Vous êtes sur la page 1sur 12

GIZIDO Volume 6 No.

1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEBIASAAN JAJAN


ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN WONOSARI
KABUPATEN BOALEMO

Daniel Robert¹, dan Ni Wayan Sudarti²


1,
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado
2
Dinas Kesehatan Kabupaten Bualemo

ABSTRACT

Human behavior is derived from the impulse in man, was a boost is an attempt to meet the
needs that exist in human beings. Eating behavior is often the problem is the habit of eating in
the cafeteria or stalls around the school and the habit of eating fast food. The role of street food
in contributing to energy or energy substances and proteins are highly significant, given that
school children are generally less food protein circumstances and the children often snack, it
should hawker food sold dikantin school is a food that contains a lot of protein.
Types of non-experimental research with survey approach and observational with cross
sectional sample of 88 students. The data collected is the behavior of eating habits, nutritional
knowledge, the habit of breakfast in the morning, the frequency of breakfast habits, habits take
stock, pocket money, and the type of food, obtained through a questionnaire. Data analysis
using Chi Square test.
Results there is a relationship between knowledge and habit of eating snacks children, there is
a relationship between habitual breakfast with the habit of eating snacks, there is a relationship
between habitual bring food to the habit of eating snacks, there is a relationship between a
large allowance with habit of eating snacks children, there is a relationship between a large
allowance to customs snacks, and no association with the type of street food snack habits of
primary school children in the district Wonosari.

Keywords: Factors, snack habits, elementary school children

PENDAHULUAN kesehatan keturunan. Perilaku jajan anak


Anak merupakan investasi dalam memilih makanan yang dibelinya
bangsa, karena mereka adalah generasi mempunyai dampak positif maupun
penerus bangsa. Kualitas bangsa di negatif bagi kesehatan anak tersebut.
masa depan ditentukan kualitas anak- Dari aspek kesehatan akan positif bila
anak saat ini. Upaya peningkatan anak dapat memilih makanan jajanan
kualitas sumber daya manusia harus yang cukup nilai gizi dan terjamin akan
dilakukan sejak dini, sistematis dan kebersihannya. Namun dari aspek
berkesinambungan. Tumbuh negatif sendiri bila makanan jajanan
berkembangnya anak usia sekolah yang dibeli disembarang tempat, maka tidak
optimal tergantung pemberian nutrisi mustahil akan menimbulkan beberapa
dengan kualitas dan kuantiítas yang baik kerugian (Sihadi, 2004).
serta benar. Dalam masa tumbuh Sugiyantoro (2008)
kembang tersebut pemberian nutrisi atau menambahkan tentang perilaku bahwa
asupan makanan pada anak tidak selalu perilaku anak dalam mengkonsumsi
dapat dilaksanakan dengan sempurna makanan jajanan anak dipengaruhi oleh
(Judarwanto, 2006). pengetahuan tentang makanan jajanan
Menurut Notoatmodjo (2007), anak, pilihan-pilihan makanan jajanan
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat anak, kebiasaan jajan, pemanfaatan
mempengaruhi kesehatan yakni uang untuk jajan, Secara umum anak-
lingkungan, perilaku, pelayanan anak mengetahui makanan jajanan yang
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

