Vous êtes sur la page 1sur 100

KAJIAN PENGARUH SUHU TERHADAP DENSITAS DAN SIFAT REOLOGI MINYAK

SAWIT KASAR (CRUDE PALM OIL)

SKRIPSI

RENNY PERMATASARI
F24070012

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
STUDY ON EFFECT OF TEMPERATURE ON DENSITY AND RHEOLOGICAL
PROPERTIES OF CRUDE PALM OIL

Renny Permatasari, Sugiyono, and Nur Wulandari


Departement of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Engineering and Technology,
Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.
Phone 62 251 8624622, e-mail: rennypermatasari@rocketmail.com

ABSTRACT

Indonesia is the largest CPO producer in the world. Production of CPO in Indonesia
increases in each year. Increasing of CPO production must be balanced with the development of its
transportation systems. One of the efficient transportation system of CPO is pipeline transportation.
On this pipeline transportation, density and rheology is a crucial parameter for pipeline design
calculation and simulation of its momentum transfer process and system. The aim of this research was
to get data of the density and rheological properties of CPO on different temperature. The samples
used in this research were obtained from four different factories of palm oil in Indonesia. The density
was measured by AOCS 1997 method and the rheological properties of CPO was measured by Haake
Rotoviscometer RV20 (Karlsruhe, Germany).The results showed that the temperature influenced on
density and rheological properties of CPO. Density decreased with increasing of temperature. The
flow behavior index (n) increased with increasing temperature but the consistency index (K) and
apparent viscosity of CPO decreased with increasing of temperature. Generally, CPO exhibited a
pseudoplastic behavior at temperature of 25-40oC and a Newtonian behavior at temperature of 45-
55oC.

Keyword : crude palm oil, pipeline transportation, temperature, density, rheology


Renny Permatasari. F24070012. Kajian Pengaruh Suhu terhadap Densitas dan Sifat Reologi
Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil). Di bawah bimbingan Sugiyono dan Nur Wulandari. 2011.

RINGKASAN

Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7.3 juta hektar dengan total produksi minyak
sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO) sekitar 20.5 juta ton. Pada tahun 2011, diperkirakan Indonesia
akan mampu memproduksi CPO sebesar 22 juta ton dengan luas areal perkebunan kelapa sawit
sebesar 8.127 juta hektar. Peningkatan produksi CPO ini akan meningkatkan kebutuhan terhadap
layanan transportasi yang efektif dan efisien mengingat kondisi transportasi mempengaruhi kualitas
CPO.
Pada umumnya minyak kelapa sawit diangkut menggunakan truk tangki dari pabrik kelapa
sawit (PKS) menuju pelabuhan. Pengangkutan dengan menggunakan truk tangki ini sangat bergantung
pada kondisi dari prasarana jalan. Perencanaan transportasi alternatif dapat dilakukan antara lain
dengan pemanfaatan transportasi moda pipa.
Dalam transportasi moda pipa, CPO akan mengalami penurunan suhu selama pengaliran
akibat interaksi dengan suhu lingkungan. Penurunan suhu CPO akan memicu terbentuknya kristal
lemak pada CPO. Pembentukan kristal selama pengaliran pada pipa merupakan masalah yang
kompleks. Kristalisasi minyak kasar akan berdampak pada sifat reologi dan sifat termofisiknya. Oleh
karena itu, pemahaman sifat reologi CPO terhadap perubahan suhu merupakan hal yang penting dalam
pengembangan tranportasi CPO moda pipa. Selain itu pengetahuan sifat reologi CPO juga berguna
untuk mendesain pipa yang akan digunakan.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu persiapan sampel dan analisis mutu CPO,
pengukuran densitas, dan pengukuran sifat reologi CPO. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
berasal dari empat PKS yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melihat karakteristik sifat reologi
berbagai sampel CPO yang berasal dari PKS yang berbeda. Analisis mutu CPO dilakukan berdasarkan
atribut mutu yang ditetapkan dalam standar spesifikasi CPO menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-2901-2006 yang mencakup kadar air dan kotoran, kadar asam lemak bebas, dan bilangan
iod. Analisis mutu dilakukan untuk melihat karakteristik masing-masing sampel CPO dan
pengaruhnya terhadap densitas dan reologi CPO. Pengukuran densitas dan sifat reologi CPO diukur
pada suhu 25-55 oC dengan interval suhu pengukuran 5 oC sesuai dengan aturan CODEX tahun 2005
mengenai rekomendasi internasional penyimpanan dan transportasi minyak dan lemak. Densitas CPO
dianalisis dengan menggunakan metode AOCS Cc 10a-25 tahun 1997. Sifat reologi CPO diukur
dengan menggunakan Haake Rotoviscometer RV 20 dengan shear rate 50-400 s-1.
Berdasarkan hasil analisis mutu, keempat sampel CPO memiliki kadar air dan kotoran 0.33-
0.69%, asam lemak bebas 3.84-5.80%, dan bilangan iod 50-54 g iod/100 g. Berdasarkan hasil
penelitian keempat sampel CPO mengalami penurunan densitas terhadap peningkatan suhu. Pada suhu
25 oC densitas keempat sampel CPO berkisar antara 0.90-0.91 g/mL sedangkan pada suhu 55 oC
densitasnya menurun mencapai 0.88-0.89 g/mL. Berdasarkan uji statistik korelasi dengan Pearson,
perbedaan densitas masing-masing sampel CPO pada suhu 25 oC dipengaruhi oleh kadar air dan
kotoran keempat sampel CPO tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa keempat sampel CPO mempunyai sifat fluida non-
Newtonian pseudoplastik dengan nilai indeks tingkah laku alir (n) 0.54-0.99 dan indeks konsistensi
(K) 2.48-0.02. Pengaruh suhu terhadap sifat reologi juga dapat dilihat dari energi aktivasinya. Energi
aktivasi menunjukkan sensitivitas sampel terhadap perubahan suhu. Semakin tinggi energi aktivasi
maka semakin sensitif sampel tersebut terhadap perubahan suhu. Berdasarkan hasil penelitian CPO
mempunyai energi aktivasi 47.98-70.32 kJ.mol -1. Perbedaan energi aktivasi pada keempat CPO
dipengaruhi oleh bilangan iod dari masing-masing sampel CPO. Berdasarkan uji korelasi dengan
Pearson, terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara energi aktivasi dan bilangan iod. Korelasi
antara energi aktivasi dan bilangan iod ini memiliki nilai Pearson correlation sebesar 0.94 dengan
persamaan regresi y = 387 – 6.24x di mana y adalah energi aktivasi dan x adalah bilangan iod.
KAJIAN PENGARUH SUHU TERHADAP DENSITAS DAN SIFAT REOLOGI
MINYAK SAWIT KASAR (CRUDE PALM OIL)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
RENNY PERMATASARI
F24070012

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Kajian Pengaruh Suhu terhadap Densitas dan Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar
(Crude Palm Oil)
Nama : Renny Permatasari
NIM : F24070012

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc) (Nur Wulandari, STP, M.Si)


NIP 19650729 199002 1 002 NIP 19741003 200003 2 001

Mengetahui,
Plt. Ketua Departemen

(Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Si)


NIP 19610802 198703 2 002

Tanggal Ujian Akhir : 20 Oktober 2011


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian


Pengaruh Suhu Terhadap Densitas dan Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil)
adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011


Yang membuat pernyataan

Renny Permatasari
F24070012
© Hak cipta milik Renny Permatasari, tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 21 September 1989, dari pasangan


Bapak Jamaan dan Ibu Krisna Murni. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formalnya di TK YPWKS IV Tunas
Baja Cilegon, Banten pada tahun 1993 sampai tahun 1995, kemudian melanjutkan
ke Sekolah Dasar YPWKS V Cilegon hingga tahun 2001. Penulis melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SLTPN 2 Cilegon pada tahun 2001-2004,
kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Cilegon pada tahun
2004-2007. Di tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor, melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis terlibat dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan, yaitu staf divisi Public Relation (PR) HIMITEPA IPB, anggota FORCES IPB,
anggota Keluarga Mahasiswa Banten (KMB), panitia seminar dan pelatihan HACCP (2008), panitia
IFOODEX 2009, panitia seminar dan pelatihan PLASMA (2010). Penulis juga mendapatkan dana
hibah dari DIKTI melalui program PKM dibidang penelitian dan kewirausahaan pada tahun 2008-
2009 dan 2009-2010. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul “Kajian
Pengaruh Suhu Terhadap Densitas dan Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil)” di
bawah bimbingan Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc dan Nur Wulandari, STP, M.Si.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Kajian Pengaruh Suhu terhadap Densitas dan Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Keluarga tercinta: Mamah dan Papa, Uni, dan Arian Dwi Putra, terima kasih atas cinta, doa,
pengorbanan, perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungan yang selalu diberikan selama
penulis menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc dan Nur Wulandari, STP, M.Si selaku dosen pembimbing
akademik, terima kasih atas bimbingan dan saran selama penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Faleh Setia Budi, MT selaku dosen penguji. Terima kasih atas kesediaan waktu serta saran
yang telah diberikan.
4. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini melalui Program
Hibah Doktor atas nama Nur Wulandari, STP, M.Si dengan nomor kontrak
23/I.3.24.4/SPK/PDD/2011.
5. Teman-teman tim penelitian, Hanna Mery Aulia, Desir Detak Insani, dan Ricky Alberto
Sinaga, terima kasih atas kerjasama dan dukungan-dukungannya selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan, Suriah Anggraeni, Alia Mustika, Dhina Novitri, Annisa S
Larasati, Lia Septiani, Meilly Kusumadewi, Irwan Permadi, Chyntia DNS, Puji
Setiyoningrum, Yolanda Silvia, Sarah Tsaqqofa, Fauzia Triastiti, Anis Maruf, Salysa, Nadia,
Arlena, Antonius Kurnia, Fitri Syawaliah, Lukman Saifatah dan Ashari Widiashmoro,
terimakasih atas kebersamaan, dukungan dan saran yang selalu diberikan kepada penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga besar ITP 44 khususnya almh. Rina Ristyawati yang selalu kompak. Terima kasih
atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya selama masa perkuliahan di ITP.
8. Seluruh teknisi laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Pak Sukarna, Pak Jun, Pak Wahid,
Pak Taufik, dan Pak Rozak. Terima kasih atas bantuan selama penulis menyelesaikan
penelitian.
9. Seluruh karyawan UPT ITP yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis
selama kuliah di ITP.
10. Seluruh keluarga besar Pondok Nuansa Sakinah.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pangan. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2011

Renny Permatasari

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. viii
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A LATAR BELAKANG ................................................................. 1
B. TUJUAN PENELITIAN.............................................................. 2
C. MANFAAT PENELITIAN.......................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
A. MNYAK SAWIT ....................................................................... 3
B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SAWIT KASAR .................. 4
C. REOLOGI DAN KARAKTERISTIK FLUIDA .......................... 7
D. SIFAT REOLOGI MINYAK ...................................................... 10
III METODOLOGI ..................................................................................... 13
A. BAHAN DAN ALAT .................................................................. 13
B. METODE PENELITIAN ............................................................. 13
1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar ...................................... 13
2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar ........................... 13
3. Pengukuran Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar .................... 13
4. Analisis Statistik ................................................................. 14
C. METODE ANALISIS ................................................................ 14
1. Kadar Air ........................................................................... 14
2. Kadar Kotoran ..................................................................... 15
3. Kadar Asam Lemak Bebas .................................................. 15
4. Bilangan Iod ....................................................................... 16
5. Densitas .............................................................................. 16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 18
A. ANALISIS MUTU MINYAK SAWIT KASAR ......................... 19
B. PENGARUH SUHU TERHADAP DENSITAS MINYAK
SAWIT KASAR ......................................................................... 20
C. SIFAT REOLOGI MINYAK SAWIT KASAR ........................... 22
D. PENGARUH SUHU TERHADAP SIFAT REOLOGI
MINYAK SAWIT KASAR ........................................................ 25
1. Pengaruh Suhu Terhadap Parameter Model Fluida ............... 25
2. Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas Minyak Sawit Kasar .... 27
E. APLIKASI PENGALIRAN CPO PADA PIPA BERDASARKAN
DENISTAS DAN SIFAT REOLOGI CPO .................................... 29
V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 31
A. SIMPULAN ................................................................................ 31
B. SARAN ....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 32
LAMPIRAN ............................................................................................................. 35

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Sifat fisiko kimia minyak sawit ........................................................... 5
Tabel 2. Sifat minyak sawit kasar dan minyak inti sawit .................................. 5
Tabel 3. Asam lemak pada minyak sawit dan titik cairnya ............................... 6
Tabel 4. Kandungan komponen minor CPO ..................................................... 6
Tabel 5. Karakteristik fisik minyak sawit ......................................................... 7
Tabel 6. Analisis mutu kadar air dan kotoran, ALB, dan bilangan Iod CPO ...... 18
Tabel 7. Persamaan regresi pengaruh suhu terhadap densitas ........................... 22
Tabel 8. Indeks tingkah laku alir (n) CPO ......................................................... 26
Tabel 9. Indeks konsistensi alir (K) CPO .......................................................... 27
Tabel 10.Persamaan Arrhenius dan energi aktivasi CPO A, CPO B, CPO C,
dan CPO D pada shear rate 100 s-1 .................................................... 29

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Penampang melintang varietas minyak sawit ......................................... 3
Gambar 2. Hubungan laju geser dan gaya geser dan viskositas pada fluida
Newtonian .............................................................................................. 8
Gambar 3. Sifat aliran fluida non Newtonian, dilatan, viskoplastik dengan limit alir 9
Gambar 4 Kurva hubungan gaya geser dan laju geser pada beberapa jenis minyak
nabati pada suhu 25 oC. .......................................................................... 10
Gambar 5. Pengaruh suhu pada sifat aliran beberapa mnyak nabati .......................... 11
Gambar 6. Haake Rotoviscometer RV 20 untuk pengukuran sifat reologi CPO ........ 14
Gambar 7. Proses reaksi hidrolisis asam lemak yang menghasilkan asam lemak bebas 20
Gambar 8. Pengaruh suhu terhadap densitas CPO ..................................................... 21
Gambar 9. Rheogram dan hubungan shear rate dan viskositas CPO A .................... 23
Gambar 10. Rheogram dan hubungan shear rate dan viskositas CPO B .................... 23
Gambar 11. Rheogram dan hubungan shear rate dan viskositas CPO C ..................... 24
Gambar 12. Rheogram dan hubungan shear rate dan viskositas CPO D .................... 24
Gambar 13. Hubungan log shear rate dan shear stress CPO A pada suhu 25 oC
ulangan 1 ................................................................................................ 26
Gambar 14. Hubungan suhu terhadap iskositas terukur CPO ..................................... 28

36
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Data analisis mutu CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D .................... 36
Lampiran 2. Data hasil uji ANOVA mutu CPOA. CPO B, CPO C, dan CPO D . .... 38
Lampiran 3. Data hasil pengukuran densitas CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D . 40
Lampiran 4. Data hasil uji korelasi dengan Pearson densitas dan mutu CPO .......... 41
Lampiran 5. Data hasil uji korelasi dengn Pearson suhu terhadap densitas ............ 42
Lampiran 6. Data hasil uji regresi densitas terhadap suhu ...................................... 44
Lampiran 7. Data hasil uji ANOVA indeks tingkah laku alir (n) CPO A, CPO B,
CPO C, dan CPO D ............................................................................. 46
Lampiran 8. Data hasil uji ANOVA indeks konsistensi alir (K) CPO A, CPO B,
CPO C, dan CPO D ............................................................................ 49
Lampiran 9. Data hasil uji ANOVA viskositas CPO A, CPO B, CPO C,
dan CPO D ......................................................................................... 52
Lampiran 10. Data hasil uji korelasi dengan Pearson viskositas dan mutu CPO ...... 56
Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A ........................................ 57
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO B ........................................ 64
Lampiran 13. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO C ........................................ 71
Lampiran 14. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO D ........................................ 78
Lampiran 15. Grafik pengaruh suhu terhadap sifat reologi CPOA, CPOB, CPOC,
dan CPO D dengan menggunakan persamaan Arrhenius
pada shear rate 100 s-1 ........................................................................ 85

37
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang menjadi
komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Selama bertahun-tahun kelapa sawit memegang
peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan menjadi andalan penghasil devisa non
migas. Indonesia, Malaysia, dan Nigeria merupakan tiga negara di dunia yang memproduksi
84% minyak sawit dunia. Indonesia sendiri menduduki urutan pertama penghasil minyak sawit
dunia. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7.3 juta
hektar dengan total produksi minyak sawit kasar (crude palm oil/CPO) sekitar 20.5 juta ton.
Pada tahun 2011, diperkirakan Indonesia mampu memproduksi CPO sebesar 22 juta ton dengan
luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 8.127 juta hektar (GAPKI 2011). Peningkatan
produksi CPO ini memerlukan layanan transportasi yang efektif dan efisien mengingat kondisi
transportasi akan memengaruhi kualitas CPO.
Pada umumnya minyak sawit diangkut menggunakan truk tangki dari pabrik kelapa
sawit (PKS) menuju pelabuhan. Pengangkutan dengan menggunakan truk tangki ini sangat
bergantung pada kondisi dari sarana dan prasarana jalan. Perencanaan transportasi alternatif
dapat dilakukan antara lain dengan pemanfaatan moda transportasi pipa.
Dalam transportasi moda pipa, CPO biasanya dialirkan pada suhu 50-55 oC. CPO akan
mengalami penurunan suhu akibat adanya pelepasan panas selama pengaliran. Penurunan suhu
CPO akan memicu terbentuknya kristal lemak pada CPO. Mehrotra dan Bidmus (2004)
menyatakan bahwa pembentukan kristal selama pengaliran pada pipa merupakan masalah yang
kompleks. Kristalisasi minyak kasar akan berdampak pada sifat reologi dan sifat termofisiknya
seperti densitas. Oleh karena itu, pemahaman mengenai pengaruh suhu terhadap densitas dan
sifat reologi CPO merupakan hal yang penting dalam pengembangan transportasi CPO moda
pipa. Selain itu pengetahuan tentang densitas dan sifat reologi CPO juga berguna untuk
mendesain pipa yang akan digunakan.
Reologi merupakan ilmu yang mempelajari deformasi dan sifat aliran suatu fluida.
Karakteristik reologi merupakan parameter rekayasa proses yang penting dalam desain peralatan
pengolahan seperti pada kasus pindah panas dan pengaliran dalam pipa (Wang & Briggs 2002).
Menurut Steffe (1996) pengembangan pipa tanpa menghitung sifat reologi memiliki nilai akurasi
yang rendah. Tinjauan terhadap beberapa hasil penelitian tentang sifat reologi minyak dan lemak
menunjukkan bahwa sifat reologi minyak dan lemak sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan
shear rate yang diterapkan.
Penelitian yang terkait dengan sifat reologi minyak sawit telah dilakukan oleh beberapa
peneliti antara lain Graef et al. (2008) dan Tarabukina et al. (2009) yang mempelajari
karakteristik reologi pada sampel minyak sawit yang telah mengalami pemurnian. Hasil
penelitian tersebut menjelaskan bahwa proses pemurnian minyak sawit sangat berpengaruh pada
sifat reologinya. Selain itu Nik et al. (2003) juga melakukan kajian sifat reologi minyak sawit
dan palm mineral oil blend. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sifat reologi minyak
sawit dan palm mineral oil blend sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu. Meskipun sudah
banyak literatur mengenai sifat reologi minyak sawit tetapi penelitian mengenai pengaruh suhu
terhadap sifat reologi CPO dari perkebunan Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu
diperlukan penelitian mengenai pengaruh suhu terhadap sifat reologi CPO yang menjadi data
dasar proses pengaliran dalam moda pipa perlu dilakukan.

1
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi lengkap mengenai sifat
fisik CPO yang terkait dengan sistem pengaliran CPO yang meliputi densitas, viskositas, indeks
tingkah laku alir (n), dan indeks konsistensi (K) CPO dan mempelajari pengaruh suhu terhadap
parameter sifat fisik tersebut.

C. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat untuk mendukung pengembangan sistem transportasi CPO
moda pipa.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. MINYAK SAWIT
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis JACQ) merupakan tanaman berkeping satu
yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani yaitu Elaion
yang berarti minyak, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat
di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai
Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan
2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-33 oC (Basiron 2005).
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan. Buah
yang dihasilkan disebut Tandan Buah Segar (TBS) atau Fresh Fruit Bunch (FFB). Produktivitas
tanaman kelapa sawit meningkat ketika berumur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah
berumur 15-25 tahun. Setiap pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun
dengan berat 3-40 kg per tandan tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000-
3000 brondolan dengan berat satu brondolan berkisar 10-20 g (Pahan 2010).
Secara botani, buah kelapa sawit terdiri dari pericarp, mesocarp, kernel (inti sawit), dan
endocarp (tempurung). Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buahnya, kelapa sawit
terbagi menjadi empat varietas yaitu pisifera, dura, tenera, dan macrocarya. Pisifera memiliki
tebal tempurung kurang dari 2 mm, tenera memiliki ketebalan tempurung 2-3 mm, dura memiliki
tebal tempurung 3-5 mm, dan macrocarya memiliki tebal tempurung lebih dari 5 mm (Pahan
2010). Saat ini varietas dura merupakan varietas yang paling banyak digunakan dalam kegiatan
pemuliaan kelapa sawit. Penampang melintang dari berbagai varietas kelapa sawit dapat dilihat
pada Gambar 1.

(a) (b)
Gambar 1. Penampang melintang buah kelapa sawit varietas dura, tenera, dan pisifera (a) dan
penampang melintang varietas macrocarya (b) (Pahan 2010).

Pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO dimulai dari penanganan bahan baku
pada saat pemanenan hingga sampai ke pabrik. Menurut Pahan (2010) secara garis besar urutan-
urutan proses pengolahan CPO dimulai dari penerimaan bahan baku, pengukusan, pemipilan,
pengadukan, penempaan, dan pemurnian CPO.
Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit (PKS), TBS yang berasal dari kebun pertama
kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (weight bridge)
dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan dilakukan dua

3
kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik yaitu saat masuk dan saat keluar. TBS
yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dan dimasukkan ke dalam lori.
Lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun pengukusan dengan cara ditarik
menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Dalam
proses pengukusan, TBS dipanaskan dengan uap pada suhu sekitar 135 °C dan tekanan 2.0-2.8
kg/cm2 selama 80-90 menit. Proses pengukusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak
tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses pengukusan sangat menentukan kualitas hasil
pengolahan kelapa sawit. Tujuan dari proses pengukusan TBS adalah menghentikan
perkembangan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pemipilan, penyempurnaan dalam
pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit (Basiron 2005).
TBS yang telah dikukus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil
dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol
berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting
TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang sudah terpipil
dari pemipilan diangkut ke bagian pengadukan atau pencacahan (digester). Proses digester
sebaiknya dilakukan pada suhu 95-100 oC selama 20 menit dengan menggunakan jaket uap atau
injeksi uap langsung (Basiron 2005). Tujuan utama proses ini yaitu untuk mempersiapkan
daging buah untuk penempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging
buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya (Pahan 2010).
Brondolan yang selesai dicacah keluar melalui bagian bawah digester sudah menjadi
bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat penempa yang berada persis di bagian
bawah digester. Selama proses penempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw
press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang ditempa tidak
terlalu rapat. Massa bubur buah yang terlalu rapat akan menghasilkan cairan dengan viskositas
tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
Minyak kasar dari hasil penempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen)
untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampungan
minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank dipanaskan
hingga mencapai suhu 95-100 oC. Menaikkan suhu minyak kasar berfungsi untuk memperbesar
perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan sludge sehingga membantu dalam proses
pengendapan. Selanjutnya, minyak dari proses crude oil tank dikirim ke tangki pengendap
(clarifier tank). Minyak kasar akan terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses
pengendapan di clarifier tank. Minyak dari continous settling tank selanjutnya dikirim ke oil
tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.

B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SAWIT KASAR


Sifat fisiko kimia minyak sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan
polimorphism, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks
bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala, dan titik api (Ketaren 1986). Beberapa sifat fisiko
kimia dari minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna oranye atau kuning
disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak (Ketaren 1986).
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami terjadi akibat adanya asam-asam
lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak, sedangkan bau khas minyak sawit ditimbulkan
oleh persenyawaan beta ionone. Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu karena

4
minyak sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda (Ketaren, 1986).

Tabel 1. Sifat fisiko kimia minyak sawit


Sifat fisiko kimia Nilai
Trigliserida 94-98 %(a)
Asam lemak bebas (ALB) 5-10 %(a)
Warna (5 ¼ lovibond cell) Merah oranye(a)
Bilangan peroksida 1-5.0 (mEq/kg)(a)
Kadar β karoten 500-700 ppm(a)
Kadar fosfor 10-20 ppm(a)
Kadar besi 4-10 ppm(a)
Kadar tokoferol 600-1000 ppm(a)
Digliserida 2-6%(a)
Bilangan asam 6.9 mg KOH/g minyak(a)
Bilangan penyabunan 196-205 mg KOH/g minyak(a)
Bilangan iod (Wijs) 50-55(b)
Slip melting point 32-40 oC(c)
(a)
O’Brien (2009) (b)BSN (2006) (c)Lin (2002)

Menurut Naibaho (1998) tanaman kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak nabati,
yaitu minyak sawit kasar dan minyak inti sawit. Minyak sawit kasar dan minyak inti sawit
mempunyai perbedaan karakteristik walaupun berasal dari tanaman yang sama. Minyak sawit
tersusun lebih banyak asam palmitat dan oleat sedangkan minyak inti sawit tersusun lebih
banyak asam lemak laurat (O’Brien 2009). Perbedaan karakteristik minyak sawit dan minyak
inti sawit tersaji pada Tabel 2. Minyak sawit kasar merupakan hasil ekstraksi daging buah
(mesokarp) dari tanaman Elaeis guineensis yang belum mengalami pemurnian. Minyak inti
sawit merupakan hasil pengepresan kernel (inti sawit) dari tanaman Elaeis guineensis.

