Vous êtes sur la page 1sur 5

JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.

2089-7669

STUDI DESKRIPTIF DETEKSI DINI PENYIMPANGAN MENTAL


EMOSIONAL ( KMME, CHAT, GPPH ) PADA ANAK
USIA 36 – 72 BULAN

Sri Winarsih 1, Nuril Nikmawati 2 Suprihatiningsih 3


winarsihhamid@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Health efforts since child is still in the womb until the first five
years of life, aimed at maintaining the continuity of life while improving the
quality of life of children in order to achieve optimal growth of physical, mental,
emotional and social and has a compound intelligence according to its genetic
potential (Kemenkes,2013;h.1). So as a candidate of the next generation of the
nation, the quality of growth of infants in Indonesia need to get serious attention
that is got good nutrition, stimulation that memadaiserta affordable by quality
health services including detection and early intervention deviation grow flowers
(Kemenkes, 2013, h.1). Detection and growth interventions (SDIDTK) focuses on
examination of KMME, CHAT, GPPH.
Objective: To describe early detection of emotional mental problems, early
detection of autism, attention disorder and hyperactivity in preschoolers.
Methodology: This type of research is descriptive research. The author only
describes the implementation of early detection of mental emotional deviation of
children aged 36-72 months.
Results: the majority of KMME studies of 40 respondents were in an
abnormal category 26 (65%) and at CHAT of 40 respondents in abnormal
category there were 5 (12.5%), in GPPH from 40 respondents there were 2
children falling into the category abnormal.
Conclusion: The conclusion is that early detection of developmental disorder
in KMME, CHAT, GPPH, the village midwife meetings with parents to conduct
counseling and provide stimulation and intervention. After three months of
evaluation, there is no change in referral to the hospital.

Keywords: SDIDTK Program ( KMME, CHAT, GPPH ), Preschooler

(1) : Midwifery Study Program of Magelang of Semarang Health Polytechnic


(2) : Midwifery Study Program of Magelang of Semarang Health Polytechnic
(3) : Midwifery Study Program of Magelang of Semarang Health Polytechnic

Masa lima tahun pertama ke- masa balita disebut sebagai masa
hidupan bayi merupakan masa yang keemasan (golden period). Maka
sangat peka terhadap lingkungan dan sebagai calon generasi penerus bangsa
masa ini berlangsung sangat pendek ,kwalitas tumbuh kembang balita di
serta tidak dapat diulang lagi,maka Indonesia perlu mendapat perhatian
28
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

seriusyaitu mendapat gizi yang baik, RA/BA ada 937 siswa dan jumlah
stimulasi yang memadaiserta terjang- RA/BA 19.Pelaksanaan SDIDTK
kau oleh pelayanan kesehatan ber dilaksanakan tiap 6 bulan sekali,
kwalitas termasuk deteksi dan inter yang dilaksanakan oleh bidan.
vensi dini penyimpangan tumbuh Cakupan SDIDTK pada tahun 2016
kembang (Kemenkes,2013;h.1).
yaitu 50% di semua wilayah Pus-
Melakukan deteksi dini
kesmas Grabag I banyak kegiatan
penyim pangan tumbuh kembang
program yang harus dilaksanakan
artinya melakukan skrining atau
sehingga program SDIDTK yang
mendeteksi secara dini adanya
seharusnya dilaksanakan 2 kali
penyimpangan tumbuh kembang
dalam setahun hanya terlaksana 1
balita termasuk menindaklanjuti
kali sehingga cakupannya kurang
setiap keluhan orang tua tehadap
ter-penuhi targetnya.Selain itu
masalah tumbuh kembang anak-
dalam pelaksanaan SDIDTK di
nya. Kegiatan stimulasi,deteksi dan
wilayah Puskesmas Grabag belum
intervensi dini penyimpangan tum-
sesuai dengan pedoman. Dalam
buh kembang balita yang me-
pelaksanaan SDIDTK yang sudah
nyeluruh dan terkoordinasi dise-
dilaksanakan yaitu deteksi dini
lenggarakan dalam bentuk kemitraan
penyimpangan pertumbuhan (BB,
antara keluarga (orang tua, penga-
TB,LK), deteksi dini penyimpangan
suh anak dan anggota keluarga
perkembangan (KPSP, TDD, TDL)
lainnya), masyarakat (kader, tokoh
dan yang belum dilak-sanakan
masya-rakat, organisasi profesi,
yaitu deteksi dini penyim-pangan
lembaga swadaya masyarakat dan
mental emosional (KMME, CHAT,
sebagainya) dengan tenaga profe-
GPPH).
ssional (kesehatan, pendi-dikan
Berdasarkan studi pendahu-
dan social), akan meningkatkan
luan tersebut peneliti tertarik untuk
kualitas tunbuh kembang anak usia
melakukan penelitian tentang pe-
dini dan kesiapan memasuki
laksanaan program SDIDTK teru-
jenjang pendidikan formal (Kemen-
tama tentang deteksi dini penyim-
kes, 2013;h.2).
pangan mental emosional di Desa
Persentasi pelayanan anak
Kleteran wilayah Puskesmas Grabag I
balita di Jawa Tengah tahun 2015
sebesar 86,2 persen, sedikit menu- METODE PENELITIAN
run dibandingkan persentase anak
balita pada tahun 2014 yaitu 86,9 Jenis Dan Desain Penelitian
persen.Berdasarkan data di wilayah Jenis penelitian ini adalah
Puskesmas Grabag I pada tahun penelitian deskriptif, yang menggam-
2016 jumlah TK 20 dengan jumlah barkan pelaksanaan deteksi dini pe-
murid 990, sedangkan jumlah nyimpangan mental emosional pada
murid untuk PAUD ada 485 dan anak usia 36-72 bulan dengan pen-
jumlah PAUD 19 untuk murid dekatan / metode survey. Penelitian
29
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

