Vous êtes sur la page 1sur 11

Title: The Effectiveness of Slow Deep Breathing with Langgam Jawa music to

improving the quality of elderly sleep in UPTD Griya Werdha Surabaya


Christina Yuliastuti*
Ceria Nurhayati* and Febriansyah Wahyu Iromi**

Elderly people would find it easier to experience sleep disorders that will affect
the quality of sleep because of the aging process. This study aimed to analyze the
effectiveness of slow deep breathing with Langgam Jawa music to improve the quality
of elderly sleep in UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.
The design of this study used a Quasy Experiment with the non-equivalent
control group method. The study sample was obtained using simple random sampling
of 40 elderly people aged 60 - 70 years in UPTD Griya Werdha Jambangan and
divided into 2 groups randomly. The instrument of this study used standard operating
procedures according to the University of Pittsburgh Medical Center with
smartphones, speakers, and Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaires. The
analysis of data used the Wilcoxon and Mann Whitney test (p≤0, 05).
The results of the study in the treatment group showed an increase in the quality
of sleep for the elderly people for 7 consecutive days with a dose of 10 minutes each
before going to bed (p = 0,000). The control group did not get an increase in sleep
quality (p = 1,000). The results showed that slow deep breathing with musical
accompaniment of Langgam Jawa music towards improving the quality of elderly sleep
(p=0,000).
Stimulation of parasympathetic nerve affect blood pressure and heart rate
decrease, release dopamine which is able to provide a relaxing and brings the brain to
the resting wave (delta). This intervention is highly recommended to be applied to
improve sleep quality in the elderly.
Keywords: Sleep Quality, Slow Deep Breathing, Langgam Jawa music, Elderly
* : Pembimbing
** : Penulis

1
2

PENDAHULUAN & Sumarauw, 2017). Membantu lansia


mendapatkan kualitas tidur yang baik
Lansia yang berusia 60 tahun
merupakan salah satu tugas perawat.
keatas lebih mudah mengalami
Terlebih pada lansia yang tinggal di
berbagai masalah kesehatan, hal ini
panti werdha, sama halnya di UPTD
dikarenakan proses penurunan
Griya Werdha Jambangan Surabaya.
fisiologis yang terjadi akibat penuaan
Rata-rata mereka mengeluhkan susah
yang dialami. Gangguan tidur menjadi
dalam mmemulai tidur dan sering
salah satu masalah yang sering
terbangun ditengah malam. Hal seperti
ditemukan pada lansia, beberapa jenis
ini menjadi alasan buruknya kualitas
gangguan tidur yang sering muncul
tidur lansia disana dan perlunya
seperti kesulitan dalam memulai tidur,
penanganan yang seruis dari perawat
sering terbangun dimalam hari, susah
disana.
dalam memulai tidur kembali, bangun
tidur lebih awal (Hellström, Hellström, Data Nasional Sleep
Willman, & Fagerström, 2014). Foundation tahun 2010 menyatakan
Keadaan ini akan membuat pemenuhan sebanyak 67% dari 1.508 lansia berusia
waktu tidur lansia yang secara 60 tahun keatas mengeluhkan sering
fisiologis memendek menjadi 6 mengalami insomnia. Prevalensi
jam/hari tidak terpenuhi (Hidayat & insomnia di Jepang sebanyak 21,4 %
Uliyah, 2016) dan berdampak pada yang didefinisikan sebagai kesulitan
durasi tidur, latensi tidur dan fase tidur memulai tidur 8.3%, mempertahankan
dalam yang terganggu sehingga tidur 15%, dan bangun lebih awal 8%.
kualitas tidur lansia menjadi buruk. Di Indonesia prevalensi gangguan tidur
Kualitas tidur buruk akan berdampak dialami oleh 50% lansia dan
pada kekambuhan dan keparahan pada diperkirakan setiap tahunnya sekitar
penyakit yang derita lansia (Amanda, 20% - 50% lansia mengeluh insomnia
Prastiwi, & Sutriningsih, 2017) juga (Sumirta & Laraswati, 2013). Hasil
berakibat pada penurunan kognitif studi pendahuluan didapatkan 9 dari 10
yangdimiliki oleh lansia (Sari, Onibala, lansia mengaku memiliki setidaknya