Tabel 2. Sifat minyak sawit kasar dan minyak inti sawit


Sifat Minyak sawit kasar Minyak inti sawit
o (a)
Densitas 30 C 0.894 0.860-0.873(a)
Oxidative stability index (110 oC) 16.6-19.0 jam(a) 3.0-33 jam(a)
Solidification (o C) 35-429(a) 20-24(a)
(a)
Bilangan penyabunan 196-205 244-254(a)
Bilangan iod 50-55(b) 14-21(a)
(a) (b)
O’Brien (2009) BSN (2006)

Minyak sawit memiliki dua komponen asam lemak terbesar yaitu asam palmitat dan
asam oleat. Kandungan asam palmitat pada minyak sawit sebesar 39-45%, sedangkan asam oleat
sebesar 37-44% (Ketaren 2005). Kandungan asam lemak penyusun CPO dapat dilihat pada
Tabel 3. Kandungan asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit tahan terhadap oksidasi.
Kandungan asam lemak minyak sawit dan titik cairnya dapat dilihat pada Tabel 4.

5
Tabel 3. Komposisi TAG penyusun minyak sawit
Jenuh 1 ikatan ganda 2 ikatan ganda 3 ikatan ganda 4 ikatan ganda
[%b/b] [%b/b] [%b/b] [%b/b] [%b/b]
MPP 0.29 MOP 0.83 MLP 0.26 MLO 0.14 PLL 1.08
PMP 0.22 MPO 0.15 MOO 0.43 PLO 6.59 OLO 1.71
PPP 6.91 POP 20.02 PLP 6.36 POL 3.39 OOL 1.76
PPS 1.21 POS 3.5 PLS 1.11 SLO 0.60 OLL 0.56
PSP 0.12 PMO 0.22 PPL 1.17 SOL 0.30 LOL 0.14
PPO 7.16 SPL 0.10 OSL 0.11
PSO 0.68 POO 20.54 OOO 5.38
SOS 0.15 SOO 1.81 OPL 0.61
SPO 0.63 SPO 1.86
OSO 0.81
Lainnya 0.16 0.34 0.19 0.15 0.22
Total 9.15 33.68 34.01 34.01 5.47
Keterangan : P = Palmitat, M = Miristat, S = Stearat, O = Oleat
(Gee 2007)
Tabel 4. Asam lemak pada minyak sawit dan titik cairnya
Jenis asam lemak Komposisi (%) Titik cair (oC)
Asam kaprat (C10:0) 1-3 31.5
Asam laurat (C12:0) 0-1 44
Asam miristat (C14:0) 0.9-1.5 58
Asam palmitat (C16:0) 39.2-45.8 64
Asam stearat (C18:0) 3.7-5.1 70
Asam oleat (C18:1) 37.4-44.1 14
Asam linoleat (C18:2) 8.7-12.5 -11
Asam linolenat (C18:3) 0-0.6 -9
Ketaren (1986)

Selain kandungan asam lemak, terdapat komponen minor pada minyak sawit yang
memengaruhi kualitasnya. Kandungan komponen minor pada CPO dapat dilihat pada Tabel 5.
Kandungan komponen minor mempunyai peranan penting dalam kestabilan minyak walaupun
kandungannya hanya 1%. Karakteristik fisik CPO, seperti titik leleh, SFC, dan densitas juga
berperan penting dalam proses pengolahan CPO. Karakter fisik CPO dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Kandungan komponen minor CPO


Komponen minor Kandungan (ppm)
Karoten 500-700
Tokoferol dan tokotrienol 600-1000
Sterol 326-527
Ubiquinone 10-80
Squalene 200-500
Phospolipid 5-130
Trierpene alcohol 40-80
Metil sterol 40-80
Alipatik alcohol 100-200
Lin (2002)

6
Tabel 6. Karakteristik fisik minyak sawit
Karakteristik Kisaran Rata-rata
(a)
1.4544-1.4550 1.4548(a)
Indeks refraktif (50 ºC)
1.455-1.456(b) 1.4550(b)
0.8896-0.8910(a) 0.8899(a)
Densitas ( ºC)
0.888-0.889(b) 0.8890(b)
32-40(a)
Slip Melting Point (ºC)
31.1-37.6(b) 34.2(b)
Solid Fat Content (SFC)
5 ºC 50.7-68(b) 60.5(b)
46.1-60.8(a) 53.7(a)
10 ºC (b)
40.0-55.2 49.6(b)
33.4-50.8(a) 39.1(a)
15 ºC
27.2-39.7(b) 34.7(b)
21.6-31.3(a) 26.1(a)
20 ºC
4.7-27.9(b) 22.5(b)
21.1-20.7(a) 16.3(a)
25 ºC
(b)
6.5-18.5 13.5(b)
6.1-14.3(a) 10.5(a)
30 ºC
4.5-14.1(b) 9.2(b)
3.5-11.7(a) 7.9(a)
35 ºC
1.8-11.7(b) 6.6(b)
0.0-8.3(a) 4.6(a)
40 ºC (b)
0.0-7.5 4(b)
45 ºC 0.7(b)
(a) (b)
Lin (2002) Basiron (2005)

C. REOLOGI DAN KARAKTERISTIK FLUIDA


Menurut Davis dan Sanders (2007), reologi adalah ilmu untuk mengukur dan
menginterpretasikan respon suatu materi terhadap input shear stress (stress) atau gaya tarik
(strain) tertentu yang diberikan, dan ilmu ini merupakan dasar yang penting untuk menentukan
mutu minyak nabati. Salah satu parameter reologi yang penting dalam pengaliran fluida adalah
viskositas.
Matuszek (1997) mengemukakan bahwa viskositas adalah ukuran bertahannya suatu
fluida untuk mengalir. Gaya yang dibutuhkan untuk mengawali terjadinya aliran fluida pada
kecepatan tertentu terkait dengan viskositas fluida tersebut. Tahanan suatu fluida untuk mengalir
dikenal dengan stress. Shear stress () adalah stress yang terjadi saat molekul-molekul fluida
bergeser satu sama lain sepanjang permukaan tertentu. Shear rate (-dV/dr atau ) adalah ukuran
seberapa cepatnya suatu molekul untuk saling bergeser. Menurut Singh dan Heldman (2001),
viskositas ditentukan oleh sifat fisiko kimia alami bahan dan suhu.
Pada kondisi shear rate yang berbeda, maka nilai viskositas suatu fluida akan berubah
(Toledo 1991). Goodrum et al. (2002) mengemukakan bahwa viskositas dinamik fluida nilainya
berbanding lurus dengan rasio shear stress terhadap shear rate yang diterapkan. Pada fluida
Newtonian, rasio tersebut bernilai konstan, dan nilai viskositas tidak tergantung pada shear rate.

7
Menurut Matuszek (1997), fluida yang menunjukkan peningkatan shear stress yang
linier dengan peningkatan shear rate, dikenal dengan fluida Newtonian, yang dimodelkan
dengan Persamaan 1.


τ= μ − = μγ (1)
dr

Kemiringan (slope) dalam persamaan tersebut disebut viskositas yang bernilai konstan, sehingga
viskositas suatu fluida Newtonian tidak dipengaruhi oleh shear rate. Fluida Newtonian memiliki
kurva hubungan shear rate dan shear stress berupa garis lurus (Gambar 2a). Bila dua fluida
Newtonian mengalami perubahan shear rate, nilai viskositas terukur kedua fluida tersebut akan
tetap (Gambar 2b).


 µ

 

(a) (b)
Gambar 2. Hubungan shear rate dan shear stress pada fluida Newtonian (a), dan viskositas dua
fluida Newtonian saat mengalami perubahan shear rate (b) (Matuszek 1997).

Fluida yang memiliki karakteristik yang berbeda dari Persamaan 1 tersebut dikenal
dengan fluida non-Newtonian. Kurva hubungan shear rate dan shear stress untuk fluida non-
Newtonian disajikan pada Gambar 3. Pada fluida non-Newtonian, viskositasnya merupakan
fungsi dari shear rate yang diterapkan. Menurut Matuszek (1997), fluida non-Newtonian
memiliki sifat semakin encer dengan semakin meningkatnya shear rate (shear thinning), atau
sebaliknya semakin kental dengan semakin meningkatnya shear rate (shear thickening), dan
beberapa memiliki shear stress awal (yield stress). Persamaan yang paling umum untuk
karakterisasi fluida non-Newtonian adalah model power law (Persamaan 2) dan model Herschel-
Bulkley (Persamaan 3).

τ = K(γ)n (2)

τ = τ0 + K(γ)n (3)

dimana n adalah indeks tingkah laku aliran (flow behaviour index), K adalah indeks konsistensi
(concistency index), dan 0 adalah shear stress awal (yield stress) yang merupakan gaya yang
dibutuhkan fluida untuk mulai mengalir.

8
Gambar 3. Sifat aliran fluida non-Newtonian: (a) viskositas struktural (untuk larutan dengan
molekul besar); (b) aliran dilatan (untuk suspensi dengan konsentrasi tinggi); (c)
viskoplastik dengan limit aliran: 1-plastik ideal, 2,3-plastik non-linear; (d)
thixtotropy 1- antithixtotropy, 2-viskoelastik.

Menurut Goodrum et al. (2002), nilai indeks tingkah laku alir (flow behaviour index, n)
yang lebih kecil dari satu menunjukkan sifat fluida pseudoplastik, nilai n yang lebih besar dari
satu menunjukkan sifat dilatan, dan nilai n = 1 merupakan sifat fluida Newtonian. Parameter K
adalah indeks konsistensi yang bernilai proporsional terhadap viskositas.
Pada fluida yang bersifat pseudoplastik, terjadi fenomena penurunan viskositas saat
dikenai shear rate meningkat, atau dikenal dengan sifat shear thinning. Menurut Moros et al.
(2002), kurva aliran fluida yang mengalami penurunan viskositas karena shear rate, akan
memiliki suatu nilai viskositas pembatas yang tetap saat shear rate mencapai nilai 0 (zero-shear-
rate-limiting viscosity, µ0). Sifat ini disebabkan oleh terjadinya pemecahan struktur yang
disebabkan adanya shear rate.
Menurut Singh dan Heldman (2001), saat fluida pseudoplastik mengalami shear rate,
partikel-partikel yang terdistribusi secara acak akan mengatur dirinya sejajar dengan arah aliran,
sehingga viskositas menurun. Perubahan viskositas pada shear rate yang sangat rendah (<0.5 s-1)
atau pada shear rate yang sangat tinggi (>100 s-1) umumnya sangat kecil, sehingga dalam
pengukuran sifat fluida power law, shear rate yang diterapkan adalah antara 0.5 s-1 hingga
100 s-1.

9
Fluida non-Newtonian dapat diklasifikasikan dalam time-dependent atau time-
independent. Fluida yang sifat reologinya hanya bergantung pada shear stress (pada suhu
konstan) diklasifikasikan dalam time-independent. Fluida time-dependent memiliki viskositas
yang tidak hanya bergantung pada shear stress, tetapi juga bergantung pada waktu stress yang
diberikan (Ibarz et al. 2005).

D. SIFAT REOLOGI MINYAK


Kim et al. (2010) telah melakukan pengujian sifat reologi tujuh sampel minyak yaitu
minyak kanola, jagung, grapseed, hazelnut, zaitun, kedelai, dan biji bunga matahari. Minyak
nabati tersebut memperlihatkan sifat fluida Newtonian pada suhu pengukuran 25 oC
(Gambar 4).
Hasil penelitian Goodrum et al. (2002) pada poultry fat dan yellow grease juga
menunjukkan bahwa pada shear rate yang tinggi, sifat reologi sampel menyerupai sifat fluida
Newtonian, di mana viskositas tidak lagi dipengaruhi oleh shear rate. Selain itu Fasina et al.
(2006) juga telah melakukan pengujian pada 12 sampel minyak nabati pada kisaran suhu
5-95 oC, dan terdapat hubungan yang linier antara shear rate dengan shear stress dengan
koefisien regresi lebih besar dari 0.999, yang mengindikasikan bahwa minyak nabati tersebut
memiliki sifat fluida Newtonian.

Hazelnut
Jagung
Greapseed
Zaitun
Kacang kedelai
Shear stress (Pa)

Kanola
Biji bunga matahari

Shear rate (1/s)


Gambar 4. Kurva hubungan shear stress dan shear rate pada beberapa jenis minyak nabati pada
suhu 25 oC (Kim et al. 2010).

Menurut Munson et al. (2001), pada umumnya minyak dan lemak memiliki sifat
pseudoplastik yang mengalami penurunan viskositas saat shear rate meningkat (shear thinning).
Geller dan Goodrum (2000) melaporkan bahwa viskositas minyak ditentukan oleh shear rate di
mana pada shear rate yang sangat rendah di bawah 7 s -1, terdeteksi sifat aliran fluida non-
Newtonian pseudoplastik. Sebaliknya bila shear rate >7 s-1, minyak bersifat sebagai fluida
Newtonian.
Selama transportasi dan penyimpanan, minyak akan mengalami proses pemanasan dan
pendinginan. Bahan pangan seringkali mengalami perlakuan suhu selama pengolahan,
penyimpanan, dan transportasi. Suhu sangat berpengaruh terhadap viskositas fluida, di mana

10
secara umum viskositas akan menurun dengan meningkatnya suhu (Rao 1999). Munson et al.
(2001) juga mengungkapkan bahwa secara umum, viskositas suatu fluida akan menurun dengan
meningkatnya suhu. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya penurunan gaya kohesif pada
molekul-molekul fluida saat suhu mengalami peningkatan.
Menurut Goodrum et al. (2002), karena viskositas merupakan fungsi dari suhu, maka
nilai parameter n dan K juga dapat berubah dengan perubahan suhu. Dengan demikian, n dan K
harus ditentukan melalui percobaan penentuan viskositas pada kondisi suhu tertentu (isotermal)
karena model power law hanya menentukan hubungan antara viskositas dengan shear rate,
dibutuhkan analisis lain untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas.
Wang dan Briggs (2002) telah melakukan pengujian pengaruh suhu (10, 20, 40, 60, dan
o
90 C) terhadap sifat reologi 5 jenis minyak kedelai, dan diketahui bahwa viskositas minyak
akan menurun dengan suhu yang semakin meningkat. Pengaruh suhu terhadap viskositas (µ)
untuk fluida Newtonian dapat dinyatakan dalam persamaan tipe Arrhenius (Persamaan 4) yang
melibatkan suhu absolut (T), konstanta gas universal (R), dan energi aktivasi (Ea):

μ = A eEa /RT (4)

Nilai Ea dan konstanta persamaan Arrhenius (A) ditentukan menggunakan regresi linier
dari data percobaan. Nilai Ea yang lebih tinggi menunjukkan perubahan viskositas yang lebih
cepat akibat perubahan suhu.
Kim et al. (2010) telah melakukan pengujian sifat aliran minyak pada kisaran suhu
20-70 oC (Gambar 5), di mana minyak mengalami penurunan viskositas secara non-linier dengan
meningkatnya suhu. Penggunaan model Arrhenius pada sampel minyak nabati tersebut
menghasilkan nilai Ea 24.6–26.9 kJ/mol dan konstanta Arrhenius 1.18 x 10 -6–2.23 x 10-6 Pa.s.
Menurut Santos et al. (2005) pengaruh suhu tersebut disebabkan oleh terjadinya penurunan
interaksi molekuler.

Hazelnut
Jagung
Greapseed
Zaitun
Kacang kedelai
Viskositas (Pa.s)

Kanola
Biji bunga matahari

Temp (oC)

Gambar 5. Pengaruh suhu pada sifat aliran beberapa minyak nabati (Kim et al. 2010).

Menurut Keshvadi et al. (2011) menentukan sifat reologi minyak sawit merupakan hal
sulit karena minyak sawit banyak mengandung komponen-komponen yang kompleks (minyak,

11
air, dan serat). Permodelan-permodelan untuk memprediksi pengaruh proses operasi pengolahan
terhadap viskositas CPO telah banyak dilakukan namun hasilnya masih belum sempurna
sehingga sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian mengenai viskositas dan sifat reologi
CPO. CPO mempunyai sifat yang mudah berubah terhadap proses-proses operasi seperti suhu
dan shear rate. Marcia et al. (2002) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa suhu dan shear
rate akan berpengaruh terhadap perubahan densitas dan viskositas CPO. Namun perubahan pada
densitas relatif lebih kecil dibandingkan dengan perubahan viskositasnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Keshvadi et al. (2011) CPO mempunyai sifat
fluida non-Newtonian. Hal ini ditunjukkan oleh viskositas CPO yang menurun seiiring dengan
meningkatnya shear rate dan suhu. Fenomena ini disebabkan berkurangnya interaksi inter
molekul saat meningkatnya suhu dan shear rate. Selain itu, perubahan mikrostruktur dan
penurunan (Solid Fat Content) SFC juga memengaruhi penurunan viskositas CPO (Liang et al.
2008).
Minyak sawit kasar (crude palm oil/CPO) akan mengalami beberapa tahap pemurnian
untuk menghasilkan minyak makan, yang terdiri atas tahap degumming, netralisasi, pemucatan,
dan deodorisasi. Selama pemurnian, komponen pengotor yang dihilangkan adalah asilgliserol
parsial, asam lemak bebas, lilin, logam, pigmen, komponen odor, dan gum (fosfolipida) (Verhe
et al. 2006). Proses penghilangan kotoran dari minyak dapat mengubah sifat alirannya (Sathivel
et al. 2003).
Menurut Sathivel et al. (2003), interaksi antara minyak dan kotoran tergantung pada
ukuran dan bentuk pengotor, gaya inter molekul yang terjadi, panjang rantai, keberadaan rantai
samping, adanya gugus polar, dan ikatan hidrogen dalam molekul pengotor. Interaksi antara
minyak dan kotoran akan menyebabkan pembentukan sistem dispersi koloid teragregasi, yang
biasanya menghasilkan karakteristik shear thinning saat shear stress diterapkan pada sistem,
di mana integritas struktural minyak kasar akan terganggu.
Sathivel et al. (2003) mengemukakan bahwa minyak kasar dapat dianggap sebagai
sistem dispersi karena campuran kompleks turunan hidrokarbon cair berperan sebagai media
dispersi, dan agregat kotoran akan berperan sebagai fase terdispersi. Adanya kotoran dalam
minyak kasar akan berpengaruh pada karakteristik aliran minyak. Sifat reologi minyak
dipengaruhi oleh tahap pemurnian yang dialaminya, di mana nilai koefisien konsistensi (K) akan
menurun pada setiap tahap pemurnian yang dialaminya.
Sathivel et al. (2003) juga mengemukakan bahwa pada suhu rendah, adanya kotoran
(impurities) pada minyak kasar cenderung akan mengendap pada dinding pipa. Beberapa
partikel solid dalam pengaliran bulk akan meningkatkan viskositas minyak dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan pressure drop dalam jalur perpipaan. Sebagai akibat dari peningkatan
viskositas, sifat-sifat aliran minyak akan menyebabkan sifat aliran non-Newtonian. Belum
terdapat model yang memuaskan untuk memprediksi viskositas minyak nabati, yang sifatnya
sangat tergantung pada shear rate dan dipengaruhi oleh tahap-tahap pengolahan yang berbeda.

12
III. METODOLOGI

A. BAHAN DAN ALAT


Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm
oil/CPO) CPO yang berasal dari empat perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow
Jakarta, PT Perkebunan Nusantara VIII Banten, PT Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan
Gunung Meliau Kalimantan Barat, dan PT Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Ngabang
Kalimantan Barat. Sampel CPO diberi kode CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D. Bahan lain
yang digunakan dalam analisis kimia adalah n-heksana, larutan NaOH 0.1 N, ethanol 95%,
indikator fenolftalein, kristal kaliumhidrogenphtalat (KHP), sikloheksana, larutan Wijs, larutan
KI 15%, larutan Na2S2O7 0.1 N, indikator pati, dan air destilata.
Peralatan yang digunakan adalah Haake Rotoviscometer RV20 (Karlsruhe, Jerman)
untuk mengukur karakteristik reologi, pycnometer, waterbath, termometer, gelas piala, gelas
ukur, timbangan analitik, erlenmeyer, dan pipet mohr.

B. METODE PENELITIAN

1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar


Sampel CPO yang digunakan merupakan sampel dari industri pengolah CPO yang
belum mengalami proses transportasi dan penyimpanan dalam waktu yang lama. Dengan
demikian, diharapkan komposisi kimia dan kondisi kristal lemak di dalamnya belum
mengalami perubahan akibat terjadinya pelelehan dan kristalisasi lemak yang berulang.
Analisis mutu CPO dilakukan berdasarkan atribut mutu yang ditetapkan dalam
standar spesifikasi CPO menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2901-2006 yang
mencakup kadar air dan kotoran (maksimal 0.5%), kadar asam lemak bebas (sebagai asam
palmitat, maksimal 0.5%), dan bilangan iod (50-55 g iod/100 g).

2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar


Densitas CPO diukur dengan menggunakan pycnometer kapasitas 100 mL.
Pengukuran densitas CPO ini menggunakan metode pengukuran densitas untuk minyak dan
lemak yang tertera dalam AOCS Cc 10a-25 tahun 1997.

3. Pengukuran Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar


Pengukuran sifat reologi dilakukan menggunakan Haake Rotoviscometer RV 20
dengan sistem pengukuran M5 (Gambar 6). Sistem sensor yang digunakan adalah sensor
NV yang terdiri atas sebuah silinder ko-aksial dengan dua celah/gap (celah dalam = 0.35
mm; celah luar = 0.4 mm). Perlakuan suhu selama percobaan dikontrol oleh
thermocontroller yang diatur melalui program Rotoviscometer.

13
Gambar 6. Haake Rotoviscometer RV 20 untuk pengukuran sifat reologi CPO

Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap sifat reologi CPO, dilakukan pengukuran
viskositas terukur dan sifat aliran fluida CPO pada suhu yang berbeda yaitu pada kisaran
suhu 25 oC hingga suhu 55 oC, dengan kenaikan suhu pada setiap pengukuran sebesar 5 oC
(yaitu suhu 25, 30, 35, 40, 45, 50,dan 55 oC). Suhu terendah 25 oC dipilih karena suhu
pengaliran minimal yang dapat dialami CPO adalah pada suhu kamar sedangkan suhu 55 oC
sebagai suhu maksimal dipilih berdasarkan rekomendasi CODEX untuk suhu maksimal
pengaliran CPO.
Pengukuran sifat aliran fluida pada beberapa suhu diawali dengan pengaturan suhu
CPO. Untuk sampel CPO dengan suhu pengukuran lebih besar dari 25 oC, sebelumnya
sampel dipanaskan dengan waterbath selama selama 30 menit sampai suhu yang ingin
dicapai. Setelah suhu tercapai, suhu ditahan selama 10 menit dengan shear rate 0 s-1.
Selanjutnya sampel dikenai shear rate pada kisaran 50-400 s-1, Pengukuran ini dilakukan
dua kali pengulangan pada setiap suhu.
Sifat aliran CPO ditentukan dengan menggunakan model persamaan fluida yang
paling tepat dan dihitung nilai n (indeks tingkah laku aliran) dan nilai K (indeks konsisten)
sampel CPO pada suhu pengukuran tersebut. Perubahan viskositas terukur pada suhu
tertentu dimodelkan dan ditentukan kesesuaiannya dengan model Arrhenius (Singh &
Heldman 2001).

4. Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah uji ANOVA dengan uji lanjut Duncan, uji
korelasi dengan Pearson, dan uji regresi sederhana. Analisis statistik ini menggunakan
program SPSS 16.0 dan minitab 15.

C. METODE ANALISIS

1. Kadar Air (BSN 2006)


Penentuan kadar air dilakukan berdasarkan metode SNI 01-2901-2006. Cawan
kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven pada suhu 103 oC selama 15 menit dan
didinginkan dalam desikator, kemudian cawan tersebut ditimbang. Sebanyak 5 g sampel
dimasukkan dalam cawan yang sudah dikeringkan. Cawan yang sudah berisi sampel
dimasukkan ke dalam desikator hingga suhu minyak mencapai suhu ruang. Kemudian
cawan yang berisi sampel tersebut ditimbang. Setelah itu, dipanaskan ke dalam oven pada

14
suhu 130 ± 2 oC selama 30 menit dan segera dimasukkan ke dalam desikator. Lalu
didinginkan selama 15 menit dan ditimbang kembali. Cawan tersebut dikeringkan kembali
ke dalam oven sampai selisih berat antara dua pertimbangan berturut-turut tidak melebih
0.02% dari berat sampel. Perhitungan kadar air menggunakan Persamaan 5.

