Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
The purpose of this study is to determine the increase of time management understanding through group
guidance with problem solving techniques. This research is a classroom action research with cross sectional
type. The subjects of research were ten students of class VII A SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta taken by
purposive sampling technique. Data collection instrument used was in the form of a questionnaire of time
management understanding. Data analysis technique to test the effectiveness of group guidance was problem
solving technique which is to improve the understanding of time management of SMP students using the
Wilcoxon test. The results of data analysis shows a mean of time management understanding before the
action of problem solving techniques was 55.30 and the average after problem solving techniques given was
78.60. Wilcoxon test results shows p = 0.005 so that we can conclude that there is an increase of time
management understanding of SMP students after using group guidance with problem solving techniques.
The results of this study can be useful for guidance and counseling teachers as a consideration material in
improving the understanding of students’ time management through group guidance services using problem
solving techniques.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan
kelompok dengan teknik problem solving. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan jenis
cross sectional. Subjek penelitian sepuluh siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta yang
diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa angket
pemahaman manajemen waktu. Teknik analisis data untuk menguji keefektifan bimbingan kelompok dengan
teknik problem solving untuk meningkatkan pemahaman manajemen waktu siswa SMP menggunakan uji
wilcoxon. Hasil analisis data menunjukkan pemahaman manajemen waktu sebelum diberi tindakan teknik
problem solving dengan rerata sebesar 55,30 dan setelah diberi tindakan teknik problem solving dengan rerata
sebesar 78,60. Hasil uji wilcoxon menunjukkan p=0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pemahaman manajemen waktu pada siswa SMP melalui bimbingan kelompok dengan teknik
problem solving. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan pemahaman manajemen waktu siswa melalui layanan bimbingan
kelompok dengan teknik problem solving.
24
25
NURHIDAYATI
waktu. Melalui teknik ini, siswa dituntut untuk siswa seringkali mengerjakan tugas secara
lebih kreatif dan kritis untuk mengungkapkan terburu-buru menjelang batas akhir pengumpulan
masalah-masalah yang terjadi akibat pemahaman tugas, ingin menyelesaikan tugas dengan cepat
manajemen waktu yang kurang dan kesulitan- sehingga mengakibatkan tugas tidak dapat
kesulitan yang dialami siswa ketika terselesaikan secara baik dan tuntas, dan siswa
memanajemen waktu. Selanjutnya siswa berkecenderungan untuk mengerjakan tugas
menganalisis masalah-masalah dan kesulitan- secara asal-asalan hanya untuk menggugurkan
kesulitan tersebut untuk menemukan alternatif- kewajiban mengumpulkan tugas. Siswa juga
alternatif solusi yang dapat diterapkan oleh siswa. menuturkan bahwa untuk menyelesaikan tugas
Pada dasarnya teknik ini mendorong siswa untuk sekolah kerap mengerjakan tugas/pekerjaan
bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap rumah secara terburu-buru di sekolah pada saat
masalah dan kesulitan-kesulitan dalam mengelola akhir batas waktu pengumpulan. Selain itu, para
waktu secara mandiri sehingga pemahaman siswa menceritakan bahwa mereka memiliki
manajemen waktu siswa menjadi bertambah pemahaman terbatas mengenai pemanfaatan
karena saling bertukar informasi dan solusi. waktu secara baik sehingga tidak memiliki
Hasil analisis DCM (Daftar Cek Masalah) kebiasaan belajar yang teratur. Berdasarkan
yang dilakukan pada siswa kelas VII A SMP permasalahan yang telah dipaparkan maka secara
Muhammadiyah 4 Yogyakarta menunjukkan mengerucut dapat disimpulkan bahwa terdapat
persentase paling tinggi pada permasalahan permasalahan pada siswa dalam kebiasaan belajar
kebiasaan belajar siswa dibandingkan dengan yang disebabkan oleh rendahnya pemahaman
beberapa permasalahan yang lain. Perolehan rata- siswa akan manajemen waktu, khususnya waktu
rata hasil analisis DCM tersebut sebesar 58% belajar.
pada permasalahan kebiasaan belajar. Permasalah-masalah di atas membutuhkan
Permasalahan-permasalahan tersebut sebagian penanganan dari guru bimbingan dan konseling.