2
3

dua masalah gangguan tidur, susah dan non – farmakologis. Efek samping
memulai tidur dan sering terbangun yang diakibatkan oleh terapi
dimalam hari. famakologis dikhawatirkan dapat
menimbulkan masalah yang lain pada
Proses penuaan yang dialami
lansia. Slow deep breathing dengan
lansia berdampak pada perubahan
Iringan musik langgam jawa
sleep architecture dan irama sirkadian
merupakan relaksasi nafas dalam
yang bertugas mengatur tahapan tidur
lambat dengan mendengarkan alunan
dan memberikan respon rangsang
musik yang bertempo lambat yang
untuk memulai tidur berubah dan
mampu memberikan efek nyaman dan
menyebabkan gangguan tidur pada
rilek (Nursalam, Haryanto, Indrawati,
lansia (Astuti, 2013). Dari hasil
& Wahyuni, 2010; Utomo, Armiyati, &
penelitian yang dilakukan oleh para
Arif, 2015) sehinga mampu membantu
peneliti di University of Warwick
lansia dalam pemenuhan kebutuhan
Amerika Serikat, yang melakukan
tidurnya setiap hari dan memiliki
pengamatan pada 475.000 partisipan
potensi dalam meningkatkan kualitas
dari 15 studi yang diakukan di 8 negara
tidur lansia khususnya di UPTD Griya
termasuk Inggris, Jepang, Swedia dan
Werdha Jambngan Surabaya.
Jerman mengungkapkan bahwa tidur
yang kurang dari 6 jam dimalam hari METODE PENELITIAN
memiliki resiko terkena penyakit
Penelitian ini menggunakan
jantung dan stroke (Setiawan, 2016)
desain Quasy Experiment dengan
juga berdampak pada perubahan
metode non equivalent control group
hormon yang meningkatkan tekanan
bertujuan untuk mencari efektivitas
darah meningkat dan dapat
slow deep breathing dengan iringan
menimbulkan penyakit hipertensi
musik langgam jawa terhadap
beserta komplikasinya (Amanda et al.,
peningkatan kualitas tidur lansia.
2017).
Teknik sampling pada penelitian ini
Kualitas tidur lansia dapat meggunakan Probability Sampling
diperbaiki dengan terapi farmakologis dengan pendekatan Simple Random

3
4

Sampling dan didapatkan sampel Perempuan 20 100% 7 35%


sebanyak 40 responden yang bagi Total 20 100% 20 100%
Usia
menjadi 2 kelompok secara acak. Dosis
60-65 tahun 7 35% 8 40%
diberikan selama 10 menit setiap 66-70 tahun 13 65% 12 60%
menjelang waktu tidur selama 7 hari Total 20 100% 20 100%
Mean 66 66
berturut – turut. Instrument yang
SD 2,907 2,940
digunakan dalam penelitian ini Riwayat penyakit
menggunakan kuisioner PSQI Tidak ada 3 15% 4 20%
(Pittsburgh Sleep Quality Index) dan Kencing
4 20% 5 25%
manis
standar prosedur oprasional relaksasi Darah tinggi 10 50% 6 30%
slow deep breathing menurut Stroke 0 0% 0 0%
Asam urat 3 15% 5 25%
University Of Pittsburgh Medical
Total 20 100% 20 100%
Center dengan menggunakan speaker Gangguan tidur yang dialami
bluetooth dan smartphone. Uji analisis Insomnia 12 60% 10 50%
yang digunakan adalah uji Wilcoxon Mendengkur 2 10% 2 10%
Mengigau 1 5% 2 10%
dan Uji Mann Whitney. Penelitian ini
Terbangun
5 25% 6 30%
dilakukan di UPTD Griya Werdha malam hari
Jambangan Surabaya. Total 20 100% 20 100%

