Vous êtes sur la page 1sur 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING DENGAN

TEKNIK BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A
SMP MUHAMMADIYAH 6
WULUHAN-JEMBER
( Sub Pokok Bahasan Saling Ketergantungan Dalam Ekosiste )
Tahun Pelajaran 2013/2014

Yanti, handayani

Pendidikan Biologi FKIP UMJ Jember, Email : handa_cwea2@yahoo.com

Pendidikan Biologi FKIP UMJ Jember, Email :

ABSTRACT : The application of a learny technic that is used by teachers will influence to the learny
process of the student. There are some problem in the application of Biology learny technic. For example the
teacher doesn’t use the innovation of the learny technic. Usually, teacher use the concentional system that is
only the teacher tell about the lesson in front the class and it makes most of the student are less active in the
class. That kind of problem make the learning resunt of the sevent year student in Muhammadiyah 6 Junior High
School is low. To solve that problem, in write thinks that it need a research of the application of Problem
Possing Learning Technic. The purpose of this research is to know the application of Problem Possing Learning
Technic can improve the result of Biology learning. In Ecosystem Material for the seventh year of student in
Muhammadiyah 6 Junior High School. This research as started in april 14, 2014 up to April 26, 2014. This kind
of research is classroom Action Research (CAR) that is consist of two cycles, which is in each cycle is consist of
tour steps. They are planning, action, observasy and reflection.The result of this result shows that there is an
ingroving of the Biology Learning Result. For the cognitive aspect classical increasing is 31,6% for 63,3% (fist
cycle) to 83,3% (secong clycle). For the afectif aspect, the increasing is 17,3% from 69,5% (fist cycle) to 81,5%
(second cycle). The increasing of psychomotor aspect is 20,4% from 67,6% (fist cycle) to 81,4% (second cycle).
The conclusion of this research is The Problem Possing Learning Technic can improve the result of the Biology
Learning foe the seventh year of Muhammadiyah 6 junior High School Wuluhan-Jember.

Key Words : Problem possing Learning Result, the Study Result, affective, cognitive, and pshymotore.
Pendahuluan tingkah laku sebagai prestasi belajar
menurut Benjamin S. Bloom terbagi
Pendidikan merupakan proses
menjadi 3 ranah yaitu: (1) ranah kognitif,
perubahan sikap dan tata laku, baik
(2) ranah afektif, (3) ranah psikomotorik.
perorangan atau kelompok dalam usaha
Keoptimalan prestasi belajar siswa baik
mendewasakan manusia melalui upaya
secara afektif, kognitif, dan psikomotor
pengajaran dan pelatihan. Untuk mencapai
sangat bergantung pada strategi
tujuan pendidikan maka perlu tersedianya
pembelajaran guru. Strategi pembelajaran
komponen-komponen pendidikan yang
itu haruslah mampu mengkondisikan
berkualitas. Salah satu komponen
suasana belajar mengajar dalam kelas
pendidikan yang memegang peranan
sehingga siswa sebagai sasaran
penting adalah guru. Tolak ukur
pembelajaran aktif ikut serta dalam
keberhasilan guru dapat dilihat dari
kegiatan belajar mengajar.
prestasi belajar yang optimal. Perubahan

