pengecekan agar mengetahui komponen yang mengalami kerusakan.


Ditemukan komponen common rail pressure sensor yang mengalami masalah pada socket (dust
conector). Hal ini diakibatkan karena adanya kotoran dan socket yang longgar atau tidak melekat
dengan baik, untuk itu di eratkan atau diikat dengan tirap.

Gambar: 4.5 Common ail Pressure Sensor pada HD 785-7.


52

Dari gambar diatas menunjukan bahwa adanya socket yang longgar atau tidak melekat
dengan baik dan sengaja dieratkan atau diikat dengan tirap. Apa bila tidak ditirap maka sensor
tidak dapat berfungsi dengan baik untuk membaca tekanan fuel yang terdapat di dalam
komponen common rail pressure sensor, dan mengirimkannya ke engine control unit atau ECU.
Permasalahan ini menyebabkan tekanan di dalam pipa common rail naik sampai batas maksimal,
pressure limiter akan membuka untuk menurunkan tekanan tinggi tersebut, dan solar dialirkan
kembali ke tanki bahan bakar. Permasalahan ini berdampak pada kinerja unit, terutama pada
sistem penyaluran fuel tidak sempurna pada ruang bakar yang mengakibatkan low power.
Bahkan dapat menganggu unit beroperasi tidak mencapai target atau waktu standart yang telah
di terapkan oleh perusahaan. Oleh, karena itu perlu melakukan modifikasi agar masalah
mengenai kerusakan pada socket atau connector sensor feul pressure common rail tidak terulang
kembali pada unit HD 785-7.

4.3 Modifikasi
Dari seringnya permasalahan pada socket atau connector sensor yang bermasalah maka
penulis melakukan modifikasi agar dapat mencegah terjadinya masalah common rail pressure
tidak terulang kembali dan mengurangi besarnya frekuensi downtime unit HD785-7.

4.3.1 Alat Dan Bahan


Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan memodifikasi socket atau connector
sensor feul pressure common rail.
 Komponen Common Rail Pressure Sensor.
 Kabel cabang 3 sepanjang 20-25 cm.
 Lem besi.
 Deutsch Connector-Famale 3 way, tang elektronik, soilder dan timah.
53

Gambar: 4.6 Alat dan Bahan

4.3.2 Cara Memodifikasi

Dalam memodifikasi socket atau connector sensor feul pressure common rail, perlu
melakukan proses sebgai berikut:
 Proses pengukuran panjang kabel yang akan di gunakan, kabel yang di gunakan
kurang lebih 20cm-25cm.
 Mengupas kulit luar bagian kabel hingga tersisa serabut kabel bagian dalam.

Gambar: 4.7 Hasil Pengupasan Kabel

 Proses pemasangan kabel dengan Deutsch Connector-Famale 3 Way


54

Gambar: 4.8 Hasil Pemasangan Deutsch Connector

 Proses menyambung kabel dengan grond pada connector di bagian common rail
pressure sensor dengan menggunakan solder dan timah sebagai bahan tambah.
 Proses pemadatan connector agar hasil pensolderan kabel dengan grond common rail
tidak mudah goyang dan terlepas menggunakan lem besi.

Gambar: 4.9 Hasil Pensolderan dan Pemadatan Lem Besi

 Proses pensolasian kulit kabel bagian luar untuk merekatkan ketiga cabang pada kulit
kabel sebelum di pasangkan ke unit.

Gambar: 4.10 Hasil Modifikasi socket (connector) komponen common rail pressure sensor
55

 Proses pemasangan hasil modifikasi socket (connector) common rail pressure sensor
pada unit yang mengalami permasalahan error 03.

Gambar: 4.11 Hasil pemasangan modifikasi socket (connector pada unit

 Proses melakukan pengujian komponen jika terjadi permasalahan yang sama kembali
terjadi maka perlakuan pada proses modifikasi , jika berhasil maka perlu di gunakan
pada setiap unit HD 785-7 agar tidak terjadi permasalahan yang sama.

