Vous êtes sur la page 1sur 16

POLIMORFISME GENETIK DARI Anopheles barbirostris

KAITANNYA DENGAN PREVALENSI MALARIA DI KECAMATAN CINEAM,


KABUPATEN TASIKMALAYA

Arnrul ~ u n i f ' M.Sudomol,


, dan A ~ U S , D . P . ~
~oelaksono,~~,~aelita,~.~,

POLIMORFISME GENETIK OF Anopheles barbirostris WITH PREVALENCE OF


MALARIA IN CINEAM REGENCY, T A S I m A L A YA DISTRIC

Abstrac. The level of genetic polymorphism found in &.barbirostris was obtained by


employing the Random Ampli$ed Polymorphic DNA (RQPD) method and then
analyzing the patterns of DNA bands formed, some of which would be polymorphic and
other monomorphic. Polymorphic DNA band frequency was calculated to obtain the
persentages polymorphic of DNA bands occurring in b.barbirostris from all 10
villages. The result of DNA band pattern analysis managed to be amplificated from
-
An. barbirostris was found to contain a different number of polymorphism in each
village. The highest level of polymorphism was obtained in the sample from Cikondang
village (88.9%),Cijulang (81.2%) and Rajadatu (77.8%) which are both HCI areas
While in MCI areas, the level ofpolymorphism was lower for Ciampanan (63.6%) and
Nagara Tengah (69.2%) Then, for LCI villages, the result for Pasirmukti (50%).
Cisarua was 50%, Cirteanl was 44.5%. and Ancol was 50%. The regression analysis
showed the relation of genetic variation in &. barbirostris in each village with the
prevalence showing positive correlation Y = 0.692 X + 3.2, R = 0.58, p >0.05, in
which the level of polymorphism affected the high level of malaria prevalence, either
from SPR.

Key word: Polimorfisme genetik, RAPD,b.barbirostris, PCR, Prevalertsi malaria.

PENDAHULUAN hitung kelangsungan hidup harian vektor


(p), (3) kekerapan menggigit orang (a), (4)
Variasi/polimorfisme/keanekaragaman lamanya sporogony (n), dan (5) proporsi
genetik pada spesies vektor mempunyai Ano heles spp dengan sporozoit infektif
pengaruh terhadap kapasitas vektorial (b)&. Risiko penularan malaria dihitung
(angka yang menunjukkan terjadinya trans- sebagai nilai dari kapasitas vektorial (VC)
misi) dan sifat kemampuan vektor dalam yang secara teoritis apabila VC=O,Ol maka
menularkan penyakit ('I.Melalui per- baru dapat terjadi penularan secara alami
hitungan nilai kapasitas vektorial ini, dapat (4). Kepadatan populasi nyamuk vektor
diprediksi kapan terjadinya penularan, di yang tinggi disebabkan karena memiliki
samping ber una untuk memonitor potensi sifat keanekaragaman yang lebih berva-
penularan (45. Nilai kapasitas vektorial riasi, sehingga nyamuk akan mudah
(VC) diperoleh dari beberapa parameter lulus hidup dan berkembang biak dari
tertentu di antaranya sebagai berikut: (1) generasi ke generasi. Sedangkan nya-
mengukur kepadatan vektor (m), (2) meng- muk yang tingkat polimorfismenya ku-

'puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes


2
FMIPA, lnstitut Teknologi Bandung
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 1,2004: 1-16

rang bervariasi cenderung tidak mudah yang pendek bertindak sebagai primer
untuk lulus hidup (',@. Hal ini disebab- melalui pengikatan daerah yang kom-
kan karena adanya korelasi antara ke- plemen dan memulai proses amplifika-
anekaragaman dengan adaptasi untuk si daerah yang spesifik dari genom
lulus hidup ('). Kemungkinan lain dengan menggunakan reaksi Pol me-
dengan banyaknya variasi genetik pada rase Chain Reaction (PCR) h . 1 ,
vektor akan menyebabkan vektor tahan Semakin banyak variasi daerah genom
terhadap tekanan lingkungan. Dengan yang diamplifikasi oleh primer semakin
demikian daya kemampuan lulus hidup tinggi pula tingkat polimorfik nyamuk
makin tinggi yang pada akhirnya po- vektor. Dengan adanya perbedaan dan
pulasi vektor menjadi ting i dan pre- persamaan dari pola larik DNA Ano-
valensi malaria meningkat t . Keaneka-R pheles spp yang diamplifikasi oleh se-
ragaman di antara individu dapat terjadi tiap primer dimungkinkan untuk dapat
karena adanya perbedaan variasi ge- menghitung persentase pola larik DNA
netik, keanekaragaman genetik ini se- yang bersifat polimorfisme dan mono-
lalu ditemukan pada semua mahluk morfisme (15,16,17) , sehingga dapat dihi-
hidup . '*' tung persentase polimorfisme genetik
dari setiap Anopheles spp. Tingkat poli-
Menurut Tabachnik dan William ( I )
morfisme genetik pada populasi nya-
terdapat korelasi yang positif antara tingkat
polimorfisme genetik pada populasi Ano- muk dapat diketahui dengan menggu-
nakan analisa DNA (I8.l9). Dengan mem-
pheles dengan prevalensi malaria. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan kepadatan bandingkan tingkat polimorfisme DNA
populasi vektor dapat diprediksi melalui nyamuk vektor maka dapat diketahui
pengamatan polimorfisme/variasi genetik keanekaragaman genetik dari nyamuk
dari desa-desa yang mempunyai tingkat vektor ( ' I ) . Metode RAPD yang meng-
prevalensi yang berbeda. Tingkat poli- hasilkan polimorfisme DNA dapat
morfisme genetik dapat dianalisis me- mengidentifikasi keanekaragaman pada
lalui pola larik DNA dengan meng- individu secara langsung pada tingkat
gunakan metode Randon1 Amplified DNA (I9). Keanekaragaman atau variasi
Polyntorphic DNA (RAPD), sehingga genetik juga disebut polimorfisme apa-
akan diperoleh larik-larik DNA yang bila primer mengamplifikasi daerah ge-
bersifat polimorfisme dan monomor- nom yang bervariasi, sebaliknya mono-
fisme(9J" 1) morfisme jika primer mengamplifikasi
daerah genom tidak bervariasi.
Secara umum peningkatan popu-
lasi nyamuk dapat terjadi karena nya- Tingkat polimorfisme di antara in-
muk mempunyai daya kelangsungan dividu dapat terwujud melalui beberapa
hidup yang lebih tinggi. Populasi Ano- proses yaitu: (1) perubahan nukleotida
pheles yang tinggi dapat juga terjadi yang mencegah amplifikasi, (2) bebe-
karena memiliki keanekaragaman indi- rapa nukleotida hilang (dilesi) pada
vidu. Metode RAPD ini untuk meng- -tempat pelekatan primer, (3) penam-
identifikasi polimorfisme DNA secara bahan nukleotida (insersi) mengakibat-
cepat, dan dapat dengan mudah meng- kan daerah pelekatan primer terlalu
hasilkan polimorfisme yang sangat jauh untuk mendukung terjadinya am-
tinggi dari DNA yang diamplifikasinya plifikasi, (4) insersi maupun dilesi me-
(I2). Dalam metode ini oligonukleotida
rubah ukuran produk amplifikasi. Tipe
polimorfisme ini membuat penanda
Polimorfisme Genetika dari.. ..........(Munif e t . 4

