Vous êtes sur la page 1sur 6

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 November 2014

ANALISA PERFORMANSI DAN COVERAGE WIRELESS LOCAL AREA NETWORK 802.11


B/G/N PADA PEMODELAN SISTEM E-LEARNING

Catur Budi Waluyo1


1
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
e-mail : 1 catur_budiwaluyo@yahoo.co.uk

ABSTRACT
E-Learning is one of education methods which can solve the lack of teaching and learning
activity in class with flexible time as an either real time or non- real time. E-Learning system is an
implementation of IP based communication in data transfer that can be performed in wireless
medium. As in data transfer using Wireless Local Area Network (WLAN) with unlicensed band
frequency ISM 2.4 GHz, and the other wireless signal is stronger, so that in data transmission from
the transmitter to the receiver there are decreasing of Quality of Service (QoS) and interference. In
order to ensure that there are no loss data in the data transmission from the transmitter to the receiver
and also to save the data rate to reach 150Mbps, it is need a good QoS, large coverage area, and a
good Power Link Budget (PLB) of the equipment, and there is no interference inter-area. The
objective of this research were to analyze QoS data, determine coverage area, determine the PLB,
measure the interference in any area. For the given data rate, the result of QoS test showed the
throughput value i.e. 333,59 Kbps; 511,86 Kbps; and 606.33 Kbps. From the delay test were acquired
2,96ms; 1,898ms; and 1,6038 ms. The jitter value were 3,184 ms; 2,448 ms; dan 2,201 ms. The value
of packet loss for all data rate was 0%. There were difference 10.36% for the result of theoritical
calculation with the result of measurement in the field because of absorbtion, scattering, and
sensitivity of the receiver’s equipment. For the interference test , the Signal Interference Ratio (SIR)
for measurement test 1 [the distance between the transmitter (Tx) and the receiver (Rx) were 1 meter],
measurement point 2 (Tx-Rx were 5 meters), measurement point 3 (Tx-Rx were 10 meter) respectively
were -3 dB, 6 dB, and 3dB.

Keywords : E-Learning, wireless, coverage, QoS, Performance, Interference

PENDAHULUAN
E-Learning adalah salah satu metode pengajaran yang dapat mengatasi kekurangan kegiatan
belajar mengajar di kelas dengan waktu yang fleksibel secara real time maupun non- real time. Sistem
E-Learning merupakan sebuah implementasi komunikasi yang berbasis Internet Protocol (IP) dalam
pengiriman paket data yang dapat dilakukan dengan media kabel maupun tanpa kabel (Wireless).
Sebagai suatu sistem, E-Learning sekurang-kurangnya terdiri atas: isi (content), perangkat lunak
(software), perangkat keras(hardware), dan media transmisi. Berkaitan dengan isi, perangkat lunak,
perangkat keras pada sistem E-Learning dijelaskan pada (Rizal M. 2012). Oleh karena itu, pada
makalah ini menitikberatkan pada media transmisi. Berdasarkan (Bachtiar, Arie, dkk. 2007) agar
sistem E-Learning memberikan manfaat fleksibel dalam proses belajar mengajar, menjangkau wilayah
geografis yang luas tanpa menggunakan kabel dan mempunyai kecepatan 150Mbps maka dalam
sistem ini media transmisi yang digunakan yaitu wireless. Akan tetapi berdasarkan
(whitepaper,Tranzeo.2010 dan Djunaedi S,dkk) transmisi data dari pengirim sampai penerima
menggunakan wireless terjadi loss data dan interferensi (Virgono ,dkk. 2009) . Agar tidak terjadi loss
data dan datarate mencapai 150Mbps, maka diperlukan Quality of Service (QoS) yang bagus,
coverage area yang luas, dan Power Link Budget (PLB) perangkat yang baik, dan tidak terjadi
interferensi antar area. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa data-data QoS,
menghitung coverage area, menghitung PLB, dan mengukur interferensi dalam suatu area.

