Vous êtes sur la page 1sur 15

1

PENGAWASAN OLEH BALAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM)


TERHADAP KOSMETIK BAHAN BERBAHAYA DI KOTA PADANG

ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MONA VONICA SARI


NPM : 1210012111113

Bagian Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2017

No. Reg 187/Pdt/02/01-2017


2
3

“PENGAWASAN OLEH BALAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM)


TERHADAP KOSMETIK BAHAN BERBAHAYA DI KOTA PADANG

Mona Vonica Sari1elyana Novira, S.H., M.H1Suamperi, S.H., M.H1


Program Studi Ilmu Hukum1 Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta1
Email : mona vonica@yahoo.co.id

ABSTRAK

Cosmetic has become a basic requirement for human beings, especially women who
always want to look beautiful. The desire of a woman to always look pretty widely used by
businesses that bad faith. Currently circulating cosmetics contain dangerous materials. The
formulation of the problem is: 1.) How way BPOM supervision of the cosmetic field of
hazardous materials in the city?, 2) Obstacles encountered in the supervision of cosmetic BPOM
hazardous materials in the desert town?. This research used socio-juridical approach through
penelitianlangsung from the field through interviews. The data source of this research is
conducted using primary data gathered from the interviews themselves in the field. Data analysis
method used is qualitative analysis. 1.) The results showed that the monitoring of harmful
cosmetic ingredients have been done by (BPOM) to cosmetics hazardous materials in the city of
Padang. According to the regulations the Head of the Food and Drug Administration (BPOM) in
the desert city of supervision is done by fostering the manufacturer and / or distributor to sell and
produce safe cosmetics dikonsumsi.2.) Constraints faced is still there that incorporate products
into the market tersebuk without clearly distributors. The government in this case has
melindunggi consumer rights as stipulated in Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection.
Keywords: Food And Drug Administration, BPOM, Cosmetics Hazardous Materials.

Pendahuluan sempurna khususnya kaum wanita juga


merupakan suatu hal yang wajar. Selain itu
Manusia diciptakan Tuhan dalam rupa
dalam kehidupan moderen masyarakat saat
dan wujud yang sempurna. Keinginan
ini tidak hanya menuntut kemajuan yang
manusia untuk tampil lebih cantik dan
berkembang pesat tetapi juga nilai-nilai
4

kecantikan dan keindahan terhadap hasilnya. Hal ini yang membuat mereka
penampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut mencari jalan alternatif dengan membeli
banyak para wanita atau sebagian para produk tersebut walaupun mungkin tidak
wanita rela menghabiskan uangnya untuk memenuhi persyaratan dan kosmetik
membeli perlengkapan kosmetik dengan tersebut dijual secara bebas namun tidak ada
tujuan memoles wajahnya agar lebih cantik. Nomor BPOM.
Seiring era perdagangan bebas Di dalam Undang-undang No 8 Tahun
sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
di pasaran dengan berbagai kegunaan dari (UUPK) mengatur mengenai Hak
merek juga. Produk kosmetik yang Konsumen pada Pasal 4 yang menyatakan
merupakan hasil dari perkembanganindustri bahwa:
obat-obatan saat ini sudah berkembang Hak Konsumen adalah:
menjadi salah satu kebutuhan pokok a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan
masyarakat seiring dengan perkembangan keselamatan dalam mengkomsumsi
gaya hidup masyarakat. Para pelaku usaha barang dan jasa ;
berlomba-lomba menghasilkan berbagai b. Hak untuk memilih dan mendapatkan
macam produk kecantikan dengan berbagai barang dan jasa tersebut sesuai dengan
macam kegunaan bagi masyarakat untuk nilai tukar dan kondisi serta jaminan
menarik konsumen sebanyak banyaknya. yang dijanjikan.Hak atas informasi
Keinginan manusia untuk selalu yang benar, jelas dan jujur mengenai
tampil cantik, sempurna dalam segala kondisi dan jaminan barang dan jasa ;
kesempatan dimanfaatkan oleh sekelompok c. Hak untuk didengar pendapat dan
usaha yang tidak bertangungjawab dengan keluhannya atas barang dan/atau jasa
memproduksi ataupun memperdagangkan yang digunakan ;
kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan d. Hak untuk mendapatkan advokasi,
kepada masyarakat. Sasaran utamanya perlindungan, dan upaya penyelesaian
adalah para kaum wanita yang ingin sengketa perlindungan konsumen
mendapatkan hasil yang cepat dan secara patut;
maksimal. Mereka akan mudah sekali e. Hak untuk mendapat pembinaan dan
tertarik untuk membeli produk kosmetik pendidikan konsumen;
dengan harga yang murah dan cepat terlihat
5

