Vous êtes sur la page 1sur 11

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.

2 Juli 2007

PERAN SUAMI DALAM PEMELIHARAAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATURADEN KABUPATEN BANYUMAS

Wahyu Ekowati1, Ridlwan Kamaluddin2, Sandra Febriani3


12 Staf Pengajar Program Sarjana Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman
3 Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
The issues of nutrition problem are need a seriously attention for pregnant woman. It is
not only a pregnant woman that responsible in these issues but also her husband responsibility.
In fact, at the community showed that there are perceptions that nutrition problems for pregnant
woman are only pregnant woman responsibility, because only women can feel and have
experience of pregnancy so all of about pregnancy only for woman responsibility.
This perception needs more attention because a pregnancy is the one of a long process for
resulting health children and good generation. Nutrition factor is the one of supporting factor
contribute to have healthy children .Therefore, the cooperation between the couple for giving
attention at nutrition status can realize with real thing. Sharing task and responsibility at home
should be emphasized between husband and wife. So nutrition problem for pregnant woman
should become collective responsibility.
This research described the husband’s role in maintenance pregnant woman nutrition
status at Public Health Center Baturaden working area Banyumas district with qualitative design.
This research did for 12 weeks with purposive sampling were a couple that had pregnant woman.
Collecting data was done with in depth interview and participating observation or unstructured
observation.
The result of this research showed that there was a low level husband’s role in
maintenance pregnant woman nutrition status with predisposition factors were lack of knowledge
economic factor and gender equity perception in their family responsibility.

Keywords: Pregnant woman nutrition, gender aware, husband character

PENDAHULUAN mengetahui bahwa proses kehamilan dari


Masalah gizi di Indonesia hingga kehamilan muda hingga kehamilan matur,
saat ini masih merupakan masalah yang seorang ibu hamil akan mengalami perbagai
memerlukan perhatian dari semua pihak. perubahan baik secara fisik maupun secara
Bagi ibu hamil masalah gizi menjadi suatu psikologisnya. Hal itu terjadi secara
permasalahan yang seharusnya mendapat fisiologis sepanjang tidak menimbulkan
perhatian lebih dari pemerintah, masyarakat akibat atau masalah yang mengancam
dan terlebih lagi bagi keluarga sebagai kesehatan janin maupun ibu hamil tersebut.
satuan unit terkecil dari tatanan masyarakat Namun tidak jarang pula bahwa pada
(Karyadi, 2006). sebagian besar ibu hamil ternyata menderita
Ibu hamil adalah suatu keadaan ancaman kesehatan yang cukup serius
dimana dalam periode waktu tersebut berkaitan dengan proses kehamilan. Akibat
menjadi sangat rentan dan rawan terhadap yang timbul antara lain adanya ancaman
timbulnya berbagai masalah kesehatan baik kematian janin/fetal death, maupun
berupa penyakit yang menyertai proses ancaman kematian bagi ibu pada saat
kehamilan, maupun ancaman kesehatan persalinan. Berbagai faktor dapat menjadi
yang lain seperti gizi rendah akibat asupan penyebabnya seperti faktor anemia selama
makanan yang tidak seimbang. Kita semua kehamilan, perdarahan persalinan yang

55
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

tidak mendapat penanganan secara tepat, keluarga yang melibatkan pihak suami
proses infeksi dan keracunan maupun istri. Untuk itu perlu diadakan
kehamilan/eklampsia (Prawirohardjo, 1999). penelitian yang membahas peran suami
Di Kabupaten Banyumas sendiri terhadap pemeliharaan status gizi ibu hamil.
hingga saat ini masih menghadapi masalah
gizi ibu hamil terutama anemia atau METODOLOGI PENELITIAN
kekurangan gizi besi dan kekurangan energi Penelitian kualitatif ini
kronik (KEK) yang cukup tinggi. Hal ini mendeskripsikan gambaran peran suami
dapat diketahui dari data yang diperoleh dalam pemeliharaan status gizi ibu hamil.
DKKS Kabupaten Banyumas dari tahun Penelitian juga sangat menjunjung kode etik
2000 hingga 2002 menyebutkan bahwa ibu penelitian dimana identitas informan akan
hamil dengan anemia berat (Hb < 8 gr%) menggunakan kode atau inisial saja.
sebanyak 2,19% atau 285 dari total 12.981 Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja
ibu hamil yang diperiksa. Sedangkan Puskesmas Baturaden Kabupaten
anemia (Hb 8-11 gr%) mencapai 9.828 atau Banyumas. Penelitian ini menggunakan
75,71% dari total jumlah yang sama purposive sampling dengan subyek
(Statistik Gender dan analisis Kabupaten penelitian yaitu pasangan suami istri dengan
Banyumas, 2004). istri yang sedang hamil dan berdomisili di
Tindakan yang dilakukan untuk Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden
mengatasi masalah tersebut selama ini Kabupaten Banyumas. Hal ini dimaksudkan
adalah pendistribusian tablet Fe melalui untuk mendapat deskripsi yang lebih jelas
Posyandu, Polindes, Puskesmas dan dari subyek penelitian disaat subyek
melibatkan petugas kesehatan seperti penelitian menjalani proses kehamilan yang
bidan, perawat hingga para kader sedang berlangsung.
Posyandu. Bila kita lebih teliti lagi, Pengambilan data
sebenarnya semua program yang telah dilakukan dengan wawancara mendalam (in
dilakukan pemerintah tersebut masih kurang depth interview) dan observasi partisipatoris
melibatkan faktor keluarga sebagai salah atau partisipasi tidak terstruktur selama 12
satu suport sistem yang paling dominan minggu. Peneliti melakukan coding dari
dalam penanganan anemia ibu hamil, catatan transkrip selama berinteraksi
terutama dalam hal ini adalah peran serta dengan informan, kemudian menyajikan
suami dalam memeliharan status gizi hasil penelitian dengan tehnik kuotasi.
istrinya yang tengah hamil. Masih adanya
asumsi masyarakat bahwa tanggung jawab HASIL DAN BAHASAN
dan pemeliharaan gizi ibu hamil yang Sebagian besar usia informan
menyangkut kesehatan janin yang berkisar antara 20 - 40 tahun dan
dikandungnya diserahkan semata-mata merupakan usia yang produktif. Produktif
pada wanita yang mengandung tersebut, disini diartikan sebagai penghasil keturunan
sehingga apabila terjadi permasalahan maupun produktif dalam arti bekerja. Pada
gangguan kesehatan termasuk ancaman sebaran usia produktif ini, pendapat yang
gizi rendah ibu hamil yang berakibat disampaikan informan sangat bervariatif.
membahayakan keselamatan janin maka Latar belakang pendidikan informan
wanitalah yang menjadi sasaran kesalahan. bervariasi dari lulusan SD, SMP , SMA dan
Disini peneliti melihat terdapat celah atau Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan
kesenjangan yang perlu dicermati dimana untuk mengetahui sejauh mana latar
kelangsungan proses kehamilan dan belakang pendidikan mempengaruhi
keselamatan janin serta ibunya haruslah pemahaman peran suami terhadap gizi ibu
menjadi tanggungjawab bersama dalam hamil. Hasilnya adalah bahwa tingkat