4.3.3 Hasil Pengujian Modifikasi


Dari hasil pemasangan pengujian modifikasi yang dilakukan pada unit HD785-7,
permasalah menegenai error 03 tidak terulang kembali. Hal ini dikontrol melalui monitoring
melalui telekomunikasi dengan mekanik dan data daily breakdown bulan febuari-mei tahun
2017.
Tabel: Data keseluruhan error 03 PT.United Trctors FMC SIMS Juli 2016 - Mei 2017

Data keseluruhan error 03 PT.United Trctors FMC SIMS sebelum dan sesudah dilakukan
modifikasi socket atau connector common rail pressure sensor
Before After
Bulan Banyak kejadian Bulan Banyak kejadian
Juli 15 Febuari 14
Agustus 21 Maret 4
September 21 April 23
Oktober 19 Mei 25
TOTAL 76 66
56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil prmbahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam memodifikasi socket atau connector sensor feul pressure common rail, perlu
melakukan proses sebagai berikut:
 Proses pengukuran panjang kabel yang akan di gunakan, kabel yang di gunakan
kurang lebih 20cm-25cm.
 Mengupas kulit luar bagian kabel hingga tersisa serabut kabel bagian dalam.
 Proses pemasangan kabel dengan Deutsch Connector-Famale 3 way
 Proses menyambung kabel dengan grond pada connector di bagian common rail
pressure sensor dengan menggunakan solder dan timah sebagai bahan tambah.
 Proses pemadatan connector agar hasil pensolderan kabel dengan grond common rail
tidak mudah goyang dan terlepas menggunakan lem besi.
 Proses pensolasian kulit kabel bagian luar untuk merekatkan ketiga cabang pada kulit
kabel sebelum di pasangkan ke unit.
 Proses pemasangan hasil modifikasi socket (connector) common rail pressure sensor
pada unit yang mengalami permasalahan error 03.
 Proses melakukan pengujian komponen jika terjadi permasalahan yang sama kembali
terjadi maka perlakuan pada proses modifikasi , jika berhasil maka perlu di gunakan
pada setiap unit HD 785-7 agar tidak terjadi permasalahan yang sama.

2. Proses memodifikasi socket sensor fuel pressure common rail engine model
SAA12V140E-3 unit Komatsu HD785-7 sangat efektif, karena mampu mencegah
timbulnya permasalahan error 03 yang di karenakan kerusakan pada socket sensor fuel
pressure common rail. Hal ini berdasarkan data daily breakdown error 03 PT.United
Trctors FMC SIMS sebelum dan sesudah dilakukan modifikasi socket atau connector
common rail pressure sensor pada bulan Juli hingga Oktober 2016 dan pada bulan
Febuari hingga Mei 2017.
57

Tabel: Data keseluruhan error 03 PT.United Trctors FMC SIMS Juli 2016 - Mei 2017
Data keseluruhan error 03 PT.United Trctors FMC SIMS sebelum dan sesudah dilakukan
modifikasi socket atau connector common rail pressure sensor
After
Before
Banyak kejadian Bulan Banyak kejadian
Bulan
15 Febuari 14
Juli
21 Maret 4
Agustus
21 April 23
September
19 Mei 25
Oktober
76 66
TOTAL

5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlunya melakukan program backlog pada unit secara teratur agar kerusakan pada unit
dapat diantisipasi dengan melakukan repair before failure.
2. Perlu adanya penyempurnaan modifikasi socket common rail pressure sensor pada kabel
yang digunakan agar tidak tertekuk pada saat pemasangan. Karena kabel yang tertekuk
dapat mengakibatkan error muncul kembali.

Semoga rancangan modifikasi socket common rail pressure sensor dapat dikembangkan
dan mampu digunakan di job site yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Abracham Richsan. (2006). CRI Fuel System. Sangata: Training Center Department.

Brown &Watson. (2012). Deutsch Industrial Product Catalog: Deutsch Connectors. Japan:
Deutsch Japan limited.

HaGe. (2009). TeoriDasarlistrik .http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/teori-dasar-


listrik.html.