besar yaitu, siswa merasa mengantuk saat belajar Salah satu teknik dalam bimbingan yang dapat
(30,30%), siswa hanya belajar pada malam hari diaplikasikan oleh guru bimbingan dan konseling
(18,18%), siswa tidak memiliki waktu belajar adalah teknik problem solving. Namun, menurut
secara teratur (15,15%), sering merasa malas penuturan tiga guru bimbingan dan konseling di
belajar (12,12%), siswa sulit mengingat pelajaran SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta, bahwa
yang telah dihafal (9,09%), siswa belajar saat ada teknik problem solving belum pernah
ulangan (6,06%), dan tidak dapat menerapkan diaplikasikan dalam layanan bimbingan dan
cara belajar yang baik (3,03%%). Hasil analisis konseling di sekolah tersebut. (Hasil wawancara
tersebut menunjukkan salah satu permasalahan Senin tanggal 16 November 2016).
dalam kebiasaan belajar adalah siswa tidak Teknik problem solving yang dikemas melalui
memiliki pemahaman tentang manajemen waktu bimbingan kelompok dianggap dapat melatih
sehingga siswa hanya belajar di malam hari, siswa untuk berfikir kritis dalam mengidentifikasi
waktunya tidak teratur, dan belajar saat ada masalah kebiasaan belajar serta mencari solusi
ulangan. Akibat yang ditimbulkan dari dari permasalahan yang dihadapi. Kegiatan ini
permasalahan tersebut yaitu siswa mengalami mengajarkan siswa untuk menanamkan rasa
kesulitan mengingat materi yang telah dipelajari. tanggung jawab dalam mencari solusi dari kasus
Kondisi tersebut juga menyebabkan siswa tidak yang sedang dihadapi melalui pembahasan dalam
mampu menyelesaikan tugas sekolah secara diskusi kelompok. Siswa diharapkan
maksimal. mendapatkan pemahaman baru mengenai
Berdasarkan hasil wawancara pada sembilan manajemen waktu melalui pemberian informasi
siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 4 dalam bentuk contoh kasus. Selain itu, siswa
Yogyakarta pada Senin tanggal 16 November dapat belajar untuk mengungkapkan,
2016, mendapatkan informasi bahwa siswa masih menggambarkan, serta mengekspresikan
memiliki minim pemahaman tentang cara pemahaman dalam mengelola waktu. Siswa yang
memecahkan permasalahan kebiasaan belajar. kurang mengetahui cara mengatur waktu secara
Keterbatasan pemahaman siswa terhadap baik dapat memperoleh informasi baru tentang
permasalahan kebiasaan belajar menyebabkan manajemen waktu sehingga siswa dalam
26
MANAJEMEN WAKTU, BIMBINGAN KELOMPOK, PROBLEM SOLVING
melaksanakan ketiga kegiatan tersebut. Sesuai ditetapkan oleh individu bersangkutan; d) belajar
dengan tujuan tugas perkembangan siswa, maka secara intensif untuk menguasai suatu mata
hal pertama yang harus dilakukan adalah pelajaran. Teknik ini digunakan untuk
menyelesaikan tugas mandiri, belajar untuk mempelajari mata pelajaran yang dianggap sukar
mempersiapkan ujian, dan kemudian les musik. sehingga perlu teknik khusus untuk mempelajari
Kontrol terhadap waktu dilakukan dengan dan memahami pelajaran tersebut.
melakukan pengawasan terhadap aplikasi waktu Rahardi (2008: 88) menjelaskan beberapa
per kegiatan yang telah di rencanakan di awal. faktor yang menentukan tercapainya proses
Jadi siswa dituntut untuk melakukan pengawasan manajemen waktu siswa antara lain: a) faktor
terhadap alokasi waktu per kegiatan yang telah dalam diri yang melakukan kesalahan; b) faktor
direncanakan, ditargetkan di awal, apakah alokasi pandangan hidup (life way); c) faktor lingkungan
menetapkan yang di targetkan untuk suatu sekolah. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang
kegiatan sudah cukup atau belum. Aspek-aspek mempengaruhi memanajemen waktu, dapat
tersebut diperkuat oleh hasil riset yang dilakukan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
Jithendra M. Mishra dan Prabhakara Mishra kemampuan memanajemen waktu di lingkungan
(dalam Rohadi, 2008: 291). Hasil riset tersebut sekolah yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan
menyimpulkan ada lima bidang utama yang tidak belajar dengan layanan bimbingan kelompok.
