Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
Ricardo Simarmata
0817011049
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
ABSTRACT
By
Ricardo Simarmata
Oleh
Ricardo Simarmata
Isolasi, modifikasi dan karakterisasi senyawa alkaloid dari sponga Xestospongia sp.
telah dilakukan pada penelitian ini. Proses pemurnian melalui beberapa tahap
kromatografi menghasilkan senyawa C4 sebanyak 214 mg. Keberadaan senyawa
alkaloid dalam C4 diuji menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan divisualisai
dengan pereaksi spesifik Dragendorf yang menghasilkan noda jingga pada Rf 0,63
setelah dielusi dengan eluen DCM-MetOH(5:1). Dari hasil modifikasi struktur C4
didapatkan C5 yang memiliki nilai Rf 0,25 setelah dielusi dengan eluen yang sama.
Penafsiran terhadap spektrum FTIR menunjukkan bahwa senyawa C4 dan C5
memiliki gugus karbonil dengan adanya serapan vibrasi ulur pada daerah 1716 cm -1,
gugus alkil rantai panjang terindikasi dari vibrasi ulur C-H pada daerah 2928 cm-1,
dan gugus terminal metil yang terindikasi dari vibrasi ulur C-H pada daerah 2853
cm-1 dan vibrasi tekuk C-H pada daerah 1465 cm-1, sedangakan keberadaan gugus
amina siklik dari senyawa alkaloid terindikasi oleh vibrasi tarik N tersier pada daerah
1348 cm-1. Namun, pada senyawa C5 ditemukan keberadaan gugus lain, yaitu gugus
hidroksil yang ditunjukkan dengan adanya vibrasi ulur O-H pada daerah 3419 cm-1
dan vibrasi ulur C-O pada daerah 1272 cm-1. Uji aktivitas antibakteri senyawa C5
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 2
mg/mL.
Oleh
Ricardo Simarmata
Skripsi
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
NPM : 0817011049
Jurusan : Kimia
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama
1. Tim Penguji
pada tanggal 1 September 1988 sebagai anak ke-enam dari delapan bersaudara,
tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Pematang Raya pada tahun
2004, dan Sekolah Menengah Atas Swasta GKPS 1 Pematang Raya pada tahun 2007.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Lampung (Unila) melalui jalur
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Medik
Fakultas Kedokteran 2011, praktikum Kimia Sains Dasar 2012 dan Kimia Organik
2011/2012 di Fakultas MIPA. Pada tahun 2010-2011 penulis aktif sebagai anggota
bidang 2 (Sains dan Penalaran Ilmu Kimia) Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI)
F-MIPA UNILA.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan bahagia pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Kupersembahkan karya ini kepada :
Almamater Tercinta
“Melakukan sesuatu tanpa memikirkan makna atau artinya
adalah sesuatu perbuatan tanpa tujuan berarti (Ricard S.)”
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Isolasi dan
Salam damai sejahtera dan kasih tanpa batas senantiasa tercurah kepada seluruh umat
manusia. Pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
Jurusan Kimia yang selalu bersabar hati dan penuh perhatian memberikan
nasihat, arahan, kritik dan saran kepada penulis selama studi hingga
diselesaikan.
4. Prof. Dr. Tati Suhartati, M.Si. selaku dosen penguji I yang telah banyak
ini.
5. Dra. Aspita Laila, M.S., selaku dosen penguji II yang telah banyak
ini.
8. Keluarga tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan motivator bagi penulis.
10. Sahabat dan rekan-rekan di Jurusan Kimia FMIPA Unila terutama sahabatku
angkatan ’08 yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama studi
hingga selesai.
Semoga setiap kebaikan yang telah kalian berikan beroleh balasan yang sebesar-
besarnya dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap akan setiap ilmu yang
tertuang dalam skripsi ini dapat meberikan manfaat yang berguna bagi kita semua.
Amin…..