RAPD cocok diterapkan dalam pene- yang berbeda di Kecamatan Cineam,


litian keanekaragaman genetik (I7). Ke- Tasikmalaya.
anekaragaman individu tersebut dapat Proses isolasi DNA dilakukan
dideteksi dengan berbagai metode di dengan metode 7ang digunakan oleh
antaranya SSLPs (Simple Sequence Beebe dan Saul ( 3). Williams et al. (21)
Length Polymorphisms), RFLP (Re- Wilkerson, et a1 (i9), Gracia et a1 (I6)
striction Fragment Length Polymor- yang dimodifikasi dengan metode yang
phism) dan RAPD (9'"'20). dipakai di NAMRU-2 yaitu penam-
bahan proteinase K ke dalam larutan
BAHAN DAN METODA buffer lisis. Sodium asetat diganti
dengan amonium asetat. Volume laru-
Prevalensi malaria tan buffer lisis dikurangi dari 500 p1
Untuk memperoleh nilai preva- menjadi 100 p1 sesuai dengan larutan
lensi malaria maka dilakukan pengam- buffer ekstraksi DNA nyamuk dengan
bilan darah secara deteksi kasus pasif metode (SDS). Sebanyak 100 pl larutan
(Passive Case Detection, PCD) deteksi buffer lisis dipanaskan dalam waterbath
kasus aktif (Active Case Detection) dan 60' C selama 10 menit. Buffer lisis ini
cara MBS(Mass Blood Survey) dari 10 terdiri dari 0,2 M NaC1, 10 mM Tris
desa di Kecamatan Cineam Tasikma- HCl (pH 8,25), 1 mM EDTA dan 0,5%
laya. Pengambilan sampel darah pada sodium dodecyl sulfate. Pasangan kaki
manusia dengan tujuan untuk meng- Anopheles dimasukkan ke dalam tabung
evaluasi persentase kehadiran Plasmo- volume 1,s ml yang telah terisi 100 pl
dium yang menginfeksi manusia. Preva- buffer lisis. Kemudian bagian kaki nya-
lensi malaria adalah persentase pendu- muk dan buffer lisis digerus dengan
duk yang terinfeksi Plasmodium spp hand grinder agar kaki nyamuk hancur
baik yang baru maupun yang lama. merata. Sebanyak 1 p1 2-merkaptoeta-
no1 ditambahkan ke dalamnya.
Menentukan tingkat polimorfisme Pada tahap ini EDTA pada larutan
genetik buffer lisis berguna untuk mengikat
Isolasi DNA Anopheles ca2+ dan M ~ ~ sehingga
+ , dapat ber-
tindak sebagai inhibitor nuklease. Sam-
Untuk mempelajari hubungan poli- pel divortex hingga menjadi homogen
morfisme genetik Anopheles spp kaitan- dan kemudian ditambahkan 5 p1 pro-
nya dengan tingkat prevalensi malaria teinase K (20 mgll ml air deion). Pro-
digunakan metode yang dilakukan oleh teinase K berguna untuk melisis protein
Grosberg et a1 (I0);Hill dan Crapton (''I dan melepaskan asam nukleat ke dalam
dan Wilkerson et a1 (I9). Perhitungan larutan lisis sel. Campuran larutan di-
untuk memperoleh persentase tingkat inkubasi pada suhu 55' C sampai 56' C
polimorfik dan monomorfik dari Ano- selama dua jam. Ke dalam tabung di-
pheles spp terlebih dahulu melakukan
tambahkan 200 p1 larutan TE (50 mM
isolasi DNA genom. Dalam penelitian
Tris, 10 mM EDTA), untuk meng-
ini, DNA genom diisolasi dari bagian
hindari banyaknya DNA yang terbuang
kaki Anopheles spp yang ditangkap dari
dalam proses purifikasi. Purifikasi
sepuluh desa dengan tingkat prevalensi
DNA dilakukan dengan penambahan
100 p1 fenol:kloroform:isoamil alkohol
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 1,2004: 1-16