f. Hak untuk diperlakukan atau dilayani badanmanusia dengan maksud untuk


secara benar dan jujur serta tidak membersihkan, memelihara, menambah
diskriminatif; daya tarik atau merubah rupa, dan tidak
g. Hak untuk mendapatkan kompensasi, termasuk golongan obat.
ganti kerugian atau penggantian, Menurut Peraturan Kepala BPOM RI
apabila barang danjasa yang diterima No.HK 00.05.42.1018 tentang bahan
tidak sesuai dengan perjanjian atau kosmetika menyatakan bahwa kosmetik
tidak sebagaimana mestinya; adalah setiap bahan atau sediaan yang
h. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan dimaksudkan untuk di pergunakan pada
peraturan perundang-undangan seluruh bagian luar tubuh manusia
lainnya; (Epidermis, Rambut, Kuku, Bibir ,dan
Organ Genital Bagian Luar) atau gigi dan
Pasal 4 tersebut menjelaskan bahwa membrane mukosa di sekitar mulut terutama
konsumen memiliki hak untuk di untuk membersihkan, mewangikan,
perlakukan atau dilayani secara benar dan mengubah penampilan dan atau
jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan memperbaiki bau badan dan/atau
suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, melindungi atau memelihara tubuh pada
miskin, status social lainya. Sebaiknya kondisi baik.
pelaku usaha bertangungjawab memenuhi Dalam peraturan tersebut juga
kewajibanya memberi Informasi yang benar, dinyatakan tentang beberapa definisi bahan
jelas dan jujur mengenal kondisi jaminan kosmetik adalah bahan atau campuran bahan
barang dan jasa tersebut serta memberikan yang berasal dari alam dan atau sintetik
penjelasan pengunaan. yang merupakan komponen kosmetik.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Beberapa nama produk yang terdapat zat
(Permenkes) No 220 Tahun 1976 tentang kimia berbahaya didalamnya yang pada saat
Analisis Obat Kosmetik, dan Makanan. ini banyak konsumen yang mengonsumsinya
Kosmetika adalah bahan atau campuran seperti Natural 99, Hester, Temulawak yang
bahan untuk digosokan, dilekatkan, didalamnya mengandung zat kimia
dituangkan, dipercikan atau di semprotkan berbahaya Merkuri. Produk tersebut
pada badan, dimasukan kedalam, ditemukan pada 4 tahun yang lalu, tetapi
dipergunakan pada badan atau bagian
6

