Vous êtes sur la page 1sur 10

DETERMINAN KEPATUHAN DALAM PENERAPAN UNIVERSAL

PRECAUTION

DETERMINANTS OF COMPLIANCE IN UNIVERSAL PRECAUTION


APPLICATION

Puput Lestari Windy Puspitasari


Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia Provinsi Jawa Timur
Jl. Dukuh Menanggal 122 Surabaya, Jawa Timur 60234
E-mail: puputlestari.wp13@gmail.com

ABSTRACT
Universal precaution is a precautionary guidance on infection prevention that is expected to reduce the risk of transmission
infection from patient to health worker regardless of the status infection. The purpose of this research is analyze the
correlation between intention with compliance universal precaution application to nurses. This research is an observational
study with cross-sectional design. Respondents in this study were nurses from 9 rooms who served in inpatient
installations with total of 47 people. The sampling technique using simple random sampling. The data was collected by
using questionnaires and observation. Analysis data used analysis of chi-square and Cramer’s V correlation. Universal
precaution observed was hand washing, use of Personal Protective Equipment, management of sharp objects, and
management of medical waste. The results showed that the majority of nurses (74.5%) were well behaved in compliance
of universal precaution application. Statistical analysis show that there is a relationship between intention and compliance
to the application of universal precaution (0.001) and strong correlation in medium category (0.526). The conclusion was
that the better of intention, the better the nurse compliance level in the application of universal precaution.

Keywords: compliance, intention, universal precaution

ABSTRAK
Universal Precaution adalah pedoman kewaspadaan untuk pencegahan infeksi yang mampu mengurangi risiko penularan
infeksi dari pasien ke tenaga kesehatan tanpa memandang status infeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
hubungan intensi dengan kepatuhan dalam penerapan universal precaution terhadap perawat. Penelitian ini bersifat
observasional dengan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah perawat dari 9 ruangan yang bekerja
di instalasi rawat inap dengan total 47 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.
Analisis data menggunakan chi-square dan korelasi Cramer’s V. Universal precaution yang diobservasi yaitu cuci tangan,
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengelolaan benda tajam, dan pengelolaan limbah medis. Sebagian besar responden
memiliki tingkat kepatuhan dalam penerapan universal precaution yang berada pada kategori baik yaitu sebesar 74,5%.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara intensi dan kepatuhan terhadap penerapan universal
precaution (0,001) dan kuat hubungan dalam kategori sedang (0,526). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik
intensi perawat, maka semakin baik tingkat kepatuhan perawat dalam penerapan universal precaution.

Kata kunci: intensi, kepatuhan, kewaspadaan universal

PENDAHULUAN Penelitian WHO (2010) menyatakan bahwa di


Sebuah survei prevalensi di bawah naungan Amerika insiden terjadinya health care associated
World Health Organization (WHO) yang dilakukan infections (HAI) atau dikenal dengan infeksi
di 55 rumah sakit dari 14 negara mewakili 4 kawasan nosokomial sebesar 5–6% dari 1,7 juta pasien.
WHO (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah
Pasifik Barat) menunjukkan sebuah rata-rata 8,7% urinary track infection yaitu sebesar 36%. WHO
pasien rumah sakit mengalami nosokomial infeksi, (2010) menyatakan prevalensi kejadian HAI di
lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita Eropa sebesar 3,5–14,8% dengan 4.544.100 kejadian
komplikasi infeksi yang diakibatkannya di rumah HAI setiap tahun.
sakit (WHO, 2002).

©2019 IJOSH. Open access under CC BY NC – SA license doi: 10.20473/ijosh.v8i1.2019.94–103


Received 30 December 2017, received in revised form 02 February 2018, Accepted 18 January 2019, Published: March 2019
Puput Lestari Windy Puspitasari, Determinan Kepatuhan dalam Penerapan Universal Precaution… 95

