Vous êtes sur la page 1sur 10

ISSN 0853-8557

ANALISIS PENINGKATAN JALAN AKIBAT KERUSAKAN STRUKTUR


PERKERASAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF
Faizul Chasanah1

1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia
Email: Faizul_Chasanah@uii.ac.id

ABSTRACT
Performance of pavement structure related to the material and subgrade conditions. This
research was conducted to evaluate the damage to the flexible pavement, to analyze the
influence of potential and expansive pressure of subgrade, and to analyze pavement thickness of
flexible pavement and rigid pavement that has been done by the government in 2012.The
location for this research is the road from Purwodadi to Geyer and from km 66+650 to km
87+180. The analysis done with evaluate of the road damage was based on secondary data
from Bina Marga department and observation in the field. The early research with taking some
soil sample and then testing in laboratory to determine the swelling potentials and swelling
pressure by Seed (1962) method. While, the analysis of pavement thickness was designed using
the AASHTO (1993) and Bina Marga method. The result of research show the existing condition
have ten locations with severely damaged and one location with moderately damaged. Based on
the laboratory tests results, the soil condition has a critical expansive degree and high
expansive pressure. The average value of expansive degree to all sample show > 10 % and >
300 kPa for expansive pressure. The analysis using AASTHO (1993) method generated
additional pavement thickness of 18.5 cm which was required on flexible pavement while the
analysis by Bina Marga method produced the required pavement thickness of 23 cm on rigid
pavement. Therefore, it can be concluded that overlay in the Purwodadi - Geyer road was not
able to serve the traffic based on service life of ten years.
Key words: road damage, expansive soil, overlay, treatment.
PENDAHULUAN Purwodadi) dan tipe kerusakan pada saat
musim hujan dan musiam kemarau.
Prasarana jalan raya mempunyai peran
penting dalam pengembangan suatu Kinerja struktur perkerasan jalan berkaitan
wilayah. Ketersediaan konstruksi jalan yang langsung dengan sifat-sifat fisik dan kondisi
memadai masih menjadi proyek besar di tanah dasar. Perkerasan akan mempunyai
negara Indonesia ini. Beberapa wilayah kinerja yang baik, apabila perancangan
masih mempunyai kondisi jalan yang dilakukan dengan baik dan seluruh
memperhatinkan sehingga perlu upaya yang komponen utama dalam sistem perkerasan
intensif dari pemerintah. Berdasarkan berfungsi dengan baik. Tanah dasar
pengamatan yang dilakukan, ruas jalan merupakan tumpuan yang akan menerima
Purwodadi-Geyer sering mengalami seluruh beban dari lapis perkerasan dan
kerusakan jalan dari yang ringan sampai beban lalulintas yang ada di atasnya
rusak berat. Pemeliharaan sudah dilakukan sehingga kondisi lapisan tanah dasar sangat
namun hasilnya tidak memberikan berpengaruh terhadap konstruksi yang ada
perubahan yang lebih baik. Kondisi ini di atas tanah tersebut. Apabila kondisi
diduga akibat dari tanah dasar yang subgrade merupakan tanah ekspansif maka
tergolong jenis ekspansif. Hal ini diperkuat sangat berpotensi memberikan kerugian
dengan adanya data geologi (Kabupaten yang besar pada konstruksi jalan raya.