56
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

pendidikan yang tinggi ternyata diikuti signifikan terhadap pendapat mereka


dengan pemahaman yang tinggi pula tentang peran suami terhadap pemeliharaan
terhadap masalah gizi dan peran suami masalah gizi ibu hamil. Informan penelitian
dalam membantu istri memelihara status sebanyak 39 orang yang terdiri dari 19
gizinya. orang laki-laki dan 20 orang perempuan.
Pekerjaan informan bervariasi dari Masalah gizi ibu hamil di Kabupaten
tukang parkir, pedagang keliling, satpam, Banyumas hingga saat ini masih menjadi
penjahit, pegawai negeri, guru hingga ibu sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah
rumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar daerah kabupaten Banyumas. Data yang
hasil penelitian dapat mewakili berbagai diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
jenis profesi masyarakat. Hasilnya adalah Banyumas memang menunjukkan adanya
bahwa pendapat dan alasan informan yang penurunan terutama pada kasus ibu hamil
positif (baca=baik) dalam membantu istrinya dengan anemia (kekurangan zat besi)
sangat tergantung dengan pengaruh selama kehamilan. Namun hal tersebut tidak
kedekatan hubungan dalam keluarga, dan bisa dijadikan alasan bagi berhentinya
pemahaman dalam pembagian peran. usaha untuk menyehatkan ibu hamil dan
Namun pengaruh kondisi ekonomi keluarga mencapai status gizi yang baik.
juga memberikan dampak yang cukup
T abel 1 : tingkat perkembangan kadar Hb pada ibu hamil
No T ahun Jumlah ibu Anemia berat Anemia Non anemia
hamil (Hb < 8 gr%) (8-11 gr%) (>11 gr%)
2000 12551 512 7997 4033
2001 10737 352 7378 3007
2002 12981 285 9828 2963
Sumber : DKKS Kab. Banyumas, 2004

T abel diatas diperoleh dari data prevalensi AGB (angka gizi besi) ibu hamil sebagai berikut :
1. Anemia berat (< 8 gr%) : 2,19%
2. Anemia (8 – 11 gr%) : 75,71%
3. Non anemia (> 11 gr%) : 22,82%
Peneliti memandang bahwa selama dengan menggarap keluarga sebagai faktor
ini upaya yang telah dilakukan oleh dasar penting yang berada disekeliling ibu
Pemerintah Kabupaten Banyumas hamil dengan memberdayakan anggota
sebenarnya sudah cukup baik. Berbagai keluarga terutama pihak suami untuk ikut
upaya yang dilakukan selama ini melibatkan membantu para ibu hamil dalam
semua unsur kekuatan kesehatan termasuk meningkatkan status gizinya.
memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti Upaya ini sangat penting dilakukan
Puskesmas, Posyandu, Polindes maupun sebab ibu hamil adalah seorang individu
Rumah Sakit, juga melibatkan tenaga yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia
kesehatan dokter dan bidan yang bergabung dalam sebuah ikatan perkawinan
melakukan praktek mandiri. dan hidup dalam sebuah bangunan rumah
Selain itu peneliti juga memandang tangga dimana faktor suami akan ikut
bahwa upaya yang dilakukan pemerintah mempengaruhi pola pikir dan perilakunya
Banyumas selama ini lebih banyak termasuk dalam memperlakukan
merupakan upaya top down dari pemerintah kehamilannya. Disinilah peneliti menemukan
kepada rakyatnya. Namun upaya sebaliknya bahwa suami seharusnya ikut dilibatkan
bottom up rupanya masih belum tergarap. dalam upaya-upaya pemerintah tersebut
Maksudnya adalah upaya yang dilakukan untuk mendukung tercapainya status gizi