Di negara berkembang risiko infeksi 2–20 kali terdiri dari berbagai tindakan yang terdiri dari
lebih tinggi daripada di negara maju, dan proporsi cuci tangan sebagai pencegahan terjadinya infeksi
pasien yang terinfeksi dapat melebihi 25% (WHO, silang; penggunaan APD seperti sarung tangan,
2010). Hasil surveilans yang dilakukan Depkes masker, kaca mata pelindung, dan apron untuk
RI (2004) menunjukkan bahwa kejadian infeksi mencegah kemungkinan percikan dari tubuh pasien;
nosokomial di rumah sakit pemerintah lebih tinggi pengelolaan alat tajam (adanya tempat khusus untuk
daripada rumah sakit swasta. Penelitian yang menampung jarum suntik, botol ampul bekas, dan
dilakukan Marwoto (2007), menjelaskan presentasi lainnya); sterilisasi alat kesehatan; pengelolaan
kejadian infeksi nosokomial di 5 rumah sakit limbah; pengelolaan linen.
pendidikan yaitu di RSUD Dr. Soetomo sebesar Perilaku perawat untuk patuh terhadap
14,6%, RSUP Dr. Sardjito sebesar 7,94%, RSCM penerapan universal precaution dipandang sangat
Jakarta sebesar 4,60%, RS Bekasi sebesar 5,06%, penting dalam usaha pencegahan infeksi dan dapat
RS Hasan Sadikin Bandung sebesar 4,60%. meningkatkan mutu pelayan kesehatan. Perawat
Angka insiden infeksi nosokomial di Jawa adalah petugas kesehatan yang selalu kontak
Timur pada tahun 2011 hingga 2013 mengalami langsung dengan pasien dalam jangka waktu yang
tren naik yaitu sebanyak 306 pada tahun 2011, 400 relatif lama. Penerapan universal precaution belum
pada tahun 2012, dan 526 pada tahun 2013 (Weisela sepenuhnya dijalankan dengan baik oleh perawat.
& Prijono, 2015). Penelitian Budiono (2011) di RS Setjonegoro
Selain penyakit akibat infeksi, ada potensi Wonosobo mengidentifikasikan 70% perawat
bahaya lain yang dapat terjadi di rumah sakit, seperti melakukan tindakan tidak sesuai dengan universal
kecelakaan, radiasi, bahan kimia yang berbahaya, precaution. Senada dengan penelitian Sahara (2011)
gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomik. di Rumah Sakit PMI Bogor mengidentifikasi 47,6%
Semua potensi bahaya itu dapat mengancam jiwa tenaga kesehatan tidak patuh menerapkan universal
baik para karyawan di rumah sakit, para pasien serta precaution. Sama dengan hasil penelitian Yuliana
para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit (2012) mengidentifikasi bahwa 33,3% perawat
(Siegel et al, 2007). RSKO Jakarta memiliki perilaku tidak patuh dalam
Salah satu kecelakaan kerja yang sering terjadi penerapan universal precaution untuk pencegahan
pada petugas rumah sakit adalah tertusuk jarum infeksi HIV/AIDS.
suntik atau lebih dikenal dengan Needle Stick Injury Salah satu komponen dari universal precaution
(NSI). Dampak dari NSI adalah dapat mengalami adalah cuci tangan. Berdasarkan studi pendahuluan
blood borne disease seperti Hepatitis B (HBV), yang dilakukan di RSU Haji Surabaya didapatkan
Hepetitis C (HBC), HIV, dan lainnya. Kejadian dari 24 ruangan, rata-rata tingkat kepatuhan
kasus NSI sering tidak dilaporkan terutama pada terhadap cuci tangan sebesar 75,5%. Terdapat 10
Negara berkembang seperti Indonesia. Padahal ruangan yang memiliki nilai kepatuhan dibawah
kemungkinan terjadinya penularan HIV setelah rata-rata. Kurangnya tingkat kepatuhan dalam
tertusuk jarum yang terkontaminasi HIV ialah 4 dari penerapan universal precaution dapat menjadi salah
1000 kejadian NSI. Kemungkinan penularan HBV satu penyebab dalam peningkatan angka infeksi
setelah tertusuk jarum yang terkontaminasi HBV nosokomial dan angka NSI pada perawat.
adalah 27–37 dari 100 kasus NSI. Kemungkinan Berdasarkan studi pendahuluan di RSU Haji
penularan HCV setelah tertusuk jarum yang Surabaya diketahui terdapat kejadian HAIs selama
terkontaminasi HCV adalah 3–10 dari 100 kasus 5 tahun yaitu dari tahun 2012–2016. Infeksi daerah
NSI (Kementerian Kesehatan, 2010). operasi (IDO) selalu menjadi urutan pertama
Upaya rumah sakit dalam pengendalian infeksi penyebab kejadian infeksi nosokomial. Pada tahun
baik untuk melindungi pasien maupun tenaga kerja 2016 jenis HAIs berupa VAP merupakan infeksi
adalah dengan menerapkan universal precautions. tertinggi yang terjadi di RSU Haji Surabaya yaitu
Universal precautions (UP) adalah pedoman yang dengan persentase 0,88%. Selain angka kejadian
dibuat oleh the Centers for Disease Control and infeksi nosokomial di RS, ditemukan kejadian
Prevention (CDC) dan the Occupational Safety Needle Stick Injury (NSI) di RSU Haji Surabaya.
and Health Administration (OSHA). UP bertujuan Pada tahun 2016 terdapat kejadian NSI sebanyak 5
untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit di kali kejadian.
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Kepatuhan dalam penerapan universal
Nursalam dan Ninuk (2011) universal precautions precaution tidak bisa lepas dari peranan semua
96 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 8, No. 1 Jan-Apr 2019: 94–103