12 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

Tujuan penelitian ini adalah (1) adalah persentase pengembangan di bawah


mengevaluasi kerusakan jalan pada tekanan 6,9 kPa pada tanah sampel yang
perkerasan lentur yang mendasar pada data dipadatkan pada kadar air optimum
sekunder Bina Marga; (2) menganalisis sehingga mencapai berat volume kering
pengaruh potensi dan tekanan maksimumnya menurut standar AASHTO.
pengembangan tanah dasar terhadap lapisan Klasifikasi derajat ekspansif menurut Seed
perkerasan; dan (3) menganalisis tebal lapis (1962) ditunjukkan dalam Tabel 1.
tambah (overlay) sebagai upaya
Tabel 1 Klasifikasi derajat ekspansif
peningkatan jalan di lokasi yang mengalami
menurut Seed (1962)
kerusakan.
Kondisi perkerasan lentur pada ruas jalan Potensi
Derajat Ekspansif
Purwodadi-Geyer tahun 2012 sangat rusak Pengembangan (%)
sehingga pemerintah melakukan overlay 0 – 1,5 Rendah
dengan lapis tambah aspal dan beton. Lapis
tambah aspal dihamparkan di atas jalan 1,5 – 5,0 Sedang
lama yang telah dibongkar sebelumnya 5,0 – 25,0 Tinggi
sedangkan lapis tambah beton langsung
dihamparkan pada perkerasan yang rusak > 25,0 Sangat Tinggi
tanpa membongkar lapis permukaannya. Sumber: Hardiyatmo (2011)
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Kerusakan Jalan di Atas
Tanah Ekspansif Tanah Ekspansif
Syawal (2004) menyatakan bahwa tanah Ciri-ciri kerusakan jalan di atas tanah
ekspansif adalah tanah lempung yang ekspansif berdasarkan buku pedoman
mempunyai ciri-ciri yaitu mengalami Departemen Pekerjaan Umum adalah
perubahan volume yang besar dalam sebagai berikut:
merespon langsung kadar air. Tanah
1. Retakan
ekspansif cenderung mengalami
Retak pada perkerasan terjadi akibat
peningkatan volume yaitu akan
penyusutan maupun pengembangan
mengembang ketika kadar air pada tanah
tanah. Retak ini merupakan retak
meningkat dan mengalami penyusutan
memanjang yang dimulai dari tepi bahu
ketika kadar air pada tanah menurun.
jalan menuju ke tengah perkerasan.
Berdasarkan buku pedoman dari
2. Kenaikkan tanah
Departemen PU, definisi pengembangan
Kenaikkan tanah atau cembungan
atau swelling adalah pembesaran volume
perkerasan jalan dapat diakibatkan oleh
tanah ekspansif akibat bertambahnya kadar
mengembangnya tanah ekspansif yang
air. Potensi pembesaran volume ini
berada di bawah perkerasan.
tergantung pada komposisi mineral,
peningkatan kadar air, indeks plastisitas, 3. Penurunan
kadar lempung dan tekanan tanah penutup. Penurunan permukaan perkerasan jalan
Penyusutan (shrinkage) adalah pengecilan dapat terjadi akibat berubahnya sifat
volume tanah ekspansif akibat tanah dasar menjadi tanah lunak atau
berkurangnya kadar air. Potensi pengecilan terjadinya pengecilan volume akibat
volume ini terjadi apabila nilai kadar air proses penyusutan.
lebih kecil dari nilai batas susutnya.
4. Longsoran
Salah satu metode untuk analisa potensi Air permukaan yang berada di atas
pengembangan adalah metode pengukuran perkerasan dapat masuk ke dalam celah
(Indirect method). Seed dkk (1962) yang besar, sehingga tanah menjadi
menyatakan bahwa swelling potential jenuh air dan kadar air di dalamnya

Chasanah - Analisis Peningkatan Jalan Akibat Kerusakan Struktur Perkerasan Di Atas Tanah Ekspansif 13
ISSN 0853-8557