PEMBAHASAN Dari tabel diatas dapat


Karakteristik responden dalam dijelaskan karakteristik jenis kelamin
penelitian ini meliputi jenis kelamin, responden rata-rata kelompok
usia, riwayat penyakit dan gangguan perlakuan perempuan (100%)
tidur yang dialami yang diuraikan kelompok kontrol laki-laki (65%), rata-
sebagai berikut: rata berusia 66-77 tahun pada
kelompok perlakuan (65%) kelompok
Kelompok Kelompok kontrol (60%), rata-rata riwayat
Perlakuan Kontrol
penyakit yang diderita adalah
f % f %
Jenis kelamin hipertensi dengan kelompok perlakuan
Laki - Laki 0 0% 13 65% (50%) kelompok kontrol (30%) dan

4
5

rata-rata gangguan tidur yang dialami tidur menjadi faktor paling dominan
berupa insomnia dengan kelompok yang membuat lansia di UPTD Griya
perlakuan (60%) kelompok kontrol Werdha Jambangan mengalami
(50%). kualitas tidur yang buruk, saat
Kualitas Tidur Lansia kelompok dilakukan wawancara responden
Perlakuan mengungkap sering terbangun dimalam
KT KT hari karena pergi kekamar mandi,
Pre Terapi Post Terapi sering merasa kedinginan dan mudah
Σ % Σ %
merasa mengantuk disiang hari.
Baik 0 0% 16 80%
Buruk 20 100% 4 20% Kualitas Tidur Lansia kelompok
Median 8 4
Kontrol
Minimum 6 1
Maksimum 12 8
KT KT
Wilcoxon p value 0,000
Pre Terapi Post Terapi
Σ % Σ %
Pada kelompok perlakuan ini
Baik 0 0% 0 0%
didapat sebelum diberikan intervensi Buruk 20 100% 20 100%
seluruh (100%) responden memiliki Median 9 7,5
kualitas tidur yang buruk. Dimana dari Minimum 7 6
Maksimum 12 11
hasil skoring kuisioner tidur didapatkan
Wilcoxon p value 1,000
skor tertinggi pada komponen
gangguan tidur seseorang. Roebuck Jenis kelamin merupakan salah

(1979) dalam Chiang et al (2018) satu faktor yang dapat berpengaruh

sebanyak 50 % lansia mengatakan pada kualitas tidur seseorang, secara

memiliki kualitas tidur yang buruk, fisiologis wanita lebih mudah

beberapa gangguan tidur yang dialami mengalami gangguan tidur ketika

dianataranya tingkat efisiensi tidur cemas (Potter & Perry, 2013). Pada

yang lebih rendah, peningkatan wanita fase menopause akan

terbangun dimalam hari, waktu bangun meningkatkan kejadian insomnia yang

yang lebih awal, dan mengantuk pada dimulai dari fase pra-menopause dan

siang hari. Pendapat peneliti gangguan menjadi lebih tinggi pada fase

5
6

menopause (Hekmawati, 2016). Hal ini dilakukan uji Mann Whitney untuk
berbeda pada penelitian ini dimana berikut adalah uraiannya:
pada kelompok kontrol dari 20
Kelompok Kelompok
responden yang mengalami gangguan Perlakuan Kontrol
tidur sebanyak 13 orang (65%) pria dan Pre Terapi Post Terapi
7 orang (35%) wanita. Peneliti Σ % Σ %
Baik 16 80% 0 0%
berasumsi bahwa selain jenis kelamin
Buruk 4 20% 20 100%
faktor gaya hidup juga berdampak pada N 20 20
kualitas tidur seseorang. Penelitian Mann Whitney
0,000
p value
yang dilakukan oleh (Wicaksono,
2010) menyimpulkan rutinitas dan Dari tabel hasil uji Mann
sosialisasi sehari – hari akan Whitney skor posttest kedua kelompok
mempengaruhi kualitas tidur disimpulkan secara statistik
seseorang. Hasil wawancara peneliti menunjukkan bahwa terdapat
kebanyakan wanita disana memiliki perbedaan pengaruh slow deep
sosialisasi dengan lingkungannya breathing dengan iringan musik
terutama lingkungan kamar langgam jawa terhadap kualitas tidur
dibandingkan dengan lansia pria yang lansia di UPTD Griya Werdha
kebanyakan mengaku hanya Jambangan Surabaya.
berinteraksi jika ada hal yang penting.
Δ KT Δ KT
Efektivitas Slow Deep Breathing Kelompok Kelompok
Perlakuan Kontrol
Dengan Iringan Musik Langgam N 20 20
Jawa Terhadap Kelompok Mean 3,85 1,15
Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Median 4,00 1,00
Mode 4 1
UPTD Griya Werdha Jambangan
Maksimum 6 3
Surabaya Minimum 2 0
Mann Whitney p value 0,000
Hasil dari skoring kuisioner
pada saat posttest pada kedua kelompok Dari tabel uji Mann Whitney Δ
dimasukkan kedalam spss dan skor Kualitas Tidur kedua kelompok di

6
7

atas dapat disimpulkan bahwa terdapat meningkatkan sensitifitas baroreflektor


perbedaan penurunan yang signifikan yang mampu mengimplus sistem saraf
antara kelompok perlakuan dan dan memaksimalkan kadar oksigen
kelompok kontrol, dimana kelompok dalam darah sehingga tubuh menjadi
perlakuan memiliki penurunan skor rileks. Penigkatan sensitifitas
yang lebih efektif. baroreflektor juga menurunkan respon
Relaksasi slow deep breathing saraf simpatis yang meningkatkan
dengan iringan musik langgam jawa fungsi jantung dan paru – paru serta
merupakan salah satu terapi non- mampu menurunkan stress. Meskipun
farmakologis yang dapat memberikan banyak faktor yang mampu
perasaan rileks dan nyaman. Relaksasi menurunkan stress namun peneliti
ini merupakan gabungan dari manuver beranggapan efek dari slow deep
bernafas dalam dan lambat Martini breathing dengan iringan musik
(2006 dalam Anugraheni, 2017) dengan langgam jawa mampu meringankan
terapi mendengarkan musik bertempo stress yang dirasakan oleh lansia
lamban dengan karakteristik lembut terlepas dari faktor yang memicu stress
dan santai mampu membantu tersebut. Johan (2009) dalam (Khayati,
gelombang otak menuju gelombang α Nuraeni, & Solechan, 2015)
(alpa) yang merupakan gelombang otak menjelaskan relaksasi yang dilakuan
yang dialami ketika tubuh mulai tidur secara teratur mampu meningkatkan
dan rileks Wicaksono (2005 dalam sensitifitas baroresptor dan mensekresi
Nursalam et al., 2010). neurotransmitter endorphin yang
Berdasarkan prinsip kerjanya, menstimulus sitem saraf otonom dan
slow deep breathing dengan iringan menghambat pusat saraf simpatis dan
musik langgam jawa merupakan terapi merangsang saraf parasimpatis.
relaksasi yang memberikan efek Penurunan output saraf simpatis akan
psikologis dan efek neuroligis. menyebabkan sekresi epinefrin yang
penelitian yang dilakukan Wiharja akan ditangkap reseptor alfa sehigga
(2016) menjelaskan manuver mepengaruhi otot polos vascular yang
pernafasan dalam dan lambat mampu mengalami vasodilatasi yang akan