pihak yang terlibat di dalam rumah sakit khususnya untuk menyajikan gambaran distribusi frekuensi
perawat. Kepatuhan dalam penerapan universal dari setiap variabel penelitian. Serta analisis korelasi
precaution dapat dinilai dari niatnya atau intensinya dengan menggunakan chi-square untuk melihat
dalam menjalankan program tersebut. Intensi hubungan antar variabel.
adalah suatu niat yang kuat untuk melakukan suatu
tindakan.
HASIL
Perlunya penerapan perilaku K3 pada setiap
tindakan untuk menekan angka kejadian penyakit Gambaran Umum RSU Haji Surabaya
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Perilaku K3 Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya
dapat terbentuk dari berbagai faktor yaitu faktor dari adalah rumah sakit milik provinsi Jawa Timur,
individu pekerja maupun dari lingkungan pekerja. didirikan berkenaan dengan peristiwa yang menimpa
Faktor tersebut dapat mempengaruhi niat atau intensi para jama’ah haji Indonesia di terowongan Mina
seseorang dalam berperilaku. pada tahun 1990. Almarhum Presiden Soeharto
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik meresmikan Rumah Sakit Umum tipe C yang dibuka
untuk menganalisis hubungan intensi dengan pada tanggal 17 April 1993, keberhasilan dalam
kepatuhan dalam penerapan universal precaution pada pembukaan rumah sakit ini karena adanya bantuan
perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. dana dari pemerintah Arab Saudi dan dilanjutkan
dengan biaya dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
METODE Pada tahun 2002 RSU Haji berubah menjadi RSU
tipe B Non Pendidikan berdasarkan Perda No. 23
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian
Tahun 2002.
cross sectional yaitu penelitian ini dilakukan dengan
Saat ini status RSU Haji Surabaya berdasarkan
satu kali pengamatan terhadap variabel penelitian
SK Menkes No. 1003/ MENKES/SK/X/2008 pada
dan dalam periode waktu tertentu. Penelitian
tanggal 30 Oktober 2008 telah menjadi Rumah Sakit
ini merupakan penelitian kuantitatif karena
Umum Kelas B Pendidikan. RSU Haji mendapatkan
menggunakan data penelitian yang dinyatakan dalam
sertifikat ISO 9001: 2000 pada tahun 2008 pada
bentuk angka (Sugiyono, 2010).
Paviliun Graha Nuur Afiyah dan Instalasi Gawat
Penelitian ini dilakukan pada Oktober sampai
Darurat. RSU Haji Surabaya kembali mendapat
November 2017. Populasi pada penelitian ini yaitu
pengakuan standar mutu yakni lulus ISO 9001:2008
perawat yang bekerja di Instalasi Rawa Inap RSU
dengan 16 pelayanan pada tanggal 24 Desember
Haji Surabaya yang berjumlah sebesar 129 orang.
2011.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara simple random sampling. Setiap individu Karakteristik Responden
di dalam populasi mempunyai kesempatan sama
untuk menjadi sample, dengan menggunakan rumus Responden pada penelitian ini adalah perawat
Lameshaw didapatkan hasil sampling sebanyak 47 di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. Pada
perawat. penelitian ini karakteristik responden yang diteliti
Variabel dependen yang diteliti adalah intensi terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan
kepatuhan dalam penerapan universal precaution dan masa kerja. Persentase karakteristik responden
dan kepatuhan penerapan universal precaution, dapat dilihat di Tabel 1.
sedangkan variabel bebasnya adalah background Perawat yang menjadi responden dalam
factor yaitu umur, jenis kelamin, masa kerja, tingkat penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin
pendidikan. perempuan (76,6%), sebagian besar berumur 20–30
Cara pengumpulan data menggunakan data tahun (57,4%), tingkat pendidikan sebagian besar
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer pada jenjang D3 Keperawatan (76,6%), serta masa
yang didapatkan melalui pembagian dan pengisian kerja yang sebagian besar > 5 tahun (49%).
instrumen kuesioner dilakukan kepada perawat
Intensi Perawat
yang telah terpilih untuk menjadi sampel penelitian
serta observasi perawat dalam penerapan universal Intensi pekerja yang dimaksud dalam penelitian
precaution dengan lembar checklist. ini adalah keinginan yang dimiliki oleh responden
Analisa data yang digunakan adalah untuk cenderung menerapkan Universal Precaution
menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan (UP) yang merupakan kombinasi dari sikap, norma
Puput Lestari Windy Puspitasari, Determinan Kepatuhan dalam Penerapan Universal Precaution… 97

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Penerapan
di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya Universal Precaution di Instalasi Rawat
Tahun 2017 Inap RSU Haji Surabaya Tahun 2017
Persentase Kepatuhan Penerapan
Frekuensi
Persentase
Karakteristik Responden Frekuensi Universal Precaution (%)
(%)
Jenis Kelamin Cukup 12   25,5
Laki-laki 11   23,4 Baik 35   74,5
Perempuan 36   76,6 Total 47 100
Umur
20–30 tahun 27   57,4 Tabel 4. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin
31–40 tahun 14 298 dengan Kepatuhan dalam Penerapan
41–50 tahun  6   12,8 Universal Precaution di Instalasi Rawat
Inap RSU Haji Surabaya Tahun 2017
Tingkat Pendidikan
D3 Keperawatan 36   76,6 Kepatuhan dalam Penerapan UP
Jenis
Profesi S1 Keperawatan 11   23,4 Cukup Baik Total
Kelamin
Masa Kerja ∑ % ∑ % ∑ %
< 2 tahun 17   36 Laki-laki  2 18,2 9 81,8 11 100
2–5 than  7   15 Perempuan 10 27,8 26 72,2 36 100
Total 12 25,5 35 74,5 47 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Intensi Perawat di


Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya universal precaution dilakukan pada perawat
Tahun 2017 Instalasi Rawat Inap yang hasilnya ditampilkan
pada Gambar 1.
Intensi Frekuensi Persentase (%) Empat komponen yang digunakan dalam
Cukup 22   46,8 observasi penerapan universal precaution didapatkan
Baik 25   53,2 rata-rata kepatuhan sebesar 78,31%. Berdasarkan
Total 47 100 hasil observasi penerapan universal precaution pada
perawat dari 4 (empat) komponen tersebut terdapat
2 (dua) komponen universal precaution yang berada
subyektif dan persepsi atas kontrol perilaku.
di bawah rata-rata yaitu kepatuhan cuci tangan dan
Kuesioner intensi diberikan pada 47 responden di
kepatuhan penggunaan APD.
Instalasi rawat Inap RSU haji Surabaya.
Berdasarkan Tabel 2 hasil distribusi frekuensi Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan
intensi menunjukkan bahwa intensi tentang dalam Penerapan Universal Precaution
penerapan universal precaution pada perawat
sebagian besar berada pada kategori baik yaitu Jenis kelamin adalah salah satu background
53,2%. faktor yang memiliki hubungan dengan belief.
Tabel 4 yang menunjukkan tabulasi silang antara
Kepatuhan dalam Penerapan Universal jenis kelamin dengan kepatuhan dalam penerapan
Precaution universal precaution. Hasil Tabel 4 menunjukkan
bahwa perawat dengan jenis kelamin perempuan
Data kepatuhan penerapan universal precaution
lebih banyak daripada laki-laki. Dan perawat
diperoleh melalui hasil observasi menggunakan
jenis kelamin perempuan sebagian besar memiliki
checklist terhadap 47 responden di Instalasi Rawat
kepatuhan yang baik (72,2%).
Inap RSU Haji Surabaya, terdapat 9 ruangan rawat
inap yang digunakan sebagai tempat penelitian. Hubungan Umur dengan Kepatuhan dalam
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa Penerapan Universal Precaution
kepatuhan perawat dalam penerapan universal
precaution sebagian besar berada pada kategori Hasil penelitian karakteristik tenaga kerja
baik yaitu sebesar 74,5%. Hasil observasi penerapan tentang tabulasi silang antara umur perawat dan
98 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 8, No. 1 Jan-Apr 2019: 94–103

kepatuhan dalam penerapan universal precaution kepatuhan dalam penerapan universal precaution
pada Tabel 5. Perawat di Instalasi Rawat Inap dapat dilihat pada Tabel 6.
terbanyak berada pada kelompok berumur 20-30 Diketahui bahwa sebagian besar responden
tahun sebanyak 27 orang. Sebagian besar perawat memiliki tingkat pendidikan yang paling banyak
berumur 20-30 tahun memiliki kepatuhan yang baik dijumpai pada D3 Keperawatan yakni sebanyak
yaitu sebesar 74%. 36 orang dan yang memiliki kepatuhan terbanyak
dengan kategori baik sebesar 72,2%.
Hubungan Tingkat Pendidikan Kepatuhan dalam
Penerapan Universal Precaution Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan dalam
Penerapan Universal Precaution
Hasil penelitian karakteristik responden tentang
tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa sebagian
besar responden (perawat) memiliki masa kerja

Tabel 6. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan Tabel 7. Tabulasi Silang antara Masa Kerja dengan
dengan Kepatuhan dalam Penerapan Kepatuhan dalam Penerapan Universal
Universal Precaution di Instalasi Rawat Precaution di Instalasi Rawat Inap RSU
Inap RSU Haji Surabaya Tahun 2017 Haji Surabaya Tahun 2017
Kepatuhan dalam Penerapan UP Kepatuhan dalam Penerapan UP
Tingkat
Cukup Baik Total Masa Kerja Cukup Baik Total
Pendidikan
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
D3 Keperawatan 10 27,8 26 72,2 36 100 < 2 tahun   3 17,6 14 82,4 17 100
Profesi S1   2 18,2   9 81,8 11 100 2–5 tahun   3 42,9   4 57,1   7 100
Keperawatan > 5 tahun   6 26,1 17 73,9 23 100
Total 12 25,5 35 74,5 47 100 Total 12 25,5 35 74,5 47 100

Tabel 8. Hubungan Intensi dengan Kepatuhan dalam Penerapan Universal Precaution pada Perawat di Instalasi
Rawat Inap RSU Haji Surabaya Tahun 2017
Kepatuhan dalam Penerapan
Intensi Penerapan Universal Precaution Total
Universal P value Cramers’ V
Cukup Baik
Precaution
n % n % N %
Cukup 11 50 11 50 22 100
0,001 0,526
Baik  1  4 24 96 25 100
Total 12 25,5 35 74,5 47 100

Universal Precaution

Gambar 1. Kepatuhan Penerapan Universal Precaution di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya Tahun
2017
Puput Lestari Windy Puspitasari, Determinan Kepatuhan dalam Penerapan Universal Precaution… 99

selama > 5 tahun yaitu sebanyak 23 perawat. melakukan sebuah perilaku. Intensi berperilaku
Sebagian besar perawat dengan masa kerja >5 tahun masih merupakan suatu keinginan dan belum
memiliki kepatuhan baik sebesar 73,9%. merupakan perilaku, sedangkan perilaku adalah
tindakan nyata yang telah dilakukan. Munculnya
Hubungan Intensi dengan Kepatuhan dalam suatu intensi berperilaku berdasarkan jika individu
Penerapan Universal Precaution dapat memutuskan keinginannya sendiri untuk
Hubungan intensi dengan kepatuhan dalam melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu
penerapan universal precaution di Instalasi Rawat perilaku (Ba’agil, 2012).
Inap RSU Haji Surabaya menunjukkan bahwa Intensi yang dimaksud dalam penelitian ini
perawat yang memiliki intensi cukup sama-sama adalah keinginan yang dimiliki oleh perawat untuk
memiliki kepatuhan dalam penerapan universal cenderung menerapkan Universal Precaution (UP).
precaution yang cukup dan baik (50%), sedangkan Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
perawat yang memiliki intensi baik cenderung besar intensi perawat termasuk dalam kategori
memiliki kepatuhan dalam penerapan universal baik yaitu sebanyak 25 perawat (53,2%). Intensi
precaution yang baik (96%). merupakan faktor utama yang mempengaruhi
Berdasarkan uji statistik untuk mengetahui individu berperilaku.
hubungan intensi dengan kepatuhan dalam
Kepatuhan
penerapan universal precaution menggunakan uji chi
square. Hasil uji chi square dengan menggunakan Universal precaution merupakan suatu pedoman
derajat kemaknaan α = 0,05 maka diperoleh nilai yang dibuat untuk proses pengendalian infeksi. Saat
p = 0,001 yang berarti nilai p < α sehingga H0 di ini kesehatan dan keselamatan kerja telah fokus pada
tolak. Kesimpulan yang didapatkan yaitu terdapat suatu pengendalian di lingkungan kerja dan prosedur
hubungan antara intensi dengan kepatuhan dalam kerja fisik pekerja sebagai upaya untuk mencegah
penerapan universal precaution. kesalahan dan kecelakaan, faktor manusia yang
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan berkontribusi terhadap pelanggaran kecelakaan.
korelasi Cramer’s antara intensi dengan kepatuhan Peran serta perawat dalam upaya peningkatan
dalam penerapan universal precaution, didapatkan kesehatan yaitu dalam melakukan asuhan
nilai Cramer’s sebesar 0,526 yang menunjukkan keperawatan baik secara mandiri maupun kolaborasi
bahwa kuat hubungan antara intensi dengan dengan tenaga kesehatan lainnya. Saat melakukan
kepatuhan dalam penerapan universal precaution asuhan keperawatan, perawat tidak bisa lepas
adalah sedang. Nilai korelasi yang ditunjukkan dari kebijakan yang diberlakukan di rumah sakit
adalah positif. Hal ini berarti bahwa semakin baik termasuk dalam penerapan universal precaution.
intensi maka semakin baik pula kepatuhan perawat Berdasarkan hasil observasi dalam penerapan
dalam penerapan universal precaution. universal precaution pada 47 perawat sebagai
responden, diketahui bahwa kepatuhan sebagian
besar perawat dalam menerapkan universal
PEMBAHASAN
precaution berada pada kategori baik yaitu sebanyak
Intensi 35 orang (74,5%). Ada 4 (empat) komponen yang
Theory of planned behavior merupakan digunakan dalam observasi penerapan universal
metode perilaku yang diterapkan untuk memahami precaution yaitu kepatuhan cuci tangan, kepatuhan
bagaimana cara individu berperilaku (Ramdhani, penggunaan APD, kepatuhan pengolahan benda
2011). Keputusan dalam berperilaku merupakan tajam dan kepatuhan pengolahan limbah.
hasil dari sebuah proses yang beralasan dimana Empat komponen yang digunakan dalam
perilaku dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan observasi penerapan universal precaution didapatkan
persepsi atas kontrol perilaku, hal ini mempengaruhi rata-rata kepatuhan sebesar 78,31%. Berdasarkan
terutama intensi berperilaku. Sehingga intensi sangat hasil observasi penerapan universal precaution pada
berkaitan kuat dalam mempengaruhi perilaku. perawat dari 4 (empat) komponen tersebut terdapat
Nursalam (2016) mengungkapkan bahwa 2 (dua) komponen universal precaution yang berada
intensi merupakan indikasi seberapa kuat keyakinan di bawah rata-rata yaitu kepatuhan cuci tangan yaitu
seseorang untuk mencoba suatu perilaku, dan sebesar 68,93% dan kepatuhan penggunaan APD
seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk 62,41%.
100 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 8, No. 1 Jan-Apr 2019: 94–103

Saat melalukan tindakan invasif seperti dalam rentang tersebut termasuk dalam kategori usia
pemasangan infus, beberapa responden tidak produktif.
memakai APD berupa sarung tangan, alasan perawat Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja
berdasarkan hasil wawancara adalah karena sudah yang berumur 20–30 atau kategori paling muda
terbiasa dengan hal tersebut selain itu dengan sebagian besar memiliki kepatuhan dalam penerapan
memakai sarung tangan dapat membuat perawat universal precaution yang baik yaitu sebesar 74%.
kesulitan saat melakukan fiksasi setelah pemasangan Menurut Potter & Perry (2009) menjelaskan
infuse karena bahan yang digunakan untuk fiksasi pada tahap dewasa, cenderung menunjukkan tingkat
dapat lengket dengan sarung tangannya. Terdapat perkembangan kognitif yang lebih baik terlebih
beberapa perawat yang memakai sarung tangan dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta
untuk lebih dari 1 pasien pada saat melakukan sikap yang bertanggung jawab terhadap tindakan
tindakan. dalam mengambil keputusan.
Banyak yang memiliki anggapan bahwa usia
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan seseorang dapat mempengaruhi produktivitas
dalam Penerapan Universal Precaution namun dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin perawat yang berusia lebih tua membuktikan lebih
menunjukkan bahwa sebagian besar responden produktif daripada perawat yang berusia lebih muda.
terdiri dari perempuan yaitu sebesar 76,6%. Namun pada keadaan dan tindakan tertentu yang
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa perawat mengutamakan kekuatan fisik dapat berpengaruh
laki-laki sebagian besar memiliki kepatuhan yang dalam penurunan produktivitas karena faktor usia.
baik, namun dikarenakan sebagian besar responden Kelemahan tersebut dapat digantikan oleh kelebihan
berjenis kelamin perempuan, oleh karena itu tintang yang didapatkan dari pengalaman (Robbins dan
intensi pada perawat laki-laki kurang terlihat. Jugde, 2008).
Berdasarkan sejarah pendidikan keperawatan Kemampuan motorik berkembang sesuai dengan
di Indonesia sebagian besar memiliki peserta peningkatan umur yang identik dengan semangat
didik berjenis kelamin perempuan. Sesuai dengan tinggi dan tenaga yang prima. Penelitian ini sejalan
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan serta dengan hasil penelitian Supardi, dkk (2013) yang
tuntutan di lapangan, saat ini banyaknya minat dari menyatakan bahwa perawat yang berusia dewasa
masyarakat untuk menjadikan anggota keluarga awal (31–40 tahun) melaksanakan universal
mereka menjadi tenaga kesehatan khususnya profesi precaution dengan kategori baik. Penelitian ini juga
keperawatan. Seiring perubahan zaman sudah mulai sama hasilnya dengan penelitian yang dilakukan
adanya persamaan antara perbandingan jumlah oleh Syahrizal et al (2015) bahwa perawat dengan
perempuan dan laki-laki (Agung, 2016) usia dewasa awal mampu melaksanakan universal
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan precaution dengan kategori baik. Perawat di
yang dikemukakan oleh Rolinson dan Kish (2010) usia produktif dapat melakukan berbagai asuhan
bahwa jenis kelamin perawat sebagian besar keperawatan dengan baik.
adalah perempuan, dikarenakan dalam sejarahnya
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan
keperawatan berperan dalam care taking (pemberi
dalam Penerapan Universal Precaution
perawatan) secara tradisional di dalam keluarga dan
masyarakat. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian
ini yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang
Hubungan Umur dengan Kepatuhan dalam ditamatkan oleh perawat sebagai responden.
Penerapan Universal Precaution Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa
Proporsi usia yang paling banyak pada sebanyak 36 (76,6%) responden berpendidikan
responden di Instalasi Rawat Inap RSU Haji D3 Keperawatan. Perawat yang berpendidikan D3
Surabaya paling banyak berumur 20–30 tahun Keperawatan sebagian besar memiliki kepatuhan
yaitu sebesar 57,4 %. Berdasarkan Undang-Undang yang baik yaitu sebesar 72,2%.
tenaga kerja No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan seseorang sangat berkaitan dengan
penduduk yang dikelompokkan sebagai pekerja kemampuan intelektual seseorang. Kemampuan
berada pada umur antara 15–64 tahun. Penduduk intelektual yaitu kemampuan yang digunakan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental seperti menalar,
Puput Lestari Windy Puspitasari, Determinan Kepatuhan dalam Penerapan Universal Precaution… 101

menganalisis, memecahkan masalah dan berpikir usaha seseorang, dan seberapa banyak usaha yang
(Robbins dan Jugde, 2008). mereka rencanakan untuk digunakan dalam tujuan
Seorang perawat dengan kualifikasi tingkat menampilkan suatu perilaku (Ajzen, 2005).
pendidikan keperawatan Diploma III secara Intensi merupakan suatu indikasi seberapa
kompetensi baik dari aspek kognitif, afektif, maupun keras seseorang berusaha untuk menampilkan
psikomotor diharapkan mampu untuk melakukan suatu perilaku. Semakin keras intensi individu
tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin kuat
pelayanan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kecenderungan individu tersebut untuk benar‑benar
standar operasional prosedur yang berlaku pada melakukan perilaku tersebut. Intensi individu
lingkungan kerja setempat termasuk penerapan untuk berperilaku dapat menjadi perilaku nyata
universal precaution. jika perilaku tersebut berada pada kontrol individu
yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan individu
Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan dalam memiliki pilihan dalam mengambil keputusan untuk
Penerapan Universal Precaution berperilaku tertentu atau tidak sama sekali.
Masa kerja adalah lamanya pekerja bekerja Hasil penelitian Hall, et al (2013) menjelaskan
yang dihitung mulai pertama kali bekerja sampai bahwa konstruksi TPB mempengaruhi keputusan
saat dilakukannya penelitian. Masa kerja paling kesehatan dan keselamatan. TPB telah dilakukan uji
banyak dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sebagai alat untuk prediksi terhadap niat perilaku
> 5 tahun yaitu sebesar 49%. Lamanya masa kerja yang sesuai dalam beberapa perilaku keselamatan.
dapat mempengaruhi pemahaman pekerja terhadap Temuan dari studi ini mendukung bahwa TPB dapat
kondisi tempat kerja dan pekerjaannya sehingga digunakan sebagai dasar pengembangan model yang
dapat mengantisipasi timbulnya bahaya dan risiko mewakili perilaku yang aman.
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja maupun Intensi yang diukur dalam penelitian ini yaitu
penyakit akibat kerja. keinginan perawat dalam menerapkan universal
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa precaution. Hasil analisis statistik dalam penelitian
perawat yang memiliki masa kerja > 5 tahun, ini dapat diketahui melalui tabel 5.14, berdasarkan
sebagian besar miliki tingkat kepatuhan yang baik uji chi-square menunjukkan bahwa yaitu p-value=
yaitu sebesar 73,9%. 0,001 (p<α) sehingga terdapat hubungan antara
Menurut hasil penelitian Syahrozi (2016) intensi dan kepatuhan dalam penerapan universal
menyatakan bahwa masa kerja sangat berpengaruh precaution pada perawat. Serta kuat hubungan antara
positif terhadap kepatuhan. Hal ini berarti bahwa persepsi atas kontrol perilaku dan intensi penerapan
pengalaman-pengalam positif yang mendukung universal precaution adalah sedang. Intensi yang
untuk perubahan perilaku semakin banyak maka cukup menunjukkan kepatuhan yang cukup dalam
akan timbul kecenderungan untuk berperilaku penerapan universal precaution. Intensi yang baik
selamat pada perawat. Semakin lama masa kerja menunjukkan kepatuhan yang baik dalam penerapan
seseorang maka pengalamannya dalam melakukan universal precaution. Penelitian ini senada dengan
perawatan tentu lebih baik dibandingkan perawat penelitian Rafi’ah (2017) yang menunjukkan bahwa
yang masa kerjanya pendek. terdapat hubungan antara intensi dengan perilaku
Sejalan dengan penelitian Handoko (2008) yang keselamatan.
menyatakan bahwa semakin lama masa kerja pekerja Penelitian lain yang dilakukan oleh Ajzen et al
maka keterampilan akan lebih baik karena sudah (2016) menjelaskan bahwa Penentu utama perilaku
dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. di TPB adalah niat untuk berperilaku. Intensi atau
niat adalah prediktor perilaku terbaik dan mencakup
Hubungan Intensi dengan Kepatuhan dalam 24% varian perilaku.
Penerapan Universal Precaution
Berdasarkan Theory Of Planned Behavior, SIMPULAN
faktor utama dari suatu perilaku yang ditampilkan Berdasarkan hasil analisis karakteristik
individu adalah intensi untuk menampilkan responden didapatkan bahwa sebagian besar
perilaku tertentu. Intensi diasumsikan sebagai responden penelitian ini berjenis kelamin
faktor motivasional yang dapat mempengaruhi perempuan, berusia antara 20–30 tahun, memiliki
suatu perilaku. Intensi adalah seberapa keras tingkat pendidikan D3 Keperawatan, dengan masa
102 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 8, No. 1 Jan-Apr 2019: 94–103

kerja > 5 tahun. Intensi perawat tentang penerapan Marwoto, A., Kusnato, H., Handono, D., 2007. Analisis
universal precaution sebagian besar termasuk Kinerja Perawat dalam PengendalianInfeksi
dalam kategori baik. Kepatuhan dalam penerapan Nosokomial di Ruang IRNA 1 RSUP. Dr. Sardjito
universal precaution pada perawat sebagian besar Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas
termasuk dalam kategori baik. Terdapat hubungan Gadjah Mada
antara intensi dengan kepatuhan penerapan universal Nursalam., 2016. Metodologi Penelitian Ilmu
precaution. Kuat hubungan antara intensi dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
kepatuhan dalam penerapan universal precaution Nursalam., Ninuk, D. K., 2011. Asuhan Keperawatan
adalah sedang. pada Pasien Terinfeksi Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Medika
Supardi., Suyami., Indarti., 2013. Hubungan Tingkat
UCAPAN TERIMA KASIH
Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para Universal Precaution. Triage Jurnal Ilmu
responden, Perawat RSU Haji Surabaya serta pihak- keperawatan, [e-Journal] 7(1): pp. 43-57
pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian Potter P. A., Perry A. G., 2009. Fundamental of
ini. Nursing, Buku 1, Edisi : 7. Jakarta: Salemba
Medika
Rafi’ah., 2017. Determinan Safety Behavior
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB).
Ajzen, I., 2005. Attitudes, Personality and Behavior Tesis. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Second Edition. England: McGraw-Hill Universitas Airlangga
Ajzen, I., Holger, S., Michael, K., Peter, S., Ramdhani, N., 2011. Penyusunan Alat Pengukur
Rüdiger, K., 2016. How Effective are Behavior Berbasis Theory of Planned Behavior (TPB).
Change Interventions Based on the Theory of Buletin Psikologi, [e-Journal] 19(2): pp. 55-69
Planned Behavior A Three-Level Meta-Analysis. Riyanto, D. A., 2016. Faktor-Faktor yang
Zeitschrift für Psychologie, [e-Journal] 224(3): Mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam
pp. 216–233 Penggunaan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit
Ba’agil, C., 2010. Pengaruh Situation Awarenes Asih Serang Provinsi Banten. Jurnal Kesehatan
Bidan terhadap Intention dalam Pelayanan “Caring and Enthusiasm”, [e-Journal] 5(1): pp.
Kontrasepsi IUD dan Implan dengan Behavior 81-89
Beliefs, Normative Beliefs dan Control Beliefs Robbins, S. P., Judge, T. A., 2008. Buku 1: Perilaku
sebagai Determinan. Disertasi. Surabaya: Organisasi (Organizational Behavior) Edisi 12.
Universitas Airlangga Jakarta: Salemba Empat
Budiyono, S., 2011. Faktor Affecting Application Rollinson, D., Kish., 2010. Care Concept in
of Behavior Principles of Universal Precaution Advanced Nursing. St. Louis: Mosby A Harcourt
on Nurse Setjonegoro Wonosobo General Health Science Company.
Hospital. Skripsi. Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Sahara, A., 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Kesehatan Ngudi Waluyo Unggaran dengan Kepatuhan Perawatdan Bidan dalam
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2004. Penerapan Kewaspaaan Universal Kewaspaaan
Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Standar di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia
Infeksi di ICU. Jakarta: Direktorat Jenderal Bogor. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
Pelayanan Medik Spesialistik Masyarakat Universitas Indonesia
Hall, M. E., Earl H. B., Susan M. S., June D. G., Siegel, J. D., et al., 2007. Guideline for Isolation
2013. Development of a Theory Based Safety Precaution: Preventing Transmission of Infectious
Climate Instrument. Journal of Safety, Health & Agents in Healthcare Setting. USA: Department
Environmental Research, [e-Journal] 9(1): pp. of Health & Human Services
58-69 Sugiyono., 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 Tahun Alfeba.
2010. Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Syahrizal, I., Darwin, K., & Fathra A. N., 2015.
Kerja di Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Hubungan Pengetahuan Perawat tentang
Kesehatan Republik Indonesia Universal Precautions dengan Penerapan
Puput Lestari Windy Puspitasari, Determinan Kepatuhan dalam Penerapan Universal Precaution… 103

Universal Precautions pada Tindakan Pemasangan World Health Organization (WHO)., 2002. Prevention
Infus. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu of Hospital-Acquired Infections, A practical
Keperawatan, [e-Journal] 2(1): pp. 828-836 guide, 2nd Edition. New York: Department
Syahrozi, R., 2016. Analisis Pengaruh Safety Talk of Communicable Disease Surveillance and
Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Response
Diri (APD) pada Proyek Konstruksi di Surabaya. World Health Organization (WHO)., 2010. Through
Tesis. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat the Promotion of Best Practices in Hand Hygiene
Universitas Airlangga and Infection Control, the First Global Patient
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Safety Challenge aims to Reduce Healthcare-
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: Associated Infection (HCAI) Worldwide. Geneva:
Pemerintah Republik Indonesia WHO Press
Weisela, E. P., Satyabakti, P., 2015. Perbedaan Risiko Yuliana, C., 2012. Kepatuhan Perawat terhadap
Infeksi Nosokomial Saluran Kemih Berdasarkan Kewaspadaan Standar di RSKO. Skripsi. Jakarta:
Kateretisasi Urin, Umur, dan Diabetes Melitus. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jurnal Berkala Epidemiologi,  [e-Journal] 3(2): Indonesia
pp. 205-216

Vous aimerez peut-être aussi