boleh ditinggalkan dalam pengelolaan waktu atau Pemahaman manajemen waktu perlu diukur
manajemen waktu, yaitu: pertama, kesadaran agar dapat dievaluasi atau diperbaiki. Menurut
bahwa sebagian besar waktu yang dihabiskan Hasan (1991: 78), pemahaman diukur melalui tiga
bersifat kebiasaan; kedua, bahwa penentuan aspek pemahaman yaitu: a) pemahaman sebagai
sasaran pribadi sangat penting bagi manajemen bentuk penerimaan; b) respon; dan c) penilaian
yang benar; ketiga, prioritas harus dikategorikan terhadap suatu objek. Pengukuran pemahaman
dan dikaji; keempat, bahwa komunikasi yang baik manajemen waktu melalui bimbingan kelompok
dan benar sangat esensial; kelima, bahwa dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu
menangguhkan mungkin merupakan halangan dengan melihat penerimaan siswa ketika
terbesar bagi pengelolaan waktu. mendapat layanan tentang manajemen waktu,
Siswa diharapkan dapat menyusun pedoman bagaimana respon siswa dalam menanggapi, dan
mengatur waktu belajar dan konsisten memunculkan ide-ide baru ketika pelaksanaan
menjalankan waktu yang telah dijadikan kegiatan, serta bagaimana penilaian siswa dalam
pedoman. Pedoman pokok manajemen waktu menyelesaikan suatu permasalahan terkait
yang harus dipahami dan diterapkan siswa adalah manajemen waktu secara logis.
cara mengelompokkan waktu untuk belajar. Upaya meningkatkan pemahaman manajemen
Siswa diharapkan dapat merencanakan dan waktu dapat dilakukan dengan cara pemberian
menetapkan waktu belajar setiap hari agar informasi atau pengetahuan tentang manajemen
terbiasa dengan jadwal yang telah dibuat sehingga waktu agar siswa memiliki pengetahuan
siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. manajemen waktu, cara meningkatkan
Siswa memerlukan alternatif teknik-teknik manajemen waktu, keterampilan cara mengatur
dalam memanfaatkan waktu untuk belajar. Gie waktu, teknik menyusun waktu, serta faktor-
(1995: 179) menyebutkan ada empat teknik dalam faktor yang mempengaruhi manajemen waktu.
memanfaatkan manajemen waktu untuk belajar: Hal ini menjadi penting agar siswa mampu
a) siswa hendaknya menetapkan mata pelajaran meningkatkan harga diri dan meningkatkan sikap
yang akan dipelajarinya setiap hari sekurang- asertif sehingga siswa dapat menolak dan
kurangnya dua atau empat mata pelajaran setiap menghindari hal-hal yang bisa menggangu
hari; b) mengurutkan waktu mempelajari dua atau tercapainya manajemen waktu yang telah
empat mata pelajaran itu menurut sukar ditetapkan.
mudahnya yang dikaitkan dengan kapan siswa
mencapai waktu terbaik untuk belajar; c) Layanan Bimbingan Kelompok
mengatur lamanya periode belajar sebaik-baiknya Layanan bimbingan kelompok merupakan
agar tidak terlampau pendek atau terlalu lama, layanan yang diberikan dalam suasana kelompok
berapa lama periode waktu belajar sebaiknya untuk memberikan informasi berdasarkan
28
MANAJEMEN WAKTU, BIMBINGAN KELOMPOK, PROBLEM SOLVING
kepentingan kelompok. Menurut Sukardi (2008: (problem solving techniques); d) permainan peran
64) bimbingan kelompok adalah layanan (roleplaying); e) permainan simulasi (simulation
bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan game); f) karyawisata (field trip); dan g) teknik
yang memungkinkan sejumlah peserta didik pencipta suasana kekeluargaan (homeroom).
secara bersama-sama memperoleh berbagai Layanan bimbingan kelompok dengan teknik
bahan dari sumber tertentu (terutama problem solving dilakukan dengan cara
daripembimbing/konselor) yang berguna untuk melakukan diskusi untuk membuat penilaian dan
menunjang kehidupannya sehari-hari sebagai merumuskan keputusan untuk menyelesaikan
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta suatu permasalahan. Pada penelitian ini,
untuk pertimbangan dalam pengambilan permasalahan yang dimaksudkan terkait dengan
keputusan. Menurut Romlah (2006: 3) pengertian manajemen waktu sehingga siswa membuat
bimbingan kelompok adalah proses pemberian penilaian terhadap kesulitan memanajemen
bantuan yang diberikan pada individu dalam waktu berdasarkan penyebabnya (baik faktor dari
situasi kelompok. Bimbingan kelompok dalam diri maupun dari lingkungan) dan secara
ditunjukkan untuk mencegah timbulnya masalah bersama-sama siswa merumuskan keputusan-
pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. keputusan untuk menyelesaikan masalah dengan
Berdasarkan pendapat ahli dan dikaitkan dengan memperbaiki pandangan hidup dan memotivasi
mnajemen waktu, maka dapat disimpulkan bahwa siswa untuk memanajemen waktu.
bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan Tahap-tahap bimbingan kelompok merupakan
yang memungkinkan sejumlah siswa secara bagian-bagian secara berurutan yang dilakukan
bersama-sama memperoleh berbagai pemahaman dalam layanan bimbingan kelompok kepada
mengenai manajemen waktu sehingga mampu masing-masing siswa untuk mengatasi
mengambil keputusan untuk mengatasi kesulitan permasalahan yang dihadapi secara
manajemen waktu dengan strategi yang tepat dan berkelompok. Menurut Hartinah (2009: 131)
efisien untuk meningkatkan hasil belajar. ada empat tahap dalam pelaksanaan bimbingan
Komponen layanan bimbingan kelompok kelompok yaitu: a) tahap pembentukan (awal),
merupakan bagian-bagian dalam memberikan tahap ini tahap pengenalan dan keterlibatan
layanan bimbingan kelompok secara keseluruhan anggota ke dalam kelompok dengan tujuan
sebagai satu kesatuan proses layanan bimbingan agar anggota kelompok memahami maksud
kelompok. Menurut Prayitno (1995: 27) ada tiga bimbingan kelompok untuk meningkatkan
komponen penting dalam kelompok yaitu: a) pemahaman mengenai manajemen waktu; b)
suasana kelompok; b) anggota kelompok, peranan tahap peralihan, tahap ini adalah tahap transisi
kelompok tidak terwujud tanpa keikutsertaan aktif dari pembentukan ke tahap kegiatan, menjelaskan
para anggota kelompok dan bahkan lebih dari itu, kegiatan apa yang harus dilaksanakan
dalam batasan-batasan tertentu suatu kelompok pemimpin kelompok untuk menegaskan jenis
dapat melakukan kegiatan tanpa kehidupan kegiatan bimbingan kelompok yaitu tugas dan
pimpinan kelompok; c) pemimpin kelompok beban, sehingga tidak akan muncul keraguan atau
adalah orang yang mampu menciptakan suasana belum siap dalam melaksanakan kegiatan dan
sehingga para anggota kelompok dapat belajar manfaat yang diperoleh setiap anggota kelompok;
bagaimana cara mengatasi masalah-masalah c) tahap pelaksanaan kegiatan yaitu kegiatan
mereka sendiri. Peranan pemimpin kelompok yang dilakukan pada tahap ini untuk topik
dalam layanan bimbingan kelompok adalah tugas adalah pemimpin kelompok
memberi bantuan, pengarahan ataupun campur mengemukakan topik untuk dibahas oleh
tangan langsung terhadap kegiatan kelompok, dan kelompok, dan d) tahap pengakhiran, pada tahap
memusatkan perhatian pada suasana perasaan ini terdapat dua kegiatan yaitu penilaian
yang berkembang dalam kelompok itu. (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up).
Menurut Romlah (2006: 87) ada beberapa
teknik yang bisa digunakan dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok, yaitu: a) teknik pemberian
informasi (expository techniques); b) diskusi
kelompok; c) teknik pemecahan masalah
29
NURHIDAYATI
masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, 55,30 mengalami kenaikan pada rerata skor
serta mengadakan penilaian terhadap hasil yang posttest sebesar 78,60. Hasil peningkatan tersebut
akan dicapai. Guru bimbingan dan konseling dapat dilihat pada Tabel 1.