Kadar air (%) = W-(W1-W2) (5)


x100%
W1-W2
Keterangan :
W : bobot sampel sebelum dikeringkan (g)
W1 : bobot sampel setelah dikeringkan + bobot cawan kosong (g)
W2 : bobot cawan kosong (g)

2. Kadar Kotoran (BSN 2006)


Pengujian kadar kotoran menggunakan sampel hasil penentuan kadar air yang sudah
diketahui beratnya. Alat penyaring (kertas Whatman No. 41) dicuci menggunakan pelarut n-
heksana lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 103 oC selama 30 menit. Setelah
dikeringkan kertas Whatman No. 41 didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang. Sebanyak 50 mL pelarut ditambahkan ke dalam sampel uji dan dipanaskan pada
penangas air, sambil digoyang-goyangkan sampai minyak larut semua. Sampel uji
kemudian disaring dengan menggunakan alat penyaring. Pencucian dilakukan beberapa kali
dengan menggunakan pelarut sampai kertas Whatman No. 41 bersih dari minyak. Kertas
Whatman No. 41 kemudian dikeringkan ke dalam oven suhu 103 ± 2 oC selama 30 menit
dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Kertas Whatman No. 41 kemudian
ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Kadar kotoran dihitung dengan rumus
seperti pada Persamaan 6 :

Kadar kotoran (%) = W-(W1-W2) (6)


W
Keterangan :
W : bobot sampel (g)
W1 : bobot alat penyaring setelah dikeringkan (g)
W2 : bobot alat penyaring kering (g)

3. Kadar Asam Lemak Bebas (BSN 2006)


Penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan berdasarkan metode SNI 01-2901-
2006. Lima gram sampel dilarutkan dengan 50 mL alkohol 95% netral, kemudian sampel
tersebut dipanaskan pada suhu 40 oC sampai sampel minyak larut semuanya. Setelah larut
(homogen), sampel tersebut ditambahkan larutan indikator fenolftalein sebanyak 1-2 tetes.
Setelah itu campuran dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N hingga warna merah
muda yang stabil minimal selama 30 detik. Uji ini sekurang-kurangnya dilakukan duplo
dan perbedaan antara kedua hasil uji tidak boleh melebihi 0.05%. Asam lemak bebas
dinyatakan sebagai persen asam lemak, dihitung sampai dua desimal dengan menggunakan
Persamaan 7.

256 x 𝑁 x 𝑉
Asam lemak bebas (%) = (7)
10W

15
Keterangan :
256 : Konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai asam palmitat
V : Volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi (mL)
N : Normalitas NaOH
W : Bobot sampel (g)

4. Bilangan Iod (BSN 2006)


Penentuan bilangan iod dilakukan berdasarkan metode SNI 01-2901-2006. Bilangan
iod dinyatakan sebagai gram yodium yang diserap per 100 gram minyak. Sampel yang akan
diuji dilelehkan pada suhu 60 oC sampai 70 oC lalu diaduk hingga rata. Sampel ditimbang
sebanyak 0.4 gram sampai 0.6 gram dan dimasukan ke dalam erlenmeyer bertutup asah 250
mL atau 500 mL. Pada larutan tersebut ditambahkan 15 mL sikloheksana untuk melarutkan
larutan uji tersebut. Sebanyak 25 mL larutan Wijs ditambahkan dengan menggunakan pipet
gondok lalu erlenmeyer tersebut ditutup. Sampel tersebut dikocok dan disimpan dalam
ruang gelap selama 30 menit. Ke dalam sampel tersebut ditambahkan 10 mL larutan KI
10% dan 50 mL air suling. Erlenmeyer tersebut ditutup, dikocok, kemudian dilakukan titrasi
dengan larutan natrium tiosufat 0.1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi
kuning muda. Sebanyak 1-2 mL indikator pati ditambahkan ke dalam larutan tersebut,
lanjutkan dengan melakukan titrasi sampai warna birunya hilang setelah dikocok kuat-kuat.
Analisis dilakukan secara duplo. Perbedaan antara kedua hasil uji tidak boleh lebih besar
dari 0.05%. Perhitungan bilangan iod berdasarkan Persamaan 8.

Bilanga iod = 126.9 X N X (V2-V1) (8)


10W
Keterangan:
N : Normalitas larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N
V1 : Volume larutan tiosulfat 0.1 N yang digunakan pada titrasi sampel (mL)
V2 : Volume larutan tiosulfat 0.1 N yang digunakan pada titrasi blanko (mL)
126.9 : Berat atom iod
W : Bobot sampel (g)

5. Densitas (AOCS 1997)


Pengukuran densitas CPO dilakukan dengan menggunakan metode AOCS
Cc 10a-25. Pada metode ini terdapat perbedaan prosedur pengukuran densitas antara suhu
25 oC dengan suhu di atas 25 oC. Untuk pengukuran densitas pada suhu 25 oC, sampel CPO
harus dilelehkan terlebih dahulu agar kandungan olein dan stearin pada CPO tercampur
homogen. Kemudian sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menyaring
kotoran yang tidak larut pada sampel. Setelah disaring, sampel didinginkan hingga suhu 20-
23 oC dan setelah dingin sampel diisikan ke pycnometer hingga penuh. Kemudian
pycnometer ditutup dan dipastikan tidak ada gelembung yang terperangkap di dalam
pycnometer tersebut. Setelah pycnometer terisi sampel didiamkan di suhu ruang (25 ± 0.1
o
C) kemudian ditimbang dan dihitung densitasnya dengan Persamaan 9.
Secara keseluruhan prosedur pengukuran densitas di atas suhu 25 oC hampir sama
dengan pengukuran densitas pada suhu 25 oC. Sampel CPO dipanaskan terlebih dahulu
hingga mencair. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring untuk

16
menghilangkan kotoran yang tidak larut pada sampel. Kemudian sampel didinginkan pada
suhu 20-23 oC. Sampel diisikan ke dalam pycnometer 100 mL sampai melebihi kapasitas
pycnometer tersebut. Kemudian pycnometer tersebut ditutup dan pastikan tidak ada
gelembung yang terperangkap di dalam pycnometer tersebut. Pycnometer yang berisi sampel
CPO kemudian dipanaskan hingga suhu yang ingin dicapai dengan perbedaan suhu ± 0.1
selama 30 menit. Setelah 30 menit pycnometer diangkat dari waterbath dan dikeringkan dari
sisa-sisa air dan lemak yang menempel di dinding pycnometer. Kemudian pycnometer
didinginkan selama 30 menit. Hal ini bertujuan agar penimbangan pycnometer stabil. Setelah
dingin pycnometer yang berisi sampel ditimbang dan dihitung dengan menggunakan
Persamaan 10.

Densitas pada suhu 25 oC = W2 –W1 (9)


w
F
Densitas pada suhu di atas suhu 25 oC = (10)
W (1+0.000025 X 35)

Keterangan :
W : Bobot air pada suhu 25 oC (g)
W1 : Bobot pycnometer kosong (g)
W2 : Bobot pycnometer dan sampel (g)
F : Bobot sampel pada suhu 60 oC

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS MUTU MINYAK SAWIT KASAR


Mutu minyak sawit kasar (crude palm oil/CPO) merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam proses produksi CPO. Pengolahan dan penyimpanan yang kurang baik dapat
merusak mutu CPO. Kerusakan mutu CPO ini akan berdampak pada daya jual dari CPO
tersebut. Karakteristik mutu CPO juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh terhadap sifat
reologi CPO. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fasina et al. (2006) viskositas dari minyak
nabati biasanya dapat ditentukan berdasarkan parameter sifat kimia dan sifat termofisiknya
seperti bilangan penyabunan, bilangan Iod, banyaknya atom karbon per residu asam lemak, dan
densitas. Berdasarkan SNI 01-2901-2006 sifat kimia yang paling berpengaruh terhadap mutu
CPO adalah kadar air dan kotoran, asam lemak bebas, dan bilangan iod. Hasil analisis mutu
sampel CPO yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6 dan data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 1.

Tabel 6. Analisis mutu kadar air dan kotoran, asam lemak bebas dan bilangan iod sampel
CPO
Parameter
Sampel CPO Kadar air dan kotoran Asam lemak bebas Bilangan iod
(%) (%) (g iod/100 g)

CPO A 0.33a 5.80a 50.38a


CPO B 0.69b 3.88b 51.30a
CPO C 0.68b 3.84b 52.47b
CPO D 0.67b 4.58c 54.15c
Persyaratan mutu* maks 0.5 maks 0.5 50-55
Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (p <0.05)
*BSN 2006

Hasil analisis mutu keempat sampel CPO pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak semua
mutu CPO memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 01-2901-2006. Selain itu dari Tabel 6
juga terlihat bahwa keempat sampel CPO yang dianalisis mempunyai karakteristik mutu yang
berbeda-beda. Perbedaan mutu pada keempat sampel CPO ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain perbedaan keadaan lingkungan perkebunan (jenis tanah dan unsur hara), perbedaan
umur tanaman kelapa sawit, atau perbedaan proses penanganan penyimpanan yang tidak sama
antar pabrik pengolahan CPO.
Kadar air dan kotoran merupakan salah satu faktor mutu yang perlu diperhatikan dalam
proses produksi CPO. Hal ini dikarenakan kadar air dan kadar kotoran yang tinggi dapat
mempercepat reaksi kimia lainnya yang akan merusak mutu dari CPO. Kadar air merupakan
banyaknya kandungan air yang terdapat dalam sampel. Kadar air yang tinggi pada minyak dan
lemak dapat mempercepat proses hidrolisis minyak dan lemak sehingga menghasilkan asam
lemak bebas yang menyebabkan ketengikan (Ketaren 2005).
Kadar kotoran merupakan bahan-bahan yang tidak larut dalam minyak. Tingginya kadar
kotoran pada CPO biasanya terjadi akibat adanya kontaminasi CPO selama proses pengolahan,
penyimpanan, dan transportasi (Naibaho 1998). Tingginya kadar kotoran pada CPO

18
mempercepat terjadinya ketengikan pada minyak dan berpengaruh terhadap karakteristik aliran
minyak (Sathivel et al. 2003). Pada analisis kadar kotoran sampel yang digunakan adalah sampel
CPO yang sudah dianalisis kadar airnya. CPO tersebut kemudian dianalisis kadar kotorannya
dengan metode penyaring vakum dan menggunakan pelarut n-heksana. Penyaringan vakum
dipilih agar penyaringan kotorannya lebih cepat. Pemilihan pelarut n-heksana ini dikarenakan
kotoran-kotoran yang terkandung dalam CPO tidak akan larut sehingga kotoran dapat tersaring.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar air dan kotoran keempat sampel CPO hanya
CPO A yang masih memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 01-2901-2006. Berdasarkan uji
statistik dengan menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan, CPO A menunjukkan hasil
yang berbeda nyata` terhadap CPO B, CPO C, dan CPO D pada taraf signifikansi 0.05 (p<0.05)
(Lampiran 2). Pada CPO, secara alami terdapat air yang tidak dapat dipisahkan. Jumlah air pada
CPO dapat meningkat akibat proses pengolahan CPO itu sendiri seperti pada proses steaming.
Selai itu, kenaikan kadar air CPO juga terjadi saat penyimpanan. Kenaikan kadar air saat
penyimpanan akibat adanya udara limbah atau kebocoran coil pemanas pada tangki pemanas
(Ritonga 2004).
Asam lemak bebas merupakan parameter mutu CPO yang paling cepat berubah.
Tingginya kadar asam lemak bebas pada CPO akan berdampak terhadap penurunan rendemen
minyak sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kadar asam lemak bebas biasanya
dijadikan indikator awal terjadinya kerusakan lemak atau minyak. Pembentukan asam lemak
bebas dapat mempercepat kerusakan oksidatif lemak atau minyak karena asam lemak bebas
lebih mudah teroksidasi jika dibandingkan dalam bentuk esternya (Ketaren 2005).
Berdasarkan hasil analisis mutu CPO yang tertera pada Tabel 6, kadar asam lemak bebas
keempat sampel CPO melebihi batas maksimal yang ditetapkan di dalam SNI 01-2901-2006
namun bila mengacu pada SNI 01-2901-1996 dan standar spesifikasi PORAM (The Palm Oil
Refiners Association of Malaysia) asam lemak CPO B, CPO C, dan CPO D masih memenuhi
standar maksimal 5%. Oleh karena itu standar yang ditetapkan SNI 01-2901-2006 perlu ditinjau
kembali karena tidak harmonis dengan standar dengan negara lain dan standar maksimal 0.5%
dirasa terlalu ketat. Berdasarkan uji statistik dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan, keempat
sampel CPO mempunyai kadar asam lemak bebas yang berbeda nyata pada taraf signifikansi
0.05 (p<0.05) (Lampiran 2). Tingginya asam lemak bebas ini akibat terjadinya proses hidrolisis
asam lemak akibat tingginya kadar air yang terkandung pada CPO tersebut. Menurut Gunawan
(2004) CPO yang mengandung kadar air lebih besar dari 0.15% lebih cepat mengalami proses
hidrolisis yang mengakibatkan meningkatnya nilai asam lemak bebas CPO.
Proses hidrolisis pada minyak dan lemak dikatalis oleh adanya enzim lipase atau katalis
asam. Pada CPO hidrolis yang dikatalisi oleh enzim lipase kemungkinan terjadinya sangat kecil
karena pada proses produksi CPO telah dilakukan proses sterilisasi pada suhu 135 oC. Proses
sterilisasi ini bertujuan untuk mematikan enzim lipase sehingga kenaikan asam lemak bebas
akibat adanya enzim lipase dapat dicegah (Rohani et al. 2006). Hidrolisis keempat sampel CPO
diduga dipercepat dengan adanya katalis asam. Katalis asam pada proses ini dapat berupa asam
lemak bebas yang terkandung pada CPO tersebut. Proses hidrolisi pada CPO dapat dilihat pada
Gambar 7.

19
katalis

Gambar 7. Reaksi hidrolisis trigliserida yang menghasilkan asam lemak bebas (List et al. 2005).

Pada Tabel 6 terlihat bahwa CPO A memiliki nilai asam lemak bebas yang tertinggi
dibandingkan sampel CPO lainnya, jika dilihat dari kadar air dan kadar kotorannya CPO A
memiliki kadar air dan kotoran yang paling rendah. Tingginya asam lemak bebas CPO A diduga
disebabkan oleh banyaknya asam lemak bebas yang terkandung pada CPO A sehingga
mempercepat proses hidrolisis. Selain itu lamanya penyimpanan sampel CPO A sebelum
dilakukan analisis dan tingginya suhu saat penyimpanan juga diduga berpengaruh terhadap
tingginya asam lemak bebas CPO A.
Bilangan iod merupakan derajat ketidakjenuhan pada minyak atau lemak. Menurut
Ketaren (2005) bilangan iod adalah jumlah iod yang diserap dari 100 g minyak atau lemak.
Besarnya bilangan iod pada minyak atau lemak tergantung pada asam lemak penyusun minyak
atau lemak tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap pada asam lemak penyusun minyak
tersebut (asam lemak tidak jenuh) maka semakin tinggi bilangan iodnya sedangkan minyak atau
lemak yang tersusun atas asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap (asam lemak jenuh)
bilangan iodnya nol.
Berdasarkan uji analisis mutu pada keempat sampel CPO, semua sampel CPO memiliki
bilangan iod berkisar 50-54 g iod/100g minyak dan telah sesuai dengan persyaratan SNI
01-2901-2006. Hal ini dikarenakan CPO tersusun atas 50% asam lemak jenuh dan 50% asam
lemak tidak jenuh (Mertin et al. 2005). Sedangkan berdasarkan uji statistik ANOVA bilangan
Iod CPO A dan CPO B berbeda nyata dengan bilangan iod CPO C dan CPO D pada taraf
signifikansi 0.05 (p<0.05) (Lampiran 2). Perbedaan bilangan iod ini dikarenakan perbedaan
jumlah asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang menyusun CPO tersebut.
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Maskan (2003) dan Kim et al.
(2010) komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh juga memengaruhi sifat reologi dari
minyak nabati yang diujikan. Kim et al. (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
korelasi positif antara komposisi asam lemak penyusunnya terhadap viskositas dari minyak
nabati tersebut. Minyak nabati yang tinggi asam lemak jenuhnya mempunyai viskositas yang
lebih tinggi dibanding minyak nabati yang tinggi asam lemak tidak jenuhnya.

B. PENGARUH SUHU TERHADAP DENSITAS MINYAK SAWIT KASAR


Densitas merupakan hasil pengukuran masa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
densitas suatu benda maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Menurut Noureddini et
al. (1992) estimasi densitas pada minyak nabati merupakan hal yang penting dalam desain
proses seperti destilasi, kasus pindah panas, dan proses pengaliran dalam pipa. Pengaruh suhu

20
terhadap densitas CPO dapat dilihat pada Gambar 8 dan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
0.92
CPO A
CPO B
0.91
CPO C
Densitas (g/mL)
CPO D
0.90

0.89

0.88
20 25 30 35 40 45 50 55
Suhu (oC)
Gambar 8. Pengaruh suhu terhadap densitas CPO.

Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa terjadi kecenderungan penurunan densitas


terhadap penurunan suhu pada keempat sampel CPO. Pada suhu 25 oC densitas keempat sampel
CPO berkisar antara 0.90-0.91 g/mL sedangkan pada suhu 55 oC densitasnya menurun mencapai
0.88-0.89 g/mL. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Narvaez et al. (2008) pada 224
sampel minyak sawit dari perkebunan di Malaysia didapatkan nilai densitas minyak sawit pada
suhu 50 oC berkisar antara 0.8896-0.8891 g/mL sedangkan menurut Eddy dan Ekop (2007)
densitas minyak sawit yang berasal dari perkebunan di Nigeria pada suhu 30 oC adalah 0.8940
g/mL. Pada penelitian ini, densitas CPO pada suhu 30 oC berkisar 0.90-0.91 g/mL dan pada suhu
50 oC densitasnya sekitar 0.89 g/mL. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa densitas CPO
pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan densitas CPO yang berasal
Malaysia dan Nigeria. Persamaan densitas CPO dari perkebunan Indonesia, Malaysia, dan
Nigeria ini sangat dipengaruhi oleh polymorphism dari CPO, formasi kristal, stabilitas gliserida,
dan kondisi pemanasan dan pendinginan (Eddy dan Ekop 2007). Selain itu, berdasarkan uji
korelasi dengan Pearson pada keempat sampel CPO di suhu 25 oC menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang kuat antara kadar air dan kotoran terhadap densitas CPO dengan Pearson
correlation -0.954 (Lampiran 4). Hal ini berarti 95 % perbedaan densitas keempat sampel CPO
pada suhu 25 oC dipengaruhi oleh kadar air dan kotoran. Tanda negatif pada Pearson correlation
menunjukkan hubungan yang tidak searah antara densitas dan kadar air dan kotoran CPO.
Meskipun densitas minyak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, namun semua penelitian yang
telah dilakukan oleh Noureddini et al. (1992), Rodenbush et al. (1999), dan Eddy dan Ekop
(2007) mengenai densitas minyak sawit menyebutkan bahwa densitas minyak sawit menurun
terhadap kenaikan suhu.
Menurut Noureddini et al. (1992) beberapa minyak nabati yang telah diteliti
menunjukkan kecenderungan penurunan densitas secara linier terhadap peningkatan suhu.
Penurunan densitas disebabkan terjadinya peningkatan volume CPO dengan massa yang konstan
pada suhu yang tinggi. Peningkatan volume ini disebabkan pecahnya molekul-molekul minyak

21
akibat suhu yang tinggi sehingga molekul-molekul menempati volume yang lebih besar
dibandingkan saat suhu rendah (Cuah et al. 2008)
Hasil uji statistik korelasi dengan menggunakan uji korelasi dengan Pearson
menunjukkan keempat sampel CPO mempunyai nilai Pearson correlation lebih dari -0.9
(Lampiran 5). Hal ini berarti terdapat korelasi yang sangat kuat antara pengaruh suhu terhadap
perubahan nilai densitasnya. Tanda negatif pada Pearson correlation menunjukan korelasi yang
tidak searah antara pengaruh suhu dengan densitas CPO. Berdasarkan uji regresi, penurunan
densitas terhadap peningkatan suhu mengikuti persamaan 11.

 = 𝑏 − 𝑚(𝑇) (11)

Di mana  adalah densitas dengan satuan g/mL, T adalah suhu dengan satuan oC, b adalah
intersep dan m adalah negatif gradien. Persamaan regresi CPO A, B, C, dan D dapat dilihat pada
Tabel 7 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 7. Persamaan regresi pengaruh suhu terhadap densitas CPO


Sampel Persamaan regresi R2
CPO A  = 0.950 – 0.001140(T) 0.97
CPO B  = 0.929 – 0.000643(T) 0.92
CPO C  = 0.930 – 0.000786(T) 0.94
CPO D  = 0.933 – 0.000786(T) 0.94

C. SIFAT REOLOGI MINYAK SAWIT KASAR


Minyak dan lemak merupakan bahan pangan yang memiliki sifat reologi yang kompleks
karena adanya kristal lemak yang terkandung pada minyak dan lemak tersebut (DeMan 1999).
Sifat reologi CPO diukur dengan menggunakan viscometer Haake Rotovisco RV 20 pada suhu
pengukuran 25-55 oC dengan shear rate 0-400 s-1. Prinsip kerja Rotovisco RV 20 adalah
mengukur aliran fluida berdasarkan shear rate, shear stress, waktu, dan suhu. Berdasarkan
pengukuran reologi pada suhu 25-55 oC, keempat sampel CPO menunjukkan sifat shear thinning
atau pseudoplastik namun pada suhu 45-55 oC sifat pseudoplastik keempat sampel CPO
menurun mendekati sifat fluida Newtonian. Hal ini dapat dilihat dari kurva hubungan shear rate
dan shear stress (rheogram) CPO dan kurva hubungan shear rate dan viskositas terukur CPO
(Gambar 9-12). Pada Gambar 9-12 bagian (a) terlihat bahwa kenaikan shear stress terhadap
shear rate keempat CPO pada suhu 25-40 oC tidak proporsional dan membentuk kurva convex
(cekung ke bawah) sedangkan pada suhu 45-55 oC kenaikan shear stress terhadap shear ratenya
sudah relatif linier. Rheogram yang tidak proporsional dan berbentuk convex menunjukkan sifat
aliran fluida non-Newtonian pseudoplastik (Rao 1999). Menurut Milner (1999) bentuk kurva
yang tidak proporsional pada fluida pseudoplastik dipengaruhi oleh tingginya bobot molekul
pada fluida tersebut. Pernyataan ini didukung oleh Rao (1999) yang menyebutkan bahwa fluida
yang mempunyai bobot molekul yang rendah termasuk fluida Newtonian dan mempunyai
bentuk kurva yang linier pada kurva hubungan shear rate dan shear stressnya.
Sifat reologi CPO juga dapat ditentukan dari kurva hubungan shear rate dan viskositas
terukur CPO. Pada Gambar 9-12 bagian (b) terlihat bahwa pada terjadi penurunan viskositas
terukur CPO terhadap peningkatan shear rate. Hal ini menandakan sifat aliran fluida non-
Newtonian pseudoplastik. Namun pada suhu 45-55 oC penurunan viskositasnya terhadap

22
peningkatan shear ratenya sudah rendah bahkan cenderung konstan. Hal ini berarti telah terjadi
sifat aliran fluida CPO sudah mendekati Newtonian.

70 25 oC 0.5
25 oC
30 oC 30 oC
60

Viskositas terukur (Pa.s)


35 oC 35 oC
0.4
50 40 oC 40 oC
Shear stress (Pa)

45 oC 45 oC
40 50 oC 0.3 50 oC
55 oC 55 oC
30 0.2
20
0.1
10

0 0
0 100 200 300 400 0 100 200 300 400
Shear rate (s-1) Shear rate (s-1)
(a) (b)
Gambar 9. Rheogram CPO A pada suhu 25-55 oC (a), hubungan shear rate dan viskositas
terukur CPO A pada suhu 25-55 oC (b).

70 0.5
25 oC
25 oC
30 oC
60 30 oC
0.4 35 oC
Viskositas terukur (Pa.s)

35 oC
50 40 oC 40 oC
Shear stress (Pa)

45 oC 0.3 45 oC
40 50 oC
50 oC
30 55 oC 55 oC
0.2

20
0.1
10

0 0
0 100 200 300 400 0 100 200 300 400
Shear rate (s-1) Shear rate s-1
(a) (b)
Gambar 10. Rheogram CPO B pada suhu 25-55 oC (a), hubungan shear rate dan viskositas
terukur CPO B pada suhu 25-55 oC (b).

23
70 0.18
oC 25 oC
25 0.16
60 30 oC
30 oC

Viskositas terukur (Pa s)


0.14 35 oC
35 oC
Shear stress (Pa) 50 40 oC
40 oC 0.12
45 oC
40 45 oC 0.1
50 oC
50 oC
30 0.08
55 oC
55 oC
0.06
20
0.04
10
0.02
0
0
0 100 200 300 400
0 100 200 300 400
Shear rate (s-1) Shear rate s-1
(a) (b)
o
Gambar 11. Rheogram CPO C pada suhu 25-55 C (a), hubungan shear rate dan viskositas
terukur CPO C pada suhu 25-55 oC (b).

60 0.3 25 oC
25 oC
30 oC
50 30 oC 0.25 35 oC
Viskositas terukur (Pa s)

35 oC 40 oC
Shear stress (Pa)

40 40 oC 0.2
45 oC
45 oC
50 oC
30 50 oC 0.15
55 oC
55 oC
20 0.1

10 0.05

0 0
0 100 200 300 400 0 100 200 300 400
Shear rate (s-1) Shear rate (s-1)
(a) (b)
Gambar 12. Rheogram CPO D pada ssuhu 25-55 oC (a), hubungan shear rate dan viskositas
terukur CPO D pada suhu 25-55 oC (b).

Pada fluida pseudoplastik, penurunan viskositas saat terjadi peningkatan shear rate
merupakan hal wajar terjadi. Menurut Munson et al. (2001), pada umumnya minyak dan lemak
memiliki sifat pseudoplastik yang mengalami penurunan viskositas saat shear rate meningkat
(shear thinning). Penurunan viskositas ini dijelaskan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Graef et al. (2008) bahwa shear rate yang diterapkan pada bahan pangan yang banyak
mengandung lemak berpengaruh terhadap viskositas bahan pangan tersebut. Shear rate akan
memecahkan agregat kristal lemak penyusun bahan pangan tersebut sehingga kristal yang
terkandung menjadi kristal yang lebih kecil dan menyebabkan penurunan viskositas.