Ricardo Simarmata
1
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dikenal sebagai negara kepulauan
dan terletak di kawasan tropis dengan jumlah pulau ± 17.508. Kondisi Indonesia
seperti ini menjadikan luas perairannya memiliki luas yang hampir sama dengan
luas daratan. Secara geografis, Indonesia terletak diantara dua benua yaitu Benua
Asia dan Australia, serta diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
sumber daya laut yang beraneka ragam. Dari seluruh jumlah terumbu karang
Asia, 50% di antaranya terdapat di Indonesia dan jumlah ini merupakan18% dari
memiliki 480 jenis batu karang (hard coral) yang sudah berhasil diidentifikasi dan
merupakan 60% batu karang di dunia yang diketahui jenisnya. Indonesia juga
Hingga saat ini, salah satu wilayah di Indonesia bagian Timur yang belum banyak
kepulauan ini memiliki luas daerah dengan luas daratan ± 47.349 km2 dan
perairan ± 199.526 km2 yang tersebar di 566 pulau. Kondisi geografis ini
2
membuat Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber daya alam
yang cukup melimpah terutama sumber daya biota lautnya. Jika ditinjau dari luas
perairannya salah satu potensi laut yang dimiliki Kupang adalah sponga
Sampai saat ini, pemanfaatan potensi tersebut masih sebatas untuk pemenuhan
cenderung merusak lingkungan. Oleh sebab itu sebelum terjadi kerusakan yang
lebih parah, perlu dilakukan upaya yang berkaitan dengan peningkatan potensi
tersebut termasuk pengkajian terhadap biota laut, salah satunya adalah sponga.
Sponga merupakan biota laut yang tersebar pada perairan pantai yang dangkal
hingga kedalaman 5,5 km. Tubuh sponga terdiri dari jaringan rangka yang
karbonat, silika, serat kolagen dan serat spongin yang lentur (Castro and Huber
2005). Sponga adalah hewan berpori yang termasuk filter feeder yaitu hewan
yang mengumpulkan nutriennya dengan cara menyaring air laut melalui pori-pori
(ostium). Makanan porifera berupa sisa organisme yang telah mati atau
mikroorganisme yang berada di kolam air. Menurut Taylor et al. (2007), selain
dijadikan sumber protein sel tunggal, mikroorganisme juga sebagai simbion dari
sebagai tempat hidup dan berlindung. Bakteri dapat memberikan kontribusi untuk
pertahanan inangnya yaitu dengan cara ekskresi antibiotik dan substansi bioaktif
lainnya. Secara khusus organisme laut yang sesil seperti spons diperkirakan
Secara umum biota laut memproduksi senyawa metabolit primer dan metabolit
adalah senyawa yang disintesis dan dirombak oleh organisme dalam rangka
steroid, alkaloid, fenil propanoid dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder yang
Kemungkinan produk alam laut hasil metabolit sekunder tersebut dihasilkan oleh
Hubungan ini dapat dilihat dari asosiasi antara sponga dan Eubacteria (Barnes,
1994). Dengan adanya senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh sponga
maka tidak heran jika hal ini menjadi perhatian serius bagi para peneliti. Hal ini
diketahui memiliki potensi sebagai penghasil senyawa bioaktif yang relevan untuk
pengembangan biomedik.
4
Berbagai senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi terutama dari sponga perairan
neuritogenik yang telah diisolasi dari sponga Haliclona sp dari perairan Teluk
Lembeh (Izumi et al., 2006). Senyawa Aaptamine yang diisolasi dari Aaptos
suberitoide yang hidup di perairan Carita, Jawa Barat, memiliki aktivitas sebagai
pengaktivasi promotor p21 (Aoki et al., 2006). Selain itu, (Zhang et al., 2003)
juga melaporkan bahwa lebih dari 10% sponga memiliki aktivitas sitotoksik yang
Arah pengembangan riset senyawa bioaktif akhir-akhir ini adalah mencari obat-
obat yang bekerja secara selektif dan efektif untuk mengatasi penyakit pada
manusia. Sebagai contoh pada tahun 2011 Arai et al., berhasil mengisolasi
Mycobacterial dari sponga Haliclona sp. yang berasal dari perairan Flores.
