Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS KERENTANAN PANTAI

BERDASARKAN PARAMETER FISIK


Eunike Rupang, Dr. Sakka, M.Si, Dr. Paharuddin, M.Si
Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
Email : eireel91@gmail.com

ABSTRACT
This research was success to do analyses about coastal vulnerability along Makassar coastal
which have lenght about 24,3 km. The research area located along the west part of Makassar
City, with the launduse of tourism, urban heritage, residentials, ports, mangroves, farms,
fields, agricultural lands, scrub and wasteland. Purpose the research for know that coastal
vulnerability which to minimize the impact of the coastal damages. Research method used to
collect data of hydro-oceanographic and morphology, and calculating coastal vulnerability
indeks (CVI). Coastal slope, wave height, tides, sea level rise, shoreline changes, and landuse
of coastal are considered as main physical factor. The result of the research shows that 11
km stretches along Biringkanaya until Tallo and partly in Wajo and Mariso has very low
vulnerability, 5 km of the Ujung Tanah, Wajo and Ujung Pandang coastal has low
vulnerability, 2 km of the Tamalate and Mariso coastal has moderate vulnerability, 4,3 km of
the Tamalate coastal has high vulnerability and 2 km which also located on the Tamalate
coastal has very high vulnerability. The main contributors to the high vulnerability on the
research area is the coastal slope and the shoreline changes.
Keyword : Coastal vulnerability index and Makassar City.

SARI BACAAN
Penelitian ini berhasil melakukan analisis kerentanan pesisir sepanjang pantai Kota
Makassar yang memiliki panjang 24,3 km. Daerah penelitian ini terletak di sepanjang bagian
barat Kota Makassar, dengan penggunaan lahan : daerah wisata, cagar budaya,
pemukiman, pelabuhan, hutan mangrove, tambak, sawah, pertanian lahan kering, semak
belukar dan tanah kosong. Tujuan penelitian ini mengetahui kerentanan pantai dalam
meminimalkan dampak kerusakan pesisir. Metode yang digunakan adalah mengumpulkan
data hidro-oseanografi dan morfologi, menghitung indeks kerentanan pantai (CVI).
Kemiringan pantai, tinggi gelombang, pasang surut, kenaikan muka laut, perubahan garis
pantai, dan penggunaan lahan pesisir adalah pertimbangan dalam faktor fisik pantai. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sepanjang 11 km yang membentang dari Biringkanaya
sampai Tallo dan sebagian di Wajo dan Mariso memiliki kerentanan sangat rendah, 5 km di
pesisir Ujung Tanah, Wajo dan Ujung Pandang memiliki kerentanan rendah, 2 km di pesisir
Tamalate dan Mariso memiliki kerentanan sedang, 4,3 km di pesisir Tamalate memiliki
kerentanan tinggi dan 2 km yang juga berada di pesisir Tamalate memiliki kerentanan
sangat tinggi. Kontributor utama kerentanan tinggi dari daerah penelitian adalah
kemiringan dan perubahan garis pantai.
Kata kunci : Indeks kerentanan pantai dan Kota Makassar.
1
PENDAHULUAN Klasifikasi kerentanan pantai dibagi
menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah
Pesisir di Indonesia memiliki potensi yang – rendah – sedang – tinggi – sangat tinggi.
luar biasa, di mana potensi yang khas Pembagian tersebut didasarkan pada
adalah daya tarik visual. Selain itu, pesisir perhitungan indeks kerentanan pantai dari
juga berpotensi sebagai daerah enam variabel risiko, (1) geomorfologi, (2)
pemukiman, budidaya perikanan, tambak, perubahan garis pantai, (3) kemiringan
pertanian, pelabuhan, pariwisata dan pantai, (4) kenaikan muka laut relatif, (5)
sebagainya. Namun dibalik potesi yang selang pasang surut, dan (6) tinggi
dimilikinya, pesisir rawan terhadap gelombang.
aktivitas-aktivitas sekitar laut yang sifatnya
merusak, seperti aksi gelombang dan Geomorfologi
pasang surut.
Proses geomorfologi merupakan proses
Penelitian ini membahas tentang alami yang berlangsung pada permukaan
kerentanan pesisir di Kota Makassar terkait bumi sehingga terjadi perubahan bentuk
dengan kerusakan-kerusakan yang lahan di permukaan bumi. Perubahan
diakibatkan oleh aktivitas laut. Parameter bentuk lahan tersebut menghasilkan
yang digunakan adalah data geomorfologi bentukan pada permukaan bumi yang
pantai, tinggi gelombang signifikan, tren berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan
kenaikan muka air laut, perubahan garis demikian akan mempunyai susunan dan
pantai, kemiringan dasar pantai dan pasang karakteristik fisik serta visual yang
surut. Tujuan dari penelitian ini adalah berbeda pula. Perbedaan tersebut dapat
menentukan nilai kelas setiap parameter- diidentifikasi secara jelas melalui
parameter kerentanan pantai Kota karakteristik relief/ morfologi, struktur/
Makassar, menentukan nilai CVI (Coastal litologi, dan proses-proses geomorfologi.
Vulnerability Index) Kota Makassar, dan
menentukan wilayah kerentanan pantai Perubahan Garis Pantai
Kota Makassar berdasarkan CVI.
Laju perubahan garis pantai dapat diartikan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebagai profil suatu garis pantai dalam
informasi berupa peta digital yang berisi proses kestabilannya (maju atau mundur)
informasi mengenai tingkat kerentanan setiap tahun. Dalam metode penentuan laju
fisik pantai Kota Makassar. perubahan posisi suatu garis pantai
menurut suatu rentang waktu, laju
perubahan garis pantai diekspresikan
sebagai jarah dari suatu posisi garis pantai
KERENTANAN PANTAI
mengalami perpindahan dalam tiap tahun
Kerentanan pantai adalah suatu kondisi (Himmelstoss, 2009).
yang menggambarkan keadaan
Perubahan garis pantai berupa abrasi lebih
“susceptibility” (mudah terkena) dari suatu
dari 2m/tahun memiliki nilai kerentanan
sistem alami serta keadaan sosial pantai
sangat tinggi, sedangkan perubahan garis
(manusia, kelompok atau komunitas)
pantai akibat akresi lebih dari 2 m/tahun
terhadap bencana pantai. Penilaian
memiliki nilai kerentanan sangat rendah.
kerentanan pantai merupakan prerekues
Akresi akan menambah luasan dari daratan
yang penting dalam menentukan daerah
karena garis pantai yang semakin maju
yang berisiko tinggi, mengapa mereka
menuju ke arah laut sedangkan abrasi akan
berada dalam risiko serta bagaimana cara
mengurangi luasan dari daratan
mengurangi tingkat risiko tersebut
(Wahyudi, 2009). (Amandangi, 2012).

