Vous êtes sur la page 1sur 24

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM

TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM


OPPORTUNITY SPECTRUM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG
(Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

Rela Trigantiarsyah
Hari Mulyadi
Manajemen Pemasaran Pariwisata FPIPS UPI

ABSTRACT

Cukang Taneuh located in the village Kertayasa District Cijulang Kudat district is a tourist
attraction that environment (ecotourism). Based on data Cukang Taneuh increase the number of
tourists during the past four years, but a decline in the percentage of growth in the average
number of visits are very significant. 2009 to 2010 the number of percentage increase amounted to
only 9.24% of the target achievement of the increase in the number of tourists by 25% in 2010. Not
achieving the target of tourist arrivals is presumably due to the lack of development of tourism
products so that tourists experience burnout or boredom. One effort to improve and restore the
number of tourists is the development of tourism products by using the technique of tourism
opportunity spectrum. The purpose of this study was 1) to obtain findings regarding the
development of tourism products by using the technique of tourism opportunity spectrum in tourist
attractions Cukang Taneuh 2) To obtain findings regarding the decision to visit the tourist
attractions Cukang Taneuh 3) To determine the effect of tourism product development by using the
technique of tourism opportunity spectrum of the decision to visit the tourist attractions Cukang
Taneuh. This research is descriptive and verification, because the method used is explanatory
survey method using an ordinal scale. The analysis technique used in this research is the analysis
of the path (path analysis), the sampling technique using systematic random sampling method
through cross-sectional approach, the samples taken from the overall population of 150 visitors.
The study of the hypothesis shows that the development of tourism products by using the technique
of tourism opportunity spectrum consisting of accessibility, the characteristics of tourism facilities,
social interaction, and the degree of management control has direct and indirect influence on the
decision to visit the tourist attractions Cukang Taneuh 93.2% while the remaining 6.8% is
influenced by other factors not examined in this study. The dimensions of the development of
tourism products by using techniques spectrum of tourism opportunity to get high to low valuation
is characteristic of tourism facilities, social interaction, the degree of management control, and
accessibility

Keywords : Tourism Product Development, Tourism Opportunity Spectrum, Decision to Visit.

I. PENDAHULUAN wisata Jawa Barat dalam kurun waktu empat


Indonesia yang memiliki keragaman tahun, yaitu pada tahun 2007 sampai dengan
sumber daya alam yang berpotensi untuk tahun 2010.
dijadikan sebagai atraksi wisata juga TABEL 1
berusaha untuk mengembangkan sektor JUMLAH WISATAWAN NUSANTARA
industri pariwisatanya. Setiap daerah di KE JAWA BARAT
kawasan Indonesia sangat merespon baik TAHUN JUMLAH WISNUS %
dalam hal pengembangan pariwisata ini. 23.785.302 21,22
2007
Jawa Barat yang merupakan salah satu
wilayah di kawasan Indonesia dikenal 2008 25.452.040 22,70
sebagai provinsi yang memiliki kekayaan 2009 24.075.527 21,48
budaya dan pariwisata yang banyak dan 2010 38.787.876 34,60
beraneka ragam jenis, dan beberapa JUMLAH 112.100.745 100
diantaranya memiliki kualitas dan daya tarik Sumber: Dinas Kebudayaan dan
wisata yang tinggi. Keanekaragaman potensi Pariwisata Jawa Barat, 2011
dan daya tarik wisata ini akan memicu Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat
wisatawan untuk datang ke atraksi wisata- diketahui bahwa selama kurun waktu empat
atraksi wisata di Jawa Barat. Berikut adalah tahun, kunjungan wisatawan nusantara
jumlah wisatawan mancanegara dan tertinggi ke atraksi wisata di Jawa Barat
wisatawan nusantara yang datang ke atraksi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 157
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

38.787.876 orang atau sebesar 34.60%. pada tahun 2006 juga menjadi salah satu
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara ini faktor menurunnya kunjungan wisatawan ke
didukung oleh potensi dan daya tarik atraksi Kabupaten Ciamis. Pasca musibah tsunami
wisata yang ada di Jawa Barat. Jawa Barat ini timbul beberapa permasalahan walaupun
memiliki potensi dan daya tarik wisata yang sedikit demi sedikit permasalahan ini
beranekaragam. Kabupaten Ciamis berkurang dan saat ini sedang menuju
merupakan salah satu kawasan yang terletak pemulihan yang menyeluruh. Hal ini terbukti
diujung selatan bagian timur Provinsi Jawa dengan adanya kenaikan jumlah kunjungan
Barat juga memiliki potensi wisata, baik wisatawan nusantara dari 554.973 menjadi
yang sudah dikembangkan menjadi atraksi- 894.954 atau naik sebesar 5.06% dari tahun
atraksi wisata unggulan, maupun yang masih 2007 ke tahun 2008 sampai sekarang.
tersimpan belum tergali dan termanfaatkan. Kabupaten Ciamis memiliki kekayaan
Berdasarkan topografinya, sebagian besar alam yang beragam,unik dan kreatif dengan
wilayah Kabupaten Ciamis merupakan bauran produk pariwisatanya yang bervariasi
pegunungan dan dataran tinggi, serta di serta kelestarian panorama alam dan
bagian yang berbatasan dengan wilayah keajaibannya yang mempesona diharapkan
Jawa Tengah bagian selatan merupakan mampu menjadikan sektor pariwisata
daerah pesisir. Hal ini menjadikan sebagai salah satu ujung tombak daya saing
Kabupaten Ciamis memiliki kekayaan alam dan eksistensi Kabupaten Ciamis serta
yang bervariasi untuk dijadikan sebagai mampu mewujudkan kesejahteraan
daerah tujuan wisata. Selain itu, kreativitas masyarakatnya.
dan keramahan penduduknya sangat menarik Kabupaten Ciamis memiliki atraksi
dan eksotis untuk dikunjungi.Berikut ini wisata yang diminati wisatawan.Namun
akan diperlihatkan dalam bentuk Tabel 1.2 selama kurun waktu empat tahun tersebut
wisatawan nusantara yang datang ke atraksi terjadi perbedaan jumlah kunjungan
wisata Kabupaten Ciamis dalam kurun wisatawan yang cukup signifikan di setiap
waktu empat tahun, yaitu pada tahun 2007 atraksi wisata. Dalam usaha
sampai dengan tahun 2010. mengembangkan dan meningkatkan
TABEL 2 penyelenggaraan kepariwisataan secara
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN menyeluruh, Kabupaten Ciamis berusaha
NUSANTARA KE KABUPATEN untuk memasarkan atraksi-atraksi wisata lain
CIAMIS yang juga tidak kalah menarik dari pantai
TAHUN JUMLAH WISNUS % Pangandaran. Hal ini dilakukan agar apabila
wisatawan mengalami kebosanan terhadap
2007 554.973 14,68
atraksi wisata Pantai Pangandaran, maka
2008 894.954 23,67 pemerintah atau Disbudpar kabupaten
TAHUN JUMLAH WISNUS % Ciamis bisa memberikan alternatif pilihan
atraksi wisata lain yang ada di kabupaten
2009 1.096.987 29,02 Ciamis. Salah satu strategi pemasaran yang
2010 1.233.570 32,63 dilakukan oleh Kabupaten Ciamis yang
tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra)
TOTAL 3.780.484 100 DISBUDPAR Kabupaten Ciamis tahun
Sumber: Dinas Kebudayaan dan 2009-2014 adalah program pengembangan
Pariwisata Kabupaten Ciamis, 2011. agrowisata. Kegiatan yang dilakukannya
Berdasarkan data tersebut, dapat adalah mengembangkan kualitas agrowisata
diketahui bahwa selama kurun waktu empat dan ekowisata yang bekerja sama dengan
tahun terakhir jumlah kunjungan wisatawan Dinas Pertanian dan Dinas Pertambangan
nusantara terbesar terjadi pada tahun 2010 Energi dan Lingkungan Hidup.
yaitu sebanyak 1.233.570 atau sebesar Cukang Taneuh/Green Canyon adalah
32,63%. Pada tahun 2005, kunjungan salah satu atraksi wisata di Kabupaten
wisatawan nusantara terus mengalami Ciamis yang berbasis ekowisata. Ekowisata
penurunan kunjungan sampai tahun 2007. menurut The Ecotourism Society (1990)
Penurunan jumlah wisatawan ini terjadi adalah suatu bentuk perjalanan wisata alami
karena adanya peristiwa teror bom yang yang dilakukan dengan tujuan untuk
terjadi di Indonesia yang menyebabkan mengkonservasi lingkungan dan
kekhawatiran dan ketakutan wisatawan melestraikan kehidupan dan kesejahteraan
untuk melakukan perjalanan wisata. Selain penduduk setempat. Ekowisata merupakan
itu, bencana alam Tsunami Pangandaran suatu bentuk wisata yang erat kaitannya

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 158
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