sampai saat ini masih ditemukan walupun bahaya kosmetik terhadap manusia. Maka
jumlahnya sudah jauh menurun. penulis bermaksud untuk melakukan
Produk-produk kosmetik tertentu penelitian secara langsung dengan memberi
disamping memiliki fungsi yang sangat baik judul: PENGAWASAN OLEH BADAN
bagi kecantikan wanita, tetapi disisi lain PENGAWASAN OBAT DAN
dapat menimbulkan efek samping yang MAKANAN (BPOM) TERHADAP
dapat merugikan dan membahayakan KOSMETIK BERBAHAYA DI KOTA
konsumen yang menggunakanya. Hal ini PADANG.
disebabkan bahwa kosmetik tersebut Berdasarkan uraian yang telah
mengandung bahan berbahaya. Badan dipaparkan pada latar belakang, maka
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) rumusan masalah sebagai berikut:
Republik Indonesia telah mengeluarkan 1. Bagaimanakah Pengawasan Oleh
Public Warning dengan tujuan agar Badan Pengawasan Obat dan Makanan
masyarakat tidak menggunakan kosmetik (BPOM) terhadap Kosmetik
berbahaya tersebut, karna dapat Berbahaya Di Kota Padang ?
membahayakan kesehatan konsumen yang 2. Apakah Kendala-kendala yang
memakainya. dihadapi Badan Pengawasan Obat dan
Berbagai cara yang dilakukan oleh Makanan (BPOM) dalam pengawasan
pelaku usaha untuk memasarkan produk terhadap Kosmetik Berbahaya Di kota
kosmetik. Tidak adanya Nomor dari Padang ?
(BPOM) membuat harga produk lebih
Sesuai dengan Rumusuan Masalah
murah bukan karna produk tersebut palsu.
tersebut Maka Tujuan Penelitian Ini adalah:
Beberapa peredaran dari kosmetik resmi
selain ada tidaknya Nomor BPOM adalah 1. Untuk mengetahui dan memperoleh
tidak adanya lebel terjemah bahan baku data mengenai Pengawasan Oleh
kosmetik dalam bahasa Indonesia, tidak Badan Pengawasan Obat dan Makanan
adanya tanggal kadaluarsanya produk, dijual (BPOM) Terhadap Kosmetik
secara sembunyi atau illegal, dan untuk Berbahaya di Kota Padang.
beberapa kosmetik yang tidak disegel. 2. Untuk mengetahui dan memperoleh
Berdasarkan penjelasan dan uraian di data mengenai kendala-kendala yang
atas, untuk mengetahui pengawasan akan di hadapi Badan Pengawasan Obat dan
7

Makanan (BPOM) dalam pengawasan b. Peraturan Menteri Kesehatan


Terhadap Kosmetik Berbahaya di 220 Tahun 1976 Tentang
Kota Padang. Kosmetik.
c. Peraturan Kepala BPOM RI
Didalam penelitian ini digunakan No.Hk.00.05.42.1018
sumber data berupa: Tentang Bahan Kosmetika.
a) Data primer 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu
Data primer adalah data yang Bahan hukum yang berhubungan
dikumpulkan sendiri oleh peneliti. erat dengan bahan hukum primer
langsung dari lapangan berupa hasil dan membantu proses pemahaman
wawacara dengan Bapak Antoni Asdi, dan penganalisaan bahan hukum
pharm. Sebagai Kepala Bidang primer yang berhubungan dengan
Pengawasan dan Penyidikan (BPOM) penelitian ini berupa buku-buku
di Kota Padang dan Bapak Zulkifli dan literatur.
sebagai Kepala Balai Besar POM di Ada 2 cara dalam teknik
Kota Padang. Yang berkaitan dengan pengumpulan data dalam penelitian
Pengawasan Oleh Badan Pengawasan yaitu:
Obat dan Makanan (BPOM) Tentang a. Wawancara
Kosmetik Berbahaya Di Kota Padang. Wawancara yaitu Teknik
pengumpulan data yang di
b) Data sekunder pergunakan dalam penelitian di
Data sekunder yaitu data yang lapangan. Sebelum melakukan
diperoleh dari penelitian terhadap wawancara, penulis menyiapkan
buku dan literatur perpustakaan daftar pertanyaan yang diajukan.
maupun sumber bacaan yang berkaitan Penulis menggunakan teknik
dengan judul skripsi penulis. wawancara semi terstruktur.
1) Bahan Hukum Primer : Tentang Pengawasaan Oleh
a. Undang-undang No 8 Tahun Badan Pengawasan Obat dan
1999 Tentang Perindungan Makanan Tentang.
Konsumen.
8

b. Studi Dokumen a. Balai pengawasan obat dan makanan


Studi Dokumen adalah teknik (BPOM) yaitu dengan mengawasi
pengumpulan data yang di kelayakan produk kosmetik dengan
pergunakan dalam penelitian melakukan uji laboratorium.
kepustakaan dan literatur yang b. Balai pengawasan obat dan makanan
berkaitan dengan penelitian ini, (BPOM) Membina produsen dan
berupa pendapat ahli, peraturan distributor untuk menjual dan
perundang-undagan, dan memproduksi kosmetik yang aman
kumpulan artikel yang untuk dikosumsi.
berhubugan dengan materi yang c. Melakukan penyuluhan kepada
akan di bahas dalam penelitian ini masyarakat secara langsung.
sehingga diperoleh data yang d. Melakukan kegiatan penyebaran
ilmiah. informasi.