2
Kemiringan Pantai Kisaran pasang surut rata-rata
berkontribusi dalam bahaya penggenangan
Kemiringan lereng menunjukan besarnya pantai dimana pasut menghasilkan
sudut lereng dalam persen atau derajat. perubahan permukaan secara rutin
Dua titik yang berjarak horizontal 100 sepanjang pantai. Oleh karena itu, pasang
meter yang mempunyai selisih tinggi 10 surut mempunyai arti penting dalam
meter membentuk lereng 10%. Kecuraman kerentanan pantai. Konsentrasi dan posisi
lereng 100% sama dengan kecuraman 45 sedimen tersuspensi sangat tergantung
derajat. Selain dari memperbesar jumlah pada variasi tinggi pasang surut dan debit
aliran permukaan, semakin curamnya sungai. Selain itu, pasang surut juga dapat
lereng juga memperbesar energi angkut air. menyebabkan intrusi air asin sampai ke
Jika kemiringan lereng semakin besar, daratan (Triatmodjo, 1999).
maka jumlah butir-butir tanah yang
terpercik ke bawah oleh tumbukan butir Tinggi Gelombang
hujan akan semakin banyak. Hal ini
disebabkan gaya berat yang semakin besar Gelombang adalah penjalaran energi yang
sejalan dengan semakin miringnya membawa energi dari laut lepas ke tepi
permukaan tanah dari bidang horizontal, pantai. Seperti manusia yang mempunyai
sehingga lapisan tanah atas yang tererosi sejarah yaitu lahir, berkembang dan mati,
akan semakin banyak. Jika lereng maka gelombang pun demikian.
permukaan tanah menjadi dua kali lebih Gelombang lahir di tengah lautan
curam, maka banyaknya erosi per satuan kemudian berkembang ke segala penjuru
luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak dunia (Sulaiman, 2011). Apabila tinggi
(Arsyad, 2002). gelombang dari suatu pencatatan diurutkan
dari nilai tertinggi ke terendah atau
Kenaikan Muka Laut sebaliknya, maka akan dapat ditentukan
tinggi gelombang signifikan (Significant
Secara umum, kenaikan muka air laut wave height, SWH) yaitu rata-rata tinggi
merupakan dampak dari pemanasan global gelombang dari sepertiga gelombang laut
(global warming) yang melanda seluruh tertinggi. Nilai tinggi gelombang dalam
belahan bumi ini. Kenaikan muka laut kerentanan pantai dapat mempengaruhi
relatif mengidentifikasi bagaimana perubahan garis pantai dan kondisi
pengaruh kenaikan muka air laut terhadap geomorfologi daerah tersebut
suatu bagian dari garis pantai. Menurut (Triatmodjo,1999).
Gornitz kenaikan muka laut relatif lebih
dari 4,0 mm/tahun akan sangat berbahaya INDEKS KERENTANAN PANTAI
bagi wilayah pesisir, sedangkan kenaikan (CVI)
muka laut relatif kurang dari -1,0
mm/tahun memiliki kerentanan sangat Coastal Vulnerability Index (CVI) atau
rendah bagi wilayah pesisir. indeks kerentanan pantai ditetapkan
dengan mengkombinasikan beberapa
Pasang Surut parameter resiko untuk menghasilkan
sebuah indikator. Indeks ini digunakan
Pasang surut merupakan suatu fenomena untuk mengidentifikasi daerah yang
pergerakan naik turunnya permukaan air memiliki resiko terhadap bahaya erosi,
laut secara berkala yang diakibatkan oleh genangan permanen maupun genangan
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik sementara (Daniel, 2012).
benda-benda astronomi terutama oleh
bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda Perhitungan nilai skor indeks kerentanan
angkasa lainnya dapat diabaikan karena dilakukan berdasarkan orisinalitas konsep
jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih perhitungan nilai indeks kerentanan dalam
kecil (Musrifin, 2011). metode CVI, yakni merupakan akar dari
3
perkalian tiap nilai bobot variabel dibagi kerentanan tinggi diberikan nilai 4 dan
jumlah variabel sebagai berikut: kelas kerentanan sangat tinggi diberikan
nilai 5.
(𝑎𝑥𝑏𝑥𝑐𝑥𝑑𝑥𝑒𝑥𝑓)
𝐶𝑉𝐼 = √ Metode Penentuan CVI (Indeks
6
Kerentanan Pantai)
Dimana CVI = nilai (skor) Indeks
Nilai-nilai kelas pada masing-masing
Kerentanan Pantai, a,b,c,d,e dan f adalah
parameter akan digabungkan ke dalam
bobot variabel yang berturut-turut;
sebuah sel. Dari nilai kelas pada parameter
geomorfologi, perubahan garis pantai,
setiap sel itulah nanti akan didapatkan nilai
kemiringan pantai, rerata tinggi
kerentanan pantai dengan menggunakan
gelombang, rerata kisaran pasang surut,
metode CVI. Setelah nilai CVI telah
dan laju perubahan paras laut (Kasim,
didapatkan, nilai-nilai tersebut kemudian
2012).
akan diintegrasikan secara spasial ke
METODE PENELITIAN dalam setiap sel menggunakan software
ArcGis.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
data tren kenaikan muka laut, data citra HASIL DAN PEMBAHASAN
landsat, peta landuse kota Makassar, data
tinggi gelombang signifikan, dan data 1. Geomorfologi
DEM (Digital Elevation Model) Kota
Penggunaan lahan sejauh 250 m dari garis
Makassar.
pantai Kota Makassar terdiri dari
pemukiman, tambak, hutan mangrove,
tanah kosong, pertanian lahan kering,
semak belukar/alang-alang, sawah, pasir
pantai, rawa, cagar budaya, daerah wisata
dan pelabuhan.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pengolahan data dilakukan dengan