57
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

yang baik pada ibu hamil. Hal ini senada tidak mengetahui tanda-tanda ibu hamil
dengan semangat perjuangan kesetaraan yang kekurangan gizi ataupun yang gizinya
gender dalam rumah tangga yang membagi terpenuhi dengan baik. Rata-rata mereka
peran dan tanggungjawab dengan menyebutkan bahwa ibu hamil yang
seimbang antara suami dan istri termasuk kekurangan gizi pastilah akan sakit dan
ketika istri dalam keadaan hamil. Peran tidak bisa berjalan, namun mereka tidak
suami dapat diartikan sebagai upaya untuk mengerti secara detail dan spesifik tanda-
mencapai keseimbangan pembagian tugas tanda tersebut agar dapat dilakukan deteksi
dan tanggung jawab tersebut. Namun pada dini pencegahannya.
kenyataanya masih banyak dijumpai Adapula yang mengatakan bahwa ibu
kekurangsertaan suami dalam mewujudkan hamil tidak perlu mengkonsumsi susu,
peran tersebut secara optimal.. sebab akan membuat bayinya terlalu besar
Penelitian ini mengungkapkan dan tidak sehat. Selain itu ada pula yang
gambaran peran suami dan beberapa faktor berkeyakinan bahwa ibu hamil yang tidak
yang menjadi penyebab kurang optimalnya minum susu juga tetap melahirkan anak
peran suami dalam pemeliharaan status gizi yang sehat, jadi ibu hamil tidak perlu minum
ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan susu sebab tidak ada efek yang jelas antara
bahwa selama ini suami belum berperan yang minum susu dengan yang tidak minum
serta secara optimal dalam memelihara susu. Banyak pula ibu hamil yang tidak
status gizi ibu hamil dan hal-hal yang terbiasa mengkonsumsi susu sehingga bila
menjadi penyebabnya antara lain adalah meminumnya maka akan mual dan muntah,
faktor pengetahuan yang kurang memadai sehingga banyak ibu hamil yang lebih
dalam masalah kehamilan, faktor ekonomi memilih tidak mengkonsumsi susu.
keluarga dan faktor rendahnya pemahaman Hal lain yang menyebabkan
tentang kesetaraan gender terutama rendahnya pengetahuan suami dalam ikut
pembagian tugas dan tanggung jawab serta memelihara status gizi ibu hamil
dalam kegiatan rumah tangga. adalah rendahnya informasi yang diperoleh
1. Pengetahuan dari petugas kesehatan tentang masalah
Hasil wawancara dan observasi kehamilan dan gizi pendukungnya. Pada
peneliti bahwa banyak suami tidak mengerti kasus ibu hamil dengan hipertensi misalnya,
dengan baik tentang zat gizi yang ibu ini selalu "kepikiran" dan cemas dengan
dibutuhkan selama proses kehamilan dan tekanan darah tinggi yang dideritanya
jenis-jenis makanan yang bergizi. Asumsi sehingga ketika hamil dia banyak
mereka bahwa makanan yang bergizi mengkonsumsi sayuran yang memiliki efek
adalah makanan yang enak dan harganya bagus terhadap penurunan tekanan darah
mahal yang tidak terjangkau oleh keluarga. namun ibu ini tidak berusaha
Hal ini didukung oleh istrinya yang juga mengimbanginya dengan asupan gizi yang
kurang paham tentang kebutuhan gizi lain. Kebanyakan ibu hamil tidak diantar
selama proses kehamilan, selain itu banyak oleh suaminya ketika melakukan periksa
informan yang mengatakan bahwa dirinya kehamilan ke Puskesmas atau bidan. Atau
juga tidak paham jenis atau contoh apabila kebetulan ibu diantar oleh suaminya
makanan yang mengandung gizi tinggi maka tidak pernah suami ini mengadakan
untuk ibu hamil. konsultasi atau bertanya masalah kehamilan
Adapula informan yang kepada petugas kesehatan. Alasan mereka
kurang mengetahui bahwa tempe dan tahu adalah bahwa mereka telah diberitahu oleh
juga termasuk jenis makanan yang bergizi bidan bahwa bayinya sehat, dan informasi
tinggi, dan baik untuk konsumsi siapa saja tersebut sudah cukup bagi mereka. Mereka
termasuk ibu hamil. Adapula informan yang baru akan bertanya apabila mendapat