24
Goncalves (2010) menyatakan bahwa ketergantungan viskositas terukur terhadap shear
rate merupakan sifat alami dari suatu fluida. Perilaku pseudoplastik menunjukkan adanya
perubahan struktur fluida yang mengakibatkan berkurangnya hambatan aliran bahan dengan
adanya peningkatan shear rate. Triantafillopoulus (2005) juga berpendapat bahwa pada aliran
pseudoplastik, shear rate yang tinggi cenderung meluruskan dan menyejajarkan arah gerakan
molekul yang mengakibatkan menurunnya gaya gesekan dan hambatan untuk mengalir sehingga
viskositas larutan menurun, sedangkan pada shear rate yang rendah hanya sedikit molekul yang
dapat diluruskan dan disejajarkan arah gerakannya sehingga pada kondisi ini viskositasnya
meningkat. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Heldman
(2001) yang menyatakan bahwa saat fluida pseudoplastik mendapatkan shear rate, partikel-
partikel yang terdistribusi secara acak akan mengatur dirinya sejajar dengan arah aliran sehingga
viskositas menurun.

D. PENGARUH SUHU TERHADAP SIFAT REOLOGI MINYAK SAWIT


KASAR

1. Pengaruh Suhu Terhadap Parameter Model Fluida


Sifat reologi CPO juga dapat dijelaskan dengan menggunakan model analisis fluida.
Model analisis yang digunakan pada pengukuran sifat reologi CPO adalah model power
law. Model power law merupakan model yang paling sederhana dan mudah untuk
diaplikasikan pada pengukuran sifat aliran fluida. Model power law menggunakan
parameter indeks tingkah laku aliran (n) dan indeks konsistensi (K) untuk menjelaskan sifat
aliran suatu fluida.
Nilai n dan K pada model power law didapatkan dengan memplotkan log shear rate
sebagai absisal (x) dan log shear stress sebagai ordinat (y) sehingga didapatkan persamaan
regresi linier seperti pada persamaan 12.

Log  = a + b (log ) (12)

dimana log  adalah log dari shear stress, a adalah log indeks konsistensi (K), b adalah
indeks tingkah laku alir (n), dan log  adalah log dari shear rate. Contoh hubungan log
shear rate dan shear stress pada CPO A dapat dilihat pada Gambar 13.
Nilai n dan K pada keempat sampel CPO dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sifat aliran fluida dari CPO adalah
pseudoplastik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai n CPO yang kurang dari 1 dan nilai K lebih
dari 0. Selain itu, Tabel 8 dan Tabel 9 juga menunjukkan penurunan nilai n dan penurunan
nilai K terhadap kenaikan suhu.

25
2.0
1.8 y = 0.531x + 0.445
1.6 R² = 0.994

log shear stress (Pa)


1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1.5 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5 2.7
log shear rate (s-1)

Gambar 13. Hubungan log shear rate dan log shear strees CPO A pada suhu 25 oC
ulangan 1.

Peningkatan nilai n dan K pada keempat sampel CPO ini mengindikasikan adanya
perubahan sifat aliran pada CPO. Semakin tinggi suhu dari CPO maka semakin menurun
sifat pseudoplatik dari CPO tersebut. Hal ini terlihat dari nilai n dari CPO yang melebihi 0.9
bahkan hampir mendekati 1 yang menunjukkan sifat fluida Newtonian. Perubahan sifat
fluida pada merupakan hal yang wajar terjadi bahkan beberapa bahan pangan mempunyai
sifat reologi yang lebih dari satu (Bourne 2002). Menurut Valez-Ruiz (2002) sifat reologi
pada suatu fluida sangat dipengaruhi oleh sifat fisik fluida tersebut, jumlah padatan, ukuran
partikel penyusun fluida dan distribusi partikel tersebut di dalam fluida. Perubahan sifat
aliran fluida pada CPO ini diduga dikarenakan terjadinya pemecahan kristal-kristal lemak
akibat pengaruh peningkatan suhu. Pemecahan kristal lemak ini berpengaruh terhadap
penurunan jumlah solid fat content (SFC) pada CPO. Menurut Liang et al. (2008) SFC
mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat reologi lemak. Selain itu mikrostruktur dari
lemak juga memengaruhi sifat reologinya.

Tabel 8. Indeks tingkah laku alir (n) CPO


Indeks tingkah laku alir (n)
Suhu
CPO A CPO B CPO C CPO D
25 oC 0.546a 0.533a 0.781a 0.730a
30 oC 0.672b 0.557a 0.858b 0.735a
35 oC 0.730c 0.735b 0.788b,c 0.777a
40 oC 0.738 c
0.760 c
0.902b,c 0.788a
45 oC 0.932d 0.930c,d 0.959c 0.899b
50 oC 0.930 d
0.945 c,d
0.950c 0.970c
55 oC 0.993e 0.986d 0.968c 0.978c
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (p <0.05).

26
Tabel 9. Indeks konsistensi (K) CPO
Indeks konsistensi (K)
Suhu
CPO A CPO B CPO C CPO D
o c c
25 C 2.452 2.480 0.368c 0.665d
30 oC 0.702b 1.406b 0.173d 0.450c
35 oC 0.310 b
0.280 a
0.103c 0.294b
40 oC 0.179a 0.141a 0.070b 0.246a,b
45 oC 0.050 a
0.042 a
0.038a 0.035a,b
50 oC 0.033a 0.040a 0.035a 0.030a
55 oC 0.020a 0.026a 0.027a 0.020a
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (p <0.05)

Berdasarkan uji dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut Duncan pada masing-
masing sampel CPO, nilai n dan K pada masing-masing sampel CPO berbeda nyata pada
taraf signifikansi 0.05 (p<0.05), namun pada CPO B dan C pada suhu 45-55 oC nilai n
keempat sampel CPO tidak berbeda nyata ditaraf signifikansi 0.05 (p>0.05) (Lampiran 7
dan 8). Pada aplikasi pengaliran CPO dengan moda pipa disarankan suhu pengaliran sekitar
45-50 oC karena sifat CPO yang sudah mendekati Newtonian dan nilai K yang sudah rendah
(berkisar 0.05-0.02). Nilai K yang semakin rendah menunjukkan jumlah SFC CPO yang
rendah pula. Sifat Newtonian dan jumlah SFC yang rendah lebih menguntungkan saat
pengaliran karena lebih mudah dialirkan.

2. Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas Minyak Sawit Kasar


Viskositas merupakan salah satu parameter rekayasa proses yang penting dalam
desain peralatan pengolahan seperti pada kasus pindah panas dan pengaliran pada pipa.
Selain itu viskositas juga penting untuk menentukan kualitas dan stabilitas suatu produk
pangan. Selama transportasi dan penyimpanan CPO akan mengalami proses pemanasan dan
pendinginan yang memengaruhi viskositasnya. Menurut Rao (1999) suhu sangat
berpengaruh terhadap viskositas fluida, di mana secara umum viskositas menurun dengan
meningkatnya suhu. Pengaruh suhu terhadap viskositas keempat sampel CPO pada shear
rate 100 s-1dapat dilihat pada Gambar 14.
Pada Gambar 14 terlihat bahwa terjadi penurunan viskositas CPO terhadap
peningkatan suhu. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah SFC pada minyak yang
disebabkan pemecahan kristal lemak. Selain itu menurut Munson et al. (2001) dan
Santos et al. (2004) penurunan viskositas akibat peningkatan suhu juga disebabkan oleh
perpindahan molekul-molekul pada minyak dan penurunan tegangan kohesif antar
molekulnya yang menyebabkan turunnya viskositas sehingga fluida menjadi lebih mudah
mengalir.
Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa pada suhu 25 oC viskositas keempat CPO
berbeda-beda sedangkan pada suhu 55 oC viskositas keempat sampel CPO sudah relatif
sama. Perbedaan viskositas pada suhu 25 oC diduga disebabkan perbedaan karakteristik
kimia, perbedaan jumlah SFC pada keempat sampel CPO tersebut sedangkan viskositas
pada suhu 55 oC yang relatif sama diduga disebabkan fraksi olein dan stearin yang sudah
tercampur sempurna (homogen) dan SFC yang sudah relatif rendah.

27
0.35

0.30 e CPO A

Viskositas terukur (Pa.s)


a
CPO B
0.25
e CPO C
0.20 b
CPO D
0.15 f d
d cc
e c
0.10 a
d db a
a a a
cb a aa a
0.05 b a a
0.00
20 25 30 35 40 45 50 55 60
Suhu (oC)

Keterangan: Huruf yang berbeda pada setiap grafik menunjukan berbeda nyata
pada taraf signifikansi 0.05 (p<0.05).

Gambar 14. Hubungan suhu terhadap viskositas terukur CPO pada shear rate 100 s-1.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut Duncan pada
masing-masing sampel CPO terlihat bahwa viskositas terukur CPO berbeda nyata pada taraf
signifikansi 0.05 (p<0.05). namun pada suhu 45-55 oC viskositas terukur pada masing-
masing CPO sudah berada pada subset yang sama yang berarti viskositasnya sudah tidak
berbeda nyata (Lampiran 9) yang disebabkan sudah rendahnya SFC CPO. Berdasarkan data
viskositasnya dapat disarankan bahwa sebaiknya CPO dialirkan pada suhu 45-55 oC karena
viskositasnya sudah tidak mengalami perubahan dan SFCnya rendah sehingga CPO menjadi
lebih mudah mengalir.
Pengaruh suhu terhadap viskositas CPO dapat dijelaskan dari nilai energi aktivasi
(Ea) yang didapatkan melalui model persamaan Arrhenius dengan persamaan 13,

a = A exp (Ea /RT) (13)

di mana  adalah viskositas terukur pada shear rate tertentu, A adalah faktor frekuensi, Ea
adalah energi aktivasi, R adalah konstanta gas ideal dengan satuan J/mol.K dan T adalah
suhu dengan satuan Kelvin.
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dipenuhi agar reaksi dapat
berjalan. Energi aktivasi menggambarkan terjadinya pembentukan lubang atau beberapa
ruang tambahan pada bahan pangan akibat pengaruh suhu yang menyebabkan molekul-
molekul fluida mengalir. Semakin banyak lubang yang terbentuk maka semakin besar
energi aktivasi yang didapatkan (Vitali dan Rao 1985). Selain itu, menurut Cuah et al.
(2008) energi aktivasi yang besar menunjukkan indikasi sensitivitas viskositas terhadap
suhu. Persamaan Arrhenius dan energi aktivasi dari masing-masing sampel CPO dapat
dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa CPO A mempunyai energi aktivasi yang
tertinggi 70.32 kJ mol -1 sedangkan CPO D memiliki energi akitivasi yang paling rendah
47.98 kJ mol -1. Hal ini berarti CPO A lebih sensitif terhadap kenaikan suhu sehingga
viskositasnya lebih cepat berubah seperti yang tertera pada Tabel 10. Dalam pengaliran

28
dalam pipa diharapakan CPO yang dialirkan memiliki energi akrtivasi yang kecil agar
viskositas CPO tersebut tidak mudah berubah terhadap pengaruh suhu. Perubahan viskositas
CPO selama pengaliran berdampak pada besarnya energi yang diperlukan selama pengaliran
dan juga berdampak pada mutu dari CPO tersebut

Tabel 10. Persamaan Arrhenius dan energi aktivasi CPO A, CPO B, CPO C, dan
CPO D pada shear rate 100 s-1.

Sampel Persamaan Arrhenius Ea, kJ mol-1 R2


CPO A A = 29.74 exp (8458.0/T) 70.32 0.96
CPO B A = 29.67 exp (8439.1/T) 70.16 0.95
CPO C A = 26.56 exp (7463.6/T) 62.05 0.96
CPO D A = 21.45 exp (5771.5/T) 47.98 0.98

Perbedaan energi aktivasi pada keempat sampel CPO diduga adanya korelasi
dengan parameter mutu CPO. Oleh karena itu diperlukan uji korelasi antar energi aktivasi,
kadar air dan kotoran, asam lemak bebas, dan bilangan iod. Berdasarkan hasil uji korelasi,
didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang signifikan dan kuat antara bilangan iod dan
energi aktivasi, sedangkan untuk kadar air dan kotoran serta asam lemak bebas ternyata
tidak berpengaruh terhadap perbedaan energi aktivasi keempat sampel CPO (Lampiran 10).
Korelasi bilangan iod dan energi aktivasi keempat CPO memiliki Pearson correlation -0.94.
Hal ini berarti 94% energi aktivasi dipengaruhi oleh bilangan iod CPO. Tanda negatif pada
Pearson corelation menandakan hubungan yang tidak searah antara energi aktivasi dengan
bilangan iod CPO yang berarti semakin tinggi bilangan iod maka energi aktifasi CPO
semakin kecil. Bilangan iod yang tinggi menunjukkan derajat ketidakjenuhan yang tinggi
dan memiliki fase yang lebih cair sehingga viskositas CPO tidak mudah berubah akibat
pengaruh suhu sedangkan bilangan iod yang rendah memiliki fase padat yang viskositasnya
mudah berubah akibat pengaruhi oleh suhu.. Titik Korelasi ini mempunyai persamaan
regresi Ea = 387 - 6.24 (iod) di mana Ea memiliki atuan kJ mol -1 dan bilangan iod memiliki
satuan g iod/100 g.

E. APLIKASI PENGALIRAN CPO PADA PIPA BERDASARKAN


DENSITAS DAN SIFAT REOLOGI CPO
Densitas dan sifat reologi merupakan hal penting untuk pengembangan sistem
transportasi pipa minyak sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO). Pengembangan sistem transportasi
moda pipa CPO tanpa mempelajari lebih dalam mengenai bahan yang akan dialirkan akan
memiliki nilai akurasi yang rendah (Steffe 1996). Densitas dan sifat reologi CPO berpengaruh
terhadap desain pipa yang akan digunakan pada transportasi tersebut, pemahaman lebih rinci
mengenai kasus pindah panas pada CPO selama aliran, dan penentuan sifat aliran dari CPO
tersebut. Pada transportasi CPO dengan menggunakan pipa banyak hal yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah parameter mutu CPO dan suhu pengaliran.
Parameter mutu saat pengaliran yang perlu diperhatikan adalah kadar air dan kotoran.
Pada saat pengaliran sebaiknya CPO memiliki kadar air dan kotoran yang rendah karena kadar air
dan kotoran CPO memengaruhi densitas dari CPO tersebut. Perubahan densitas berdampak pada
jenis aliran dari CPO selama di pipa. Kadar kotoran yang tinggi juga mimicu terbentuknya kristal
lemak. Pembentukan kristal lemak selama pengaliran akan berdampak pada penyumbatan pipa

29
sehingga menghambat aliran CPO. Selain itu, kristal lemak pada CPO juga terbentuk apabila
dialirkan pada suhu dibawah suhu melting pointnya (di bawah suhu 40 oC). Pembentukan kristal
ini ditunjukkan dengan nilai SFC CPO yang tinggi (berkisar 4-4.6). SFC yang tinggi
menyebabkan viskositas CPO semkin tinggi pula dan menyebabkan aliran CPO bersifat non-
Newtonian. Oleh karena itu pengaliran CPO melalui moda pipa sebaiknya tidak dialirkan pada
suhu dibawah suhu melting pointnya. Sebaiknya CPO dialirkan pada suhu diatas suhu melting
pointnya (di atas 40 oC) karena pada suhu tersebut SFC CPO sudah rendah (< 0.7) akibat
pecahnya kristal-kristal lemak karena suhu yang tinggi. SFC yang rendah menyebabkan
viskositas CPO yang semakin rendah pula sehingga pada suhu tersebut CPO lebih mudah
dialirkan tanpa memerlukan energi yang besar. Selain itu pada suhu diatas suhu melting pointnya,
CPO mempunyai sifat aliran Newtonian yang dimana viskositasnya tidak akan berubah terhadap
shear rate.

30
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Suhu berpengaruh terhadap densitas dan sifat reologi CPO. Densitas CPO mengalami
penurunan terhadap peningkatan suhu. pada suhu 25 oC densitas CPO berkisar 0.90-0.92 g/mL
dan pada suhu 55 oC densitasnya menurun mencapai 0.88-0.89 g/mL. Berdasarkan uji korelasi
Pearson pada keempat sampel CPO di suhu 25 oC terdapat korelasi yang kuat antara kadar air
dan kotoran terhadap densitas CPO dengan Pearson correlation -0.954. Selain itu, pengaruh
suhu terhadap densitas juga memiliki hubungan kuat dengan nilai pearson correlation -0.9.
CPO mempunyai sifat pseudoplastik. Pada suhu 45-55 oC sifat pseudoplastik CPO
mendekati sifat fluida Newtonian. Hal ini ditunjukkan dengan rheogram keempat CPO yang
sudah mendekati linier, n mendekati 1, dan viskositas terukurnya yang sudah relatif konstan.
Pengaruh suhu terhadap viskositas CPO dapat ditinjau dari energi aktivasi dengan menggunakan
persamaan Arrhenius. Berdasarkan energi aktivasi yang dihitung dengan menggunakan
persamaan Arrhenius menunjukkan bahwa CPO A memiliki energi aktivasi yang paling tinggi
sebesar 70.32 kJ.mol -1 dan CPO D memiliki energi aktivasi yang paling rendah sebesar 47.58
kJ.mol -1. Energi aktivasi ini menunjukkan sensitivitas CPO terhadap perubahan suhu. Semakin
tinggi energi aktivasi CPO maka viskositas CPO tersebut semakin cepat mengalami perubahan.
Perbedaan energi aktivasi pada keempat sampel CPO ini dipengaruhi oleh bilangan iod masing-
masing CPO. Analisis korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan
kuat antara bilangan iod dan energi aktivasi keempat sampel CPO dengan nilai Pearson
corelation sebesar -0.94 dan persamaan regresinya Ea= 387- 6.24(iod)

B. SARAN
Selama proses pengolahan, penyimpanan, dan disitribusi CPO perlu dikontrol kadar air
dan kotoran dari CPO tersebut karena akan berpengaruh terhadap densitas CPO. Selain itu,
suhu juga merupakan hal yang perlu dikontrol. Selama pengaliran sebaiknya CPO dialirkan
pada suhu 45-55 oC karena pada suhu tersebut SFC CPO sudah rendah sehingga CPO lebih
mudah untuk mengalir. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan pengujian dengan sampel yang
lebih banyak agar didapatkan hasil yang lebih akurat.

31
DAFTAR PUSTAKA

[AOCS] American Oil Chemists’ Society. 2005. Official Methods and Recommended Practices of the
AOCS. Ed ke-5. United States: Am Oil Chem Soc.
Basiron Y. 2005. Palm oil. In: Shahidi, F (ed). Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. Vol 1. 6th Ed.
Hoboken: John Wiley & Sons Inc. pp 333-429.
Bourne MC. 2002. Relationship between rheology and food texture In: Welti Chanes J, Barbosa-
Canova GV, Aguilera JM (eds). Engineering and Food for the 21st Century. Florida: CRC
Press
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak sawit.
SNI 01-2901-2006. Jakarta.
[CAC] Codex Allimentarius Commision. 2005. Recommended International Code of Practice for the
Storage and Transport of Edible Fats and Oil Bulk. CAC RCP 36-1987 (Rev.1-1999, Rev.2
2001, Rev. 3-2005).
Cuah TG, Ling HL, Chin NL, Choong TSY, Fakhru’l-Razi A. 2008. Effect temperatures on
rheological behaviour of dragon fruit (hylocereus sp). J Food Eng 4(7): 1-30..
Davis JP, Sanders TH. 2007. Liquid to semisolid rheological transitions of normal and high-oleic
peanut oils upon cooling to refrigeration temperatures. J Am Oil Chem Soc 84:979-987.
DeMan JM. 1999. Relationship among chemical, physic, and textural properties of fats. In: Widlak N
(ed). Physical Properties of Fats, Oils, and Emulsifier. Illinois: AOCS Press, pp 79-85.
Eddy NO, Ekop AS. 2007. Effect of additives on some physical propertie of palm oil. J of Chem
4(3): 350-353.
Fasina OO, Hallman H, Craig-Schmidt M, Clements C. 2006. Predicting temperature dependence
viscosity of vegetable oils from fatty acid composition. J Am Oil Chem Soc 83(10): 899-903.
GAPKI. 2011. Peluang Investasi Sawit. http:/republika.co.id. [19 Agustus 2011].
Geller DP, Goodrum JW. 2000. Rheology of vegetabels analogs and triglycerides. J Am Oil Chem
Soc 77: 111-114.
Goodrum JW, Geller DP, Adams TT. 2002, Rheological characterization of yellow grease and
poultry fat. J Am Oil Chem Soc 79: 961-964.
Goncalves EV, Lannes CDS. 2010. Chocolate rheology. Cien Tec de Alimantos 30 (4): 845-851.
Graef VD, Goderis B, Puyvelde PV, Foubert I, Dewettinck K. 2008. Developmet of rheological
method to characterize palm oil crystallizing under shear. Eur J Lip Sci Tech 110:521-529.
Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan
Perkebunan.
Ibarz A, Castell-Perez E, Barbosa-Cánovas GV. 2005. Newtonian and non-newtonian flow. In:
Barbosa-Cánovas GV (ed). Food Engineering: Encyclopedia of Life Support Systems.
UNESCO.
Keshvadi A, Johan BE, Harum H, Dessa A, Seleena F. 2011. The effect of high temperature on
biscosity of palm oil during ripening process of fresh fruits. J of Sci and Eng 2(6): 1-7.
Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Ketaren S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Kim J, Kim DN, Lee SH, Yoo, SH, Lee S. 2010. Correlation of fatty acid composition of vegetable
oils with rheological behavior and oil uptake. J of Food Chem 118: 398-402
Liang B, Shi Y, Hartel RW. 2008. Correlation of rheological and microstructural properties in a model
lipid system. J. Am. Oil Chem. Soc. 85: 397-404.

32
Lin SW. 2002. Palm Oil. In: Gustone, FD (ed). Vegetable Oil in Food Technology :Composition,
Propeties, and Uses. Canada: Blackwell Publishing CRC Press. pp 59-93
List GR, Wang T Sukla VKS. 2005. Strorage, handling, and transport of oils and fat. In: Shahidi,
F(ed). Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. Vol 1. 6th Ed. Hoboken: John Willey & Son, Inc.,
pp 191-229.
Marcia B, Gnter S, Milan JS, Elseoul OA. 2002. Vegetabl oils-based micro emulsions: formation,
properties, and application for soil decontamination. Coll Poly Sci 280: 973-983.
Maskan M. 2003. Change in colour and rheological behavior of sunflower seed oil during friying and
after adsorbent treatment of used oil. Eur Food Res and Tech 218: 20-25.
Matuszek T. 1997. Rheological properties of food system. In: Sikorski ZE (ed). Chemical and
Functional Properties of Food Components. Lancaster: Technomic Publ, pp 170 – 177.
Mehrota AK, Bidmus OH. 2004. Heat transfer calculating for prediting solid deposition in pipeline
transportation of “waxy” crudes oils. In: Myer K (ed). Heat Transfer Calculation. Colombus,
Ohio: The McGraw-Hill Companies. pp 25.1-25.18.
Metin S, Hartel RW. 2005. Crystallization of fats and oil. In: Sahidi F (ed). Bailey’s Industrial Oil and
Fat Products. Vol 5. 6th Ed. Hoboken: John Willey & Son, Inc., pp 45-76.
Milner ST. 1996. Relating the shear thinning curve to the molecular weight distribution in linear
polymer melts. J Rheol 40(2): 303-315.
Moros JE, Franco JM, Gallegos C. 2002. Rheological properties of cholesterol-reduced, yolk
stabilized mayonnaise. J Am Oil Chem Soc 79:837-843.
Munson BR, Young DF, Okiishi TH. 2001. Fundamentals of Fluid Mechanics. 4th Ed. New York:
John Wiley & Sons.
Naibaho. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Narvaez P, Rincon SM, Castaneda Z, Sanchez FJ. 2008. Determination of some physical and transport
properties of palm oil and of its methyl ester. Lat Am App Res 38: 1-6.
Nik WSW, Ani FN, Hassan MH. 2003. Rheological properties of palm oil and palm mineral oil blend.
J Mek 16: 107-116.
Noureddini H, Teoh BC, Clements LD. 1992. Densities of vegetabel oils and fatty acids. J Am Oil
Chem Soc 69(12): 1184-1188.
O’Brein RD. 2009. Fats and oils: Formulating and Processing and Applications. 3rd Ed. Boca Raton:
CRC Press.
Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisinis dari Hulu Hingga Hilir.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rao MA. 1999. Rheology of Fluid and Semifluid Foods: Principles and Applications. Gaithersburg:
Aspen Publication.
Ritonga MY. 2004. Pengaruh Bilangan Asam Terhadap Hidrolisa Minyak Kelapa Sawit [skripsi].
Medan: Program Studi Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Rodenbush CM, Hsieh FH, Viswanath DS. 1999. Density and viscosity of vegetabel oils. J Am Oil
Chem Soc 76(12): 1415-1419.
Rohani Z, Mustafa K, Noor A. 2006. Process Design in Degumming and Bleaching of Palm Oil
[makalah]. Johor: Center of Lipid Engineering and Applied Research Universitas Teknologi
Malaysia.
Santos JCO, Santos IMG, Souza AG. 2005. Effect of heating and cooling on rheological parameters
of edible vegetabel oils. J Food Eng 64:401-405.
Sathivel S, Prinyawiwatkul W, Negulescu II, King JM, Basnayake BFA. 2003. Effect of purification
process on rheological properties of catfish oil. J Am Oil Chem Soc 80:829-832.

