Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Begitulah statemen Maulana Asad yang ditulis oleh Abdullah Ahmad An-
Nai’im; sebenarnya yang ingin dikatakan Asad adalah Syari’ah menetapkan
segala sesuatu dengan sepenuhnya berpegang teguh kepada aspek-aspek
kehidupan manusia yang hakekatnya tidak berubah, selanjutnya prinsip-prinsip
umum yang terdapat dalam syari’ah dinterpretasikan untuk diaplikasikan ke
dalam tatanan kehidupan nyata, supaya tercipta kehidupan yang nyaman dan
tentram. Sedangkan yang mempunyai otoritas memobilisatori gerbong sistem itu
adalah seperangkat sistem yang di mobilisasi sedemikian rupa oleh penguasa
atau pemimpin, istilah penguasa atau pemimpin dalam literatur Arab klasik
disebut dengan khalifah atau Imam. Spesifikasi ilmu mengupas persoalan itu
adalah ilmu politik (siyasah). Pendek kata siyasah atau politik yaitu seni yang
mempelajari tentang pengolahan atau me-manag hubungan timbal balik antara
pemimpin dengan yang dipimpin, antara atasan dengan bawahan untuk
mencapai taraf kehidupan yang mapan.
Ulil Absar Abdalah membedakan makna politik dengan siyasah dari segi
pendekatan. Politik muncul dari literatur Barat (Romawi) yang lebih cenderung ke
arah sistemik sedangkan siyasah muncul dari Arab, yang lebih mengedepankan
pendekatan personal. Namun pada garis besarnya sama, yaitu mengatur relasi
kehidupan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain dalam berbangsa
dan bernegara.
Argumen wakil tuhan adalah ummat, totalitas rakyat negara Islam, tidak
terbatas pada seorang secara individual atau sekelompok orang, rupanya
menawarkan beberapa pemecahan terhadap berbagai problem itu. Jika ummat
adalah wakil kolektif kedaulatan tuhan, maka mereka berhak untuk menunjuk
wakil-wakilnya untuk melaksanakan kewajiban pemerintah dan mempertanggung
jawabkan kepada ummat sebagai agen kedaulatan ummat yang sejati, seperti
yang terdapat dalam sabda nabi di dalam kitab sahihnya Ibn Hakim :”barang
siapa yang mengikuti seseorang dalam sebuah kelompok manusia, sementara ia
mendapatkan seseorang di kelompok tersebut orang yang lebih baik, dari pada
orang yang diikutinya maka sesungguhnya ia berkhianat kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kaum muslimin” Namun sayangnya di dalam syari’at tidak
ditemui mekanisme agenda tersebut.
***
Perlu di ingat, bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk salah dan
benar. Karena potensi itulah, khalifah juga harus mempunyai sifat kesediaan
mendegarkan pendapat orang lain, sebagai bahan korektif atas kehendak politik
yang dijalankannya. Di sinilah posisi syura sangat diperlukan. Musyawarah pada
hakekatnya adalah interaksi positif sebagai individu di dalam masyarakat take
and give ide yang mengingatkan dan sekaligus mengikatkan kebenaran dan
kebaikan, sesuai dengan cita-cita masyarakat beradab untuk mewujudkan
masyarakat yang bermoral atau berakhlakul karimah, sebagaimana ungkapan
Qur’an yang dinyatakan sebagai Baldatun tayyibatun ‘negara yang sejahtera ‘.