Menurut observasi awal penulis Proses pembelajaran seharusnya


terhadap siswa kelas VII A SMP membuat pemahaman siswa lebih lama
Muhammadiyah 6 Wuluhan diperoleh hasil dan lebih dalam, tujuannya untuk dapat
sebagai berikut : kegiatan belajar mengajar membantu siswa selalu mengingat konsep-
masih menggunakan metode ceramah, konsep yang telah siswa dapatkan
dalam hal ini komunikasi terjadi satu arah sehingga siswa dapat mengaitkan
yaitu dari guru ke siswa saja sehingga hubungan antara satu konsep ke konsep
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam lainnya (Hudojo, dalam Sriastutik,
mengikuti pembelajaran dan berdampak 2012:2). Oleh karena itu diperlukan
pada nilai ulangan harian yang mereka pengkajian ulang mengenai model
peroleh. Hasil yang mereka peroleh kurang pembelajaran yang digunakan pada
memuaskan. Hal ini terbukti ditunjukan kegiatan belajar mengajar kelas VII A SMP
oleh nilai ulangan sebelum penelitian Muhammadiyah 6 Wuluhan.
dengan materi gejala-gejala alam siswa
Problem possing pada intinya
memperoleh nilai rata-rata 67 dan
adalah meminta siswa mengajukan
diperoleh data prosentase ketuntasan
masalah atau soal. Masalah yang diajukan
klasikal 76,6% sedangkan ketuntasan
dapat berdasarkan pada topik yang luas,
klasikal dari sekolah yang seharusnya
soal yang sudah dikerjakan atau informasi
adalah 80%.
tertentu yang diberikan oleh guru.
Kelebihan model pembelajaran problem berdasarkan situasi atau informasi yang
possing adalah untuk meningkatkan diberikan.
motivasi peserta didik untuk menganalisa Pembelajaran dengan problem
dan mencapai pemahaman yang lebih luas possing (pengajaun soal) pada intinya
pada suatu topik yang sedang diajarkan adalah meminta siswa untuk mengajukan
karena model pembelajaran ini menuntut soal atau masalah, masalah yang diajukan
peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dapat berdasar pada topik yang luas, soal
sehingga diharapkan terjadi peningkatan yang sudah dikerjakan atau informasi
hasil belajar siswa. tertentu yang diberikan oleh guru.
Dalam sistem pendidikan nasional
Model pembelajaran ini mulai
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D.
kurikuler maupun tujuan intruksional,
English. Problem possing merupakan
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
istilah dalam bahasa inggris. Menurut John
Benyamin Bloom yang secara garis besar
M.Echol, Problem berarti masalah, soal
membaginya menjadi tiga ranah, yakni
dan to pose yang berarti mengajukan.Pada
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
prinsipnya, model pembelajaran problem
psikomotiris (dalam Nana Sudjana
possing adalah suatu model pembelajaran
1996:22). Hasil belajar merupakan hasil
yang mewajibkan para peserta didik untuk
dari suatu interaksi tindak belajar dan
mengajukan soal sendiri melalui belajar
tindak mengajar. Dari sisi guru tindak
soal (berlatih soal) secara mandiri. ( Zahro,
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
2010:17).
hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar
Menurut Brown dan Walter (dalam
merupakan berakhirnya penggalan dan
Zahro, 2010:17-18) menyatakan Problem
puncak proses belajar (Dimyati dan
possing (pembuatan soal) dalam
Mudjiono, 2006: 3).
pembelajaran melalui 2 perspektif kegiatan
Model pembelajaran problem
kognitif yaitu accepting (menerima) dan
possing secara garis besar adalah model
challenging (menantang). Dalam suatu
pembelajaran yang mengkondisikan siswa
pembelajaran accepting terjadi ketika
untuk berpikir kritis dan kreatif dengan
peserta didik membaca situasi atau
cara merumuskan sebuah
informasi yang diberikan guru dan
masalah/membuat pertanyaan dari sebuah
challenging terjadi ketika peserta didik
teori sedang yang sedang dibahas. Model
berusaha untuk mengajukan soal
pembelajaran ini mengharuskan siswa
untuk berpikir, menganalisa masalah, dan
menyampaikan hasil analisa mereka. Oleh peka terhadap stimulasi yang
karena itu, model pembelajaran problem dating pada siswa, dalam hal ini
possing diprediksi mampu meningkatkan stimulasi tersebut berupa masalah.
Hasil Belajar Siswa baik secara : Kepekaan ini nantinya akan
1. Kognitif (Penguasaan Intelektual) meningkatkan daya terima dan
Siswa dilatih untuk memahami respon siswa terhadap yang
teori secara keseluruhan kemudian diberikan.
menerapkan dan menganalisa serta
3. Psikomotor
menghasilkan beberapa pertanyaan
Pada model pembelajaran problem
beberapa pertanyaan dari hasil
possing, siswa dituntut untuk
analisa mereka.
mengkomunikasikan,
2. Afektif (Kemauan yang berkanaan mengkspresikan dan
dengan sikap dan nilai) mengintepresentasikan
Model pembelajaran problem pengetahuan dan hasil analisa
possing mengahruskan siswa untu mereka secara lisan.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran Problem possing dengan