33
Singh RP, Heldman DR. 2001. Introduction to Food Engineering. London: Academic Press.
Steffe. 1996. Bioprocessing Pipelines: Rheology and Analysis. East Lansing: Freeman Press.
Tarabukina E, Jego F, Haudin M, Navard P, Peuvrel-Disdier E. 2009. Effect of shear on the rheology
and crystallization of palm oil. J Food Sci 74:E405-E416.
Toledo RT. 1991. Fundamentals of Food Process Engineering. New York: Chapman & Hall.
Triantafillopoulos N. 2005. Measurment of Fluid rheology and Interpretation of Rheogram. 2nd Ed.
Michigan: Kaltec Scientific, Inc.
Valez-Ruiz J. 2002. Relevance of rheological propertirs in food process engineering. In: Welti-Chanes
J, Barbosa-Canovas GV, Aguilera JM (ed). Engineering and Food for the 21th Century.
Florida: CRC press, pp 307-326.
Verhé R, Verleyen T, Hoed V Van, Greyt W De. 2006. Influence of refining of vegetabel oils on
minor components. J Oil Palm Res April 2006: 168-179.
Vitali AA, Rao MA. 1985. Flo properties of low pulp concentrated orange juice: effect of temperature
and concentration. J Food Sci 49: 882-888.
Wang T, Briggs JL. 2002. Rheological and thermal properties of soybean oils with modified FA
compositions. J Am Oil Chem Soc 79:831-836.

34
LAMPIRAN

35
Lampiran 1. Data analisis mutu CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D.

a. Kadar air

berat berat cawan berat cawan setelah Kadar air Rata-


Sampel contoh (g) (g) dikeringkan (g) (%) rata Std
10.0097 72.2427 62.2562 0.2318
CPO A 0.23 0.01
10.0259 74.2595 64.2558 0.2214
5.0412 25.5278 30.5444 0.4880
CPO B 0.49 0.00
5.2559 21.1608 26.3913 0.4833
4.9973 21.7751 26.7542 0.3642
CPO C 0.38 0.02
5.0167 21.5862 26.5835 0.3867
5.2311 18.4789 23.6901 0.3804
CPO D 0.38 0.00
5.2204 18.3265 23.5268 0.3850

b. Kadar kotoran

Berat
contoh Berat kertas Berat kertas saring Kadar Rata-
Sampel (g) saring awal (g) setelah kering (g) kotoran (%) rata Std

CPO A 10.0097 0.5312 0.542 0.1079


0.10 0.01
10.0259 0.5273 0.5373 0.0997
CPO B 5.0412 0.9139 0.9245 0.2103
0.20 0.02
5.2559 0.9158 0.9256 0.1865
CPO C 5.2311 0.927 0.941 0.2676
0.29 0.03
5.2204 0.9277 0.944 0.3122
CPO D 4.9973 0.9233 0.9376 0.2862
0.30 0.01
5.0167 0.9135 0.9288 0.3050

c. Asam Lemak Bebas (ALB)

Berat sampel Volume NaOH ALB Rata-


Sampel (g) Normalitas (ml) (%) rata Std
24.942 0.0858 6.6 5.81
CPO A 5.8 0.02
25.433 0.0858 6.7 5.79
25.081 0.0858 4.4 3.85
CPO B 3.88 0.04
25.088 0.0858 4.5 3.91
25.882 0.0858 4.5 3.82
CPO C 3.84 0.03
25.563 0.0858 4.5 3.86
25.794 0.0916 5.1 4.64
CPO D 4.58 0.08
25.433 0.0916 4.9 4.52

36
Lampiran 1. Data analisis mutu CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D (lanjutan).

e. Bilangan Iod
Berat sampel Normalitas V Blanko V Sampel Bilangan Rata-
Sampel Std
(g) (N) (ml) (ml) Iod rata
0.5111 0.1058 33.40 14.30 50.17
CPO A 50.38 0.29
0.5110 0.1058 33.40 14.15 50.58
0.5516 0.1058 34.40 13.50 50.87
CPO B 51.30 0.61
0.5372 0.1058 34.40 13.70 51.73
0.5204 0.1000 48.00 25.70 54.38
CPO C 54.15 0.32
0.5213 0.1000 48.00 25.85 53.92
0.5002 0.1000 48.00 27.25 52.64
CPO D 52.47 0.24
0.5107 0.1000 48.00 26.95 52.31

37
Lampiran 2. Data hasil uji dengan ANOVA mutu CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D

a. Kadar air dan kotoran


ANOVA
Purities

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .179 3 .060 77.069 .001


Within Groups .003 4 .001
Total .183 7

Post Hoc Tests


Purities
Duncan
Subset for alpha = 0.05
nama_CPO N 1 2
CPO A 2 .330400
CPO C 2 .665350
CPO D 2 .678300
CPO B 2 .684050
Sig. 1.000 .543
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.

b. Asam Lemak Bebas (ALB)


ANOVA
ALB
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.028 3 1.676 670.373 .000
Within Groups .010 4 .003
Total 5.038 7

38
Lampiran 2. Data hasil uji ANOVA mutu CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D (lanjutan).

Post Hoc Tests


ALB
Duncan
Subset for alpha = 0.05
nama_CPO N 1 2 3
CPO D 3.840000E
2
0
CPO B 3.880000E
2
0
CPO C 4.580000E
2
0
CPO A 5.800000E
2
0
Sig. .469 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

c. Bilangan Iod
ANOVA
Iod
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 15.913 3 5.304 34.549 .003
Within Groups .614 4 .154
Total 16.527 7

Post Hoc Tests


Iod
Duncan
Subset for alpha = 0.05
nama_CPO N 1 2 3
CPO A 5.037500E
2
1
CPO B 5.130000E
2
1
CPO C 5.247500E
2
1
CPO D 5.415000E
2
1
Sig. .078 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

39
Lampiran 3. Data hasil pengukuran densitas CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D.

a. Densitas CPO A

Suhu
25 30 35 40 45 50 55
Ulangan
1 0.9169 0.9149 0.9092 0.9037 0.8969 0.8934 0.8902
2 0.9169 0.9152 0.9095 0.9045 0.8969 0.8934 0.89
rata-rata 0.92 0.92 0.91 0.90 0.90 0.89 0.89
Std 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Densitas CPO B

Suhu
25 30 35 40 45 50 55
Ulangan
1 0.9084 0.9076 0.9076 0.9021 0.897 0.894 0.8905
2 0.9104 0.9095 0.9095 0.9041 0.8989 0.8961 0.8923
rata-rata 0.91 0.91 0.91 0.90 0.90 0.90 0.89
Std 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

c. Densitas CPO C

Suhu
25 30 35 40 45 50 55
Ulangan
1 0.9092 0.9084 0.9078 0.9026 0.8956 0.8923 0.8888
2 0.9094 0.9085 0.9072 0.9019 0.8948 0.8914 0.8883
rata-rata 0.91 0.91 0.91 0.90 0.90 0.89 0.89
Std 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

d. Densitas CPO D

Suhu
25 30 35 40 45 50 55
Ulangan
1 0.9135 0.9118 0.9062 0.901 0.8964 0.8937 0.8897
2 0.9096 0.908 0.9024 0.8972 0.8928 0.896 0.886
rata-rata 0.91 0.91 0.90 0.90 0.89 0.89 0.89
Std 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

40
Lampiran 4. Data hasil uji korelasi dengan Pearson densitas dan mutu CPO.
a. densitas dan kadar air dan kotoran
Correlations

purities Densitas

Purities Pearson Correlation 1 -.999**

Sig. (2-tailed) .001

N 4 4

Densitas Pearson Correlation -.999** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 4 4
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. densitas dan ALB


Correlations

ALB Densitas

Purities Pearson Correlation 1 .929

Sig. (2-tailed) .071

N 4 4

Densitas Pearson Correlation .929 1

Sig. (2-tailed) .071

N 4 4

c. densitas dan bilangan Iod


Correlations

IOD Densitas

Purities Pearson Correlation 1 -.695

Sig. (2-tailed) .305

N 4 4

Pearson Correlation -.695 1


Densitas Sig. (2-tailed) .305

N 4 4

41
Lampiran 5. Data hasil uji Korelasi dengan Pearson suhu terhadap densitas

a. CPO A
Correlations

suhu densitas

Suhu Pearson Correlation 1 -.919**

Sig. (2-tailed) .003

N 7 7

Densitas Pearson Correlation -.919** 1

Sig. (2-tailed) .003

N 7 7
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. CPO B
Correlations

suhu densitas

Suhu Pearson Correlation 1 -.970**

Sig. (2-tailed) .000

N 7 7
**
densitas Pearson Correlation -.970 1

Sig. (2-tailed) .000

N 7 7
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. CPO C

Correlations

suhu Densitas

Suhu Pearson Correlation 1 -.970**

Sig. (2-tailed) .000

N 7 7

Densitas Pearson Correlation -.970** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 7 7

42
Lampiran 5. Data hasil uji korelasi dengan Pearson suhu terhadap densitas (lanjutan)

d. CPO D
Correlations

Suhu Densitas

Suhu Pearson Correlation 1 -.943**

Sig. (2-tailed) .001

N 7 7

densitas Pearson Correlation -.943** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 7 7
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

43
Lampiran 6. Data hasil uji regresi densitas terhadap suhu

a. Regression Analysis: densitas versus suhu CPO A

The regression equation is


densitas = 0.950 - 0.00114 suhu

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.950000 0.005268 180.32 0.000
suhu -0.0011429 0.0001278 -8.94 0.000

S = 0.00338062 R-Sq = 94.1% R-Sq (adj) = 92.9%

Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 0.00091429 0.00091429 80.00 0.000
Residual Error 5 0.00005714 0.00001143
Total 6 0.00097143

b. Regression Analysis: densitas versus suhu CPO B

The regression equation is


densitas = 0.929 - 0.000643 suhu

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.928571 0.005101 182.04 0.000
suhu -0.0006429 0.0001237 -5.20 0.003
Total 6 0.00097143

S = 0.00327327 R-Sq = 84.4% R-Sq(adj) = 81.2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 0.00028929 0.00028929 27.00 0.003
Residual Error 5 0.00005357 0.00001071
Total 6 0.00034286

44
Lampiran 6. Data uji regresi densitas terhadap suhu (lanjutan)

c. Regression Analysis: densitas versus suhu CPO C

The regression equation is


densitas = 0.930 - 0.000786 suhu

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.930000 0.005101 182.32 0.000
suhu -0.0007857 0.0001237 -6.35 0.001

S = 0.00327327 R-Sq = 89.0% R-Sq(adj) = 86.8%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 0.00043214 0.00043214 40.33 0.001
Residual Error 5 0.00005357 0.00001071
Total 6 0.00048571

d. Regression Analysis: densitas versus suhu CPO D

The regression equation is


densitas = 0.933 - 0.000786 suhu

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.932857 0.005101 182.88 0.000
suhu -0.0007857 0.0001237 -6.35 0.001

S = 0.00327327 R-Sq = 89.0% R-Sq(adj) = 86.8%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 0.00043214 0.00043214 40.33 0.001
Residual Error 5 0.00005357 0.00001071
Total 6 0.00048571

45
Lampiran 7. Data uji ANOVA indeks tingkah laku alir (n) CPO A, CPO B, CPO C, CPO D.

a. CPO A
ANOVA
N
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .311 6 .052 120.790 .000
Within Groups .003 7 .000
Total .314 13

Post Hoc Tests


n
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4 5
25 2 .546500
30 2 .672500
35 2 .738000
40 2 .785500
50 2 .927500
45 2 .931500
55 2 .993500
Sig. 1.000 1.000 .056 .852 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

b. CPO B

ANOVA
N
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .416 6 .069 58.533 .000
Within Groups .008 7 .001
Total .425 13

46
Lampiran 7. Data uji ANOVA indeks tingkah laku alir (n) CPO A, CPO B, CPO C, CPO D (lanjutan).

Post Hoc Tests

n
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4
25 2 .533500
30 2 .557500
35 2 .760500
40 2 .864500
45 2 .929500 .929500
50 2 .945500 .945500
55 2 .986500
Sig. .508 1.000 .058 .155
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

c. CPO C
ANOVA
N
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .132 6 .022 24.786 .000
Within Groups .006 7 .001
Total .138 13

Post Hoc Tests

n
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3
25 2 .730500
30 2 .752000
40 2 .777000
35 2 .788000
45 2 .899000
50 2 .970000
55 2 .978000
Sig. .111 1.000 .796
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

47
Lampiran 7. Data uji ANOVA indeks tingkah laku alir (n) CPO A, CPO B, CPO C, CPO D (lanjutan).

d. CPO D
ANOVA
N
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .055 6 .009 10.713 .003
Within Groups .006 7 .001
Total .061 13

n
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3
25 2 .781000
30 2 .858000
35 2 .901500 .901500
40 2 .918000 .918000
50 2 .959000
45 2 .959500
55 2 .967500
Sig. 1.000 .089 .073
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

48
Lampiran 8. Data hasil uji ANOVA indeks konsistensi alir (K) CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D.

a. CPO A
ANOVA
K
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.251 6 1.542 46.800 .000
Within Groups .231 7 .033
Total 9.482 13

Post Hoc Tests

K
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3
55 2 .027150
50 2 .033350
45 2 .050150
40 2 .178950
35 2 .310400 .310400
30 2 .702250
25 2.452200E
2
0
Sig. .186 .068 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

b. CPO B

ANOVA
K
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10.964 6 1.827 102.971 .000
Within Groups .124 7 .018
Total 11.088 13

49
Lampiran 8. Datahasil uji ANOVA indeks konsistensi alir (K) CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D
(lanjutan).

Post Hoc Tests


K
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3
55 2 .026800
50 2 .040450
45 2 .042550
40 2 .116550
35 2 .279100
30 1.406000E
2
0
25 2.483800E
2
0
Sig. .119 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

c. CPO C

ANOVA
K
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .694 6 .116 393.018 .000
Within Groups .002 7 .000
Total .697 13

Post Hoc Tests

K
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4 5
55 2 .025600
50 2 .031050
45 2 .063650
40 2 .246350
35 2 .294000
30 2 .449700
25 2 .665300
Sig. .070 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

50
Lampiran 8. Data hasil uji ANOVA indeks konsistensi alir (K) CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D
(lanjutan).

d. CPO D

ANOVA
K
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .180 6 .030 70.595 .000
Within Groups .003 7 .000
Total .183 13

Post Hoc Tests

K
Duncan
Subset for alpha = 0.01
suhu N 1 2 3
55 2 .027000
50 2 .035150
45 2 .038350
40 2 .070000
35 2 .103100 .103100
30 2 .173500
25 2 .368450
Sig. .011 .011 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

51
Lampiran 9. Data hasil uji ANOVA viskositas CPO A, CPOB, CPO C, dan CPO D.

a. CPO A
ANOVA
viskositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .120 6 .020 171.817 .000
Within Groups .001 7 .000
Total .121 13
Post Hoc Tests
Viskositas
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4 5
50 2 .023824
55 2 .026057
45 2 .036585
40 2 .066277
35 2 .092900
30 2 .154883
25 2 .301597
Sig. .293 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

b. CPO B
ANOVA
Viskositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .119 6 .020 165.139 .000
Within Groups .001 7 .000
Total .120 13

52
Lampiran 9. Data hasil uji ANOVA viskositas CPO A, CPOB, CPO C, dan CPO D (lanjutan).

Post Hoc Tests


Viskositas
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4 5
55 2 .025059
45 2 .030856
50 2 .031536
40 2 .058274
35 2 .092624
30 2 .183225
25 2 .288997
Sig. .587 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

c. CPO C
ANOVA
viskositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .019 6 .003 243.552 .000
Within Groups .000 7 .000
Total .020 13

Post Hoc Tests

Viskositas
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4 5
55 2 .022816
50 2 .029167
45 2 .031705
40 2 .047366
35 2 .064296
30 2 .090228
25 2 .134018
Sig. .051 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Lampiran 9. Datahasil uji ANOVA viskositas CPO A, CPOB, CPO C, dan CPO D (lanjutan).

d. CPO D

53
ANOVA
viskositas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .050 6 .008 572.277 .000
Within Groups .000 7 .000
Total .050 13

Post Hoc Tests

Viskositas
Duncan
Subset for alpha = 0.05
suhu N 1 2 3 4 5 6
55 2 .022312
50 2 .026934
45 2 .039496
40 2 .088201
35 2 .110665
30 2 .143429
25 2 .192299
Sig. .264 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Lampiran 10. Data hasil uji korelasi dengan Pearson viskositas dan mutu CPO

54
a. Kadar air dan kotoran dan viskositas

Correlations

purities Viskositas

Purities Pearson Correlation 1 -.571

Sig. (2-tailed) .429

N 4 4

Viskositas Pearson Correlation -.571 1

Sig. (2-tailed) .429

N 4 4

b. Asam lemak bebas dan viskositas


Correlations

ALB Viskositas

ALB Pearson Correlation 1 .343

Sig. (2-tailed) .657

N 4 4

Viskositas Pearson Correlation .343 1

Sig. (2-tailed) .657

N 4 4

c. Bilangan Iod dan viskositas


Correlations

iod Viskositas

Iod Pearson Correlation 1 -.976*

Sig. (2-tailed) .024

N 4 4

Viskositas Pearson Correlation -.976* 1

Sig. (2-tailed) .024

N 4 4
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A.

55
a. Suhu 25 oC ulangan 1 b. suhu 25 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pa.s]
1 0.027 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 13.850 9.897 1.399 2 13.130 10.290 1.275
3 16.070 20.590 0.780 3 16.390 20.370 0.805
4 18.730 29.780 0.629 4 18.290 29.690 0.616
5 20.360 40.430 0.504 5 18.290 40.210 0.409
6 23.720 50.890 0.466 6 19.710 51.110 0.420
7 25.870 61.450 0.421 7 21.450 61.450 0.383
8 26.680 70.870 0.377 8 23.540 70.070 0.366
9 28.560 81.330 0.351 9 25.630 81.250 0.329
10 30.710 91.850 0.334 10 26.700 91.980 0.307
11 31.550 102.400 0.308 11 28.210 102.500 0.294
12 34.130 111.800 0.305 12 30.180 111.000 0.274
13 34.570 122.000 0.283 13 30.530 122.500 0.268
14 36.310 132.800 0.273 14 32.880 132.900 0.257
15 38.740 143.300 0.270 15 34.090 143.500 0.240
16 39.320 153.900 0.560 16 34.500 154.000 0.243
17 39.520 163.600 0.242 17 37.370 163.300 0.235
18 42.480 173.600 0.245 18 38.440 173.800 0.226
19 46.250 184.500 0.251 19 39.260 184.400 0.231
20 48.280 195.000 0.248 20 42.590 195.100 0.233
21 47.470 204.600 0.232 21 45.400 204.200 0.224
22 47.850 214.900 0.223 22 45.670 214.500 0.208
23 49.410 225.400 0.219 23 44.590 225.500 0.200
24 50.600 236.000 0.215 24 45.060 236.100 0.194
25 51.620 246.600 0.209 25 45.690 246.600 0.188
26 51.590 255.900 0.202 26 46.360 255.900 0.187
27 54.370 263.900 0.206 27 49.290 263.900 0.187
28 54.550 274.500 0.199 28 49.460 274.500 0.180
29 56.050 285.000 0.197 29 51.410 285.000 0.180
30 57.620 294.300 0.196 30 50.710 294.300 0.172
31 58.460 304.800 0.192 31 53.470 304.800 0.175
32 58.930 315.400 0.187 32 53.810 315.400 0.171
33 61.070 326.000 0.187 33 53.670 326.000 0.165
34 61.070 335.200 0.182 34 56.020 335.600 0.167
35 62.350 345.700 0.180 35 57.500 344.900 0.167
36 62.810 356.300 0.176 36 56.920 356.300 0.160
37 64.580 366.000 0.177 37 57.730 366.900 0.157
38 65.770 377.400 0.174 38 59.670 377.400 0.158
39 67.740 386.200 0.175 39 60.630 356.700 0.157
40 68.090 397.200 0.171 40 62.110 397.200 0.156
2.000 y = 0.531x + 0.445 2.000
log shear stress (Pa)

y = 0.562x + 0.326
log shear stress (Pa)

1.500 R² = 0.994 1.500 R² = 0.994


1.000 1.000
0.500 0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A (lanjutan).

56
Suhu 30 oC ulangan 1 Suhu 30 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 7.091 9.765 0.726 2 10.260 9.897 1.037
3 6.537 20.410 0.320 3 5.956 20.450 0.291
4 8.213 29.740 0.276 4 7.151 29.740 0.241
5 8.900 40.290 0.221 5 8.810 40.340 0.210
6 9.666 51.030 0.189 6 10.570 50.810 0.208
7 11.430 61.580 0.186 7 11.560 61.280 0.189
8 12.930 70.690 0.183 8 12.020 70.600 0.170
9 13.590 81.160 0.168 9 13.640 80.540 0.169
10 14.650 91.540 0.160 10 14.990 91.980 0.163
11 15.960 102.500 0.156 11 15.200 102.500 0.148
12 16.090 111.600 0.144 12 16.000 111.700 0.150
13 17.860 122.200 0.146 13 17.390 122.500 0.142
14 19.190 132.900 0.144 14 18.230 132.600 0.137
15 19.080 143.300 0.133 15 18.920 143.300 0.132
16 21.190 154.000 0.138 16 19.270 154.200 0.125
17 22.530 163.200 0.138 17 21.590 162.600 0.133
18 22.030 173.800 0.127 18 22.460 173.500 0.129
19 22.850 184.500 0.124 19 23.360 184.300 0.127
20 24.530 194.900 0.126 20 24.030 195.000 0.123
21 25.220 204.600 0.123 21 24.870 204.300 0.122
22 26.010 214.800 0.121 22 25.420 214.200 0.119
23 26.760 225.500 0.119 23 26.290 225.400 0.117
24 26.940 236.000 0.114 24 26.870 236.200 0.114
25 27.780 246.600 0.113 25 27.910 245.300 0.114
26 29.550 255.800 0.116 26 28.150 256.100 0.110
27 30.620 263.900 0.116 27 28.900 263.900 0.110
28 30.210 274.000 0.110 28 29.890 274.500 0.109
29 31.890 285.000 0.112 29 30.730 285.000 0.108
30 33.460 294.300 0.114 30 30.090 294.300 0.102
31 33.810 304.800 0.111 31 34.120 304.800 0.112
32 34.820 315.400 0.110 32 32.350 315.400 0.103
33 36.560 326.000 0.112 33 33.110 326.000 0.102
34 36.220 335.200 0.100 34 33.630 335.200 0.100
35 36.420 345.300 0.106 35 34.670 344.300 0.101
36 38.220 356.300 0.107 36 37.280 356.300 0.105
37 39.430 366.900 0.108 37 36.610 366.900 0.100
38 39.670 377.400 0.105 38 37.690 377.400 0.100
39 40.070 386.200 0.104 39 37.750 386.200 0.098
40 40.740 397.200 0.103 40 38.590 397.200 0.097
2.000 y = 0.691x - 0.191 2.000
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

y = 0.654x - 0.119
1.500 R² = 0.995 1.500 R² = 0.994
1.000 1.000
0.500 0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

57
Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A (lanjutan).

Suhu 35 oC ulangan 1 Suhu 35 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate[1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.045 0.000 0.000
2 2.717 9.853 0.276 2 2.406 9.897 0.243
3 3.062 20.450 0.150 3 3.763 20.450 0.184
4 3.894 29.520 0.132 4 4.575 29.560 0.155
5 4.773 39.630 0.120 5 5.387 40.210 0.134
6 5.791 50.720 0.114 6 6.074 50.630 0.120
7 6.646 61.280 0.109 7 6.518 61.360 0.106
8 6.916 70.560 0.098 8 7.507 70.430 0.107
9 7.751 80.290 0.095 9 8.328 80.670 0.103
10 8.888 91.760 0.097 10 8.693 91.580 0.095
11 8.940 102.400 0.087 11 9.740 102.300 0.095
12 9.587 111.600 0.086 12 9.334 111.700 0.084
13 10.040 121.600 0.083 13 11.240 122.200 0.092
14 11.090 132.300 0.084 14 11.200 132.600 0.084
15 12.510 143.400 0.087 15 11.700 143.400 0.082
16 11.850 153.800 0.077 16 14.060 153.900 0.091
17 12.370 163.100 0.076 17 13.300 163.400 0.081
18 14.600 173.500 0.081 18 13.560 173.600 0.078
19 14.010 184.200 0.076 19 15.770 184.400 0.086
20 14.370 194.300 0.074 20 15.640 195.100 0.080
21 14.910 204.100 0.073 21 16.360 204.300 0.080
22 16.070 214.700 0.075 22 16.620 214.800 0.077
23 16.300 225.300 0.072 23 17.590 225.400 0.078
24 16.770 236.000 0.071 24 17.690 235.900 0.075
25 17.840 245.300 0.073 25 18.820 244.800 0.077
26 17.820 255.701 0.070 26 18.670 255.600 0.073
27 18.740 263.900 0.071 27 18.990 263.900 0.072
28 18.590 274.900 0.068 28 19.980 274.500 0.073
29 20.020 285.000 0.070 29 21.490 285.000 0.075
30 20.800 394.300 0.071 30 21.370 294.300 0.073
31 19.640 304.800 0.064 31 24.160 304.800 0.079
32 22.220 315.400 0.070 32 21.980 315.400 0.070
33 22.340 326.000 0.069 33 22.240 326.000 0.068
34 23.210 335.200 0.069 34 23.600 335.200 0.070
35 23.440 345.700 0.068 35 23.490 345.700 0.068
36 22.650 356.300 0.064 36 24.760 356.300 0.070
37 24.000 366.900 0.066 37 24.680 366.900 0.067
38 25.840 377.400 0.068 38 24.640 377.400 0.066
39 26.020 386.700 0.067 39 26.590 386.200 0.069
40 26.660 397.200 0.067 40 26.880 397.200 0.068
1.500 y = 0.733x - 0.507 2.000
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

y = 0.743x - 0.509
R² = 0.986 1.500 R² = 0.991
1.000
1.000
0.500
0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate [1/s]

58
Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A (lanjutan).