58
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

informasi bahwa kelahiran harus operasi. tutup panci dan barang-barang kecil lainnya
Namun bila tidak ada masalah yang serius berkeliling pasar, adapula yang berprofesi
maka mereka tidak bertanya lebih lanjut sebagai sopir angkutan dan satpam hotel,
kepada bidan. mengungkapkan bahwa untuk memenuhi
2. Ekonomi keluarga kebutuhan semua anggota keluarga saja,
Masalah ekonomi menjadi alasan mereka harus berusaha keras, dan mereka
utama bagi keluarga sehingga mereka tidak belum terpikir memperhatikan masalah gizi,
dapat memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil. yang penting perut terisi makanan lebih
Hal ini diungkapkan oleh informan bahwa dahulu.
penghasilan mereka tidak akan cukup untuk 3. Pemahaman kesetaraan gender
membeli makanan bergizi seperti daging, Hasil penelitian tentang pemahaman
telur, susu sebab menurut mereka harga kesetaraan gender dikaitkan dengan
makanan jenis tersebut mahal dan tidak masalah pemeliharaan status gizi dalam
terjangkau oleh keuangan keluarga. keluarga menjadi perhatian yang cukup
Pada kasus kekerasan dalam menarik. Peneliti menemukan dalam rumah
rumah tangga yang peneliti temukan, tangga dimana terdapat ibu hamil
terindikasi pula bahwa tingkat ekonomi didalamnya, ternyata masih banyak
keluarga rendah, dengan bermata dijumpai kesenjangan dalam pembagian
pencaharian sebagai tukang parkir sepeda peran dan tanggungjawab antara suami dan
motor di pasar, sementara istri hanya ibu istri. Banyak para suami yang tetap
rumah tangga, mereka harus menghidupi 4 membiarkan istrinya mengurus rumah
orang anak masih ditambah kedua orang sendiri sementara suami pergi pagi dan
tua mereka yang tinggal satu rumah. pulang sore. Ditemukan juga adanya suami
Berpenghasilan Rp.15.000,00 dalam sehari, yang tidak mengetahui pekerjaan istri ketika
sangatlah tidak mencukupi bagi keluarga ini ditinggal bekerja diluar rumah, yang penting
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, suami pulang sore, keadaan rumah sudah
apalagi untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu bersih dan rapi kembali. Padahal pekerjaan
hamil. Kondisi ini diperparah dengan istri tidak hanya mengurus rumah sebab istri
kebiasaan suami yang tidak terpuji yaitu juga membuka usaha warung, sehingga
suka main judi dengan teman-temannya bisa dibayangkan betapa berat "beban
sesama tukang parkir atau tukang becak di ganda" tersebut dan banyaknya pekerjaan
pasar tersebut, sehingga terkadang suami istri sementara suami tidak memberikan
tidak membawa pulang uang untuk bantuan. Ketika peneliti menanyakan hal
keperluan hidup keluarga. Apabila istri tersebut, maka suami mengatakan bahwa
menanyakan masalah itu pada suaminya dirinya termasuk orang yang beruntung
maka suami akan marah dan karena memiliki istri yang mandiri, pandai
melampiaskannya dengan bentuk mengurus rumah dan tidak banyak
kekerasan seperti memukul, menampar bicara/membantah. Selain itu banyak suami
hingga membenturkan kepala istri ke yang berpendapat bahwa tugas utama istri
tembok. adalah mengurus rumah dengan segala
Selain kasus kekerasan dalam rumah permasalahannya, sedangkan tugas suami
tangga yang peneliti temukan, peneliti adalah mencari nafkah dan bekerja diluar
menjumpai pula bahwa masalah ekonomi rumah. Siapa yang bertanggung jawab
menjadi kendala besar keluarga untuk dapat terhadap masalah gizi maka dikatakan
memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil. Ada bahwa istri yang bertanggung jawab sebab
informan yang berprofesi sebagai pedagang istri-lah yang lebih mengerti dan merasakan
serabi angin keliling, pedagang barang bagaimana rasanya orang hamil. Sehingga
“klithikan” seperti kapur barus, racun tikus, istri juga yang harus menjaga makanan