(25 : 24 : 1). Campuran tersebut sebagai Polymerase Chain Reaction (PCR)


deproteinisasi untuk mengeluarkan pro-
tein dari asam nukleat dan isoamyl al- DNA genom yang diperoleh dari
kohol bertindak sebagai anti busa. hasil isolasi, selanjutnya diamplifikasi
dengan PCR. Reaksi PCR terdiri dari
Sampel disentrifugasi dengan ke-
dNTP, enzim Tag-Polimerase, buffer
cepatan 13.000 rprn selama 15 menit.
PCR, MgClz , dHzO, dan primer dalam
Lapisan atas dari larutan diambil dan konsentrasi dan komposisi tertentu. Se-
dipindahkan ke tabung baru. Kemudian
mua komponen reaksi PCR kecuali enzim
ke dalam tabung ditambahkan kembali Tag-polimerase dibuat dalam bentuk ali-
100 p1 campuran fenol: kloroform: iso- quot untuk memperkecil terjadinya kon-
amil alkohol ( 25 : 24 : 1). Campuran taminasi. Masing-masing aliquot tidak
larutan disentrifugasi kembali dengan lebih untuk 5 kali reaksi. Total volume
kecepatan 13.000 rpm selama 15 menit,
reaksi PCR adalah 25 pl. DNA genom
kemudian fasa bagian atas dipindahkan
diamplifikasi dengan menggunakan pri-
ke tabung baru. Kemudian dilakukan
mer OPE17; SYCTACTGCCGGT3' dari
penambahan 67 p1 Isopropanol untuk produk teknologi operon, Alameda CA.
presipitasi pada suhu -20°C selama Primer yang digunakan ini secara tetap
semalam. Tabung disentrifugasi pada untuk semua sampel Anopheles spp dari
kecepatan 14.000 rpm selama 15 menit. 10 desa. Pemilihan primer ini berdasarkan
Selanjutnya supernatan dibuang sehing- hasil produk amplifikasi yang jelas dan
ga hanya tinggal pelet DNA. Pelet mudah terbaca untuk menganalisis DNA
DNA dilarutkan kembali dengan 200 pl hasil amplifikasi. Sebelum tabung Eppen-
TE. (50 mM.Tris/lO mM EDTA). dorf yang berisi komponen-komponen
Presipitasi dilakukan sekali lagi dengan PCR dimasukkan ke dalam mesin thermal
menambahkan 20 p1 ammonium asetat cycler merk Perkin Elmer Gene Amp
( 7 3 M) dan 500 pl etanol absolut dan PCR 2400, terlebih dahulu disentrifugasi
diinkubasi selama 2 jam pada suhu -20" selama 5 detik. Primer OPE 17 merupakan
C yang kemudian disentrifugasi pada komponen penentu daerah genom yang
kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. diamplifikasi melalui reaksi PCR. Juga
Supernatan dibuang dan pelet dicuci primer berperan menentukan berapa ba-
dengan 500 p1 etanol 70%. Pelet di- nyak variasi genetik yang dapat diiden-
keringkan dengan desicator vakum se- tifikasi. Siklus temperatur PCR yang
lama 30 menit, selanjutnya pelet DNA dipakai untuk denaturasi pada temperatur
dilarutkan dengan 50 pl TE. Konsen- 94' C selama 1 menit, annealing pada
trasi yang diperoleh dari hasil ektraksi suhu 3S°C selama 1 menit, polimerisasi
DNA yang berasal dari kaki nyamuk pada suhu 72OC selama 2 menit dan
tidak dihitung tetapi diamati melalui polimerisasi akhir selama 5 menit ke-
proses elektroforesis dengan meng- mudian tabung ditempatkan pada suhu
gunakan gel agarosa 0,8%. Pada isolasi 4OC selama 24 jam. Total siklus yang
DNA dari 3 pasang kaki dapat diper- digunakan yaitu 45 siklus 02*23). Hasil
oleh sebanyak 0,s-6,s ng DNAIindi- produk PCR ini kemudian dielektrofore-
vidu(''). Kebutuhan DNA genom untuk sis.
PCR sebanyak 0,3 sampai 5,O ng (I6).
Polimorfisme Genetika dari............(Munif et.al)

Elektroforesis Larik DNA yang selalu muncul pada se-


mua sampel Anopheles spp yang diban-
Hasil amplifikasi DNA dipisahkan dingkan disebut larik DNA yang mono-
pasangan basanya dengan menggunakan morfik. Sebaliknya larik DNA yang hanya
elektroforesis gel agarosa 1,4% pada hadir pada beberapa sampel Anopheles spp
larutan TAE IX (40 mM Tris-asetat ,1 yang dibandingkan disebut larik DNA
mM EDTA) ('I. Sampel DNA yang te- yang polimorfik ( 2 5 ) , Perhitungan persen-
lah diamplifikasi melalui reaksi PCR tase pola larik DNA monomorfik dan poli-
ditambahkan 5 p1 loading buffer 5X se- morfik dilakukan dengan cara yaitu:
lanjutnya disentrifugasi selama 5 menit membandingkan pola larik DNA mono-
agar DNA bercampur dengan loading morfik dan polimorfik antara sampel nya-
buffer .Sampel DNA diambil sebanyak muk pada nyamuk antar desa yang ber-
20 p1 dimasukkan ke dalam sumur gel sangkutan, masing-masing desa diambil
elektroforesis. Ke dalam alat elektro- dua sampel Anopheles dengan masing-
foresis di masukkan TAE IX . Standar masing Anopheles spp dalam setiap per-
berat molekul yang dipakai adalah lakuan dan dihitung persentasenya. Juga
DNA "ladder" 123 pb. Kemudian alat Perbandingan pola larik DNA monomorfik
elektroforesis dihidupkan dengan beda dan polimorfik berdasarkan keseluruhan
potensial 70 Volt selama 2,5 jam. DNA sampel. Perbandingan dilakukan dengan
hasil amplifikasi yang telah dielektro- menghitung semua larik yang selalu hadir
foresis direndam larutan etidium bro- dan tidak hadir pada keseluruhan sampel
mida dengan konsentrasi 2 pglml sela- Anopheles. Dengan cara ini diperoleh
ma 5 menit. Gel dicuci dengan akua- persentase pola larik DNA dari masing-
bides selama 2 jam (I8). Pengamatan masing spesies di setiap lokasi. Persentase
pola larik DNA dilakukan di bawah si- pola larik DNA dari masing-masing
nar ultra violet dan difoto dengan film spesies pada setiap lokasi dapat diper-
Polaroid 667. hitungkan dan dikorelasikan dengan ting-
kat prevalensi dalam ha1 ini sediaan darah
Perhitungan Produk RAPD positif (Slide Positif Rate, SPR) di setiap
desa.
Hasil amplifikasi dihitung berda-
sarkan ada atau tidaknya larik DNA. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fragmen yang ada dinilai 1 sedangkan Polimorfisme genetik
yang tidak ada 0. Untuk menganalisis
data ini digunakan program NTSYS-pc Produk Amplifikasi DNA Anopheles
dengan analisis secara kualitatif dan barbirostris
kuantitatif, berat molekul larik hasil Tingkat polimorfisme diperoleh dari
amplifikasi dihitung pasangan basanya kehadiran lank-larik DNA yang tidak
dengan berpedoman pada mi rasi DNA selalu ditemukan pada seluruh individu
standar (DNA ladder 123 pb) $2,24) yang diamati. Sebaliknya larik DNA yang
selalu ditemukan dan konstan pada semua
Perhitungan Pola Larik DNA individu merupakan larik non polimorfik
atau disebut juga monomorfisme. Sedang-
Untuk memperoleh komposisi dari kan larik DNA yang polimorfik untuk
persentase pola larik DNA pada Anopheles tingkat spesies, kalau larik itu hanya
dihitung melalui kehadiran pola lariknya. ditemukan pada spesies tersebut dan pada
Bul.Penel. Kcwhatan, Vol. 32,No. 1,2004:1-16