jawaban yang bersifat sementara terhadap teknik berkelompok dapat meningkatkan
permasalahan penelitian, sampai terbukti hasil belajar biologi siswa kelas VIIA di
melalui data yang terkumpul (Arikunto, SMP Muhammadiyah 6 Wuluhan Jember
2006:71). Hipotesis tindakan dalam sub pokok bahasan saling ketergantungan
penelitian ini adalah: Pembelajaran biologi dalam ekosistem.
dengan menggunakan penerapan model

Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Refleksi. Jika pada siklus I hasil belajar
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu siswa belum meningkat, maka
sebuah kegiatan yang dilakukan dilaksanakan siklus II. Dan apabila
dikelas. Dikarenakan ada tiga kata yang dalam siklus II siswa sudah meningkat
membentuk pengertian tersebut, yaitu hasil belajarnya, maka siklus II
Peneltian + Tindakan + Kelas. penilaian tindakan kelas dikatakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah selesai. Jika pada silklus II hasil
dilaksanakan dalam bentuk siklus yang belajar siswa belum meningkat maka
berulang-ulang. Yang mencakup empat dilanjutkan ke siklus III hingga hasil
langkah sebagai berikut: Perencanaan, belajar siswa meningkat
Pelaksanaan, Pengamatan, dan

Hasil Penelitian

Tabel 1. Perbandingan Dan Persentase Peningkatan Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA di
SMP Muhammadiyah 6 Wuluhan-Jember Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor
pada Siklus I dan II
Ranah Siklus I Siklus II %

Kognitif 63,3 83,3 31,6

Afektif 69,5 81,5 17,3

Psikomoto
67,6 81,4 20,6
r

Dengan adanya peningkatan 6 Wuluhan-Jember. Meningkatnya


kertuntasan hasil belajar biologi siswa hasil belajar biologi dengan model
dari siklus I dan siklus II menunjukkan pembelajaran Problem Possing terjadi
bahwa pembelajaran dengan melalui adanya kerja kelompok yang
menggunakan metode Problem diberikan oleh guru dengan membuat
Possing memberikan dampak positif dan menjawab pertanyaan sendiri
bagi peningkatan hasil belajar biologi dalam kelompok serta persentasi untuk
kelas VII - A di SMP Muhammadiyah menyatukan pendapat.

Berdasarkan hasil belajar ranah signifikan. Pada siklus I, jumlah murid


kognitif pada penelitian ini, terlihat yang lulus adalah 19 orang dan
bahwa model pembelajaran problem meningkat menjadi 25 orang pada
possing telah meningkatkan, secara siklus II. Sedangkan rata-rata nilai

5
kognitif pada siklus I adalah 74 dan 25
25 19
meningkatkan menjadi 77,6 di siklus II. 20
11
15
Model pembelajaran problem possing 5
10
adalah model pembelajaran yang 5
0
mengajarkan siswanya untuk berlatih TUNTAS SIKLUS I
TIDAK TUNTAS

membuat soal dan menyelesaikan soal


Gambar 1. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil
baik secara individu maupun kelompok.
Belajar Kognitif
Terlihat bahwa model pembelajaran
problem possing meningkatkan Pada aspek afektif terdapat

kemampuan penerimaan teori sehingga indikator yang dinilai dalam aspek

mereka lebih menguasai materi yang afektif. Keenam indikator tersebut

diajarkan. Hal ini sama dengan yang mengalami peningkatan dari siklus I

dikemukakan oleh Herawati dkk :2010 menjadi siklus II. Rata-rata aspek afektif

bahwa pencapaian nilai yang tinggi pada pada siklus I sebesar 77,9 menjadi 84,2.

pembelajaran problem possing ini Pada siklus II indikator pertama adalah

disebabkan karena pembelajaran Perhatian siswa dalam mengikuti

problem possing siswa dilatih untuk pembelajaran biologi, mengalami

mengajukan soal kemudian peningkatan dari 81,7 menjadi 96,3.