meningkat. Adanya peningkatan kadar Yaitu kerusakan akibat tambalan yang


air pada tanah ekspansif, maka kuat kurang baik.
geser tanah semakin berkurang dan Perencanaan Perkerasan Jalan
akan mencapai kuat geser kritisnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Semakin berkurangnya kuat geser tanah
perencanaan tebal perkerasan antara lain
akan berakibat semakin berkurang pula
sebagai berikut:
daya dukungnya, sehingga pada saat
faktor keamanan mendekati satu, tanah 1. Lintas harian rata-rata (LHR)
dasar tidak mampu lagi menahan beban Jumlah rata-rata lalulintas kendaraan
di atasnya dan longsoran pun tidak bermotor 4 atau lebih yang dicatat
dapat dihindari. selama 24 jam sehari untuk kedua
Tipe kerusakan jalan pada flexible jurusan.
pavement menurut Austroads (1987), terdiri 2. Beban sumbu kendaraan
dari: Angka ekivalen (E) dari suatu beban
1. Deformation sumbu kendaraan adalah angka yang
Yaitu perubahan bentuk pada lapisan menyatakan perbandingan tingkat
perkerasan, contoh: kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu
a. Corrugation/ Ripples (permukaan lintasan beban sumbu tunggal
jalan berombak) kendaraan terhadap tingkat kerusakan
b. Depression (permukaan jalan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan
membentuk cekungan) beban standar sumbu tunggal seberat
c. Rutting atau Longitudinal rut 8,16 ton (18000 lb).
(kerusakan akibat lintasan roda 3. Umur rencana (UR)
kendaraan) Jumlah waktu dalam tahun dihitung
d. Shoving (perkerasan jalan sejak jalan tersebut mulai dibuka
terdorong ke atas atau cekung) sampai saat diperlukan perbaikan berat
2. Cracks atau dianggap perlu diberi lapis
Yaitu retak-retak pada permukaan permukaan yang baru.
jalan, contoh: 4. Daya dukung tanah dasar (DDT)
a. Block/ladder (retak berbentuk Skala yang dipakai dalam nomogram
kotak-kotak) penetapan tebal perkerasan untuk
b. Crescent shaped (retak berbentuk menyatakan kekuatan tanah dasar.
bulan sabit)
c. Crocodile atau Alligator (retak 5. Faktor regional (FR)
berbentuk kulit buaya) Faktor setempat yang menyangkut
d. Diagonal (retak menyilang) keadaan lapangan dan iklim yang
e. Longitudinal (retak memanjang) mempengaruhi keadaan pembebanan,
f. Meandering (retak berliku-liku) daya dukung tanah dasar dan
g. Transverse (retak melintang) perkerasan.
3. Surface Texture Deficiencies 6. Indeks permukaan (Ip)
Yaitu kerusakan pada permukaan Suatu angka yang dipergunakan untuk
perkerasan. menyatakan kerataan atau kehalusan
dan kekokohan permukaan jalan yang
4. Edge Defect bertalian dengan tingkat pelayanan bagi
Yaitu rusak pada tepi perkerasan. lalulintas yang lewat.
5. Potholes Lapis Tambah (Overlay)
Yaitu perkerasan lepas atau berlubang.
Hardiyatma (2011) menyatakan bahwa
6. Patches pekerjaan lapis tambahan (overlay)

14 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

dilakukan sebagai suatu usaha untuk


memperbaiki kondisi fungsional dan
struktural perkerasan. Kerusakan fungsional
akan berpengaruh pada kualitas pelayanan.
Termasuk jenis kerusakan ini adalah
gangguan kerataan dan tekstur permukaan,
berlubang, bergelombang, amblas, dan lain-
lain. Kerusakan struktural adalah kerusakan
yang menyangkut penurunan kemampuan
struktur perkerasan dalam mendukung
beban lalu lintas, termasuk perkerasan yang Gambar 1 Pemilihan strategi penanganan
kurang tebal dan kerusakan seperti retak, berdasarkan nilai PCI
distrosi, dan disintegrasi. Pekerjaan lapis (Sumber: Colorado Devision of
tambahan untuk pemeliharaan dan Aeronautics, 2011)
perawatan permukaan juga ditujukan untuk Potensi Pengembangan dan Tekanan
memperbaiki umur perkerasan dengan jalan Pengembangan
memperlambat laju berkembangnya Seed (1962) menyarankan hubungan
kerusakan. potensi pengembangan dinyatakan dalam
Bahan lapis tambah (overlay) yang dapat fungsi dari persen ukuran butiran lempung
digunakan pada perkerasan lentur yaitu (1) dan aktivitas pada tanah campuran
lapis tambah aspal; (2) lapis tambah beton lempung–pasir yang dipadatkan sampai
semen Portland dengan lapisan pengikat; kepadatan maksimum standar proctor dan
dan (3) lapis tambah beton semen Portland dibiarkan mengembang pada tekanan
tanpa lapisan pengikat. terbagi rata 6,9 kPa. Didasarkan pada hasil
pengujiannya, potensi pengembangan
LANDASAN TEORI dinyatakan oleh persamaan 1.
Identifikasi Kerusakan Jalan S = ΔH/H x 100 % (1)
Pengukuran kondisi jalan dapat dilakukan dengan:
dengan metode pavement condition index S = regangan pengembangan (%)
(PCI). Metode ini merupakan suatu ΔH = perubahan tinggi sampel (cm)
prosedur penentuan rating kondisi H = tinggi awal sampel (cm)
kerusakan perkerasan jalan. Nilai PCI 0
mengidentifikasikan kondisi terburuk dari Tekanan pengembangan (swelling pressure)
perkerasan, sedangkan PCI 100 adalah tekanan yang berfungsi mencegah
mengidentifikasikan kondisi terbaik dari tanah mengembang. Untuk mendapatkan
perkerasan. Perhitungan PCI berdasarkan besar suatu tekanan pengembangan
hasil survei kondisi visual meliputi dilakukan dengan uji pengembangan di
identifikasi jenis kerusakan, tingkat laboratorium dengan melakukan
keparahan (severity), dan jumlah kerusakan. pengukuran pada uji beban dan
menggunakan alat Oedometer.
Prioritas penanganan jalan ditentukan
berdasarkan pada kondisi jalan yaitu Perancangan Tebal Perkerasan
kerusakan terberat dan lalulintas harian 1. Perancangan tebal perkerasan lentur
tertinggi. Alternatif pemilihan penanganan dengan metode AASHTO (1993)
berdasarkan pada jenis dan tingkat adalah sebagai berikut:
keparahan kerusakan yang terjadi. Tipe a. Menganalisis lalulintas yang
penanganan berdasarkan nilai PCI mencakup umur rencana, lalulintas
ditunjukkan pada Gambar 1. harian rata–rata, pertumbuhan lalu
lintas tahunan, dan jumlah ESAL.
Faktor pertumbuhan lalulintas