menggunakan software Global Mapper,
ODV, Surfer, Fortran, dan software GIS.
Metode Penentuan Kelas Setiap
Parameter
Untuk menentukan nilai kelas setiap
parameter, perlu diketahui nilai maksimum Gambar 2. Peta Indeks Kerentanan
dan nilai minimum. Nilai maksimum dan Berdasarkan Parameter Geomorfologi
minimum tersebut kemudian dibagi
menjadi 5 bagian yaitu kelas kerentanan 2. Kemiringan Pantai
sangat rendah diberikan nilai 1, kelas Sepanjang pantai Makassar merupakan
kerentanan rendah diberikan nilai 2, kelas daerah dataran rendah dengan elevasi
kerentanan sedang diberikan nilai 3, kelas antara 0 – 7 meter di atas permukaan laut.
4
Berdasarkan data topografi tersebut, maka Prediksi pasang surut yang dilakukan
diperoleh bahwa di sepanjang pantai merupakan prediksi jangka pendek selama
Makassar memiliki kemiringan lereng periode 1 – 15 hari di bulan Juni tahun
berkisar dari 0,46 - 4,7%. 2010 – 2014 sebagai rona awal untuk
mengetahui kisaran pasut di suatu lokasi.
Nilai rata-rata kisaran pasut di perairan
Kota Makassar berkisar 1,0745 – 1,09 m.