menggunakan instrument penelitian bulan, bila anak tidak ada perubahan


yaitu kuesioner KMME, kuesioner maka rujuk ke rumah sakit, bila
GPPH, Cheklist CHAT. jawaban ya ditemukan 2 (dua) atau
lebih maka rujuk anak ke rumah sakit
Analisa Data yang memiliki fasilitas tumbuh kem-
Data hasil penelitian dianalisa dengan bang atau kejiwaan.Rujukan harus
perhitungan prosentase yaitu menggu- disertai informasi mengenai jumlah dan
nakan rumus : masalah mental emosional yang dite-
P= __F__x 100 % mukan. Menurut Soetjiningsih (2014,
N h.325) Kesulitan /gangguan makan
bukanlah diagnosis atau penyakit,
HASIL PENELITIAN tetapi merupakan gejala atau tanda
adanya penyimpangan atau kelainan
1. Distribusi responden berdasarkan yang sedang terjadi pada tubuh anak.
jawaban kuesioner dari KMME Dan pertanyaan no 9 Apakah anak anda
a. Normal : 14 anak ( 35 % ) sering kali mengeluh sakit kepala, sakit
b. Tidak normal: 26 ( 65% ) perut, atau keluhan-keluhan fisik lain
2. Distribusi responden berdasar ku- nya? Pertanyaan ini ada hubungannya
esioner CHAT dengan no 8 kalau anak susah makan
a. Resiko tinggi : 0 maka perut kosong karena perut
b. Resiko rendah : 0 kosong maka asam lambung meningkat
c. Kemungkinan mengalami dan menyebabkan sakit perut dan
perkembangan : 5 (12,5% ) pusing untuk itu bidan Pembina desa
d. DBN : 35 ( 87,5 % ) memberikan konseling kepada pengasuh.
3. Distribusi frekwensi jawaban Dengan demikian anak yang tidak
responden berdasarkan kuesioner normal pada pemeriksaan KMME perlu
GPPH dirujuk untuk mendapatkan pemerik-
a. Normal : 38 ( 95 % ) saan selanjutnya.
b. Tidak normal : 2 ( 5% ) 1.
2. Berdasarkan hasil dari kuesioner
PEMBAHASAN CHAT
Berdasarkan dari hasil kue-
Berdasarkan hasil kuesioner KMME sioner CHAT dari 40 reponden sebanyak
Berdasarkan kuesioner dapat 5 (12.5%) responden yang berada
disimpulkan bahwa dari 40 responden dalam kriteria kemungkinan gangguan
sebagian besar berada dalam katagori perkembangan lain.
‘tidak normal” yaitu sebanyak 26 anak
(65%). Interpretasi hasil pemeriksaan CHAT (Cheklist for Autism in Toddler)
KMME yaitu apabila ada jawaban ya, Dari hasil aloanamnesa didapatkan
maka kemungkinan anak mengalami normal 35 atau 87,5% sedangkan tidak
masalah mental emosional. Intervensi normal ada 5 atau 12,5%. Sedangkan
yang dilakukan bila ada jawaban ya pada pengamatan yang ditemukan oleh
hanya 1(satu), maka lakukan konseling peneliti 5 anak tersebut tidak bisa
pada ibu dan lakukan evaluasi setelah 3 melakukan permintaan no 5 yaitu anak