Chasanah - Analisis Peningkatan Jalan Akibat Kerusakan Struktur Perkerasan Di Atas Tanah Ekspansif 15
ISSN 0853-8557

tahunan dan ESAL dapat dihitung Tabel 2 Nilai reliabilitas (R) menurut
dengan persamaan 2 dan 3. AASHTO 1993
R = ((1+i) n -1) / I (2) Nilai (R), %
Tipe jalan
(ESAL)n = (ESAL)o x R x DD x Perkotaan Pedesaan
Jalan bebas
DL (3) 90 – 99,9 85 – 99,9
hambatan
dengan: Utama 85 – 99 80 – 95
(ESAL)n = ESAL pada Arteri 80 – 99 75 – 95
sembarang tahun ke- Kolektor 80 – 95 75 – 95
n Lokal 50 – 80 50 – 80
(ESAL)0 = ESAL pada tahun
Sumber: AASHTO (1993)
pertama saat jalan
pertama kali dibuka e. Menentukan nilai modulus resilient
DD = distribusi arah (lihat (Mr)
standar AASTHO, Nilai Mr dapat ditentukan
1993) berdasarkan pada CBR tanah dasar.
DL = distribusi lajur (lihat f. Menentukan koefisien drainase (mi)
SNI Departemen Untuk mendapatkan nilai koefisien
Permukiman dan drainase (mi) harus disesuaikan
prasarana Wilayah, dengan persentase hari efektif
Pd.T-14-2003) hujan dalam setahun yang akan
b. Menentukan serviceability loss mempengaruhi perkerasan (P).
(ΔPSI) g. Menentukan nilai structural
Berdasarkan AASHTO (1993), number (SN)
nilai kehilangan kemampuan Untuk mendapatkan nilai SN
pelayanan total (total loss of dinyatakan oleh persamaan 5.
serviceability) dinyatakan oleh
persamaan 4. SN = a1D1+a2D2m2+a3D3m3 (5)
ΔPSI = Po- Pt (4) dengan:
D1 = tebal lapis permukaan
c. Menentukan nilai reliability (R) (in.)
Nilai–nilai reliabilitas yang D2 = tebal lapis pondasi
disarankan oleh AASHTO (1993) (in.)
untuk perancangan berbagai D3 = tebal lapis pondasi
klasifikasi jalan dapat ditunjukkan bawah (in.)
dalam Tabel 2. m2 = koefisien drainase
d. Menentukan overall standard untuk lapis pondasi
deviation m3 = koefisien drainase
Disarankan dalam AASHTO untuk lapis pondasi
(1993), untuk perkerasan aspal nilai bawah
So sebesar 0,45 dan untuk a1, a2, a3 = berturut – turut
perkerasan beton nilai So sebesar koefisien lapisan
0,35. untuk lapis
permukaan, lapis
pondasi, dan lapis
poindasi bawah
h. Menentukan tebal perkerasan
tambahan
ΔD1= (SNperlu–SNawal)/a1baru (6)

16 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

2. Perancangan tebal perkerasan kaku CARA PENELITIAN


dengan metode Bina Marga adalah
Survei dalam penelitian ini dilakukan pada
sebagai berikut:
ruas jalan Purwodadi–Geyer yaitu pada km
a. Menentukan konfigurasi beban
66+650 sampai dengan km 87+180. Bahan
berdasarkan data LHR yang
uji yang digunakan dalam penelitian berupa
didapatkan dengan menyesuaikan
tanah dasar yang di ambil di 13 titik lokasi
angka ekivalen sumbu kendaraan
pada ruas jalan Purwodadi–Geyer.
Bina Marga.
Pengambilan sampel dilakukan di area
b. Menghitung jumlah sumbu
sekitar jalan dengan menggunakan tabung
kendaraan niaga selama umur
dari besi yang berukuran panjang 40 cm
rencana dengan persamaan 7.
dan berdiameter 7 cm. Tabung tersebut
JSKN = ditanamkan kedalam tanah dari kedalaman
JSKNH x 365 x R x
20 cm sampai dengan 70 cm tergantung
DDxDL (7)
kondisi lokasi di lapangan. Setiap lokasi
c. Menentukan nilai faktor keamanan diambil sampel 1 tabung dan 1 kantong
beban (FKB) sesuai SNI. plastik. Tabung dan plastik yang berisi
d. Menentukan nilai kuat tarik lentur bahan uji ini ditutup rapat supaya tidak
beton 28 hari dengan persamaan 8. mengalami penyusutan sehingga kadar
airnya masih terjaga sesuai yang asli
fcf = K (fc’)0,5 dalam Mpa dilapangan. Bagan alir penelitian
fcf=3,13K (fc’)0,5dalam kg (8) ditunjukkan pada Gambar 2.
e. Menentukan nilaiCBR tanah efektif
Mulai
berdasarkan pada CBR rencana
f. Menentukan tebal slab beton
berdasarkan grafik dengan Pengumpulan data sekunder
parameter nilai fcf, kategori
lalulintas luar kota, tulangan Observasi dan pengambilan sampel
dengan ruji, dan FKB.
g. Analisis tulangan dapat dihitung Pengujian di laboratorium:
dengan persamaan 9, persamaan 1. Uji pengembangan
10, dan persamaan 11. 2.Uji tekanan pengembangan
1) Tulangan memanjang
Asperlu= (µxPxWxgxD) Analisis hasil laboratorium
/(2xfs) (9)
Analisis tebal lapis tambah (overlay)
2) Tulangan melintang
Asperlu= (µxLxWxgxD)
/(2xfs) (10) Analisis penanganan

3) Tulangan sambungan dowel


Diameter dowel dapat Laporan hasil penelitian
ditentukan menurut Austroad
(1992)
Selesai
4) Tulangan sambungan tie bar
As perlu= = WDµ L/fs ... (11)
Gambar 2 Bagan alir penelitian
(Sumber: Analisis, 2012)

Chasanah - Analisis Peningkatan Jalan Akibat Kerusakan Struktur Perkerasan Di Atas Tanah Ekspansif 17
ISSN 0853-8557

HASIL PENELITIAN DAN Kondisi Kerusakan


No Lokasi
PEMBAHASAN Jalan
Evaluasi Kerusakan Jalan 9 Km 81 + 500 Rusak Berat
10 Km 82 + 000 Rusak Berat
Berdasarkan data sekunder dari Dinas Bina 11 Km 83 + 000 Rusak Berat
Marga Provinsi Semarang, kondisi jalan 12 Km 85 + 000 Rusak Berat
Purwodadi–Geyer pada awal tahun 2012 13 Km 86 + 000 Rusak Berat
sangat ironis. Jalan yang menjadi pusat Sumber: Bina Marga (2012)
perhatian adalah ruas jalan pada km 66+650
sampai dengan km 87+100. Ruas jalan ini Tabel 4 Klasifikasi derajat ekspansif
mengalami kerusakan jalan yang cukup menurut Seed (1962)
berat sehingga sangat mengganggu
Lokasi S pengujian (%) Klasifikasi
lalulintas kendaraan yang melintasinya.
Km 67+000 17,78 Tinggi
Oleh karena itu, pihak Dinas Bina Marga Km 70+000 5,64 Tinggi
Kabupaten Purwodadi bekerja sama dengan Km 74+000 14,94 Tinggi
Dinas Bina Marga Provinsi Semarang untuk
Km 76+000 22,69 Tinggi
melakukan peningkatan jalan pada sebelas
lokasi yang mengalami tingkat kerusakan Km 77+500 11,88 Tinggi
jalan yang tinggi. Data ini yang kemudian Km 79+000 25,69 Sangat tinggi
menjadi acuan untuk menentukan tiga belas Km 80+000 9,84 Tinggi
titik lokasi penelitian dengan penambahan Km 81+500 17,96 Tinggi
dua lokasi yang tidak mengalami kerusakan Km 82+000 15,01 Tinggi
jalan. Hal ini dilakukan sebagai Km 85+000 11,17 Tinggi
pembanding dalam mengalisis kondisi Km 86+000 12,40 Tinggi
subgrade di bawahnya. Adapun kondisi Sumber: Analisis (2012)
kerusakan jalan ditunjukkan pada Tabel 3. Analisis Tekanan Pengembangan
Derajat pengembangan Rata–rata tekanan pengembangan dalam
pengujian bernilai > 300 kPa. Hal ini
Hasil klasifikasi berdasarkan Seed (1962) menunjukkan bahwa subgrade ruas jalan
menunjukkan bahwa subgrade sepanjang Purwodadi–Geyer berkualitas buruk yang
ruas lokasi penelitian mempunyai nilai dapat menyebabkan kerusakan berat pada
derajat ekspansif yang tinggi. Rata-rata lapisan perkerasan. Pembebanan terbesar
nilai derajat ekspansif dari semua sampel terdapat pada sampel tanah lokasi km
menunjukkan > 10 % sehingga tanah dasar 83+000 yang mencapai 1286 kPa dan
ini mempunyai kualitas tanah yang buruk. menghasilkan tekanan pengembangan
Hasil klasifikasi derajat ekspansif sebesar 975 kPa. Nilai ini sangat besar
ditunjukkan pada Tabel 4. sehingga subgrade pada lokasi tersebut
Tabel 3 Kondisi kerusakan jalan Purwodadi tidaklah aman. Untuk tekanan
– Geyer pada tahun 2012 pengembangan terendah bernilai 88 kPa
terdapat pada lokasi km 80+000. Kondisi
Kondisi Kerusakan ini hanya menyebabkan kerusakan ringan
No Lokasi
Jalan atau sedang pada perkerasan jalan di
1 Km 67 + 000 Baik atasnya.
2 Km 70 + 000 Baik Analisis Tebal Lapis Tambah
3 Km 74 + 000 Rusak Sedang
4 Km 76 + 500 Rusak Berat 1. Kondisi jalan sebelum overlay
5 Km 77 + 500 Rusak Berat Profil perkerasan existing sebelum
6 Km 79 + 000 Rusak Berat overlay ditunjukkan pada Gambar 3.
7 Km 80 + 000 Rusak Berat
8 Km 80 + 400 Rusak Berat

18 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

Overlay 2: 24 cm Berdasarkan nilai CBR tanah dasar,


Laston Overlay 1: 17 cm maka nilai Mr didapatkan sebesar
Existing: 5 cm 5161 psi atau 5,2 ksi.
Agregat batu
pecah (kelas A) Pondasi atas: 15 cm f. Nilai koefisien drainase (mi)
Berdasarkan klasifikasi kualitas
Sirtu (kelas C) Pondasi bawah: 20 cm drainase menurut AASHTO (1993),
ditentukan nilai koefisien drainase
untuk lapis pondasi atas dan
Subgrade (CBR:1.68%)
pondasi bawah sebesar 0,9.
Gambar 3 Profil perkerasan existing g. Nilai structural number yang
(Sumber: Bina Marga, 2012) diperlukan (SNperlu)
2. Analisis struktur tebal perkerasan pada Berdasarkan skala nomogram
flexible pavement dihasilkan nilai SN sebesar 5,7.
Hasil perancangan tebal overlay pada h. Nilai structural number awal
perkerasan lentur menurut AASHTO (SNawal)
(1993) sebagai berikut: SN untuk kondisi jalan sebelum
a. Jumlah ESAL total (W18) overlay dihitung dengan persamaan
Berdasarkan hasil perhitungan 5 sehingga didapatkan nilai sebesar
didapatkan total ESAL dalam satu SN = 2,78.
tahun sebesar 695954,912. Asumsi i. Tebal perkerasan overlay (ΔD1)
SN yang digunakan sebesar 5 dan Tebal overlay yang diperlukan
beban gandar disesuaikan terhadap dihitung dengan persamaan 6
konfigurasi beban masing-masing sehingga dihasilkan nilai ΔD1
kendaraan. sebesar 7,3 inchi atau 18,5 cm.
Faktor pertumbuhan lalulintas
berdasarkan persamaan 2 Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan nilai sebesar R = 12,58 AASTHO (1993) di atas
dan volume lalulintas pada tahun didapatkan tebal overlay yang
ke-10 dihitung menggunakan diperlukan untuk mencapai titik
persamaan 3 didapatkan nilai aman adalah 18,5 cm sedangkan
sebesar ESAL 10 = 4,38 x 106 tebal overlay di lapangan sebesar 9
cm. Hal ini dapat disimpulkan
b. Nilai serviceability loss (∆PSI) bahwa berdasarkan analisis prediksi
Kehilangan kemampuan pelayanan arus lalulintas yang akan datang
total dihitung dengan persamaan 4 dan kondisi tanah yang ekspansif,
menghasikan nilai ∆PSI = 1,7 struktur perkerasan dengan overlay
c. Nilai reliability (R) menggunakan AC dan ATB ini
Nilai reliabilitas jalan Purwodadi– tidak akan mampu melayani jalan
Geyer menurut AASHTO (1993) dengan aman sesuai umur rencana.
dapat ditentukan (R) sebesar 80 %. 3. Analisis struktur tebal perkerasan pada
d. Nilai overall standard deviation rigid pavement
(So) Hasil perancangan tebal perkerasan
Beradasarkan saran AASHTO overlay menurut Bina Marga
(1993), nilai So yang digunakan ditunjukkan sebagai berikut:
untuk perkerasan lentur (aspal) a. Jumlah sumbu kendaraan niaga
sebesar 0,45. selama umur rencana (JSKN)
dihitung dengan persamaan 7
e. Nilai resilient modulus (Mr)

Chasanah - Analisis Peningkatan Jalan Akibat Kerusakan Struktur Perkerasan Di Atas Tanah Ekspansif 19
ISSN 0853-8557