3) Analisis Data
Pengawasan dilakukan terhadap
Data primer dan data sekunder
perencanaan dan kegiatan pelaksanaanya.
yang diperoleh kemudian di analisis
Kegiatan pengawasan berlaku untuk
melalui metode kualitatif yaitu data
mengetahui tingkat keberhasilan dan
yang telah ada di simpulkan dalam
kegagalan yang terjadi setelah kegiatan
bentuk kalimat sesuai dengan tujuan
tersebut dilaksanakan. Keberhasilan dalam
penelitian.
kegiatan pengawasan kosmetik bahan yang
dilarang perlu dipertahankan atau
Pengawasan terhadap kosmetik
ditingkatkan, sebaliknya setiap kegagalan
berbahaya mempunyai permasalahan yang
dalam kegiatan tersebut harus diperbaiki
luas, cenderung komplek, dan merupakan
dengan mengindari penyebabnya baik dalam
tanggung jawab bersama antara :
menyusun rencana pengawasan atau
1) Produsen/distributor
pelaksanaannya.
2) Pemerintah
Supaya peredaran kosmetik bahan
3) Masyarakat dan/atau konsumen
berbahaya di Kota Padang tidak meluas atau
Pengawasan pemerintah terhadap
banyak dapat mengakibatkan kerugian pada
kosmetik bahan yang dilarang yaitu
konsumen, maka hendaknya diperlukan
melalui :
9

pengawasan yang lebih efektif. Sehinga 1. Pengawasan internal yaitu pengawasan


pengawasan tersebut dilakukan oleh balai yang dilakukan oleh suatu badan atau
pengawasan obat dan makanan (BPOM). organ yang secara
Pengawasan tersebut mempunyai organisatoris/structural termasuk
tujuan : dalam lingkungan pemerintah itu
a. Untuk mengetahui apakah suatu sendiri.
berjalan sesuai dengan rencana yang 2. Pengawasan eksternal dilakukan oleh
digariskan. organ atau lembaga-lembaga yang
b. Untuk mengetahui apakah segala secara organisatoris/structural berada
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan diluar pemerintah dalam arti eksekutif.
instruksi serta asas-asas yang telah Selanjutnya pengawasan dapat
diinstruksikan. diklasifikasikan atas beberapa tinjauan dari
c. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, beberapa segi, antara lain:
kelemahan-kelemahan dalam bekerja. a. Pengawasan dilihat dari segi cara
d. Untuk mengetahui segala sesuatu pelaksanaannya dibedakan atas:
apakah berjalan dengan efisien. 1. Pengawasan langsung adalah
e. Untuk mencari jalan keluar, bila pengawasan yang dilakukan dengan
ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan, cara mendatangi atau melakukan
kelemahan-kelemahanatau kegagalan- pemeriksaan di tempat terhadap objek
kegagalan kearah perbaikan. yang diawasi.
2. Pengawasan tidak langsung adalah
Berkaitan dengan hal tersebut maka kebalikan dari pengawasan langsung,
dapat diambil kesimpulan bahwa yaitu dilakukan tanpa mendatangi
pengawasan bertujuan untuk mengoreksi tempat pelaksanaan pekerjaan atau
kesalahan yang terjadi agar nantinya dapat objek yang diawasi. Pengawasan ini
menjadi pedoman untuk mengambil dilakukan dengan mempelajari dan
kebijakan guna mencapai sasaran yang menganalisa dokumen menyangkut
optimal. objek yang diawasi yang disampaikan
Bentuk pengawasannya dapat oleh pelaksana ataupun sumber lain.
dibedakan sebagai berikut : Dokumen-dokumen tersebut bisa
berupa:
10