senyawa yang dihasilkan oleh sponga itu berbeda satu dengan yang lain
tergantung jenis sponganya, dan setiap senyawa yang dihasilkan juga memiliki
bahwa komponen senyawa yang memiliki fungsi bioaktivitas hanya sebagian saja
dari sekian banyak senyawa yang dapat dihasilkan oleh suatu organisme pada
5
yang tidak memiliki fungsi bioaktivitas dapat diubah menjadi senyawa yang
memiliki fungsi bioaktivitas dan sebaliknya senyawa yang telah memiliki fungsi
bioaktivitas diubah menjadi senyawa yang memiliki fungsi bioaktivitas lain. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari struktur dasar dari senyawa tersebut,
analog lainnya.
dihasilkan oleh sponga itu beragam dan memiliki banyak fungsi bioaktivitas.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk mendapatkan senyawa tersebut dan
Pada penelitian kali ini dilakukan upaya untuk mengisolasi senyawa-senyawa dari
senyawa metabolit sekunder Xestospongia sp. yang berasal dari perairan teluk
2.1. Sponga
Porifera berasal dari bahasa latin yaitu porus berarti pori dan fer berarti
membawa. Porifera atau sponga atau hewan berpori adalah sebuah filum untuk
hewan multiseluler yang paling sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu
tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai
hewan sponga. Porifera hidup di air laut dan air tawar, tapi kebanyakan hidup di
laut mulai dari daerah perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 5,5 km,
hidupnya selalu melekat pada substrat (sesil) dan tidak dapat berpindah tempat
Sponga adalah hewan laut yang tidak lain merupakan jenis porifera. Filum
Ruppert and Barmes (1991), filum porifera terdiri dari empat kelas, yaitu
Kelas Calcarea adalah sponga yang semuanya hidup di laut. Sponga ini
saat ini. Mereka tersebar luas di alam, serta jumlah jenis maupun
bercambuk kecil yang bundar. Spikulanya ada yang terdiri dari silikat dan
hanya terdiri dari serat sponging, serat kolagen atau tidak ada spikula. Kelas
dan tersebar luas. Spikulanya terdiri dari silikat dan tidak mengandung
sponging (Warren, 1982; Ruppert dan Barnes, 1991; Amir dan Budiyanto,
sponga yang kebanyakan hidup pada perairan dalam di terumbu karang atau
karang. Semua jenis ini adalah bertipe leuconoid yang kompleks, mempunyai
jaringan hidup yang terdapat pada rangka basal kalsium karbonat yang kokoh
atau pada rongga yang ditutupi oleh kalsium karbonat (Warren, 1982;
Sponga atau porifera termasuk hewan multiseluler yang mana fungsi jaringan
dan organnya masih sederhana. Hewan ini hidup menetap pada suatu habitat
pasir, batu-batuan atau juga pada karang-karang mati di dasar laut. Untuk
mencari makanan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air melalui
sponga yang memiliki kanal internal yang paling sederhana (Gambar 1) yang
inilah air dan materi-materi kecil yang terkandung di dalamnya dihisap dan
disaring oleh sel-sel berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes), kemudian
pengisapan dan penyaringan ini juga terjadi pada sponga yang memiliki kanal
internal yang lebih rumit, karena sistem aliran air tersebut melalui beberapa
sel kolar sebelum keluar melalui oskulum. Pada umumnya, sponga mampu
menit, sehingga tidak salah jika hewan ini dikenal sebagai hewan filter feeder
berbatu maupun di tempat lain di dasar laut, ditemukan pada kedalaman laut
2008).
2006).
Pola makan sponga yang khas yaitu filter feeder (mengisap dan menyaring)
berasal dari produk fotosintesis sebagai tambahan bagi aktivitas normal filter
berupa enzim, nutrien serta hasil simbiosis dengan biota lain yang
Bacillus sp.
Kandungan kimia sponga laut memiliki potensi bioaktif yang sangat besar.
Sponga dapat memproduksi racun dan senyawa lain yang digunakan untuk
(Depkes, 1979).