menyelesaikan soal yang dibuat oleh Problem possing adalah model

kelompok lain. Pada saat siswa membuat pembelajarn yang menuntut seluruh

soal maka siswa dituntut untuk murid untuk memperhatikan secara

memahami konsep dari materi yang telah penuh materi yang dijelaskan.

diterimanya, begitu juga pada saat Pembagian kelas menjadi kelompok-

menyelesaiakan soal yang telah dibuat kelompok kecil yang memungkinkan

kelompok lain siswa juga dituntut untuk semua anggota untuk mempelajari

memahami konsep. Selain itu model materi secara keseluruhan dan totalitas.

pembelajaran problem possing Kondisi dimana siswa harus membuat

membiasakan siswa dalam merumuskan, soal dan menjawab soal menyebabkan

menghadapi dan menyelesaikan soal. siswa harus mempelajari dan memahami


materi yang diajarkan secara totalitas.
Pada indikator yang kedua aspek afektif model pembelajaran yang
adalah interaksi siswa dengan guru. mengkondisikan siswa untuk
Model pembelajaran problem possing berinteraksi baik antar siswa, amupun
mengkondisikan interaksi dua arah antar siswa dengan guru.
antara siswa dengan guru. Terlihat pada Mengelompokkan siswa dalam lima
peningkatan presentase pada siklus I kelompok dengan jumlah anggota enam
73,8 menjadi 85,8 pada siklus II. Hal ini orang masing-masing kelompoknya,
serupa yang dinyatakan oleh Triyono : mengakibatkan peran siswa dalam
2008 bahwa problem possing merupakan masing-masing kelompoknya menjadi
pembelajaran konseptual sebagai proses sangat penting. Hal ini mengharuskan
belajar antara guru dan siswa dengan interkasi dan kerja sama antar siswa
mencari pengetahuan bersama melalui dalam kelompoknya masing-masing.
pertanyaan yang dihasilkan dalam Sehingga meningkatnya aktifitas siswa
kontesk yang bermacam-macam. dalam kelompoknya. Mereka dituntut
Kemudian indikator yang ketiga, untuk berpikir keras, mengkaji gagasan,
keempat dan kelima dalam aspek afektif membuat soal, dan memecahkan maslah.
yaitu interaksi antar siswa, kerja sama Seperti yang dikemukakaan oleh
dalam kelompok, dan aktifitas siswa Silbermen :2006 bahwa ‘’ Agar siswa
dalam kelompok berkaitan satu sama belajar menjadi aktif, siswa harus
lain. Ketiga indikator ini sama-sama mengerjakan banyak sekali tugas,
menunjukkan peran siswa dalam mereka harus berfikir keras, mengkaji
kelompoknya. Indikator antar siswa gagasan, memecahkan maslah, dan
mengalami peningkatan dari siklus I menerapkan apa yang mereka pelajari.
71,3 menjadi 81,3 disiklus II. Indicator Indikator yang terakhir dalam spek
kerja sama dalam kelompok mengalami afektif adalah partisipasi siswa dalam
peningkatan dari 66,7 siklus I menjadi menyimpulkan hasil pembahasan,
78,8 siklus II. Sedangkan indikator mengalami peningkatan dari 58,4 siklus
aktifitas siswa dalam kelompok dari 62,5 I menjadi 81,5 siklus II. Seperti yang
siklus I menjadi 76,3 siklus II. Model telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
pembelajaran problem possing adalah model pembelajaran problem possing
mengahruskan siswa untuk menguasi siklus I presentase indikator ini adalah
materi secara optimal mungkin. Siswa 79,2 dan meningkat menjadi 89,6 pada
dituntut untuk lebih aktif berintteraksi siklus II. Hal ini dapat dilihat dari
dan bekerja sama, menganalisa pertanyaan yang mereka buat, apakah
mengakaji gagasan. Hal ini menjelaskan sesuai dengan isi materi yang diajarkan.
menyapa siswa benar-benar memahami Indikator kedua adalah keluasan
materi yang diajarkan sehingga mereka dan kedalamaninformasi. Model
dapat berpartisipasi dalam pembelajaran problem possing ini
menyimpulkan hasil pembahasan akhir. menurut Rohman dkk :2009 memiliki
78.8
76.3 kelebihan yaitu member peluang untuk
80 66.7 67.9
62.5 siswa mengeksplorasi intelektualnya.
70 58.4
60 45.9 46.9
50 38.6
Siswa akan tertantang untuk membuat
40 30.6 27.4 tambahan informasi dari informasi yang
30 20.4
20 disediakan. Hal ini berarti bahwa kondisi
10
0
yang mengaharuskan siswa untuk
rata-rata
indikator I siklus I II
indikator rata-rata
indikator III siklus II IV
indikator
merumuskan dan menganalisa masalah
telah merangsang mereka untuk
Dalam penilaian hasil belajar menguasai informasi yang telah tersedia
aspek psikomotor dalam penelitian ini sekaligus mencari informasi lebih trekait
terdapat tujuh indikator penilaian. materi yang sedang mereka pelajari. Hal
Masing-masing indikator tersebut ini menjelaskan kenaikan presentase
membantu peneliti menganalisa dan keluasan dan kedalaman informasi dari
menilai ketrampilan siswa dalam 70,9 siklus I menjadi 75,4 siklus II.
mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan untuk indikator ketiga
Indikator pada aspek psikomotor yang sampai ketujuh saling berkaitan satu
pertama adalah relevansi pertanyaan sama lain. Indikator-indikator tersebut
dengan permasalahan yang dibahas. antara lain kejalasan dalam
Pada indikator ini, dilihat kemampuan menyampaiakan informasi siklus I 70,9
siswa apakah mereka benar-benar siklus II menjadi 79,6 kelejasan dalam
menguasai materi yang di ajarkan. Pada memberikan argument siklus I 62,8
siklus II 84,6 kejelasan saat memberikan Dari uraian di atas, tampak
penjelasan siklus I 63,4 siklus II 73,4, bahwa keterlibatan siswa untuk turut
kebaukan pemakaian bahasa siklus I belajar dengan cara menerapkan model
57,1 siklus II 76,7 kelancaran bicara pembelajaran problem possing
siklus I 66,7 siklus II 76,7 kelima merupakan salah satu indikator
indikator tersebut serupa dengan keefektifan belajar. Siswa tidak hanya
keterampilan berkomunikasi siswa. menerima saja materi dari guru,
89.6 86.7 melainkan siswa juga berusaha menggali
84.6
90 79.2 79.6 76.7
75.4 73.4
80 70.9
70.5 dan mengembangkan sendiri. Hasil
63.4 66.7
62.8
70 57.1
60 belajar tidak hanya menghasilkan
50
40 peningkatan pengetahuan tetapi juga
30
20
meningkatkan keterampilan berpikir.
10 Peningkatan hasil belajar dengan
0 indikator I indikator II indikator III
rata-rata siklus Iindikator Vrata-rata
indikator IV siklusVIII
indikator Model Pembelajaran Problem Possing
setelah dilakukan penelitian, siswa lebih
Gambar 3 Grafik nilai rata-rata aspek
aktif dan menumbuhkan rasa percaya
psikomotor
diri, adanya komunikasi antara siswa dan
Model pembelajaran problem
guru, siswa dapat mengembangkan cara
possing menuntut siswa untuk cakap
belajarnya sendiri, mendemonstrasikan
dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
kemampuan siswa, dan menerapkan
Keterampilan ini memang harus dilatih.
pengetahuan siswa.
Pada siklus pertama, terlihat siswa tidak
Berdasarkan hasil analisis data
terlalu cakap dan termapil dalam hal
yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
interkasi. Namun mengalami kenaikan
penerapan pembelajaran Model Problem
pada siklus kedua. Hal ini berarti bahwa
Possing ini dapat diterapkan pada siswa
model pembelajaran problem possing
kelas VIIA di SMP Muhammadiyah 6
dalam penelitian ini mampu
Wuluhan-Jember untuk materi sub
meningkatkan keterampilan
pokok bahasan saling ketergantungan
berkomunikasi dan berinteraksi siswa.
dalam ekosistem dengan tepat, maka
akan menumbuhkan sikap positif kepada
siswa. Sikap positif tersebut antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotor
sikap saling membantu dan saling sehingga motivasi siswa berbeda yang
bekerja sama dengan teman, sikap saling akhirnya berdampak pada hasil belajar
menghargai perbedaan kemampuan siswa. Pada saat diskusi kelompok untuk
individu, melatih berpikir kritis serta menyelesaikan permasalahan yang ada
menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lember masalah nampak terjalin
pada diri siswa. kerjasama antar anggota kelompok.
Secara keseluruhan hasil Melalui penerapan metode problem
penelitian ini, menunjukan pembelajaran possing, peneliti memperoleh beberapa
Model Problem Possing dapat temuan bahwa metode yang diberikan
meningkatkan hasil belajar siswa serta peneliti tersebut dapat memupuk
dapat meningkatkan ketuntasan belajar kerjasama siswa dalam menemukan
siswa baik secara klasikal dan solusi dari sebuah permasalahan yang
individual. Penerapan Model Problem mereka hadapi. Melalui Model
Possing memiliki banyak konsekuensi Pembelajaran Problem Possing tampak
yaitu dengan diberikannya tugas masing-masing siswa benar-benar
kelompok ada beberapa siswa dalam mempunyai tanggung jawab yang besar
mengerjakan tugasnya itu malas, dan atas keberhasilan kelompoknya
lambat. Dalam proses kegiatan belajar
Kesimpulan
ada beberapa siswa yang mempunyai
Berdasarkan hasil analisis data
karakter pendiam atau pemalu yang
dan pembahasan terhadap penelitian
menyebabkan diskusi tidak berjalan
tentang penerapan model pembelajaran
dengan lancar dan baik serta ada siswa
problem possing terhadap hasil belajar
yang membuat gaduh sehingga
siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah
menganggu kegiatan pembelajaran.
6 Wuluhan-Jember, maka dapat
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
disimpulkan bahwa Model Pembelajaran 1. Dengan menggunakan metode
Problem Possing dapat meningkatkan pembelajaran model Problem
hasil belajar siswa yang dilihat dari possing siswa kelas VIIA dalam
sub pokok bahasan saling 1. Bagi siswa, penelitian ini dapat
ketergantungan dalam ekosistem memberikan peningkatkan
di SMP Muhammadiyah 6 prestasi belajar dan membantu
Wuluhan-Jember dapat mengaktifkan siswa dalam
meningkat-kan hasil belajar serta mengajukan pertanyaan.
siswa lebih aktif, karena metode 2. Bagi guru biologi, semoga
ini lebih memicu kepada penelitian ini dapat memberikan
keaktifan dan kerjasama siswa kontribusi dalam inovasi
yaitu malalui kegiatan diskusi pembelajaran untuk
kelompok. meningkatkan prestasi belajar
2. Pada siklus I hasil belajar Biologi siswa.
siswa kelas VIIA dari aspek 3. Bagi sekolah, model
kognitif nilai rata-rata 74, nilai pembelajaran Problem possing
hasil belajar aktifitas siswa aspek dapat digunakan sebagai
afektif siswa 69,5 sedangkan alternatif dalam upaya
nilai hasil belajar psikomotor mengaktifkan siswa dalam
siswa 67,6 Pada siklus II hasil belajar.
belajar siswa aspek kognitif nilai 4. Bagi peneliti yang lain, lebih
rata-rata 77,6 aspek afektif baik dari peneliti sebelumnya dan
sebesar 81,5 sedangkan nilai lebih memahami isi model
hasil beljar psikomotor sebesar pembelajaran problem possing
81,4. Berdasarkan hasil sebagai acuan untuk
penelitian dapat disimpulkan pengembangan model
bahwa pembelajaran dengan pembelajaran dalam rangka
model Problem possing dapat meningkatkan mutu pendidikan.
meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIIA SMP Muhammadiyah Daftar Pustaka
6 Wuluhan-Jember. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT Rineka
Saran Cipta
Arikunto, Suharsimi 2009. Dasar-dasar masjkur-sulur.html, diakses 13
evaluasi Pendidikan. Jakarta : Februari 2014)
PT Bumi Aksara
Ramad dkk 2011. Hasil Belajar fisika
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Pembelajaran Problem Possing
Mahasatya. dikelas X4 MAN 1 Pekanbaru.
Jurnal Geliga Sains 3(2),34-
Hanafi, dkk 2013. Pedoman Penilisan 41,2009.(Online).
Skripsi. Jember: FKIP (http://ejournal.unri.ac.id/index.
Universitas Muhammadiyah php/JGS/article/download/304/
Jember 298, diakses 3 Juni 2014)
Herawati, dkk 2009.Pengaruh Rifqiawati, Ika. 2011. Pengaruh
Pembelajaran Problem Possing Penggunaan Pendekatan
Terhadap Kemampuan Problem Possing Terhadap
Pemahaman Konsep Berpikir Kreatif Siswa Pada
Matematika Siswa Kelas XI IPA Konsep Pewarisan Sifat. Jurnal
SMA Negeri 6 Palembang. tidak diterbitkan. Serang:
(http://eprints.unsri.ac.id/836/1/ Universitas Islam Negeri Syarif
5_okti_70-80.pdf, diakses 3 Hidayatullah.(Online)
Juni 2014) (http://repository.uinjkt.ac.id/dsp
ace/bitstream/123456789/3892/1/
Hobri. 2007. Peneliitian Tindakan
IKA%20RIFQIAWATI-
Kelas (PTK) Untuk Guru dan
FITK.pdf, diakses 18 Januari
Praktisi. Jember: Pena
2014)
Salsabila.
Sari, Vanigia.2007. Keefektifan Model
Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian
Pembelajaran Problem Posing
Tindakan Kelas. Bandung : PT
disbanding Kooperatif Tipe Circ
Remaja Rosdakarya
(Cooperative Integreted reading
Ningtyas dkk,. 2012. Penerapan Model and Compotition) Pada
Pembelajaran Problem Possing Kemampuan Siswa Kelas VII
untuk Meningkatkan Semester 2 SMP Negeri 16
Kemampuan Komunikasi dan Semarang dalam Menyelesaikan
Prestasi Belajar Fisika Siswa Soal cerita Materi Pokok
Kelas X 5 SMA Brawijaya Himpunan Tahun Pelajaran
Smart School Malang Pada 2006/2007.Skripsi tidak
Pokok Bahasan GLB dan diterbitkan.Universitas Negeri
GLBB. Artikel Penelitian Semarang
Malang : Universitas Sari, Anita. A. 2012. Penerapan
NegeriMalang.(Online) Pembelajaran model Problem
(http://fisika.um.ac.id/download Posing Untuk Meningkatkan
/doc_download/205-artikel-sri- Hasil Belajar Biologi Pokok
astutik-ningtiyas-kadim- Bahasan Saling Ketergantungan
Dalam Ekosistem Siswa Kelas Materi Sistem Hormon Kelas
VIIA di MTs. Nurul Yaqin XI MA Muallimin
Widoropayung Besuki-Situbondo. Muallimat.Skripsi tidak
Skripsi, Jurusan Pendidikan diterbitkan.Rembang.Institut
MIPA, Program Studi Pendidikan NegeriIslamwalisongo.Semaran
Biologi Fakultas keguruan dan g(Online).
Ilmu Pendidikan Universitas (http://library.walisongo.ac.id/di
Muhammadiyah Jember. gilib/files/disk1/124/jtptiain-
gdl-nafisatuzz-6192-1-skripsi-
Sudjana, N. 1996. Penilaian Hasil p.pdf, diakses 23 Maret 201 )
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, N. 2001. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Thobroni, M. & Mustofa, A. 2011.
Belajar dan Pembalajaran.
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan
Pengembangan Butir Soal.
Buletin Puspendik(pdf).
(Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FP
MIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/
196705271992031-
ARI_WIDODO/2006-
Taksonomi_Bloom_dan_alat_e
valuasi.pdf, diakses 12 Februari
2014)

Zahro, Nafisatuz.2010. Penerapan


Model Pembelajaran Problem
Posing untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar

Vous aimerez peut-être aussi