Suhu 40 oC ulangan 1 Suhu 40 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.128 0.000 0.000 1 0.031 0.000 0.000
2 3.156 9.941 0.317 2 1.528 9.809 0.156
3 3.246 20.280 0.160 3 2.038 20.410 0.100
4 3.614 29.470 0.123 4 2.650 29.740 0.089
5 3.739 40.340 0.093 5 3.561 40.210 0.089
6 4.411 50.670 0.070 6 4.033 50.760 0.079
7 4.887 61.320 0.080 7 4.210 61.280 0.069
8 5.545 70.560 0.079 8 4.544 70.510 0.064
9 5.832 81.070 0.072 9 5.634 81.070 0.070
10 6.569 91.800 0.072 10 5.744 91.670 0.063
11 6.972 102.900 0.068 11 6.266 102.300 0.061
12 7.297 111.400 0.065 12 6.191 111.600 0.056
13 8.039 122.100 0.066 13 7.800 122.000 0.064
14 8.669 132.900 0.065 14 7.029 132.700 0.053
15 7.952 143.700 0.055 15 8.409 143.300 0.059
16 9.597 153.900 0.062 16 9.903 154.100 0.064
17 9.950 162.400 0.061 17 9.201 163.200 0.056
18 10.320 173.700 0.059 18 9.007 173.600 0.052
19 11.260 184.200 0.061 19 10.810 184.700 0.059
20 11.930 194.900 0.061 20 10.950 194.700 0.056
21 12.240 204.100 0.060 21 11.440 203.400 0.056
22 12.630 214.600 0.059 22 12.100 214.700 0.056
23 13.160 225.400 0.050 23 12.550 225.300 0.056
24 13.050 235.700 0.055 24 12.860 235.900 0.055
25 13.340 246.600 0.054 25 12.740 246.300 0.052
26 13.420 255.700 0.052 26 12.810 255.600 0.050
27 15.330 263.900 0.058 27 14.030 263.900 0.053
28 15.660 274.500 0.057 28 13.930 274.500 0.051
29 16.220 285.000 0.057 29 15.020 285.000 0.053
30 17.720 294.300 0.060 30 13.940 294.300 0.047
31 16.410 304.800 0.054 31 14.890 304.800 0.049
32 18.050 315.400 0.057 32 16.930 315.400 0.054
33 15.790 326.000 0.048 33 16.350 326.400 0.500
34 16.770 335.200 0.050 34 16.630 335.200 0.050
35 18.080 345.700 0.052 35 17.500 345.700 0.051
36 18.420 356.300 0.052 36 17.850 356.300 0.050
37 19.110 366.900 0.052 37 16.800 366.900 0.046
38 20.300 377.400 0.054 38 18.850 377.400 0.050
39 20.590 386.700 0.053 39 18.320 386.700 0.047
40 20.300 397.200 0.051 40 19.220 397.200 0.048
1.400 1.500
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

1.200 y = 0.771x - 0.700 y = 0.800x - 0.800


1.000 R² = 0.988 R² = 0.987
1.000
0.800
0.600
0.400 0.500
0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

59
Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A (lanjutan).

Suhu 45 oC ulangan 1 Suhu 45 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.596 9.941 0.060 2 0.948 9.018 0.105
3 0.932 20.500 0.045 3 0.704 20.370 0.035
4 1.310 29.430 0.045 4 1.075 29.820 0.036
5 1.591 39.680 0.040 5 1.412 40.160 0.035
6 2.066 50.630 0.041 6 2.340 50.200 0.047
7 2.310 61.360 0.038 7 2.195 61.140 0.036
8 2.942 70.690 0.042 8 2.279 70.210 0.032
9 3.090 81.250 0.030 9 2.873 81.110 0.035
10 3.345 91.760 0.036 10 3.395 91.500 0.037
11 4.320 102.200 0.042 11 2.717 102.200 0.027
12 3.763 111.900 0.034 12 4.288 111.400 0.039
13 4.366 122.100 0.036 13 4.033 122.200 0.033
14 4.696 132.700 0.035 14 5.042 132.800 0.038
15 5.004 143.300 0.035 15 4.187 142.800 0.029
16 5.967 153.900 0.039 16 6.432 153.900 0.042
17 6.262 163.200 0.038 17 5.161 163.200 0.032
18 7.002 173.700 0.040 18 5.214 173.500 0.030
19 7.090 184.200 0.038 19 6.640 184.400 0.036
20 7.138 194.800 0.037 20 6.774 194.800 0.035
21 7.269 204.100 0.036 21 7.110 204.100 0.035
22 7.701 214.800 0.036 22 7.183 214.800 0.033
23 8.098 225.300 0.036 23 7.159 225.200 0.032
24 8.147 235.600 0.035 24 7.803 235.800 0.033
25 8.026 246.600 0.033 25 8.824 246.400 0.036
26 8.638 255.600 0.034 26 8.546 255.500 0.033
27 10.040 263.500 0.038 27 9.755 263.900 0.037
28 9.635 274.500 0.035 28 8.688 274.500 0.032
29 10.280 284.200 0.036 29 8.586 285.000 0.030
30 12.040 294.300 0.041 30 9.668 294.300 0.033
31 10.490 304.800 0.034 31 10.730 304.800 0.035
32 10.030 315.400 0.032 32 11.410 315.400 0.036
33 11.380 326.000 0.035 33 11.070 326.000 0.034
34 10.860 334.800 0.032 34 11.680 335.200 0.035
35 12.200 345.300 0.035 35 11.040 345.700 0.032
36 11.330 356.300 0.032 36 11.250 356.300 0.032
37 12.380 366.900 0.034 37 12.410 366.900 0.034
38 13.180 377.400 0.035 38 12.130 377.400 0.032
39 15.090 386.700 0.039 39 11.280 386.700 0.029
40 14.480 397.200 0.036 40 12.390 396.300 0.031
1.500 1.500 y = 0.931x - 1.313
y = 0.932x - 1.286
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

R² = 0.985 R² = 0.967
1.000 1.000
0.500
0.500
0.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000
0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s)
log shear rate (1/s)

60
Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A (lanjutan).

Suhu 50 oC ulangan 1 Suhu 50 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate[1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.074 0.000 0.000 1 0.028 0.000 0.000
2 0.343 10.070 0.034 2 0.321 10.030 0.032
3 0.549 20.500 0.027 3 0.454 20.410 0.022
4 0.822 29.696 0.028 4 0.692 29.520 0.023
5 1.057 40.250 0.026 5 0.938 40.210 0.023
6 1.431 50.890 0.028 6 1.365 50.760 0.027
7 1.399 61.230 0.023 7 1.777 61.230 0.029
8 1.616 70.820 0.023 8 1.591 70.380 0.023
9 1.933 81.290 0.024 9 1.829 81.160 0.023
10 2.428 91.670 0.026 10 1.959 91.500 0.021
11 2.399 102.100 0.024 11 2.188 102.300 0.021
12 2.539 111.500 0.023 12 2.159 111.500 0.019
13 2.901 122.200 0.024 13 2.763 122.300 0.023
14 3.638 132.400 0.027 14 3.122 132.000 0.024
15 3.539 143.200 0.025 15 2.780 143.300 0.019
16 4.325 153.900 0.028 16 3.403 153.800 0.022
17 4.386 163.400 0.027 17 3.714 162.400 0.023
18 3.954 173.600 0.023 18 4.366 173.400 0.025
19 3.951 184.300 0.021 19 4.935 184.200 0.027
20 3.615 194.800 0.019 20 5.442 194.800 0.028
21 4.574 204.100 0.022 21 4.392 204.100 0.022
22 5.302 214.700 0.025 22 4.726 214.500 0.022
23 4.978 225.000 0.022 23 4.966 225.000 0.022
24 5.363 235.800 0.023 24 4.589 235.800 0.019
25 5.859 246.400 0.024 25 5.352 246.400 0.022
26 5.430 255.700 0.021 26 6.240 255.600 0.024
27 5.845 263.900 0.022 27 6.219 263.900 0.024
28 5.894 274.500 0.021 28 6.663 274.000 0.024
29 6.126 285.000 0.021 29 6.039 285.000 0.021
30 6.416 294.300 0.022 30 6.663 294.300 0.023
31 5.230 304.800 0.017 31 6.208 304.800 0.020
32 7.674 315.400 0.024 32 5.761 315.400 0.018
33 8.034 326.000 0.025 33 6.460 326.000 0.020
34 7.367 335.200 0.022 34 7.800 335.200 0.023
35 6.778 345.300 0.020 35 8.255 345.700 0.024
36 7.999 356.300 0.022 36 7.020 355.900 0.020
37 8.486 366.000 0.023 37 7.281 366.900 0.020
38 8.370 377.400 0.022 38 8.580 377.400 0.023
39 8.782 386.200 0.023 39 8.890 386.200 0.023
40 8.791 396.800 0.022 40 9.099 397.200 0.023
1.000 1.200
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

y = 0.916x - 1.446 y = 0.939x - 1.510


0.800 1.000
R² = 0.969 R² = 0.965
0.800
0.600
0.600
0.400 0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

61
Lampiran 11. Data hasil pengukuran sifat reologi CPO A (lanjutan).

Suhu 55 oC ulangan 1 Suhu 55 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.019 0.000 0.000
2 0.152 9.809 0.016 2 0.643 9.809 0.066
3 0.399 20.320 0.020 3 0.570 20.370 0.028
4 0.642 29.690 0.022 4 0.797 29.520 0.027
5 0.851 40.070 0.021 5 0.947 40.210 0.024
6 1.472 50.760 0.029 6 1.237 50.630 0.024
7 1.350 61.060 0.022 7 1.977 61.280 0.032
8 1.541 69.940 0.022 8 2.038 70.430 0.029
9 2.063 81.030 0.025 9 2.197 81.070 0.027
10 2.165 91.580 0.024 10 2.844 91.630 0.031
11 2.353 102.100 0.023 11 2.540 102.400 0.025
12 3.131 111.600 0.028 12 3.511 111.700 0.031
13 2.957 122.200 0.024 13 2.783 121.600 0.023
14 2.756 132.700 0.021 14 3.366 132.600 0.025
15 3.238 143.000 0.023 15 3.349 143.000 0.023
16 4.380 153.900 0.028 16 5.126 153.800 0.033
17 4.102 163.000 0.025 17 4.236 163.500 0.026
18 5.021 173.700 0.029 18 4.120 173.500 0.024
19 4.514 184.300 0.024 19 4.804 184.000 0.026
20 5.778 194.800 0.030 20 5.898 195.200 0.030
21 5.648 204.000 0.028 21 5.518 204.100 0.027
22 5.259 214.700 0.024 22 6.014 213.800 0.028
23 5.129 225.300 0.023 23 6.243 225.200 0.028
24 5.619 235.700 0.024 24 6.971 235.900 0.030
25 6.126 245.900 0.025 25 6.310 246.400 0.026
26 6.695 255.500 0.026 26 6.472 255.400 0.025
27 6.434 263.900 0.024 27 7.487 263.900 0.028
28 6.912 274.500 0.025 28 8.105 274.500 0.030
29 7.614 284.600 0.027 29 6.933 284.600 0.024
30 8.841 294.300 0.030 30 7.977 294.300 0.027
31 9.322 304.800 0.031 31 7.226 304.800 0.024
32 8.118 315.400 0.026 32 9.395 315.400 0.030
33 7.414 326.000 0.023 33 8.041 325.500 0.025
34 8.411 335.200 0.025 34 8.931 335.200 0.027
35 7.707 345.700 0.022 35 9.737 345.300 0.028
36 9.102 356.300 0.026 36 9.436 356.300 0.026
37 9.313 366.900 0.025 37 8.670 366.900 0.024
38 9.545 377.400 0.025 38 9.781 377.000 0.026
39 9.635 386.700 0.025 39 10.900 385.800 0.028
40 8.988 397.200 0.023 40 10.210 397.700 0.026
1.200
log shear stress (Pa)

1.200
y = 0.970x - 1.502
log shear stress (Pa)

y = 1.017x - 1.639 1.000


1.000
R² = 0.972 0.800 R² = 0.970
0.800
0.600 0.600
0.400
0.400
0.200
0.200
0.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000
0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

62
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B.

Suhu 25 oC ulangan 1 Suhu 25 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.083 0.000 0.000
2 11.010 9.765 1.127 2 10.760 9.941 1.083
3 12.790 19.930 0.064 3 13.410 20.500 0.654
4 15.050 29.870 0.504 4 15.840 30.000 0.528
5 17.680 40.380 0.438 5 18.970 40.430 0.469
6 19.790 50.980 0.388 6 22.480 50.980 0.441
7 21.260 61.580 0.345 7 25.030 61.580 0.406
8 22.390 70.560 0.317 8 25.700 70.870 0.363
\9 24.450 81.290 0.301 9 27.750 81.420 0.341
10 25.930 91.890 0.282 10 30.050 92.020 0.327
11 27.240 103.000 0.264 11 30.970 102.300 0.303
12 28.690 111.800 0.257 12 33.350 111.600 0.299
13 29.590 122.400 0.242 13 33.380 122.500 0.273
14 31.330 133.200 0.235 14 35.640 133.000 0.268
15 32.540 142.900 0.228 15 37.010 143.500 0.258
16 33.470 154.400 0.217 16 37.350 154.000 0.243
17 35.560 163.400 0.218 17 39.960 163.500 0.245
18 36.230 173.800 0.208 18 41.380 173.900 0.238
19 36.920 184.400 0.200 19 41.850 184.400 0.227
20 38.230 194.900 0.196 20 43.440 194.900 0.223
21 39.010 204.300 0.191 21 44.230 204.500 0.216
22 40.140 215.000 0.187 22 45.700 214.900 0.213
23 41.330 225.400 0.183 23 46.980 225.600 0.208
24 42.520 236.400 0.180 24 47.150 236.000 0.200
25 43.800 245.200 0.179 25 49.160 246.600 0.199
26 44.870 255.800 0.175 26 50.660 255.200 0.199
27 46.030 263.900 0.174 27 51.010 263.500 0.194
28 46.610 274.500 0.170 28 51.790 274.500 0.189
29 48.470 284.200 0.171 29 53.940 285.000 0.189
30 48.290 294.300 0.164 30 54.840 294.300 0.186
31 50.580 304.800 0.166 31 55.360 304.800 0.182
32 50.470 315.400 0.160 32 55.540 315.400 0.176
33 51.390 325.100 0.158 33 57.910 326.000 0.178
34 51.860 335.200 0.155 34 55.620 335.200 0.172
35 54.210 344.900 0.157 35 59.970 345.700 0.174
36 55.050 356.300 0.155 36 61.250 356.300 0.172
37 55.890 366.900 0.152 37 63.280 366.900 0.173
38 56.240 377.400 0.149 38 63.860 377.400 0.169
39 56.670 386.200 0.147 39 64.030 386.700 0.166
40 58.210 397.200 0.147 40 65.220 397.200 0.164
2.000 y = 0.541x + 0.350
y = 0.526x + 0.436
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

2.000
R² = 0.994 1.500 R² = 0.997
1.500
1.000 1.000
0.500 0.500
0.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000
0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s)
log shear rate (1/s)

63
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B (lanjutan)

Suhu 30 oC ulangan 1 Suhu 30 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 6.881 10.290 0.669 2 6.881 10.030 0.511
3 9.363 20.540 0.456 3 9.363 19.000 0.380
4 10.740 29.690 0.362 4 10.740 29.910 0.286
5 11.970 40.690 0.294 5 11.970 40.210 0.265
6 13.010 50.670 0.257 6 13.010 50.940 0.237
7 14.630 61.500 0.238 7 14.630 60.630 0.216
8 16.050 70.730 0.227 8 16.050 70.690 0.209
9 16.620 80.630 0.206 9 16.620 81.250 0.187
10 17.270 91.800 0.188 10 17.270 91.900 0.182
11 18.980 102.500 0.185 11 18.980 102.100 0.173
12 18.740 111.700 0.168 12 18.740 111.900 0.161
13 20.950 121.600 0.172 13 20.950 122.200 0.165
14 21.120 132.800 0.159 14 21.120 133.100 0.156
15 21.790 143.500 0.152 15 21.790 143.400 0.156
16 22.980 153.900 0.149 16 22.980 152.700 0.140
17 23.820 162.600 0.147 17 23.820 163.800 0.154
18 23.440 173.800 0.135 18 23.440 173.900 0.139
19 25.390 184.000 0.138 19 25.390 184.600 0.141
20 25.940 194.900 0.133 20 25.940 195.100 0.129
21 26.840 204.200 0.131 21 26.840 204.200 0.138
22 26.810 214.800 0.125 22 26.810 214.800 0.127
23 27.820 225.500 0.123 23 27.820 225.500 0.130
24 28.690 236.000 0.122 24 28.690 236.100 0.120
25 29.820 245.400 0.122 25 29.820 245.200 0.129
26 31.240 255.700 0.122 26 31.240 256.400 0.121
27 32.140 263.900 0.122 27 32.140 263.900 0.117
28 31.560 274.500 0.115 28 31.560 274.900 0.116
29 33.970 285.000 0.119 29 33.970 283.700 0.117
30 33.420 294.300 0.114 30 33.420 294.300 0.108
31 33.910 304.800 0.111 31 33.910 304.800 0.110
32 34.840 315.400 0.111 32 34.840 315.400 0.109
33 35.590 326.000 0.109 33 34.890 326.000 0.114
34 36.670 335.200 0.109 34 36.670 335.200 0.108
35 37.480 345.300 0.109 35 37.480 345.300 0.109
36 39.710 355.400 0.112 36 39.710 356.300 0.108
37 39.770 366.900 0.108 37 39.770 366.900 0.105
38 39.710 377.400 0.105 38 39.710 376.100 0.110
39 39.860 386.200 0.100 39 41.280 386.200 0.109
40 41.280 397.200 0.104 40 39.860 397.200 0.109
2.000 2.000
y = 0.557x + 0.15
log shear rate (Pa)

y = 0.558x + 0.147
log shear stress (Pa)

1.500 R² = 0.989 1.500 R² = 0.990


1.000 1.000
0.500 0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

64
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B (lanjutan)

Suhu 35 oC ulangan 1 Suhu 35 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 2.293 9.897 0.232 2 2.383 9.282 0.257
3 3.195 20.410 0.157 3 3.607 20.500 0.176
4 4.155 29.690 0.140 4 4.579 29.600 0.155
5 4.970 40.210 1.240 5 5.167 40.510 0.128
6 5.352 50.100 0.107 6 5.890 50.890 0.116
7 6.063 61.450 0.099 7 6.812 61.360 0.111
8 7.214 70.650 0.102 8 7.786 70.780 0.100
9 7.606 81.330 0.094 9 7.940 81.250 0.098
10 8.339 91.410 0.091 10 8.792 91.800 0.096
11 9.175 102.300 0.090 11 9.700 102.300 0.095
12 9.934 111.500 0.089 12 10.100 111.700 0.090
13 10.180 122.200 0.083 13 11.160 122.200 0.091
14 10.950 132.300 0.083 14 12.190 132.800 0.092
15 11.500 143.400 0.080 15 12.230 143.700 0.085
16 11.990 154.000 0.078 16 13.370 153.900 0.087
17 13.960 163.400 0.085 17 13.850 163.100 0.085
18 14.030 173.900 0.081 18 13.960 173.800 0.080
19 13.960 184.400 0.076 19 14.460 184.400 0.078
20 14.510 195.000 0.074 20 15.050 195.000 0.077
21 14.940 204.200 0.073 21 15.820 204.500 0.077
22 15.460 214.600 0.072 22 17.210 214.800 0.080
23 16.060 225.700 0.071 23 17.600 225.400 0.078
24 16.510 236.000 0.070 24 17.700 236.000 0.075
25 17.840 245.400 0.073 25 18.600 246.600 0.075
26 18.360 255.900 0.072 26 20.050 255.800 0.078
27 18.770 263.900 0.071 27 20.230 263.000 0.077
28 18.920 274.500 0.069 28 19.990 274.500 0.073
29 19.810 285.000 0.070 29 21.330 285.000 0.075
30 20.860 294.300 0.071 30 21.850 294.300 0.074
31 19.840 304.800 0.065 31 20.920 304.800 0.069
32 21.960 315.400 0.070 32 22.980 314.500 0.073
33 22.450 326.000 0.069 33 24.610 326.000 0.075
34 23.500 335.200 0.070 34 24.320 335.200 0.073
35 23.090 345.700 0.067 35 24.370 245.300 0.071
36 23.210 356.300 0.065 36 25.210 356.700 0.071
37 23.640 366.900 0.064 37 25.590 366.900 0.070
38 24.720 377.400 0.065 38 26.200 377.000 0.070
39 25.700 386.200 0.067 39 26.950 386.200 0.070
40 26.570 397.200 0.037 40 27.770 396.800 0.070
2.000 1.500 y = 0.761x - 0.571
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

y = 0.760x - 0.538
1.500 R² = 0.985 R² = 0.995
1.000
1.000
0.500
0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

65
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B (lanjutan)

Suhu 40 oC ulangan 1 Suhu 40 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas]
1 0.080 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 2.351 9.985 0.235 2 0.549 10.470 0.052
3 1.977 20.450 0.097 3 1.500 20.370 0.074
4 2.513 29.450 0.085 4 1.909 29.470 0.065
5 3.476 40.250 0.086 5 2.150 40.340 0.053
6 4.230 50.720 0.083 6 2.672 50.670 0.053
7 4.314 61.280 0.070 7 3.272 61.320 0.053
8 4.436 70.560 0.063 8 4.012 70.510 0.057
9 5.703 81.290 0.070 9 4.137 81.110 0.051
10 5.674 91.580 0.062 10 4.705 91.630 0.051
11 6.463 102.400 0.063 11 5.543 102.400 0.054
12 7.188 111.800 0.064 12 5.181 111.600 0.046
13 7.840 122.300 0.064 13 6.372 122.300 0.052
14 8.072 132.800 0.061 14 7.196 132.700 0.054
15 8.655 143.000 0.061 15 7.263 143.200 0.051
16 8.461 154.000 0.055 16 9.156 154.100 0.059
17 8.565 163.100 0.053 17 8.892 162.700 0.055
18 9.782 173.800 0.055 18 8.887 173.700 0.051
19 10.450 184.100 0.057 19 8.942 184.300 0.049
20 11.190 194.900 0.057 20 9.968 194.800 0.051
21 11.460 204.100 0.056 21 10.010 204.500 0.049
22 12.070 214.700 0.056 22 10.660 214.800 0.050
23 12.720 225.300 0.056 23 10.890 225.700 0.048
24 13.590 235.900 0.058 24 11.260 235.800 0.048
25 13.040 246.300 0.053 25 11.530 246.400 0.047
26 13.120 255.500 0.051 26 12.470 255.700 0.049
27 14.290 263.900 0.054 27 13.420 263.900 0.051
28 15.370 274.500 0.056 28 13.010 274.500 0.047
29 13.670 285.000 0.048 29 13.820 284.600 0.049
30 15.530 294.300 0.043 30 14.230 294.300 0.048
31 13.870 304.800 0.046 31 15.220 304.800 0.050
32 17.180 315.800 0.054 32 15.410 315.400 0.049
33 16.650 326.000 0.051 33 16.770 326.000 0.051
34 16.960 335.200 0.051 34 14.730 334.300 0.044
35 17.690 345.700 0.051 35 16.150 345.700 0.047
36 18.220 356.300 0.051 36 17.320 356.300 0.049
37 18.300 356.400 0.050 37 17.150 366.900 0.047
38 18.450 377.400 0.049 38 18.080 377.400 0.048
39 20.190 386.700 0.052 39 18.580 386.700 0.048
40 19.580 396.800 0.049 40 18.140 397.200 0.046
1.400 1.400
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

1.200 y = 0.927x - 1.135 1.200


1.000 R² = 0.991 1.000
0.800 0.800
0.600 0.600
0.400
0.200 0.400
0.000 0.200
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000
0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

66
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B (lanjutan)

Suhu 45 oC ulangan 1 Suhu 45 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskosita


Point stress[Pa rate[1/s] [Pas] Point stress[Pa rate[1/s] s [Pas]
1 0.021 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.364 10.120 0.036 2 0.445 9.897 0.045
3 0.764 20.670 0.037 3 0.840 20.810 0.040
4 1.045 30.130 0.035 4 1.223 29.690 0.041
5 1.596 40.250 0.040 5 1.692 40.290 0.042
6 2.069 50.850 0.041 6 1.820 50.590 0.036
7 2.179 61.280 0.036 7 1.991 60.620 0.033
8 2.394 70.650 0.034 8 2.444 70.430 0.035
9 2.945 81.070 0.036 9 3.044 81.200 0.037
10 3.238 91.540 0.035 10 3.113 91.720 0.034
11 3.458 102.600 0.034 11 3.838 102.400 0.038
12 4.592 111.700 0.041 12 4.024 111.600 0.036
13 4.200 122.200 0.034 13 4.128 122.100 0.034
14 5.062 132.600 0.038 14 4.033 132.800 0.030
15 4.400 143.300 0.031 15 4.908 143.400 0.034
16 4.267 153.800 0.028 16 4.732 153.900 0.031
17 5.470 163.200 0.034 17 5.889 163.300 0.036
18 5.955 174.100 0.034 18 6.286 173.700 0.036
19 6.749 184.400 0.037 19 6.399 184.200 0.035
20 6.294 195.200 0.032 20 6.329 195.000 0.032
21 6.845 204.200 0.034 21 6.399 204.100 0.031
22 6.587 214.700 0.031 22 6.898 214.700 0.032
23 7.222 225.100 0.032 23 7.005 225.200 0.031
24 7.750 235.900 0.033 24 7.661 235.900 0.032
25 7.991 246.800 0.032 25 8.461 245.900 0.034
26 8.997 256.000 0.035 26 8.528 255.700 0.033
27 8.199 263.900 0.031 27 8.751 263.900 0.033
28 9.200 274.500 0.034 28 8.916 274.500 0.032
29 10.480 285.000 0.037 29 8.177 285.000 0.029
30 7.970 294.300 0.027 30 9.438 294.300 0.032
31 11.240 304.800 0.037 31 7.550 305.300 0.025
32 12.130 315.400 0.038 32 10.730 315.400 0.034
33 10.040 325.500 0.031 33 10.620 326.000 0.033
34 11.490 335.200 0.034 34 10.450 335.600 0.031
35 12.280 345.700 0.036 35 11.060 345.700 0.032
36 11.130 356.300 0.031 36 11.450 356.300 0.032
37 11.300 366.400 0.031 37 11.330 366.900 0.031
38 12.820 377.400 0.034 38 12.090 377.400 0.032
39 14.040 386.200 0.036 39 13.440 386.700 0.035
40 13.840 397.200 0.035 40 13.480 397.200 0.034
1.400 1.500
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

1.200 y = 0.950x - 1.355 y = 0.937x - 1.338


1.000 R² = 0.974 R² = 0.983
1.000
0.800
0.600
0.400 0.500
0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

67
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B (lanjutan)

Suhu 50 oC ulangan 1 Suhu 50 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.027 0.000 0.000
2 0.303 9.985 0.030 2 0.308 9.941 0.031
3 0.523 20.450 0.026 3 0.566 20.500 0.028
4 0.894 29.740 0.030 4 0.856 29.560 0.029
5 1.297 40.210 0.032 5 1.195 40.250 0.030
6 1.611 50.760 0.032 6 1.419 50.720 0.028
7 1.680 61.540 0.029 7 1.822 61.230 0.030
8 1.767 70.560 0.024 8 1.906 70.430 0.027
9 2.344 81.070 0.029 9 2.286 81.470 0.028
10 2.478 91.720 0.030 10 2.741 91.980 0.030
11 2.713 102.300 0.024 11 2.663 102.200 0.026
12 3.226 111.600 0.029 12 3.130 111.500 0.028
13 3.368 122.300 0.028 13 3.173 122.200 0.026
14 3.731 132.800 0.028 14 4.003 132.700 0.030
15 3.739 143.700 0.026 15 3.663 143.200 0.026
16 4.386 153.400 0.030 16 4.730 153.800 0.031
17 4.603 163.100 0.030 17 5.334 163.100 0.033
18 4.743 173.700 0.027 18 5.032 173.600 0.029
19 4.748 184.300 0.026 19 5.070 183.500 0.028
20 4.934 194.700 0.023 20 5.160 195.000 0.026
21 4.960 204.100 0.024 21 5.067 204.000 0.025
22 5.346 214.700 0.025 22 5.647 214.700 0.026
23 5.705 225.100 0.025 23 6.555 225.400 0.029
24 5.781 236.300 0.024 24 6.233 235.600 0.026
25 6.129 246.400 0.025 25 6.459 245.300 0.026
26 6.210 255.700 0.026 26 6.505 255.600 0.025
27 6.561 263.500 0.023 27 7.526 263.900 0.029
28 6.735 274.000 0.025 28 7.204 274.500 0.026
29 6.796 285.000 0.024 29 7.230 285.000 0.025
30 7.608 294.300 0.030 30 9.025 294.300 0.031
31 8.199 304.800 0.029 31 8.248 304.400 0.027
32 8.278 315.400 0.024 32 7.079 315.400 0.022
33 8.318 326.000 0.025 33 7.732 326.000 0.024
34 8.640 335.200 0.026 34 10.270 335.200 0.031
35 8.901 345.700 0.024 35 8.628 345.300 0.025
36 8.962 356.300 0.023 36 8.700 356.300 0.024
37 9.139 366.400 0.027 37 9.309 366.900 0.025
38 9.310 377.400 0.025 38 9.631 377.900 0.025
39 9.310 386.200 0.024 39 10.130 386.700 0.026
40 10.040 397.200 0.023 40 10.470 397.200 0.026
1.5 1.5
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

y = 0.922x - 1.406 y = 0.941x - 1.433


R² = 0.992 1 R² = 0.980
1

0.5 0.5

0 0
0 1 2 3 0 1 2 3
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

68
Lampiran 12. Data hasil pengukuran sifat Reologi CPO B (lanjutan)

Suhu 55 oC ulangan 1 Suhu 55 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.173 9.413 0.018 2 0.314 9.985 0.031
3 0.361 20.280 0.018 3 0.595 20.280 0.029
4 0.631 29.690 0.021 4 0.732 29.690 0.025
5 0.104 40.380 0.026 5 0.981 40.070 0.024
6 1.266 50.760 0.025 6 1.245 50.850 0.024
7 1.559 61.280 0.025 7 1.431 61.280 0.023
8 1.440 70.510 0.020 8 1.407 70.600 0.020
9 2.002 81.160 0.025 9 2.150 81.070 0.027
10 2.420 91.630 0.026 10 2.103 91.890 0.023
11 2.049 102.300 0.020 11 2.460 102.300 0.024
12 2.962 111.500 0.027 12 2.509 111.500 0.023
13 2.179 122.100 0.018 13 3.008 122.100 0.025
14 2.867 132.900 0.022 14 2.353 132.800 0.018
15 3.615 143.400 0.025 15 4.081 143.300 0.020
16 3.676 153.900 0.024 16 2.675 153.900 0.017
17 3.368 162.800 0.021 17 4.420 163.100 0.027
18 3.740 173.700 0.022 18 4.270 173.800 0.025
19 4.183 184.200 0.023 19 4.232 184.000 0.023
20 4.441 194.600 0.023 20 4.699 194.900 0.024
21 4.302 203.900 0.021 21 4.380 204.100 0.021
22 4.740 214.500 0.022 22 4.679 214.600 0.022
23 4.949 225.400 0.022 23 4.966 225.600 0.022
24 5.013 235.900 0.021 24 5.024 235.900 0.021
25 5.410 246.600 0.022 25 5.899 246.000 0.024
26 6.358 255.700 0.025 26 6.129 255.500 0.024
27 5.761 263.900 0.022 27 5.920 263.900 0.022
28 6.028 274.000 0.022 28 6.935 274.500 0.025
29 7.370 285.000 0.026 29 7.254 285.000 0.025
30 5.546 294.300 0.019 30 7.680 294.300 0.026
31 7.214 304.800 0.024 31 7.715 304.000 0.025
32 7.605 315.400 0.024 32 5.862 315.400 0.019
33 8.281 326.000 0.025 33 8.970 326.000 0.028
34 7.973 335.200 0.024 34 6.772 335.200 0.020
35 8.005 345.700 0.023 35 7.106 345.300 0.021
36 8.095 356.300 0.019 36 8.129 356.300 0.023
37 7.014 366.900 0.024 37 9.005 366.900 0.025
38 9.044 377.400 0.024 38 9.472 377.400 0.025
39 9.122 385.800 0.021 39 8.678 386.700 0.022
40 8.249 396.800 0.021 40 8.509 396.800 0.021
1.5 1.5
log shear stress (Pa)

y = 0.997x - 1.630
log shear stress

y = 0.976x - 1.591
1 R² = 0.970 1 R² = 0.959
(Pa)

0.5 0.5

0 0
0 1 shear rate
log 2 (1/s) 3 0 1 2 3
log shear rate (1/s)

69
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C

Suhu 25 oC ulangan 1 Suhu 25 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.122 0.000 0.000
2 4.667 10.030 0.465 2 4.794 10.160 0.472
3 6.242 20.500 0.305 3 6.496 20.410 0.318
4 8.060 30.000 0.269 4 8.320 29.690 0.280
5 9.989 40.340 0.248 5 10.120 40.380 0.251
6 12.370 50.850 0.243 6 12.590 50.760 0.248
7 13.960 61.540 0.227 7 14.290 61.450 0.233
8 14.780 70.820 0.209 8 14.900 70.730 0.211
9 16.680 81.200 0.205 9 16.870 81.110 0.208
10 18.160 91.670 0.198 10 18.280 91.850 0.199
11 18.800 102.400 0.184 11 18.770 102.200 0.184
12 21.030 111.000 0.190 12 20.650 111.700 0.185
13 21.490 122.500 0.175 13 21.810 122.300 0.178
14 23.230 132.900 0.175 14 23.810 132.900 0.179
15 25.000 143.400 0.174 15 24.860 143.400 0.173
16 25.210 153.900 0.164 16 24.970 154.000 0.162
17 26.340 163.300 0.161 17 26.710 163.400 0.164
18 27.610 173.900 0.159 18 28.830 173.900 0.166
19 29.470 184.300 0.160 19 29.880 184.300 0.162
20 31.030 195.100 0.159 20 31.040 195.000 0.159
21 31.790 204.300 0.156 21 31.760 203.900 0.156
22 33.410 214.900 0.156 22 33.180 214.800 0.155
23 34.890 225.400 0.155 23 34.810 225.400 0.154
24 36.220 236.000 0.154 24 35.940 235.500 0.153
25 36.370 246.700 0.147 25 37.130 245.300 0.151
26 38.020 255.800 0.149 26 37.360 255.800 0.146
27 39.120 264.400 0.148 27 38.340 264.400 0.145
28 39.500 274.500 0.144 28 40.950 274.500 0.149
29 42.310 285.000 0.149 29 41.680 284.200 0.147
30 42.310 294.300 0.144 30 42.200 294.700 0.143
31 43.330 304.800 0.142 31 43.590 304.800 0.143
32 43.740 315.400 0.139 32 46.090 315.400 0.146
33 46.870 326.000 0.144 33 45.190 326.000 0.139
34 46.400 335.200 0.138 34 47.620 335.200 0.142
35 49.100 344.900 0.142 35 49.330 345.700 0.143
36 49.100 356.300 0.138 36 49.250 356.300 0.138
37 50.700 366.900 0.138 37 50.000 366.900 0.136
38 51.940 377.400 0.138 38 52.180 377.400 0.138
39 52.550 387.200 0.134 39 52.990 386.200 0.137
40 53.390 397.200 0.134 40 54.350 397.200 0.137
2.000 y = 0.733x - 0.183 2.000 y = 0.728x - 0.171
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

1.500 R² = 0.996 1.500 R² = 0.996


1.000 1.000
0.500 0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

70
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan).

suhu 30 oC ulangan 1 Suhu 30 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 3.036 10.030 0.303 2 3.365 10.120 0.333
3 4.686 20.450 0.229 3 5.197 20.720 0.251
4 5.962 29.690 0.201 4 6.839 29.690 0.230
5 6.980 39.770 0.176 5 8.152 40.340 0.202
6 8.134 50.810 0.160 6 8.973 50.760 0.177
7 10.000 61.450 0.163 7 10.350 61.060 0.170
8 11.240 70.600 0.159 8 11.890 70.470 0.169
9 11.370 81.030 0.140 9 12.780 81.600 0.570
10 13.860 91.800 0.151 10 13.720 91.850 0.490
11 13.780 102.300 0.135 11 15.540 102.700 0.151
12 15.330 111.000 0.138 12 15.330 111.700 0.137
13 15.790 122.100 0.129 13 17.550 122.300 0.144
14 17.870 132.800 0.135 14 17.940 133.100 0.135
15 18.020 143.500 0.126 15 18.850 143.400 0.132
16 19.080 154.400 0.124 16 20.210 153.900 0.131
17 20.500 163.200 0.126 17 21.520 163.500 0.132
18 21.400 173.800 0.123 18 21.690 173.900 0.125
19 22.060 184.800 0.119 19 22.650 184.400 0.123
20 23.160 195.000 0.119 20 23.840 195.000 0.122
21 23.770 204.400 0.116 21 24.880 204.600 0.122
22 24.210 214.900 0.113 22 25.310 214.900 0.118
23 24.790 225.400 0.110 23 26.160 225.500 0.116
24 25.660 236.000 0.109 24 27.080 236.000 0.115
25 27.140 246.700 0.110 25 28.680 245.300 0.117
26 28.910 256.200 0.113 26 29.490 255.900 0.115
27 28.590 263.900 0.108 27 30.450 263.900 0.115
28 30.730 274.500 0.112 28 31.170 274.500 0.114
29 31.050 285.000 0.109 29 32.070 285.000 0.113
30 30.880 294.300 0.105 30 33.170 294.700 0.113
31 32.940 304.800 0.108 31 34.390 304.800 0.113
32 32.180 315.400 0.102 32 36.130 315.400 0.115
33 34.450 326.000 0.106 33 36.130 326.000 0.111
34 34.130 335.200 0.102 34 37.290 335.200 0.111
35 37.140 345.300 0.108 35 37.990 345.700 0.110
36 36.910 356.300 0.104 36 39.060 356.300 0.110
37 37.460 367.300 0.102 37 38.250 366.400 0.104
38 38.510 377.400 0.102 38 40.130 377.400 0.106
39 39.610 386.700 0.102 39 41.210 386.200 0.107
40 40.480 396.800 0.102 40 42.710 397.200 0.108
2.000 y = 0.756x - 0.367 2.000
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

y = 0.748x - 0.328
R² = 0.996 R² = 0.997
1.500 1.500
1.000 1.000
0.500 0.500
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

71
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan).

Suhu 35 oC ulangan 1

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 2.372 9.853 0.241 2 3.583 10.290 0.348
3 3.422 20.590 0.166 3 4.398 20.500 0.215
4 4.376 29.600 0.148 4 5.172 29.560 0.175
5 5.374 40.210 0.140 5 6.059 40.290 0.150
6 5.988 50.670 0.118 6 7.295 50.810 0.144
7 7.241 61.360 0.118 7 8.272 61.670 0.134
8 8.271 69.940 0.118 8 8.692 70.560 0.123
9 8.697 81.070 0.107 9 9.644 81.160 0.119
10 9.520 91.630 0.104 10 11.030 91.670 0.120
11 10.960 102.400 0.107 11 11.390 102.300 0.111
12 11.220 111.500 0.101 12 12.470 111.600 0.112
13 12.870 122.200 0.105 13 13.180 122.700 0.107
14 13.000 132.800 0.090 14 14.470 132.100 0.110
15 13.780 143.500 0.096 15 16.110 142.700 0.113
16 15.220 153.900 0.099 16 15.900 154.000 0.103
17 16.050 163.200 0.098 17 17.110 163.200 0.105
18 15.650 173.800 0.090 18 17.050 173.800 0.098
19 17.480 184.400 0.095 19 18.440 184.200 0.100
20 18.380 195.000 0.094 20 19.720 194.900 0.101
21 18.780 204.400 0.092 21 20.270 204.600 0.099
22 18.950 214.600 0.088 22 20.850 215.000 0.097
23 20.290 225.400 0.090 23 21.630 225.400 0.096
24 21.040 235.900 0.089 24 22.440 236.400 0.095
25 21.070 244.500 0.086 25 23.050 245.300 0.094
26 21.360 255.800 0.084 26 23.220 255.800 0.091
27 21.880 263.900 0.083 27 24.560 263.900 0.093
28 23.450 274.500 0.085 28 26.070 274.500 0.095
29 24.260 285.000 0.085 29 26.070 285.000 0.091
30 25.390 294.300 0.086 30 27.490 294.300 0.093
31 26.320 304.800 0.086 31 27.080 304.800 0.089
32 24.290 315.400 0.077 32 28.590 315.400 0.091
33 28.260 326.000 0.087 33 30.100 326.000 0.092
34 27.070 335.600 0.081 34 30.390 334.800 0.091
35 27.540 345.700 0.080 35 31.140 345.700 0.090
36 29.220 356.300 0.082 36 31.660 356.300 0.089
37 30.090 366.400 0.082 37 32.910 366.900 0.090
38 30.440 377.400 0.081 38 33.920 377.900 0.090
39 30.670 386.700 0.079 39 34.300 386.200 0.089
40 30.820 397.200 0.078 40 35.550 396.800 0.090
1.600
2.000
log shear stress (Pa)

1.400 y = 0.791x - 0.560


log shear stress (Pa)

y = 0.785x - 0.505
1.200 R² = 0.996
1.500 R² = 0.996
1.000
0.800
0.600 1.000
0.400
0.200 0.500
0.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000
0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

72
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan).

Suhu 40 oC ulangan 1 Suhu 40 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.191 0.000 0.000
2 2.118 9.941 0.213 2 1.983 10.070 0.197
3 2.692 20.410 0.132 3 3.114 20.540 0.152
4 3.316 29.820 0.111 4 3.784 29.300 0.129
5 4.174 40.470 0.103 5 4.572 40.120 0.114
6 4.888 50.940 0.096 6 5.381 50.320 0.107
7 6.277 61.450 0.010 7 5.985 61.450 0.097
8 6.784 70.510 0.096 8 7.032 70.600 0.100
9 7.065 81.160 0.087 9 7.559 81.160 0.093
10 8.460 91.670 0.092 10 7.983 91.630 0.087
11 8.481 102.300 0.083 11 9.615 102.200 0.094
12 9.565 111.500 0.086 12 9.671 111.600 0.087
13 9.899 122.200 0.081 13 10.800 122.200 0.088
14 11.170 132.700 0.084 14 11.120 132.100 0.084
15 11.910 143.500 0.083 15 11.790 143.400 0.082
16 12.280 154.000 0.080 16 12.650 154.400 0.082
17 13.450 163.200 0.082 17 13.030 163.500 0.080
18 13.900 173.800 0.080 18 12.950 173.800 0.075
19 13.110 184.300 0.071 19 14.640 184.300 0.079
20 14.050 195.000 0.072 20 15.260 194.800 0.078
21 14.840 204.200 0.073 22 16.260 204.800 0.076
22 15.400 214.600 0.072 23 17.050 215.300 0.076
23 16.170 225.400 0.072 21 15.700 224.100 0.077
24 16.660 236.100 0.071 24 17.260 236.000 0.073
25 17.760 246.500 0.072 25 17.660 246.400 0.072
26 17.650 255.700 0.069 26 18.470 255.700 0.072
27 18.690 263.500 0.071 27 19.660 263.000 0.075
28 18.540 274.500 0.068 28 19.630 274.500 0.072
29 19.930 285.000 0.070 29 20.130 285.000 0.071
30 19.670 294.300 0.067 30 21.000 294.300 0.072
31 19.900 304.800 0.065 31 19.430 304.800 0.064
32 20.540 315.400 0.065 32 23.140 315.400 0.073
33 23.300 326.000 0.071 33 22.880 326.000 0.070
34 22.190 335.200 0.066 34 23.060 334.800 0.069
35 22.660 344.900 0.066 35 23.030 345.700 0.067
36 22.860 355.400 0.064 36 23.690 356.300 0.067
37 24.490 366.900 0.067 37 24.560 366.900 0.067
38 24.830 376.100 0.066 38 25.750 377.400 0.068
39 25.440 386.700 0.660 39 26.040 385.800 0.068
40 26.020 396.800 0.066 40 26.540 397.200 0.067
1.500 1.500
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

y = 0.779x - 0.619 y = 0.776x - 0.599


R² = 0.994 R² = 0.994
1.000 1.000

0.500 0.500

0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

73
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan)

Suhu 45 oC ulangan 1 Suhu 45 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.165 0.000 0.000
2 0.577 9.853 0.059 2 0.678 9.941 0.068
3 1.099 20.540 0.054 3 1.142 20.500 0.056
4 1.433 29.600 0.048 4 1.461 29.120 0.050
5 1.847 40.070 0.046 5 1.699 40.250 0.042
6 2.320 50.850 0.046 6 1.995 50.850 0.039
7 2.691 60.320 0.044 7 2.604 61.450 0.042
8 2.851 70.560 0.040 8 3.271 70.730 0.046
9 3.416 81.030 0.042 9 3.308 81.200 0.041
10 3.811 91.850 0.041 10 3.650 91.630 0.040
11 3.552 102.200 0.035 11 4.245 102.200 0.042
12 5.213 111.600 0.047 12 3.311 111.600 0.030
13 4.356 122.200 0.036 13 4.828 122.200 0.039
14 5.154 132.800 0.043 14 4.439 132.700 0.030
15 6.038 143.200 0.042 15 5.321 143.300 0.037
16 5.435 154.000 0.035 16 4.668 154.300 0.030
17 6.615 163.200 0.041 17 5.959 163.100 0.037
18 7.267 172.900 0.042 18 6.513 173.700 0.037
19 6.737 183.700 0.037 19 7.374 184.200 0.040
20 6.612 194.800 0.034 20 7.429 194.600 0.038
21 7.325 203.900 0.036 21 7.244 203.700 0.036
22 7.929 214.500 0.037 22 7.676 214.600 0.036
23 8.172 225.300 0.036 23 8.085 225.400 0.036
24 8.511 235.500 0.036 24 8.514 235.900 0.036
25 8.813 243.200 0.036 25 9.642 246.500 0.039
26 8.999 255.600 0.035 26 9.288 255.400 0.036
27 10.210 263.900 0.039 27 9.114 263.900 0.035
28 9.387 274.500 0.034 28 10.290 274.500 0.037
29 9.750 285.000 0.034 29 10.920 285.000 0.038
30 11.040 294.300 0.038 30 9.822 294.300 0.033
31 8.890 304.800 0.029 31 9.943 304.800 0.033
32 11.450 315.400 0.036 32 12.500 315.800 0.040
33 11.640 325.500 0.036 33 11.200 326.000 0.034
34 12.040 335.200 0.036 34 12.580 335.200 0.038
35 11.770 345.300 0.034 35 13.060 345.700 0.038
36 13.230 355.900 0.037 36 12.370 355.900 0.035
37 12.720 366.000 0.035 37 13.340 366.400 0.036
38 12.450 377.000 0.033 38 13.730 377.400 0.036
39 13.420 386.200 0.035 39 12.300 386.200 0.032
40 13.320 397.200 0.034 40 14.060 397.200 0.035
1.200 1.400
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

1.000 y = 0.870x - 1.133 1.200 y = 0.928x - 1.270


R² = 0.981 1.000 R² = 0.976
0.800
0.800
0.600
0.600
0.400
0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

74
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan)

Suhu 50 oC ulangan 1 Suhu 50 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.287 9.721 0.030 2 0.305 9.985 0.030
3 0.508 20.670 0.025 3 0.545 20.410 0.027
4 0.751 29.820 0.025 4 0.774 29.650 0.026
5 0.966 40.070 0.024 5 1.114 40.120 0.028
6 1.493 50.810 0.029 6 1.363 50.720 0.027
7 1.960 61.280 0.032 7 1.685 61.280 0.028
8 1.943 69.850 0.028 8 1.807 70.600 0.026
9 2.291 81.200 0.028 9 2.071 80.000 0.026
10 2.520 91.760 0.027 10 2.532 91.630 0.028
11 2.334 102.400 0.023 11 2.836 102.200 0.028
12 3.874 111.500 0.035 12 2.726 111.600 0.024
13 3.132 122.500 0.026 13 3.010 122.200 0.025
14 4.208 132.700 0.032 14 3.312 132.000 0.025
15 3.057 143.000 0.021 15 3.677 143.300 0.026
16 4.344 153.900 0.028 16 4.260 153.700 0.028
17 3.869 163.300 0.024 17 4.681 163.000 0.029
18 4.611 173.500 0.027 18 3.898 173.500 0.022
19 5.461 183.500 0.030 19 4.759 184.500 0.026
20 4.991 194.700 0.026 20 4.997 194.700 0.026
21 5.252 204.100 0.026 21 5.011 204.200 0.025
22 5.762 214.800 0.027 22 5.339 214.700 0.025
23 6.209 225.100 0.028 23 5.916 225.200 0.026
24 6.626 236.000 0.028 24 6.113 235.800 0.026
25 6.937 246.000 0.028 25 6.191 246.300 0.025
26 6.189 255.500 0.024 26 6.281 255.700 0.025
27 6.313 263.900 0.024 27 6.629 263.900 0.025
28 7.653 274.900 0.028 28 6.612 274.500 0.024
29 6.647 284.600 0.023 29 8.311 285.000 0.029
30 8.085 294.300 0.027 30 8.601 294.300 0.029
31 9.233 304.800 0.030 31 6.904 304.400 0.023
32 9.042 315.400 0.029 32 8.305 314.500 0.026
33 7.549 325.500 0.023 33 9.315 326.000 0.029
34 9.283 335.200 0.020 34 9.523 335.200 0.020
35 9.912 345.300 0.029 35 8.952 345.700 0.026
36 10.110 356.300 0.028 36 9.074 356.700 0.025
37 8.581 366.900 0.023 37 9.506 366.400 0.026
38 10.270 377.400 0.027 38 8.883 376.500 0.024
39 9.982 386.700 0.026 39 9.312 386.200 0.024
40 10.980 397.200 0.028 40 10.400 396.800 0.026
1.200 1.200
log shear stress (Pa)

y = 0.956x - 1.468
log shear stress (Pa)

