Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
) PARTENOKARPI
MELALUI APLIKASI BERBAGAI KONSENTRASI GIBERELIN
Abstract
Parthenocarpy on plant can be produced through a number of approaches, for example via
application of gibberellin on the flowers of plant. The aim of this experiment was to investigate the
production of parthenocarpy on the eggplant via application of various gibberellin concentrations.
This experiment was conducted on the farmer’s land in Lasoani village, Palu city, Central
Sulawesi,from December 2014 to April 2015. This experiment used Randomized Block Design with
treatments tested namely concentration of gibberellin consisted of four levels, including without
gibberellin application, application of gibberellin with 0.1%; 0.2% and 0.3% per flower. Each
treatment used five replications, and therefore there were 20 experimental units used.Furthermore,
each experimental unit utilized two flowers and there were 40 flowers used as experimental object.
Variables observed consisted of weight, length and diameter of eggplant fruits as well as the
number of seeds formed. Results of this experiment indicated that the application of gibberellin had
a significant effect on the parthenocarpy of eggplants. Eggplants applied with gibberellin at the
concentrations of 0.1% - 0.3% resulted in parthenocarpy, but weight, length and diameter per
eggplant only ranged from 32.76 g to 53.60 g; 6.94 cm to 9.30 cm; and 3.30 cm to 4.60 cm,
respectively; whilst eggplants formed without application of gibberellin produced up to 221 seeds
with weight, length and diameter per eggplant reached 162.32 g; 21.20 cm; and 5.12 cm,
respectively.
Keywords: eggplant, parthenocarpy, gibberellin.
Terung (Solanum melongena L.) dan pada tahun 2013 hasil panen perhektar 36
merupakan jenis tanaman sayuran yang kw/ha. Hal ini menunjukka adanya
termasuk famili Solanaceae. Tanaman terung peningkatan kebutuhan tanaman terung.
menghasilkan buah yang disukai dan diminati Selain tuntutan terhadap peningkatan
oleh banyak orang(Jumini danMarliah, 2009). produksi, permintaan terhadap buah terung
Menurut Sunarjono dkk. (2009), setiap 100 g berkualitas seharusnya diadakan. Aspek
daging buah terung mengandung 26 kalori, 1 kualitas buah yang sering menjadi perhatian
g protein, 0,2 g hidrat arang, 25 IU vitamin A, para konsumen antara lain warna, rasa, aroma
0,04 g vitamin B dan 5 g vitamin C. Selain atau pun keberadaan biji pada buah.
itu, buah terung juga berkhasiat sebagai obat Konsumen biasanya lebih menyukai buah
karena mengandung alkaloid, solanin dan yang kurang atau tidak memiliki biji
solasodin yang berfungsi sebagai bahan baku (partenokarpi) dibanding buah berbiji banyak.
kontrasepsi. Mezzetti et al. dalam Purnamaningsih et al
Berdasarkan badan pusat statistik (2010) menyatakan bahwa keuntungan dari
(BPS) provinsi sulawesi tengah (2014), buah partenokarpi yaitu: 1) produksi buah
jumlah rumah tangga yang menanam tanaman lebih stabil, 2) produktivitas lebih meningkat,
terung sebanyak 5.727 dengan luas tanam dan 3) kualitas buah lebih baik.
4.383.382 m2 dengan rata-rata luas tanam Menurut Pardal (2001), buah yang
yang dikelola per rumah tangga 765 m2. Pada memiliki jumlah biji sedikit atau pun buah
tahun 2011 hasil panen perhektar t2. 14 kw/ha tanpa biji (partenokarpi) sesungguhnya
60
61 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 60-67 ISSN: 2089-8630
Table 1. Rataan Bobot Buah Terung dari Berbagai Konsetrasi Giberelin yang Dicobakan.
Rataan Rataan
Konsentrasi Giberelin (%)
Tidak transformasi Transformasi
0,0 162.32 12,8b
0,1 53.60 7,1 a
0,2 32.76 5,4 a
0,3 34.40 5,6 a
BNT 1% 2,4
Keterangan: nilai rataan diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada uji BNT taraf 1%.
Tabel 1 menunjukkan buah terung berkisar 32,76 g -53,60 g per buah. Dengan
paling berat diperoleh pada perlakuan tanpa demikian, terdapat penurunan bobot buah
giberelin (0,0% giberelin) yang mencapai antara tiga sampai lima kali lipat akibat
rata-rata 162,32 g per buah, sedangkan buah aplikasi giberelin pada terung. Aplikasi
yang terbentuk dari aplikasi giberelin hanya giberelin sesuai konsentrasi yang dicobakan
63 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 60-67 ISSN: 2089-8630
Table 2. Rataan Panjang Buah Terung dari Berbagai Konsetrasi Giberelin yang Dicobakan.
Rataan Rataan
Konsentrasi Giberelin (%)
Tidak transformasi Transformasi
0,0 21.2 4,6 b
0,1 9.3 3,1a
0,2 6.94 2,7a
0,3 6.98 2,7a
BNT 1% 0,7
Keterangan: nilai rataan diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada uji BNT taraf 1%.
Tabel 2 menunjukkan buah terung Diameter Buah
paling panjang (rata-rata 21,2 cm per buah) Analisis ragam menunjukkan
diperoleh pada perlakuan tanpa giberelin perlakuan konsentrasi giberelin berpengaruh
(0,0% giberelin). Ukuran buahterung sangat nyata terhadap diameter buah. Rataan
menyusut dua kali lipat dengan aplikasi diameter buah terung dari setiap konsentrasi
giberelin pada konsentrasi 0,1% dan giberelin yang dicobakan ditampilkan pada
menyusut hingga tiga kali lipat pada Tabel 3.
konsentrasi giberelin yang lebih tinggi (0,2%
dan 0,3%).
Table 3. Rataan Diameter Buah Terung dari Berbagai Konsetrasi Giberelin yang Dicobakan.
Rataan Rataan
Konsentrasi Giberelin (%)
Tidak Transformasi Transformasi
0,0 5.12 2,4b
0,1 4.06 2,1a
0,2 3.3 1,9a
0,3 3.86 2,1a
BNT 1% 0,2
Keterangan: nilai rataan diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada uji BNT taraf 1%.
Tabel 3 menunjukkan diameter buah Jumlah Biji
terung paling besar diperoleh pada perlakuan Analisis ragam menunjukkan
tanpa giberelin (0,0% giberelin), yaitu rata- perlakuan konsentrasi giberelin berpengaruh
rata 5,12 cm per buah. Diameter sangat nyata terhadap jumlah biji terung.
buahmengecil setelah diaplikasi dengan 0,2% Rataan jumlah biji terung dari setiap
giberelin dan bertambah kecil (3,30 cm – 3,86 konsentrasi giberelin yang dicobakan
cm) dengan aplikasi giberelin dengan ditampilkan pada Tabel 4.
konsentrasi yang lebih tinggi (0,2% - 0,3%).
Abdullah Rahman Zain, dkk. Pembentukan Buah Terung (Solanum melongena L.) Partenokarpi melalui …………64
Table 4. Rataan Jumlah Biji Terung dari Berbagai Konsetrasi Giberelin yang Dicobakan.
Rata-rata Rata-rata
Konsentrasi Giberelin (%)
Tidak Transformasi Transformasi
0,0 221 14,4 b
0,1 0 0,7a
0,2 0 0,7a
0,3 0 0,7a
BNT 1% 2,8
Keterangan: nilai rataan diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada uji BNT taraf 1%.
Tabel 4 menunjukkan biji terung (embrio) akan meningkat, termasuk aktifitas
hanya terbentuk pada perlakuan tanpa sintesis fitohormon (seperti giberelin dan
giberelin (0,0% giberelin). Biji tidak auksin) (Gillaspy et al., 1993). Meningkatnya
terbentuk padabuah yang di beri perlakukan aktifitas sintesis fitohormon (terutama sintesis
giberelin (0,1%; 0,2% dan 0,3% giberelin). giberelin dan auksin) pada buah-buah (yang
Aplikasi giberelin pada konsentrasi 0,1%- mengalami fertlisasi) disertai dengan
0,3% mampu menekan pembentukan biji dan meningkatnya translokasi zat-zat metabolit ke
menghasilkan buah partenokarpi pada terung, buah yang sedang terbentuk (Pandolfini,
2009). Bagian tanaman (termasuk buah) yang
Pembahasan memiliki aktivitas sintesis fitohormon yang
tinggi akan menjadi”penerima yang kuat”
Upaya menghasilkan buah (sink) zat-zat metabolit yang dihasilkan dari
partenokarpi dapat ditempuh melalui bagian tanaman lainnya (source). Keberadaan
beberapa cara, diantaranya dengan fitohormon dalam jumlah yang cukup pada
mengaplikasikan giberelin pada bunga buah (sejak fase pembentukan buah hingga
tanaman. Hasil penelitian ini dengan jelas fase matang fisiologis) akan menjamin
menunjukkan bahwa aplikasi (injeksi) keberlangsungan pertumbuhan dan
giberelin mampu menghambat pembentukan perkembangan serta pembentukan buah yang
biji pada buah terung. sempurna.
Sebagaimana diketahui bahwa bunga Bunga pada tanaman umumnya gagal
yang terbentuk pada kebanyakan jenis membentuk buah bila bunga tersebut tidak
tanaman mengalami penyerbukan yang mengalami pembuahan (peleburan sel ovule
disertai dengan pembuahan sehingga dan sperma). Penelitian ini menunjukkan
terbentuk biji dan daging buah. Biji dihasilkan bahwa bunga-bunga terung yang belum
dari pembuahan sel gamet betina (ovule) oleh mengalami pembuahan mampu membentuk
sel gamet jantan (sperma), yaitu sel inti buah bila bunga-bunga tersebut diaplikasikan
generatif 1 (n), sedangkan daging buah (diinjeksi) dengan giberelin. Bunga terung
terbentuk dari peleburan sel inti kandung yang diaplikasikan (diinjeksi) dengan
lembaga sekunder (2n) dan sel inti generatif 2 giberelin (konsentrasi 0,1% - 0,3%)
(n) (Pandolfini, 2009). Pada tahap awal menghasilkan buah tanpa biji (Tabel 4).
pembuahan, sel inti generatif 1 yang Gagalnya pembentukan biji pada buah-buah
membuahi sel ovule menghasilkan zigot, terung yang dihasilkan disebabkan karena
sedangkan sel inti generatif 2 yang melebur tidak terjadinya pembuahan pada bunga-
bersama sel inti kandung lembaga sekunder bunga (yang diaplikasikan giberelin).
menghasilkan endosperm. Aktifitas Giberelin yang diaplikasikan pada bunga-
metabolisme pada sel-sel yang mengalami bunga yang belum dibuahi mampu
pembuahan, terutama pada sel-sel zigot mendorong pembelahan sel ovary (bakal
65 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 60-67 ISSN: 2089-8630
Wulandari. D.C., Yuni, S.R., dan Evie, R. Biologi, Fakultas Matematika dan
2014. Pengaruh Pemberian Hormon Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Giberelin terhadap Pembentukan Buah Negeri Surabaya. Jurnal Lentera Bio
Secara Partenokarpi pada Tanaman 3(1): 27–32.
Mentimun Varietas Mercy. Jurusan
LAMPIRAN