14
sekunder dari golongan alkaloid yaitu aaptamine dan aaptosin pada fraksi
metanol. Secara umum dalam sponga pada fraksi non polar ditemukan
Sponga Aaptos sp. pada fraksi polar banyak mengandung senyawa alkaloid
Sponga dari jenis Haliclona sp. pada fraksi n-Heksana banyak mengandung
senyawa dari golongan steroid. Metabolit primer berupa steroid dari sponga
Wilson, 2003).
and Oskar, 1993; Aguinaga et al., 2010), dan sponga Callyspongia sp.
merupakan salah satu jenis sponga yang banyak tumbuh di perairan wilayah
dimanfaatkan sebagai bahan obat (Satari, 1999). Isolat dari sponga ini
Sponga Indonesia, Haliclona sp. telah diteliti lebih serius dan ternyata
imun (Ang et al., 2000; Yousaf et al., 2002). Manzamina juga dilaporkan
struktur baru Congoner, dan turunannya yaitu motuporin D-F. Senyawa ini
dari sponga laut Okinawa ditemukan adanya (1) ∆9 kalihinol Y, (2) 10-
Δ9 - Kalihinol Y 10-epikalihinol I
5,10-bisisotiosianatikalihinol G Kalihinan
Kalihinol A 6-hidroksikalihinan
beberapa inhibitor sponga ini dari protein tirosin kinase seperti polisiklik
18
kuinon dan hidrokuinon dari kelas halenakuinon. Berdasarkan hasil uji bio-
vitro P. falciparum galur FCBI memiliki nilai IC50 0,005 µg/ml untuk
inhibitor PfPK5 dan uji in vivo P.berghei NK65 yang diinfeksikan ke mencit
diyakini dapat dihambat oleh ekstrak asam lemak dari sponga Agelas oroides.
Asam lemak yang dimaksud adalah cis C23-C26 ∆5-9 yang diketahui dapat
lebih lanjut, penggunaan asam lemak dari sponga A. oroides dapat menjadi
5
9
23
Senyawa metabolit primer adalah senyawa yang disintesis dan dirombak oleh
sekunder yang berhasil diisolasi dari sponga antara lain berasal dari golongan
a. Steroid
ditentukan oleh jenis substituen yang terikat pada atom karbon C-10, C-13
20
dan C-17 dari kerangka dasar karbon. Dari segi biogenetik, steroid berasal
dari asam asetat yang mengalami perubahan melalui jalur asam mevalonat
nama dari hidrokarbon steroid yang diberi awalan atau akhiran, untuk
Kerangka dasar
Ergosterol
karbon steroid
Aldosteron Digitoksigenin
Gambar 8. Kerangka dasar karbon steroid dan beberapa contoh steroid alam
berdasarkan kelompoknya (Sjamsul, 1986).
21
Sterol juga sangat penting untuk mempelajari fungsi dari suatu membran
dari sponga Halichondria mooriei dan sterol dari sponga Toxadocia zumi
Bacillus subtilis pada konsentrasi 100 μg/disk dan 50 μg/disk (Bhakuni and
Rawat, 2005).
b. Terpenoid
senyawa penting bagi makhluk hidup. Terpenoid terbentuk dari dua atau
isopentenil pirofosfat, berasal dari asam asetat yand diaktifkan oleh asetil
cukup luas. Senyawa terpenoid unik yang sering ditemukan dari sponga
sesquiterpenoid berhasil diisolasi dari tiga jenis sponga yang berbeda yaitu
sebagai antifedan pada ikan D. amblia, sponga ini juga dilaporkan memiliki
antimikroba juga aktif terhadap virus AIDS. Senyawa ini diperoleh dari dua
2005).
7 8 9 10
Gambar 9. Beberapa jenis senyawa terpenoid yang diisolasi dari sponga serta
memiliki fungsi bioaktivitas, siphonodictyal-A (9),
siphonodictyal-B (7) dan (8) yang diketahui mempunyai aktivitas
sebagai antimikroba dan Sesquiterpen avarol (10) menunjukkan
aktivitas sebagai antimikroba dan aktif terhadap virus AIDS
(Bhakuni and Rawat, 2005).
23
c. Poliketida
alami oleh bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme
asetat adalah sumber utama bagi atom karbon untuk pembentukan poliketida.
aldol sering pula terjadi antara gugus metilen dan gugus karbonil yang
(Sjamsul, 1986).