Gambar 3. Peta Indeks Kerentanan


Berdasarkan Parameter Kemiringan Pantai

3. Kenaikan Muka Air Laut Relatif Gambar 5. Peta Indeks Kerentanan


Berdasarkan Parameter Pasang Surut
Sebaran kenaikan muka air laut relatif di
perairan Kota Makassar memiliki kisaran
lebih tinggi dari rata-rata kenaikan muka
air laut global, yakni sekitar 6,63 – 6.77 5. Tinggi gelombang
mm/thn. Kenaikan air laut global rata-rata
sekitar 3,26 mm/tahun. Tinggi gelombang signifikan di perairan
Kota Makassar diperoleh dari hasil perata-
rataan antara tahun 2002 – 2012 dengan
menggunakan data 12 jam-an dari
ECMWF. Tinggi gelombang signifikan
yang dirata-ratakan antara tahun 2002 –
2012 untuk perairan sekitar Kota Makassar
sebesar 0,337 – 0,42 m.

Gambar 4. Peta Indeks Kerentanan


Berdasarkan Parameter Kenaikan Muka Air
Laut Relatif

4. Pasang Surut

5
di pesisir Kota Makassar diperlihatkan pada
Gambar 8.

Gambar 8. Distribusi tingkat kerentanan pesisir


di Kota Makassar
Gambar 6. Peta Indeks Kerentanan
Berdasarkan Parameter Tinggi Gelombang
KESIMPULAN
6. Perubahan Garis Pantai
Dari hasil penelitian tentang indeks
Perubahan garis pantai selama 8 tahun kerentanan pantai di sepanjang pesisir
untuk wilayah pesisir Makassar Kota Makassar, maka didapatkan
menunjukkan bahwa penambahan garis kesimpulan sebagai berikut :
pantai (akresi) terjadi sebesar 0,5 – 10.1
m/tahun. Penambahan garis pantai terbesar 1. Nilai kelas setiap parameter kerentanan
(10.1 m/tahun) terjadi di sekitar pantai diuraikan sebagai berikut:
Kecamatan Mariso akibat endapan material Geomorfologi meliputi hutan
sedimen dari muara Sungai Jeneberang mangrove, tanah kosong, rawa, pasir
yang terbawa arus ke Teluk Makassar. pantai, daerah wisata, tambak,
Terjadi pula pemunduran garis pantai persawahan, pemukiman, pelabuhan
(abrasi) sebesar -0,95 – (-4,93) m/tahun. dan cagar budaya; Nilai kemiringan
pantai berkisar antara 0,46 – 4,701%;
nilai kenaikan muka laut relatif
berkisar antara 6,646 – 6,757 mm/thn;
nilai tinggi gelombang signifikan
berkisar antara 0,338 – 0,42 m; nilai
kisaran pasang surut berkisar antara
1,075 – 1,09 m; dan nilai perubahan
garis pantai berkisar antara -4,934 –
10,131 m/thn.
2. Nilai Indeks Kerentanan Pantai (CVI)
Kota Makassar berkisar antara 2,236 –
23,094, dimana sebagian besar wilayah
pesisir Kota Makassar berada pada
nilai kerentanan sangat rendah yaitu
<6,408. Parameter yang sangat
berpengaruh terhadap variasi
Gambar 7. Peta Indeks KerentananBerdasarkan
Parameter Perubahan Garis Pantai kerentanan pantai adalah kemiringan
dan perubahan garis pantai.
Distribusi tingkat kerentanan pesisir pada 3. Secara umum, wilayah pantai Kota
semua parameter-parameter yang berpengaruh Makassar yang rentan berada sekitar
6
6,3 km pada pesisir Tamalate. Himmelstoss et al, 2009. Digital
Sebagian besar pantai Kota Makassar Shoreline Analysis System (DSAS)
sangat tidak rentan terhadap parameter Version 4.0 – An ArcGIS extension
fisik yaitu sekitar 11 km yang for Calculating Shoreline Change.