hanya bertugas mengarahkan siswa sehingga
siswa dituntut aktif dan berfikir ilmiah dan kritis. Tabel 1
Keaktifan siswa akan mempermudah dan Deskripsi Data Variabel Pemahaman Manajemen
mempercepat dalam memahami manajemen Waktu Setiap Siswa
waktu karena siswa berfikir sendiri melalui kasus
yang diselesaikan yaitu masalah tentang No Subjek Series 1 Series 2 Series 3
manajemen waktu. Dengan demikian, teknik Pre test Post test Gain
problem solving dianggap cocok sebagai cara score
untuk meningkatkan pemahaman manajemen 1 ASP 42 82 40
waktu siswa karena siswa dibebaskan untuk 2 NFP 44 72 28
mengeluarkan pendapat sesuai dengan 3 ANA 46 70 24
pemahaman yang dimiliki dalam memecahkan 4 DNR 50 73 23
masalah yang sedang dihadapi terutama 5 SA 54 74 20
masalah dalam manajemen waktu. 6 TQ 59 73 14
7 FAS 61 83 22
Metode Penelitian 8 PW 64 83 19
9 FSR 65 89 24
Penelitian ini menggunakan pendekatan 10 HPO 68 87 19
penelitian tindakan kelas (classroom action Jumlah 553 786 233
research) dengan jenis cross sectional. Subjek Mean 55,30 78,60 23,30
penelitian sebanyak sepuluh siswa kelas VII A Median 55,50 78,00 22,50
SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta, yang
diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis data pada pretest
Instrumen pengumpulan data yang digunakan menunjukkan bahwa lima siswa (50%)
berupa angket pemahaman manajemen waktu mempunyai pemahaman manajeman waktu dalam
siswa. Instrumen pengumpulan data yang kategori kurang dan sisanya sejumlah 5 siswa
digunakan berupa angket pemahaman manajemen (50%) mempunyai pemahaman tentang
waktu. Teknik analisis data untuk menguji manajemen waktu dalam kategori cukup. Hal ini
keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik menunjukkan sebagian besar subjek penelitian
problem solving dalam meningkatkan belum mengetahui dengan benar hal-hal dalam
pemahaman manajemen waktu siswa SMP memanajemen waktu yang meliputi pemahaman
menggunakan uji wilcoxon. tentang penetapan tujuan dan prioritas,
pemahaman tentang mengatur dan mengelola
Hasil Penelitian dan Pembahasan waktu, dan membuat kontrol terhadap jadwal
kegiatan sehingga belum mampu menyediakan
Peningkatan pemahaman manajemen waktu waktu untuk kegiatan belajar.
pada siswa dapat tercapai melalui layanan Hasil analisis data pada skor pottest
bimbingan kelompok dengan teknik problem menunjukkan jumlah siswa yang memiliki
solving. Skor pre test dan post test dianalisis pemahaman tentang manajeman waktu dalam
menggunakan uji wilcoxon untuk melihat kategori baik sebanyak delapan siswa (80%) dan
peningkatan pemahaman manajemen waktu pada sisanya mempunyai pemahaman tentang
siswa melalui teknik problem solving. Hasil manajemen waktu dalam kategori cukup
analisis data menunjukkan bahwa terjadi sebanyak 2 siswa (20%). Hal ini menunjukkan
peningkatan pemahaman manajemen waktu siswa sebagian besar subjek penelitian cukup
SMP melalui layanan bimbingan kelompok mengetahui hal-hal dalam memanajemen waktu
dengan teknik problem solving. Peningkatan yang meliputi pemahaman tentang penentapan
tersebut dapat terlihat dari perbedaan rerata skor tujuan dan prioritas, pemahaman tentang
pretest dan posttest. Rerata skor pretest sebesar mengatur dan mengelola waktu, dan membuat
31
NURHIDAYATI
kontrol terhadap jadwal kegiatan sehingga belum fokus memperhatikan informasi yang
mampu menyediakan waktu untuk kegiatan disampaikan peneliti atau pemimpin kelompok,
belajar. Perbandingan skor pretest dan posttest aktif bertanya, aktif dalam mencatat hal-hal yang
dapat ditunjukkan pada Gambar 1. penting, percaya diri dan berani berargumentasi
atau mengemukakan pendapat, terampil dalam
menanggapi pendapat anggota lain, bicaranya
terarah, tidak terbata-bata, tidak ragu, bahasa
yang digunakan mudah dipahami, sopan santun,
tidak berbicara kasar, saling menghormati
pendapat antar anggota, saling terbuka dengan
anggota yang lain, mampu berinteraksi dengan
baik dengan anggota kelompok, tertib, serta
memberikan reward berupa pujian ekspresi dan
tepukan tangan dan lainnya. Berdasarkan hasil
penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa
layanan bimbingan kelompok dengan teknik
problem solving dapat meningkatkan pemahaman
tentang manajemen waktu.