Beberapa senyawa peptida alkaloid dan protein juga banyak diisolasi dari
sponga laut. Purealin yang diisolasi dari sponga laut perairan Okinawa
reaksi enzimatik dari ATP-ase. Hasil isolasi senyawa dari sponga Dysidea
diisolasi dari nudibranch dan kemudian disintesis melalui dua jalur sintesis
Rawat, 2005).
d. Alkaloid
nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen
ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang
beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya
kuinin, morfin dan striknin adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai
dibedakan atas tiga jenis utama. Pertama alkaloid alisiklik yang berasal dari
Ketiga, alkaloid aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan. Beberapa
Alkaloid Alisisklik
Alkaloid Fenilalanin
R1 R2 Hordenin Mezkalin
H H Fenilalanin
H OH Tirosin
OH OH 3,4-Dihidroksi
fenilalanin
Alakaloid Indol
pada sponga laut (Gambar 11). Senyawa Ptilocaulin (21) dan isoptilocaulin
Senyawa Aaptamine (23) yang berasal dari sponga Aaptos dengan ikatan
pembuluh aorta seekor kelinci (Bhakuni and Rawat, 2005). Selain itu,
ditemukan juga senyawa makrosiklik alkaloid baru oleh tim Arai et al., 2011
yang diisolasi dari sponga Haliclona sp. dari perairan laut Indonesia dengan
21 22 23 24
25 : R=H 27 : R=H
26 : R=OH 28 : R=OH
Gambar 11. Beberapa jenis senyawa alkaloid yang berhasil diisolasi dari
sponga (Arai et al., 2011).
27
dengan golongan lain (Grube et al., 2007). Hal ini juga tidak menutup
tingkat aktivitas sama atau lebih besar yang berasal dari sponga.
2.2. Ekstraksi
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
berdasarkan bentuk fasa yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi
ekstraksi cair-padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan
sokletasi (Harborne, 1996). Metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain
2.2.1 Maserasi
dengan perendaman sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel
28
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik serta
kelarutan komponen target dan distribusinya dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Senyawa polar akan terbawa dalam pelarut polar, senyawa
semipolar akan terbawa dalam pelarut yang semipolar, dan senyawa nonpolar
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa ”pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama di antara dua pelarut yang
didalam dua fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
Dalam hal ini, pemisahan zat yang polar dan nonpolar dapat dilakukan
kepolaran yang sesuai dengan bahan yang diekstraksi dan harus terpisah
2.3. Kromatografi
perbedaan distribusi suatu komponen di dalam dua fasa yaitu fasa diam dan fasa
gerak. Secara umum ada tiga jenis kromatografi berdasarkan dari perbedaan
kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) seperti pemilihan eluen
Pada kromatografi lapis tipis, fasa diam yang sering digunakan adalah serbuk
silika gel (SiO2 x H2O), alumina, tanah diatom, selulosa dan lain-lain yang
diketahui dan salah satu langkah awal dalam teknik pemurnian suatu senyawa
ditotolkan pada plat dengan pipet mikro atau injektor pada jarak 1 – 2 cm dari
batas plat. Setelah kering, plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak
tertutup yang diisi dengan eluen yang tepat dan telah dijenuhi uap eluen agar
plat KLT dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: pengamatan langsung
Retensi).
tidak lama (2 – 5 menit) dan sampel yang dipakai hanya sedikit sekali (2 – 20
skala industri. Walaupun lembaran KLT yang digunakan lebih lebar dan
saja (Mayo, 2000). Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah
terhadap sampel dalam suatu kolom kaca vertikal yang berisi adsorben (fasa
diam) hingga cairan eluen mengalir melalui kolom akibat gaya grafitasi. Di
dalam kolom akan terjadi kesetimbangan antara zat terlarut yang di adsorbsi
adsorben dan pelarut yang mengalir melewati kolom, sehingga terjadi pola
diam yang sering digunakan adalah silika gel (SiO2 x H2O ). Silika gel
berukuran partikel 70-230 mesh sering digunakan untuk kolom flash dan
Berdasarkan kepolaran relatif fasa diam dan fasa gerak (Dekker, 1995),
Pada kromatografi ini, fasa diam bersifat polar dan fasa gerak relatif bersifat
dulu.