Komatsu. (2006). Operation and Maintenance Manual HD785-7. Japan: Komatsu

Komatsu. (2006). Shop Manual HD785-7 SN 7001 and up. Japan: Komatsu

Komatsu. (2011). Shop Manual Engine SAA12V140E-3 Series. Japan: Komatsu


TOP TEN TROUBLE ALL MODEL AGUSTUS, SEPTEMBER, OKTOBER 2016

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

FREQ DUR FREQ DUR FREQ DUR

Electrical 55 251.37 49 201.62 68 227.44

Engine Related 25 116.91 22 111.33 22 87.41

Cabin Related 19 81.83 12 42.92 21 79.38

Suspension 16 46.32 33 69.42 28 81.74

Hydraulic Line 13 89.97 4 18.83 9 50.47

AC System 11 30.10 5 12.58 16 39.72

Engine Cooling
7 16.93 5 11.70 7 34.60
System

Fuel System 4 9.42 - - 8 29.03

Brake System 2 12.00 - - - -

Transmission Related 2 3.98 - - - -

Hydraulic System - - 3 26.02 6 124.53

Axel Related - - 3 16.88 - -

Transmission - - 5 8.17 10 79.58

TOTAL 154 658.83 141 519.47 195 833.9


AGUSTUS 2016

HD785-5 HD785-7
Name
Name Component Frekuensi Duration Component Frekuensi Duration
Elektrik 60 222.77 Elektrik 55 251.37
Suspensi 38 154.52 Engine related 25 166.91
Air system 26 167.94 Cabin Related 19 81.83
Cabin Related 22 132.68 Suspensi 16 46.32
Brake system 21 298.33 Hydraulic Line 13 89.97
Hydraulic Line 12 76.40 AC System 11 30.10
Engine Cooling
AC System 11 22.75 system 7 16.93
Engine related 9 40.95 Fuel System 4 9.42
Engine Cooling
system 7 29.25 Brake system 2 12.00
Hydraulic system 6 50.04 Transmisi related 2 3.98

GD825A-2 PC2000-8
Name
Name Component Frekuensi Duration Component Frekuensi Duration
Elektrik 19 68.60 Hydraulic Line 3 7.37
Attachment
Related 17 182.45 Cabin Related 2 8.70
Air system 11 64.64 AC System 1 1.15
Hydraulic Line 9 54.50
Cabin Related 8 34.90
Engine related 7 21.38
Fuel System 6 10.30
Hydraulic system 5 54.22
Transmisi related 4 55.70
AC System 4 4.95
SEPTEMBER 2016

Name Name
Component Frekuensi Duration Component Frekuensi Duration
Electrical system 37 113.75 Electrical system 49 201.62
Brake System 27 293.36 Suspensi 33 69.42
Engine related 22 217.20 Engine related 22 111.33
Cabin related 21 72.93 Cabin related 12 42.92
Air system 20 57.07 Transmission 5 8.17
Suspensi 19 37.52 AC System 5 12.58
Engine cooling Engine cooling
system 9 33.67 system 5 11.70
AC System 7 26.35 Hydraulic Line 4 18.83
Hydraulic Line 6 37.40 Axle Related 3 16.88
Fuel System 6 20.05 Hydraulic system 3 26.02

Name
Name Component Frekuensi Duration Component Frekuensi Duration
Electrical
AC System 17 82.25 system 4 6.47
Electrical system 14 48.42 Undercarriagge 2 30.01
Attachment 11 140.62 Fuel System 1 1.03
Hydraulic
Fuel System 8 14.32 system 1 4.87
Cabin related 7 30.17 Hydraulic Line 1 3.17
Engine related 6 32.32
Transmission 4 9.08
Air system 4 25.43
Hydraulic Line 4 18.23
Brake System 3 14.40
OKTOBER 2016

HD785-5 HD785-7
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Air system 44 149.55 Electrical system 68 227.44
Electrical system 41 118.05 Suspension system 28 81.74
Suspension system 30 70.74 Engine related 22 87.41
Brake System 19 89.60 Cabin related 21 79.38
AC System 14 45.83 AC System 16 39.72
Cabin related 10 34.81 Transmission 10 79.58
Engine related 10 56.52 Hydraulic Line 9 50.47
Fuel system 9 31.75 Fuel system 8 29.03
Engine Cooling Engine Cooling
system 9 41.11 system 7 34.60
Hydraulic Line 9 75.90 Hydraulic System 6 124.53

GD825A-2 PC2000-8
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Attachment 15 232.71 Electrical system 2 3.53
Electrical system 13 93.06 Hydraulic System 1 3.18
Engine Cooling
Air system 12 51.07 system 1 1.25
Engine Cooling
system 8 26.09 Hydraulic Line 1 2.08
Engine related 8 33.80
Cabin related 5 12.53
Hydraulic Line 5 28.97
AC System 4 6.35
Hydraulic System 4 23.79
Transmission 3 3.43
FEBUARI 2017