menghasilkan nilai JSKN sebesar terjadi kenaikan tanah dasar akibat


45,8 x 106 kenaikkan kadar air sehingga
mengakibatkan pelemahan struktur
b. Nilai faktor keamanan beban (FKB)
perkerasan yang pada akhirnya permukaan
c. Berdasarkan SNI dapat ditentukan jalan akan bergelombang dan rusak.
nilai FKB sebesar 1,1
Salah satu penanganan kerusakan
d. Kuat tarik lentur beton umur 28 perkerasan jalan di atas tanah ekspansif
hari (fcf) dengan persamaan (10) adalah dengan membran horisontal dan
dihasilkan nilai sebesar fcf = 4,0 vertikal yang berfungsi dapat mencegah
Mpa masuknya kandungan air ke dalam struktur
e. CBR tanah dasar efektif perkerasan. Perancangan membran
horisontal dan vertikal dalam perkerasan
f. Berdasarkan plot grafik antara CBR jalan dapat ditunjukkan pada Gambar 4 dan
existing yaitu 3% dengan tebal lapis Gambar 5.
pondasi bawah didapatkan nilai Air Lapis permukaan aspal Lapis pondasi
CBR efektif sebesar 22%. atas
g. Tebal taksiran pelat beton
h. Berdasarkan pembacaan grafik
didapatkan nilai slab beton sebesar Membran aspal Tanah ekspansif
230 mm atau 23 cm. Hal ini lapis pondasi bawah
menunjukkan bahwa berdasarkan
Gambar 4 Tipe membran aspal horisontal
perhitungan lalulintas dengan
menurut Snethen 1979
metode Bina Marga menghasilkan
(Sumber: Snethen, 1979)
tebal slab overlay yang diperlukan
sebesar 23 cm sedangkan tebal slab Bahu jalan Lajur lalulintas Bahu jalan
di lapangan sebesar 25 cm sehingga
cukup aman untuk masa pelayanan
sepuluh tahun kedepan.
Kerusakan Perkerasan Jalan di Atas
Tanah Ekspansif
Membran vertikal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan jalan dengan overlay pada
perkerasan lentur dan perkerasan kaku tidak Gambar 5 Tipe membran vertikal menurut
bisa menjadi alternatif solusi untuk Snethen 1979
kerusakan jalan di atas tanah ekspansif. (Sumber: Snethen, 1979)
Kekuatan struktural perkerasan ini hanya KESIMPULAN DAN SARAN
bersifat sementara karena tidak mampu
menahan tekanan pengembangan tanah Kesimpulan
ekspansif di bawahnya. Pada perkerasan Berdasarkan hasil analisis dapat diambil
lentur tidak ada perlindungan, stabilisasi kesimpulan sebagai berikut:
tanah maupun pencegahan drainase 1. Pada ruas jalan Purwodadi – Geyer km
sebelumnya sehingga kemungkinan yang 66+650 sampai dengan km 87+180
terjadi adalah air hujan akan masuk mengalami kerusakan jalan yang berat.
kedalam struktur perkerasan melalui
retakan permukaan atau permukaan aspal 2. Menurut Seed dkk (1962) nilai derajat
dengan gradasi terbuka. Hal ini dapat ekspansif menunjukkan kondisi kritis
menyebabkan terjadinya percepatan atau tinggi.
oksidasi bahan pengikat aspal dan akan

20 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

3. Berdasarkan metode AASHTO (1993), Austroad, (1987), A Guide to the Visual


tebal lapis tambah (overlay) yang Assesment of Pavement Condition,
diperlukan untuk perkerasan lentur Austroad, Australia.
sebesar 18,5 cm > 9 cm tebal overlay di
Chen, F.H, (1975), Foundations on
lapangan sehingga tidak aman.
Expansive Soils Developments in
4. Berdasarkan metode Bina Marga Geotechnical Engineering 12. Elsevier
menghasilkan tebal slab yang Scientiffic Publishing Company,
diperlukan untuk perkerasan kaku Amsterdam, The Netherlands.
sebesar 23 cm < 25 cm tebal overlay di
Departemen Pekerjaan Umum, (1987), Tata
lapangan sehingga aman sesuai umur
Cara Perencanaan Tebal Lentur Jalan
rencana.
Raya dengan Metode Analisa
Saran Komponen, SNI 1732-1989-F, SKBI-
2.3.26.1987, Yayasan Badan Penerbit
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
PU, Jakarta.
peningkatan jalan baik dengan bahan aspal
maupun beton sebagai lapis tambah hanya Departemen Pekerjaan Umum, (2005),
bersifat sementara. Perlu ada kajian dan Penanganan Tanah Ekspansif untuk
analisis lebih lanjut untuk menemukan Konstruksi Jalan, Pedoman Konstruksi
solusi yang paling tepat dalam mengatasi dan Bangunan, Yayasan Badan
kerusakan jalan pada ruas jalan di atas Penerbit PU, Jakarta.
tanah dasar ekspansif kususnya pada ruas
Hardiyatmo, H.C., (2011), Perancangan
jalan Purwodadi–Geyer. Metode cakar
Perkerasan Jalan dan Penyelidikan
ayam dan geomembran vertikal bisa
Tanah, Gadjah Mada University Press,
menjadi alternatif pilihan selanjutnya.
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Syawal, (2004), Identifikasi Potensi dan
American Association of State Highway Tekanan Pengembangan Tanah
and Officials (AASHTO), (1993), Lempung Ekspansif dengan
Interim Guide for Design of Pavement Menggunakan Alat Oedometer (Studi
Structures, Washington, USA. Kasus Jalan Cepu- Ngawi), Tesis
Program Studi Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Chasanah - Analisis Peningkatan Jalan Akibat Kerusakan Struktur Perkerasan Di Atas Tanah Ekspansif 21

Vous aimerez peut-être aussi