Pada kromatografi ini, fasa diam bersifat nonpolar dan fasa gerak relatif
lebih dulu.
33
di dalam kolom. Jika perbedaan dalam serapan cukup besar maka akan
Cepat : waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang
dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit, bahkan untuk analisis yang tidak
mempunyai dua fasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Kemampuan zat
padat berinteraksi secara selektif dengan fasa diam dan fasa gerak pada
diinginkan.
KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari
mendeteksi sampai pikogram (10-12 gram). Dan beberapa detektor lain juga
dianalisis, oleh karena itu sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan
menguapkannya.
tinggi dengan tingkat ukuran partikel fasa diam yang diperkecil dan tingkat
kolom yang lebih besar dan tujuan kerjanya adalah pemurnian komponen
senyawa dari jumlah sampel yang lebih besar. MPLC bekerja pada kondisi
MPLC juga dilengkapi dengan dua buah pompa, yang berguna untuk
mendorong fasa gerak masuk dan bergerak melalui kolom. Pompa yang
dipakai dalam MPLC memiliki sistem pompa yang kuat dan tahan terhadap
bahan kimia, sistem operasinya dilengkapi tiga buah piston untuk melakukan
flash kromatografi, memiliki pengatur laju alir yang tetap dengan aliran 2,5-
hingga 50 barr/725 psi. Pompa yang digunakan pada alat ini adalah jenis
dengan sistem fasa terbalik, dan ukuran sampel yang dipisahkan hingga 100 g
2.4. Antibakteri
dan berfungsi sebagai pengikat ribosom. Bakteriosidal mengikat kuat pada sel
target dan tidak hilang melalui pengenceran, sehinggaakan tetap membunuh sel.
Sel yang mati tidak hancur dan tetap memiliki jumlah sel yang konstan. Beberapa
termasuk dalam senyawa antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel, seperti
mengubah molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim, serta
menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Pelczar dan Chan, 2005).
Target penting antibiotik terhadap bakteri yaitu ribosom, dinding sel, membran
(membentuk nanah) dan bersifat toksik bagi manusia. Hal ini menyebabkan
berbagai masalah pada kulit seperti bisul, hordeolum, bahkan masalah serius
merupakan penyebab utama infeksi di rumah sakit (nosocomial) yang berasal dari
infeksi luka bedah dan infeksi yang terkait dengan perangkat medis yang
enterotoksin pada makanan dan menimbulkan efek yang disebut toxic shock
Enterotoksin yang bersifat tahan panas ini dikeluarkan pada bahan makanan yang
diare setelah 1-6 jam (Madigan et al., 2009). Pertumbuhan bakteri ini dalam
makanan dapat terjadi jika makanan disimpan pada suhu ruang dalam waktu yang
lama (Salyers and Whitt, 1994). Rahayu (1999) menyatakan bahwa S. aureus
interaksi antara energi cahaya dan materi (Silverstein dkk., 1986). Pada dasarnya
berkas sinar infra merah yang melewati contoh. Dasar pemikirannya berasal dari
persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-
1830) seorang ahli matematika dari Perancis. Dari deret Fourier tersebut
frekuensi dimana :
= c/
= frekuensi (Hz)
= Panjang gelombang (cm).
c = Kecepatan cahaya, ~2.998 x 1010 cm/sec.
E=h
= Frekuensi (Hz), h = Konstanta Planck’s, ~6.626x10-34 J/Hz
Transform Infra Red dipakai dasar daerah waktu yang non dispersif (Silverstein
fungsi ini dapat ditentukan berdasarkan energi ikatan dari tiap atom. Sampel
serapan yang berbeda-beda pula pada suatu spektrum IR (Silverstein dkk., 1986).
39
gelombang tinggi antara 4000-1300 cm-1 (2-7,7 µm) yang disebut daerah gugus
fungsi karakteristik frekuensi tarik untuk gugus fungsi penting seperti C=O, OH,
dan NH termasuk dalam daerah ini. Daerah frekuensi menengah, yakni antara
1300-900 cm-1 ( 7-11 µm) yang diketahui sebagai daerah fingerprint, yang
setiap molekul memberikan fingerprint yang unik. Daerah antara 900-650 cm-1
(11-15 μm) menunjukkan klasifikasi umum dari molekul yang terbentuk dari
bilangan gelombang rendah dapat memberikan data yang baik akan adanya
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan
perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya
memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia
dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia
reaksi nuklir.
40
Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk
sintesis dan dekomposisi yang biasanya tidak mungkin dilakukan di dalam sel.
Keton mudah dihalogenasi pada karbon alfa α. Reaksi ini menuntut suasana
basa atau suatu katalis asam. Pada reaksi ini suatu basa akan bertindak
pembentukan ion enolat. Anion suatu keton dengan satu gugus karbonil
merupakan basa yang jauh lebih kuat daripada ion hidroksida. Oleh karena
enolat. Meskipun begitu, terdapat juga sedikit ion enolat dalam larutan basa.
Setelah anion ini habis terpakai, segera akan terbentuk lagi ion yang baru
untuk menuju ke Tahap 2. Dalam Tahap 2, ion enolat secara cepat bereaksi
Tahap 1 (lambat) :
Tahap 2 (cepat) :
lebih baik daripada reaksi dalam suasana basa. Reaksi berkatalis asam
laju. Ikatan rangkap karbon-karbon dari enol itu mengalami adisi elektrofilik,
sama seperti ikatan rangkap karbon apa saja, untuk membentuk karbokation
yang lebih stabil. Dalam hal ini, karbokation yang lebih stabil itu adalah
karbonilnya (karena zat antara ini terstabilkan oleh resonansi). Zat antara
42
karbokation ini dengan cepat melepaskan proton dan membentuk keton, yang
Tahap 1 (cepat) :
Tahap 2 (lambat) :
Tahap 3 (cepat) :
Tahap 4 (cepat) :
Reaksi substitusi merupakan reaksi kimia yang menyebabkan suatu atom, ion
atau gugus disubstitusikan (digantikan) oleh atom, ion atau gugus lain. Atom
karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan parsial positif. Karbon
ini rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi lain apa saja yang
Dalam reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi (leaving
group) suatu istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari
ikatanya dalam suatu atom karbon. Ion halida merupakan gugus pergi yang
baik, karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat lemah. Basa kuat
seperti OH- bukan merupakan gugus pergi yang baik. Dalam reaksi substitusi
alkil halida, ion iodida adalah halida yang paling mudah digantikan, lalu ion
bromida dan kemudian ion klorida. Karena F- merupakan basa yang lebih
kuat daripada ion halida lain, dan ikatan C-F lebih kuat daripada ikatan C-X
lain, maka fluorida bukan gugus pergi yang baik. Dari segi praktis hanya Cl,
Br dan I yang merupakan gugus pergi yang cukup baik, sehingga bermanfaat
dalam reaksi-reaksi substitusi. Dengan alasan ini, bila disebut RX, maka itu
Spesi (spesies) yang menyerang suatu alkil halida dalam reaksi substitusi
Nu-. Dalam persamaan reaksi sebelumnnya, OH- dan CH3O- adalah sebuah
nukleofil. Umumnya sebuah nukleofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke
suatu pusat positif, jadi sebuah nukleofil ialah suatu basa lewis. Kebanyakan
nukleofil adalah anion seperti ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida.
Namun, beberapa molekul netral seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat
(nucleophilic displacement).
SN1 dan SN2. Reaksi SN2 berarti reaksi substitusi nukleofilik bimolekular.