METODE PENELITIAN
Perangkat yang digunakan sebagai router akses point yaitu TL MR3420 dan TL WR740N
dengan jaringan berbasis infrastruktur. Frequensi tengah yang digunakan 2.437 GHz dengan standar
IEEE 802.11 b/g/n. Antena yang digunakan jenis omnidirectional dengan penguatan 5 dBi, dengan
pemilihan datarate 6 Mbps, 54Mbps, 135Mbps dan perubahan jarak penerima terhadap poin akses
A-69
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

dilakukan dengan mengamati hasil sinyal yang di terima. Sedangkan pengukuran interferensi
dilakukan dengan skenario indoor menggunakan metode interferensi co-channel. Serta pengukuran
performansi jaringan dengan menggunakan jaringan lokal berbasis infrastruktur.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hardware yang terdiri dari
komputer server (dekstop), router acces point (TL MR 3420 dan TL WR740N), komputer
user(laptop),dan telepon seluler (handphone). Sedangkan software yang digunakan terdiri dari
Wireshark, Wifi Analysis dan Netstumbler.
Konfigurasi perangkat router wireless dalam perancangan dan implementasi ini yaitu Akses
point ke-1 dengan menggunakan TP Link dengan tipe TL-MR 3420 yang di gunakan untuk interferer
(router pengganggu). Sedangkan Akses point ke-2 dengan menggunakan TP Link tipe TLWR740N
yang digunakan sebagai victim ( router yang terganggu). Untuk masing-masing parameter perangkat
router wireless yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Perangkat Router Wireless


Parameter TL- WR740N TL- MR3420
ERP Transmitter (dBm) ( Access Point) 19 20
Tinggi Antena receiver (m) 0.5 0.5
Tinggi Antena receiver (m) 0.1 0.1
Frekuensi ( MHz) 2437 2437
Maksimum datarate (Mbps) 150 300
Asumsi Gain Antena Tx & Rx (dB) 5 6

Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Tahapan Penelitian

PEMBAHASAN
Komunikasi pada sistem E-Learning setelah dilakukan implementasi dengan menggunakan
jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) maka salah satu cara mengetahui performansinya
dalam transmisi data ke penerima suatu jaringan dengan cara pengujian Quality of Service (QoS).
Hasil pengukuran parameter QoS yang terdiri throughput, delay, jitter, dan paket loss dapat di evaluasi
dan di analisis dengan penjelasan berikut. Throughput didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata data
efektif yang diterima oleh node penerima pada suatu selang waktu pengamatan tertentu. throughput
adalah kemampuan suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Dalam kondisi sebenarnya
throughput identik dengan bandwidth. Perbedaannya bandwdth bersifat tetap sedangkan throughput
sifatnya dinamis tergantung dengan trafik yang terjadi.
Untuk menghitung Throughput dapat dihitung dengan persamaan 1. Dari capture data yang
telah dilakukan dengan software wireshark maka didapatkan throughput pada data rate 6 Mbps dengan
persamaan 1 yaitu,
Packet receiver ukuran paket
Throughput = (bps) ............................ (1)
Total waktu pengiriman
Berdasarkan persamaan 1 maka hasil perhitugan throughput untuk kecepatan transfer 6 Mbps,
54 Mbps, dan 135 Mbps dapat di lihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa seiring
meningkatnya kecepatan transfer maka nilai throughput juga semakin besar. Semakin besar throughput
maka data yang diterima semakin besar sehingga kinerja QoS semakin baik.
Delay didefinisikan sebagai waktu tunda yang dibutuhkan oleh paket data oleh dari pengirim
ke penerima. Delay dipengaruhi oleh perbedaan jarak. Untuk mengetahui delay yang diakibatkan oleh

A-70
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

proses transmisi dari satu titik ke titik tujuan maka dapat dilihat pada persamaan 2.

Tabel 2. Throughput Berdasarkan Data Rate (Kecepatan Transfer ).