ldengan prinsip konservasi. Bahkan dalam sebesar 9,24% dimana jumlah tersebut tidak
strategi pengembangan ekowisata juga sebesar kenaikan jumlah wisatawan pada
menggunakan strategi konservasi. Dengan tahun 2007-2008 dan 2008-2009 yaitu
demikian, ekowisata sangat tepat dan sebesar 136,21% dan 61,47%. Selain itu
berdaya guna dalam mempertahankan jumlah kenaikan 9,24%wisatawan tersebut
keutuhan dan keaslian ekosistem di areal tidak memenuhi target pencapaian kenaikan
yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata jumlah kunjungan yang ditetapkan oleh
pelestarian alam dapat ditingkatkan pengelola Cukang Taneuh sebesar 25% di
kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari tahun 2010 (UPTD Cijulang, 2011).
para eco-traveler. Turunnya persentase pertumbuhan
Kawasan ekowisata Cukang Taneuh kunjungan tersebut disinyalir disebabkan
terletak di Desa Kertayasa Kecamatan karena tidak adanya pengembangan produk
Cijulang (31 Km dari Pangandaran ke arah wisata yang dilakukan oleh pihak pengelola,
selatan). Atraksi wisata ini berupa aliran sehingga wisatawan mengalami kejenuhan
sungai Cijulang yang menembus goa dengan atau kebosanan ketika berkunjung ke atraksi
stalaktit dan stalaknit yang mempesona serta wisata Cukang Taneuh. (Irma Risanti, 2010)
diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan Selain itu, minimnya sarana dan prasarana
rimbunnya pepohonan yang menyajikan juga menyebabkan turunnya kunjungan
atraksi alam yang khas dan menantang. wisatawan. Hal ini terbukti dengan
Terdapat air terjun Palatar dimulut goa banyaknya wisatawan yang mengeluhkan
sehingga suasana di atraksi wisata ini terasa tentang masalah sarana dan prasarana yang
begitu sejuk dan penuh dengan nuansa tersedia di Cukang Taneuh. (Irma Risanti,
petualangan. Kegiatan yang dapat dilakukan 2010). Berdasarkan penelitian tersebut,
diantaranya adalah panjat tebing (rock Cukang Taneuh memiliki beberapa
climbing), berenang, bersampan sambil kelemahan dalam pengelolaan sumber daya
memancing, body rafting, dan juga flying yang ada baik itu sumber daya alam ataupun
fox. Daya tarik utama dari Cukang Taneuh sumber daya manusia. Kurangnya fasilitas
adalah keindahan alamnya. Wisatawan dapat umum dan fasilitas penunjang juga bisa
menikmati kesejukan alami air hujan abadi menjadikan Cukang Taneuh akan kehilangan
dari stalaktit dan stalaknit. wisatawan. Artinya bahwa faktor tersebut
TABEL 3 sangat berpengaruh pada pengembangan
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN kawasan wisata Cukang Taneuh karena hal
NUSANTARA KE ATRAKSI WISATA ini berkaitan dengan dengan pemanfaatan
CUKANG TANEUH aliran sungai. Selain kelemahan ada juga
Persentase faktor lain yaitu terancamnya ekosistem
Tahun Jumlah sungai. Hal ini merupakan ancaman yang
Pertumbuhan (%)
2007 14.951 sangat berpengaruh dalam pengelolaan
2008 35.316 136,21 kawasan wisata Cukang Taneuh karena
apabila ekosistem sungai rusak maka
2009 57.025 61,47 kawasan wisata sungai ini akan menjadi
2010 62.293 9,24 rusak dan tercemar. Ancaman ekosistem
Sumber: Dinas Kebudayaan dan yang terganggu, pengelolaan limbah
Pariwisata Kabupaten Ciamis, 2011. (industri hilir) yang kurang tepat, rawannya
Berdasarkan data tersebut dapat terjadi longsor dan erosi di lingkungan bisa
diketahui bahwa kunjungan wisatawan menurunkan kualitas destinasi Cukang
nusantara mengalami kenaikan jumlah Taneuh.
wisatawan nusantara selama empat tahun Apabila hal tersebut terus dibiarkan,
terakhir yaitu dari tahun 2007-2010. maka ini dapat menurunkan minat
Walaupun atraksi wisata Cukang Taneuh wisatawan untuk berkunjung ke Cukang
mengalami kenaikan jumlah wisatawan Taneuh dan bahkan bukan tidak mungkin
dalam setiap tahunnya, namun terjadi atraksi wisata Cukang Taneuh akan
penurunan persentase pertumbuhan kehilangan wisatawan. Oleh karena itu
wisatawan yang sangat signifikan atau dapat pengelola atraksi wisata Cukang taneuh
dikatakan bahwa level kunjungan di Cukang melakukan beberapa langkah atau program
Taneuh tetap meningkat namun dengan rata- untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
rata kenaikan semakin menurun. Pada tahun Upaya yang dilakukan oleh pengelola
2009 sampai 2010 jumlah kunjungan untuk meningkatkan dan mengembalikan
wisatawan hanya mengalami kenaikan jumlah kunjungan wisatawan adalah dengan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 159
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

melakukan sebuah pengembangan produk tarik bagi wisatawan yang akan berkunjung
sehingga atraksi wisata Cukang Taneuh ini ke suatu destinasi. Hal yang dilakukannya
memiliki sebuah daya tarik baru bagi adalah dengan mengembangkan sarana dan
wisatawan. Wiendu Nuryantie, ketua panitia parasarana wisata yang sesuai dengan
World Conference Culture, Education and kapasitas daya dukung wisatawan.
Science (Wisdom) 2010 mengatakan, tanpa Pengembangan destinasi pariwisata
produk baru kita akan mengalami product memerlukan teknik yang baik dan tepat.
fatique, keletihan produk, jadi susah Teknik pengembangan itu harus
mendongkrak wisatawan. Jadi, selain menggabungkan beberapa aspek penunjang
promosi yang digenjot, yang lebih penting kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut
adalah pembangunan kualitas destinasi. adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan
(kompas.com, diakses pada 09 Desember saluran pemasaran), karakteristik
2010) infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi
Di sisi lain, kenaikan jumlah wisatawan sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan
di kawasan ekowisata tidak selamanya sektor lain, daya tahan akan dampak
membawa dampak positif bagi kelestarian pariwisata, tingkat resistensi komunitas
alam dan infrastruktur dariatraksi wisata lokal, dan sebagainya. Saat ini pengelolaan,
tersebut. Pemanfaatan kawasan yang perawatan dan pelayanan kawasan wisata
melebihi daya dukung fisiknya dapat Cukang Taneuh dikelola oleh Dinas
menyebabkan degradasi sumber daya alam, Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar)
penurunan kualitas hidup komunitas yang secara operasional dikelola oleh Unit
disekitarnya, overcrowding, dan sebagainya, Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Cijulang
yang mengakibatkan pengalaman dan kesan dengan dibantu oleh KOMPEPAR
buruk bagi wisatawan. (I Gede Pitana, (Kelompok Penggerak Pariwisata) yang
2009:136). diantaranya adalah para pemuda masyarakat
Produk utama dari atraksi wisata sekitar kawasan wisata Cukang Taneuh.
Cukang Taneuh adalah keindahan alamnya, Selama ini Cukang Taneuh sudah
sehingga kelestarian alam ini perlu terus mengembangkan produk wisatanyadengan
dijaga agar tidak terjadi penurunan kualitas menerapkan konsep Tourism opportunity
dari alam tersebut. Oleh karena itu, pengelola spectrum.
kawasan wisata perlu membuat sebuah Pengelola Cukang Taneuh
pengembangan produk yang bisa menjaga menyediakan informasi mengenai rute dan
keseimbangan antara jumlah kunjungan destinasi baik melalui media cetak maupun
wisatawan yang meningkat dengan elektronik. Selain itu, pengelola Cukang
kelestarian ekosistem di kawasan ekowisata. Taneuh juga sudah bekerja sama dengan
Pengembangan produk ini dilakukan dengan biro-biro perjalanan atau tour-tour operator.
menyempurnakan produk yang telah ada. Namun ketersediaan sarana transportasi
Penyempurnaan produk yang telah ada ini untuk menuju kawasan Cukang Taneuh
dilakukan dengan menggunakan teknik belum dikelola secara maksimal. Wisatawan
tourism opportunity spectrum. Elemen- masih kesulitan mendapatkan sarana
elemen yang diperkenalkan oleh Butler dan transportasi umum untuk menjangkau atraksi
Walbrook (2003) dalam tourism opportunity wisata Cukang Taneuh. Penyediaan
spectrum diantaranya adalah aksesibilitas, akomodasi seperti penginapan, restoran, dan
kompatibilitas dengan kegiatan lain, kios cinderamata sudah dikelola, namun
karakterisrik sarana pariwisata, interaksi untuk sarana dan prasarana umum serta
sosial, akseptabilitas komunitas lokal pengelolaan wisatawan juga belum dikelola
terhadap wisatawan, dan manajemen derajat secara maksimal sehingga banyak wisatawan
kontrol.Selain pengembangan pelestarian yang mengeluhkan soal sarana dan prasaran
lingkungan atau ekosistem alam, dalam umum ini. Pengelola Cukang Taneuh selalu
teknik tourism opportunity spectrum ini memberikan penyuluhan tentang kelestarian
masyarakat lokal juga bisa menjadi daya lingkungan kepada masyarakat di sekitar
tarik bagi atraksi wisata di Cukang Taneuh. kawasan Cukang Taneuh sehingga aktivitas
Masyarakat lokal diberikan penyuluhan atau penebangan hutan dan pembuangan sampah
pelatihan-pelatihan supaya dapat berinteraksi ke sungai di Cukang Taneuh tidak terjadi.
langsung dengan wisatawan.Karakteristik Pengelola Cukang Taneuh juga memberikan
sarana pariwisata juga menjadi salah satu pelatihan-pelatihan kepada KOMPEPAR
elemen penunjang kesuksesan agar bisa menjadi tour guide di Cukang
pengembangan sehingga bisa menjadi daya Taneuh.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 160
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

