Vous êtes sur la page 1sur 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328767520

Pencapaian HOTS (Higher Order Thinking Skills) Mahasiswa Program Studi


Pendidikan Fisika FKIP Universitas Samawa

Article · November 2018


DOI: 10.29303/jpft.v4i2.831

CITATIONS READS

0 1,426

2 authors:

Muhammad Erfan Tursina Ratu


University of Samawa Samawa University
9 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    9 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Erfan on 19 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
PENCAPAIAN HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNIVERSITAS SAMAWA

Muhammad Erfan*, Tursina Ratu


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Samawa
*Email : muhammaderfan@universitassamawa.ac.id

Abstract - Higher Order Thinking Skills (HOTS) are essential skills for prospective teachers in the 21st
century. HOTS in the cognitive domain includes the ability in analyzing (C4), evaluating (C5), and
creating (C6). In the process of mastering HOTS, one must know first what level of thinking skills he
has. Therefore, this study aims to measure the achievement of the cognitive thinking skills of students of
the Physics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education University of
Samawa. The measurement used test instrument in the form of essay test, then the results of the thinking
skills achievement for each cognitive domain of students will be divided into three categories (low,
medium and high). The result of the student’s achievement of the cognitive thinking skills obtained by
students were in low category of 55%, the medium category of 11%, and 34% in the high category for
mastering lower-order thinking skills (LOTS), while for HOTS, 100% was in low category and it can be
concluded that the achievement of students' cognitive thinking skills is still in lower-order thinking skills.

Keywords : higher-order thinking skills, cognitive, students, physics

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil PISA pada tahun 2016,


Kehidupan manusia di abad 21 dicirikan posisi Indonesia berada pada urutan 62 dari
dengan cepatnya arus perubahan zaman yang 70 Negara (OECD, 2016). Capaian Indonesia
ditandai dengan pesatnya perkembangan ini mengindikasikan bahwa masih terdapat
ilmu dan teknologi yang semakin hari permasalahan dalam sistem pendidikan
semakin bertambah canggih menyesuaikan Indonesia. Berdasarkan hasil PISA tersebut
mobilitas dan kebutuhan manusia. Perubahan juga diterangkan bahwa kelemahan para
zaman serta perkembangan ilmu dan peserta didik di Indonesia adalah
teknologi yang sangat pesat ini tentunya ketidakmampuan mereka ketika dihadapkan
menuntut penekanan pada perkembangan pada permasalahan yang memerlukan
sumber daya manusia yang unggul dan keterampilan berpikir kritis, kreatif serta
berkualitas agar mampu bersaing di era keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher
globalisasi. Order Thinking Skills).
Persaingan antar negara-negara di abad 21 Keterampilan berpikir yang perlu
tidak hanya pada bidang ekonomi, militer, dikembangkan oleh peserta didik dibagi
serta infrastruktur, tetapi juga dalam bidang menjadi dua macam yaitu keterampilan
pendidikan. Negara-negara di dunia berpikir tingkat tinggi (higher order
berlomba-lomba mengembangkan sistem thinking) dan keterampilan berpikir tingkat
pendidikan yang baik sehingga muncul rendah (lower order thinking) (Anderson &
badan khusus yang menganalisis dan Krathwohl, 2000). Keterampilan berpikir
mensurvey capaian dan tingkatan sistem tingkat tinggi pada ranah kognitif meliputi
pendidikan dan pengajaran berbagai negara- kemampuan peserta didik dalam
negara didunia. Salah satu lembaga survey menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), serta
tersebut adalah PISA yang rutin mengkreasi atau mencipta (C6) yang
mengevaluasi capaian para peserta didik kesemuanya merupakan tahapan lanjutan
dalam mata pelajaran Sains dan Matematika. dari keterampilan berpikir tingkat rendah