a) Laporan pelaksanaan pekerjaan, petunjuk operasional (PO),


baik laporan berkala maupun persetujuan atas rancangan
laporan insidentil. peraturan perundangan yang
b) Surat pengaduan dari masyarakat. akan ditetapkan oleh
c) Berita atau artikel dari media masa. pejabat/instasi yang lebih
rendah. Persetujuan ini bersifat
Pengawasan dilihat dari segi preventif dengan tujuan untuk
kewenangan: mencegah terjadinya
1) Pengawasan formal adalah penyimpangan, penyelewengan,
pengawasan resmi oleh lembaga pemborosan, kesalahan,
pengawasan maupunoleh aparat terjadinya hambatan dan
pengawasan yang mempunyai legalitas kegagalan.
tugas dalam bidang pengawasan. b. Pengawasan yang dilakukan
2) Pengawasan non formal adalah selama pekerjaan sedang
pengawasan yang dilakukan oleh berlangsung pengawasan ini
masyarakat baik langsung maupun dilakukan dengan tujuan
tidak langsung. Pengawasan ini juga membandingkan antara hasil
sering disebut social kontrol, misalnya yang nyata-nyata dicapai dengan
pengawasan melalui surat pengaduan seharusnya telah dan yang harus
masyarakat melalui surat pengaduan dicapai dalam waktu
masyarakat melalui berita atau artikel selanjutnya, sehingga perlu
di media massa. dikembangkan sistem
Pengawasan menurut waktu monitoring yang mampu
pelaksanaanya sebagai berikut : mendeteksi atau mengetahui
a. Pengawasan preventif secara diam-diam kemungkinan-
Pengawasan yang dilakukan kemungkinan timbulnya
sebelum kegiatan dimulai. penyimpangan-penyimpangan,
Pengawasan ini antara lain kesalahan-kesalahan dan
dilakukan dengan mengadakan kegagalan.
pemeriksaan dan persetujuan
rencana angaranya, penetapan
11

c. Pengawasan Represif akan ditanya macam-macam oleh


Pengawasan represif adalah sipelaku usaha.
pengawasan yang dilakukan pada Pengawasan yang dilakukan balai
akhir kegiatan atau pengawasan yang pengawasan obat dan makanan
dilakukan setelah terjadinya (BPOM) terhadap pemilik toko yang
penyimpangan-penyimpangan dalam menjual kosmetik bahan berbahaya
pelaksanaan kegiatan. adalah sebagi berikut :
a. Diperingatkan
Dalam melakukan pengawasanya Pelaku usaha yang menjual
Balai Pengawasan Obat dan Makanan kosmetik atau mempunyai toko
(BPOM) apabila ditemukan kosmetik yang diperingatkan dengan surat
mengandung bahan berbahaya maka peryataan bahwa benar telah
kosmetik itu akan disita dan apabila sudah menjual kosmetik tanpa izin edar
mendapatkan persetujuan dari pengadilan dan berjanji untuk tidak
kemudian penyidik melakukan pemusnahan mengulangi perbuatan tersebut.
untuk kemudian dibakar ditempat Apabila setelah membuat surat
pembuangan akhir. Pengawasan yang pernyataan ternyata masih menjual
dilakukan oleh BPOM hanya melakukan kosmetik yang mengandung bahan
pengawasan produk dan penyitaan terhadap berbahaya terpaksa orang yang
produk atau barangnya. menjual akan diperkarakan dan
Produk kosmetik yang tidak ada izin tokonya tidak ditutup karena
edarnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: terhadap sarananya bukan
1. Sistem pemesananya biasanya dengan merupakan kewenangan Balai
cara dikirim Pengawasan Obat dan Makanan
Misalnya : A memesan kosmetik, (BPOM).
karena tidak mungkin diambil b. Pembinaan pelaku usaha
ditempat tersebut lalu produk Pembinaan pelaku usaha
kosmetik tersebut dikirim oleh terdapat penyuluhan terhadap
ekspedisi. pelaku usaha. Pelaku usaha disini
2. Apabila membeli produk kosmetik dianggap cakap karena untuk
tersebut dalam jumlah banyak maka memperoleh izin mempunyai
12