Istilah bimolekular ini menjelaskan keadaan antara dari keadaan transisi yang
melibatkan dua partikel (Nu- dan RX). Keadaan transisi merupakan suatu
keadaan dimana pereaksi akan diubah menjadi produk dan harus melewati
suatu keadaan antara yang memiliki energi potensial lebih tinggi dibanding
Metil halida, alkil halida primer dan sekunder terutama bereaksi lewat jalur
SN2. Sedangkan alkil halida tersier lebih mudah menjalani reaksi SN1, karena
mengurangi laju reaksi SN2. Reaksi SN1 suatu alkil halida tersier adalah
sepasang ion: ion halida dan karbokation. Karena reaksi SN1 melibatkan
reaksi ionisasi, reaksi ini dibantu oleh pelarut polar seperti H2O yang dapat
awal, suatu alkohol berproton. Tahap terakhir adalah lepasnya H+ dari dalam
alkohol berproton tersebut, dalam suatu reaksi asam basa yang cepat dan
tahap 1 :
tahap 2 :
tahap 3 :
dengan E+. Suatu elektrofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat
postif, jadi elektrofil ialah suatu asam lewis seperti H+ atau ZnCl2. Elektrofil
juga dapat berupa atom karbon dari gugus kabonil, karbokation, sulfur dan
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas yang umum
Chromatography (MPLC) Buchi yang terdiri dari control unit C-620, fraction
collector C-660, pompa modul C-605, detektor fotometer C-640, dan PC untuk
Lapis Tipis (KLT) dengan plat alumunium silica gel 60F254 (Merck) dan plat
neraca analitik Weigen Hauser, dan alat untuk elusidasi struktur berupa
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kering sponga
n-heksan, diklorometan (DCM), etil asetat, akuades, bromin (Br2), asam asetat
agar (NA).
Sampel sponga yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel kering
kental berupa residu. Kemudian ekstrak kasar yang diperoleh dipartisi dalam
campuran pelarut air dan n-heksan. Sisa sampel kemudian dimaserasi kembali
stok.
48
dimonitor dengan uji KLT yang divisualisasi dengan pereaksi serium sulfat
dan Dragendrof. Fraksi yang memiliki nilai Rf yang sama akan digabungkan
menjadi satu fraksi. Salah satu fraksi yang ditetapkan sebagai sampel analisis
dari hasil uji KLT. Proses pemisahan dengan alat MPLC akan dilakukan
alkil halida (Fessenden, 1982). Pertama kali 114,6 mg sampel terlebih dahulu
labu refluks. Setelah itu ditambahkan larutan asam asetat glasial yang
tetes air brom (bromin) hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi
merah yang berasal dari warna pereaksi bromin. Setelah itu, labu refluks yang
telah berisi sampel dan pereaksi dipanaskan diatas hotplate stirrer pada suhu
menggunakan teknik partisi. Larutan produk yang diperoleh dari hasil reaksi
tahap sebelumnnya dipartisi menggunakan pelarut air dan etil asetat dengan
dengan penambahan etil asetat, hingga diperoleh lapisan air yang berwarna
bening
Pada tahap uji aktivitas antibakteri digunakan sampel fraksi murni (induk)
dan sampel hasil modifikasi (produk). Pertama kali Medium Nutrien Agar
(NA) steril dituang secara aseptis ke dalam dua cawan petri dan dibiarkan
menjadi padat sebagai lapisan dasar atau “base layer”. Kemudian media NA
cair yang telah diinokulasi bakteri uji (Staphylococcus aureus) dituang di atas
media NA yang telah memadat, lalu diratakan dan dibiarkan setengah padat
telah steril yang diletakkan secara aseptis menggunakan pinset steril diatas
mg/mL, 0.2 mg/mL dan 0,02 mg/mL) untuk cawan pertama, produk hasil
modifikasi (2 mg/mL, 0.2 mg/mL dan 0,02 mg/mL) untuk cawan kedua, dan
Untuk karakterisasi struktur molekul, isolat murni dan produk hasil reaksi
struktur molekul suatu senyawa kimia terutama gugus fungsi utama yang
5.1 Simpulan
yang non-aktif menjadi senyawa yang aktif sebagai antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
C4 memiliki gugus hidroksil, serta gugus utama yang telah ada sebelumnnya
seperti gugus karbonil, gugus alkil rantai panjang, dan gugus spesifik yang
5.2 Saran
Untuk memperbaiki kekurangan dari hasil yang diperoleh untuk penelitian ini dan
1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut untuk senyawa alkaloid mengenai aktivitas
senyawa tersebut terutama hasil yang diperoleh dari fraksi nonpolar seperti
2. Untuk melihat perubahan hasil modifikasi struktur yang lebih jelas, maka perlu