sehat dan membahayakan kesehatan, memberikan bekal makanan adalah


akan tetapi yang mereka konsumsi masih menghindarkan anak-anak sekolah
banyak makanan jajanan yang tersebut dari kebiasaan jajan sekaligus
membahayakan kesehatan penyakit akibat jajan yang tidak bersih
Pengetahuan gizi merupakan (Moehji, 2003).
suatu hal yang sangat penting bagi anak- Bagi anak sekolah, meninggalkan
anak sekolah dan perlu ditanamkan sarapan pagi akan membawa dampak
sedini mungkin kepada mereka. Sihadi yang kurang menguntungkan.
(2004) menjelaskan bahwa pengetahuan Konsentrasi dikelas bisa buyar karena
gizi kepada murid-murid perlu diberikan tubuh tidak memperoleh masukan gizi
sejak dini, agar mereka lambat laun yang cukup. Sebagai gantinya, anak
mempunyai kemampuan didalam jajan disekolah untuk sekedar
melakukan pemilihan makanan, yang mengganjal perut. Tetapi, mutu dan
menyehatkan dan bergizi tinggi. Hal ini keseimbangan gizi jadi tidak imbang.
disebabkan karena rendahnya Oleh karena itu kebiasaan sarapan
pengetahuan gizi anak sekolah akan hendaknya dipertahankan dalam setiap
mempengaruhi pola konsumsi sehari keluarga (Khomsan, 2004).
termasuk konsumsi makanan jajanannya Sekolah Dasar Negeri di
di mana hal ini erat kaitannya dengan Kecamatan Wonosari Kabupaten
keadaan gizi. Dengan pengetahuan yang Boalemo SDN 06, 08, 013 adalah
benar mengenai gizi maka anak sekolah sekolah yang mempunyai warung
akan tahu dan mampu berupaya untuk sekolah tempat menjual makanan
mengatur kebiasaan makannya serta jajanan dari semua sekolah yang ada di
memanfaatkan uang saku yang ada kecamatan wososari. Di SDN ini banyak
padanya. terdapat penjual makanan jajanan
Dewasa ini anak lebih suka dengan bebas untuk dikonsumsi oleh
apabila mereka diberi uang saku oleh anak SDN yang belum terjamin
orang tuanya. Menurut Moehji (2003), keamanannya. Setelah dilakukan
hal ini disebabkan karena anak mulai observasi ternyata siswa-siswi SDN ini
usia 6 sampai 12 tahun yang gemar ketika istirahat biasa jajan dengan
sekali jajan, mereka akan menolak untuk membeli kepada penjual makanan
makan pagi dirumah dan meminta uang tersebut yang berada dilingkungan
saku sebagai gantinya. Semakin besar sekolah tanpa memperhatikan
uang saku, maka kecenderungan anak- kebersihan dan keamanan dari makanan
anak mempunyai frekuensi jajan juga tersebut sehingga rentan terganggu
besar. Dari data Judarwanto (2006) kesehatannya. Dan jajanan yang dijual
didapatkan bahwa uang jajan anak dilingkungan sekolah ini beraneka ragam
sekolah rata-rata berkisar 2000-4000 jenisnya, seperti bakso, mie, nasi,
rupiah. Jarang untuk sarapan pagi dan gorengan, gulali/permen, chiki-chiki, es
hanya sekitar 5% anak membawa bekal sirup, dll. Di SDN ini belum pernah
dari rumah. Sebagian besar dari mereka diadakan penelitian tentang perilaku
lebih terpapar pada jajanan kaki lima dan kebiasaan jajan.
mempunyai kemampuan untuk membeli Berdasarkan pertimbangan diatas
makanan tersebut. maka menarik untuk diteliti tentang faktor
Akan lebih baik anak sekolah faktor yang berhubungan dengan
dibiasakan untuk diberikan bekal perilaku kebiasaan jajan anak Sekolah
makanan dari rumah. Sebab bekal Dasar Negeri di Kecamatan Wonosari
makanan yang diberikan sebagai bekal Kabupaten Boalemo dengan sampel
sekolah dapat memberikan unsur gizi yang dipilih kelas 5 dan kelas 6. Tujuan
yang kurang terdapat dalam makanan penelitian yakni mengetahui perilaku
pada saat sarapan pagi. Keuntungan lain kebiasaan jajan anak sekolah dasar
yang dapat diperoleh dengan
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

negeri keputran di kec. Wonosari yaitu analisis bivariat dan uji statistik
Kaupaten Boalemo . yang digunakan adalah uji chi square.

BAHAN DAN CARA HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini adalah non A. HASIL


eksperimental dengan pendekatan 1. Gambaran Umum Sekolah Dasar
survey dan observasional dengan Sekolah Dasar Gugus I
rancangan cross sectional. Penelitian Kecamatan Wonosari beranggotakan 3
dilaksanakan di SD Negeri di Kecamatan SDN yaitu : SD N 06, SDN 08, dan SDN
Wionosari Kabupaten Boalemo (06, 08, 13 yang merupakan wilayah kabupaten
013) pada bulan November - Desember Boalemo. Jam pelajaran disekolah ini
2013. Populasi pada penelitian ini adalah dimulai dari pukul 07.00-12.00. Jumlah
seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri 06, siswa sekolah dasar ini berjumlah 323
08, 013 yang ada Di Kecamatan siswa, terdiri dari 75 siswa SDN 06, 105
Wionosari Kabupaten Boalemo yaitu siswa dari SDN 08, dan 173 siswa dari
sebanyak 323 siswa, kemudian yang SDN 13. Hasil observasi, selain membeli
menjadi sampel yaitu siswa SD Negeri Di makanan jajanan dikantin, siswa-siswi
Kecataman Wonosari Kabupaten SD membeli jajanan diluar sekolah. Di
Boalemo. Kriteria inklusi adalah siswa luar sekolah banyak terdapat pedagang
kelas 5, dan 6, SD Negeri Di Kecataman yang menjual berbagai jenis jajanan,
Wonosari Kabupaten Boalemo yang contohnya mie ayam, bakso, nasi, es
bersedia menjadi responden dan hadir krim, gulali, makanan ringan juga
pada saat wawancara penelitian minuman-minuman ringan, warna
dilaksanakan. Adapun kriteria ekslusi makanan juga bisa menarik minat
adalah kondisi sakit pada saat penelitian. pembeli terlebih lagi anak sekolah dasar
Jumlah siswa yang hadir pada saat karena berwarna-warni mencolok.
penelitian dan bersedia ikut dalam Sebagian besar adalah warga setempat
penelitian ini berjumlah 88 siswa. dan juga para penjual keliling.
Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 2. Karakteristik Sampel
kuesioner berupa pertanyaan dan Jumlah sampel penelitian
persetujuan responden meliputi: sebanyak 88 orang. Seluruh sampel
1), Perilaku kebiasaan Jajan, 2), adalah siswa-siswi kelas 5 dan kelas 6
Pengetahuan, 3) Sarapan pagi, 4) SDN 06, SDN 08 dan SDN 13 di
Kebiasaan bekal makanan, 5) Uang Kecamatan Wonosari Kabupaten
saku, dan 6) Jenis makanan jajanan, Boalemo yang bersedia menjadi
yang diperoleh melalui respon anak reponden dan hadir pada saat
terhadap kuesioner yang diajukan. wawancara penelitian dilaksanakan.
Selanjutnya analisis data terhadap Tabel 1 di bawah adalah gambaran dari
variabel bebas dengan variabel terikat karakteristik sampel.
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik

Ketegori n %
Jenis Kelamin
- Laki-laki 35 39,8
- Perempuan 53 60,2

Umur
- 10 – 12 tahun 74 84,1
- 13 – 15 tahun 14 15,9

Kelas
- Kelas 6 41 46,6
- Kelas 5 47 53,4

Dari tabel tersebut bisa diketahui


bahwa sampel penelitian terbanyak 3. Analisa Univariat
adalah perempuan dengan persentasi a. Perilaku Kebiasaan jajan
60,2%. Berdasarkan kelompok umur Distribusi responden berdasarkan
terlihat bahwa sebagian besar sampel jajan setiap hari pada tabel 2 diketahui
penelitian terdapat pada kelompok umur bahwa jumlah responden yang biasa
10-12 tahun (84,1%), sedangkan jajan setiap hari adalah, sebanyak
menurut kelas distribusi terbesar terdapat 47,7% dan responden yang tidak jajan
pada kelas 5 sebesar 53,4%. setiap hari 52,3%.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jajanan Responden Setiap Hari

Kebiasaan Jajanan Tiap Hari N %

- Ya 42 47,7
- Tidak 46 52,3

Jumlah 88 100

Distribusi responden berdasarkan responden yang biasa jajan adalah,


kebiasaan jajan selama satu minggu sebanyak 34,1 % responden dan tidak
pada tabel 3 diketahui bahwa jumlah biasa 65,9%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Kebiasaan Jajanan

Perilaku Kebiasaan Jajanan N %

- Biasa 30 34,1
- Tidak Biasa 58 65,9

Jumlah 88 100
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

b. Pengetahuan Gizi pengetahuan baik adalah sebanyak 35


Distribusi responden berdasarkan responden atau 39,8%, dan yang kurang
pengetahuan pada tabel 3 diketahui 57 responden atau 60,2%.
bahwa jumlah responden yang memiliki

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Gizi N %

- Baik 35 39,8
- Kurang 53 60,2

Jumlah 88 100

c. Kebiasaan Sarapan Pagi

Distribusi responden berdasarkan sarapan pagi tiap hari dan ada sebanyak
kebiasaan sarapan pagi setiap hari 46 responden atau 52,3%, dan yang
diketahui bahwa jumlah ada 42 tidak biasa sarapan pagi tiap hari.
responden atau 47,7% responden yang

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Sarapan Pagi

Sarapan Pagi Tiap Hari N %

- Ya 42 47,7
- Tidak 46 52,3

Jumlah 88 100

Selanjutnya distribusi responden sarapan pagi adalah sebanyak 39


berdasarkan kebiasaan sarapan pagi responden atau 44,3%, dan yang tidak
selama enam hari pada tabel 6 diketahui biasa sarapan pagi 49 responden atau
bahwa jumlah responden yang biasa 55,7%.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Sarapan Pagi

Kebiasaan Sarapan Pagi N %

- Biasa 39 44,3
- Tidak Biasa 49 55,7

Jumlah 88 100
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

d. Kebiasaan Bawa Bekal Makanan

Distribusi responden berdasarkan bekal setiap hari ada sebanyak 79


kebiasaan membawa bekal makanan responden (89,8%).
setiap hari diketahui bahwa yaitu 9
responden (10,2%), dan tidak membawa
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Bawa Bekal Setiap Hari

Kebiasaan Bawa Bekal Makanan n %


Setiap Hari

- Ya 9 10,2
- Tidak 79 89,8

Jumlah 88 100

Distribusi responden berdasarkan adalah sebanyak 35 responden atau


kebiasaan membawa bekal makanan 36,4%, atau sama dengan yang tidak
pada tabel 7 diketahui bahwa jumlah biasa membawa bekal makanan ada 56
responden yang biasa membawa bekal responden atau 63,6%.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Bawa Bekal

Kebiasaan Bawa Bekal Makanan n %

- Biasa 35 36,4
- Tidak Biasa 56 63,6

Jumlah 88 100

e. Uang Saku

Distribusi responden yang menerima uang setiap hari adalah


menerima uang saku setiap hari yaitu sebanyak 19,3%.
89,7% dan jumlah responden tidak

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden yang menerima Uang Saku Setiap hari

Jumlah Uang Saku N %

- Ya 71 80,7
- Tidak 17 19,3

Jumlah 88 100
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

Selanjutnya responden kategori besar adalah sebanyak 33


berdasarkan membawa uang saku pada responden atau 37,5%, dan yang
tabel 7 diketahui bahwa jumlah membawa uang saku kecil 55
responden yang memiliki kebiasaan responden atau 62,5%.
membawa uang saku berdasarkan

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden yang Membawa Uang Saku

Jumlah Uang Saku N %

- Besar 33 37,5
- Kecil 55 62,5

Jumlah 88 100

f. Jenis Makanan Jajanan

Distribusi responden berdasarkan makanan berat adalah sebanyak 35


jenis makanan jajanan pada tabel 8 responden atau 39,8%, dan yang
diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki kebiasaan jenis makanan ringan
memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis 53 responden atau 60,2%.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Sarapan Pagi

Jenis Makanan Jajanan N %

- Ringan 9 10,2
- Berat 79 89,8
Jumlah 88 100

a. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Jajan

Hasil uji statistic hubungan antara terdapat hubungan antara pengetahuan


pengetahuan gizi dengan kebiasaan gizi dengan kebiasaan makan jajanan,
jajan menunjukkan nilai p=0,016, artinya lengkapnya pada tabel 9.

Tabel 9. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Jajan

Kebiasaan Jajan
Pengetahuan Jumlah
Biasa % Tidak % % p
Biasa
- Baik 10 11,4 25 28,4 39 39,8
- Kurang 29 33,0 24 27,2 49 60,2 0,016

Jumlah 39 44,4 49 55,6 88 100


GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

b. Hubungan Sarapan Pagi dengan Kebiasaan Jajan

Hasil uji statistic hubungan antara terdapat hubungan antara Sarapan pagi
sarapan pagi dengan kebiasaan jajan dengan kebiasaan jajan siswa sekolah
menunjukkan nilai p=0,00, artinya dasar.

Tabel 10. Hubungan antara Sarapan Pagi dengan Kebiasaan Jajan

Sarapan Pagi Kebiasaan Jajan Jumlah


% p
Biasa % Tidak Biasa %
- Biasa 39 44,3 0 0,0 39 44,3
- Tidak Biasa 0 0,0 49 55,7 49 55,7 0,00

Jumlah 39 44,3 49 55,7 88 100

c. Hubungan Bekal Makanan dengan Kebiasaan Jajan

Hasil uji statistic hubungan antara terdapat hubungan yang signifikan antara
Bekal Makanan dengan kebiasaan jajan kebiasaan membawa bekal dengan
menunjukkan nilai p=0,00, artinya kebiasaan jajan.

Tabel 11. Hubungan antara Bekal Makanan dengan Kebiasaan Jajan

Bekal Makanan Kebiasaan Jajan Jumlah


% p
Biasa % Tidak Biasa %
- Biasa 4 4,5 28 31,8 32 35,3
- Tidak Biasa 35 39,8 21 23,9 56 64,7 0,00

Jumlah 39 44,3 49 55,7 88 100

d. Hubungan besar uang saku dengan Kebiasaan Jajan

Hasil uji statistic hubungan antara besar uang saku dengan kebiasaan
besar uang saku dengan kebiasaan jajan jajan.
menunjukkan nilai p=0,005, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara

Tabel 12. Hubungan antara Besar Uang dengan Kebiasaan Jajan

Uang Saku Kebiasaan Jajan Jumlah


% p
Biasa % Tidak Biasa %
- Besar 21 31,8 12 13,6 39 45,4
- Kecil 18 21,6 37 42,0 49 54,6 0,005

Jumlah 39 53,4 49 55,6 88 100


GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

e. Hubungan jenis makanan jajanan dengan Kebiasaan Jajan

Hasil uji statistic hubungan antara antarajenis makanan jajanan dengan


Jenis Makanan jajanan dengan kebiasaan makan.
kebiasaan jajan menunjukkan nilai p=1,0,
artinya tidak terdapat hubungan

Tabel 13. Hubungan antara Jenis Makanan Jajanan dengan Kebiasaan Jajan

Jenis Makanan Kebiasaan Jajan


Jumlah
Jajanan Biasa % Tidak Biasa % % p

- Ringan 21 4,5 12 5,7 39 10,2


- Berat 18 39,8 37 50,0 49 80,2 1,0*

Jumlah 39 44,3 49 55,7 88 100


*Uji Fisher

PEMBAHASAN kaitannya dengan keadaan gizi. Dengan


a. Hubungan Pengetahuan dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi
Kebiasaan Jajan maka sekolah akan tahu dan mampu
Berdasarkan uji hipotesis berupaya untuk mengatur kebiasaan
menggunakan uji Chi-square, ada makannya memanfaatkan uang saku
hubungan yang bermakna antara yang ada padanya ( DepKes RI, 1996 ).
pengetahuan dengan kebiasaan jajan
dimana nilai p<0,05. Hasil ini sesuai b. Hubungan Sarapan dengan
dengan penelitian Aprianti (2008), dalam Kebiasaan Jajan
penelitiannya dinyatakan bahwa terdapat Berdasarkan uji hipotesis
hubungan yang bermakna antara menggunakan chi-Square menunjukkan
pengetahuan dengan asupan konsumsi adanya hubungan yang bermakna antara
makanan instant, sesuai dengan Berg sarapan dengan kebiasaan jajan. Hal ini
(1986), bahwa tingkat pengetahuan ditandai dengan nilai p< 0,05, Menurut
seseorang dapat mempengaruhi Khomsan (2004), bagi anak sekolah,
perilakunya. Semakin tinggi tingkat meninggalkan sarapan membawa
pengetahuan kesehatan seseorang, dampak yang kurang menguntungkan.
maka semakin tinggi pula kesadarannya Konsentrasi dikelas bisa buyar karena
untuk meningkatkan dan tubuh tidak memperoleh masukan gizi
mempertahankan kesehatannya. yang cukup. Sebagai gantinya, anak
Pengetahuan dipengaruhi oleh jajan disekolah untuk sekedar
banyaknya informasi yang diterima. mengganjal perut. Tetapi, mutu dan
Pengetahuan gizi kepada murid-murid keseimbangan gizi jadi tidak imbang.
perlu diberikan sejak dini, agar mereka Oleh karena itu kebiasaan sarapan
lambat laun mempunyai kemampuan hendaknya dipertahankan dalam setiap
didalam melakukan pemilihan makanan, keluarga.
yang menyehatkan dan bergizi tinggi Hasil ini berbeda dengan Yudha
(Sihadi, 2004). Hal ini di karenakan (2007), dalam penelitiannya dinyatakan
rendahnya pengetahuan gizi anak bahwa tidak terdapat hubungan yang
sekolah akan mempengaruhi pola bermakna antara sarapan dengan
konsumsi sehari termasuk konsumsi kebiasaan jajan. Banyak faktor yang
makanan jajanannya di mana hal ini erat mempengaruhi variabel sarapan menjadi
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

tidak berhubungan secara bermakna hubungan bekal makanan dengan


dengan kebiasaan jajan. Dalam kebiasaan jajan.
penelitian ini, data sarapan yang didapat Makanan bekal harus
dengan menggunakan metode mengenyangkan, rasa kenyang bisa
wawancara. Dalam metode wawancara dipenuhi dari unsur karbohidrat seperti
banyak terdapat kelemahankelemahan nasi, kentang, roti, pasta atau mie. Bekal
yang dimungkinkan sebagai faktor makanan juga usahakan disertai dengan
penyebab tidak adanya hubungan buah dan minuman, baik berupa air
dengan kebiasaan jajan. Metode yang putih, susu atau jus. Ini penting agar
baik dilakukan dalam sebuah penelitian semua kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.
adalah metode observasi. Kekurangan Ajak anak untuk berdiskusi dan
dari metode wawancara ini yaitu dapat menentukan menu bekal mereka.
terjadi bias. Ini terjadi jika antara Dengan cara ini anak menjadi
pewawancara dengan responden tidak bertanggung jawab dengan pilihannya. Ia
sepandangan. Dengan kata lain, bisa puas karena merasa terpenuhi dan bekal
terjadi misunderstansing antar sesuai dengan keinginannya. Variasikan
keduanya, sehingga hasilnya pun tidak makanan juga agar anak tehindar dari
sesuai dengan harapan, sehingga diduga kebosanan. Usahakan jangan sama
menyebabkan ketidak bermaknaan setiap harinya (Sutanto, 2006).
antara sarapan dan kebiasaan jajan.
d. Hubungan Uang Saku dengan
c. Hubungan Bekal Makanan dengan Kebiasaan Jajan
Kebiasaan Jajan Berdasarkan uji hipotesis
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan Chi-square, terdapat
menggunakan uji Chi-Square, terdapat hubungan yang bermakna antara uang
hubungan yang sangat bermakna antara saku dengan kebiasaan jajan dimana
bekal makanan dengan kebiasaan jajan nilai p=0,005 artinya uang saku bukan
dimana nilai p=0,00. Moehji (2003), merupakan penyebab kebiasaan anak
menjelaskan bahwa membawa bekal terbiasa untuk jajan. Hasil ini tidak
makanan ke sekolah merupakan sejalan dengan Yuniastuti (2008), yang
kebiasaan yang baik karena keamanan, mengatakan uang saku dapat
kebersihan serta nutrisinya lebih mempengaruhi keinginan anak untuk
terjamin. Salah satu cara agar anak membeli jajanan saat berada di sekolah.
terhindar dari makanan jajanan yang Perilaku makan anak SD pada
tidak sehat adalah membekali anak saat ini mendapat perhatian yang sangat
dengan makanan bekal. luas karena berkaitan dengan status gizi
Hasil ini berbeda dengan Yudha dan penyakit kesehatan serta prestasi
(2007), dalam penelitiannya dinyatakan belajar disekolah. Tidak banyak anak SD
bahwa tidak terdapat hubungan yang yang memperoleh kesempatan
bermakna antara bekal makanan dengan mempunyai uang saku yang banyak,
kebiasaan jajan (p>0,05). Banyak faktor karena itulah mereka cenderung memilih
yang mempengaruhi variabel bekal jenis makanan yang murah. Biasanya
makanan menjadi tidak berhubungan semakin murah harga suatu barang atau
secara bermakna dengan kebiasaan jajanan, makin murah pula kualitasnya
jajan. Dalam penelitian ini, data bekal (Aries, 1997).
makanan yang diambil hanya kebiasaan
membawa bekal makanan. Walaupun e. Hubungan Jenis Jajanan dengan
mereka membawa bekal makanan tetapi Kebiasaan Jajan
belum tentu dikonsumsi atau juga masih Berdasarkan uji hipotesis
merasa lapar, sehingga anak memiliki menggunakan uji Chi-square, tidak ada
kebiasaan jajan, hal ini yang diduga hubungan yang bermakna antara jenis
menjadi penyebab tidak bermaknanya jajanan dengan kebiasaan jajan dimana
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

nilai p=1.0. Dalam penelitian ini, 5. Terdapat hubungan antara besar


sebagian besar subyek penelitian uang saku dengan kebiasaan jajan
memilih jenis jajanan berat, dari hasil anak sekolah dasar di kecamatan
pengamatan dapat diketahui bahwa Wonosari.
makanan jajanan yang dijajakan oleh 6. Tidak terdapat hubungan jenis
penjual makanan disekitar sekolah makanan jajanan dengan kebiasaan
memiliki warna yangmencolok, rasa yang jajan anak sekolah dasar di
manis/gurih juga dengan harga murah kecamatan Wonosari.
sehingga diduga menyebabkan ketidak
bermaknaan antara jenis jajanan dan SARAN
kebiasaan jajan. 1. Bagi sekolah perlu mengadakan
Menurut Sugiyantoro (2008) pembinaan terhadap penjual jajanan
Anak-anak dan makanan jajanan yang ada di sekitar sekolah.
merupakan dua hal yang sulit untuk 2. Metode yang digunakan dalam
dipisahkan. Anak-anak memiliki penelitian adalah metode wawancara
kegemaran untuk mengkonsumsi jenis dimana kelemahannya dapat terjadi
makanan jajanan secara berlebihan, bias, dalam penelitian yang lebih lanjut
khususnya anak-anak usia sekolah dasar disarankan untuk menggunakan
(6-12 tahun). Dalam keseharian banyak metode observasi.
dijumpai anak-anak yang selalu dikelilingi 3. Perlu dilakukan penelitian lanjut yang
penjual makanan jajanan, baik yang ada lebih lengkap terutama untuk variable
di rumah, di lingkungan tempat tinggal bekal makanan yaitu mengenai jenis
hingga di sekolah. jenis makanan yang makanan yang dibawa sebagai bekal
disukai oleh anak usia sekolah dasar dan tingkat asupan bekal makanan
adalah makanan yang berwarna yang dikonsumsi.
mencolok, rasanya gurih, dikemas
manarik, belum pernah dicoba oleh
anakdan memberikan hadiah di DAFTAR PUSTAKA
dalamnya. Untuk minuman yang disukai
adalah yang warnanya mencolok, Aprianti, 2008. Hubungan Tingkat
rasanya manis, menyegarkan dan juga Pengetahuan dan Sikap dengan
memberikan hadiah. Konsumsi Makanan Instan ada
Anak MTSN 1 Palembang. Skripsi,
Program Studi S-1 Gizi Kesehatan
KESIMPULAN Fakultas Kedokteran, Universitas
1. Terdapat hubungan antara Gajah Mada, Yogyakarta.
pengetahuan dengan kebiasaan jajan Aries, 1997 Mengatasi Gangguan
anak sekolah dasar di kecamatan Kesehatan pada anak-anak PT.
Wonosari. Elex Media Komputindo, Jakarta.
2. Terdapat hubungan antara Depkes, 1996. Pedoman Pelayanan
kebiasaan sarapan pagi dengan Kesehatan Untuk Sekolah Dasar
kebiasaan jajan anak sekolah dasar edisi IV, Departemen Kesehatan,
di kecamatan Wonosari. Jakarta.
3. Terdapat hubungan antara Judarwanto, 2006. Alergi Makanan dan
kebiasaan membawa bekal makanan Gangguan Perilaku Anak, Gizi
dengan kebiasaan jajan anak sekolah Medik Indonesia Volume 6: 13.
dasar di kecamatan Wonosari. Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi
4. Terdapat hubungan antara besar Untuk Kesehatan, Penerbit Raja
uang saku dengan kebiasaan jajan Grafindo Persada, Jakarta.
anak sekolah dasar di kecamatan Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2
Wonosari. (Penanggulangan Gizi Buruk),
GIZIDO Volume 6 No. 1 Mei 2014 Faktor Yang Berhubungan Daniel R, dkk

Penerbit Papas Sinar Sinanti,


Jakarta.
Muhilal, 1998. PMT-AS Di Negara Lain
dan Di Indonesia, Gizi Indonesia
Volume
Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Sihadi, 2004. makanan jajanan bagi anak
sekolah, Jurnal Kedokteran Yarsi
Volume 2 : 91-95.
Sugiyantoro, 2008. Perilaku Anak
Sebagai Konsumen Makanan
Jajanan
http://kakak.org/home.php?page=a
rtikel&id=69.
Sutanto L, 2006. Makanan Bekal Sekolah
Praktis, Sehat dan Bergizi, diakses
dari
http://www.lucianasutanto.com/ind
ex.php?option=com_frontpage&Ite
mid=1
Yudha. A. 2007. Faktor Yang
Mempengaruhi Jajan Anak
Sekolah Madrasah Ibtadiyah
Negeri 1 Teladan, Politeknik
Kesehatan Pontianak Jurusan
Gizi, Pontianak.
Yuniastuti A, 2008, Gizi dan Kesehatan,
Graha Ilmu, Yogjakarta.

Vous aimerez peut-être aussi