7
8

menurunkan tahanan perifer hal ini intelektual di dalam otak dan langsung
akan menurunkan tekanan darah pada berpindah kealam bawah sadar, mampu
lansia sehingga mengurangi rasa nyeri meningkatkan hormon endorphin dan
dan meningkatkan perasaan nyaman menurunkan hormon epineprin yang
yang akan meningkatkan kualitas tidur mampu mempengaruhi fungsi
lansia. Peneliti beranggapan efek yang fisiologis seperti pernafasan, detak
mampu menurunkan tekanan darah jantung dan tekanan darah, selain itu
pada lansia menjadi salah satu faktor juga memicu sistem saraf parasimpatis
penyebab peningkatan kualitas tidur menghasilkan gelombang otak alpha
lansia terutama pada karaketeristik dan juga mampu menstimulus
kelompok perlakuan dimana 50% munculnya gelombang delta dimana
memiliki riwayat darah tinggi. gelombang ini mampu menciptakan
Efek alunan musik langgam keadaan yang tenang dan nyaman dan
jawa yang terkenal mempunyai mampu memberikan kualitas tidur yang
karakteristik tempo lamban dan lembut baik. Peneliti berpendapat efek rileks
mampu memberikan keselarasan jiwa dan perasaan damai yang dirasakan
Wicaksono (2005 dalam Nursalam et ketika sesorang mendengar alunan
al., 2010). Alunan musik yang lembut musik langgam jawa mampu
kemudian akan diterima oleh indra membawanya menuju suasana hati
pendengar yang kemudian akan tenang dan nyaman yang dapat
menstimulus sistem limbik dan membantu lansia memulai tidur dengan
mensekresi feniletilamin yang lebih mudah dan dapat merasakan tidur
merupakan suatu neuroamin bertugas yang lebih nyenyak.
melepaskan dopamine yang Efek yang diberikan slow deep
bertanggung jawab pada pengaturan breathing dengan iringan musik
mood seseorang. Alunan musik langam jawa mampu membantu lansia
langgam jawa yang lembut mampu dalam menndapatkan tidur yang
merubah Susana hati seseorang nyenyak dan alunan musik langgam
menjadi tenang dan rileks. Perjalanan jawa yang merupakan musik khas
musik yang masuk melalui stimulus masyarakat Jawa lebih mudah diterima

8
9

lansia karena merupakan salah satu SARAN


budaya yang melekat, selain itu alunan
1. Lansia di UPTD Griya Werdha
yang lembuh dan indah seakan
Jambangan Surabaya dapat
membawa kembali perasaan mereka
menerapkan slow deep
pada saat masa muda yang mampu
breathing dengan iringan musik
meningkatkan perasaa nyaman dan
langgam jawa selama 10 menit
bahagia. Dari hasil waawancara lansia
secara rutin setiap sebelum tidur
mengaku erasakan banyak
untuk membantu pemenuhan
pengurangan terhadap keluhan yang
kebutuhan tidur
dirasakan sebelum mendapatkan
2. Petugas kesehatan di UPTD
intervensi, dimulai dari lebih mudah
Griya Werdha Jambangan
dalam memulai tidur, penguragan
Surabaya hendaknya dapat
frekuensi terbangun dimalam hari,
memberikan bimbingan dan
pengurangan rasa sakit dan merasa
pengawasan dalam penerapan
segar ketika bangun
slow deep breathing dengan
SIMPULAN iringan musik langgam jawa
Slow deep breathing dengan iringan terhadap lansia.
musik langgam jawa yang dilakukan 3. Penelitian selanjutnya dapat
selama 10 menit setiap menjeang tidur melanjutkan penelitian
secara teratur selama 7 hari berturut- efektivitas slow deep breathing
turut mampu memberikan efek rilek dengan iringan musik langgam
dan nyaman pada lansi yang dibuktikan jawa terhadap penigkatan
pada penurunan skor PSQI dan kognitif pada lansia muda.
penurunan gangguan tidur yang
dialami. Hal ini membuktikan bahwa DAFTAR PUSTAKA
Slow deep breathing dengan iringan
Amanda, H., Prastiwi, S., &
musik langgam jawa efektif dalam Sutriningsih, A. (2017).
Hubungan Kualitas Tidur dengan
meningkatkan kualitas tidur lansia
Tingkat Kekambuhan Hipertensi
pada Lansia di Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Nusing
9
10