59
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

ataupun minuman yang dikonsumsinya. membersihkan rumah. Pada pukul 03.30


Selain itu ditemukan juga pendapat pasangan suami istri ini menuju Pasar
informan yang mengatakan bahwa kalau Wage dan kulakan sayur mayur dan segala
wanita hamil dengan pusing atau loyo itu bahan makanan mentah yang kemudian
merupakan hal biasa sebab nanti kalau dibawanya kembali ke pasar lain yang lebih
bayinya sudah lahir juga akan sembuh kecil dari Pasar Wage. Selama itu pula ibu
sendiri, sehingga tidak perlu terlalu manja. hamil tetap mengikuti kegiatan tersebut,
Dalam masalah pembagian tugas dan bahkan kata suaminya, istrinya tidak
pekerjaan rumah tangga menunjukan mengeluh dengan pekerjaan itu. Sebab
adanya beban ganda yang diterima oleh kalau mengeluh maka rezeki yang sudah
wanita, dimana dirinya telah membantu menjadi milik mereka akan kabur kembali.
suami mencari nafkah keluarga, namun Kegiatan kulakan sayur yang mereka
disisi lain, wanita masih harus mengerjakan lakukan pada waktu dini hari tersebut telah
pekerjaan 'keperempuan-annya' yaitu dijalani selama bertahun-tahun dan setiap
mengurus rumah, mengurus anak, hamil, istri seolah tidak berhenti dari rutinitas
membersihkan dan membereskan rumah, itu. Kegiatan istri disamping ikut berdagang
memasak dan berbagai pekerjaan dengan suaminya, istri juga tetap
“rumahan” lain yang terkesan kurang berkewajiban mengurus rumah
produktif dari segi penghasil materi/uang. sebagaimana tugas ibu rumah tangga yang
Informan dengan suami istri lain. Disini terlihat adanya pembagian tugas
berprofesi sebagai penjahit mengatakan yang kurang seimbang antara suami dan
bahwa apabila banyak orderan jahitan yang istri, dimana saat hamil istri tetap harus ikut
masuk maka ketika hamil, istri tetap bekerja mencari nafkah bahkan bangun pada dini
menjahit hingga larut malam, sama seperti hari yang seharusnya waktu-waktu tersebut
kegiatan yang dilakukan oleh suaminya. dapat digunakan untuk beristirahat, dan
Jadi meskipun pada malam hari, istri pada siang harinya, istri juga tetap
lembur menjahit hingga dini hari tapi pada diharuskan membereskan rumah, dan
pagi harinya tetap tugas membersihkan dan mengurus segala keperluan keluarga.
mengurus rumah, dan siang harinya kembali Informan dengan profesi sebagai
melanjutkan pekerjaan menjahit, demikian tukang las dan istri berjualan buah-buahan
seterusnya hingga masa kelahiran hampir di depan rumah, memiliki rutinitas sendiri.
tiba. Saat peneliti mendatangi rumah Suami memiliki usaha sendiri yaitu kios las,
keluarga ini, hal pertama yang terlihat oleh dengan mempekerjakan 4 orang karyawan.
peneliti adalah penampilan ibu hamil yang Setiap hari kios ini buka dari jam 9 pagi
nampak letih, berkeringat dan kelelahan. Ibu hingga jam 4 sore. Usaha mereka cukup
hamil ini mengatakan hampir sebulan ini maju, sehingga istri sering dilibatkan untuk
order jahitan lagi rame sehingga dirinya dan membantu suami, menangani keuangan
suami harus lembur hingga jam 2 malam dan menyediakan makanan sehari-hari
untuk menjahit. untuk karyawan mereka. Pekerjaan
Informan yang berpofesi sebagai memasak adalah pekerjaan yang biasa bagi
pedagang lain lagi, pasangan suami istri ini perempuan, namun menyediakan menu
telah menjalani profesi sebagai pedagang makanan untuk jumlah orang banyak setiap
sayuran di sebuah pasar sejak 15 tahun hari tentulah menjadi pekerjaan yang berat,
yang lalu. Istri tengah hamil anak ketiga disamping menyediakan makanan untuk
dengan usia kehamilan 8 bulan. Keluarga ini keluarga sendiri juga. Ibu hamil ini diketahui
terbiasa bangun pagi pada pukul 2 dini hari, memiliki kecenderungan darah tinggi,
kemudian istri menyiapkan segala keperluan sehingga setiap periksa ke bidan maka hal
anak dan keluarga dari memasak hingga pertama yang dikhawatirkannya adalah

60
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

tekanan darah yang meningkat, sehingga dan tidak ada masalah dengan bayinya,
saat peneliti mendatangi rumahnya, ibu demikian juga kata bidan yang
hamil ini nampak cemas dan memeriksanya di Puskesmas, sehingga
mengemukakan kekhawatirannya akan suami tidak merasa cemas soal kehamilan
penyakit darah tinggi yang dideritanya. istri termasuk masalah gizi ibu hamil.
Sedangkan suami terlihat lebih santai dan Informan dengan profesi pasangan
nampak kurang peduli dengan keluhan istri, sama-sama menjadi guru, memiliki
suami tetap sibuk dengan pekerjaanya. Ibu pemahaman yang lain tentang kesetaraan
hamil mengatakan kalau masalah gender. Suami bekerja sebagai guru PNS
kehamilan selama ini adalah di Kabupaten Kebumen sedangkan istrinya
tanggungjawabnya, sedangkan suami guru hononer di salah satu SMK di
biasanya bertugas mengantarnya saat Purwokerto. Jarak yang cukup jauh tersebut
periksa, namun suami tidak pernah membuat mereka tidak bisa setiap hari
berkonsultasi dengan bidan yang bertemu, sebab suami yang bertugas di
memeriksa kandungannya. Kebumen memiliki rumah kos sendiri di
Informan yang berprofesi sebagai Kebumen. Mereka baru bertemu pada akhir
karyawan swasta dan istrinya berjualan es minggu, atau waktu-waktu tertentu bila
lilin memiliki kehidupannya sendiri. suami menghendaki pulang selain akhir
Sementara suami bekerja di salah satu unit minggu. Ketika ditanyakan bagaimana
koperasi simpan pinjam di kota Purwokerto, pembagian peran dan tanggung jawab
maka istrinya berjualan es lilin dan soto antara suami dan istri saat istri hamil, suami
ayam di warung dekat rumah. Pekerjaan ini berpendapat bahwa apabila istri sedang
dilakukan oleh istri untuk membantu hamil maka suami harus menjaganya, dan
ekonomi keluarga, dan meringankan beban tanggung jawab dipikul oleh keduanya
suaminya dalam mencari nafkah. Saat secara bersama. Meskipun suami tidak
peneliti mendatangi rumah informan ini, merasakan secara langsung bagaimana
terlihat istri tengah bersiap-siap untuk rasanya menjadi orang hamil namun
berjualan soto diwarung mereka. Pembeli menurutnya suami istri adalah satu
terlihat mulai ramai, dan dengan cekatan ibu kesatuan dalam perkawinan oleh karena itu
yang tengah hamil 8 bulan ini melayani para ketika istri hamil maka suami wajib dan
pembeli yang mulai berdatangan. Peneliti harus menjaga kesehatan istri dan
mengamati bahwa aktifitas di warung sangat kandungannya. Ketika ditanyakan apakah
banyak, dan ibu ini hanya dibantu oleh suami sering mengantar istrinya periksa
seorang saudaranya untuk melayani para hamil dan berkonsultasi dengan bidan,
pembeli. Warung mereka buka dari jam 10 maka suami mengatakan bahwa dirinya
pagi hingga jam 4 sore, dan tidak mengenal tidak selalu bisa mengantar istri untuk
hari libur. Penampilan secara fisik ibu hamil periksa hamil sebab pekerjaan menjadi guru
terlihat gemuk, dan terdapat varises pada di kabupaten Kebumen menjadikannya
kedua kakinya. Kehamilan ini adalah yang harus tinggal di Kebumen dan seminggu
kedua kalinya, anak pertama mereka usia 5 sekali pulang ke Purwokerto bertemu
tahun. Suami ibu ini menjelaskan bahwa dengan istrinya. Selama ini mereka masih
kalau masalah pembagian tugas dan tinggal dengan orang tua pihak istri di
pekerjaan antara dirinya dengan istri sudah Purwokerto, yang berprofesi sebagai
jelas, suami bekerja di Koperasi simpan pedagang kelontong yang cukup besar
pinjam dan istrinya memang berjualan atas disekitarnya. Sehingga setelah mengajar,
kemauannya sendiri. Masalah kehamilan istri masih membantu kedua orang tuanya di
istri selama ini, dirinya hanya tahu dari kios mereka di Jalan Raya Baturaden.
informasi istri bahwa kehamilannya sehat Peneliti mengamati kios toko kelontong