membentang dari Biringkanaya sampai USGS: 2008 - 1278
Tallo dan sebagian di pesisir Wajo dan Kasim F. Siregar V P, 2012. Penilaian
Mariso. Sisanya berada pada Kerentanan Pantai Menggunakan
kerentanan rendah sekitar 2 km di Metode Integrasi CVI-MCA Studi
pesisir Tamalate dan Mariso, serta Kasus Pantai Indramayu. UNG dan
kerentanan sedang sekitar 5 km di IPB.
pesisir Ujung Tanah, Wajo dan Mariso. Koddeng B, 2011. Zonasi Kawasan
Pesisir Pantai Makassar Berbasis
SARAN Mitigasi bencana. FT UNHAS,
Makassar.
Perlu kajian lebih lanjut dengan
mempertimbangkan faktor lainnya yang
dominan berperan di wilayah tersebut.
Faktor-faktor yang dimaksud meliputi
Latief AS, 2010. Perubahan Iklim Global
penurunan muka tanah, intrusi air laut,
sosial ekonomi dan infrastruktur yang (Penyebab dan Dampaknya
terhadap Lingkungan Hidup).
terdapat di kawasan pesisir.
Teknik Mesin Polines. Semarang.
Daftar Pustaka Musrifin, 2011. Analisis Pasang Surut
Perairan Muara Sungai Mesjid
Amandangi M, Hastuti. 2012. Analisis Dumai. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kerentanan Pesisir Terhadap Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Ancaman Kenaikan Muka Laut Di Noor D, 2006. Geologi Lingkungan.
Selatan Yogyakarta. Institut Graha Ilmu. Yogyakarta.
Pertanian Bogor. Bogor Pranoto S, 2008. Prediksi Perubahan
Aris M, dkk, 2011. Model Kerentanan Garis Pantai Menggunakan Model
Wilayah Pesisir Berdasarkan Genesis. FT Undip. Semarang.
Perubahan Garis Pantai dan Banjir Rochmanto B, dkk, 2012. Karakteristik
Pasang (Studi Kasus: Wilayah Morfologi Pantai Mallusetasi
Pesisir Pekalongan). Universitas Berdasarkan Data Spasial
Gadjah Mada.Yogyakarta Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi
Aryad S, 2000. Konservasi Tanah dan Selatan. Fakultas Teknik Universitas
Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hasanuddin. Makassar.
Daniel, 2012. Pemetaan Kerentanan SOPAC (South of Pacific Island Applied
Pesisir Terhadap Kenaikan Paras Geoscience Commision), 2005.
Laut Di Wilayah Pesisir Kabupaten Environmental Vulnerability Index
Indramayu, Jawa Barat. Institut (EVI) – The Issue. UNEP – SOPAC.
Pertanian Bogor. Bogor Sulaiman, 2011. Pendahuluan
Esry T, 2011. Perubahan Garis Pantai Geomorfologi Pantai Kuantitatif.
Desa Bantenan Kecamatan BPPT. Jakarta
Pusomaen, Minahasa Tenggara. Triatmojo B, 1999. Teknik Pantai. Beta
Universitas Sam Ratulangi. Manado Offset. Jogjakarta.
Gornitz V, 1991. Global Coastal Hazards Wahyudi, 2009. Analisa Kerentanan
From Future Sea Level Rise. NASA Pantai di Wilayah Pesisir Pantai
GSCF and Columbia University, New Utara Jawa Timur. ITS Surabaya.
York, USA. Wirasatriya A,dkk, 2006. Kajian
Kenaikan Muka Laut Sebagai

7
Landasan Penanggulangan ROB di
Pesisir Kota Semarang. UNDIP.
Semarang.
..., 2014. Mean Sea Level Rice. AVISO.
Diunduh dari situs:
http://www.aviso.altimetry.fr/en/data/prod
ucts/ocean-indicators-products/mean-sea-
level.html

Vous aimerez peut-être aussi