208
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
yang terdiri atas keterampilan peserta didik mendapat pertanyaan atau orang yang
dalam mengingat (C1), memahami (C2), ditanya, sebelum menjawab tentunya akan
serta mengaplikasikan (C3). berpikir terebih dahulu. Dalam menjawab
Ciri utama berpikir tingkat tinggi adalah berbagai pertanyaan tentunya memicu
mampu berpikir kritis dan mampu berpikir kemampuan berpikir kritis orang yang
kreatif (Conklin & Manfro, 2012) (Sutrio et ditanya. Cara peserta didik menjawab atau
al. 2018). Berpikir kreatif diperoleh dari jawaban yang diharapkan dari peserta didik
kebiasaan yang dapat diperoleh peserta didik ditentukan oleh tingkat dan jenis pertanyaan
dengan menemukan dan menggunakan ide- yang diajukan oleh pendidik, apakah
ide baru yang tidak biasa namun masih pertanyaan yang diajukan tersebut termasuk
rasional dalam mengikuti pembelajaran dalam tingkat ingatan, pemahaman, analisis,
(Gunawan et al. 2017). Berpikir kreatif sudah atau evaluasi.
barang tentu melibatkan kreativitas yang Pertanyaan yang diajukan oleh pendidik
merupakan kemampuan seseorang untuk dapat diklasifikasikan kedalam beberapa
menghasilkan suatu produk yang baru bagian. Pertanyaan dapat diklasifikasikan
ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah menjadi pertanyaan yang sifatnya konvergen
ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat atau divergen serta pertanyaan-pertanyaan
dimengerti (Ekasari et al. 2016). yang termasuk dalam level tinggi maupun
Berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika level rendah (low & high level question)
seseorang mengaitkan informasi baru dengan (McComas & Abraham, 2004) (Bloom,
informasi yang sudah tersimpan di dalam 1956). Seseorang peserta didik dikatakan
ingatannya dan menghubung-hubungkannya mampu berpikir tingkat tinggi apabila
dan/atau menata ulang serta peserta didik tersebut dapat menyelesaikan
mengembangkan informasi tersebut untuk pertanyaan level tinggi (high level question)
mencapai suatu tujuan ataupun menemukan yang melibatkan keterampilan tingkat tinggi
suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang (HOTS) dalam proses penyelesaiannya.
sulit dipecahkan (Lewis & Smith, 1993). Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Proses mengaitkan informasi baru dengan Universitas Samawa sebagai instansi
informasi yang sudah tersimpan di dalam pencetak tenaga pendidik fisika seharusnya
ingatannya ini umumnya dipicu terlebih sudah menerapkan model maupun strategi
dahulu oleh suatu masalah atau pertanyaan perkuliahan yang menstimulus mahasiswa
yang tentunya dapat memicu dan melibatkan agar selalu berorientasi pada keterampilan
kemampuan berpikir seseorang. berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Dalam proses penyelesaian pertanyaan, Membiasakan acara perkuliahan yang
seorang peserta didik tentunya harus berorientasi pada HOTS sangat penting
melibatkan proses berpikir dan tidak hanya dilaksanakan mengingat para calon tenaga
mengingat informasi yang telah diperoleh pendidik akan membawa kebiasaan tersebut
sebelumnya, tetapi juga mengolah informasi pada lingkungan kerja (sekolah). Kebiasaan
tersebut dan mengintegrasikannya dengan tersebut nantinya akan menular pada peserta
informasi-informasi yang didapatkan didik yang diajari oleh tenaga pendidik
sehingga diperoleh suatu jalan keluar dalam tersebut.
penyelesaian masalah. Bertanya pada Salah satu cabang ilnu fisika yang wajib
hakikatnya adalah berpikir (Indrawati, 2005) diajarkan di tingkat Perguruan Tinggi yang
(Gall, 1970), umumnya sebelum kita mengambil program studi pendidkan fisika
mengajukan pertanyaan pasti berpikir adalah elektronika dasar (Wahyudi, 2015).
terlebih dahulu, demikian juga bagi yang Elektronika Dasar pada Program Studi
209
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan soal uraian dianalisis menggunakan rumus
Ilmu Pendidikan Universitas Samawa dibagi korelasi product moment, dan estimasi
menjadi Elektronika Dasar I (Analog) dan reliabilitas soal uraian dilakukan dengan
Elektronika Dasar II (Digital). Salah satu rumus Alpha.
kemampuan dasar yang wajib dikuasai oleh Data diperoleh dengan menskor
mahasiswa pada mata kuliah ini adalah jawaban mahasiswa yang selanjutnya
kemampuan menganalisis rangkaian. dianalisis dan dikategorikan menjadi
Kemampuan menganalisis rangkaian kategori tinggi, sedang, dan rendah yang
termasuk dalam ranah analisis (C4) dan dilakukan dengan menggunakan rumusan
apabila keterampilan menganalisis rangkaian interval (Azwar, 2015):
ini telah dikuasai, maka barulah dapat 𝑠 𝑠
dilanjutkan pada tahap mengevaluasi (C5) 𝜇 − 𝑡(𝛼,𝑛−1) ( ) ≤ X ≤ 𝜇 + 𝑡(𝛼,𝑛−1) ( )
2 √𝑛 2 √𝑛
hingga pada tahap mencipta alat tertentu (C6) Dimana:
yang berkaitan dengan elektronika. 𝜇 : Mean teoritis pada skala
Perkuliahan Elektronika Dasar I yang 𝛼
𝑡(𝛼,𝑛−1) : Harga 𝑡 pada 2 dan derajat
berorientasi HOTS pada umumnya belum 2