Data rate Data Yang Diterima Total Waktu pengiriman Nilai
6 Mbps 19454720 bit 58.320 s 333.59 Kbps
54 Mbps 30618649 bit 59.818 s 511.86 Kbps
135 Mbps 36000732 bit 59.375 s 606.33 Kbps

Total delay ......................................... (2)


Delay rata − rata =
Total paket yang diterima
Berdasarkan persamaan 2 hasil perhitugan delay berdasarkan total delay ( dalam sekon) dan
total paket yang diterima pada kecepatan transfer 6 Mbps, 54 Mbps, dan 135 Mbps dapat di lihat pada
Tabel 3. Total delay didapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delay yang ada antara paket satu
dengan paket lainnya.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Rata-Rata Delay
Data rate Paket Data Yang Diterima Total Waktu pengiriman Nilai
6 Mbps 20035 Packet 59.310 s 2.96 ms
54 Mbps 31509 Packet 59.818 s 1.898 ms
135 Mbps 37020 Packet 59.375 s 1.604 ms

Berdasarkan standar ITU-T (Rizal M,dkk. 2012 ) kriteria delay dalam keadaan bagus dan
layak dengan rentang 150-400ms. Maka perhitungan rata-rata delay data rate wireless pada pemodelan
E-Learning ini memenuhi standar layak/bagus dengan nilai 2.96ms, 1.898ms dan 1.604ms.
Jitter didefinisikan sebagai variasi delay yang diakibatkan oleh panjang antrian dalam suatu
pengolahan data dan penghimpunan ulang paket data di akhir pengiriman akibat kegagalan
sebelumnya. Jitter sering disebut latency yang menunjukan banyaknya variasi delay. Untuk
menghitung jitter digunakan persamaan 3.
      
...................................................... (3)
     

Berdasarkan persamaan 3 maka total jitter dapat dilihat pada Tabel 4.


Tabel 4. Total Paket yang Diterima dengan Jitter
Data rate Total Variasi delay Total Paket yang diterima Nilai
6 Mbps 176.88 s 55545 paket 3.184 ms
54 Mbps 177.298 s 72431 paket 2.448 ms
135 Mbps 179.18 s 81397 paket 2.201 ms

Tabel 4 menunjukan bahwa semakin besar kecepatan transfer suatu perangkat maka nilai jitter
suatu jarigan akan berbanding terbalik. Sehingga semakin besar kecepatan transfer maka nilai jitter
suatu jaringan semakin kecil dengan nilai masing-masing 6 Mbps(3.184ms), 54 Mbps (2.448ms) dan
135 Mbps(2.201ms).
Packet loss yaitu jumlah prosentase paket yang hilang dalam proses pengiriman data dari
sumber trafik ke node tujuan. Packet loss dapat terjadi karea tabrakan antar paket dalam jaringan.
Untuk menghitung packet loss pada sistem ini dengan menggunakan persamaan 4.
           
       100 % ........ (4)
     

Tabel 5 menunjukkan prosentase jumlah paket yang hilang dalam proses pengiriman data
sebesar 0 %. Hal ini dikarenakan protokol yang digunakan adalah Transfer Control Protocol (TCP)
yang memiliki kemampuan untuk pengecekan paket data yang hilang ataupun rusak dan
mengirimkannya kembali.

A-71
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Tabel 5. Hasil Perhitungan Packet Loss.


Data rate Paket data yang dikirim Paket data yang diterima Nilai
6 Mbps 20035 Packet 20035 Packet 0%
54 Mbps 31509 Packet 31509 Packet 0%
135 Mbps 37020 Packet 37020 Packet 0%

Mekanisme propagasi merupakan salah satu faktor utama, pembeda antara pelayanan mobile
dan fixed. Perbedaan utama terdapat pada instalasi dan penggelaran, antena dan luas cakupan. Access
point pada sistem komunikasi wireless hanya melayani komunikasi data yang berada dalam cakupan
(coverage area). Model propagasi dalam komunikasi wireless untuk kondisi outdoor dapat
menggunakan rumus free space loss (FSL) (Sukadarmika G,dkk. 2010).
Model propagasi FSL digunakan untuk memprediksi kuat sinyal terima ketika pengirim dan
penerima dalam keadaan line of sight (LOS) atau tidak ada penghalang diantara pengirim dan
penerima (Rapaport TS,page 107. 2nd Ed.). Untuk menghitung redaman ruang bebas secara matematis
dapat dihitung dengan persamaan 5.
  .
............................................. (5)

     17.32   ................... (6)


.
FSL = 32,45 + 20 log d + 20 log f .......................................... (7)
             (8)
Dimana FSL adalah Free space loss dalam decibel (dB), d adalah jarak antara transmitter dan receiver
dalam km, f adalah frekuensi dalam MHz, r adalah jari-jari fresnel dalam meter, Tx adalah pengirim,
Rx adalah penerima, dan Prx adalah daya yang diterima oleh Rx dalam dBW. Berdasarkan persamaan
5 untuk data rate 6 Mbps, 12 Mbps, 13 Mbps, 54 Mbps, 135 Mbps, dan 150 Mbps, maka diperoleh
coverage access point WLAN 802.11 sebagaimana disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Jangkauan Akses Point.
Data Rate Jarak teori Jarak di Lapangan Selisih Rata-rata
6 Mbps 276 meter 245 meter 11.23 %
12 Mbps 195 meter 172 meter 11.79 %
13 Mbps 174 meter 150 meter 13.79 %
10.36 %
54 Mbps 123 meter 110 meter 10.56 %
135 Mbps 44 meter 40 meter 9.09 %
150 Mbps 35 meter 33 meter 5.71 %

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa coverage access point WLAN 802.11b/g/n semakin
kecil seiring dengan peningkatan data rate. Berdasarkan Tabel 6 terdapat perbedaan antara jarak dalam
perhitungan dengan jarak di lapangan, hal itu dikarenakan beberapa faktor yaitu pertama penyerapan
(Absorbsi), semakin besar Amplitudo gelombang (power) semakin jauh jangkauan dari sinyalnya.
Dengan mengurangi besar Amplitudo (power) suatu sinyal, maka jangkauan akan semakin berkurang.
Kedua pemecahan sinyal (Scattering), hal ini dapat disebabkan oleh beberapa objek yang dapat
memantulkan sinyal dan ujung yang lancip, seperti partikel debu di air dan udara. Ketiga sensitifitas
perangkat penerima, setiap perangkat penerima mempunyai karakteristik sensitivitas penerima yang
berbeda-beda, jika perangkat penerima mempunyai sensitifitas yang kurang sensitif maka jangkauan
yang diterima semakin pendek.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Jari-jari Zona Fresnel pada Data Rate yang Bervariasi
Data Rate Jangkauan (meter) Jari-jari zona fresnel (meter)
6 Mbps 245 meter 2.746 meter
12 Mbps 172 meter 2.301 meter
13 Mbps 150 meter 2.149 meter
54 Mbps 110 meter 1.839 meter
135 Mbps 40 meter 1.109 meter
150 Mbps 33 meter 1.008 meter

A-72
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Jari-jari fresnel merupakan jari-jari antara antenna pemancar dengan antenna penerima dimana
diantara kedua antenna tersebut tidak ada penghalang. Berdasarkan persamaan 6 jari-jari fresnel pada
kecepatan data 6 Mbps untuk data rate 6 Mbps, 12 Mbps, 13 Mbps, 54 Mbps, 135 Mbps,dan 150
Mbps, maka dapat disajikan pada Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jangkauan dari Wireless tersebut
maka semakin besar pula untuk jari- jari zona fresnell, tetapi semakin besar peningkatan data rate
maka semakin kecil jari-jari fresnellnya.
Pada saat sinyal radio berpropagasi di udara akan mengalami redaman dari udara. Besarnya
redaman yang terjadi dapat dihitung secara empiris. Redaman itulah yang disebut dengan FSL.
Berdasarkan persamaan 7 perhitungan redaman untuk data rate 6 Mbps, 12 Mbps, 13 Mbps, 54 Mbps,
135 Mbps,dan 150 Mbps dapat disajikan pada Tabel 8. Selain perhitungan jari-jari fresnel dan nilai
redaman dalam power link budget maka perlu dilakukan perhitungan daya yang diterima. Daya yang
diterima menunjukan jumlah level sinyal yang diterima oleh penerima pada sistem komunikasi
wireless. Dengan persamaan 8 perhitungan daya yang diterima untuk data rate 6 Mbps, 12 Mbps, 13
Mbps, 54 Mbps, 135 Mbps,dan 150 Mbps, dapat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Redaman Dan Daya Yang Diterima Oleh Penerima
Pada Masing-Masing Data Rate.
Data Rate Free Space Loss Prx (dBm)
6 Mbps 87.96 dB -68.296
12 Mbps 84.89 dB -65.89
13 Mbps 83.70 dB -64.78
54 Mbps 81.01 dB -62.01
135 Mbps 72.22 dB -53.22
150 Mbps 70.55 dB -51.55

WLAN dirancang dengan tujuan agar didapatkan sistem komunikasi data menggunakan radio
kecepatan tinggi dengan perangkat yang sederhana dan bebas lisensi, sehingga digunakan spektrum
frekuensi pita ISM (Industry, Science, and Medical) pada frekuensi 2,4 GHz (Virgono A,dkk.2010 dan
Hsin-Chin Liu). Dengan adanya spektrum frekuensi pita ISM maka terjadi pemakaian pita frekuensi
yang sama yang mengakibatkan cochannel interference (CCI). Menurut Hsin-Chin Liu jika sumber
interferensi chochannel yang kuat, akan menyebabkan penurunan throughput dari WLAN dan hasil
variasi masalah transmisi ( delay, jitter dan paket loss). Ada beberapa metode untuk meminimalkan
interferensi (Tiwary, dkk. 2010) yaitu penempatan AP (access point), Mengatur daya pancar, Optimasi
channel pada AP.
Menurut Virgono A,dkk. 2010 dalam jaringan wireless pengaruh dari interferensi dihitung
dengan menggunakan parameter Signal-to-Interference Ratio (SIR) di suatu titik dengan jarak tertentu
dari access point. SIR adalah perbanding antara kuat sinyal dengan total kuat sinyal interferensi. Nilai
SIR diperoleh dari perbandingan Receive Signal Level (RSL) yang diterima dari access point utama
(S) dengan total interferensi yang diterima pada titik pengamatan tertentu.
            .................................. (9)
Pengukuran kualitas sinyal dengan menggunakan 2 router wireless yaitu satu(1) buah yang
sebagai router yang terganggu dan satu (1) buah sebagai router penganggu. Pada analisis kualitas
sinyal router yang terganggu menggunakan TL-WR740N dan router yang sebagai penganggu
menggunakan TL-MR3420.
Hasil pengukuran penerima dengan kondisi dan jarak berbeda terhadap interferer dinyatakan
dalam RSL yang disajikan pada Tabel 9. Sinyal yang diinginkan (S) adalah RSL dari SSID dengan
nama Victim Access point dan sinyal interference (I) adalah RSL dari interferer access point maka
dengan persamaan 9 di dapat SIR sebagai berikut pertama titik pengukuran 1 ( Jarak Tx- Rx yaitu 1
meter ), SIR (dB) = - 28 dBm – (- 25) dBm = - 3 dB. Kedua titik pengukuran 2 ( Jarak Tx- Rx yaitu 5
meter ), SIR (dB) = - 41 dBm – (- 35) dBm = 6 dB. Ketiga titik pengukuran 10 ( Jarak Tx- Rx yaitu 10
meter ), SIR (dB) = - 50 dBm – (- 53) dBm = 3 dB.

A-73
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Tabel 9. Pengukuran Kualitas Sinyal pada Kondisi di Dalam Ruangan (dBm)


Titik Kondisi Interferer Acces Point (MR3420) Victim Acces Point (WR 740N)
Pengukuran Pengukuran SNR RSL Noise SNR RSL Noise
AP 1 aktif 75 -25 -100 - - -
1 meter
AP 2 Aktif - - - 72 -28 -100
(titik 1)
2 AP aktif 75 -25 -100 72 -28 -100
AP 1 aktif 65 -35 -100 - - -
5 meter
AP 2 Aktif - - - 59 -41 -100
(titik 2)
2 AP aktif 65 -35 -100 59 -41 -100
AP 1 aktif 48 -52 -100 - - -
10 meter
AP 2 Aktif - - - 50 -50 -100
(titik 3)
2 AP aktif 47 -53 -100 50 -50 -100

KESIMPULAN
Dari proses perancangan, implementasi dan pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut untuk datarate yang ditentukan, hasil uji QoS menunjukkan nilai throughput 333.59Kbps,
511.86Kbps, dan 606.33Kbps. Hasil uji delay diperoleh 2.96ms, 1.898ms, dan 1.6038ms. Nilai jitter yang
diperoleh yaitu 3.184ms, 2.448 ms, dan 2.201ms. Sedangkan nilai packet loss untuk semua datarate adalah
0%. Terdapat selisih perhitungan sebesar 10.36% antara hasil perhitungan secara teoritis dengan
pengukuran di lapangan yang dikarenakan terjadi absorbsi, scattering, dan sensitivitas dari perangkat
penerima. Pada pengujian interferensi nilai Signal Interferrence Ratio (SIR) untuk titik pengukuran 1 [jarak
pengirim (Tx) dan penerima (Rx) sejauh 1 meter], titik pengukuran 2 (Tx-Rx sejauh 5 meter), titik
pengukuran 3 (Tx-Rx sejauh 10 meter) masing-masing yaitu -3dB, 6dB, dan 3dB.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ir.
H. Djoko Achyanto,M.Sc dan Dr. Iskandar, S.T, M.T atas bimbingan, arahan dan motivasinya
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Arie, dkk. 2007. Learning Management System Using Moodle and Multimedia Content on
E-Learning Competensi Webmaster Series
Djunaedi S, Hendrantoro G dan Affandi A. Pengembangan Jaringan Akses Nirkabel Pita Lebar
Berbasis WiFi Pada Backhaul WIPAS Untuk E-Learning. Jurnal ITS. No 12917. Surabaya
Hsin-Chin Liu. VoIP Applications over WLAN with Multistage Interference Cancellation Smart
Antennas.http://ieeexplore.ieee.org/ielx5/4222741/4222742/04222766.pdf?tp=&arnumber=42
22766&isnumber=4222742 tanggal akses 24 September 2014.
Rapaport TS..2002. Wireless Communications principle and practice 2nd.Prentice hall. The United
State of America
Rizal M , Purwanto Y, Sholekan. 2012. Perancangan Aplikasi Synchronous Elearning dengan fasilitas
video conference,chatting,dan presentasi online berbasis web. Jurnal Proyek Akhir IT Telkom.
Bandung
Sukadarmika Gede, ER Ngurah Indra, Linawati, Saputra Nyoman Wendy. 2010. Analisa Coverage
WLAN(wireless Local area Network) 802.11a menggunakan opnet modeler.jurnal teknologi
elektro vol.9 no2 Juli-desember 2010. Universitas Udayana.Bali
Tiwary Prabhat Kumar, Niwas Maskey , Suman Khakurel , Gitanjali Sachdeva. 2010. Effects of Co-
channel Interference in WLAN and Cognitive Radio Based Approach to Minimize It. 2010
International Conference on Advances in Recent Technologies in Communication and
Computing. IEEE society.
Virgono A, Sumadjudin B, Rosy A, Hutomo P.2009. Analisa Pengaruh Besar Area Hotspot dan
interferensi pada WLAN IEEE 802.11b. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
TELEKOMUNIKASI, Juni 2009, Vol. 14, No. 1
Whitepaper. 2010. Wireless Link Budget Analysis. Tranzeo Wireless. Tranzeo Wireless Technology
Inc.www.tranzeo.com
A-74

Vous aimerez peut-être aussi