Pengujian hipotesis menggunakan uji
Gambar 1 wilcoxon dengan bantuan program SPSS
Perbandingan Skor Pretest dan Posttest diperoleh nilai p=0,005 (< 0,05) maka hipotesis
alternatif (Ha) yang diajukan “ada peningkatan
Data hasil observasi menjadi data pendukung pemahaman manajemen waktu melalui teknik
untuk melihat peningkatan pemahaman problem solving pada siswa kelas VII A SMP
manajemen waktu siswa melalui layanan Muhammadiyah 4 Yogyakarta” diterima sehingga
bimbingan kelompok dengan teknik problem teruji kebenarannya. Hasil pengujian tersebut
solving. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
dan II dapat diketahui respon yang diberikan signifikan antara pemahaman manajemen waktu
siswa saat pelaksanaan problem solving berjalan sebelum dan setelah diberi teknik problem
dengan cukup lancar dan cukup kondusif tetapi solving.
saat pelaksanaan problem solving beberapa siswa
kurang mampu menyampaikan pendapatnya Simpulan
dalam diskusi pelaksanaan Problem solving yaitu
ANA, FAS, PW, FSR dan HPO. Hasil observasi Berdasarkan hasil penelitian dapat
siklus I menunjukkan siswa cukup fokus disimpulkan bahwa layanan bimbingan
memperhatikan informasi yang disampaikan kelompok dengan teknik problem solving dapat
peneliti atau pemimpin kelompok, cukup aktif meningkatkan pemahaman manajemen waktu
bertanya, cukup percaya diri, dan berani tampil pada siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah
berargumentasi atau mengemukakan pendapat, 4 Yogyakarta. Hasil penelitian ini dapat
cukup terampil dalam menanggapi pendapat bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling
anggota lain, berbicara cukup terarah, tidak sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan
terbata-bata, tidak ragu, bahasa yang digunakan pemahaman manajemen waktu siswa melalui
cukup dapat dipahami, sopan, tidak kasar, ckup layanan bimbingan kelompok dengan teknik
dalam menghormatiantar anggota kelompok, problem solving.
cukup terbuka dengan anggota yang lain, cukup
mampu berinteraksi dengan baik dengan anggot Referensi
kelompok yang lain, tertib dalm mengikuti
kegiatan dan cukup memberikan reward berupa Atkhinson, E. Philip. (1983). Manajemen Waktu
pujian ekspresi dan tepukan tangan. yang Efektif. Jakarta: Bina Rupa
Pada siklus II respon siswa dan situasi _________________. (1983). Manajemen
Waktu yang Kreatif. Bandung: Remaja
kelompok sudah berada pada kategori baik. Siswa
Rosda Karya.
32
MANAJEMEN WAKTU, BIMBINGAN KELOMPOK, PROBLEM SOLVING
Depdiknas. (2007). Penataan Pendidikan Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktek
Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Negeri Malang.
Pendidikan Formal. Jakarta. Slamet. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor
Geldrad, Katryn dan David Geldrad. (2011). yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Konseling Remaja Pendekatan Proaktif Cipta.
untuk Anak Muda. Yogyakarta: Pustaka Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Pelajar. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Gie, The Liang. (1995). Strategi Hidup Sukses. Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yogyakarta: Liberty. Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur
Gunarso, Singgih. (2000). Psikologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. ________________. (2010). Prosedur
Hamid, Hasan. (1991). Evaluasi Belajar. Jakarta: Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Depdikbud Dirjendikti. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartinah, Siti. (2010). Perkembangan Peserta ________________. (2010). Penelitian Tindakan
Didik. Bandung: Refika Aditama. Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryati, Mimin. (2007). Model dan Teknik ________________. (2011). Dasar-Dasar
Penilaian pada Tingkat Pendidikan. Jakarta: Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
GP Press. Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar
Haynes, Marion E. (2010). Manajemen Waktu. Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Jakarta: PT Indeks. Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Mujiono, dkk. (2009). Modul Pengembangan Diri Tiger, Therese Hoff. (1999). Time Management:
melalui Layanan Bimbingan dan Konseling Test of Proses Model. Jurnal of appliet
SMK. Yogyakrta: Paramitha Publishing. psychologi, 79(3): 381-391.
Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. (2004). Psikologi
Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. (2004).
Purwanto, Sigit. (2008). Pocket Mentor Bimbingan dan Konseling di Institusi
Manajemen Waktu. Jakarta: Esensi Erlangga Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Group. Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan
Rohadi. (2008). Pengaruh Manajemen Waktu Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi.
dan Motivasi Mengajar terhadap Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika.
Kompetensi Profesional Guru di Sekolah (2009). Landasan Bimbingan dan
Menengah Atas Kota Pekalongan. Tesis. Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Semarang: Program Studi Manajemen Yusuf L. N. (2011). Psikologi Anak dan Remaja.
Pendidikan Pogram Pascasarjana Universitas Bandung: Remaja Rosdakarya.
Negeri Semarang.