dibiasakan mengingat para pendidik belum kebebasan 𝑛 − 1


mengetahui sejauh mana kemampuan 𝑠 : Deviasi standar skor
berpikir para mahasiswanya. Dengan adanya 𝑛 : Banyaknya Subjek
penggukuran keterampilan berpikir, selain
sebagai landasan (baseline) dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan pembelajaran yang Setelah dilakukan pengambilan data
melibatkan keterampilan berpikir tingkat dengan memberikan soal uraian yang sesuai
tinggi juga diharapkan dapat memicu dengan kisi-kisi pada 47 orang mahasiswa,
motivasi para mahasiswa untuk lebih diperoleh hasil capaian kemampuan kognitif
meningkatkan kemampuan berpikirnya. mahasiswa pada ranah Kemampuan berpikir
tingkat rendah (LOTS) yang disajikan pada
METODE PENELITIAN Tabel 1.
Penelitian ini dilaksanakan di Berdasarkan Tabel 1 mengenai
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas capaian kemampuan berpikir mahasiswa
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas pada ranah kemampuan berpikir tingkat
Samawa yang terdiri dari 47 mahasiswa dan rendah (LOTS) diketahui bahwa secara
termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan keseluruhan hanya 34% dari total 47
pendekatan ex post facto. mahasiswa yang termasuk dalam kategori
Instrumen pengumpulan data yang tinggi dalam menyelesaikan soal-soal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mengukur kemampuan berpikir kognitif
instrumen tes. Jenis tes yang digunakan yaitu tingkat rendah, 11% dengan kemampuan
tes uraian. Instrumen tes berupa soal uraian sedang, dan lebih dari setengah jumlah
dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang mahasiswa (55%) belum mampu
mengacu pada kata kerja operasional tiap- mengerjakan soal dengan taraf berpikir
tiap ranah kemampuan berpikir kognitif dari tingkat rendah (LOTS) serta capaian
mengingat (C1) hingga mencipta (C6). kemampuan berpikir kognitif tingkat rendah
Sebelum dilakukan pengujian atau masih didominasi oleh kemampuan
pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan mengingat (C1).
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen Hasil capaian kemampuan kognitif
tes soal uraian. Uji validitas empiris butir mahasiswa pada ranah Kemampuan berpikir

210
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
tingkat tinggi (HOTS) yang meliputi mengevaluasi (C5), serta kemampuan
kemampuan menganalisis (C4), kemampuan mencipta (C6) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Capaian Kemampuan berpikir mahasiswa pada ranah kemampuan berpikir tingkat rendah
(LOTS)
Persentase tiap ranah (LOTS) Keseluruhan
No. Kategori
C1 C2 C3 (C1, C2, C3)
1. Rendah 34% 66% 68% 55%
2. Sedang 21% 2% 2% 11%
3. Tinggi 45% 32% 30% 34%