spesies lain tidak ditemukan. Namun jika Sampel An. barbirostris mempunyai
membandingkan larik DNA dari individu larik-larik DNA dengan ukuran yang ber-
dalam spesies yang sama, maka larik yang beda pada elektrofmgram menunjukkan
selalu ditemukan pada semua anggota lokus yang berbeda pula. Menurut
spesies tersebut biasanya dilakukan untuk Grosberg et a1 (I0) bahwa intensitas larik-
mengidentifikasi anggota spesies tersebut. larik tersebut dapat bervariasi &'bat
Perhitungan polimorfisme secara ku- variasi dalam ha1 jumlah kopi lokus yang
diamplifikasi melalui kombinasi tenrpfate
alitatif dilakukan dengan menganalisis se-
primer. Hasil amplifikasi sampel An. bar-
mua lank DNA yang diperoleh dari hasil
amplifikasi. Tingkat polimorfisme dianta- birostris yang 1- dari desa Ciampa-
nan mempunyai lank yang berukuran di-
ra dua individu diskor atas dasar ditemu-
kan atau tidaknya lank DNA yang diampli- antara 0,57 kb-1,50 kb dengan mono-
fikasi. Untuk memperoleh ukuran larik morfik pada ukuran 0,57 kb, 0,63 kb, 0,76
DNA yang telah diamplifikasi dilakukan kb dan 1,02 kb. Sarnpel An. barbirostris
perhitungan dengan analisis regresi. Pada yang berasal dari desa Cineam mempunyai
salah satu PCR sampel An. barbirostris lank-lank DNA hasil amplifikasi diantara
yang berasal dari Nagara Tengah tidak 0,57 kb sampai 1,36 kb, dengan ukuran
ditemukan larik DNA. Kejadian ini mung- larik yang sama pada sampel lainnya yaitu
kin disebabkan akibat tidak adanya DNA 0,57 kb, 0,63 kb, 0,69 kb, 0,76 kb dan 0,92
template atau karena dilesi dan insersi pada kb. Sampel An. barbirostris yang berasal
tempat pelekatan primer. lnsersi DNA dari Nagara Tengah diperoleh produk am-
dapat mengakibatkan perubahan ukuran plifikasi pada ukuran larik diantara 0,52
dari h g m e n DNA, melalui perubahan kM),72 kb.
basa sederhana maupun yang terikat pada Hasil pemeriksaan larik DNA pada
hgmen
- DNA. (I0) sampel An. barbirostris yang berasal dari
Pada elektroferogram hasil PCR de& Cisarua, Ancol, Mediasari, Nagara
menggunakan primer OPE 17 terdapat Tengah, Pasirmukti dan Cijulang dapat
lank DNA hasil amplifikasi antara 0,38 kb dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 2 dengan
sampai 1,66 kb (Gambar 1 dan Tabel 1). larik amplifikasi diantara 0,26 kb- 1,57 kb.
Pemakaian primer OPE 17 terhadap Hasil PCR pada sampel An. barbirostris
sampel An. barbirostris yang berasal dari desa Ancol memperoleh larik DNA
dari desa Pasirmukti menghasilkan larik berukuran diantara 0,40kb- 1,10 kb, larik
yang monomorfik, yaitu yang beru- yang berukuran sama ditemukan pada indi-
kuran 0,42 kb, 0,46 kb, 0,51 kb, 0,72 kb vidu lain berukuran 0,42 kb, 0,47 kb, 0,52
dan 0,92 kb. Pada sampel An. barbiros- 0,63 kb, 0,77 kb dan 0,86 kb. Anopheles
tris desa Cikondang ditemukan larik barbirostris yang berasal dari desa Cisarua
yang berukuran antara 0,46 kb-0,92 kb, diperoleh larik yang berukuran diantara
dengan larik monomorfik pada ukuran 0,26 kb -0,38 kb, larik yang mempunyai
0,57 kb. Sampel An. barbirostris yang ukuran sama pada larik 0,35 kb dan 0,38
berasal dari desa Radjadatu diperoleh kb (Gambar 2). Sedangkan hasil PCR sam-
larik berukuran diantara 0,38 kb-1,30 pel asal Mediasari menghasilkan lank yang
kb dengan larik monomorfik 0,57 kb berukuran diantara 0,26 kb-1,42 kb dengan
dan 0,72 kb. Larik monomorfik ini ukuran larik yang sama pada 0,70 kb, 0,77
berguna untuk identitas spesies sebagai kb, 0,86 kb, 0,90 kb, dan 0,95 kb. Hasil
penanda genetik(26). pemeriksaan larik DNA pada sampel An.
barbirostris yang berasal dari desa Ciju-
Polimorfisme Genetika dari.. ..........(Munif et.a[)

lang dengan larik amplifikasi diantara 0,57 ditemukan pada sampel nyamuk An.
kb-1,57 kb. Nyamuk asal desa ini meng- barbirostris berasal dari desa Cikondang
hasilkan larik monomorfik pada ukuran (88,9%), Cijulang (8 1,8%) dan Radjadatu
0,57 kb dan 0,7 kb. Anopheles barbirostris (77,8%). Terjadinya perbedaan tingkat po-
yang berasal dari desa Pasirmukti dengan limorfisme tersebut karena primer me-
larik amplifikasi diantara 0,42 kb-1,42 kb. ngamplifikasi DNA genom yang berva-
Nyamuk asal desa ini mempunyai larik riasi. Semakin banyak variasi daerah DNA
DNA yang berukuran yang sama pada 0,52 genom yang diamplifikasi oleh primer
kb, 0,57 kb, 0,70 kb dan 0,77 kb. Ano- semakin tinggi ju a tingkat polimorfisme
pheles barbirostris yang berasal dari desa F
suatu organisme ( O). Anopheles barbiros-
Nagara Tengah dengan larik amplifikasi tris dari desa Cikondang, Cijulang dan
diantara 0,32 kb-0,86 kb, dengan larik Rajadatu memiliki tingkat polimorfisme
monomorfik pada ukuran 0,38 kb, 0,42 kb yang tinggi dibanding sampel nyamuk dari
dan 0,57 kb. Dari hasil ini diperoleh desa Pasirmukti, Cisarua dan Ancol.
persentase tingkat polimorfisme tertinggi

DNA Ladder

Gambar 1. Elektroferogram Hasil PCR dengan Primer OPE 17 pada An. barbirostris Berasal
dari Enam Desa.

Keterangan : Kolom I DNA Ladder 123 pb; 2-3 Sampel Pasirmukti, 4-5 Cikondang; 6-7 Rajadatu 8-9
Ciampanan, 10-1 1 Cineam ; 12-13 Negara Tengah
Bul.Pmel.Kesehatan, Vol. 32,No. 1,2004:1-16

Tabel 1. Pengamatan Larik DNA pada An. barbirostris dari Enam Desa
Berdasarkan Ada atau Tidaknya Larik yang Diamplifikasi dengan
Primer OPE 17

Larik DNA Sampel An. barbirostris


(kb) 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3

Keterangan: 2-3 sampel Pasirmukti, 4-5 sampel Cikondang, 6-7 sampel Rajadatu, 8-9 sampel Ciampanan,
10-1 1 sampel Cineam, 12- 13 sampel Nagara tengah.
Skor 1 = adanya larik DNA ; Skor 0 = tidak ada larik DNA
Polimorfisme Genetika dari.. ........ ..(Munif e1.01)

Keanekaragaman atau variasi genetik ter- rapa urutan DNA yang mengakibatkan
sebut disebabkan karena hilangnya be- urutan DNA nyamuk An. barbirostris
berapa urutan gen akibat adanya seleksi, menjadi bervariasi. Hal ini sesuai dengan
mutasi, erkawinan dan pertemuan dua po- hasil penelitian Kambhapati et a1 (27)
P
pulasi (9 . Desa yang mempunyai polimor- bahwa isolasi geografis menyebabkan per-
fisme tinggi mempunyai geografis yang bedaan DNA itu sendiri bagi spesies yang
berbeda, sehingga populasi satu atau bebe- sama.

DNA Ladder
pb123 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 1 3

Gambar 2. Elektroferogram Hasil PCR dengan Primer OPE 17 pada An. barbirostris
Berasal dari Lima Desa.

Keterangan: Kolom 1 DNA Ladder 123 pb; 2-3 Anco1 4-5 Cisarua; 6-7 Mediasari; 8-9
Cijulang; 10 - 1 1 Pasirmukti; 12-1 3 Nagara Tengah
Bul. Penel. Keschatan, Vol. 32, No. 1,2004: 1-16

Tabel '2. Pengamatan Larik DNA pads An. barbtrostris Berasal dari 6
Desa Berdasarkan Ditemakan ataa Tidaknya Larik yang
Diamplifikasi dengan Primer OPE 17

Larik DNA Sampel An. barbtrostris


(kb) 2 3 4 5 6 7 8 91011 12 13
137 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1.42 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
1.28 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
1.15 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1,lO 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.05 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0
0.95 O O O O l l O l l O O O
0.90 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
0.86 l l O O I l l O l O l O
0.8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,77 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0
0.70 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0
0.63 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0.57 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
0,52 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
0.4 7 l l O O l O O O l O O O
0.42 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1
0,40 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0,38 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
0.35 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0.28 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0.26 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0

Ketmngm: 2-3 sampel Ancol; 4-5 sampel Cisarua; 6-7 sampcl Mediasari; 8-9 sampel Cijulmg;
10- 1 1 sampel Pasirmukti; 12- 13 Nagan tcngah
Skor 1 = adanya larik; skor O= tidak ada larik
Polimorfisme Genetika dari............(Munif e t . 4

Hubungan Tingkat Polimorfisme nan (21,7%) Rajadatu (23,2%) dan


dengan Prevalensi Malaria Ancol (20,1%), sedangkan yang SPR
Tingkat polimorfisme genetik dari rendah yaitu desa Cisarua (6,5%), Cine-
An. barbirostris ditemukan selalu tinggi, am (2,6%) dan Nagara Tengah (3,8%).
sehingga ada kecenderungan untuk lulus Secara geografis desa Cikondang dan
hidup (survival) tinggi pada tingkat po- Cijulang ini saling berdekatan sehingga
limorfisme tinggi. Hal ini sesuai hasil mempunyai tipe lingkungan hampir sama
enelitian Roderick, dan William et a1 dengan ketinggian untuk Pasirmukti
bahwa kepadatan populasi nyamuk mencapai 680 m dari permukaan laut
vektor yang tinggi disebabkan karena (dpl) sedangkan Cikondang 600 m dpl
memiliki sifat keanekaragaman yang le- dan Cisarua tertinggi mencapai 750 m
bih bervariasi sehingga nyamuk akan dpl.
mudah lulus hidup dan berkembang dari Berdasarkan perbandingan presen-
generasi ke generasi. tase larik DNA yang monomorfik dan
Sedangkan nyamuk yang tingkat polimorfik antar individu An. barbiros-
polimorfismenya kurang bervariasi cen- tris dalam setiap lokasi terlihat bahwa
derung tidak mudah lulus hidup. Tingkat tingkat polimorfisme larik sampel nya-
polimorfisme genetik dari An. barbiros- muk menunjukkan tingkat polimorfisme
tris berpengaruh terhadap prevalensi berbeda-beda yaitu; desa Cikondang
malaria. Karena mudah lulus hidup dan (88,9%), Cijulang (81,8%), Cisarua (50
berkembang maka populasi akan tinggi, %), Pasirmukti (50%), Rajadatu (77,8%),
tingginya populasi akan memberikan pe- Mediasari (64,3%), Ancol (SO%), Ciam-
luang dan menentukan derajat kontak panan (63,6%), Cineam dan (44,5%),
gigitan n amuk yang infektif terhadap Nagara Tengah (69,2%). Tingkat poli-
manusia (Y6 ) . Dengan adanya peluang An. morfisme genetik yang tinggi ternyata
barbirostris untuk menularkan malaria merupakan daerah dengan strata "SPR
maka tingkat prevalensi akan meningkat. tinggi" pula pada tahun 1999. Karena
Perbedaan dan persamaan dari larik tingginya tingkat polimorfisme dapat
DNA pada spesies An. barbirostris hasil memprediksi keadaan tingkat populasi
amplifikasi dengan primer OPE 17 me- vektor yang tinggi sehingga memberikan
mungkinkan untuk dapat dihitung per- peluang yang besar nyamuk dapat kontak
sentase larik DNA yang polimorfik dan untuk menggigit manusia. Menurut
monomorfik melalui kehadiran lariknya. Tabachnick dan lack(') bentuk variasi
genetik dalam spesies vektor juga ber-
Tabel 3 memperlihatkan hubungan pengaruh terhadap kapasitas vektorial
antara tingkat polimorfisme dengan pre- dan vector competence. Hasil penga-
valensi malaria (SPR) di setiap desa. matan larik DNA dari An. barbirostris
Desa Cisarua, Pasirmukti dan Cikondang yang berasal dari desa yang berdekatan
merupakan sumber gametosit yang setiap memiliki tingkat persentase polimor-
tahunnya termasuk daerah SPR yang fisme hampir sama. Kemungkinan ini
tinggi. Namun pada tahun 1999 hanya karena masih dalam jangkauan distribusi
diketemukan dua desa dengan "SPR nyamuk dalam melakukan aktivitasnya.
tinggi" yaitu Cikondang dan Cijulang
dengan SPR masing-masing 22,7% dan Sedangkan tingkat polimorfisme
3 1,2%. Desa yang dikelompokkan dalam sampel nyamuk An. barbirostris yang
strata "SPR sedang" yaitu desa Ciampa- berasal dari daerah dengan strata "SPR
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 1,2004: 1-16

sedang" masing-masing mempunyai lihatkan tingkat polimorfisme akan di-


tingkat polimorfisme 63,694 desa Ciam- ikuti tingkat prevalensi malaria (SPR) di
panan dan 69,2% desa Nagara Tengah. masing-masing desa pengamatan.
Tingkat polimorfisme terendah dikete-
Hasil analisis regresi diperoleh
mukan pada sampel nyamuk An. barbi-
persamaan hubungan antara tingkat
rostris yang berasal dari desa Pasirmukti polimorfisme genetik pada An. barbi-
(50%), Cisarua (50%) dan Cineam (44,5 rostris yang dibandingkan seluruh lo-
%). Hasil penelitian menunjukkan di-
kasi sampel dengan prevalensi malaria
mana tinggi rendahnya SPR akan diikuti
(SPR) adalah Y = 0,692~+3,2,r =0,58,
dengan meningkat dan menurunnya per- P>0,05, makin tinggi tingkat polimor-
sentase polimorfisme genetik dari An. fisme maka makin tinggi pula persen-
barbirostris. Hubungan variasi genetik tase SPR (Gambar 4).
pada An. barbirostris yang dibandingkan
berdasarkan seluruh lokasi sampel nya- Kejadian tersebut di atas tentunya
muk dengan prevalensi malaria (SPR) ada keterkaitan antara tingkat populasi An.
pada setiap desa di Kecamatan Cineam barbirostris dengan tingkat polimorfisme.
tertera dalam Gambar 3 yang memper-

! % Polimrfisme W % SPR /

Garnbar 3. Hubungan yang Menunjukkan Tingkat Polimorfisme Genetik dari An.


barbirostris dengan Prevalensi (SPR) Malaria di Kecamatan Cineam,
Tasikmalaya.
Keterangan : % polimorfisme = jumlah larik yang hadir pada semua sempel di desa yang sama
Polimorfisme Genetika dari............(Muif et.@

100-

% polimorfism
A n . barbirostris

90 -

80 -

70 -

60 1

0 10 20 30 40

% SPR

Gambar 4. Regresi yang Menunjukkan Hubungan Antara Tingkat Polimorfisme


Genetik An. barbirostris yang Dibandingkan Seluruh Lokasi Sampel dengan
Prevalensi Malaria (SPR) di Kecamatan Cineam, Tasikmalaya.
Y= 0,692 X + 3,20 : R = 0,578 (P>0,05)