1.000 1.000 y = 0.984x - 1.551


R² = 0.966 R² = 0.986
0.800 0.800
0.600 0.600
0.400 0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

75
Lampiran 13. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan)

Suhu 55 oC ulangan 1 Suhu 55 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pa.s] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pa.s]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.227 9.941 0.023 2 0.265 9.589 0.028
3 0.494 20.410 0.024 3 0.503 20.150 0.025
4 0.735 29.380 0.025 4 0.691 29.690 0.023
5 0.819 39.460 0.021 5 0.976 40.030 0.024
6 1.019 50.670 0.020 6 1.219 50.810 0.024
7 1.294 61.320 0.021 7 1.680 60.530 0.028
8 1.428 70.510 0.020 8 2.080 70.870 0.029
9 1.750 80.980 0.022 9 1.863 81.160 0.023
10 2.083 91.760 0.023 10 2.156 91.540 0.024
11 2.466 102.000 0.024 11 2.504 102.300 0.024
12 1.845 111.600 0.017 12 2.892 111.300 0.026
13 2.837 122.000 0.023 13 2.985 122.000 0.024
14 2.605 132.600 0.020 14 2.327 132.800 0.018
15 2.660 143.300 0.019 15 2.817 143.200 0.020
16 2.466 153.700 0.016 16 3.612 154.000 0.023
17 3.078 163.100 0.019 17 4.052 163.100 0.025
18 4.209 173.300 0.024 18 3.829 173.700 0.022
19 4.188 184.200 0.023 19 3.603 184.200 0.020
20 4.087 194.800 0.021 20 4.395 194.900 0.023
21 4.922 204.100 0.024 21 4.891 203.800 0.024
22 4.220 214.800 0.020 22 5.189 214.600 0.024
23 4.940 225.100 0.022 23 5.207 225.300 0.023
24 4.795 235.800 0.020 24 5.917 235.700 0.025
25 5.543 246.500 0.022 25 6.137 246.300 0.025
26 5.656 255.600 0.022 26 6.027 255.600 0.024
27 5.160 263.900 0.020 27 4.830 263.900 0.018
28 6.862 274.500 0.025 28 6.738 274.500 0.025
29 5.595 284.600 0.020 29 6.375 285.000 0.022
30 5.351 293.800 0.018 30 7.152 294.300 0.024
31 7.068 304.800 0.023 31 7.950 304.800 0.026
32 6.679 315.400 0.021 32 7.529 315.400 0.024
33 6.436 326.000 0.020 33 6.422 325.100 0.200
34 7.201 335.200 0.021 34 7.161 335.200 0.021
35 8.796 345.700 0.025 35 8.515 345.300 0.025
36 8.127 356.300 0.023 36 7.100 356.300 0.020
37 8.158 366.900 0.022 37 6.984 366.400 0.019
38 7.477 377.000 0.020 38 7.808 377.000 0.021
39 7.576 386.200 0.020 39 8.924 386.700 0.023
40 8.443 396.800 0.021 40 9.922 397.200 0.025
1.000 1.200 y = 0.933x - 1.486
y = 1.023x - 1.730
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

0.800 R² = 0.967 1.000 R² = 0.959


0.800
0.600
0.600
0.400
0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

76
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO D

Suhu 25 oC ulangan 1 Suhu 25 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate(1/s) (Pas)
1 0.089 0.000 0.000 1 0.034 0.000 0.000
2 2.899 10.030 0.289 2 3.503 10.070 0.348
3 4.453 20.500 0.217 3 4.019 20.810 0.193
4 5.718 29.690 0.193 4 5.295 29.560 0.179
5 7.577 40.250 0.188 5 6.440 40.210 0.150
6 8.879 51.110 0.174 6 8.029 50.670 0.159
7 9.691 61.280 0.158 7 9.439 61.410 0.154
8 10.270 70.730 0.145 8 9.720 70.650 0.138
9 12.160 81.290 0.150 9 10.750 81.250 0.132
10 12.850 91.720 0.140 10 12.460 91.320 0.136
11 13.940 102.400 0.136 11 12.910 101.700 0.127
12 15.070 111.800 0.135 12 14.480 111.500 0.130
13 15.810 122.100 0.130 13 14.510 122.400 0.119
14 16.950 132.800 0.128 14 15.990 132.700 0.121
15 17.640 143.400 0.123 15 16.910 143.300 0.118
16 19.370 153.900 0.126 16 18.560 154.000 0.121
17 19.830 163.400 0.121 17 19.660 163.200 0.121
18 20.790 173.800 0.120 18 19.280 173.600 0.111
19 21.540 184.200 0.117 19 20.210 184.400 0.110
20 22.150 194.900 0.114 20 21.690 195.100 0.111
21 23.020 204.400 0.113 21 22.970 204.000 0.113
22 23.690 214.800 0.110 22 23.950 215.000 0.111
23 25.110 225.400 0.111 23 24.740 225.400 0.110
24 25.860 235.800 0.110 24 25.030 236.200 0.106
25 27.200 245.100 0.111 25 25.810 245.200 0.105
26 28.300 255.900 0.111 26 26.190 255.800 0.102
27 29.110 263.900 0.110 27 27.610 263.900 0.105
28 30.820 274.500 0.112 28 29.260 274.500 0.107
29 30.960 285.000 0.109 29 30.770 284.600 0.108
30 30.960 294.300 0.105 30 30.330 294.300 0.103
31 33.860 304.800 0.111 31 31.170 304.800 0.102
32 33.140 315.400 0.105 32 31.490 315.400 0.100
33 34.240 326.000 0.105 33 34.740 326.000 0.107
34 34.620 335.600 0.103 34 34.360 335.200 0.103
35 35.890 345.300 0.104 35 35.700 345.300 0.103
36 38.420 356.300 0.108 36 36.680 356.300 0.103
37 39.030 366.900 0.106 37 36.510 366.400 0.100
38 38.790 377.400 0.103 38 37.730 377.400 0.100
39 40.130 386.200 0.104 39 39.120 385.700 0.101
40 41.690 397.200 0.105 40 39.990 387.200 0.101
2.000 2.000
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

y = 0.770x - 0.400 y = 0.792x - 0.470


1.500 R² = 0.995 1.500 R² = 0.995

1.000 1.000

0.500 0.500

0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate(1/s)

77
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO C(lanjutan).

Suhu 30 oC ulangan 1 Suhu 30 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 1.587 9.633 0.165 2 2.577 10.290 0.250
3 2.541 20.280 0.125 3 2.939 20.590 0.143
4 3.530 29.690 0.119 4 4.041 29.690 0.136
5 4.568 40.290 0.113 5 4.665 40.210 0.116
6 5.459 50.720 0.108 6 5.131 50.590 0.101
7 5.659 61.140 0.093 7 6.077 60.620 0.100
8 6.546 70.430 0.093 8 7.118 70.650 0.101
9 7.915 81.070 0.098 9 7.463 81.600 0.091
10 7.973 91.320 0.087 10 8.133 91.630 0.089
11 9.350 102.500 0.091 11 9.397 102.200 0.092
12 9.330 111.500 0.084 12 10.300 111.600 0.092
13 10.700 122.300 0.088 13 11.410 121.700 0.094
14 10.730 132.800 0.081 14 11.560 132.400 0.087
15 12.550 143.400 0.088 15 12.850 143.800 0.089
16 11.870 154.200 0.077 16 14.150 154.000 0.092
17 12.450 163.500 0.076 17 14.410 163.200 0.088
18 14.040 173.500 0.081 18 13.820 173.800 0.080
19 15.250 184.400 0.083 19 15.980 184.400 0.087
20 15.860 194.900 0.081 20 16.720 194.900 0.086
21 15.980 204.200 0.078 21 16.910 204.200 0.083
22 17.000 214.700 0.079 22 18.040 214.800 0.084
23 18.200 225.500 0.081 23 18.100 225.400 0.080
24 18.440 235.900 0.078 24 18.780 236.300 0.079
25 19.020 245.600 0.077 25 18.980 245.100 0.077
26 19.540 255.600 0.076 26 20.030 255.700 0.078
27 20.122 263.900 0.076 27 20.870 263.900 0.079
28 20.360 274.500 0.074 28 22.930 274.500 0.084
29 22.300 285.000 0.078 29 22.290 285.000 0.078
30 22.760 294.300 0.077 30 22.870 294.300 0.078
31 24.850 304.800 0.082 31 22.780 304.400 0.075
32 23.690 315.400 0.075 32 24.290 315.400 0.077
33 24.420 326.000 0.075 33 26.410 326.000 0.081
34 25.310 335.200 0.076 34 26.870 335.200 0.080
35 26.160 345.700 0.076 35 26.810 345.300 0.078
36 26.470 356.300 0.074 36 28.350 356.300 0.080
37 26.710 366.400 0.073 37 29.450 366.900 0.080
38 27.720 377.000 0.074 38 29.740 377.400 0.079
39 28.210 386.200 0.073 39 30.550 385.800 0.079
40 29.030 397.200 0.073 40 31.160 396.800 0.079
2.000 2.000
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

y = 0.852x - 0.756 y = 0.864x - 0.765


1.500 R² = 0.994 1.500 R² = 0.995
1.000 1.000
0.500 0.500

0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

78
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO D(lanjutan).

Suhu 35 oC ulangan 1 Suhu 35 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.110 0.000 0.000
2 1.164 9.941 0.117 2 1.154 10.160 0.114
3 1.672 20.280 0.082 3 1.830 20.370 0.090
4 2.417 29.600 0.082 4 2.644 29.650 0.089
5 3.058 40.160 0.076 5 3.454 40.210 0.086
6 3.429 50.940 0.067 6 4.225 51.110 0.083
7 3.664 61.410 0.060 7 4.373 60.750 0.072
8 4.438 70.600 0.063 8 4.599 71.090 0.065
9 5.427 81.110 0.067 9 6.058 81.070 0.075
10 5.468 91.800 0.060 10 6.136 91.760 0.067
11 6.619 102.300 0.065 11 7.163 102.300 0.070
12 5.946 111.600 0.053 12 6.852 111.500 0.061
13 7.941 122.200 0.065 13 8.320 122.200 0.068
14 7.674 132.800 0.058 14 7.980 132.700 0.060
15 9.472 143.100 0.066 15 9.865 143.300 0.069
16 9.713 153.500 0.063 16 9.938 153.400 0.065
17 8.753 162.400 0.054 17 9.277 163.200 0.057
18 9.522 173.800 0.055 18 10.210 174.100 0.059
19 11.350 184.200 0.062 19 11.130 184.100 0.060
20 11.540 194.900 0.059 20 11.640 194.900 0.060
21 12.390 204.100 0.061 21 12.060 204.000 0.059
22 13.020 214.800 0.061 22 12.540 214.800 0.058
23 13.540 225.300 0.060 23 13.460 225.400 0.060
24 13.700 236.200 0.058 24 14.260 235.900 0.060
25 14.180 246.600 0.058 25 15.040 246.500 0.061
26 14.060 255.700 0.055 26 15.540 255.900 0.061
27 16.300 263.900 0.062 27 15.020 263.900 0.057
28 16.370 274.500 0.060 28 16.830 274.500 0.061
29 16.150 285.000 0.057 29 17.250 285.000 0.061
30 17.770 293.800 0.060 30 17.400 294.300 0.059
31 16.030 304.800 0.053 31 16.720 304.800 0.055
32 16.950 315.000 0.054 32 17.740 315.400 0.056
33 17.510 325.500 0.054 33 18.900 326.000 0.058
34 18.980 335.200 0.057 34 20.530 335.600 0.061
35 19.360 345.300 0.056 35 19.460 345.700 0.056
36 20.640 356.300 0.058 36 20.090 356.300 0.056
37 21.570 366.900 0.059 37 21.890 366.900 0.060
38 21.390 377.400 0.057 38 22.300 375.700 0.059
39 22.260 386.700 0.058 39 22.210 386.200 0.058
40 23.130 396.300 0.058 40 22.940 397.200 0.058

1.500 1.500
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

y = 0.935x - 1.081 y = 0.868x - 0.909


R² = 0.989 1.000 R² = 0.989
1.000

0.500 0.500

0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

79
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO D(lanjutan).

Suhu 40 oC ulangan 1 Suhu 40 oC ulangan 2

Shear shear Viskosita Shear shear Viskositas


Point stres[Pa] rate[1/s] s [Pas] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.059 0.000 0.000
2 0.794 10.030 0.079 2 1.239 9.326 0.133
3 1.188 20.500 0.058 3 1.419 20.500 0.069
4 1.777 29.820 0.060 4 1.833 29.870 0.061
5 2.171 40.250 0.054 5 2.280 40.160 0.057
6 2.316 50.590 0.046 6 2.947 50.760 0.058
7 2.861 61.320 0.047 7 3.594 61.360 0.059
8 3.392 70.380 0.048 8 3.431 70.510 0.049
9 3.720 81.070 0.046 9 4.110 81.250 0.051
10 3.949 91.670 0.043 10 4.826 91.850 0.053
11 4.509 102.200 0.044 11 4.983 102.000 0.049
12 5.219 111.500 0.047 12 5.911 111.700 0.053
13 5.213 122.200 0.043 13 5.780 122.200 0.047
14 5.645 132.700 0.043 14 6.033 132.700 0.045
15 5.347 143.200 0.037 15 6.673 143.300 0.047
16 6.782 153.800 0.044 16 6.903 153.800 0.045
17 6.686 162.400 0.041 17 8.561 163.100 0.052
18 6.510 173.800 0.037 18 8.814 173.800 0.051
19 7.745 184.100 0.042 19 9.109 184.300 0.049
20 8.412 195.100 0.043 20 8.715 194.700 0.045
21 8.989 204.100 0.044 21 9.292 204.200 0.046
22 9.038 214.700 0.042 22 9.930 214.900 0.046
23 9.990 225.200 0.044 23 10.450 225.300 0.046
24 9.984 235.700 0.042 24 11.520 235.900 0.049
25 10.270 246.500 0.042 25 11.080 246.500 0.045
26 10.280 255.600 0.040 26 10.480 255.400 0.041
27 10.700 264.400 0.040 27 12.280 263.900 0.047
28 11.470 274.500 0.042 28 12.600 274.500 0.046
29 11.160 285.000 0.039 29 13.940 285.000 0.049
30 10.400 294.300 0.035 30 13.260 294.300 0.045
31 13.680 304.800 0.045 31 15.030 304.800 0.049
32 13.260 315.400 0.042 32 15.460 315.400 0.049
33 14.630 326.000 0.045 33 14.110 326.000 0.043
34 13.760 335.200 0.041 34 15.830 335.200 0.047
35 13.580 345.300 0.039 35 15.480 344.900 0.045
36 15.300 356.300 0.043 36 15.420 356.300 0.043
37 15.180 366.900 0.041 37 15.300 366.900 0.042
38 16.000 377.400 0.042 38 16.450 377.400 0.044
39 16.380 386.200 0.042 39 17.480 386.200 0.045
40 15.980 396.800 0.040 40 17.520 396.300 0.044
1.400 1.400
log shear stress (Pa)

y = 0.941x - 1.238
log shear stress (Pa)

1.200 1.200 y = 0.895x - 1.085


1.000 R² = 0.988 1.000 R² = 0.988
0.800 0.800
0.600 0.600
0.400 0.400
0.200
0.200
0.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000
0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

80
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO D(lanjutan).

Suhu 45 oC ulangan 1 Suhu 45 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress(Pa) rate(1/s) (Pas)
1 0.034 0.000 0.000 1 0.021 0.000 0.000
2 0.423 9.721 0.043 2 0.045 9.853 0.046
3 0.802 20.410 0.039 3 0.896 20.590 0.044
4 1.070 29.160 0.037 4 1.268 29.690 0.043
5 1.435 40.250 0.036 5 1.357 40.120 0.034
6 1.614 50.590 0.032 6 1.526 50.980 0.030
7 2.076 61.360 0.034 7 1.906 60.840 0.031
8 2.563 70.290 0.036 8 2.723 70.470 0.039
9 2.554 80.980 0.032 9 2.683 80.980 0.033
10 2.827 91.630 0.031 10 2.732 91.850 0.030
11 3.328 102.300 0.033 11 3.730 102.200 0.037
12 3.786 111.400 0.034 12 3.332 111.400 0.030
13 4.236 122.000 0.035 13 3.730 122.000 0.031
14 3.807 132.700 0.029 14 4.228 132.500 0.032
15 4.375 143.400 0.031 15 3.999 143.200 0.028
16 6.080 153.700 0.040 16 4.066 153.800 0.026
17 4.517 163.000 0.028 17 4.278 162.900 0.026
18 5.399 173.700 0.031 18 5.786 173.500 0.033
19 4.946 184.200 0.027 19 6.395 184.100 0.035
20 5.764 194.800 0.030 20 5.768 194.700 0.030
21 5.845 204.400 0.029 21 6.746 204.100 0.033
22 6.185 215.100 0.029 22 6.499 214.600 0.030
23 6.330 225.700 0.028 23 6.754 225.200 0.030
24 7.467 235.800 0.032 24 7.616 235.900 0.032
25 7.435 246.500 0.030 25 8.001 246.300 0.020
26 7.345 255.600 0.029 26 7.355 256.100 0.029
27 8.168 263.900 0.031 27 8.378 263.900 0.032
28 9.209 274.500 0.034 28 8.138 274.500 0.030
29 8.911 285.000 0.031 29 8.689 285.000 0.030
30 7.681 294.300 0.026 30 10.750 294.300 0.037
31 10.480 304.800 0.034 31 8.013 304.800 0.026
32 9.592 315.000 0.030 32 10.680 315.400 0.034
33 9.334 326.000 0.029 33 8.929 326.400 0.027
34 9.934 335.200 0.030 34 10.610 334.800 0.032
35 11.110 344.900 0.032 35 11.120 345.300 0.032
36 11.300 356.300 0.032 36 10.990 356.300 0.031
37 10.590 366.900 0.029 37 10.490 366.000 0.029
38 11.140 377.000 0.030 38 11.150 377.400 0.030
39 11.370 386.700 0.029 39 12.670 386.200 0.033
40 12.530 397.200 0.032 40 12.800 397.200 0.032
1.200 1.200
logshear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

1.000 y = 0.943x - 1.38 1.000 y = 0.976x - 1.455


0.800 R² = 0.978 0.800 R² = 0.974
0.600 0.600
0.400 0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

81
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO D(lanjutan).

Suhu 50 oC ulangan 1 Suhu 50 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate[1/s] [Pas]
1 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.205 10.160 0.020 2 0.260 10.030 0.026
3 0.483 20.500 0.024 3 0.552 20.450 0.027
4 0.637 29.520 0.022 4 0.921 29.600 0.031
5 1.002 40.070 0.022 5 1.080 40.120 0.027
6 1.199 50.940 0.024 6 1.373 50.670 0.027
7 1.858 61.100 0.030 7 1.762 61.540 0.029
8 1.904 70.430 0.027 8 1.782 70.510 0.025
9 2.087 80.070 0.026 9 1.991 81.160 0.025
10 2.475 91.540 0.027 10 2.678 91.540 0.029
11 2.792 102.100 0.027 11 2.878 102.300 0.028
12 2.658 111.400 0.024 12 3.545 111.600 0.032
13 2.928 121.500 0.024 13 2.980 122.000 0.024
14 3.728 132.000 0.028 14 3.751 132.700 0.028
15 3.583 143.300 0.025 15 4.618 143.300 0.032
16 5.320 154.000 0.035 16 3.534 154.000 0.023
17 3.357 162.800 0.021 17 4.105 163.100 0.025
18 4.688 173.700 0.027 18 4.656 173.700 0.027
19 3.659 184.400 0.020 19 3.986 184.000 0.022
20 4.888 194.900 0.025 20 4.821 195.100 0.025
21 5.167 203.900 0.025 21 4.934 203.600 0.024
22 5.111 214.500 0.024 22 5.442 214.600 0.025
23 5.378 225.300 0.024 23 5.427 225.300 0.024
24 5.723 235.800 0.024 24 6.170 235.900 0.026
25 6.193 246.300 0.025 25 6.831 246.400 0.028
26 6.796 255.600 0.027 26 7.553 255.600 0.030
27 6.387 263.500 0.024 27 7.164 263.900 0.027
28 7.513 273.600 0.027 28 7.379 274.500 0.027
29 6.614 285.000 0.023 29 7.953 285.000 0.028
30 7.695 294.300 0.026 30 5.653 294.300 0.019
31 8.928 304.800 0.029 31 7.898 304.400 0.026
32 8.945 315.400 0.028 32 7.457 315.400 0.024
33 8.064 326.000 0.025 33 7.437 325.500 0.023
34 7.959 335.200 0.024 34 10.350 335.200 0.031
35 9.299 345.700 0.027 35 7.773 345.300 0.023
36 9.641 356.300 0.027 36 8.890 355.900 0.025
37 8.954 365.500 0.024 37 9.467 366.900 0.026
38 9.693 377.400 0.026 38 9.905 376.100 0.026
39 10.190 385.800 0.026 39 10.280 385.800 0.027
40 8.655 397.200 0.022 40 10.190 396.800 0.026
1.200 y = 0.974x - 1.535 1.200
log shear stress (Pa)
log shear stress (Pa)

1.000 1.000 y = 0.952x - 1.477


R² = 0.966
0.800 0.800 R² = 0.964
0.600 0.600
0.400 0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000

log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

82
Lampiran 14. Data hasil pengukuran reologi CPO D(lanjutan).

Suhu 55 oC ulangan 1 Suhu 55 oC ulangan 2

Shear shear Viskositas Shear shear Viskositas


Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas] Point stress[Pa] rate [1/s] [Pas]
1 0.164 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000
2 0.396 9.941 0.040 2 0.235 9.501 0.025
3 0.703 20.450 0.034 3 0.386 20.370 0.019
4 0.836 29.430 0.028 4 0.673 29.380 0.023
5 0.955 40.510 0.024 5 0.925 40.340 0.023
6 1.086 50.760 0.021 6 1.253 50.320 0.025
7 1.422 61.140 0.023 7 1.229 61.230 0.021
8 1.770 70.510 0.025 8 1.511 70.650 0.021
9 2.028 81.250 0.025 9 2.103 81.030 0.026
10 2.159 91.630 0.024 10 1.816 91.720 0.020
11 2.736 102.100 0.027 11 2.132 102.200 0.021
12 3.119 111.600 0.028 12 1.961 111.600 0.010
13 3.246 122.100 0.027 13 2.555 121.500 0.021
14 3.066 132.600 0.023 14 2.938 132.600 0.022
15 3.165 143.300 0.022 15 2.483 143.300 0.017
16 4.369 153.900 0.028 16 3.414 153.900 0.022
17 4.859 163.100 0.030 17 4.165 162.900 0.026
18 4.128 173.600 0.024 18 3.399 173.600 0.020
19 4.435 184.100 0.024 19 3.608 183.700 0.020
20 4.148 194.600 0.021 20 3.840 195.100 0.020
21 4.980 204.100 0.024 21 3.918 204.100 0.019
22 5.007 214.400 0.023 22 4.997 214.700 0.023
23 5.186 225.100 0.023 23 4.794 225.100 0.021
24 4.978 235.900 0.021 24 5.272 235.200 0.022
25 5.357 246.400 0.022 25 5.493 246.300 0.022
26 5.772 254.800 0.023 26 4.887 255.700 0.019
27 5.926 263.900 0.022 27 5.612 263.900 0.021
28 5.659 274.500 0.021 28 5.815 274.500 0.021
29 7.150 285.000 0.025 29 5.313 284.600 0.019
30 7.614 294.300 0.026 30 7.546 294.300 0.026
31 8.550 304.800 0.028 31 5.499 304.800 0.018
32 5.711 315.400 0.018 32 5.980 315.400 0.019
33 7.492 326.000 0.023 33 8.184 326.000 0.025
34 6.900 335.200 0.021 34 6.931 334.800 0.021
35 7.054 345.700 0.020 35 7.914 345.700 0.023
36 7.967 356.300 0.022 36 6.679 356.300 0.019
37 8.254 366.900 0.023 37 8.544 366.400 0.023
38 9.354 375.100 0.025 38 8.059 377.400 0.021
39 7.996 385.300 0.021 39 8.886 386.200 0.023
40 8.892 397.200 0.022 40 9.129 397.200 0.023
log shear stress (Pa)

log shear stress (Pa)

1.200 1.200 y = 0.997x - 1.667


1.000 y = 0.938x - 1.488
1.000 R² = 0.964
0.800 R² = 0.964
0.800
0.600 0.600
0.400 0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 0.000 1.000 2.000 3.000
log shear rate (1/s) log shear rate (1/s)

83
Lampiran 15. Grafik pengaruh suhu terhadap sifat reologi CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D
dengan menggunakan persamaan Arrhenius pada 100 s-1.

a. CPO A
0
-0.50.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034
ln viskositas terukur (Pa.s)
-1 y = 8458.x - 29.74
-1.5 R² = 0.963
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
1/T (K)

b. CPO B
0
ln viskositas terukur (Pa.s)

-0.50.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034


-1
y = 8439.x - 29.67
-1.5 R² = 0.953
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
1/T (K)

c. CPO C
0
ln viskositas terukur (Pa.s)

-0.50.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034


-1 y = 7463.x - 26.56
-1.5 R² = 0.962
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
1/T (K)

84
Lampiran 15. Grafik pengaruh suhu terhadap sifat reologi CPO A, CPO B, CPO C, dan CPO D
dengan menggunakan persamaan Arrhenius pada 100 s-1 (lanjutan).

d. CPO D
0
-0.50.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034
ln viskositas terukur (Pa.s)
-1 y = 5771.x - 21.44
-1.5 R² = 0.980
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
1/T (K)

85
86

Vous aimerez peut-être aussi