tahapan yang rumit.Bpom Dalam pembuatan kosmetik tidak ada


bermaksud memberikan aspek jera industri rumahan, industry kosmetik
berbasis pembinaan artinya apabila memerlukan tenaga ahli dalam
orang tersebut melakukan kejahatan pembuatannya. Karena kosmetik merupakan
bukan berarti semuanya dirampas industri yang besar`maka pelaku usahanya
dan dia tidak bisa bekerja, karena harus mempunyai izin untuk pembuatan
dia dituntut di pengadilan untuk kosmetik yaitu pelaku usaha mengajukan
orang yang tidak biasa melakukan permohonan ke balai pom untuk
kejahatan itu merupakan obat yang mendapatkan izin, kemudian bpom
sangat pahit dan terhadap toko melampirkan persyaratan lulus CPKB (Cara
tersebut tetap tidak dilakukan Pembuatan Kosmetik Yang Baik) meliputi
penyegelan dengan harapan alur dan bahan baku, lalu setelah memenuhi
keluarganya meneruskan usahanya semua persyaratan keluarlah izin edar serta
untuk melanjutkan penjualan tetapi notifikasi kosmetika.
dengan syarat toko tersebut menjual Kendala yang dihadapi Balai
barang-barang legal. Apabila Pengawasan Obat Dan Makanan (BPOM)
selama menjalani proses ini pelaku terhadap kosmetik bahan berbahaya dikota
usaha tertangkap tangan lagi, maka padang sebagai berikut :
hukumanya lebih berat yaitu 1. Masih ada yang memasukan produk
dengan pemberatan. tersebut ke pasaran tanpa secara
c. Pemusnahan terhadap barang atau jelas distributornya
produk 2. Cara penjualan yang dilakukan
Pemusnahan ini dilakukan pada secara diam-diam atau dengan cara
pabrik kosmetik ilegal yaitu apabila tersembunyi dan hanya orang
setelah diperiksa dari hasil tertentu yang mengetahui dan dapat
laboratorim ternyata tidak sesuai untuk membeli produk tersebut.
ketentuan dalam pembuatan 3. Kesadaran penjual atau produsen
kosmetik, maka yang disegel atau yang sangat masih kurang.
dimusnakan di tempat adalah 4. Kesadaran konsumen yang masih
barang atau produk yang illegal. kurang karna tergiur oleh iklan
13

sehingga mudah terpengaruh tanpa b. Rendahnya pengetahuan dan


memikirkan resiko dan kesehatanya. kesadaran masyarakat tentang
5. Tingkat pendidikan dan kosmetik yang mengandung
pengetahuan pemilik toko masih bahan berbahaya .
rendah sehinga mereka belum bisa Cara balai pengawasan obat dan
membedakan kosmetik legal dan makanan (BPOM) dipadang mengatasi
illegal. kendala kosmetik bahan bahaya tersebut
6. Sales kosmetik yang biasanya lebih adalah :
cenderung sekedar mencari target 1. Melakukan tindakan pemeriksaan atau
atau keuntungan penjualan dari pada pengujian langsung ke lapangan dengan
berpikir tentang keamanan cara melakukan razia bersama instansi
kosmetik. Bahkan sales ini sedikit yang terkait, pada produk-produk
banyak telah mengetahui kosmetik kosmetik bahan yang berbahaya
tersebut illegal tetapi masih tetap 2. Merangkul semua instansi yang terkait
dijual. untukikut serta melakukan pengawasan
7. Pemilik toko tidak bisa menerima terhadap produk-produk kosmetik.
hal tersebut karena kurangnya 3. Melanjutkan kepengadilan bagi
pengetahuan tadi ketika kosmetik pelanggar yang masih tetap menjual
dimusnahkan. produk kepada konsumen walau sudah
8. Kendala internal mendapat teguran dari Balai
a. Keterbatasan jumlah tenaga Pengawasan Obat dan Makanan
kerja (BPOM).
Kendala yang dihadapi BPOM 4. upaya dalam mengatasi kendala internal
adalah keterbatasan jumlah yaitu dengan cara BPOM melakukan
tenaga kerja untuk mengontrol kerja sama dengan instansi lain demi
seluruh daerah di kota padang. terwujudnya perlindungan konsumen
b. Kurangnya partisipasi aparat secara maksimal.
penegak hukum 5. Upaya dalam mengatasi kendala
9. Kendala eksternal eksternal adalah balai pengawasan obat
a. Masyarakat yang buta huruf dan makanan memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang kosmetik
14