Berdasarkan Tabel 2 mengenai tingkat tinggi (HOTS) didukung oleh hasil


capaian kemampuan berpikir mahasiswa wawancara tidak terstruktur dan hasil koreksi
pada ranah kemampuan berpikir tingkat lembar jawaban soal uraian yang diantaranya
tinggi (HOTS) diketahui bahwa secara beberapa mahasiswa kesulitan dalam operasi
keseluruhan (100%) mahasiswa masih belum matematika yang melibatkan pecahan, masih
mampu menyelesaikan soal-soal pada belum menguasai konsep-konsep rangkaian
kemapuan mengevaluasi (C5) dan mencipta listrik, beberapa mahasiswa belum
(C6) yang menuntut kemampuan berpikir menguasai konsep hukum Ohm, Hukum
tingkat tinggi (HOTS). Selain itu, pencapaian Kirchoff tentang arus dan rangkaian, masih
mahasiswa dalam setiap ranah kemampuan kesulitan dalam mengenali dan menganalisis
berpikir tingkat tinggi, masih dominan dalam berbagai bentuk rangkaian, serta kesalahan
kategori rendah. umum seperti kurang teliti, salah tanda
Rendahnya capaian kemampuan kognitif positif dan negatif dan sebagainya.
mahasiswa pada ranah kemampuan berpikir

Tabel 2. Capaian kemampuan berpikir mahasiswa pada ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS)
Persentase tiap ranah (HOTS) Keseluruhan
No. Kategori
C4 C5 C6 (C4, C5, C6)
1 Rendah 85% 100% 100% 100%
2 Sedang 6% 0% 0% 0%
3 Tinggi 9% 0% 0% 0%

Hasil capaian kemampuan masih dominan pada kemampuan beripikir


kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) tingkat rendah atau Lower Order Thinking
mahasiswa yang masih rendah tentunya akan (LOTS), semua (100%) mahasiswa masih
menjadi dasar dalam memperbaiki proses berada dalam kategori rendah dalam
pembelajaran fisika di Program Studi penguasaan keterampilan berpikir tingkat
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Samawa tinggi (HOTS) pada perkuliahan Elektronika
khususnya pada ranah kemampuan Dasar.
menganalisis, mengevaluasi serta mencipta. REFERENSI
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2000.
PENUTUP A Taxonomy for Learning, Teaching,
Capaian keterampilan berpikir and Assessing: A Revision of Bloom's
(kognitif) mahasiswa Program Studi Taxonomy of Educational Objectives.
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Samawa New York: Longman.

211
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
Azwar, S. 2015. Penyusunan Skala Jurnal Pendidikan Fisika dan
Psikologi (2ed.). Yogyakarta: Teknologi, 4(1), 131-140.
Pustaka Pelajar. Wahyudi. 2015. Analisis Hasil Belajar
Bloom, B. S. 1956. Taxonomy of Mahasiswa Pada Pokok Bahasan
Educational Objectives Handbook I: Hukum Ohm Dan Kirchoff Dalam
Cognitive Domain. New York: Matakuliah Elektronika Dasar I.
David MsKay. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 1(2), 129-135.
Conklin, W., & Manfro, J. 2012. Higher
order thinking skills to develop 21st
century learners. Huntington: Shell
Education Publishing. Inc.
Ekasari, R. R., Gunawan, & Sahidu, H. 2016.
Pengaruh Model Pembelajaran
Langsung Berbantuan Media
Laboratorium Terhadap Kreatifitas
Fisika Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi,
2(3), 106-110.
Gall, M. D. 1970. The Use of Questions in
teaching. Review of Educational
Research, 1(40), 707-721.
Gunawan, Sahidu, H., Harjono, A., &
Suranti, N. M. 2017. The Effect Of
Project Based Learning With Virtual
Media Assistance On Student’s
Creativity In Physics. Cakrawala
Pendidikan, 167-179.
Indrawati. 2005. Teknik Bertanya.
Depdiknas: Pusat Pengembangan
dan Penataran Guru IPA.
Lewis, A., & Smith, D. 1993. Defining
higher-order thinking: Theory into
Practice. Journal of Collage of
Education, 131-137.
McComas, W. F., & Abraham, L. 2004.
Asking more effective questions.
Retrieved from Rossier School of
Education:
http://cet.usc.edu/resources/teachin
g_learning/material_docs/Asking_B
etter_Questions.pdf
OECD. (2016). PISA 2015 Result in Focus.
New York: Columbia University.
Sutrio, Gunawan, Harjono, A., & Sahidu, H.
2018. Pengembangan Bahan Ajar
Fisika Eksperimen Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Calon Guru Fisika.

212

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi