Vous êtes sur la page 1sur 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/304677517

BIOREMEDIASI IN-SITU LAHAN TERCEMAR PESTISIDA OLEH MIKROBA YANG


ADA PADA KOMPOS

Chapter · December 2011

CITATIONS READS

0 4,222

4 authors, including:

Yohanes Setiyo Ida Bagus Wayan Gunam


Udayana University Udayana University
14 PUBLICATIONS   13 CITATIONS    32 PUBLICATIONS   108 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

ida bagus putu Gunadnya


Udayana University
9 PUBLICATIONS   10 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Comparison of Media on The Microalgae Nannochloropsis sp. Culture View project

Beeswax View project

All content following this page was uploaded by Ida Bagus Wayan Gunam on 02 July 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BIOREMEDIASI IN-SITU LAHAN TERCEMAR PESTISIDA OLEH MIKROBA
YANG ADA PADA KOMPOS

Yohanes Setiyo1, Ida Bagus Wayan Gunam2, Ida Bagus Putu Gunadnya1, I Wayan Tika1
1
Jurusan Teknik Pertanian, 2Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana
ABSTRACT PENDAHULUAN
Bioremediation process at field or ex-situ with organic Bedugul adalah salah satu kawasan wisata andalan
fertilizer such as compost was very efficient, because di pulau Bali dan sebagai penghasil sayuran maupun
micro-organism that naturally present in compost buah-buahan yang dikonsumsi oleh wisatawan serta
could degrade amount of pesticide residue in the soil. masyarakat Bali pada umumnya. Pencemaran lahan
Compost as an organic fertilizer could improve the pertanian di Bedugul sebagai akibat penggunaan
physical, chemical, and biological characteristics of the insektisida secara tidak langsung memberikan dampak
soil in a certain way so that soil mineral was available for bagi kesehatan wisatawan dan masyarakat Bali, sebab
plant. The special aim of this research was to optimize saat ini belum dikembangkan sistim penjaminan mutu
the bioremediation process for degradation of pesticide produk hortikultura.
residues at Bedugul Agro-tourism Area so that organic
farming system will be sustain. Compost-fertilized Penggunaan pestisida dalam produksi hortikultura
demonstration-plot was cultivated with horticultural di kawasan wisata Bedugul tidak dapat dihindarkan.
plants, such as strawberry, carrot, lettuce; etc was very Hal ini dilakukan agar gagal panen dapat direduksi
efficient in decomposing Dithane-45 pesticide residue. sehingga petani tetap meraih keuntungan maksimal.
Twelve tons of compost for one hectare of cultivated Dampak negatip dari aktivitas penggunaan pestisida
land could change the soil porosity and its value became adalah (1) hortikultura hasil panenan masih
to 25%. mengandung pestisida, (2) ekosistem lahan pertanian
tercemar, (3) dan ekosistem perairan danau Buyan
Based on C/N, and pH, it could be concluded that tercemar.
better solution for bioremediation of pesticide residue
problem was by giving mixed-compost in horticulture Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman
cultivation. Deviation of pH in bioremediation process populasi mikroorganisme tanah pada lahan pertanaman
was 0.22, and pH in-situ bioremediation process was kubis ditentukan oleh intensitas penggunaan pestisida.
between 6.9 and 7.12 or neutral pH, in this condition Semakin intensif aplikasi pestisida pada suatu lahan
micro-organism would be effective in degrading berpengaruh nyata terhadap kandungan C-organik dan
pesticide residue. Bioremediation process on pesticide N-total tanah. Menurut Tengkano, 1992, tanah dengan
residue of Dithane M-45 at horticulture cultivation aplikasi tiga jenis pestisida mempunyai kandungan
demplot with 3.6 g/l/20 m2 spraying dosages took C-organik 2,81% dan N-total 0,19%.
place perfectly, which was showed by parameters on Bioremidiasi in situ menggunakan pupuk organik
development of micro-organism population and the kompos sangat efektif, karena mikroorganisme dalam
amount of pesticide residues. Pesticide residue of each pada kompos akan mampu mendegradasi residu
spraying dosages was 0.25-1.7% at 35 days or this values pestisida dalam tanah (Indrayani, 2006). Selain itu
were under 0.003 ppm. kompos mampu memperbaiki sifat fisik tanah (Setiyo
The amount of microbial at the beginning of et al., 2009), sifat biologis dan sifat kimia tanah untuk
bioremediation, nutrient availability in the compost, peningkatan kesuburan tanah (Pare et al., 1999; Kondo
compost porosity, soil relative humidity, and soil pH and dan Yasuda, 2003).
temperature supported the optimum bioremediation Pertanian organik penting dikembangkan agar
process. Coarse micro-organism identification pertiwi atau tanah Bali terhindar dari kerusakan akibat
indicated that actinomycetes group dominated the penggunaan zat-zat kimia. Alam Bali relatif kecil, apa
bioremediation process when soil relative humidity was pun aktivitas yang dilakukan mesti mampu menekan
low, under 30%. But, when soil relative humidity was kerusakan lingkungan. Agar alam tidak tercemar zat-
above 30% then group of bacteria replaced activities of zat kimia, sudah saatnya masyarakat mengembangkan
actinomycetes. pertanian organik, (Suprapta, 2007).
Keyword : pestiside residue, mixed compost, Tujuan penelitian adalah mengoptimalkan proses
bioremediation process bioremidiasi dengan metode pemupukan menggunakan
kompos di kawasan agrowisata Bedugul, sebagai

108 The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011


upaya mempertahankan sistim pertanian organik PT. Tanindo Subur Prima. Ekstraksi sampel dilakukan
berkelanjutan (sustainable organic farming system) yang secara langsung. Pengujian dengan Gas Kromatografi,
mampu meningkatkan kualitas dan daya saing produk diawali dengan penyaringan, pemurnian dan injeksi
hortikultura. ke dalam kolom. Pada Proses penyaringan, sampel
tanah ditimbang sebanyak 250 gram dan ditambahkan
METODE PENELITIAN Acetonitril serta 5 gram Na2SO4 anhidrat granuler,
Bahan Penelitian kemudian diblender dan disaring. Proses selanjutnya
adalah memasukkan sebanyak 93 ml filtrat dalam
Bahan untuk penelitian di demplot lahan milik corong pisah yang berisi 100 ml petroleum eter,
UD Sila Artha adalah : benih tanaman (wortel, dikocok selama 5 menit, dan membuang lapisan air
sawi, strowberi, dan tomat), kompos kotoran sapi yang terpisah pada bagian bawah. Pada sisa larutan
terfermentasi, kompos bokasi, kompos sampah organik ditambahkan 200 ml Na2SO4 2%, dikocok selama 2
perkotaan, kompos campuran dan pestisida Dithane menit, dan membuang lagi sisa air yang terpisah. Pada
M-45. Bahan untuk uji perkembangbiakan bakteri dan corong biasa diberi glass wall dan Na2SO4 anhidrat
kapang pada proses pengomposan adalah nutrient agar granuler pada lapisan atas, dilewatkan pada corong
(NA), potato dextrose agar (PDA) dan aquades. untuk disaring. Proses selanjutnya adalah pemurnian.
Pada proses pemurnian glass wall ditempatkan pada
Prosedur Penelitian bagian bawah kolom kromatografi dan ditambahkan 1.6
Penelitian meliputi kajian terhadap dinamika gram fluoricyl serta 1.6 gram Na2SO4 anhidrat Granuler,
populasi mikroba jenis kapang dan bakteri di lahan kolom dicuci dengan 50 ml heksan, kemudian dengan
yang dibudidayakan Sawi, Strowberi, Selada, Tomat 50 ml metanol, dan membuang cairan pencuci. Elusi
dan Wortel dan disemprot pestisida jenis dithane dengan 11 ml heksan, ditampung masing-masing dalam
M-45. Dosis penyemprotan pestisida adalah 3.6 g/l/20 labu erlemeyer dan diuapkan sampai 0.5 ml diatas water
m2 (dosis tinggi). Sampel tanah untuk pengamatan bath. Sampel yang telah diuapkan diatas water bath
populasi mikroba diambil pada lima titik untuk masing- diambil sebanyak 10 mikroliter dengan menggunakan
masing demplot pada ke dalaman 0-5 cm dan 5 – 10 cm syringe, kemudian di injeksikan ke dalam kolom melalui
dari permukaan tanah. Untuk pengamatan konsentrasi septum secara bersamaan dengan menekan tombol
pestisida yang dapat didegradasi, pengambilan sampel start. Dilayar monitor diagram kromatogram yang
tanah pada 0, 2, 4, 7, 15, 30, 45, dan 60 hari dari waktu terbentuk dapat dimati. Perhitungan nilai kuantitatif
penyemprotan pestisida. residu yang terdapat pada sample menggunakan rumus
:
Analisis populasi bakteri dilakukan dengan metode AxBxCxD
TPC pada media PCA. Pembuatan PCA dengan ug/L (ppm) =
melarutkan 15 g agar, 1 g dextrosa, 5 tripton, 1.5 g ExFxG
yeast ke dalam 1000 ml aquadest. Larutan tersebut Dimana : A : Konsentrasi larutan standart pestisida (µg/
dipanaskan sambil diaduk dengan magnetic stirer µl), B : Tinggi puncak hasil pemurnian (mm), C : Volume
sampai mendidih dan homogen. Selanjutnya larutan akhir hasil ekstraksi ( µl), D : Faktor Pengenceran, E :
disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 Tinggi puncak larutan standart (mm), F : Volume hasil
menit. Setelah agak dingin dituangkan ke dalam cawan pemurnian yang disuntikkan ( µl), dan G : Volume atau
petri steril ± 15 – 20 ml dan didinginkan. Setelah padat berat dari contoh atau spesimen yang di ekstrak (ml
cawan petri ditutup dalam posisi terbalik. atau gram).

Metode TPC dilakukan dengan melarutkan 1 Pengukuran kandungan C-oraganik dengan metoda
g sampel dengan 9 ml NaCL faali (0.9%) ke dalam AOAC 1995, dan pengukuran N-organik dengan metoda
tabung reaksi. Larutan ini pengencerannya 10-1 CHONS Analyser 1998. Sedangkan pH tanah diukur
dan pengenceran dilakukan sampai 10-6. Setiap kali dengan pengambilan sampel tanah di kedalaman 0-5
melakuan pengenceran larutan diaduk menggunakan cm dan 5 – 10 cm bersamaan dengan pengukuran
vortek. Selanjutnya 0.1 ml larutan untuk pengenceran C-organik, N-organik dan populasi mikroba.
10-4 sampai 10-6 dituang ke media PCA menggunakan
ependorf dari stip steril. Selanjutnya larutan disebar HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan sprider yang telah dicelupkan pad alkhohol Lahan pertanian di kawasan wisata Bedugul
dan dipanaskan. Kemudian diinkubasi pada suhu bercirikan : memiliki kemiringan lereng tergolong
ruang selama 48 jam. Koloni yang diitung hanya yang curam yang berkisar antara 15 – 40%, jenis tanah adalah
berjumlah 30 – 300 koloni. andosol dan regosol yang sangat peka teradap erosi,
curah hujan cukup tinggi antara 2500 – 3000 mm/tahun,
Kadar residu di lahan, digunakan Gas Kromatografi dan konservasi tanah kurang memadai. Tingkat erosi di
dengan standart Mancozeb murni yang diperoleh dari lahan pertanian ini tergolong berat yang berkisar antara

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 109


181,3 – 461,5 ton/ha/th. ukuran partikel debu akan cenderung menyebabkan
terbentuknya pori-pori mikro. Pori-pori makro terisi
Kawasan lahan pertanian berteras-sering oleh udara, sedangkan pori-pori mikro akan terisi air.
dibudidayakan tanaman hortikultura secara terus
menerus. Tanaman hortikultura yang dibudidayakan Tanah pertanian untuk budidaya hortikultura
adalah sawi, kubis, slada, sledri, wortel, cabai paprika, memerlukan porositas yang ideal. Dengan porositas
lotus, kacang panjang, terong, strabery, tomat. Petani sekitar 25% menyebabkan aerasi dalam tanah
selama ini mengandalkan pupuk kimia sumber N, P, K berlangsung secara sempurna, drainase di lahan
yang dijual di pasaran dan mengandalkan air irigasi dari berlangsung secara baik terutama saat curah hujan
curah hujan dan kelembaban udara. tinggi, potensi tanah menahan lengas tanah meningkat.
Daya serap air dari hasil penelitian dari beberapa
Penggunaan teknologi fertigasi terbatas pada perlakuan pemberian kompos naik 2.5 – 4.5%, besar
budidaya hortikultura di green house, sedangkan kenaikan daya serap air identik dengan hasil penelitian
penggunaan pupuk kandang oleh petani masih sangat Setiyo et al., 2007 dan Setiyo et al., 2009. Kemampuan
terbatas jumlahnya. Hasil pengamatan sifat kimia, sifat menyediakan air atau lengas tanah bervariasi dari
fisik dan sifat biologis terhadap sampel tanah dari lahan 25.8 – 27.9% volume. Menurut Setiyo et al., 2009
pertanian selepas dibudidayakan hortikultura adalah : berdasarkan kadar air kapasitas lapang, kadar air
N-organik 0,42%; C-organik 2,9%; P2O5 7,26 ppm; K2O titik layu permanen dan lengas tersedia bagi tanaman
0, 48 me/100 g; Mg 1,03 me/1009Mg; Na 0,42 me/100 pemupukan dengan beberapa jenis kompos pada lahan
g; KTK 35,8 me/100g; C/N 10,6; pH tanah 6,3; populasi pertanian di Kawasan Wisata Bedugul menghasilkan
mikroba 10 4,04 cfu. tanah geluhan.
Dari data sifat kimia, dan sifat biologis lahan 0.8 0.5

Akumulasi residu pestisida


0.45
Residu pestisida yang

0.7
terremidiasi, ppm

pertanian di Bedugul tergolong miskin bahan organik.


0.6 0.4

terremediasi, ppm
0.5 0.35
0.3
0.4

Hal ini disebabkan perilaku petani selalu mengandalkan


0.25
0.3
0.2
0.2
0.15
0.1

pupuk kimia, pengembalian bahan organik dari sisa


0.1
0 0.05
0 10 20 30 40 50 60 70
0

tanaman jarang dilakukan. Mikroorganisme dalam


Waktu pengamatan, hari 0 20 40 60 80
Waktu pengamatan, hari
Lahan tidak dipupuk kompos
Lahan dipupuk kompos kotoran sapi
Lahan dipupuk kompos kotoran sapi Lahan tidak dipupuk kompos

tanah yang sebagian besar merupakan kelompok a. Dosis tinggi a. Dosis sedang
bakteri dan kapang, mikrorganisme ini berkembang di Gambar 1. Akumulasi residu pestisida di Kawasan Wisata
zone perakaran tanaman dan mengurai perakaran yang Bedugul yang teremediasi
tersisa setelah panen.
Residu pestisida di lahan yang dibudidayakan
Pemberian kompos sebagai pupuk organik ke lahan hortikultura yang tidak dipupuk kompos lebih
pertanian dengan dosis 12 ton/ha pada lapisan olah atau lambat teremediasi dibandingkan dengan lahan yang
kedalaman sampai 10 – 15 cm berpengaruh terhadap dipupuk dengan kompos. Hal ini menyebabkan
sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis tanah. Kompos peluang residu pestisida terbawa surface run off terutama
yang diberikan adalah dari kotoran sapi dan kotoran di musim penghujan untuk lahan pertanian yang
ayam menyebabkan perubahan kandungan N-organik tidak dipupuk kompos adalah hampir 45 hari dari
1,38%; C-organik 21%; P2O5 649 ppm; K2O 3, 43 me/100 waktu penyemprotan, sedangkan jika lahan dipupuk
g; Mg 1,13 me/1009; Mg; Na 0,62 me/100 g; KTK 65,8 dengan kompos peluangnya hanya 7 hari. Selain itu
me/100g; C/N 16,6; pH tanah 6,8; populasi mikroba 10 5,14 residu pestisida yang tidak terurai oleh mikroba juga
cfu. Mineral-mineral dan bahan organik dalam kompos berpotensi untuk diserap oleh perakaran tanaman
akan memperkaya jumlah unsur hara yang tersedia di dalam hitungan waktu yang sama dengan potensi
zone perakaran. Ketersediaan unsur hara tercermin terbawa surface run off.
pada naiknya nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah,
Kompos dari kotoran sapi dan kotoran ayam yang
nilai KTK tanah yang tidak diberi kompos adalah 35
diberikan pada lahan yang dibudidayakan hortikultura
dan nilai KTK tanah yang diberi kompos 65,8. Bahan
mengandung mikroorganisme aktif antara 106 - 107 cfu
organik pada kompos yang memiliki C/N masih tinggi
sedangkan lahan pertanian yang tidak dipupuk kompos
oleh mikroba kelompok kapang dan bakteri akan diurai
hanya memiliki populasi mikroba aktif 103 – 104 cfu, selain
menjadi mineral-mineral seperti Mg2+, K+, Ca2+, serta
itu nutrien yang ada pada kompos memperkaya jumlah
bahan organik yang lebih stabil, aktivitas penguraian
nutrien yang ada pada lahan pertanian hortikultura.
baan organik ini mengakibatkan nilai KTK dari tanah
Kedua kondisi ini menjadi penyebab mikroorganisme
naik.
di lahan aktif mengurai residu pestisida jenis dithane
Partikel-partikel kompos dengan ukuran mendekati M-45, namun karena populasi dan kandungan nutrien
diameter fraksi pasir pada tanah menyebabkan dilahan yang dipupuk kompos kondisinya lebih baik
terbentuknya rongga atau pori-pori makro pada tanah, maka kecepatan penguraian residupestisida juga lebih
sedangkan partikel kompos dengan ukuran mendekati cepat. Hasil penelitian ini memiliki kecenderungan

110 The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011


yang sama dengan hasil penelitian Indrayani (2006) 7.2 9
pada proses bioiremediasi lahan tercemar profenofos 8

Populasi mikroba, log cfu


7.15
secara ex-situ dengan cara pengomposan. 7.1 7
6
7.05
5
Dinamika proses bioremidiasi residu pestisida

pH
7
4
setelah penyemprotan dicerminkan oleh dinamika 6.95
3
6.9 2
populasi mikroba dan dinamika konsentrasi 6.85 1
residu pestisida di zone perakaran. Pada perlakuan 6.8 0

penyemprotan pestisida dengan dosis rendah dan dosis 1 2 3 4 5 6 7 8


Waktu bioremediasi, minggu
tinggi di lahan yang dipupuk kompos dan di lahan yang
pH Populasi mikroba
tidak dipupuk kompos, populasi mikroba tertinggi
dicapai di minggu ke 3, namun populasi mikroba di Gambar 3. Hubungan Waktu Bioremediasi, pH dan populasi
lahan yang dipupuk kompos mencapai 108. mikroba pada proses bioremediasi in-situ

Kenaikan pH di minggu pertama sampai minggu ke


Nutrien pada proses bioremediasi kompos tersedia
tiga, karena ada demineralisasi bahan organik terutama
dalam bentuk bahan organik dari kompos, residu
unsur mikro Mg2+, K+, Ca2+ dari kompos dan residu
tanaman dan residu pestisida. Dinamika populasi
pestisida. Kation-kation ini akan berikatan dengan
mikroba berubungan erat dengan perubahan C/N
asam-asam yang terbentuk selama proses dekomposisi
bahan organik. Kenaikan populasi mikroba di awal
menyebabkan pH naik. Pada pH di atas 7 sifat massa yang
proses bioremediasi residu pestisida diikuti dengan
didekomposisi cenderung basa, sehingga kelebihan ion
penurunan C/N tanah, hal ini disebabkan nutrien
OH- akan mengakibatkan kehilang ammonium dalam
C, H, O, N yang ada pada residu pestisida dan tanah
bentuk NH3- dan hidrosilasi beberapa unsur biologis
diurai oleh mikroba untuk dimanfaatkan sebagai
seperti Cu dan Mn membentuk campuran karbonat
bahan penyusun selnya. Sedangkan, puncak populasi
yang sulit terurai (Ton, 1991). Pada pH di bawah 7, sifat
mikroba terjadi bersamaan dengan titik minimum C/N
massa yang didekomposisi cenderung asam, sehingga
tanah. Pada proses selanjutnya sebagian mikroba mati
kelebihan ion H+ dapat menyebabkan penguraian dan
terurai menjadi unsur hara, unsur hara C dan N organik
pelepasan ion Ca2+ dan Mg2+ dari mikroorganisme, ion-
sebagian menaikan C/N dan sebagian lagi diserap
ion metal dari mineral dan bahan organik (Sudyastuti,
perakaran tanaman.
2007) .
8 2 12 3
Populasi mikroba, log

Populasi mikroba,

Residu pestisida,
Residu pestisida,

10 2.5
6 1.5
8 2
Proses bioremediasi in-situ lahan tercemar pestisida
ppm
cfu
ppm

6 1.5
cfu

4 1
4 1
2 0.5

0 0
2
0
0.5
0 Dithane M-45 yang disemprot dengan dosis rendah,
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu bioremediasi, minggu Waktu biremediasi, minggu menunjukan bahwa reaksi bioremediasi berlangsung
Populasi mikroba Residu pestisida Populasi mikroba Residu pestisida
pada pH mendekati netral. Dari identifikasi di
a. Lahan tanpa dipupuk kompos b.Lahan dipupuk kompos
kotoran sapi dan disemprot kotoran sapi dan disemprot lapangan memang tidak ada bau terdeteksi dari indera
pestisida dosis tinggi pestisida dosis tinggi penciuman, sehingga pelepasan gas NH3 penyebab
Gambar 2. Populasi mikroba dan residu pestisida lahan pada bau tidak terjadi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
waktu bioremediasi yang berbeda
Indrayani (2006) untuk proses bioremidiasi ex-situ.
Phase menurunnya populasi mikroba dan Reaksi bioremediasi yang berlangsung pada pH sedikit
menurunnya C/N secara bersamaan disebabkan oleh asam adalah perlakuan kontrol, disebabkan karena
suplai unsur hara untuk tanaman hortikultura dari pelepasan unsur-unsur seperti Mg2+, K+, Ca2+ dari
mikroba yang mati belum cukup, sehingga tanaman kompos tidak ada.
mengambil unsur hara dari tanah. Hal inilah yang
menyebabkan C/N tanah mengalami penurunan. KESIMPULAN DAN SARAN
Dinamika populasi mikroba dan C/N pada proses Kesimpulan
bioremidiasi in-situ di Bedugul identik dengan
Berdasarkan dinamika pH, populasi mikroba
penelitian Indrayani (2006) di Ciawi, Bogor.
dan C/N tanah proses bioremediasi residu pestisida
secara in-situ pada lahan budidaya hortikultura di

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 111


Kawasan Wisata Bedugul berlangsung secara optimal. Setiyo, Y. 2009. Aplikasi Kompos Dari Sampah Kota
Perlakuan pemupukan dengan kompos campuran Sebagai Pupuk Organik Untuk Meningkatkan
memberikan reaksi bioremidiasi dengan perubahan Produktivitas Tanaman Jahe Merah. Disajikan
pH hanya 0.22 dan reaksi pada kondisi pH netral, di Seminar Nasional Basic Science VI Tanggal 21
sehingga mikroba akan lebih efektif meremidiasi residu Februari 2009 di Universitas Barawijaya, Malang.
pestisida. Residu pestisida dari masing-masing dosis
penyemprotan pada hari ke 35 tersisa 0.25% - 1.7% atau Setiyo, Y., Suparta U., Tika W., dan Gunadya, I.
dibawah 0.003 ppm. Dari identifikasi awal kelompok B. P. 2009. Pengembangan Model Bioremidiasi
aktinomisetes mendominasi proses bioremediasi pada Menggunakan Kompos Pada Lahan Tercemar
saat kelengasan tanah di bawah 30 %, dan kelompok Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Hortikultura
bakteri mendominasi proses pada kelengasan tanah di (Studi Kasus : Kawasan Agrowisata Bedugul-
atas 30%. Bali). Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Sesuai
Saran Strategis Nasional, 2009.

Model bioremediasi sangat diperlukan petani, Sudyastuti, T dan Setyawan, N. 2007. Sifat thermal
karena kualitas hortikultura pada lahan yang tanpa tanah pasiran pantai dengan pemberian bahan
dipupuk kompos berpotensi mengandung pestisida, pengkondisi tanah dan biomikro pada budidaya
selain itu cemaran di lahan pertanian sudah sangat tanaman cabai (capsicum annuum). Prosiding seminar
mencemari perairan Danau Buyan. Penggunaan nasional teknik pertanian – yogyakarta 2007
kompos dari kotoran ternak yang dicampur dengan
Suwanto, A. 1994. Mikroorganisme Untuk Biokontrol
residu tanaman hortikultura sangat dianjurkan untuk
: Strategi Penelitian dan Penerapannya Dalam
dikembangkan di kelompok tani, selain mengurangi
Bioteknologi Pertanian. Agrotek, Vol. 2(1). IPB,
ketergantungan pada pupuk kimia juga mengatasi
Bogor, hal 40-46.
masalah pencemaran lahan.
Suprapta. 2007. Bali agar Dikembangkan Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Organik. Bali Post Selasa, 25/09/07
Indrayani, N. 2006. Bioiremediasi lahan tercemar
Tengkano, W., Harnoto, M. Taufik, dan M. Iman.
profenofos secara ex-situ dengan cara pengomposan.
1992. Dampak negatif insektisida terhadap musuh
[Thesis}. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut
alami pengisap polong. Seminar Hasil Penelitian
Pertanian Bogor
Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Kerjasama
Kondo M and Yasuda M. 2003. Effects of temperature, Program Nasional PHT, BAPPENAS dengan
water regime, light, and soil properties on N2 Faperta-IPB. 29 p.
fixation associated with decomposition of organic
Ton, S. W. 1991. Environmental Considerations With
mater in paddy soils. JARQ 37(2): 113 – 119.
Use of Pesticides in Agriculture. Paper pada Lustrum
Pare T, Dinel H, and Schnitzer M. 1999. Extractability Regulations. University of Minnesota.
of trace metals during co-composting of biosolids
and municipical solid wastes. J. Biol. Fertil. Soils 29:31
– 37.

Setiyo, Y., Hadi K.P, Subroto, M.A, dan Yuwono,


A.S. 2007. Pengembangan Model Simulasi Proses
Pengomposan Sampah Organik Perkotaan. Journal
Forum Pascasarjana Vol 30 (1) Januari 2007. Bogor.

112 The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi