Vous êtes sur la page 1sur 4

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No.

2, November 2015

PEMERIKSAAN Viral Nervous Necrosis (VNN) PADA IKAN DENGAN METODE Polymerase
Chain Reaction (PCR)

Viral nervous necrosis (VNN) EXAMINATION AT FISH BY Polymerase Chain Reaction (PCR)
METHOD

Elly Fitriatin dan Abdul Manan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Fish production annually has increased. Trading activities of Fishery in Indonesia both exports
and imports will continue to increase every year. Control and monitoring of fisheries products was
transported in Indonesia aims to reduce the risk of entry and spread of pests and diseases of fish in
Indonesia. The purpose of Study is to know examination techniques of virus Viral Nervous Necrosis
(VNN) at fish by Polymerase Chain Reaction (PCR) method. This Study was held in the Quarantine Fish
Quality Control and Safety of Fishery Products (BBKIPM-KHP) Soekarno Hatta Tangerang, Banten on
January 12th to February 12th, 2015. The methods of data fetching consisted of primary and secondary
data. The data fetching was performed with active participation, observation, interviews, and literature.
Examination methods Viral Nervous Necrosis (VNN) by Polymerase Chain Reaction (PCR). Stages of
virus examination by PCR method includes necropsy samples, RNA extraction, amplification,
electrophoresis, and the diagnosis results using UV transluminator. Fish samples were examined VNN
virus consisting of a live fish and frozen fish both commodity exports, imports, or domestic. The results
showed that all fish samples are negative infected with the virus VNN.

Keywords : Viral nervous necrosis (VNN), PCR Technique, Examination result

Pendahuluan (PCR). Metode PCR ini telah banyak digunakan


Kegiatan perdagangan produk oleh laboratorium uji di Indonesia, karena
perikanan di Indonesia baik ekspor maupun dinilai dengan menggunakan metode ini dapat
impor setiap tahunnya akan terus meningkat diperoleh hasil secara cepat dan sangat efektif.
dengan potensi sumber daya yang besar, maka Tujuan Studi ini adalah untuk
lalulintas komoditas perikanan baik antar negara mengetahui teknik dan hasil pemeriksaan VNN
maupun antar area di dalam wilayah Indonesia (Viral nervous necrosis) pada ikan dengan
akan meningkat. Hal ini memberikan peluang Metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
besar terhadap resiko masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan yang berasal dari luar Materi dan Metode
negeri maupun antar area di wilayah Indonesia. Studi ini dilaksanakan di Balai Besar
Terkait dengan usaha pencegahan dan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil
penanggulangan wabah penyakit, sehingga Perikanan (BBKIPM-KHP) Soekarno Hatta
diselenggarakan Karantina Ikan di Indonesia. Tangerang, Banten pada tanggal 12 Januari-12
Jenis virus yang berbahaya dan sering Februari 2015. Metode kerja yang digunakan
menyebabkan kerugian pada budidaya adalah metode deskriptif sedangkan
perikanan adalah Viral Nervous Necrosis pengumpulan data dilakukan dengan cara
(VNN). Virus VNN telah banyak dilaporkan observasi, wawancara, partisipasi aktif dan
menginfeksi ikan laut yang dibudidayakan di telaah pustaka.
Indonesia dan telah ditetapkan dalam Kepmen
nomor 26 tahun 2013 sebagai Hama Penyakit Hasil dan Pembahasan
Ikan Karantina (HPIK) Golongan I. Kegiatan pemeriksaan virus yang
Metode diagnosis pathogen virus dapat dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu
dilakukan dengan cara melihat gejala klinis, penerimaan sampel, persiapan sampel, dan
histopatologi, mikroskop elektron, isolasi agen pemeriksaan secara PCR.
virus dalam kultur sel yang kemudian diikuti
dengan identifikasi secara molekuler atau Penerimaan Sampel
dengan metode Polymerase Chain Reaction

149
Pemeriksaan Viral Nervous Necrosis......

Penerimaan sampel berupa ikan sebelum dan sesudah paparan sinar ultraviolet.
diterima oleh balai dari pemilik yang Autoclave digunakan untuk sterilisasi alat yaitu
mengirimkan sampel. Sampel yang masuk microtube dan microtip. Prinsip sterilisasi
kemudian didata oleh petugas bagian dengan autoclave adalah menggunakan suhu
penerimaan sampel. Sampel diberi kode sesuai dan tekanan tinggi. Menurut Pelczar (1988)
jenis sampel yaitu DK untuk sampel yang metode paling efektif untuk membunuh
dilalulintaskan secara domestik, E untuk sampel mikroorganisme adalah dengan menggunakan
yang akan diekspor, IM untuk sampel yang suhu tinggi dan kelembaban tinggi.
diimpor (ikan hidup), dan IB untuk sampel yang
diimpor dalam kondisi mati (ikan beku). Sampel Preparasi Sampel
yang sudah didata, kemudian dikirim ke Preparasi sampel untuk pemeriksaan
Laboratorium BBKIPM Soekarno-Hatta beserta VNN, jika sampel berukuran lebih dari 3 cm
surat tanda terima penerimaan sampel yang maka organ yang diambil yaitu mata dan otak
berisi data awal tentang sampel, tanggal dan jika berukuran kurang dari 3 cm seperti
penerimaan, jenis sampel, permohonan benih maka diambil seluruh bagian tubuh atau
pemeriksaan, dan kode sampel. Surat tersebut hanya bagian kepala saja. Pengambilan organ
dibuat rangkap dua, satu untuk pengguna jasa, mata dan otak disebabkan karena organ tersebut
dan satu lagi digunakan sebagai arsip. memiliki reseptor yang spesifik dengan virus
VNN. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Persiapan Alat dan Bahan Munday et al. (2002) bahwa virus ini ditemukan
Alat yang digunakan untuk berada dalam sitoplasma sel otak pada ikan
pemeriksaan virus adalah 1) Dissecting set, 2) kakap dan kerapu. Organ yang sudah diambil
Alat penumbuk atau mortar, 3) Microtube (1.5 dimasukkan dalam botol sampel yang sudah
ml dan 0.2 ml), 4) Micropipet (100-1000 µl, 10- diisi dengan Ethanol 70%, kemudian diberi
200 µl, 10-100 µl, 0.5-10 µl, 0.1-3 µl ), 5) label kode sampel serta target virus yang
Microtip (1000 µl, 200 µl, dan 10 µl), 6) diperiksa. Penggunaan Ethanol 70% berfungsi
Laminary flow, 7) Thermoblock (inkubator), 8) untuk menyimpan sampel organ dan menjaga
Vortex, 9) Centrifuge, 10) Mini Centrifuge, 11) kualitas materi genetik target uji.
Refrigerator, 12) Freezer, 13) Thermocycler-
Biometra, 14) Stopwatch, 15) Powerpac – Ekstraksi RNA
Biorad, 16) Uvidoc (UV transilluminator) yang Prinsip dari ekstraksi adalah
terhubung dengan monitor dan printer, 17) memisahkan asam nukleat dengan komponen
Cetakan Gel, 18) Spatula. sel lainnya. Menurut Langga (2012) ada tiga
Bahan yang digunakan adalah, 1) tahap utama dalam ekstraksi materi genetik
Ethanol 70 %, 2) RNA Extraction solution, 3) yaitu perusakan membran sel (lisis), pemisahan
Chloroform, 4) Isopropanol, 5) Ethanol 75 %, 6) materi genetik dari bahan padat seperti protein
DEPC ddH2O, 7) Reagent (First PCR: Nucleus dan selulosa, serta pemurnian materi genetik.
free water, RT-AMV acces quick enzyme, Langkah pertama pada proses ekstraksi RNA
master mix acces quick, primer VNN (F2 dan adalah proses fisik dimana sampel organ
R3), 8) Template RNA, 9) Nested PCR premix: diambil sebanyak ± 20 mg, dipotong halus atau
GoTaq Green Master mix, Primer (F’2 dan R’3), digerus. Penggerusan dilakukan untuk
10) Kontrol positif VNN, 11) Yeast (kontrol memperluas permukaan bidang sentuh sampel
negatif), 12) DNA Marker 100bp, 13) Agarose dengan reagent untuk meningkatkan efektivitas
gel, 14) TE buffer, 15) Larutan EtBr (Etidium ekstraksi. Proses kimia yaitu dengan
Bromide), 16) Air. menambahkan larutan guanidine tiosianat dan
kloroform untuk pemisahan materi genetic dari
Sterilisasi Alat protein dan selulosa, serta penambahan
Sterilisasi adalah proses pemusnahan isopropanol dan ethanol untuk pemurnian
semua bentuk kehidupan terutama materi genetik.
mikroorganisme. Laboratorium Balai Besar
Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Amplifikasi
Perikanan Soekarno-Hatta melakukan sterilisasi Amplifikasi merupakan proses utama
peralatan menggunakan sinar ultaviolet dan dalam PCR. Amplifikasi bertujuan untuk
autoclave. Sinar ultaviolet berfungsi untuk memperbanyak DNA target untuk dapat
mensterilkan ruangan dan peralatan yang ada di dianalisis menggunakan elektroforesis gel
dalamnya. Sesuai dengan penelitian yang agarose. Satu siklus dalam proses amplifikasi
dilakukan oleh Srigede dan Zaetun (2014) meliputi tiga tahapan yaitu denaturasi,
bahwa terjadi penurunan jumlah bakteri annealing primer, dan ekstensi. Pada proses

150
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015

amplifikasi dapat terjadi 30-40 siklus yang


dapat menghasilkan berjuta-juta DNA. Proses
amplifikasi virus RNA dari VNN di BBKIPM
Soekarno-Hatta menggunakan metode
amplifikasi two step yaitu RT-PCR (Reverse
Transcriptase – Polymerase Chain Reaction)
dan Nested RT-PCR. Proses amplifikasi
dijalankan dalam mesin PCR atau
Thermocycler.
Amplifikasi tahap pertama adalah
Reverse Transcriptase – Polymerase Chain
Gambar 1. Hasil elektroforesis VNN (Sumber :
Reaction (RT-PCR). Proses RT-PCR digunakan
Dokumentasi BBKIPM Soekarno-
untuk sintesis RNA menjadi complimentary
Hatta, 2015)
DNA (cDNA) untai tunggal agar dapat
diamplifikasi menggunakan mesin PCR.
Keterangan :
Komponen utama dalam proses PCR adalah
1. Marker DNA 100 bp
DNA cetakan, primer, dNTPs, Taq DNA
2. Kontrol positif VNN
polimerase, dan larutan buffer (Verkuil et al.,
3. Kontrol negatif
2008). Proses amplifikasi tahap kedua yaitu
4. Sampel (negatif)
Nested RT-PCR. Menurut Yusuf (2010) Nested
RT-PCR memungkinkan untuk mengurangi
Dari hasil pemeriksaan diperoleh
kontaminasi pada produk selama amplifikasi
sampel negatif VNN. Sampel ikan yang
dari penyatuan primer yang tidak diperlukan.
diperiksa dalam keadaan tampak sehat dan tidak
Nested primer akan menyatu dengan produk
menunjukkan gejala klinis. Pemeriksaan
PCR yang pertama dan menghasilkan produk
dilakukan pada ikan yang dilalulintaskan
yang lebih pendek daripada produk yang
melalui Bandara Soekarno-Hatta Tangerang,
pertama.
Banten bertujuan untuk mencegah masuk dan
tersebarnya wabah penyakit VNN di Indonesia.
Mengingat pada tahun 1998 terjadi kasus
Elektroforesis
kematian yang disebabkan oleh VNN
DNA hasil amplifikasi dianalisa lebih
ditemukan pada budidaya ikan kerapu bebek
lanjut menggunakan elektroforesis untuk dapat
(Cromileptes altivelis) dengan tingkat kematian
melihat apakah sampel yang diperiksa positif
mencapai 100 % (Sugianti, 2005). Penyakit
atau negatif terinfeksi virus VNN. Pada
virus tidak bisa disembuhkan 100 %, karena
prinsipnya adalah DNA yang bermuatan negatif
ikan yang masih hidup setelah terinfeksi virus
akan berpindah menuju ke arah muatan positif
akan berperan sebagai inang perantara (carrier).
dalam medan listrik. Menurut Seow and
Bahaman (2012) perpindahan tersebut
tergantung pada kondisi buffer, suhu, durasi Kesimpulan
Teknik pemeriksaan Viral Nervous
waktu, konsentrasi gel dan ukuran molekul.
Necrosis (VNN) pada ikan terdiri dari beberapa