61
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

tersebut cukup besar dan menyediakan manfaat yang sama dari pembangunan.
berbagai barang kebutuhan rumah tangga Gender adalah perbedaan dan fungsi peran
dari peralatan rumah hingga minyak tanah, sosial yang dikonstruksikan oleh
bensin, semuanya tersedia bahkan air masyarakat, serta tanggung jawab laki-laki
mineral kemasan galon dan kemasan dan perempuan Sehingga gender belum
kardus dalam jumlah besar juga ada. Ketika tentu sama di tempat yang berbeda, dan
peneliti mendatangi rumah tersebut, dapat berubah dari waktu ke waktu.
nampak kesibukan pemilik rumah sedang Seks/kodrat adalah jenis kelamin yang
melayani pembeli yang cukup ramai. terdiri dari perempuan dan laki-laki yang
Informan kami juga terlihat sibuk melayani telah ditentukan oleh Tuhan.
para pembeli meskipun usia kandungan Oleh karena itu tidak dapat ditukar
telah mencapai 8 bulan. atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak
Kesetaraan gender berarti kesamaan dahulu kala, sekarang dan berlaku
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk selamanya. Gender bukanlah kodrat
memperoleh kesempatan serta hak-haknya ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu
sebagai manusia, agar mampu berperan gender berkaitan dengan proses keyakinan
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, bagaimana seharusnya laki-laki dan
hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan perempuan berperan dan bertindak sesuai
dan pertahanan dan keamanan nasional dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan
(hankamnas), serta kesamaan dalam sosial dan budaya ditempat mereka berada.
menikmati hasil pembangunan tersebut. Dengan demikian gender dapat dikatakan
Kesetaraan gender juga meliputi pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab
penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki yang
struktural, baik terhadap laki-laki maupun dibentuk/dikonstruksi oleh sosial budaya
perempuan. Keadilan gender adalah suatu dan dapat berubah sesuai perkembangan
proses dan perlakuan adil terhadap zaman. Dengan demikian perbedaan
perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender dan jenis kelamin (seks) adalah
gender berarti tidak ada pembakuan peran, Gender: dapat berubah, dapat
beban ganda, subordinasi, marginalisasi dipertukarkan, tergantung waktu, budaya
dan kekerasan terhadap perempuan setempat, bukan merupakan kodrat Tuhan,
maupun laki-laki. melainkan buatan manusia. Lain halnya
T erwujudnya kesetaran dan keadilan dengan seks, seks tidak dapat berubah,
gender ditandai dengan tidak adanya tidak dapat dipertukarkan, berlaku
diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, sepanjang masa, berlaku dimana saja, di
dan dengan demikian mereka memiliki belahan dunia manapun, dan merupakan
akses, kesempatan berpartisipasi, dan kodrat atau ciptaan Tuhan.
kontrol atas pembangunan serta Peneliti memandang bahwa
memperoleh manfaat yang setara dan adil ketertinggalan perempuan mencerminkan
dari pembangunan. Memiliki akses dan masih adanya ketidakadilan dan
partisipasi berarti memiliki peluang atau ketidaksetaraan antara laki-laki dan
kesempatan untuk menggunakan sumber perempuan di Indonesia, hal ini dapat
daya dan memiliki wewenang untuk terlihat dari gambaran kondisi perempuan di
mengambil keputusan terhadap cara Indonesia. Sesungguhnya perbedaan
penggunaan dan hasil sumber daya gender dengan pemilahan sifat, peran, dan
tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki posisi tidak menjadi masalah sepanjang
kewenangan penuh untuk mengambil tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada
keputusan atas penggunaan dan hasil kenyataannya perbedaan gender telah
sumber daya. Sehingga memperoleh melahirkan berbagai ketidakadilan, bukan