Saat ini pemerintah, investor, ataupun 2. Memperoleh temuan mengenai


pengembang pariwisata harus mulai keputusan berkunjung ke atraksi wisata
menyadari bahwa wisatawan semakin Cukang Taneuh
mengharapkan dan menuntut tinggi kualitas 3. Memperoleh temuan mengenai
lingkungan di atraksi wisata yang mereka besarnya pengaruh pengembangan
kunjungi, terlebih untuk kawasan ekowisata. produk wisata Cukang Taneuh dengan
Dalam industri pariwisata, pertumbuhan menggunakan teknik tourism
pangsa pasar ekowisata dinilai sangat cepat, opportunity spectrum terhadap
oleh karena itu dalam pengembangannya, keputusan berkunjung
ekowisata harus menganut sistem pariwisata
yang berkelanjutan. 1.3. Kegunaan Penelitian
Pengembangan produk wisata dengan 1. Kegunaaan Teoritis
menggunakan teknik tourism opportunity Penelitian ini diharapkan dapat
spectrum ini disinyalir dapat meningkatkan memberikan kontribusi bagi
atau mengembalikan kunjungan wisatawan pengembangan ilmu Manajemen
serta memperkecil resiko kerusakan sumber Pemasaran Pariwisata khususnya
daya alam dari faktor-faktor ancaman yang mengenai pentingnya pengembangan
dihadapi oleh pengelola dan meningkatkan produk wisata dengan menggunakan
kualitas lingkungan sehingga wisatawan teknik tourism opportunity spectrum
tidak berhenti melakukan perjalanan wisata dalam meningkatkan keputusan
ke daerah tersebut dan bisa menjadikan berkunjung.
Cukang Taneuh sebagai kawasan wisata 2. Kegunaan Praktis
unggulan di Kabupaten Ciamis. Penelitian ini diharapkan dapat
Beradasarkan fenomena tersebut, maka perlu memberi masukan bagi pihak pengelola
diadakan penelitian mengenai “Pengaruh atraksi wisata Cukang Taneuh sebagai
Pengembangan Produk Wisata Dengan bahan pengambilan kebijakan
Menggunakan Teknik Tourism opportunity pengelolaan dalam melaksanakan
spectrum Terhadap Keputusan Berkunjung strategi pemasaran khususnya
(Survei Pada Pengunjung Cukang mengenai pengembangan produk
Taneh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)” wisata dengan menggunakan teknik
tourism opportunity spectrum untuk
1.1. Rumusan Masalah meningkatkan keputusan berkunjung.
Fokus penelitian ini adalah sejauh
mana pengembangan produk wisata dengan II. KAJIAN PUSTAKA
menggunakan teknik tourism opportunity Destinasi Pariwisata menurut
spectrum dapat mempengaruhi keputusan Ricardson dan Fluker (2004:48),
berkunjung keatraksi wisata Cukang didefinisikan sebagai, “A significant place
Taneuh. Berdasarkan fokus penelitian visited on a trip, with some form of actual or
tersebut, penulis merumuskan permasalahan perceived boundary. The basic geographic
sebagai berikut: unit for the production of tourism statistic”.
1. Bagaimana gambaran pengembangan Destinasi berjalan menurut siklus
produk wisata Cukang Taneuh yang evolusi yang terdiri dari tahap pengenalan
menggunakan teknik tourism (introduction), pertumbuhan (growth),
opportunity spectrum pendewasaan (maturity), penurunan
2. Bagaimana gambaran tingkat (decline) dan peremajaan (rejuvenation).
keputusan berkunjung di atraksi wisata Tujuan utama dari penggunaan model siklus
Cukang Taneuh hidup destinasi (destination lifecycle model)
3. Seberapa besarpengaruh adalah sebagai alat untuk memahami evolusi
pengembangan produk wisata Cukang dari produk dan destinasi pariwisata.
Taneuh dengan menggunakan teknik Menurut Richardson dan Fluker (2004:51),
tourism opportunity spectrum terhadap yang dimaksud dengan siklus hidup
keputusan berkunjung destinasi (destination lifecycle model)
adalah sebagai berikut : “A model that
1.2. Tujuan Penelitian characterizes each stage in the lifecycle of a
1. Memperoleh temuan mengenai destination (and destination areas and
pengembangan produk wisata Cukang resort area) including introduction, growth,
Taneuhdengan menggunakan teknik maturity, and decline and/or rejuvenation”.
tourism opportunity spectrum,

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 161
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

Siklus hidup destinasi menurut Butler Recreational Opportunity Spectrum (ROS),


(1980) dalam Richardson dan Fluker Limits of Acceptable Change (LAC), Visitor
(2004:53), diantaranya yaitu exploration, Impact Managemen Model (VIMM), Visitor
involvement, development, consolidation, Experience and Resources Protection Model
stagnation, dan post-stagnation (decline (VERP), Visitor Activity Management
and/or rejuvenation). Salah satu dari siklus Program (VAMP), dan Tourism opportunity
hidup destinasi yang diteliti yaitu spectrum (TOS).
development. Dimana Investor luar mulai Butler dan Waldbrook (2003) dalam
tertarik untuk menanamkan modalnya guna jurnalnya yang berjudul A New Planning
membangun berbagai fasilitas pariwisata di Tool: The Tourism opportunity spectrum
destinasi, seiring dengan berkembangnya memperkenalkan teknik pengembangan
pemasaran destinasi. Aksesibilitas ekowisata yang dikenal dengan Tourism
mengalami perbaikan, advertising semakin opportunity spectrum (TOS). Daya tarik dari
intensif dan fasilitas lokal mulai diisi dengan TOS ini berada pada bagian fakta bahwa
fasilitas modern dan terbaru. Hasilnya adalah TOS menyediakan sebuah konteks yang
semakin menurunnya partisipasi dan kontrol menawarkan bahwa perubahan dapat
oleh penduduk lokal. Atraksi buatan mulai dilakukan, dan kemungkinan besar
muncul, khusus diperuntukan wisatawan. implikasi-implikasi pengembangan pun
Tenaga kerja dan fasilitas import mulai ditinjau.
dibutuhkan untuk mengantisipasi Elemen-elemen dalam konsep Tourism
pertumbuhan pariwisata yang begitu cepat. opportunity spectrum adalah sebagai berikut:
Sebagai sebuah produk wisata, 1) Akesibilitas
kawasan wisata alam juga memerlukan suatu Dalam pengembangan pariwisata
pengembangan. Menurut Wiendu Nuryantie, sebagai sebuah sistem, faktor
ketua panitia World Conference Culture, aksesibilitas, baik berupa perencanaan
Education and Science (Wisdom) 2010 perjalanan, penyediaan informasi
mengatakan, Tanpa produk baru, kita akan mengenai rute dan destinasi,
mengalami product fatique, keletihan ketersediaan sarana transportasi,
produk, jadi susah mendongkrak wisatawan. akomodasi, ataupun kemudahan lain
Jadi, selain promosi yang digenjot, yang untuk mencapai destinasi menjadi
lebih penting adalah pembangunan kualitas penentu berhasilnya peluang
destinasi. Oleh karena itu, dari siklus pengembangan destinasi. Aksesibilitas
destinasi salah satunya development yang juga menyangkut manajemen informasi
akan diteliti lebih lanjut adalah kawasan pengembangan bagi calon
pengembangan produk wisata dengan wisatawan mengingat keunikan
menggunakan tourism opportunity spectrum destinasi. Akses informasi bisa dari
di destinasi pariwisata Cukang Taneuh, mulut ke mulut, dari keluarga dan
karena hal tersebut merupakan salah satu teman. Buku-buku pariwisata, brosur,
faktor yang mempengaruhi keputusan tabloid, iklan, dan sejenisnya juga
berkunjung wisatawan. sangat penting. Tourism opportunity
Kegiatan pengembangan pariwisata spectrum menyebutkan, semakin mudah
alam selain memberikan dampak positif juga aksesibilitas ke destinasi pariwisata
dapat membawa dampak negatif terhadap maka semakin besar peluang
lingkungan, baik terhadap lingkungan atraksi keberhasilan pengembangannya.
wisata alam maupun terhadap lingkungan 2) Kompatibilitas dengan kegiatan lain
sosial budaya setempat. Dampak negatif Keberhasilan pengembangan destinasi
terhadap alam umumnya terjadi sebagai pariwisata sangat ditentukan oleh
akibat pengelolaan atraksi wisata alam yang kompatibilitasnya terhadap aktivitas lain
kurang baik, misalnya pengembangan di kawasan pengembangan. Sifat
kegiatan wisata yang tidak memperhatikan interdependensi, baik sumber daya
daya dukung lingkungan dan kurangnya maupun dampak suatu kegiatan disuatu
pengetahuan, kesadaran, serta pendidikan kawasan terhadap kawasan lain,
masyarakat dan wisatawan terhadap menjadi salah satu faktor penentu
kelestarian lingkungan. keberhasilan pengembangan destinasi
Menurut I Gede Pitana (2009: 134) ada pariwisata. Hal yang perlu diperhatikan
beberapa teknik dalam mengembangkan adalah sampai level mana sebuah
pariwisata, diantaranya Carrying Capacity, pengembangan kawasan dapat
Recreational Carrying Capacity (RCC), mempengaruhi kawasan lain dan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 162
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

kondisi yang bagaimana yang paling Interaksi ini dapat berupa adaptasi atau
optimal dan baik untuk menunjang peningkatan kadar gangguan yang
kawasan pengembangan. Beberapa dirasakan oleh komunitas lokalseiring
aktivitas mempunyai dampak langsung, dengan peningkatan jumlah wisatawan
seperti penebangan hutan, pembuangan yang melampaui ambang batas atau
limbah, penangkapan ikan dan daya dukung sosial. Beberapa studi
pengambilan terumbu karang, dan menunjukkan adanya dampak positif
sebagainya. Jika aktivitas itu terus dan dampak negatif pariwisata terhadap
berlangsung maka akan mengurangi komunitas lokal. Tourism opportunity
kompatibilitas terhadap konsep spectrum menyebutkan, semakin besar
pengembangan destinasi pariwisata. dampak positif yang ditimbulkan
Tourism opportunity spectrum pariwisata terhadap kualitas interaksi
menyebutkan bahwa semakin tinggi sosial manusia dengan ekosistem sosial
derajat kompatibilitas pengembangan dan ekosistem lingkungannya maka
destinasi pariwisata maka semakin besar peluang pengembangan destinasi
peluang pengembangannya. pariwisata akan semakin besar.
3) Karakteristik sarana pariwisata 5) Tingkat akseptabilitas komunitas lokal
Karakteristik sarana pariwisata sangat terhadap keberadaan wisatawan
menentukan peluang pengembangan Keberadaan orang baru disuatu wilayah
sebuah destinasi pariwisata. On-site akan mengakibatkan terjadinya
management, penataan sarana keseimbangan baru pada sistem sosial
pariwisata, termasuk didalamnya diwilayah tersebut untuk memastikan
pengadaan fasilitas baru, penanaman sistem sosial tersebut tetap stabil.
atau introduksi vegetasi, akomodasi, Keseimbangan baru tersebut dapat
tempat perbelanjaan, fasilitas hiburan, dicapai baik melalui mekanisme damai
serta penataan akses lalu lintas ke atau konflik terlebih dahulu.tingkat
kawasan, sangat menentukan penerimaan atau akseptabilitas
keberhasilan pengembangan destinasi komunitas lokal terhadap datangnya
pariwisata. Pembangunan sarana wisatawan di kawasan tersebut
pariwisata ini memerlukan modifikasi menimbulkan reaksi dalam derajat
kawasan destinasi yang bisa saja tertentu. Tingkat dan sifat reaksi
berakibat sangat kompleks. Penyediaan (damai/konflik) sangat ditentukan oleh
sarana pariwisata yang mempunyai derajat akibat yang akan ditimbulkannya
karakteristik tidak sesuai dengan dan kemampuan pengendalian (kontrol)
ekosistem dan sifat alamiah destinasi oleh komunitas lokal. Akibat dan
mungkin akan memperkecil peluang kontrol keduanya harus dikelola sebaik
keberhasilan pengembangan destinasi mungkin. Semakin buruk sistem kendali
pariwisata tersebut. terhadap kedua faktor tersebut dalam
4) Interaksi sosial konsep Tourism opportunity spectrum
Kedatangan wisatawan pada suatu maka peluang pengembangan destinasi
destinasi wisata, apalagi destinasi yang pariwisata akan semakin kecil.
mengandalkan sumber daya alam dan 6) Derajat manajemen kontrol
kehidupan ekosistem sebagai atraksi Derajat menajemen kontrol
utamanya, mempunyai potensi untuk mencerminkan kelenturan pengelolaan
merusak keseimbangan ekosistem destinasi wisata. Kecendrungan
tersebut. Dalam derajat tertentu, pariwisata ke depan adalah penonjolan
ekosistem sosial dan ekosistem alamiah pengalaman pribadi (personal
akan terpengaruhi. Konsekuensinya, experience) yang memerlukan
eksistensi kawasan tersebut akan selalu kecermatan pengelolaan destinasi
dalam ancaman degradasi kualitas. pariwisata agar mampu memuaskan
Dalam sistem kepariwisataan, ada dua sifat petualangan dari wisatawan.
kondisi interaksi manusia yang harus Konsekuensinya, pengelolaan destinasi
dipertimbangkan. Pertaman, interaksi pariwisata memerlukan paket wisata
manusia dengan lingkungan/ekosistem yang individualized dan personal.
yang mempengaruhi ekosistem alam. Dalam Tourism opportunity spectrum,
Kedua, interaksi antara wisatawan keberhasilan manajemen kontrol dalam
dengan komunitas lokal yang dapat menyeimbangkan hasrat wisatawan
mempengaruhi ekosistem sosial. yang menginginkan pengalaman dan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 163
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