30
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

tidak dapat menumpuk beberapa kubus tumbuh kembang anak untuk


/ balok menjadi suatu menara. Setelah konsultasi lebih lanjut
hasil kuesioner CHAT antara perta-
nyaan dan pengamatan dikelompokkan SIMPULAN
5 anak tersebut hasilnya bervariasi ada1.
2 anak yang hasilnya sama yaitu2. KMME
A1,A4,A9,B5 dan 2 anak lagi hasilnya Berdasarkan hasil kuesioner
juga sama yaitu A5, A8,A9,B5 sedang- KMME dari 40 responden sebagian
kan 1 anak dari hasil kuesioner dan besar berada dalam katagori‘ tidak
pengamatan hasilnya A1,A2,A4,A6,A7,A9,B5 normal” yaitu sebanyak 26 anak (65%).
dari hasil kuesioner dan pengamatan Dengan demikian anak yang tidak
pada kelima anak tersebut jawaban 3 normal pada pemeriksaan KMME
atau lebih menurut Kemenkes,2013 perlu dirujuk di Puskesmas untuk
dikatagorikan “kemungkinan gangguan mendapatkan konseling dan pemerik
perkebangan lain ”Dengan ditemukan saan selanjutnya.
nya kelainan tersebut maka peneliti3.
bekerja sama dengan guru dan4. CHAT
pengasuh untuk merujuk ke puskesmas Dari hasil aloanamnesa didapat-
dan apabila tidak ada kemajuan atau kan normal 35 atau 87,5% sedangkan
perkembangan maka rujuk ke Rumah tidak normal ada 5 atau 12,5%.
Sakit yang mempunyai fasilitas klinik Sedangkan pada pengamatan yang
tumbuh kembang anak dengan dokter ditemukan oleh peneliti 5 anak tersebut
spesialis anak, ahli gizi, serta - atau tidak bisa melakukan permintaan no 5
pemeriksaan penunjang diagnostic. yaitu anak tidak dapat menumpuk
beberapa kubus /balok menjadi suatu
Berdasarkan hasil dari kuesioner menara.
GPPH 5.
Berdasarkan hasil dari kuesi-6. GPPH
oner GPPH dari 40 responden jawaban Kesimpulan yang didapat dari
hasil kuesioner normal 38 (95%) hasil kuesioner GPPH normal 38 anak
sedangkan tidak normal 2 anak (5%). (95%) sedangkan tidak normal dua
Dari hasil kuesioner jawaban res- anak atau 5%.
ponden no 26 dan 27 ditemukan hasil
14 dan 19 pada kuesioner GPPH. SARAN
Menurut Kemenkes ,2013 jawaban Bagi Instansi
dengan total 13 atau lebih dinyatakan Hasil penelitian dengan deskriptif
“tidak normal “. Walaupun berdasarkan deteksi dini penyimpangan mental
responden lain dijawab “ selalu “ emosional (KMME, CHAT, GPPH))
nilainya tidak lebih dari 13. intervensi diatas diharapkan dijadikan dasar
yang dilakukan untuk anak yang kebijakan oleh puskesmas setempat
nilainya lebih dari 13 yaitu mem- dalam upaya meningkatkan mutu
berikan rujukan ke Rumah Sakit yang pelayanan DDTK pada masyarakat
memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau sehingga terwujud derajat kesehatan

31
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

anak yang optimal sebagai generasi Kemenkes (2013). Pedoman Pela-


penerus bangsa yang berkwalitas. ksanaan Stimulasi Deteksi dan
Bagi Masyarakat Intervensi Dini Tumbuh Kem-
Masyarakat diharapkan lebih bang Anak di Tingkat Pelayanan
memotivasi diri dalam mendapatkan Kesehatan Dasar. Jakarta Lapor-
pengetahuan dan pelayanan SDDTK an Bulanan Puskesmas (2016)
Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Dalam pelaksanaan SDDTK Notoatmodjo, S. (2010).Metdologi Pe-
diharapkan tidak berfokus pada nelitianKesehatan. Jakarta: Rine
pertumbuhan saja akan tetapi masalah ka Cipta
perkembangan juga perlu diperhatikan
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Kese-
hatan Masyarakat. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Rineka Cipta Profile Jawa
Tengah (2016)
Arikunto, S. (2016). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Patemah, Marta Irene Kartasurya .(
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta 2013). Faktor Determinan Pelak-
sanaan Stimulasi Deteksi dan
Aticeh, Maryamah& Sri Sukamti. ( Intervensi Dini Tumbuh Kem-
2013 ). Pengetahuan Kader bang SDIDTK Oleh Kader DI
Meningkatkan Motivasi Dalam Wilayah Puskesmas di Kota
Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Malang : Jurnal
Kembang Balita :Jurnal
Soetjiningsih. (2016). Tumbuh Kem-
Endah Purwaningsih & Yunita bang Anak. FK Universitas Uda-
Trihapsari. ( 2012 ). Hubungan yana. Bali: EGC
Pengetahuan Bidan Tentang
SDIDTK Terhadap Pelaksanaan Sugiyono. (2016). Statitika Untuk
SDIDTK Di Wilayah Kerja Penelitian. Bandung. Alfabeta
Puskesmas Kecamatan Karang
Anom Klaten :Jurnal Yayasan Surya Kanti. (2016). Makalah:
Deteksi Tumbuh Kembang Anak.
Eriska Novia Saputri. ( 2014 ). Pelak- Disampaikan pada seminar
sanaanStimulasi Deteksi dan ”Tumbuh Kembang Anak di
Intervensi Dini Tumbuh Kem- Bandung, 11 Maret 2016
bang Anak Prasekolah di TK
Wilayah Kerja Puskesmas Ran-
tang Medan :Jurnal

Budiarto, Eko. (2010). Biostatistika


Untuk Kedokteran dan Kese-
hatan Masyarakat. Jakarta: EGC

32

Vous aimerez peut-être aussi