HD785-5 HD785-7
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Electrical system 44 138,10 Electrical system 36 84,40
AC system 20 69,72 Suspensi 18 46,72
Suspensi 14 43,02 Cabin related 18 60,32
Air system 10 27,12 Engine Related 11 67,72
Brake System 9 28,37 hydraulic system 9 47,38
Cabin related 8 46,47 AC system 9 41,35
Engine Related 8 46,37 Cooling system 6 28,93
hydraulic system 7 52,75 Brake System 5 14,03
Transmission 6 323,74 Air system 2 10,07
Fuel system 6 11,51 Fuel system 2 7,53

GD825A-2 PC2000-8
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Electrical system 16 45,33 hydraulic system 3 7,00
hydraulic system 12 80,57
Air system 12 85,32
Transmission 8 88,58
Attachment 6 49,15
Cooling system 5 23,23
Cabin related 5 12,35
Engine Related 4 5,23
Fuel system 3 3,52
AC system 3 4,20
MARET 2017

HD785-5 HD785-7
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Electrical system 29 109,37 Electrical system 55 247,83
Air system 22 119,71 Suspension system 21 63,12
AC system 20 76,02 Engine Related 21 124,20
Brake system 17 68,18 Cabin related 11 30,13
Suspension system 11 41,72 AC system 11 21,83
Hydraulic system 9 65,53 Rear axle 5 31,78
Cabin related 7 33,67 Hydraulic system 4 34,93
Transmission 6 355,38 Brake system 4 13,17
Fuel system 5 19,23 Fuel system 3 4,53
Engine Related 4 82,35 Cooling system 2 19,95

GD825A-2 PC2000-8
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Electrical system 18 60,58 Hydraulic system 4 10,18
Hydraulic system 14 90,41 Cabin related 1 2,40
Transmission 8 68,83
Fuel system 6 12,08
Air system 6 27,50
Cabin related 6 11,72
Attachement 6 53,06
AC system 6 18,70
Cooling system 6 25,37
Hydraulic Cylinder 2 19,47
APRIL 2017

HD785-5 HD785-7
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Electrical system 50 184,39 Electrical system 63 253,70
Air system 22 97,35 Suspension system 16 57,97
Suspension system 15 175,03 Engine Related 16 113,93
Brake system 15 52,88 Hydraulic Line 13 73,77
Hydraulic Line 11 107,65 Cabin related 10 41,20
Cabin related 9 27,38 AC system 8 17,73
Transmisi 9 28,32 Fuel System 8 21,70
AC system 9 17,35 Transmisi 7 31,08
Engine Related 8 31,88 Axle Related 3 19,87
hydraulic system 8 35,47 hydraulic system 3 10,63

GD825A-2 PC2000-8
Name
Name Component Frekuensi Duration Component Frekuensi Duration
Transmisi 32 232,16 Electrical system 7 16,12
Air system 17 114,23 AC system 1 4,75
Electrical system 12 87,40 Undercarriage 1 0,77
AC system 10 50,92 Hydraulic Line 1 7,98
Attachement 9 323,88
Fuel System 9 36,00
Hydraulic Line 7 51,85
hydraulic system 5 11,37
Engine Cooling
system 4 17,97
Cabin related 3 24,56
MEI 2017

HD785-5 HD785-7
Name Component Frekuensi Duration Name Component Frekuensi Duration
Electrical system 71 231,23 Electrical system 60 188,53
Cabin related 27 173,67 Engine related 38 276,83
Air system 25 110,12 Suspension system 21 119,47
Hydraulic line 17 122,08 Cabin related 20 85,50
Suspension system 17 90,05 AC System 19 75,67
Brake System 16 134,48 Brake System 7 22,88
Engine related 15 101,62 Fuel System 6 12,05
AC System 13 36,85 Transmission 5 16,16
Transmission 8 145,90 Rear axle related 4 47,16
Fuel System 6 21,70 Hydraulic line 4 18,58

GD825A-2 PC2000-8
Name
Name Component Frekuensi Duration Component Frekuensi Duration
AC System 15 62,47 Electrical system 2 6,33
Electrical system 13 28,07 Hydraulic line 1 3,12
Attachment 13 161,22 Undercarriage 1 2,58
Hydraulic line 12 100,62 Attachment 1 5,73
Engine related 9 79,73 AC System 1 0,87
Air system 8 93,30 Cabin related 1 6,90
Hydraulic Cylinder 7 88,95 hydaulic system 1 2,783333
Fuel System 6 96,10
Transmission 5 8,68
Engine Cooling
System 4 13,97

Vous aimerez peut-être aussi