petualangan yang spesifik dengan mengancam kelangsungan hidup suatu


penyediaan atraksi wisata yang sesuai destinasi.
akan menentukan tingkat keberhasilan Menggunakan batasan adalah spektrum
peluang pengembangan destinasi dari seorang manusia menilai situasi spasial
pariwisata. dan kedua kriteria yang digunakan serta
Menurut Butler dan Waldbrook (2003: pengukuran penerimaan faktor tersebut akan
26) penembusan pasar yang lebih luas mencerminkan komitmen daerah dengan
dengan kesesuaian yang lebih besar diantara basis sumber daya untuk pariwisata. Dalam
unsur-unsur dapat diraih dengan pariwisata, realitas batas diidentifikasi dapat
memanfaatkan “Tourism opportunity mewakili: tingkat keterlibatan masyarakat
spectrum” dan menggabungkan setiap faktor lokal (termasuk kepemilikan tanah dan
yang ditampilkan dengan cara yang kreatif. jumlah informasi yang berkaitan dengan
Daya tarik dari TOS ini berada pada bagian karakteristik fisik dan budaya destinasi,
fakta bahwa TOS menyediakan sebuah informasi pemasaran, komitmen daerah
konteks yang menawarkan bahwa perubahan untuk pengembangan pariwisata jangka
dapat dilakukan, dan kemungkinan besar panjang dan pemahaman proses dalam
implikasi-implikasi pengembangan pun operasi.
ditinjau. Berdasarkan uraian diatas
Perubahan dari model asli yang pengembangan kawasan wisata yang tepat
disuguhkan dalam konsep TOS tidak lah mempunyai peranan penting dalam proses
begitu besar, dan tidak ada teoritikal utama keputusan berkunjung wisatawan ke suatu
atau terobosan konseptual yang diklaim. atraksi wisata. TOS merupakan sebuah alat
Akan tetapi, siapapun yang sudah biasa pengembangan pariwisata yang bisa
dengan bentuk literatur dari pariwisata dan mempengaruhi keputusan berkunjung
rekreasi akan menyadari bahwa hanya sedikit wisatawan ke atraksi wisata dengan tetap
sekali antar referensi dan antar fertilisasi ide- memperhatikan aspek pelestarian lingkungan
ide yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh alam di dalam mengembangkan destinasi
Butler (1989) dalam jurnalnya yang berjudul sehingga tetap terjaga kualitas destinasinya.
A New Planning Tool: The Tourism Hal tersebut didukung pula oleh
opportunity spectrum (2003) berikut, pendapat Butler (2003), secara detail, TOS
The modification of the original mengasumsi bahwa spektrum pengukuran
model proposed here is not profound, dan penilaian indikator pengembangan yang
and no major theoritical or digunakan haruslah: (1) dapat diamati dan
conceptual breakthrough is claimed. diukur, (2) secara langsung dapat
However, anyone familiar with both dikendalikan dibawah manajemen kontrol,
the tourism and the recreation bodies (3) terkait langsung dengan preferensi
of literature will be aware how little wisatawan dan mempengaruhi keputusannya
cross-referencesing and cross untuk melakukan wisata atau tidak ke tempat
fertilisation of ideas takes place. tersebut, dan (4) mempunyai karakteristik
Mengidentifikasi strategi-strategi dan kondisi tertentu.
pemasaran dan peluang pengembanngan Tingkat kunjungan yang diadopsi dari
merupakan hal yang relatif mudah, tetapi teori Kotler dan Amstrong (2008:129)
sering sulit untuk melaksanakan bahwa, dalam memenuhi kebutuhannya,
pengembangan terencana yang konsumen akan berada dalam suatu proses
mencerminkan tujuan masyarakat lokal dan keputusan pembelian. Dalam menjalankan
keuntungan jangka panjang. Masalah utama niat pembelian tersebut, konsumen terdapat
terletak pada usaha untuk "mengontrol enam sub keputusan pembelian, apakah
pengembangan pariwisata" dan keputusan pembelian berdasarkan pilihan
mengidentifikasi tanggung jawab untuk produk wisata, pilihan merek objek wisata,
kontrol ini. Dalam daerah rekreasi yang pilihan saluran distribusi, pilihan waktu
lebih luas, dimana spektrum peluang kunjungan, tingkat kunjungan dan metode
rekreasi dibuat, tanggung jawab sering pembayaran. Namun, dalam hal ini
terletak pada agensi umum yang didesain. penelitian hanya memilih empat dimensi
Jadi, dengan tidak adanya suatu rencana atau dari enam dimensi yang dikemukakan oleh
konsep untuk membentuk pengembangan Kotler dan Amstrong (2008:129) tanpa
wisata jangka pendek dapat membatasi atau saluran distribusi dan metode pembayaran,
menghancurkan pengembangan wisata karena hal ini disesuaikan penelitian di objek
jangka panjang yang berkelanjutan dan juga wisata Cukang Taneuh

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 164
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

Keempat model komponen keputusan berkunjung ke atraksi wisata Cukang


kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata Taneuh.
Cukang Taneuh ini dijadikan dimensi dalam Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
variabel Y yaitu keputusan pengunjung diketahui bahwa pengembangan produk
untuk mengunjungi atraksi wisata Cukang wisata dengan menggunakan tourism
Taneuh. opportunity spectrum merupakan salah satu
Setelah beberapa faktor yang faktor yang mempengaruhi pengunjung
diungkapkan diatas, adapun pengaruh dari untuk berkunjung ke atraksi wisata Cukang
beberapa unsur pengembangan produk Taneuh. Berdasarkan uraian kerangka
wisata dengan menggunakan tourism pemikiran diatas, maka dapat digambarkan
opportunity spectrum X merupakan salah kerangka pemikiran sebagai berikut:
satu faktor yang mempengaruhi keputusan

GAMBAR 1
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan kerangka pemikiran di
atas, penulis menggambarkan paradigma
penelitian yang menempatkan satu variabel
bebas, dan satu variabel terikat, yaitu
variabel pengembangan produk wisata
dengan menggunakan tourism opportunity
spectrum yang terdiri dari akesibilitas,
kompatibilitas dengan kegiatan lain,
karakteristik sarana pariwisata, interaksi
sosial, tingkat akseptabilitas komunitas lokal
terhadap keberadaan wisatawan, derajat
manajemen kontrol dan keputusan
berkunjung (Y). Paradigma penelitian
merupakan pola pikir yang menunjukan
hubungan antara variabel yang akan diteliti
yang sekaligus mencerminkan jenis dan
jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab GAMBAR 2
melalui penelitian, teori yang digunakan PARADIGMA PENELITIAN
untuk merumuskan hipotesis, jenis, dan
jumlah hipotesis serta tehnik atau model
dalam penelitian ini yang digambarkan pada
Gambar 2.2.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 165
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

2.1. Hipotesis 4. Keputusan berkunjung ke atraksi


Hipotesis atau hipotesa adalah suatu wisata Cukang Taneuh dipengaruhi
kesimpulan yang bersifat sementara dalam secara positif oleh interaksi sosial.
suatu penelitian. Arikunto (2009:5) 5. Keputusan berkunjung ke atraksi
mengemukakan bahwa: “Suatu jawaban wisata Cukang Taneuh dipengaruhi
yang bersifat sementara terhadap secara positif oleh tingkat
permasalahan penelitian sampai terbukti akseptabilitas komunitas lokal terhadap
melalui data yang terkumpul”. keberadaan wisatawan
Selain itu juga hipotesis sangat berguna 6. Keputusan berkunjung ke atraksi
untuk mengarahkan penelitian yang tengah wisata Cukang Taneuh dipengaruhi
atau akan dilaksanakan sebagaimana yang secara positif oleh derajat manajemen
dikemukakan oleh Sugiyono (2009:93), kontrol.
hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, III. METODE PENELITIAN
dimana rumusan masalah penelitian telah Berdasarkan variabel-variabel yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, diteliti maka jenis penelitian dari penelitian
dikatakan sementara karena jawaban yang ini adalah penelitian deskriptif dan
diberikan baru didasarkan pada teori yang verifikatif. Sugiyono (2008:11)
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta mendefinisikan bahwa penelitian deskriptif
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan adalah penelitian yang dilakukan untuk
data, sehingga hipotesis dapat dinyatakan mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan variabel atau lebih tanpa membuat
masalah penelitian, belum jawaban yang perbandingan atau menghubungkan dengan
empirik. Hipotesis adalah pernyataan yang variabel lain. Penelitian deskriptif disini
diterima secara sementara sebagai suatu bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau
kebenaran sebagaimana adanya pada saat gambaran mengenai promosi penjualan dan
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja bagaimana promosi penjualan tersebut dapat
serta panduan dalam verifikasi. berpengaruh pada keputusan pembelian.
Butler (2003) mengatakan secara Penelitian verifikatif menurut
detail, TOS mengasumsi bahwa spektrum Suharsimi Arikunto (2009:8) merupakan
pengukuran dan penilaian indikator ”Penelitian yang pada dasarnya ingin
pengembangan yang digunakan haruslah: (1) menguji kebenaran melalui pengumpulan
dapat diamati dan diukur, (2) secara data di dalam lapangan”.
langsung dapat dikendalikan dibawah Dalam penelitian ini akan diuji mengenai
manajemen kontrol, (3) terkait langsung kebenaran hipotesis melalui pengumpulan
dengan preferensi wisatawan dan data di lapangan, dalam penelitian ini di uji
mempengaruhi keputusannya untuk pengaruh pengembangan produk wisata
melakukan wisata atau tidak ke tempat dengan menggunakan teknik tourism
tersebut, dan (4) mempunyai karakteristik opportunity spectrum terhadap keputusan
dan kondisi tertentu. berkunjung ke Cukang Taneuh.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Berdasarkan jenis penelitian deskriptif,
hipotesis dalam penelitian ini adalah: metode penelitian yang digunakan adalah
“keputusan berkunjung dipengaruhi secara metode deskriptif survey dan metode
positif oleh pengembangan produk wisata explanatory survey untuk menjelaskan
dengan menggunakan tourism opportunity hubungan antara variabel-variabel melalui
spectrum.” pengujian hipotesis. Metode tersebut
Sub hipotesis : dipergunakan untuk menjelaskan hubungan
1. Keputusan berkunjung ke atraksi antara variabel-variabel penelitian melalui
wisata Cukang Taneuh dipengaruhi pengujian hipotesis. Menurut Sugiyono
secara positif oleh aksesibilitas. (2008:11) yang dimaksud dengan metode
2. Keputusan berkunjung ke atraksi survei yaitu:
wisata Cukang Taneuh dipengaruhi Metode survei digunakan untuk
secara positif oleh kompatibilitas mendapatkan data dari tempat
dengan kegiatan lain. tertentu yang alamiah (bukan buatan),
3. Keputusan berkunjung ke atraksi tetapi peneliti melakukan perlakuan
wisata Cukang Taneuh dipengaruhi dalam pengumpulan data, misalnya
secara positif oleh karakteristik sarana dengan mengedarkan kuesioner, test,
pariwisata. wawancara terstruktur dan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 165
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

sebagainya (perlakuan tidak seperti caranya kita mengukur suatu variabel, untuk
dalam eksperimen). mengetahui apa yang menjadi konsep teoritis
Penelitian yang menggunakan metode dan konsep analitis, maka perlu adanya
ini, melakukan kegiatan pengumpulan penjabaran konsep melalui operasionalisasi
informasi dari sebagian populasi secara variabel. Adapun variabel-varibel yang akan
langsung di tempat kejadian (empirik) diuji yaitu pengembangan produk wisata
dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dengan menggunakan teknik tourism
dari sebagian populasi terhadap objek yang opportunity spectrum (X) yang terdiri dari
sedang diteliti. aksesibilitas, kompatibilitas dengan kegiatan
Metode pengembangan yang lain, karakteristik sarana pariwisata, interaksi
dipergunakan adalah cross-sectional method. sosial, tingkat akseptabilitas komunitas lokal
Menurut Husein Umar (2009:42), cross terhadap keberadaan pengunjung, dan derajat
sectional method yaitu metode penelitian manajemen kontrol sebagai variabel bebas
dengan cara meneliti suatu fenomena tertentu dan keputusan berkunjung (Y) sebagai
dalam satu kurun waktu saja. variabel terikat. Berikut adalah
operasionalisasi variabel dalam penelitian ini
3.1. OPERASIONALISASI VARIABEL :
Menurut Sugiyono (2009:113),
operasional variabel adalah bagaimana
TABEL 4
OPERASIONALISASI VARIABEL
Variabel/Sub Konsep Variabel/Sub No.
Indikator Ukuran Skala
Variabel Variabel Item
Tourism Tourism oportunity
opportunity spectrum is offerred as a
spectrum tool to maximise natural
(X) resource-based tourism
development within
acceptable constrains.
(Butler & Waldbrook,
2003: 22)
Aksesibilitas Aksesibilitas, baik berupa Kemudahan Tingkat Ordinal A.1
(X1) perencanaan perjalanan, mencapai lokasi kemudahan
penyediaan informasi destinasi mencapai lokasi
mengenai rute destinasi, destinasi
ketersediaan sarana Sumber Ragam sumber Ordinal A.2
transportasi, akomodasi, informasi untuk informasi untuk
ataupun kemudahan lain mencapai mencapai destinasi
untuk mencapai destinasi destinasi
merupakan salah satu
faktor penentu berhasilnya
peluang pengembangan
destinasi
Kompatibilitas Keberhasilan Kesesuaian Tingkat kesesuian Ordinal A.3
dengan pengembangan destinasi pembangunan pembangunan
kegiatan lain pariwisata sangat lahan parkir lahan parkir
(X2) ditentukan oleh Keanekaragaman Tingkat Ordinal A.4
kompatibilitasnya terhadap pohon kesesuaian
aktivitas lain di kawasan keanekaragaman
pengembangan. Yang pohon
perlu diperhatikan adalah Pembuangan Tingkat Ordinal A.5
sampai level mana sebuah sampah atau pembuangan
pengembangan kawasan limbah sampah atau
dapat mempengaruhi limbah
kawasan lain dan kondisi Pelestarian flora Tingkat Ordinal A.6
yang bagaimana yang dan fauna pelestarian flora
optimal dan baik untuk dan fauna

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 166
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

Variabel/Sub Konsep Variabel/Sub No.


Indikator Ukuran Skala
Variabel Variabel Item
menunjang kawasan Kebersihan Tingkat Ordinal A.7
pengembangan. lingkungan kebersihan
kawasan wisata lingkungan
kawasan wisata
Kesesuaian jarak Tingkat Ordinal A.8
dengan kesesuaian jarak
pemukiman dengan
sekitar destinasi pemukiman sekitar
destinasi
Karakteristik Karakteristik sarana Pengadaan Pengadaan Ordinal A.9
sarana pariwisata adalah tentang fasilitas baru fasilitas baru
pariwisata bagaimana cara penataan Kenyamanan Tingkat Ordinal A.10
(X3) sarana pariwisata, termasuk tempat kenyamanan
didalamnya pengadaan perbelanjaan tempat
fasilitas baru, penanaman (kios perbelanjaan (kios
atau introduksi vegetasi, cinderamata) cinderamata)
akomodasi, tempat Kenyamanan Tingkat Ordinal A.11
perbelanjaan, fasilitas fasilitas umum kenyamanan
hiburan, serta penataan (toilet, mushola, fasilitas umum
akses lalulintas ke kantin) (toilet, mushola,
kawasan. kantin)
Tempat Keterseediaan Ordinal A.12
penginapan tempat penginapan
(hotel, motel, (hotel, motel,
tempat tempat berkemah)
berkemah)
Fasilitas Fasilitas Ordinal A.13
penunjang penunjang
keamanan bagi keamanan bagi
pengunjung (life pengunjung (life
vest, P3K, dll) vest, P3K, dll)
interaksi Keberadaan pengunjung di Interaksi Interaksi Ordinal A.14
sosial kawasan wisata alam bisa pengunjung pengunjung
(X4) berdampak buruk bagi dengan dengan ekosistem
ekosistem alam dan juga ekosistem (lingkungan alam)
ekosistem sosial. (lingkungan
alam)
Pengalaman Tingkat Ordinal A.15
pengunjung pengalaman
terhadap pengunjung
masyarakat terhadap
setempat masyarakat
setempat
Penyelenggaraan Tingkat Ordinal A.16
event tahunan penyelenggaraan
oleh masyarakat event tahunan oleh
setempat masyarakat
setempat
tingkat Keberadaan orang baru di Penerimaan Tingkat Ordinal A.17
akseptabilitas suatu wilayah akan masyarakat lokal penerimaan
komunitas mengakibatkan terjadinya terhadap budaya masyarakat lokal
lokal terhadap keseimbangan baru pada baru yang di terhadap budaya
keberadaan sistem sosial di wilayah bawa oleh baru yang di bawa
pengunjung tersebut untuk memastikan pengunjung oleh pengunjung
(X5) sistem sosial tersebut tetap Penerimaan Tingkat Ordinal A.18

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 167
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

Variabel/Sub Konsep Variabel/Sub No.


Indikator Ukuran Skala
Variabel Variabel Item
stabil. pengunjung penerimaan
terhadap budaya pengunjung
dan adat istiadat terhadap budaya
masyarakat lokal dan adat istiadat
masyarakat lokal
Derajat Derajat manajemen kontrol Penyediaan Penyediaan atraksi Ordinal A.19
manajemen mencerminkan kelenturan atraksi wisata wisata
kontrol (X6) pengelolaan destinasi Aktivitas yang Ragam aktivitas Ordinal A.20
wisata. Kecendrungan bisa dilakukan yang bisa
wisata kedepan adalah dilakukan
penonjolan pengalaman Penyediaan paket Kemudahan Ordinal A.21
pribadi (personal wisata oleh lokal mendapatkan paket
experience) yang dan non-lokal wisata oleh lokal
memerlukan kecermatan tour operator dan non-lokal tour
pengelolaan destinasi operator
wisata agar mampu Kepuasan Tingkat kepuasan Ordinal A.22
memuaskan sifat pengunjung pengunjung
petualangan dari Keinginan Tingkat keinginan Ordinal A.23
pengunjung. pengunjung pengunjung untuk
untuk kembali kembali lagi ke
lagi ke destinasi destinasi
Keputusan Tahap keputusan di mana Pemilihan Tingkat Ordinal B.24
Berkunjung pengunjung secara aktual produk wisata Pemilihan produk
(Y) melakukan pembelian Cukang taneuh wisata
produk wisata. berdasarkan daya
Modifikasi Kotler & tarik atraksi
Amstrong (2008:146) wisata yang
ditawarkan
Cukang Taneuh
Tingkat Ordinal B.25
Pemilihan produk
wisata atas dasar
keragaman
produk wisata
yang ada di
Cukang Taneuh
Tingkat Ordinal B.26
pemilihan
pengunjung
terhadap
keputusan
berkunjung
berdasarkan
kualitas
(amenities)
fasilitas wisata di
Cukang Taneuh
Tingkat Ordinal B.27
pemilihan
pengunjung
terhadap
keputusan
berkunjung
berdasarkan
kemudahan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 168
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

Variabel/Sub Konsep Variabel/Sub No.


Indikator Ukuran Skala
Variabel Variabel Item
aksesibiltas
menuju Cukang
Taneuh

Pemilihan Tingkat Ordinal B.28


tempat wisata Keputusan
terfokus pada berkunjung
Cukang Taneuh berdasarkan
kemenarikan
Cukang Taneuh
sebagai daerah
tujuan wisata
Tingkat Ordinal B.29
Kepopuleran
Cukang Taneuh
dibanding
kawasan wisata
lainnya yang ada
di Kabupaten
Ciamis
Pemilihan Tingkat Ordinal B.30
waktu Pemilihan waktu
kunjungan kunjungan
pengunjung ke berdasarkan saat
Cukang Taneuh weekday (Senin-
Jumat)
Tingkat Ordinal B.31
Pemilihan waktu
kunjungan
berdasarkan saat
weekend (Sabtu-
Minggu)
Tingkat Ordinal B.32
kunjungan
berdasarkan pada
saat kebutuhan
khusus (tugas
sekolah, family
gathering, dll)
Pemilihan Tingkat Ordinal B.33
Jumlah keseringan
Kunjungan ke berkunjung ke
Cukang Taneuh Cukang Taneuh

Tingkat lama Ordinal B.34


pengunjung
berkunjung ke
Cukang Taneuh

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 169
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

IV. HASIL PENELITIAN DAN pengembangan destinasi pariwisata. (Butler,


PEMBAHASAN 2003)
4.1. Pengembangan Produk Wisata Dimensi selanjutnya adalah derajat
Dengan Menggunakan Teknik manajemen kontrol yang memiliki skor
Tourism Opportunity Spectrum 25,31%, tertinggi kedua setelah dimensi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik sarana pariwisata. Derajat
tanggapan pengunjung terhadap manajemen kontrol merupakan rekapitulasi
pengembangan produk wisata dengan dari hasil keseluruhan perjalanan wisata
menggunakan tourism opportunity spectrum yang pengunjung rasakan. Dalam hal ini,
diperoleh hasil rekapitulasi, yaitu: pengunjung Cukang Taneuh merasa puas
TABEL 5 dan memiliki keinginan untuk kembali lagi
REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN ke atraksi wisata Cukang Taneuh.
PENGUNJUNG TERHADAP Penyediaan atraksi wisata yang sesuai juga
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA mempengaruhi pengunjung untuk
DENGAN MENGGUNAKAN TOURISM memberikan skor yang tinggi terhadap
OPPORTUNITY SPECTRUM dimensi derajat manajemen kontrol.
Suatu daerah wisata, di samping
akomodasi akan disebut daerah tujuan
wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi
yang memikat sebagai tujuan kunjungan
wisata. Middleton (2001:125)
mengemukakan bahwa, atraksi wisata
merupakan elemen-elemen yang terkandung
dalam daya tarik wisata destinasi dan
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2011 lingkungan di dalamnya yang secara
individual atau kombinasinya memegang
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa peran penting dalam memotivasi pengunjung
dimensi yang memperoleh skor tertinggi untuk berkunjung ke daya tarik destinasi
adalah karakteristik sarana pariwisata yaitu tersebut.
sebesar 25,39%. Berdasarkan tanggapan Selanjutnya, dimensi aksesibilitas
pengunjung, karakteristik sarana pariwisata memiliki skor 24,84%. Aksesibilitas menjadi
di Cukang Taneuh sudah cukup lengkap, peringkat ketiga dikarenakan akses menuju
nyaman, dan baik. Gamal Suwantoro daya tarik wisata menurut pengunjung
(2004:22) mengemukakan bahwa, fasilitas cukup mudah. Dikarenakan untuk menuju ke
wisata merupakan kelengkapan daerah daya tarik wisata bisa menggunakan jalur
tujuan wisata yang diperlukan untuk darat berupa kendaraan pribadi, bus, dan
melayani kebutuhan pengunjung dalam travel, jalur udara dan laut. Fasilitas
menikmati perjalanan wisatanya. pengangkutan (transportation facilities)
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan merupakan prasarana dan sarana yang
wisata maupun daya darik wisata tertentu memudahkan dipergunakan orang untuk
harus disesuaikan dengan kebutuhan mencapai daya tarik wisata.
pengunjung baik secara kuantitatif maupun Sebagaimana Middleton (2001:126)
kualitatif. Sarana wisata secara kuantitatif bahwa aksesibilitas merupakan kemudahan
menunjuk pada jumlah sarana yang harus bagi pengunjung atau pengunjung untuk
disediakan, secara kuantitatif yang mencapai objek dan daya tarik wisata yang
menunjukan pada mutu pelayanan yang akan dituju. Kemudahan pencapaian
diberikan dan tercermin pada kepuasan mempengaruhi keputusan pengunjung untuk
pengunjung yang memperoleh pelayanan. mengunjungi suatu objek dan daya tarik
Penyediaan sarana pariwisata sangat wisata. Ketepatan, kecepatan dan kelancaran
menentukan peluang pengembangan sebuah inilah sesungguhnya yang dapat mengurangi
destinasi pariwisata. On-site management, jarak yang harus ditempuh dan waktu yang
penataan sarana pariwisata, termasuk dipergunakan oleh pengunjung, yang
didalamnya pengadaan fasilitas baru, memang menjadi harapan dan keinginan
penanaman atau introduksi vegetasi, semula, pengunjung hendak memutuskan
akomodasi, tempat perbelanjaan, fasilitas untuk mengadakan perjalanan.
hiburan serta penataan akses lalu lintas ke Interaksi sosial merupakan dimensi
kawasan, sangat menentukan keberhasilan yang memiliki skor terendah yaitu 24,46%.
Dalam hal ini, pengunjung menganggap

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 170
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

bahwa keterlibatan masyarakat lokal sangat Skor terendah: Skor terendah x jumlah item
rendah. Sehingga pengalaman yang didapat pertanyaan x jumlah pengunjung
pengunjung terhadap masyarakat kurang. Skor terendah = 1 x 15 x 150 = 2250
Padahal interaksi sosial merupakan faktor Panjang interval kelas : 11250/5 = 2250
yang berpengaruh besar terhadap keputusan Berdasarkan jumlah skor hasil
berkunjung pengunjung. Selain itu, pengumpulan data pengembangan produk
penyelenggaraan event di atraksi wisata wisata dengan menggunakan tourism
Cukang Taneuh jarang dilakukan. opportunity spectrum adalah 8642 lihat
Penyelenggaraan event merupakan salah Tabel 1.5 dengan demikian maka
satu daya tarik pengunjung untuk pengembangan produk wisata dengan
berkunjung ke sebuah atraksi wisata. menggunakan tourism opportunity spectrum
Menurut The International Ecotourism menurut persepsi 150 pengunjung adalah
Society (2000) dalam Damanik (2006:48), (8642 : 11250) x 100% = 76,82%. Hasil ini
pengunjung menaruh perhatian besar pada secara kontinium dapat dibuat kategori
budaya masyarakat di daerah tujuan wisata. sebagai berikut:
Bahkan disebutkan pula bahwa pengalaman Sangat Sangat
budaya di daerah tujuan wisata menjadi Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi
salah satu daya tarik yang diperhitungkan.
Butler dan Waldbrook (2003:26) 2250 4500 6750 9000 1125
mengemukakan bahwa pengembangan
produk wisata dengan menggunakan teknik 0
tourism opportunity spectrum yang terdiri
dari aksesibilitas, kompatibilitas dengan
kegiatan lain, karakteristik sarana pariwisata, 8642
interaksi sosial, akseptabilitas komunitas Nilai 8642 sesuai dengan data
lokal terhadap keberadaan pengunjung, dan penelitian yaitu termasuk dalam kategori
derajat manajemen kontrol terkait langsung interval sedang dan tinggi tetapi lebih
dengan preferensi pengunjung dan mendekati tinggi, jadi pengembangan produk
mempengaruhi keputusannya untuk wisata dengan menggunakan teknik tourism
melakukan wisata atau tidak ke tempat opportunity spectrum menurut tanggapan
tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu pengunjung di atraksi wisata Cukang Taneuh
faktor yang mempengaruhi tingkat dalam kategori tinggi dengan persentase
kunjungan pengunjung atraksi wisata 68,75%.
Cukang Taneuh.
Secara keseluruhan variabel 4.2. Keputusan Berkunjung
pengembangan produk wisata dengan Keputusan berkunjung yang diadopsi
menggunakan teknik tourism opportunity dari teori Kotler dan Amstrong (2008:129)
spectrum dapat diketahui kedudukannya bahwa, dalam memenuhi kebutuhannya,
berdasarkan skor yang didapat berdasarkan konsumen akan berada dalam suatu proses
data dari Gambar 4.10, di mana nilai-nilai keputusan pembelian. Dalam menjalankan
tersebut dibandingkan dengan kriteria skor niat pembelian tersebut, konsumen terdapat
standar, yang didapat melalui perhitungan enam sub keputusan pembelian, apakah
skor ideal (criterium) dan skor terkecil, keputusan pembelian berdasarkan pilihan
sehingga melalui skor standar tersebut dapat produk wisata, pilihan merek objek wisata,
diketahui daerah kontinium yang pilihan saluran distribusi, pilihan waktu
menunjukkan wilayah ideal dari variabel kunjungan, tingkat kunjungan dan metode
pengembangan produk wisata, hal tersebut pembayaran. Namun, dalam hal ini
dapat dicari dengan rumus menurut penelitian hanya memilih empat indikator
Sugiyono (2009:94) sebagai berikut: dari enam indikator yang dikemukakan oleh
Mencari skor ideal Pengembangan Kotler dan Amstrong (2008:129) tanpa
Produk Wisata Dengan menggunakan pilihan saluran distribusi dan metode
Tourism opportunity spectrum: pembayaran, karena hal ini disesuaikan
Skor ideal: Skor tertinggi x jumlah item penelitian di atraksi wisata Cukang Taneuh.
pertanyaan x jumlah pengunjung Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
Skor ideal = 5 x 15 x 150 = 11250 pembahasan tanggapan pengunjung terhadap
Mencari skor terendah Pengembangan keputusan berkunjung adalah sebagai
Produk Wisata Dengan menggunakan berikut.
Tourism opportunity spectrum:

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 171
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

TABEL 6 Pada indikator jumlah kunjungan yaitu


REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN sebesar 23,63%. Pengunjung dapat
PENGUNJUNG TERHADAP mengambil keputusan tentang seberapa
KEPUTUSAN BERKUNJUNG banyak atraksi wisata yang akan
PENGUNJUNG KE ATRAKSI WISATA dikunjunginya pada suatu saat. Kunjungan
CUKANG TANEUH dilakukan satu kali atau lebih. Pemilihan
Skor jumlah kunjungan dalam hal ini adalah
N Total pemilihan atraksi wisata Cukang Taneuh
Indikator Rata- %
o Skor yang didasarkan pada pengunjung sering
rata
Pemilihan 26, melakukan kunjungan ke atraksi wisata
1 2337 584,25 Cukang Taneuh dan lama dalam
Produk Wisata 07
mengunjungi atraksi wisata Cukang Taneuh.
Pemilihan 25,
2 1128 564 Secara keseluruhan variabel keputusan
Merek 17
berkunjung dapat diketahui kedudukannya
Pemilihan
25, berdasarkan skor yang didapat berdasarkan
4 Waktu 1690 563,3
14 data dari tabel 1.6, di mana nilai-nilai
Kunjungan
tersebut dibandingkan dengan kriteria skor
Pemilihan
23, standar, yang didapat melalui perhitungan
5 Jumlah 1059 529
63 skor ideal (criterium) dan skor terkecil,
Kunjungan
sehingga melalui skor standar tersebut dapat
10 diketahui daerah kontinium yang
Total 6214 2241,05
0% menunjukkan wilayah ideal dari variabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2011 tingkat kunjungan, hal tersebut dapat dicari
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dengan rumus menurut Sugiyono (2009:94)
pembahasan tanggapan pengunjung terhadap sebagai berikut:
keputusan berkunjung, indikator yang Mencari skor ideal keputusan
memiliki skor tertinggi adalah pemilihan berkunjung:
produk wisata yaitu sebesar 26,07%. Skor ideal: Skor tertinggi x jumlah item
Pemilihan produk dalam hal ini adalah pertanyaan x jumlah pengunjung
pemilihan daya tarik atraksi wisata yang Skor ideal = 5 x 11 x 150 = 8250
ditawarkan oleh Cukang Taneuh, keragaman Mencari skor terendah keputusan
produk wisata, kualitas produk wisata, berkunjung:
kemudahan aksesibilitas. Skor terendah: Skor terendah x jumlah item
Urutan kedua terdapat pada indikator pertanyaan x jumlah pengunjung
pemilihan merek (kawasan wisata) yaitu Skor terendah = 1 x 11 x 150 = 1650
sebesar 25,17%. Setiap merek memiliki Panjang interval kelas : 8250/5 = 1650
perbedaan-perbedaan tersendiri, sehingga Berdasarkan jumlah skor hasil
pengunjung harus memutuskan merek mana pengumpulan data keputusan berkunjung
yang akan dibeli. Dalam hal ini pengunjung adalah 6214 lihat Tabel 1.6 dengan demikian
memutuskan pemilihan merek berdasarkan maka keputusan berkunjung menurut
kemenarikan Cukang Taneuh sebagai daerah persepsi 150 pengunjung adalah (6214 :
tujuan wisata dan kepopuleran Cukang 8250) x 100% = 75,32%. Hasil ini secara
Taneuh di Kabupaten Ciamis di banding kontinium dapat dibuat kategori sebagai
daerah tujuan wisata lainnya. berikut:
Skor berikutnya yaitu pada indikator Sangat Sangat
pemilihan waktu kunjungan yaitu sebesar Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi
25,14%. Keputusan pembelian konsumen
bisa dilakukan dalam pemilihan waktu yang
berbeda-beda, sesuai dengan kapan produk
tersebut dibutuhkan. Pemilihan waktu 1650 3300 4950 6600 8250
kunjungan dalam hal ini adalah pemilihan
atraksi wisata Cukang Taneuh yang
didasarkan pada pengunjung menyatakan 6214
bahwa selalu berkunjung ke atraksi wisata Nilai 6214 sesuai dengan data
karena kebutuhan dan selalu berkunjung ke penelitian yaitu termasuk dalam kategori
atraksi wisata Cukang Taneuh karena interval sedang dan tinggi tetapi lebih
bertepatan saat liburan. mendekati tinggi, jadi keputusan berkunjung
pengunjung di atraksi wisata Cukang Taneuh

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 172
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

dalam kategori tinggi dengan persentasi TERHADAP KEPUTUSAN


75,32%. BERKUNJUNG
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2011
4.3. Pengaruh Pengembangan Produk Pengujian hipotesis melalui nilai
Wisata dengan Menggunakan signifikasi dan uji-t menghasilkan penolakan
Teknik Tourism opportunity spectrum terhadap Ho pada dimensi aksesibilitas (X1),
Terhadap Keputusan Berkunjung karakteristik sarana pariwisata (X3),
Pengujian hipotesis dilakukan untuk interaksi sosial (X4), dan derajat manajemen
menguji besarnya pengaruh pengembangan kontrol (X6) karena nilai signifikasi lebih
produk wisata dengan menggunakan teknik kecil dibandingkan dengan 0,05. Hal tersebut
tourism opportunity spectrum (X) yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
terdiri dari aksesibilitas (X1), kompatibilitas signifikan antara pengembangan produk
dengan kegiatan lain (X2), karakteristik wisata dengan menggunakan teknik tourism
sarana pariwisata (X3), interaksi sosial (X4), opportunity spectrum yang terdiri dari
akseptabilitas komunitas lokal terhadap aksesibilitas (X1), karakteristik sarana
keberadaan pengunjung (X5) dan derajat pariwisata (X3), interaksi sosial (X4), dan
manajmen kontrol (X6) terhadap keputusan derajat manajemn kontrol (X6) terhadap
berkunjung (Y) dilakukan dengan keputusan berkunjung (Y) pengunjung di
menggunakan uji statistik analisis jalur (path atraksi wisata Cukang Taneuh. Sedangkan
analysis). pada dimensi kompatibilitas dengan kegiatan
Serta untuk menguji hipotesis dihitung lain (X2) dan akseptabilitas komunitas lokal
besarnya koefisien jalur masing-masing terhadap keberadaan pengunjung (X5)
variabel. Selanjutnya berdasarkan memiliki nilai signifikasi lebih besar dari
perhitungan statistik yang didasarkan pada 0,05. Hal tersebut berarti bahwa tidak
angka-angka dari masing-masing variabel terdapat pengaruh yang signifikan antara
terlebih dahulu dilakukan transformasi, pengembangan produk wisata dengan
dimana dalam perhitungan transformasi menggunakan teknik tourism opportunity
dilakukan dengan program yang ada dalam spectrum yang terdiri dari kompatibilitas
SPSS Versi 19.0. Secara lengkap hasil dengan kegiatan lain (X2) dan akseptabilitas
pengolahan data pengaruh pengembangan komunitas lokal terhadap keberadaan
produk dengan menggunakan teknik tourism pengunjung (X5) terhadap keputusan
opportunity spectrum beserta enam sub berkunjung (Y) pengunjung di atraksi wisata
variabelnya terhadap keputusan berkunjung Cukang Taneuh. Meskipun terjadi
pengunjung di atraksi wisata Cukang Taneuh ketidaksesuian (tidak kompatibel) antara
disajikan secara rinci dalam Tabel 4.3 kegiatan yang ada di Cukang Taneuh dan
sebagai berikut: juga penerimaan masyarakat lokal yang
TABEL 7 kurang, namun pengunjung tetap melakukan
HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN kunjungan ke Cukang Taneuh.
JALUR, PENGARUH LANGSUNG DAN Adapun untuk menguji ulang dengan
TIDAK LANGSUNG DARI menggunakan model trimming. Heise et,al
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA dalam Riduwan dan Engkos (2011:127)
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK menyatakan ”model trimming adalah model
TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM yang digunakan memperbaiki suatu model

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 173
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

struktur analisis jalur dengan cara sarana pariwisata (X2), interaksi sosial (X3),
mengeluarkan dari model variabel eksogen dan derajat manajmen kontrol (X4), hasil
yang koefisien jalurnya tidak signifikan”. pengujian hipotesis path analysis dengan
Jadi model trimming terjadi ketika koefisien menggunakan bantuan SPSS 19.0 dapat
jalur di uji secara keseluruhan ternyata ada dilihat pada Tabel 4.4.
variabel yang tidak signifikan, kalau pun ada
satu, dua atau lebih variabel yang tidak
signifikan peneliti perlu model struktur
analisis jalur yang telah dihipotesiskan.
Pengujian hipotesis kali ini dilakukan
untuk menguji besarnya pengembangan
produk wisata dengan menggunakan teknik
tourism opportunity spectrum (X) yang
terdiri dari aksesibilitas (X1), karakteristik
TABEL 8
HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN JALUR, PENGARUH LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DARI PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN
TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG
MENGGUNAKAN MODEL TRIMMING

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2011 interaksi sosial, dan derajat manajemen
Pengembangan produk wisata dengan kontrol ditentukan melalui:
menggunakan teknik tourism opportunity
spectrum yang memiliki pengaruh terbesar PZ  1  R 2 Y ( X 1.,......... X 4) =
terhadap keputusan berkunjung adalah
interaksi sosial yang berpengaruh langsung 1 0.9320
sebesar 36,04% pengaruh tidak langsung = 0,068
melalui aksesibilitas sebesar 16,65%, melalui Hal tersebut berarti X1, X2, X3, dan
karakteristik sarana pariwisata sebesar X4 bersama-sama mempengaruhi tingkat
7,11%, dan melalui derajat manajemen kunjungan sebesar 93,2% dan sisanya
kontrol sebesar 1,57%. sebesar 6,8% dipengaruhi faktor lain yang
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tidak masuk ke dalam penelitian ini.
dapat diketahui bahwa pengaruh
pengembangan produk dengan menggunakan V. KESIMPULAN DAN
teknik tourism opportunity spectrum REKOMENDASI
terhadap keputusan berkunjung adalah 5.1. Kesimpulan
sebesar 0.932 sedangkan koefisien jalur Berdasarkan hasil penelitian yang telah
variabel lain di luar variabel pengembangan dilakukan dengan menggunakan analisa
produk wisata dengan menggunakan tourism deskriptif dan verikatif pengaruh
opportunity spectrum yang terdiri dari pengembangan produk wisata dengan
aksesibilitas, karakteristik sarana pariwisata, menggunakan teknik tourism opportunity
spectrum terhadap keputusan berkunjung ke

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 174
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

atraksi wisata Cukang Taneuh dapat ditarik 1. Meningkatkan aksesibilitas menuju


kesimpulan sebagai berikut: Cukang Taneuh agar wisatawan lebih
1. Penilaian pengunjung yang berkunjung antusias berkunjung ke cukang Taneuh
ke atraksi wisata Cukang Taneuh yaitu dengan perencanaan perjalanan,
terhadap pengembangan produk wisata penyediaan informasi mengenai rute dan
dengan menggunakan teknik tourism destinasi, ketersediaan sarana
opportunity spectrum dinilai baik atau transportasi, akomodasi, ataupun
tinggi. Dimensi dari pengembangan kemudahan lain untuk mencapai
produk wisata dengan menggunakan destinasi. Akses informasi bisa dari
teknik tourism opportunity spectrum mulut ke mulut, keluarga dan teman,
yang mendapatkan penilaian tinggi ke buku-buku pariwisata, brosur, tabloid,
rendah adalah karakteristik sarana iklan, dan sejenisnya. Perbaikan
pariwisata, interaksi sosial, derajat infrastruktur jalan juga perlu dilakukan
manajemen kontrol, dan aksesibilitas. oleh pemerintah daerah setempat.
2. Penilaian pengunjung terhadap 2. Meningkatkan karakteristik sarana
keputusan berkunjung ke atraksi wisata pariwisata yang sudah tersedia di
Cukang Taneuh juga dinilai tinggi atau Cukang Taneuh. Cukang Taneuh
baik. Penilaian tertinggi ada pada merupakan kawasan ekowisata,
indikator pemilihan produk, pemilihan sehingga pembangunan fasilitas-fasilitas
merek, dan pemilihan waktu kunjungan. tertentu seperti pembangunan hotel
Sedangkan penilaian terendah terdapat harus dibatasi demi menjaga kelestarian
dalam indikator pemilihan jumlah ekosistem alamnya. Untuk mengatasi
kunjungan. masalah tersebut, pihak pengelola bisa
3. Pengujian hipotesis menunjukkan memanfaatkan rumah penduduk untuk
bahwa pengembangan produk wisata dijadikan homestay atau sejenisnya
dengan menggunakan teknik tourism untuk dijadikan tempat menginap para
opportunity spectrum yang terdiri dari wisatawan, tentu saja dengan standar
aksesibillitas, karakteristik sarana kebersihan dan kelayakan. Selain itu,
pariwisata, interaksi sosial, dan derajat menambah kios-kios cinderamata juga
manajemen kontrol secara bersama- perlu dilakukan, selain bisa
sama mempengaruhi keputusan memberdayakan masyarakat lokal
berkunjung pengunjunguntuk dalam membuat kerajinan tangan khas
berkunjung ke atraksi wisata Cukang Cukang Taneuh hal ini juga bisa
Taneuh. Besarnya pengaruh menambah kualitas perekonomian
pengembangan produk wisata dengan masyarakat lokal. Kebersihan toilet dan
menggunakan teknik tourism mushola juga perlu ditingkatkan agar
opportunity spectrum terhadap wisatawan merasa lebih nyaman.
keputusan berkunjung adalah sebesar Penyediaan tempat sampah perlu di
93,2%, sedangkan sisanya sebesar 6,8% tingkatkan.
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak 3. Meningkatkan interaksi sosial yang ada
diteliti dalam penelitian ini. di Cukang Taneuh. Hal ini bisa
dilakukan dengan menawarkan
5.2. Rekomendasi pengalaman-pengalaman positif bagi
Berdasarkan uraian kesimpulan yang wisatawan maupun masyarakat lokal
telah dijelaskan sebelumnya, maka melalui kontak budaya yang lebih
rekomendasi untuk Dinas Kebudayaan dan intensif. Masyarakat lokal memberikan
Pariwisata Kabupaten Ciamis dan Unit peluang kepada wisatawan untuk
Pendapatan Teknis Daerah Kebudayaan dan menyaksikan upacara, event,
Pariwisata Cijulang (UPTD Budpar) dan pertunjukan yang sudah dimiliki oleh
KOMPEPAR dalam meningkatkan masyarakat setempat. Inetraksi
keputusan berkunjung, yaitu dengan wisatawan dengan ekosistem alam perlu
melakukan beberapa upaya untuk mendapat perhatian dari pihak
mengevaluasi dan meningkatkan pengelola, meskipun motif berwisata
pengembangan produk wisata dengan bukan untuk melestarikan lingkungan
menggunakan teknik tourism opportunity tetapi wisatawan harus terlibat dalam
spectrum yang dimiliki dengan upaya berbagai upaya pelestariannya. Upaya
sebagai berikut : ini bisa dilakukan dengan pemberian
informasi kepada wisatawan melalui

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 175
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

tulisan atau plang-plang yang bisa karena itu Penulis berharap akan adanya
dibuat oleh pengelola Cukang Taneuh. penelitian selanjutnya untuk
4. Meningkatkan derajat manajemen memperoleh hasil yang lebih baik.
kontrol melalui penyediaan atraksi-
atraksi wisata yang telah ada. DAFTAR PUSTAKA
Penyediaan atraksi wisata baru seperti Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur
body rafting perlu ditingkatkan lagi Penelitian (edisi revisi ke lima).
promosinya sehingga wisatawan lebih Jakarta: Rieka Cipta.
tertarik untuk mencoba atraksi wisata Butler, R.W. dan L.A. Waldbrook. 2003. A
tersebut. Penyedia jasa wisata sebaiknya New Planning Tool: The Tourism
tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi opportunity spectrum. The Journal of
untuk menarik minat wisatawan, tetapi Torism Studies Vol.14, No 1.
juga menawarkan peluang bagi mereka Damanik, J. dan Weber, F. Helmut. 2006.
untuk lebih menghargai lingkungan Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta:
sehingga keunikan Cukang Taneuh dan Penerbit Andi
lingkungannya tetap terpelihara dan Husein, Umar. 2006. Metode Riset Bisnis.
masyarakat lokal serta wisatawan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
berikutnya dapat menikmati keunikan Kotler P., Jhon T. Bowen and James Maken.
tersebut. Selain itu, penyedia jasa wisata 2006. Marketing for Hospitality and
perlu menyediakan kegiatan-kegiatan Tourism 4th Edition. New Jersey:
produktif yang langgeng agar Pearson Prentice Hall.
masyarakat lokal dapat menikmati hidup Kusmayadi, Endar S. 2000. Metodologi
yang lebih baik secara berkelanjutan Penelitian dalam Bidang
karena wisatawan tidak pernah nyaman Kepariwisataan. Jakarta. Gramedia
menikmati produk dan layanan wisata Pustaka.
yang mewah di tengah-tengah Middelton, T.T.C & Clarke, J. 2001.
kemiskinan massal di daerah tujuan Marketing in Travel and Tourism 2rd
wisata. Edition. Oxford: Butterworth-
5. Berdasarkan preferensi wisatawan Heinemaan.
dalam berkunjung ke atraksi wisata Morrison, Alastair. M., (2002), Hospitality
Cukang Taneuh menunjukkan hasil and Travel marketing , United State:
yang baik tetapi tingkat kunjungan ini Delmar Thomson Learning.
harus dipertahankan dan lebih Mower and Michael Minor. 2001. Perilaku
ditingkatkan agar atraksi wisata Cukang Konsumen, Jakarta : Erlangga.
Taneuh dapat menjadi salah satu Mulyana, Imam. 2004. Keputusan
destinasi pilihan masyarakat baik Pembelian. Jurnal
sebagai sarana untuk mengisi waktu Pitana, I Gede, dan Putu G. Gayatri. 2005.
liburan maupun sebagai alternatif Sosiologi dan Antropologi
berwisata. Selain sebagai tempat Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
rekreasi, Cukang Taneuh juga memiliki Andi.
peran ganda sebagai tempat konservasi Pitana, I Gede. 2009. Pengantar Ilmu
lingkungan. Oleh karena itu, meskipun Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
pengelola mempunyai target kunjungan Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2009-
yang tinggi, pihak-pihak terkait juga 2014. Dinas Kebudayaan dan
harus bisa tetap menjaga kelestarian Pariwisata Kabupaten Ciamis.
alam karena itu merupakan daya tarik Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar
utama dari Cuakng Taneuh. Statistik untuk Penelitian Pendidikan
6. Membuat terobosan atau inovasi baru Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan
yang lebih menarik yang berkaitan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
dengan konservasi alam seperti Riduwan dan Kuncoro. 2011. Cara
membuat jalur treckking yang ramah Menggunakan dan Memakai Path
lingkungan, ataupun penambahan flora Analysis (Analisis Jalur). Bandung:
dan fauna di cagar alam. Alfabeta.
7. Penulis menyadari bahwa penelitian ini Risanti, Irma. 2010. Pengembangan
jauh dari sempurna, selain itu dari hasil Fasilitas Green Canyon Sebagai
penelitian terdapat faktor lain yang Kawasan Wisata di Kabupaten
ditunjukkan oleh variabel epsilon yang Ciamis. Manajemen Resort and
tidak diteliti dalam penelitian ini, oleh

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 176
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOURISM OPPORTUNITY SPECTRUM
TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis)

Leisure. Universitas Pendidikan


Indonesia. Tidak Untuk Diterbitkan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
________. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suwantoro, Gamal,SH. 2004. Dasar-Dasar
Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Tjiptono, Fandy. 2008. Pemasaran
Strategik. Yogyakarta. Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10
tahun 2009
Yazid. 2005. Pemasaran Pariwisata Edisi 1.
Jakarta : Alfabeta
Yoeti, Oka A. 2009. Pengantar Ilmu
Pariwisata. Bandung: Angkasa

Website:
Entertaintment.kompas.com/read/20010/10/1
9/21091083/pariwisata.indonesia.jauh.keting
galan (diakeses: 09 Desember 2010)
www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/3/27/
02.html (diakses: 09 Desember 2010)

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 177
Rela Trigantiarsyah, Hari Mulyadi

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.1, 2012 - 178

Vous aimerez peut-être aussi