Tahapan dalam proses elektroforesis adalah
tahapan yaitu ekstraksi RNA, amplifikasi,
pembuatan Gel Agarose, elektroforesis, dan
elektroforesis dan diagnosa hasil. Pada 62
pewarnaan.
sampel ikan hasil pemeriksaan menunjukkan
sampel ikan tersebut negatif terinfeksi oleh
Diagnosa Hasil
virus VNN.
Gel hasil elektroforesis yang telah
direndam dengan larutan EtBr, kemudian
Daftar Pustaka
dimasukkan dalam alat UV doc atau UV
Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan
Transluminator. Setelah UV Transluminator
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
dinyalakan, pita DNA akan berpendar. Hasil
2013 Tentang tentang Penetapan Jenis-
dari sampel dapat dilihat dilayar monitor yang
Jenis Hama Dan Penyakit Ikan
terhubung dengan UV Transluminator. Band
Karantina, Golongan, Media Pembawa,
atau pita DNA yang muncul pada sampel
Dan Sebarannya. Jakarta.
dibandingkan dengan band yang muncul pada
Langga, I. F., M. Restu, dan T. Kuswinanti.
kontrol positif. Sampel yang dinyatakan positif
2012. Optimalisasi Suhu dan Lama
VNN apabila band sampel ada pada ukuran 294
Inkubasi dalam Ekstraksi DNA
bp atau sejajar dengan band pada kontol positif.
Tanaman Bitti (Vitex cofassus Reinw)

151
Pemeriksaan Viral Nervous Necrosis......

serta Analisis Keragaman Genetik Sugianti, B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat


dengan Teknik RAPD-PCR. J. Sains & Tradisional Dalam Pengendalian
Teknologi. Vol.12 (3) : 265 – 276. Penyakit Ikan. Makalah Falsafah Sains.
Munday B.L., Kwang J. dan Moody N. 2002. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.
Betanodavirus infections of teleost Srigede L. dan S. Zaetun. 2014. Paparan Sinar
fish: a review. Jurnal of Fish Diseases Ultra Violet (UV) dengan Pengamatan
Vol. 25: 127–142. Waktu Sterilisasi terhadap
Pelczar, M.J. dan E.C.S Chan. 1988. Dasar – Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp.
Dasar Mikrobiologi 2. UI-Press. Media Bina Ilmiah Vol. 8 (6) : 75-79.
Jakarta. Hal 461-467 Verkuil E.V., A. van Belkum, dan J. P. Hays.
Seow V. L and A.R. Bahaman. 2012. 2008. Principles and Technical Aspects
Discriminatory Power of Agarose Gel of PCR Amplification. Netherlands :
Electrophoresis in DNA Fragments Springer Science + Business Media B.
Analysis. In: Magdeldin S. Gel V.
Electrophoresis – Principles And Yusuf, Z. K. 2010. Polymerase Chain Reaction
Basics. In Tech. Croatia. Hal 41-56 (PCR). Saintek Vol.5 (6) : 1-6.

152

Vous aimerez peut-être aussi