News, 2, 437–447. A. (2015). Efektivitas Teknik


Pernapasan Nostril dan Slow Deep
Anugraheni, M. L. (2017). Pengaruh Breathig terhadap Penurunan
Slow Deep Breating terhadap Tekanan Darah pada Lansia
Tekanan Darah Lansia Hipertensi Hipertensi di Kelurahan Kalirejo
yang Mendapat Senam Lansia Di Grobogan, 11.
Wilayah Kerja Puskesmas
Purwosari, 19. Nursalam, Haryanto, J., Indrawati, R.,
& Wahyuni, E. D. (2010). Musik
Astuti, N. M. H. (2013). Management Langga Jawa dalam Upaya
Insomnia in Elderly. E-Jurnal Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Medika Udayana, 2(4), 736–750. Lansia, 5.
Chiang, G. S. H., Sim, B. L. H., Lee, J. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2013).
J. M., & Quah, J. H. M. (2018). Fundamentals of Nursing
Determinants of Poor Sleep (Eighth). Canada: Elsevier Inc.
Quality in Elderly Patients with
Diabetes Mellitus, Sari, R. I., Onibala, F., & Sumarauw, L.
Hyperlipidemia and Hypertension (2017). Hubungan Kualitas Tidur
in Singapore. Primary Health dengan Fungsi Kognitif pada
Care Research & Development, Lansi Di BPLU Senja Cerah
19, 610–615. Provinsi Sulawesi Utara. E-
https://doi.org/10.1017 Journal Keperawatan ( e-Kp ),
5(1), 1–8.
Hekmawati, S. (2016). Gambaran
Perubahan Fisik dan Psikologis Setiawan, D. (2016). The correlation
pada Wanita Menopause Di Between Sleep Patterns and Blood
Posyandu Desa Pabelan. Pressure In People With the age
Universitas Muhammadiyah 30-60 years in RT 05 RW 02
Surabaya. Kedung-Kandang Kota Malang.
Journal of Nursing Care &
Hellström, A., Hellström, P., Willman, Biomolecular, 1(2), 64–69.
A., & Fagerström, C. (2014).
Association between Sleep Setyaningrum, N. (2015). Efektifitas
Disturbances and Leisure Progresive Muscle relaxation dan
Activities in the Elderly : A Slow Deep Breathing Terhadap
Comparison between Men and Penurunan Tekanan Darah,
Women. Sleep Disorders, 2014, Peningkatan Kualitas Tidur dan
11. Penurunan Stress pada Penderita
https://doi.org/http://dx.doi.org/10 Hiiprtensi Di Wilayah Kerja
.1155/2014/595208 Puskesmas Gamping 2
Yogyakarta. Universitas
Hidayat, A. A. A., & Uliyah, M. (2016). Muhammadiyah Yogyakarta.
Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. (P. P. Lestari, Ed.). Jakarta: Sumirta, I. N., & Laraswati, A. I.
Salemba Medika. (2013). Faktor yang Menyebabkan
Gangguan Tidur (Insomnia) pada
Khayati, Z., Nuraeni, A., & Solechan,
10
11

Lansia. Keperawatan.
Utomo, W., Armiyati, Y., & Arif, M. S.
(2015). Efektifitas antara Musik
Religi dan Slow Deep Breathing
Relakxation dengan Slow Deep
Breathing Relaxation terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien Post
Ooperasi Bedah Mayor di RSUD
Ungaran. Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan.
Wicaksono, D. W. (2010). Analisis
Faktor Dominasi yang
Berhubungan dengan Kualitas
Tidur pada Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Uniiversitas
Airlangga.
Wiharja, W., Pranata, R., Abraham, F.,
Bertha, Kurniadi, I. C., Deka, H.,
& Damay, V. A. (2016). Acute
Effect of Slow Deep Breathing
Maneuver on Patient with
Essential Hypertension Stage 1
and 2. Jurnal Kardiologi
Indonesia, 37(2), 75–80.

11

Vous aimerez peut-être aussi