62
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

saja bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan
kaum laki-laki. Berbagai pembedaan peran, dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka
fungsi, tugas dan tanggung jawab serta yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja
kedudukan antara laki-laki dan perempuan juga masih harus mengerjakan pekerjaan
baik secara langsung maupun tidak rumah.
langsung, dan dampak suatu peraturan Dalam mencermati masalah
perundang-undangan maupun kebijakan kesetaraan gender yang sekarang banyak
telah menimbulkan berbagai ketidakadilan diperjuangkan oleh kaum feminis, disini
karena telah berakar dalam adat, norma peneliti memandang bahwa kesetaraan
ataupun struktur masyarakat. gender sebenarnya tidak jauh berbeda arti
Gender masih diartikan oleh dengan kesamaan hak asasi manusia, yang
masyarakat sebagai perbedaan jenis berarti adalah sebuah perjuangan agar
kelamin. Masyarakat belum memahami tindakan hidup setiap manusia dalam
bahwa gender adalah suatu konstruksi menggunakan hak-nya tidak mengganggu
budaya tentang peran fungsi dan tanggung hak yang dimiliki oleh orang lain, terlebih
jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. lagi hak asasi yang dimiliki oleh setiap
Berbagai contoh ketidakadilan gender orang. Menurut peneliti, perjuangan
termanifestasikan dalam berbagai bentuk kesetaraan gender selama ini dianggap
ketidakadilan, terutama pada perempuan; sebagai sebuah perjuangan kaum
misalnya marginalisasi, subordinasi, perempuan saja, hal itu adalah keliru sebab
stereotipe/pelabelan negatif sekaligus perjuangan kesetaraan gender merupakan
perlakuan diskriminatif. Dalam penelitian perjuangan dalam mencapai persamaan
kualitatif di Bnayumas ini misalnya hak dan mengarah pada satu pola hidup
ditemukan adanya kasus kekerasan dalam toleransi dan bekerja bersama antara laki-
rumah tangga terhadap istri yang dalam laki dan perempuan, termasuk antara suami
keadaan hamil. Kekerasan terhadap dan istri dalam rumah tangga.
perempuan yang lain misalnya dalam beban Mengenai pemeliharaan status gizi
kerja lebih banyak dan panjang, hal ini ibu hamil maka seharusnya menjadi
dijumpai pada keluarga yang istri dalam tanggung jawab bersama antara suami dan
keadaan hamil namun mengikuti suami istri. Berbagai hal dapat dilakukan oleh
untuk berdagang dan bangun dari jam 2 dini suami untuk membantu istri memelihara
hari dan pulang kerumah jam 12 siang status gizi kehamilannya, dari mengantar
kemudian si istri masih bekerja juga dengan istri memeriksakan kehamilannya ke
membersihkan rumah, memasak dan segala Puskesmas atau bidan praktek mandiri,
macam pekerjaan rumah, sementara si melakukan konsultasi masalah gizi ibu hamil
suami dapat istirahat sepulang dari pasar, dengan petugas, membantu pekerjaan
demikian pula pada keluarga yang rumah yang biasa dikerjakan istri, tidak
berprofesi sebagai penjahit dimana istri juga perlu melakukan ”labeling” terhadap jenis
menjahit bahkan lembur hingga dini hari dan pekerjaan tertentu misalnya mengurus
pada ke-esokan harinya tetap ”dibebani” rumah dan masak itu tugas istri, suami
dengan pekerjaan mengurus rumah. Bentuk khusus kerja diluar rumah saja. Pelabelan
lain dari diskriminasi dan ketidak adilan semacam ini akan membuat batas tegas
gender adalah beban ganda yang harus dimana individu akan terpaku pada jenis
dilakukan oleh salah satu jenis kalamin pekerjaan yang menjadi label tersebut dan
tertentu secara berlebihan. Dalam suatu mendorong individu untuk tidak mau tahu
rumah tangga pada umumnya beberapa tugas individu yang lain, sehingga dapat
jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan tercipta sebuah keadaan yang kurang
beberapa dilakukan oleh perempuan yang menguntungkan bagi keduanya. Hal lain