yang berbahaya yang dapat merusak 7. Bapak Antoni Asdi, Pharm. sebagai
dan merugikan bagi pemakainya. Kepala Bidang Pengawasan dan
Penyidikan BPOM di Kota Padang dan
Ucapan Terimakasih
Bapak Zulkifli selaku bagian Kepala
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya
Balai Besar POM, yang telah
penulis juga mengucapkan terima kasih
memberikan penulis izin untuk
yang sebesar-besarnya kepada:
melakukan Penelitian di Balai
1. Yang terhormat Ibu Dwi Astuti Palupi, Pengawasan Obat Dan Makanan Di
S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Kota Padang.
Hukum Universitas Bung Hatta.
2. Yang terhormat Ibu DR. Sanidjar Daftar Pustaka
Pebrihariati, S.H., M.H., selaku Wakil
Azhara, dan Nurul Khasanah, 2011,
Dekan Fakultas Hukum Universitas
Waspada Bahaya Kosmetik, Jogjakarta: Pt.
Bung Hatta.
Flashbooks.
3. Yang terhormat Bapak Adri, S.H.,
M.H. selaku Ketua Bagian Hukum
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas
Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar
Bung Hatta.
Grafika.
4. Yang terhormat Ibu DR. Uning
Pratimaratri, S.H., M.H., selaku
Dewi, Eli Wuria, 2015, Hukum
Penasihat Akademik.
Perlindungan Konsumen,Yogyakarta: Pt.
5. Yang terhormat Bapak/Ibu Dosen
Graha Ilmu.
Fakultas Hukum Universitas Bung
Hatta yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan dan semangat kepada Miru Ahmadi, 2011, Prinsip-Prinsip
penulis selama ini. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di
6. Karyawan/i Tata Usaha Fakultas Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Prasada.
Hukum Universitas Bung Hatta yang
telah memperlancar jalannya Miru,Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2000,
administrasi. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Pt. Rajagrafindo Persada.
15

Soekanto, Soerjono, 2012, Faktor-Faktor http://jaenal-


Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, abidinbin.blogsport.co.id/2012/03/
Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada. penegakan hukum diindonesia. html, diakses
pada tanggal 6 februari 2016, jam 15.00 wib.
Sunggono, Bambang, 2013, Metode http://srikandi rahayu, seputar pengertian.
Penelitian Hukum, jakarta: PT. Raja Blogspot.co.id/2014/09/ pengertian
Grafindo. konsumen serta hak dan kewajibannya.
html, diakses pada tanggal 6 februari 2016.
Widana, Gede Agus Beni, 2015, Analisis Jam 21.00 wib.
Obat Kosmetik, dan Makanan, Jakarta: http:// Triana, fh. Unsoed. Ac. Id/
Graha Ilmu. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen.
Html, diakses pada tanggal 6 februari 2016,
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, jam 18.00 wib
Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta: Pt
Gramedia Pustaka Utama.

Zainudin Ali, 2013,Metode Penelitian


Hukum, Jakarta : Sinar Grafika.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen.
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 220
Tahun 1976 tentang Kosmetik.

http://uajy, blogspot.com/2011/05/zat-zat
yang terdapatdidalam produk kecantikan.
Html, diakses pada tanggal 2 februari 2016.
Jam 13.00 wib.
http://rakarapers2.blogspot.com/2014/11/das
ar hukum perlindungan dan penegakan
hukum_15,html diakses pada tangal 6
februari 2016 jam 16.30 wib.

Vous aimerez peut-être aussi