Tingkat polimorfisme genetik pada manusia. Pada saat menghisap darah ma-
Anopheles dapat memprediksi tingginya nusia parasit masuk ke tubuh nyamuk dan
populasi nyamuk. Hasil penelitian menun- berkembang biak sampai mencapai bentuk
jukkan An. barbirostris mempunyai tingkat parasit yang infektif (sporozoit). Hal ini
populasi paling tinggi pada setiap bulan juga tergantung dari umur nyamuk. Bila
maupun pada setiap lokasi penelitian. umur nyamuk pendek maka Plasmodium
Dengan tingginya populasi An. barbiros- tidak dapat berkembang lebih lanjut se-
tris tentunya dipengaruhi oleh keadaan hingga nyamuk tersebut tidak mungkin
variasi/polimorfisme genetik karena spesi- sebagai vektor malaria. Kajian hubungan
es yang mempunyai keanekaragaman yang tingkat polimorfisme genetik dengan pre-
tinggi akan menyebabkan tahan terhadap valensi malaria, tingkat polimorfisme ge- .
goncangan lingkungan sehingga dapat suk- netik dari An. barbirostris ditemukan se-
ses hidup (survive) dan pada akhirnya ting- lalu tinggi pada daerah dengan SPR tinggi.
kat populasi menjadi tinggi. Tingginya
Kepadatan populasi nyamuk vektor
tingkat populasi ini akan memberikan pe-
yang tinggi disebabkan karena memiliki si-
luang Yang c u k u ~ menghisa~darah fat keanekaragaman yang lebih b a r i a s i ,
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 1,2004: 1 - 16

Tabel 3. Hubungan Tingkat Polimorfisme Genetik An. barbirostris dengan Prevalensi


Malaria di Setiap Desa, Kecamatan Cineam ( Tahun 1999 S/D 2000)

No Desa Jumlah larik Jumlah larik SPR Malaria


monomorfik polimorfik
(%) (%)
1. Pasirmukti 5 (50) 5 (50) 5,9
Cikondang
Rajadatu
Ciampanan
Cineam
Nagara Tengah
Mediasari
Ancol
Cisarua
Cijulang

sehingga nyamuk akan mudah lulus hi- hidup harian ,kepadatan populasi dan hasil
dup dan berkembang dari generasi ke uji ELISA.
generasi ( 6 , 5 ) . Evaluasi dari hasil elektroferogram
dengan menggunakan primer OPE 17
SIMPULAN terhadap An. barbirostris menunjukkan
larik DNA amplifikasi diantara 0,38-1,6
Berdasarkan hasil penelitian dan kb. Larik berukuran 0,56 kb selalu ditemu-
hasil analisis pola larik DNA yang berhasil kan pada sampel yang berasal dari desa
diamplifikasi dari An. barbirostris terdapat lainnya. Hasil pemeriksaan larik DNA
jumlah polimorfisme yang berbeda di seti- pada sampel An. barbirostris yang berasal
ap desa. Tingkat polimorfisme genetik dari dari desa Cisarua, Ancol, Mediasari dan
An. barbirostris tertinggi ditemukan nya- Cijulang dengan larik amplifikasi diantara
muk yang berasal dari desa Cikondang 0,25-1,9 kb. An. barbirostris dari desa
(88,9%) dan Cijulang (81,2%) dan Raja- Cisarua diperoleh larik DNA amplifikasi
datu (77,8%), ketiganya merupakan desa berukuran 0,35 kb-0,4 kb, lank ini selalu
dengan tingkat SPR tinggi. Analisa regresi ditemukan pada setiap individu. Anopheles
menunjukkan hubungan variasi genetik barbirostris yang berasal dari desa Ancol
pada AN. barbirostris dengan prevalensi mempunyai larik monomorfik 5 larik
malaria memperlihatkan korelasi positif dengan ukuran 0,70 kb selalu diketemukan
dengan persamaan regresi Y = 0,692 X + pada sampel asal Cijulang, Mediasari dan
3,2, R = 0,58, p >0,05, dimana tingkat Nagaratengah merupakan larik yang mono-
polimorfisme berpengaruh terhadap tinggi- morfisme.
nya tingkat prevalensi malaria (SPR).
Tingkat polimorfisme tinggi maka makin Persentase tingkat polimorfisme ter-
tinggi pula tingkat prevalensi (SPR). tinggi ditemukan Anopheles barbirostris
Kejadian ini didukung dari hasil perhi- yang berasal dari desa Cikondang, Ci-
tungan kapasitas vektorial, kemampuan julang dan Rajadatu. Tingkat polimor-
fisme terendah ditemukan pada An. bar-
Polimorfisme Genetika dari............(Munif et.al)

birostris berasal dari desa Pasirmukti dan 8. Nusantara,S., Fujie,M., Yamada,T., Malek,W.,
Cisarua. Hubungan tingkat polimorfisme Inaba,M., Kaneko,Y and Yoshikatsu, M,
Phylogenitic position of Mesorhizobium
genetik dengan prevalensi malaria me- huakui subsp rengei, a symbiont of Astragus
nunjukkan hubungan korelasi positif dima- sinicus cv.Japan. J.Bio.Bioengineering, 1999,
na tingginya polimorfisme An. barbirostris 87 (1),49-53
diikuti tingginya SPR. 9. Haymer, B.S., Genetic analysis of laboratory
Tingkat polimorfisme genetik dari and willd srain of the melon fly (Diptera: Tep-
ritidae) using Random Amplified Polymorphic
An. barbirostris ditemukan lebih bervariasi DNA Polymerase Chair Reaction, Ann.
dibandingkan dengan An. aconitus, sehing- Entomol. Soc, 1995, 88 (5), 705-710.
ga ada kecenderungan untuk lulus hidup 10. Grosberg, R.K., Levitan, D,R ,Cameron,B.B,
(survival) tinggi pada tingkat polimorfis- Characterization of genetic structure and
me tinggi. Kepadatan populasi nyamuk Genealogies using RAPD-PCR markers: A
vektor yang tinggi disebabkan karena random primer for the Novice and Nervous, in
memiliki sifat keanekaragaman yang lebih Ferraris,J.D., Palumb, S.R., Moleculer
Zoology, Advances, Strategies and Protocols,
bervariasi, sehingga nyamuk akan mudah
John Willey & Sons, Inc. Pub,New York,
lulus hidup dan berkembang dari generasi 1996,67 -132.
ke generasi. Populasi vektor yang tinggi
11. Schriefer, M.E., Sacci, J.B., Wirth, R. A,, and
memberikan peluang nyamuk menggigit Azad, A. F., Detection of polymerase chain
yang tinggi pula sehingga transmisi dapat reaction amplified malaria DNA in infected
berlangsung blood and individual mosquitoes. Exp.
Parasitol., 1991, 73 , 31 -316.
DAFTAR RUJUKAN 12. Hugh,G.G. and Annette,M.G. PCR Technology
Current 1nnovations.CRC Press, Boca Raton,
1. Tabachnick,W.J. and William, C.B, Popu- Ann Arbor, London, Tokyo. 1994,
lation genetics in vector biology. Paper 13. Beebe,N.W. and Saul,A, Discrimination of All
Training Course, The Biology of Disease Members of Anopheles punculatus complex by
vectors, New Delhi. 1998,417- 437.
Polymerase Chain Reaction, Restriction
~ r a b e n t Length Polymorphism Analysis.
2. Dietz, R, Mathematical Models for Trans- Am.J.Trop. Med. Hyg, 1995,478-481.
mission and Control of Malaria. Churc-hill,
Livingstone,
- 1998, 1052-1 133. 14. Kambhapati,S., Black,W.C. and Rai,K.S.,
Random Amplified Polymorphic DNA of
3. Wernsdorfer,W.H. and Megregor,I.S., Malaria
Mosquito Spesies and population (Dipte-
Principles and Practice of Malariology 2,
ra:Culicidae): Techniques, Statistical Analysis
Churchil-Livingstone. New York, 1998.
and Application, J. Med. Ento., 1996, 29 (6 )
4. WHO. (1975) Manual on Practical Entomology
in Malaria, Part 1., Geneva.
15. Hill, S. M and Crapton, J.M., DNA based
5. Roderick, G. K. ,Geographic structure of methods for the identification of insect vectors,
insect populations: gene flow, phylo- Annals of Tropical Medicine and Parasitology.
geography, and their uses. Ann.Rev. Entomol. 1994, 88 (3), 227-254.
1996,41 ,325 - 352.
16. Garcia, A.I., Corrasco, H.I., Scholfield,C.J.,
6. Wiliam,C., Black Nancy,H., RAPD-PCR and Russell,J., Frame,I.A., Valents,A.S. and
SSCP analysis for Insect Population Genetic Mils, M., Random amplification of poly-
StudiesMolecular Biology of Insect Disease morphic DNA as a tool for taxonomic studies
Vectors, Chapman and Hall, 1997. of triatomime bug (Hemiptera: ~eduvidak9
J.Med. Entomol., 1998 35 ( I ) , 38-45.
7. Wallis,G.P., Tabachnick, W.J., Powell, J.R.,
Genetic heterogencity among Caribbean 17. Leslie,A.R., Ecological genetics. Princeton
"Population of Aedes aegypti, Am.J. University Press, New Yersey. 1994
Trop.Med.Hyg, 1984, 33(3) ;492 - 498.
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 1,2004: 1-16

18. Hill, S. M., Urwin, R., Knapp, T.F. and 23. Beebe,N.W., Foley,H.D., Saul,A.L., Bryan,J.H.
Crampton, J. M., Synthetic DNA probes for and Burkot,T., DNA probe for identifying
the identification of sibling species in the members of the An.punculatus Complec in
Anopheles gambie. Complex. 1991 Papua, New Guinea. Am.J.Med.Hyg. 1994,50,
229-234.
19. Wilkerson,R.C., Parsons,T.J., Klern,T.A.,
Diagnosis by random Amplified Polymorphic 24. Wilkerson.R.C., Parsons,T.S., Albright,D.G.,
DNA Polymerase Chain Reaction of four Klein,T.A. and Braun,M.J., Random amplified
cryptic species related to Anopheles (Nyssor- polymorphic DNA (RAPD) markers readly
hynchus) albitarsis (Diptera : Culicidae) from distinguish Cryptic mosquito Spesies (Diptera
Paraguay, Argentina, J.Med.Entomo1, 1993, :Culicidae: Anopheles), Insect Molecular
32 (5), 697-704. Biology. 1,1993, (4), 205-21 1
20. Walton,C.J., Hanley,C., Kuvangkadilok,F.H., 25. Scott,J.A., Brogdon, W.G. and Collin, F.H.,
Collin, R.E., Haebach,V.,Baimai,N. and Identification of single specimens of the
Butlin,R. K., Identification of five species of Anopheles gambiae complex by Polymerase
the Anopheles dirus complex from Thailand, Chain Reaction.. Am J. Trop. Hyg., 1993, 49
using allele specific Polymerase Chain Reac- (4), 520-529.
tion. Medical and Viterinary Entomology.
26. Gilles, H. M., and Warrel, D. A., Bruce-
1999, 13,24-32.
chwaatt's Essential Malariology. Third Edit.
21. Williams,J.G.K., Kubelik,A.R., Livak,K.J., Edward Arnold. London, Boston Melbourne
Rafalski,J.A. and Tingey,S.V., DNA Poly- Auckland., 1993, 12-34.
morphism~Amplified by Arbitrary Primers are
27. Kambhapati, S, Black,W.C. and Rai,K.S..
Useful as Genetic Markers, Nuc. Acd.Resr.,
Random Amplified Polymorphic DNA of
1990, I 8 (22), 653 1-6534
Mosquito spesies and population (Diptera;
22. Yuwono, T. Petunjuk Laboratorium Reaksi Culicidae). Techniques Statistical Analysis and
rantai Po1imerase.Universitas Gajah Mada, Application, J.Med.Ento, 1966,29 (6) 939-949
Yogjakarta. 1998,

Vous aimerez peut-être aussi