63
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

yang suami dapat lakukan adalah Perlu adanya perubahan asumsi/stigma


mengingatkan istri untuk mengkonsumsi mengenai tanggungjawab kehamilan
makanan yang bergizi meskipun murah adalah tanggung jawab bersama antara
meriah tapi bergizi tinggi, untuk itu keluarga suami dan istri. Membangkitkan
harus aktif berhubungan dengan petugas kesadaran peran dan tanggung jawab
kesehatan yang ada untuk menanyakan bersama dalam keluarga antara suami
jenis-jenis makanan yang bergizi tinggi dan istri sehingga pencapaian status
namun harganya dapat terjangkau keluarga, gizi baik pada ibu hamil dapat berhasil
suami dapat pula memotivasi istri untuk dengan baik dan angka kematian
selalu memeriksakan kehamilan secara rutin maternal maupun bayi baru lahir dapat
agar kondisi janin dalam kandungan diminimalkan
terpantau dengan baik kesehatannya, atau 2. Bagi Instansi Kesehatan
yang lebih luas lagi adalah suami mengajak Memberikan pertimbangan dan saran
seluruh anggota keluarga untuk dalam penyusunan program-
memanfaatkan rumah dan pekarangannya programnya terutama dalam
sebagai sumber gizi keluarga misalnya penanggulangan masalah anemia dan
memenuhi pekarangan rumah dengan gizi rendah pada ibu hamil dengan
ditanami sayur mayur dan beternak ikan melibatkan peran serta suami dalam
atau ayam sebagai sumber gizi alami pemeliharaan status gizi ibu hamil.
terbaik bagi keluarga. Untuk itu faktor Selain itu, dalam menjalankan program-
pengetahuan suami dan keluarga juga program tersebut sebaiknya
harus ditingkatkan, dengan sering menggunakan bahasa yang mudah
berhubungan dan mencari informasi dimengerti oleh masyarakat sehingga
kesehatan kepada petugas ataupun program-program yang di laksanakan
berhubungan dengan unit-unit organisasi dapat mengenai sasaran dan dapat
yang menggarap keluarga seperti PKK dipahami oleh masyarakat terutama
ataupun Dasawisma atau lembaga lain yang para suami dan ibu hamil.
bertujuan mensejahterakan keluarga. 3. Bagi Para Suami
T anggung jawab kehamilan adalah
SIMPULAN DAN SARAN tanggung jawab suami dan istri.
Kesimpulan Berbagai hal dapat dilakukan oleh
1. Belum optimalnya peran suami dalam suami untuk membantu istri memelihara
memahami peran dan hubungan yang status gizi kehamilannya, dari
sinergi antara suami dan istri dalam mengantar istri memeriksakan
pembagian peran secara adil sehingga kehamilannya ke Puskesmas atau bidan
dapat menciptakan lingkungan yang praktek mandiri, melakukan konsultasi
harmonis bagi perkembangan janin baik masalah gizi ibu hamil dengan petugas,
secara fisik maupun psikologisnya. membantu pekerjaan rumah yang biasa
2. Beberapa faktor penyebab kurang dikerjakan istri, tidak perlu melakukan
optimalnya peran suami tersebut adalah “labeling” terhadap jenis pekerjaan
pengetahuan yang masih rendah soal tertentu.
kehamilan dan kebutuhan gizi ideal,
faktor ekonomi keluarga dan faktor DAFTAR PUSTAKA
pemahaman terhadap masalah Atkinson, R.L, Atkinson, R.C dan Hilgard,
kesetaraan gender dalam pembagian E.R. 1994. Pengantar Psikologi. Jilid I.
tugas dan tanggung jawab keluarga. Jakarta: Erlangga
Saran Berk, Laura E. 1989. Child Development.
1. Bagi Mayarakat Massachusetts: Allyn and Bacon.

64
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

Duvall, E.M. 1977. Marriage and Family Scanzoni, L.D. and John Sconzoni. 1981.
Development. Philadelphia: J.B Men, Women, and Change. USA: Mc
Lippincott Company Graw Hill Inc.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Psikologi Sears, D.O., Friedman, J.L and Peplau, L.A.
Perkembangan, Suatu Pendekatan 1991. Psikologi Sosial. Jilid 2. Jakarta:
Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga
Jakarta: Erlangga. Strong, Bryan and Christine De Vault .1989.
Karyadi, E, 2006; Morning sickness, ibu The Marriage and Family Experience.
hamil bisa kurang gizi; http:// St.Paul: West Publishing Company
www.kompas.com Walgito, B. 1984. Bimbingan dan Konseling
Lamanna, Mary Ann and Riedman, Agnes. Perkawinan. Yogyakarta: Yayasan
1981. Marriage and Families Making Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Choices Throughout The Life Cycle. William, J.E. and Best, D.L. 1980. Sex and
California: Wadswoth Publishing Psyche, Gender and Self Viewed
Company. Cross Culturally. Sage Publication:
Monks, F .J., Knoers, A.M.P . dan Siti California/London/New Dehli
Rahayu Haditono. 1981. Psikologi -------, 2002; Kamus Besar Bahasa
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Indonesia edisi ketiga; Jakarta; Balai
Mada University Press Pustaka
Nurachmah, E, 2002; Nutrisi dalam -------, 2004; Statistik Gender dan analisis
keperawatan; Jakarta; Sagung Seto Kabupaten Banyumas; Purwokerto;
Prawirohardjo, S, 1999; Ilmu Kebidanan; Kantor Pemberdayaan Masyarakat
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Kabupaten Banyumas
Rowatt Jr, G. Wade dan Rowatt Mary Jo.
1990. Bila Suami Istri Bekerja.
Y ogyakarta: Kanisius

65

Vous aimerez peut-être aussi